You are on page 1of 19

LAPORAN AKHIR KEGIATAN GELADI 2017

DI BPJS KESEHATAN DEPUTI BAKALBALAM


METRO

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Geladi Program Study S1 Teknik
Telekomunikasi Universitas Telkom

Disusun oleh :
Doni Bima Saputra
1101154273

S1 Teknik Telekomunikasi
Fakultas Teknik Elektro
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR GELADI 2017 BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL


KESEHATAN KANTOR CABANG METRO UNIT PEMASARAN

Laporan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan telah meyelesaikan Geladi selama 6
minggu terhitung tanggal 05 Juni – 28 Juli 2017 , bertempat di kota Metro :

Nama : Doni Bima Saputra


Nim : 1101154273
Jurusan : S1 Teknik Telekomunikasi
Fakultas : Fakultas Teknik Elektro

Metro, 28 juli 2017


Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing lapangan

Angga Rusdinar, S.T, M.T, Ph.D. Agung Adhi putra, S.K.M


NIP : NPP : 04129

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya pada saat
ini sehingga penulisan Laporan Geladi ini dapat selesai tepat waktu. Laporan Geladi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Mata Kuliah Geladi Program
Strata 1 Jurusan Teknik Telekomunikasi, Telkom University.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mohon maaf atas kesalahan dalam hal penulisan. Penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pak Angga Rusdinar selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan pak Agung Adhi Putra selaku Pembimbing Lapangan. Tak luput, penulis sampaikan
terima kasih kepada seluruh karyawan BPJS Kesehatan Divre XIII metro yang telah banyak
membantu dalam proses kegiatan Geladi. Terima kasih pula kepada rekan-rekan Geladi di BPJS
Kesehatan Divre XIII Metro yang senantiasa berbagi informasi dari Geladi dimulai sampai dengan
selesai. Penulis berharap laporan akhir ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Metro, juli 2017

Penulis

iii
ABSTRAK

Geladi merupakan suatu program kurikuler yang dirancang untuk menciptakan


pengalam kerja tertentu bagi mahasiswa pada fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom
yang telah menempuh perkuliahan selama empat semester. Dengan melaksanakan geladi,
mahasiswa dilatih untuk mengenal dan menghayati ruang lingkup pekerjaan di lapangan,
guna mengadaptasi diri dengan lingkungan untuk melengkapi proses belajar yang di dapat di
bangku kuliah.
Geladi ini memberikan berbagai macam pengalaman yang berhubungan dengan
dunia kerja sesuai penempatan yang telah dipilih oleh perusahaan tempat para mahasiswa di
tempatkan. Mahasiswa diharapkan dapat sedikit mengerti dan mendapat ilmu tentang dunia
kerja serta mengeksploreskill yang mereka miliki.
Lokasi geladi yang dipilih oleh peserta yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Kantor Cabang Metro. Peserta ditugaskan untuk ikut membantu pekerjaan dalam
unit Perluasan Peserta dan Kepatuhan (PPK). Sebelum ikut serta dalam membantu pekerjaan
tersebut, peserta diberikan pengarahan dan materi-meteri agar pekerjaan dapat dikerjakan
dengan baik Peserta geladi mendapatkan banyak ilmu berupa hardskill dan softskill untuk
menunjang berbagai kegiatan lain kedepannya.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
ABSTRAK ...........................................................................................................iv
BAB I ...................................................................................................................vi
1. PENDAHULUAN .........................................................................................vi
1.1 Latar Belakang ........................................................................................vi
1.2 Profil Perusahaan .....................................................................................vi
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan dan Unit ............................................ viii
1.4 Rumusan masalah ....................................................................................ix
1.5 Batasan Masalah ......................................................................................ix
1.6 Tujuan Pelaksanaan Geladi .....................................................................ix
BAB II ................................................................................................................... x
2. TINJAUAN TEORI ........................................................................................ x
2.1 BPJS ( BADAN PENYELANGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN) .................................................................................................. x
2.2 Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan .........................................................xi
2.3 Dasar Hukum BPJS Kesehatan dan Badan Usaha ............................... xiii
BAB III............................................................................................................. xvii
3. PELAKSANAAN GELADI ...................................................................... xvii
3.1 Rencana Kegiatan ................................................................................ xvii
3.2 Hasil :................................................................................................... xvii
BAB IV ........................................................................................................... xviii
4. PENUTUP ................................................................................................ xviii
4.1 Kesimpulan :...................................................................................... xviii
4.2 Saran : ................................................................................................. xviii

