Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Gastriti1
Laporan Pendahuluan Gastriti1
Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
2. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau
local
(Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi
mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
3. ETIOLOGI
a. Gastritis Akut
Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.
i. Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:
Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh :
~ Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-
rempah, alcohol dan sebagainya.
~ Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb.
Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:
~ Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.
~ Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti, soda,
kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.
ii. Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam beberapa
bagian :
1. Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar
dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
2. Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding
lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
b. Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa
lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
1.Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.
2.Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis.
3.Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
4.Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
4. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung
menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier
(pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada
mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi
peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel dinding
lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di
epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus
sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai
pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah.Sehingga kontinuitasnya terputus
dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.
PATHWAY GASTRITIS
5. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
a. Gastritis Akut
i. Gastritis Akute Eksogen Simple :
~ Nyeri epigastrik mendadak.
~ Nausea yang di susul dengan vomitus.
~ Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta
tachicardi.
~ Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
2. Gastritis Kronis
a. Gastritis Superfisialis
~ Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
~ Penurunan BB.
~ Kembung / rasa penuh pada epigastrium.
~ Nousea.
~ Rasa perih sebelun dan sesudah makan.
~ Terasa pusing.
~ Vomitus.
b. Gastritis Atropikan
~ Rasa tertekan pada epigastrium. ~ Anorexia.
~ Rasa penuh pada perut. ~ Nousea.
~ Keluar angin pada mulut. ~ Vumitus.
~ Mudah tersinggung. ~ Gelisah.
~ Mulut dan tenggorokan terasa kering.
c. Gastritis Hypertropik Kronik
~ Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
~ Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
~ Kadang disertai melena.
6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan menelan, dapat
berakhir sebagai syak hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan
tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hamper sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah infeksi Helicobakter pytori, sebesar 100% pada hikak duodenum
dan 60-90% pada tikak lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi.
.
ritis Akute
cerna atas, hingga anemia dan kematian.
ng.
- Perforasi lambung.
b. Gastritis Kronis
- Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi anemia
pernisiosa.
- Gangguan penyerapan zat besi.
ah fillorus.
- Kanker lambung.
7. PROGNOSIS
Infeksi lambung pada umumnya mempunyai prognosis ysng baik, gastritis akut dan Kronik
tidak ada yang mati, kematian di jumpai pada waktu perdarahan yang berat shock yang tidak
teratasi, efus, lambung yang berat dan infeksi, Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis
karena tindakan dan lingkungan rumah sakit yang kurang baik dan bersih, kematian terjadi
pada kasus berat yaitu muncul pada komplikasi sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan,
darah dan organ lain.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap. f. Faeces
b.Gastroscopy g. Biosi dan sitologi
c. Nasogastrik aspiration. h. Endoscopy
d. Angiografie visualization i. Double-contrast
e. Semin-gastrin
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
tis Akut
i. Gastritis Eksogen Akute Simple
~ Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
~ Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan
teh hangat dan air minum.
~ Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
~ Kolaborasi medik :
ngurangi muntah ~ Sotatik.
k memperbaiki spasme otot.
b. Gastritis Kronis
i. Gastritis Superfisialis.
~ Istirahat yang cukup.
~ Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit.
~ Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
~ Kolaborasi medik :
modic.
ii. Gastritis Atropikan.
~ Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vumitus.
~ Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
~ Kolaborasi medik :
modik.
B12, dan zat besi.
2. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi.
Takhikardi. Disritmia.
Kelemahan nadi / perifer
Pengisian kapiler lambat.
Warna kulit pucat, sianosis.
Kelembaban kulit, berkeringat.
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress akut / psikologi.
Perasaan tidak berdaya.
Tanda : Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
Perhatian menyempit.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda : Nyeri tekan abdomen.
Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
Tidak toleran terhadap makanan.
: Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6. Neorosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang setelah minum
obat antasida.
Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah
makan ( ulkus peptik ).
Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus
doudenum ).
Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.
Stress psikologis.
8. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat.
Tanda : Peningkatan suhu.
Rasionalisasi
1. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
2. Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.
3. Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk mengontrol tingkat
pembakaran kalori.
4. Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
5. Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
Rencana Tindakan
1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.
2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.
Rasionalisasi
1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2. Indikator derajat ansietas.
3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan menurunkan
ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat meningkatkan
ketrampilan koping.
5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
6. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas, meningkatkan
rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.
12. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan
yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan
yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
1) Review tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter
atau tim kesehatan lain.
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain
(gizi, dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis
dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1) Sources Oriented Records (SOR)
2) Problem Oriented Records (POR)
3) Computer Assisted Records (CAR)
(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)
Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:
1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6 jam pertama.
2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan.
3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari pemberian obat -
obatan .
5. Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.
6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi keragu –
raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi gejala
8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.
9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah tersinggung.
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan komunikasi yang
terafiutik.
11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.
13. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)