You are on page 1of 9

Kamis, 13 September 2018

PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

A. Pengertian
1. Pengenalan Ketel Uap

Ketel uap adalah pesawat yang digunakan untuk memanaskan air menjadi
uap. Peralatan pesawat penguapan ialah suatu alat yang dihubungkan pada
pesawat uap.

Sumber-sumber Bahaya dan Akibatnya:

1. Mamometer tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan ledakan.


2. Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekana yang
berlebihan.
3. Gelas duga tidak berfungsi mengakibatkan jumlah air tidak terkontrol.
4. Air pengisi ketel tidak berfungsi mengakibatkan terjadinya
pembengkaan bejana karena tidak adanya transfer panas.
5. Boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall
6. Terjadi pemanasan lebih Karena kekelebihan produksi uap.
7. Tidak berfungsinga pompa air pengisi ketel.
8. Karena perubahan tidak sempurna.
9. Karena boilernya sudah tua sehingga sudah tidak memenuhi syarat.
10. Tidak teraturnya tekanan inspeksi sesuai peraturan yang berlaku.

2. Pengetahuan Teknis Praktis Bejana Tekan

Bejana tekan adalah sesuatu utuk menabung fluida yang bertekanan.


Termasuk bejana tekan:

- Bejan penampung
- Bejana pengangkut
- Botol baja
- Pesawat pendingin
- Reaktor

Alat perlengkapan dan alat pengaman


- Alat perlengkapan adalah semua perlengkapan yang dipasang pada bejana
tekan sesuau maksud dan tujuan.
- Alat pengaman adalah suatu peralatan tang dapat digunakan bila tekanan
dalam bejana melebihi batas maksimum yang dibutuhkan.
- Plat nama adalah identitas lengkap yang berkaitan dengan bejana dan
ditempel pada dinding bejana.

Gas Bertekanan

Pengelompokan gas bertekanan menurut sifatnya:

 Gas yang dapat mengurangi kadar zat asam adalah suatu gas yang dapat
bereaksi kimiawi dengan bahan bakar lain.
 Gas mudah terbakar adalah gas yang mudah bereaksi dengan oksigen
dan menimbulkan kebakaran

Desain/Perencanaan

Dalam proses in harus diketahui terlebih dahulu tekanan yang di butuhkan


guna memperhitungkan ktebalan bejana termasuk di dalamnya ketebalan
karena korosi, serta temperature suhu yang dibutuhkan guna
mempertahankan pada dinding bejana selama bejana dioperasionalkan.

Pemilihan bahan kontruksi terutama ditujukan untuk keperluan


keselamatan kerja serta mendapatkan biaya yang murah dengan tidak
terlepas dari pengaruh zat kimia.

Bejana tekan dibedakan menurut bentuk badan (stell), maupun bentuk front
(tutup) atau headnya. Sedangkan kedudukannya dibedakan menurut sumbu
atau garis sentralnya.

B. Sumber Bahaya dan Akibat yang Dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan
Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan, bila
tercampur dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan kebakaran
atau ledakan.

Keracunan dan iritasi. Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-sifat beracun
yang sangat membahayakan bagi makluk hidup karena dapat meracuni darah
dalam tubuh melalui sistem pernapasan maupun jaringan tubuh lainya.

Pernapasan tercekik (Aspisia). Sejumlah gas tertentu yang tampaknya tidak


berbahaya karena tidak beracun dan tidak dapat terbakar. tetapi dapat
mengakibatkan kematian apabila gas tersebut telah memenuhi ruangan tertutup
sehingga oksigen dalam ruangan tersebut tidak cukup lagi memenuhi
kebutuhan pernapasan.

Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam botol baja
maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan
kemasan dalam menahan tekanan gas yang ada didalamnya.

Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan yang sangat
dingin, maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas tubuh yang terkena
sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan merusak jaringan
tubuh, dan luka yang parah dapat menyebabkan kematian bila tidak
mendapatkan pertolongan segera.

C. Botol Baja atau Tabung Gas


1. Identitas dengan pewarnaan
 Kelompok gas penyebab tercekik berwarna Abu-abu
 Kelompok gas mudah terbakar atau meledak berwarna Merah kecuali
LPG dicat warna biru
 Kelompok gas beracun berwarna Kuning Tua
 Kelompok gas yang dapat menyengat berwarna Kuning Muda
 Kelompok gas untuk keperluan kesehatan berwarna Putih
 Kelompok gas campuran diberiwarna sesuai dengan jenis campuran
 Zat asam dan gas-gas lain yang termasuk kelompok gas pengoksidasian
berwarna Biru Muda

2. Identitas dengan huruf


Pada bagin botol baja diberi tulisan nama gas yang diisikan, dibuat huruf
balok warna hitam

3. Identitas dengan label


Ukuran dan tulisan label disesuaikan dengan jenis, sifat, dan potensi bahaya
serta kapasitas botol baja.