v
BAB I

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geladi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh
mahasiswa/mahasiswi Fakultas Teknik Elektro Telkom University dimana dalam
pelaksanaannya, mahasiswa melakukan magang ataupun mengenal dunia kerja di suatu
perusahaan / instansi yang telah disediakan pihak kampus. Program geladi ditujukan kepada
mahasiswa yang telah menempuh perkuliahan selama empat semester dan dimasukkan
sebagai mata kuliah wajib dengan 2 sks yang berlangsung selama 6 minggu guna mengisi
waktu liburan mahasiswanya Pelaksanaan Geladi ini kurang lebih berjalan selama 1,5 bulan.
Dengan melaksanakan Geladi, mahasiswa/mahasiswi dilatih untuk mengenal dan menghayati
ruang lingkup pekerjaan di lapangan guna mengadaptasi diri dengan lingkungan untuk
melengkapi proses belajar yang didapat dibangku kuliah.
Dalam pelaksanaan Geladi 2017, penulis memilih lokasi daerah asal nya untuk
melaksanakannya, lokasi yang dipilih adalah BPJS Kedeputian BAKALBALAM pada bagian
Kantor Cabang Utama dan pada sub bagian Perluasan peserta dan kepatuhan. Inti program
dari BPJS Kesehatan adalah menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bermutu bagi
peserta dengan biaya yang efisien. Pelayanan kesehatan tidak dilakukan oleh BPJS
Kesehatan, melainkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PKK) yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan. Selama 6 minggu peserta geladi ditempatkan pada unit Perluasan Peserta
dan Kepatuhan (PPK), peserta geladi mempelajari bagaimana cara bersosialisasi pada suatu
lembaga, Badan Usaha, serta cara mengolah data Badan Usaha.

1.2 Profil Perusahaan


1) Alamat Perusahaan:
Kantor BPJS Kesehatan cabang Metro
Jl. A.H Nasution No. 123 D kec. Metro timur, Kota Metro 34111
No.Telp : (0725) 45276
Geladi ini menggunakan ruang lingkup salahsatu badan usaha milik negara yang
berada di wilayah Lampung. BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Kesehatan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

2) Sejarah Singkat BPJS Kesehatan:

vi
• 1968 – Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur
pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta
anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968.
• 1984 –Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang
Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan
Penjabat Negara) beserta anggota keluarganya.
• 1991 – Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan program
jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah dengan
Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
• 1992 – Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan
keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat di negosiasi untuk kepentingan pelayanan
kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.
• 2005 – PT. Askes(Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI,
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005, sebagai Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
Miskin (PJKMM/ASKESKIN).
• 2014 – Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama menjadi
BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang BPJS.

3) Visi BPJS Kesehatan :


 Terwujudnya jaminan kesehatan (JKN-KIS) yang berkualitas dan berkesinambungan
bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2019 berlandaskan gotong royong yang
berkeadilan melalui BPJS Kesehatan yang handal unggul dan terpercaya.

4) Misi BPJS Kesehatan :

1. Meningkatkan kualitas layanan yang berkeadilan kepada peserta, pemberi pelayanan


kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya melalui sistem kerja yang efektif dan
efisien.
2. Memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia paling lambat 1
Januari 2019 melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan
dan mendorong partisipasi masyarakat serta meningkatkan kepatuhan kepesertaan.
3. Menjaga kesinambungan program JKN-KIS dengan mengoptimalkan kolektibiltas
iuran, system pembayaran fasilitas kesehatan dan pengelolaan keuangan secara
transparan dan akuntabel.
4. Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS melalui peningkatan
kerja sama antar lembaga, kemitraan, koordinasi dan komunikasi dengan seluruh
pemangku kepentingan.
5. Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan didukung dengan SDM yang
profesional, penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis dan
manajemen resiko yang efektif dan efisien serta infrastruktur dan teknologi informasi
yang handal.

vii
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan dan Unit

Gambar 1.3 struktur organisasi perusahaan dan unit

Struktur Organisasi :
Kepala Kantor Cabang : Wahyu Santoso
Kepala Bidang SDM Umum & komunikasi Publik : Husin Ali
Kepala Bidang penagihan dan keuangan : Fauzan Aziman
Kepala Bidang Perluasan Peserta dan Kepatuhan : Agung Adhi Putra
Kepala Bidang kepesertaan dan Pelayanan Peserta : Anggraeni Putri Manikam
Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Primer : Septyarini Virgianti
Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Rujukan : Bellza Rizki Ananta

viii
1.4 Rumusan masalah
1. Apa itu Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial Kesehatan?
2. Apa saja jenis-jenis kepesertaan yang ada di BPJS Kesehatan?
3. Apakah dasar hukum yang mewajibkan badan usaha mendaftarkan karyawan
swasta?

