You are on page 1of 13

SATUAN ACARA PENYULUHUAN

Mata Ajar : Keperawatan Maternitas


Pokok Bahasan : Reproduksi
Sub Pokok Bahasan : Menstruasi dan Gangguannya
Hari/Tanggal : Senin, 28 Mei 2018
Waktu : 45 menit
Tempat : STIKes KARSA HUSADA GARUT
Penyaji Materi : Pipit dan Mustafila

A. LATAR BELAKANG

Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada peserta pelatihan

di salah satu pusat industri di Indonesia menunjukkan keluhan buruh wanita (Jumlah

responden 55 orang), antara lain nyeri haid 58,18%, menstruasi yang tidak teratur

41,82%, nyeri pinggang 34,55% dan nyeri perut bagian bawah 16,36%. Gambaran

tersebut sangat menunjukkan adanya buruh yang mengalami beberapa gejala yang

terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu dialami oleh buruh wanita usia

reproduksi sehingga kondisi pun di khawatir akan menganggu produktivitas mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Desty Nur Isnaeni (2010) di

Universitas Sebelas Maret pada mahasiswa D4 kebidanan jalur reguler, didapatkan

bahwa siklus menstruasi normal sejumlah 58,90%, siklus menstruasi normal dengan

dismenorea sejumlah 28,77%, siklus menstruasi polimenorea sejumlah 2,74%, siklus

menstruasi oligomenoreasejumlah 4,11%, siklus oligomenorea dengan dismenorea

sejumlah 5,48% serta tidak ditemukan yang mengalami siklus menstruasi

polimenorea dengan dismenorea. Berdasarkan uraian kami akan melakukan penyuluhan

tentang Haid dan Gangguannya.


TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan sasaran diharapkan mampu memahami tentang menstruasi
dan hal-hal yang terkait lainnya.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1 x 45 menit
sasaran mampu :
1. Menjelaskan definisi menstruasi.
2. menjelaskan fungsi menstruasi.
3. menjelaskan siklus menstruasi.
4. menjelaskan gangguan siklus menstruasi.
5. menjelaskan penyebab terganggunya siklus haid.
6. menjelaskan gangguan pada haid.
B. Sasaran dan Target
Sasaran ditujukan kepada 20 Mahasiswi STIKes Karsa Husada Garut
C. Strategi Pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dilakukan pada hari Senin, 28 Mei 2018
D. Metode
 Ceramah
 Diskusi/ tanya jawab

E. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Waktu
 Mengucapkan salam
Pembukaan  Penyampaian maksud dan tujuan pertemuan 5 menit
sesuai kontrak waktu

Apersepsi  Menanyakan pada audience sebelum ke materi


mengenai pembahasan yang akan disampaikan
 Memberikan penjelasan mengenai pengertian
Proses Menstruasi
 Memberikan penjelasan mengenai fungsi
Menstruasi 30 menit
 Memberikan penjelasan mengenai siklus
menstruasi
 Memberikan penjelasan mengenai gangguan
pada siklus Haid
 Memberikan penjelasan mengenai penyebab
terganggunya siklus Haid
 Memberikan penjelasan mengenai gangguan
yang berhubungan dengan haid
 Memberikan pertanyaan pada audiens
Penutup  Menutup pertemuan dan mengucapkan salam 10 menit

F. Setting Tempat

Layar

Pemateri

Fasilitator Fasililator
PESERTA

Fasililator
Fasilitator

Kamera
G. MEDIA
 Leaflet
 Laptop/LCD
 PPT

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kesepakatan dengan audiens (waktu dan tempat)
 Kesiapan materi penyaji
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias menanyakan apa yang tidak diketahuinya
 Peserta menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
3. Mahasiswa
 Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
 Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas
4. Evaluasi Hasil
 Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

I. Daftar Pertanyaan
1. Sebutkan pengertian menstruasi ?
2. Sebutkan siklus mensruasi ?
3. Sebutkan penyebab gangguan siklus menstruasi ?
4. Sebutkan keluhan saat mentruasi ?
J. Sumber pustaka
Buku Manajemen Kesehatan Menstruasi. ppi.unas.ca.id
Suhendra, Ahmad. 2014. Haid dalam Hadits. digilib.uin-suka.ac.id
Prihatama, PY. 2013. Masalah siklus haid. eprints.ums.ac.id
repository.usu.ac.id
digilib.unimus.ac.id
TINJAUAN TEORI

A. Menstruasi
1. Definisi Menstruasi
Menurut Bobak, menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus
yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. menstruasi ini merupakan peristiwa yang
dialami setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat haid
adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan.
2. Fungsi Menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
pada saluran reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses
ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan
siklik maupun lama siklus menstruasi (Jones, 2005).
3. Siklus Menstruasi
Ciri khas kedewasaan wanita ditandai dengan adanya perubahan-perubahan
siklius pada alat kandungan sebagai persiapan untuk suatu kehamilan. Peristiwa
penting tersebut ditandai dengan datangnya haid yaitu pengeluaran darah tiap bulan
dari rahim. Ada pameo yang mengatakan, ketika haid, rahim menangis karena
pembuahan tidak kunjung terjadi. Pendarahan akibat runtuhnya dinding lapisan dalam
rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling berkaitan, yang bertujuan
mempersiapkan rahim menampung sel telur yang dibuahi. Bila kehamilan tidak
terjadi, dinding yang sudah dipersiapkan itu mengelupas. Siklus baru yang sama
dimulai lagi.
Pengendali utama dari semua peristiwa itu ialah hipotalamus. Bagian otak itu
pun masih dapat dipengaruhi oleh emosi dan kekecewaan. Terbukti dari kenyataan,
haid dapat dipengaruhi oleh pikiran yang kacau, atau perjalanan, dan pindah
pekerjaan. Lamanya haid terhenti tidak selalu dapat dipastikan. Ada yang dua atau
tiga bulan kemudian datang kembali, dan ada pula yang sampai setahun penuh,
bahkan dapat pula lebih. Wanita yang mengalami hal ini, memerlukan pemeriksaan
yang cermat terhadap kemungkinan menderita penyakit yang dapat menyebabkan
amenorea.
1. Gambaran Klinis Menstruasi
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan
menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28
hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi
hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi lamanya. Siklus yang diamati
terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal
perdarahan menstruasi – fase luteal − relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2
hari pada kebanyakan wanita (Hanafi, 2002).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan
endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu.
Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar,
bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan
darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal
yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang
pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh
beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per
dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29
mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai
1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun
(Bobak, 2004).