4. Identitas dengan plat nama atau tanda slagletter


Slagletter harus memberikan keterangan tentang:

- Nama pemilk
- Mana penbuat, nomor seri pembatan dan tahun pembeatan
- Nama gas yang diisikan bukan symbol kimia
- Berat botol baja tanta gas dan valve
- Tekanan isis yang diijinkan
- Berat maksimum gas yang diisikan jenis gas cair
- Kapasitas tampung air
- Tanda bahan pengisi bila jenis gas yang diisikan asetylene
- Bulan dan tahun pada waktu uji tekan yang pertama

D. Instalansi Pipa
Instalansi pipa diberi warna yang berbeda menurut jenis fluida/gas yang
mengalir di dalamnya. Instalansi pipa juga diberi identitas dengan tanda-tanda
sebagai berikut:

 Nama fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis lengkap, bila


memungkinkan ditulis pada rumus kimianya
 Besarnya tekanan pada fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis
dengan angka dan satuan tekanan
 Arah aliran fluida/gas di dalam pipa ditulis dengan tanda panah dengan
warna yang menyolok

E. Dasar Hukum
1. UU Uap tahun 1930
2. Peraturan Uap tahun 1930
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
5. Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
6. Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap

F. Ruang Lingkup
1. Pertimbangan-pertimbangan Desain

 Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang


cukup dan dapat dibaca dengan jelas
 Data ukuran-ukuran pesawat serta bagian-bagiannya harus dituliskan
secara jelas
 Gambar bagian (detail) konstruksi penyambungan antara satu bagian ke
bagian lain harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat
diketahui secara jelas
 Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai
dengan standar yang jelas
 Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang
berlaku

Penempatan ketel uap

 Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus dimana di dalamnya
tidak pasti untuk bekerja
 Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan
tersendiri yang terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya

2. Penggolongan Bejana Uap

Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dan
operasinya. Ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedangkan bejana uap
adalah sebagai penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang
menggunakan instalansi uap.

3. Pengoperasian Pesawat Uap

Agar pemeliharaan ketel uap dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
diadakan pendidikan dan latihan terhadap operator ketel uap, juru las untuk
pesawat uap, yaitu :

 Pendidikan operator ketel uap


 Pendidikan dan latihan juru las

G. Pemeriksaan dan Pengujian


Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian serta Penerbitan Ijin Pesawat
uap:

1. Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian

2. Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan penerbitan ijin pemakaian

3. Prosedur pemeriksaan dan pengujian

4. Prosedur penerbitan ijin pemakaian pesawat uap

Pedoman Pelaksanaan dan Pengujian serta Penerbitan Pengesahan Pemakaian


Bejana Tekan:

1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh ahli K3 spesialis pesawat uap dan
bejana tekan
2. Persyaratan keselamatan kerja harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan dan
ketentuan teknis pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan
pengujian serta penertiban pengesahan pemakaian bejana tekan, harus
mentaati undang-undang dan pertauran yang berlaku.
Kelembagaan K3

A. Pengertian Kelembagaan K3
Adalah sebuah organisasi/badan swasta independen, non pemerintah yang bergerak di bidang
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan dan lembaga
usaha berbadan hukum di Indonesia pada saat ini adalah; P2K3, D3KN dan PJK3

1. P2K3, Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja adalah suatu lembaga yag dibentuk
di perusahaan untuk menangangi masalah K3 di perusahaan tersebut.

2. DK3N, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, adalah suatu lembaga yang
dibentuk pemerintah untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-
usaha Keselamatan dan kesehatan kerja.

3. PJK3, Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah suatu lembaga usaha yang
bergerak dalam bidang K3 dan mendapatkan penunjukkan dari Depnakertrans dan mempunyai
ahli K3 dibidangnya.

B. Dasar Hukum Pembinaan dan Pembentukan Kelembagaan K3

Yaitu; Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, pasl 10 ayat (1) dan (2) dengan peraturan
pelaksanaannya yaitu;
1. KEPMENAKER No. Kep.125/Men/1984 tentang pembentukan, susunan dan tata kerja DK3N,
DK3W dan P2K3
2. KEPMENAKER No. Kep. 04/Men/1987 tentang panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) serta tata cara penunjukkan Ahli K3

3. PERMENAKER No. Per.04/Men/1995, tentang PJK3

C. Tugas Pokok dan Fungsi P2K3, DK3N dan PJK3

1. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


a. Tugas Pokok :
Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai
masalah K3.
b. Fungsi :
(1) Menghimpun dan mengolah data tentang K3
(2) Membantu menunjukkan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja, hal-hal yang terkait dengan
K3
(3) Membantu pengusaha dalam usaha menerapkan aspek-aspek K3 dalam kegiatannya

2. DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)


a. Tugas Pokok :
Memberikan saran-saran baik diminta maupun tidak kepada menteri mengenai masalah-masalah
dibidang K3
b. Fungsi :
Menghimpun dan mengolah segala data dan atau permasalahan K3 di tingkat Nasional serta
membantu menteri dan DK3W

3. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


a. Tugas Pokok :
Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai peraturan yang berlaku.
b. Fungsi :
1) Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3, mulai dari tahap konsultasi,
fabrikasi, pemeliharaan, reparasi, penelitian, pemeriksaan, pengujian, audit K3 dan pembinaan
K3.
Selain fungsi dan tugas dari masing-masing lembaga tersebut diatas, dalam hal tata cara
pembentukan lembaga tersebut juga harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan,
baik persyaratan dan prosedur pembentukannya.

You might also like