1.5 Batasan Masalah


Pada laporan ini penyusun hanya membahas mengenai jenis-jenis kepesertaan yang ada
di BPJS Kesehatan dan cara-cara memperluas peserta serta mentaati aturan kepatuahan yang
ada.

1.6 Tujuan Pelaksanaan Geladi


 Memberikan pengalaman praktek kerja dan penyelesaian masalah pekerjaan yang
timbul di lapangan sekaligus mengukur implementasi keilmuan dan keterampilan di
dunia kerja.
 Meningkatkan keterampilan dan wawasan, baik dalam hal
kompetensi hardskill maupunsoftskill.
 Mengisi masa libur antar tahun akademik mahasiswa dengan kegiatan positif yang
menunjang pengetahuan dan keahliannya.
 Memperlengkapi mahasiswa dengan gambaran nyata mengenai serba serbi
lingkungan kerja, mulai dari jenis pekerjaan tingkat bawah sampai dengan tingkat
yang lebih tinggi.

ix
BAB II

2. TINJAUAN TEORI

2.1 BPJS ( BADAN PENYELANGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN)


BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama untukPegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun
PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan
Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek)
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS
Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.

BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang


dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak
tanggal 1 Januari 2014
Kepesertaan wajib
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di

x
Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai
pasal 14 UU BPJS.[1]

Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS.


Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib
mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan
ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin,
iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun
juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS
Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai
dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap
pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki
jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS
Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis penyakit namun
dengan melakukan upaya efisiensi .

2.2 Jenis Kepesertaan BPJS Kesehatan


A. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang tidak
mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

B. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :
 Pekerja Penerima Upah (PPU) dan anggota keluarganya

a) Pegawai Negeri Sipil;

b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

xi
 Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan anggota keluarganya

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan


b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

 Bukan pekerja (Mandiri/Personal) dan anggota keluarganya


a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun, terdiri dari :
 Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
 Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
 Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat
hak pensiun;
 Penerima pensiun lain; dan
 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang
mendapat hak pensiun.
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan;
f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
dan
g) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu membayar
iuran.

ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG


1. Pekerja Penerima Upah :
· Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri
dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
· Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah,
dengan kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja : Peserta dapat mengikutsertakan
anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi anak ke-4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain
seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.

xii
2.3 Dasar Hukum BPJS Kesehatan dan Badan Usaha

Pasal 1 angka 14a Perpres mengatur tentang kecurangan kecurangan (fraud) dalam
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Fraud adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
mendapatkan keuntungan finansial dari program JKN dalam SJSN melalui perbuatan
curang yang tidak sesuai dengan ketentuan. Berarti agar terjadi fraud ada unsur
kesengajaan.

Pasal 4 ayat (2) huruf e Perpres memasukkan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) dalam kategori peserta penerima upah (PPU).

Pasal 5 ayat (1) menegaskan jumlah anggota keluarga yang ditanggung peserta kategori
PPU paling banyak 5 orang yakni PPU, istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari
perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah.

Bagi pekerja yang belum didaftarkan pemberi kerja dalam program JKN, sesuai
ketentuan Pasal 11 ayat (3) Perpres, boleh mendaftar sendiri dengan melampirkan
dokumen yang membuktikan status ketenagakerjaannya. Ayat selanjutnya menegaskan
iuran yang dibayar pekerja yang mendaftar sendiri besaran iurannya mengacu Perpres
Jamkes.

Pasal 11 ayat (5) Perpres menyebut jika pekerja/buruh belum terdaftar pada BPJS
Kesehatan, pemberi kerja wajib bertanggung jawab pada saat pekerja membutuhkan
pelayanan kesehatan sesuai manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Pasal 11 ayat
(6) mengatur sanksi untuk pemberi kerja yang belum mendaftarkan pekerjanya dalam
program JKN, sanksi berupa teguran tertulis; denda; dan/atau tidak mendapat pelayanan
publik tertentu.

“Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” begitu bunyi
pasal 11 ayat (7) Perpres Jamkes.

