You are on page 1of 10

Pengantar Pendidikan Pancasila

Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia dalam rangka mempertahankan
hidup. Melalui pendidikan, manusia akan mendapatkan berbagai macam hal atau ilmu
seperti ilmu pengetahuan yang akan digunakan sebagai mencari nafkah untuk hidup,
ilmu spiritual yang akan menjadi pembimbing dalam menjalani hidup, hingga ilmu
seperti emosional, keterampilan, hingga kepribadian yang akan mengajarkan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial yang masih memerlukan manusia lain untuk
dapat menjalani keberlangsungan hidup.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara, terdapat lima
asas dalam pendidikan yaitu:
1. Asas kemerdekaan; Pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan
dan keahlian profesional. Dengan hal ini, diyakini bahwa setiap manusia
memiliki potensi masing-masing, sehingga, pendidikan harus luas dalam
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensinya dan luwes yang berarti tidak kaku dalam melaksanakan strategi
dan proses pendidikan.
2. Asas kodrat alam; Asas ini menegaskan bahwa setiap pribadi peserta didik
atau manusia tunduk pada hukum alam, tapi di sisi lain dikaruniai akal budi
yang potensial baginya untuk mengelola kehidupannya. Berdasarkan konsep
asas kodrat alam ini, Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pelaksanaan
pendidikan berasaskan akal-pikiran manusia yang berkembang sejalan dengan
waktu dan lingkungannya dan dapat dikembangkan melalui perencanaan yang
sedemikian rupa sistematik atau dipahami dengan istilah pendidikan.
3. Asas kebudayaan; Kebudayaan bangsa Indonesia menjadi pedoman dan
sebagai penunjuk arah kemana kehidupan ini akan melaju ditengah-tengah
kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia. Walaupun pada era globalisasi
seperti saat ini, diyakini bahwa untuk mengikuti pergaulan yang ada dan tidak
meninggalkan pedoman hidup bangsa, maka pendidikan akan memberikan
kontribusi untuk mewujudkan tujuan tersebut.
4. Asas kebangsaan; Dengan pendidikan, mengajarkan seseorang agar mencintai
dan merasa satu dengan bangsanya dan di dalam rasa kesatuan tersebut tidak
bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Ini berarti, pendidikan dapat
mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi yang dapat tumbuh dan terjadi
berdasarkan daerah, suku, keturunan, ataupun agama.
5. Asas kemanusiaan; Arti konsep kemanusiaan pada asas ini merupakan akar
yang menjadi titik temu asasi yang mendamaikan hudup, kehidupan maupun
penghidupan umat manusia yang telah menjadi kompleks, multiplikatif, dan
sarat dengan permasalahan. Diharapkan, manusia di Indonesia hendaknya
menampilkan diri sebagai makhluk bermartabat luhur dan berdasarkan
kesadaran melalui pendidikan, dan melalui pendidikan juga akan berani
menjalin dan memperlakukan sesama manusia dari bangsa mana pun dalam
rasa cinta kasih yang mendalam.
Pendidikan adalah alternatif yang bersifat preventif untuk membangun
generasi baru bangsa yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, penenkanannyadenganmemberikan
kontribusi dalam pendalaman penghayatan dan penerapan nilai-nilai Pancasila kepada
generasi baru bangsa.
Dalam rangka untuk menumbuh kembangkan kesadaran, sikap, perilaku dan
kepribadian yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila kepada warga negara Indonesia,
maka peran pendidikan Pancasila sangat diperlukan. Dengan terbentuknya pribadi
yang baik dari setiap warga negara yang ada, maka keyakinan dan pandangan hidup
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan baik sejalan dengan tingkat dan
mutu dari penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kebudayaan.
Adapun visi dan misi mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah sebagai
berikut:
Visi Pendidikan Pancasila
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.
Misi Pendidikan Pancasila
1. Mengembangkan potensi akademik perserta didik (misi psikopedagogis).
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan
(misi sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan Pendidikan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline),
sebagaimisi akademik (Sumber: Tim Dikti).
Rumusan tentang Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis-rasional,
tetapi digali dari akar budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Maka Bung
Karno hanya mengaku diri sebagai penggali Pancasila, karena nilai-nilai yang
dirumuskan dalam Pancasila itu diambil dari nilai-nilai yang sejak lama hadir dalam
masyarakat Nusantara. Oleh karena itulah Pancasila disebut mengandung nilai-nilai
dasar filsafat (philosophische grondslag), merupakan jiwa bangsa (volksgeist) atau
jati diri bangsa (innerself of nation), dan menjadi cara hidup (way of life) bangsa
Indonesia yang sesungguhnya. Dengan demikian nilai-nilai dalam Pancasila
merupakan karakter bangsa, yang menjadikan bangsa Indonesia berbeda dengan
bangsa-bangsa lain. Pendidikan Pancasila perlu karena dengan cara itulah karakter
bangsa dapat lestari, terpelihara dari ancaman gelombang globalisasi yang semakin
besar.
Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai:
a) pandangan hidup bangsa,
b) dasar negara, dan
c) tujuan nasional (negara).
Keanekaragaman dan kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa
Indonesia sangat signifikan, dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh
perbedaan, secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu Pancasila. Nilai-nilai
Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan
masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat
proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila
tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu dalam
satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai
beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai contoh :
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran
2. Gotong royong
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
Tujuan Pendidikan Pancasila
Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi,
memuat penegasan-penegasan tentang pentingnya dan ketentuan penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pasal-pasal berikut:
1. Pasal 2, menyebutkan bahwa Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Pasal 35 Ayat (3) menegaskan ketentuan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat mata kuliah: agama,
pancasila, kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Pancasila dipelajari
dijenjang pendidikan untuk memberikan pemahaman serta pengetahuan bagi
peserta didik dengan harapan peserta didik akan dapat mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta mempertanggungjawabkan
baik secara yuridis konstitusional maupun secara obyektif alamiah.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional, mempunyai
tujuan mempersiapkan mahasiswa calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi
tinggidan bermartabat agar:
1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak muliadan berbudi pekerti luhur;
3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai
hari nurani;
4. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni;serta
5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi
bangsanya. HAPUS
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea IV merupakan
landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi negara. Sebagai
dasar negara, Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum, ini berarti bahwa
segala peraturan, atau hukum yang akan dibuat harus berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Apabila terdapat hukum atau peraturan yang bertentangan dengan
Pancasila harus dicabut. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam
bentuk peraturan perundang-undangan bersifat mengikat bagi penyelenggara negara,
lembaga kenegaraan, lembaga kemasyarakatan dan warga negara Indonesia
dimanapun berada serta penduduk di seluruh wilayah Indonesia.
Secara obyektif ilmiah, dapat diartikan bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan
suatu paham filsafat (philosophical way of thinking atau philosophical system) yang
memiliki arti bahwa rumusan dari sila-sila Pancasila merupakan hakikat makna yang
terdalam, yang menunjukkan sifat-sifat universal, tidak terikat oleh ruang dan waktu,
dan menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental. Dengan demikian setiap uraiannya, nilai-nilainya bersifat logis dan
dapat diterima secara rasional
Pendidikan Pancasila akan memberikan pemahaman dan pengertian mengenai
betapa pentingnya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan membangun jiwa
patriotik, rasa cinta tanah air, moral dan perilaku yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila. Sehingga, dalam meningkatkan kecerdasan dalam ilmu pengetahuan
ataupun seni budaya, peserta didik akan dapat mengisi kemerdekaan dan membantu
pembangunan nasional sesuai dengan kemampuannya yang berlandaskan Pancasila.
Dalam pembelajaran pendidikan Pancasila, empat pilar pendidikan menurut
UNESCO menjadi salah satu rujukan dalam prosesnya, yang meliputi learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together (Delors, 1996).
Berdasarkan ke-empat pilar pendidikan tersebut, pilar ke-empat menjadi rujukan
utama, yaitu bahwa pendidikan Pancasila dimaksudkan dalam rangka pembelajaran
untuk membangun kehidupan bersama atas dasar kesadaran akan realitas keragaman
yang saling membutuhkan.
Pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik
mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain:
1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,
2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional,
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.
Penerapan pendidikan Pancasila yang berhasil akan dapat menghasilkan sikap
dan mental yang berperilaku sebagai berikut.
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan ajaran
agamanya masing-masing serta saling menghargai antar umat beragama lain.
2. Berjiwa Pancasila, dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
setiap langkah hidupnya dan lebih mengutamakan kepentingan nasional dan
kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.
3. Memiliki wawasan sejarah perjuangan bangsa, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari akan memiliki rasa nasionalisme tinggi serta turut menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Memiliki wawasan dan pendekatan integral dalam menghadapi masalah yang
ada seperti halnya politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
yang terjadi di sekitar.
5. Memiliki wawasan budaya yang luas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan benegera. Dengan hidup dalam masyarakat yang majemuk,
diharapkan secara bersama-bersama dapat menjaga dan melestarikan budaya
yang ada serta meningkatkan kualitas diri demi tujuan bersama yaitu
memajukan bangsa. DISUSUN JADI SATU ATAU DI HAPUS SALAH
SATU
Dengan terbentuknya perilaku seperti diatas, maka dalam kehidupan sehari-
hari peserta didik akan dapat memahami, menganalisi, dan memberikan jalan keluar
terhadap masalah yang terjadi dihadapi oleh masyarakat ataupun bangsanya serta
menjadi pribadi yang memiliki kepribadian yang kuat dan kokoh sehingga tidak akan
lupa akan jati dirinya walaupun memiliki pemahaman dalam ilmu pengetahuan
ataupun teknologi yang tinggi.

Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah


Mempelajari Pancasila saat menjalani masa pendidikan khususnya di tingkat
perguruan tinggi, harus dilakukan melalui pendeketan atau berpikir secara ilmiah-
filsafati. Dengan demikian pengetahuan mengenai Pancasila yang diajarkan tersebut
dapat disebut sebagai ilmu, dengan tetap memperhatikan bahwa harus memiliki
syarat sebagai berikut, menurut Poedjawijatno dalam bukunya “Tahu dan
Pengetahuan”.
1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat umum / universal
Syarat pertama bagi suatu kajian ilmiah adalah harus memiliki objek. Objek
dapat dibedakan menjadi dua yaitu objek material dan objek formal. Objek material
atau sasaran kajian adalah bahan yang dikaji dalam pencarian kebenaran ilmiah.
Objek material ini dapat terwujud dalam barang peninggalan sejarah, budaya, adat
istiadat atau bahkan naskah-naskah kenegeraan. Objek formal adalah pandang
pendekatan (perspektif) atau titik tolak dalam mendekati objek material. Objek
formal dalam membahas Pancasila dapat dilakukan dari perspektif ilmu-ilmu seperti
hukum (yuridis), politik, sejarah, filsafat, sosiologi dan antropologi maupun ekonomi.
Bila dikaitkan dengan sudut pandang ilmu ekonomi, maka akan mendapati
pembahasan “ekonomi Pancasila”, begitu juga dengan ilmu atau sudut pandang
lainnya, sehingga dalam mengkaji, Pancasila dapat dipadukan dan dijadikan dasar
dalam melakukan pengkajian tersebut.
Bermetode artinya suatu suatu cara atau sistem pendekatan dalam
mempelajari Pancasila baik ditinjau dari objek material maupun formal. Dengan
mengetahui bahwa objek Pancasila berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan objek
sejarah, maka digunakan metode ‘hermeneutika’ untuk menemukan makna dibalik
objek, metode ‘koherensi historis’ serta metode ‘pemahamam, penafsiran dan
interpretasi’ yang akan menjadi dasar pengkajian dan sesuai dengan logika.
Pengetahuan atau ilmu merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh,
dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan ketergantungan. Pancasila itu
sendiri pada dasarnya juga merupakan suatu kebulatan yang sisitematis, logis dan
tidak ada pertentangan di dalam sila-silanya (Kaelan, 1998). Sehingga dalam hal ini,
Pancasila bila dibahas secara ilmiah merupakan suatu sistem dan sebagai objek
ilmiah pun senantiasa bersifat koheren (runtut).
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah relatif berlaku secara universal, artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Diketahui pula, bahwa nilai-nilai
Pancasila merupakan nilai-nilai yang bersifat universal seperti, ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Tantangan pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program
studi dengan menarik dan efektif, ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi,
misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi yang makin
tajam (yang menyebabkan kekurang tertarikan sebagian mahasiswa terhadap
pendidikan Pancasila). Adapun tantangan yang bersifat eksternal, antara lain adalah
krisis keteladanan dari para elite politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di
dalam masyarakat.
Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi sudah merupakan
tanggung jawab kita bersama, membantu mengatasi Pancasila dalam menghadapi
tantangannya di era global. Walaupun banyak tantangan dalam mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila telah membuktikan bahwa Pancasila bukan
merupakan milik golongan tertentu atau representasi dari suku tertentu. Pancasila itu
netral dan akan selalu hidup di segala zaman seperti yang telah dilewati di tahun-
tahun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Samho, Bartolomeus dan Oscar Yasunari. 2010. KONSEP PENDIDIKAN KI
HADJAR DEWANTARA DAN TANTANGAN TANTANGAN
IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA DEWASA INI. Bandung. Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
Halim,Al. 2016. Posisi Ideologi Pancasila Dalam Sistem Ketatanegaraan:
Suatu Kajian Filsafat. Semarang. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila. 2016. Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Yohana Melpha. 2015. Makalah Pengantar Pendidikan Pancasila. Universitas
Sriwijaya.

You might also like