2. Aspek Hormonal Selama Siklus Menstruasi


Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan
berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung
dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan
adanya pengaturan koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam
peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target.
Hormon- hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :
a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :
- Luteinizing Hormon (LH)
- Folikel Stimulating Hormon (FSH)
- Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
b. Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak
dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau
dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor
steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak
dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
3. Fase-fase dalam Siklus Menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam
uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi
antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus (Bobak, 2004).
Fase-fase tersebut adalah :
a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang tiga sampai enam hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progeseron, LH (Luteinizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium.
Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4
hari.
c. Fase intermenstum atau fase proliferasi
Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari
ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium
secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang
perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang
berakhir saat ovulasi. Fase intermenstum atau fase proliferasi tergantung
pada stimulasi estrogen yang berasal dari folike ovarium.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
- Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini
dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel.
- Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang
berbentuk torak yang tinggi.
- Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14.
Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai
banyaknya mitosis.
d. Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium
kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang
berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata.
Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang
diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
- Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
- Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang
dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah
yang mengandung glikogen dan lemak. Endometrium menjadi kaya
dengan darah dan sekresi kelenjar. Akhir masa ini, stroma endometrium
berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar
pembuluh-pembuluh arterial.Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi
(Hanafiah, 1997).
4. Mekanisme siklus menstruasi
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari
siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai
kadar 5 mg/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis
kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol
dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir
fase folikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi,
kadar estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai
ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin praovulasi. Akibatnya FSH
dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari
sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun.
Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40
mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml.
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini
folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi.
Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus
luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan
gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak
selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada
beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan
endometrium sesuai dengan fase luteal.
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi
progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20
ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak
mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih
tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi
estradiol dan progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Admin,
2010).

4. Gangguan pada Siklus Haid


Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18
tahun setelah itu harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan
interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode
menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah
rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml (rentang 20- 80 ml), atau 2-5
kali pergantian pembalut/hari. (Manuaba, 1999)
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pad awal dan akhir masa reproduktif,
yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan
dengan lamanya siklus haid, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat
mengalami kedua gangguan itu (Jones, 2002).
Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam :
1. Perubahan pada siklus haid
a. Polimenorea
Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan).
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah
kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.
b. Oligomenorea
Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea
biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress,
penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan,
status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat, penurunan berat badan
yang signifikan.
c. Amenorea
Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian
besar siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak
adanya menstruasi dapat berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti
kehamilan, menopause, atau penggunaan metode pengendalian kehamilan. Selain
itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang berhubungan dengan amenorea
yang abnormal.
Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :
- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan sampai
umur 18 tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
tidak terbentuknya alat genitalia.
- Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18
tahun dan diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati waktu 3 bulan
atau lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari penyebab yang mungkin
dapat ditegakkan.
Sebab terjadinya amenorea:
a. Fisiologis :
- sebelum menarche
- hamil dan laktasi
- menopause senium
b. Kelainan congenital Didapatkan :
- infeksi genitalia
- tindakan tertentu
- kelainan hormonal
- tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium
- kelainan dan kekurangan gizi (Manuaba, 2008).
2. Perubahan jumlah darah haid
- Hipermenorea atau menoragia
Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari
8 hari). Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak.
Pendarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovoasi penyebab
terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau
hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada
ketegangan psikologi (chalik, 1998).
- Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau lebih
kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita
dengan penyakit tertentu.
3.Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid
Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi
dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola
menstruasi ini disebut metrorargia. (Jones, 2002)

5. Penyebab Terganggunya Siklus Haid


Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya.
Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada
panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang
dijumpai :
1. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di
kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid
pun akan terganggu.
2. Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya
karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita
yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme
sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress,
wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit- sakitan,
sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut
terganggu.
4. Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak
teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolakin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang
menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada
kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Sahara, 2009).

6. Gangguan yang Berhubungan dengan Haid


a. Sindrom prmenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)
Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang
walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab
terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan
estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan
berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan
hormonal, pada premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan
produksi progesterone. Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial
juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan
ini adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid
dan terhadap faktor-faktor psikologis. Keluhan terdiri dari gangguan emosional
berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut
kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada
kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan
peningkatan gejala-gejala tersebut di atas (Manuaba, 2002).
b. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga
dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan
ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya
terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga
pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus
anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit
terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang
menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam
sebelum haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid.
Sesuatu itu semua rasa tidak enak tadi hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi
mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan
aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk
menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat
(rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan
untuk menghilangkan nyerinya). Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal
yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya
dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa
nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus
seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna (Manuaba, 2002).

You might also like