Pasal 11 ayat (8) mengamanatkan kepada setiap pekerja bukan penerima upah sesuai
ketentuan pasal 6 ayat (3) huruf c wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya
secara sendiri-sendiri atau berkelompok sebagai peserta JKN. Ketentuan itu juga berlaku
bagi setiap orang bukan pekerja sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (9) Perpres
Jamkes.

Ketentuan baru yang ditambahkan dalam Perpres Jamkes yaitu Pasal 12 ayat (2) tentang
identitas peserta berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS). Identitas paling sedikit memuat
nama dan nomor identitas peserta yang terintegrasi dengan nomor identitas
kependudukan (NIK) kecuali untuk bayi baru lahir dari ibu yang terdaftar sebagai PBI.
Pasal 12 ayat (2a) menegaskan KIS diberikan kepada peserta secara bertahap.

Pasal 16 ayat (3) menegaskan iuran JKN bagi PBPU dan bukan pekerja (BP) dibayar

xiii
oleh peserta atau pihak lain atas nama peserta. Pasal 16A ayat (1) memaparkan kenaikan
besaran iuran PBI dari Rp19.225 menjadi Rp.23.000 per orang setiap bulan. Pasal 16A
ayat (2) mengatur berlakunya iuran PBI itu sejak 1 Januari 2016.

Pasal 16B ayat (1) sebagian besar tidak ada perubahan, hanya ada penambahan frasa
'pimpinan dan anggota DPRD.' Begitu juga pasal 16B ayat (3) huruf b ada tambahan
frasa 'bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD.'

Pasal 16D mengubah batas atas gaji atau upah per bulan yang digunakan sebagai dasar
penghitungan besaran iuran JKN bagi PPU dari 2 kali penghasilan tidak kena pajak
(PTKP) dengan status kawin dengan 1 orang anak menjadi Rp8 juta.

Besaran iuran bagi PBPU naik, itu tercantum dalam pasal 16F ayat (1). Untuk ruang
perawatan kelas III Rp25.500 (sebelumnya Rp25.500), kelas II Rp51.000 (sebelumnya
Rp42.500), kelas 1 Rp80.000 (sebelumnya Rp59.500). Pasal 16F ayat (2) mengatur
kenaikan besaran iuran itu mulai berlaku 1 April 2016.

Ada satu ayat yang ditambahkan dalam pasal 16H yakni ayat (4), menjelaskan
pembayaran iuran JKN bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana ayat (2) diawali
dengan pemberian surat kuasa dari pekerja kepada pemberi kerja untuk melakukan
pemotongan tambahan iuran dan menyetorkan kepada BPJS Kesehatan.

Pasal 17A.1 berisi ketentuan yang intinya mengatur penghentian penjaminan oleh BPJS
Kesehatan bagi peserta yang terlambat membayar iuran lebih dari sebulan sejak tanggal
10, serta denda yang dikenakan kepada peserta yang telat membayar iuran.

Pasal 21 ayat (1) huruf b nomenklatur 'imunisasi dasar' diubah menjadi 'imunisasi rutin.
Pasal 21 ayat (3) mengatur pelayanan imunisasi rutin meliputi pemberian jenis imunisasi
rutin sesuai ketentuan perundang-undangan. Pasal 21 ayat 4 menegaskan pelayanan
kontrasepsi vasektomi dan tubektomi masuk sebagai manfaat promotif preventif.

Pasal 21 ayat 4a mengatur pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi peserta
JKN di fasilitas kesehatan (faskes) diatur dengan Peraturan Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). “Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat
dan obat kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh
pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,” begitu paparan pasal 21 ayat (5) Perpres Jamkes.

Pasal 22 ayat (1) menghapus pelayanan transfusi darah di faskes tingkat pertama
(FKTP). Untuk pelayanan di faskes tingkat lanjutan (FKRTL) ada yang ditambah yaitu
pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis dasar (ayat (1) huruf b angka 2);
pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik (ayat (1) huruf b angka 3); dan
pelayanan keluarga berencana (ayat (1) huruf b angka 11).

Pasal 22 ayat (2) menjelaskan pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (1) huruf b
angka 2 hanya berlaku untuk pelayanan di unit gawat darurat. Pasal 22 ayat (3) mengatur
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 11 tidak
termasuk keluarga berencana yang telah dibiayai pemerintah.

Selain mendapat pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pasal 22 ayat (1) mengacu

xiv
pasal 22 ayat (4) peserta juga berhak mendapat pelayanan berupa alat kesehatan.
Ditegaskan pasal 22 ayat (5) alat kesehatan yang dimaksud termasuk alat bantu
kesehatan.

Pasal 22A memberi kewenangan kepada Menteri untuk menetapkan pelayanan kesehatan
lain yang dijamin berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment) dengan memperhitungkan kecukupan iuran setelah berkoordinasi dengan
menteri keuangan.

Berikutnya, Pasal 23 huruf b angka 4 memasukan PPU selain angka 1 sampai 3 dan
pegawai pemerintah non PNS dengan gaji sampai Rp4 juta mendapat ruang perawatan
kelas II. Kelas I untuk pimpinan dan anggota DPRD beserta anggota keluarganya (Pasal
23 huruf c angka 2). Ruang perawatan kelas I juga diperoleh peserta PPU selain angka 1
sampai 5 dan pegawai pemerintah non PNS dengan gaji di atas Rp4-Rp8 juta (Pasal 23
huruf c angka 8).

Dibanding peraturan sebelumnya, Perpres Jamkes mengatur lebih rinci peserta yang
menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya. Itu diatur dalam Pasal
24 yang terdiri dari empat ayat. Ada beberapa ketentuan baru dalam Pasal 25 yang
mengatur tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan. Misalnya,
Pasal 25 ayat (1) huruf c menjelaskan BPJS Kesehatan tidak menjamin pelayanan
kesehatan yang dijamin oleh program Jaminan Kecelakaan Kerja terhadap penyakit atau
cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.

Pada Pasal 29 ayat (2a), (2b) dan (2c) diatur bahwa BPJS Kesehatan bisa memindahkan
peserta dari satu FKTP ke FKTP lain. Pasal 32 ayat (3) memasukan BKKBN sebagai
salah satu unsur dalam Komite Nasional. Pasal 32A ayat (1) dan (2) menegaskan
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah atas ketersediaan obat, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuang peraturan perundang-undangan.
Pasal 36 ayat (4a) mengatur keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
pelaksanaan kerja sama BPJS Kesehatan dengan faskes.

Pasal 36A terdiri dari tiga ayat yang intinya melarang faskes menarik biaya kepada
peserta selama pelayanan yang diberikan sesuai dengan manfaat yang berhak diterima
peserta. Pasal 38 ayat (1) huruf b dan c menegaskan batas waktu pembayaran klaim
BPJS Kesehatan kepada faskes paling lambat 15 hari kerja. Pasal 38A mengatur daluarsa
pengajuan klaim oleh faskes kepada BPJS Kesehatan yakni dua tahun sejak pelayanan
kesehatan diberikan.

Pasal 39 ayat (1a) menegaskan pengaturan pembayaran kapitasi kepada FKTP milik
pemerintah pusat mengikuti ketentuan di bidang keuangan negara. Pasal 39 ayat (5)
mengamanatkan agar evaluasi tarif kapitasi dan INA-CBGs dilakukan dengan
menghitung kecukupan iuran dan kesinambungan program sampai dua tahun ke depan.
Pasal 39A ayat (1) dan (2) membolehkan BPJS Kesehatan meminta rekam medis peserta
kepada faskes.

Pasal 43A ayat (1), (2) dan (3) mengatur pengembangan teknis operasionalisasi sistem
pelayanan kesehatan, kendali mutu pelayanan dan pembayaran pelayanan kesehatan
dalam JKN. Pasal 45 ayat (2) menjelaskan peserta dan faskes bisa mengadu kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Menteri jika tidak mendapat

xv
pelayanan yang baik dari BPJS Kesehatan. Pasal 46 ayat (1a) memperjelas peran Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Badan Pengawas Rumah Sakit (RS)
dalam penyelesaian sengketa pelayanan kesehatan pada program JKN.

Pemerintah menyelaraskan Perpres Jamkes dengan Permenkes No. 36 Tahun 2015


tentang Pencegahan Kecurangan (fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan. Itu terlihat dari adanya BAB khusus terkait fraud di pasal 46A ayat (1)-(5)
Perpres Jamkes.

Bab XIII mengatur tentang pengawasan dalam penyelenggaraan program JKN. Pasal
46B ayat (1) sampai ayat (4) menjelaskan keterlibatan berbagai pihak dalam melakukan
pengawasan seperti Dinas Kesehatan, Badan Pengawas RS, Dewan Pengawas RS,
perhimpunan/asosiasi RS dan/atau organisasi profesi.

Dalam ketentuan peralihan ada Pasal 46D yang menjelaskan kartu kepesertaan yang
dimiliki peserta sebelum Perpres Jamkes diundangkan dinyatakan tetap berlaku
sepanjang belum diganti dengan KIS. Perpres ini ditetapkan di Jakarta pada 29 Februari
2016 oleh Presiden Joko Widodo, dan diundangkan Menteri Hukum dan HAM Yasonna
H Laoly pada 1 Maret 2016.

xvi
BAB III

3. PELAKSANAAN GELADI

3.1 Rencana Kegiatan


Geladi merupakan salah satu mata kuliah praktek yang diambil
mahasiswa Universitas Telkom pada akhir semester 4. Rencana kegiatan
yang dilaksanakan selama pelaksanaan geladi yang berlangsung selama
enam minggu bertempat di BPJS Kesehatan Deputi BAKALBALAM pada
Bagian Perluasan Peserta dan Kepatuhan.

Pelaksanaan Geladi :
MINGGU 1 :
 Sinkronisasi data Badan Usaha baru menggunakan aplikasi Edabu
 Pengajaran cara kerja portal-sim BPJS Kesehatan
 Mendaftarkan Badan Usaha ke Website dan me-reset password untuk alur Badan
Usaha
 Mendaftarkan Badan Usaha di Portal-Sim BPJS Kesehatan

MINGGU 2 :
 Konverensi pers bersama Media tentang Mudik bersama BPJS Kesehatan
 Sinkronisasi Badan Usaha baru
 Membuat akun Badan Usaha baru

MINGGU 3,4 dan 5 :


 Pengajaran tentang teknik pemasaran social dan komersial
 Kunjungan ke Badan Usaha
 Kunjungan ke Satker Pemerintahan
 Pemeriksaan Kepatuhan ke Badan Usaha
 Sosialisasi program JKN-KIS kepada masyarakat di kelurahan

Minggu 6 :
 Mensosialisasikan program JKN-KIS ke kantor pemerintahan
 Kunjungan ke Badan Usaha dan Satker pemerintahan.

3.2 Hasil :
 Mengentri data badan usaha / perusahaan yang baru mendaftar atau registrasi
ulang ke BPJS Kesehatan. Mendaftarkan data perusahaan yang ikut serta dalam
BPJS Kesehatan, baik untuk karyawan, buruh, maupun direktur utama pada
badan usaha / perusahaan tersebut.
 Pengetahuan dan pengalaman baik berupa softskill maupun hardskill. Secara
softskill, dapat melatih keterampilan berkomunikasi saya dengan orang baru yang
lebih dewasa. Secara hardskill, saya dapat mengetahui dan menjalankan proses
bisnis BPJS.
 Dapat melakukan kerjasama tim dengan staff BPJS guna untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan.

xvii
BAB IV

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan :
Didapat kesimpulan selama pelaksanaan geladi berlangsung mulai 05 Juni 2017 - 28
Juli 2017 yaitu :
1. Kegiatan Geladi merupakan program pendekatan mahasiswa dengan pihak kantor
dalam menyiapakan lulusan yang siap kerja.
2. Program geladi membuat mahasiswa telkom universty memiliki pengalaman
kerja yang baik, memiliki kemampuan sosialiasi yang baik, dan memiliki rasa
tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
3. BPJS Kesehatan merupakan merupakan Badan Usaha Milik Negara ini berfokus
pada bidang khusus yaitu jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia yang sangat dibutuhkan pada saat ini.
4. Bidang perluasan peserta dan kepatuhan memiliki peran yang sangat baik dalam
hal mengenalkan program JKN-KIS dengan adanya sosialisasi.
5. Tujuan dari kujungan Badan Usaha adalah untuk pendekatan dan
menginformasikan program dari BPJS Kesehatan, serta untuk mengetahui Badan
Usaha tersebut berpotensial atau tidak.

4.2 Saran :
Adapun saran untuk menunjang pelaksanaan geladi adalah :
 mahasiswa yang melaksanakan geladi agar diberi jobdesk yang sesuai dengan jurusan
yang diambil pada program kuliahnya.
 Sebaiknya pihak universitas memantau secara rutin dari pelaksanaan Geladi melalui
pembimbing akademik atau pembimbing lapangan.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

 Buku Panduan Geladi 2017


 WIKIPEDIA
 www.BPJS-Kesehatan.go.id

xix

You might also like