You are on page 1of 16

BAB 1

PENDAHULUAN

Morbilli, campak, measles, atau rubeola adalah penyakit virus akut yang

disebabkan oleh virus campak, yang umumnya menyerang anak. Penyakit ini

sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai 4 hari setelah

munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.Morbili

merupakan penyakit infeksi virus menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu

stadium prodormal (kataral),stadium erupsi dan stadium konvalensi yang

dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.

Morbili dapat menginfeksi semua orang yang rentan melalui rute udara.

Morbili merupakan suatu virus RNA yang termasuk family Paramiksoviridae

dengan genus morbilivirus.

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa morbili

merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB)

dan saat ini masih disebut salah satu penyebab kematian pada anak.

Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan

terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam

program imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka

kematian yang tinggi. Di daerah perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat,

kecuali dari laporan rumah sakit.

Hal ini tidak berarti bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah

urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang

1
sangat menular seperti campak. Daerah semacam ini dapat merupakan sumber

kejadian luar biasa penyakit campak.

Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), morbili

menduduki urutan ke 5 dari 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan

urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Di

dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita disebabkan oleh

campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun) .

Pada tahun 2004 Indonesia diidentifikasikan sebagai satu dari lima negara

dengan lebih dari satu juta anak yang tidak divaksinasi campak. Pada tahun

tersebut, cakupan imunisasi rutin kurang lebih 70% dan dengan estimasi 30.000

anakmeninggal karena komplikasi yang disebabkan oleh campak setiap tahunnya.

Sebagai negara terbanyak populasinya keempat di dunia, pencapaian

cakupanimunisasi di Indonesia adalah sebuah langkah penting untuk mencapai

tujuan global guna menurunkan kematian akibat campak 90% .

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular
sejak awal masa prodormal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya
ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.1
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3
stadium yaitu :
1. Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan
pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak
bergejala.
2. Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis,
pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada
mukosa (bercak koplik).
3. Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang
didahului dengan meningkatnya suhu badan, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas.2

B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada
bayi (0.7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada anak usia
1-4 tahun (0.77%).2
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002
masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya
kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174.
Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%.
Umur terbanyak menderita campak adalah < 12 bulan, diikuti kelompok umur
1-4 dan 5-14 tahun.1

3
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun
melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak
bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7
setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan
mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.3

C. ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan
genus Morbili virus berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris
tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein. Didalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong,
terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) yang
merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar
seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein yang berada di
selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin. Sampai saat ini hanya
diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps.
Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak
selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.2
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi
apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari
virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam
pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4
minggu dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif
pada pH rendah.2

D. PATOGENESIS

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit


virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring.
Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih
penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik
regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia

4
primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada
jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh.
Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.

Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi,
kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai
puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2
hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel
endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan


memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu,
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.3

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus


1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases5th edition

5
Penularannya sangat efektif dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4
hari timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal
dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik local,
bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear, kemudian mencapai
kelenjar getah bening regional. Disini virus memperbanyak diri dengan
sangat perlahan dan dimulai penyebaran ke sel jaringan limforetikular seprti
limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-
supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui
secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah focus infeksi
yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih
dan usus.
Pada hari ke 9-10, focus infeksi yang berada di epitel saluran nafas
dan konjungtiva akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua
lapis sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari system saluran
nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang
tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulserasi kecil pada mukosa
pipi yang disebut bercak koplik yang dapat menjadi tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons
delayed hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular
pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral
dapat dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami deficit sel-T.

6
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel
tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia,
otitis media dan lain-lain.2

E. DIAGNOSIS1.2.3.4
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
a. Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8
hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi
imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
b. Stadium kataral (prodormal)
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran
klinis seperti demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan
coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar
ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal
yang berhadapan dengan molar bawah.
Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk
sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang
terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada
stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh
bagian konjungtiva telah terkena radang.
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk
campak muncul pada hari ke-10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu
bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis
berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering
ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi
dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti
palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis.
Muncul 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan

7
cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal,
dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita
akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan. Gambaran darah tepi
leukopeni dan limfositosis.
c. Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik
merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang – kadang terlihat
bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler disertai naiknya
suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula
eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Pada campak yang
tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat
stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul
sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan
dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar
ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu
sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki,
ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya
sesuai dengan urutan munculnya.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan
yang akan tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai
menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar
bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah
deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi
campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh
bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga
menjadi bengkak sehingga sulit dikenali. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher

8
belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare
dan muntah.
Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu
morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan
traktus digestivus.
d. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih
tua atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan
akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam
kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG3
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala
klinis. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal
dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung.
Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan
Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,
immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan
fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan
dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada
7 – 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif
bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih. Serum IgM merupakan
tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun
dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya
seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung
menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan
didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit
sedangkan kadar glukosa normal.

9
G. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Campak jerman
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang
telinga.
2. Rubella.
Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari
campak. Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat.
Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina.
Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda
patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa.
5. Eksantema subitum.
Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila
suhu badan menurun.

H. PENYULIT
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak
berumur lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi
sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :
1. Laringitis akut
Laryngitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa
saluran nafas yang bertambah parah pada saat demam mencapai
puncaknya. Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis dan
stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan
menghilang.

10
2. Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak.
Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi
sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan
Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus,
batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang
masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang,
perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi
mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan
dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
3. Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak.
Gejala encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari
setelah onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi
campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis
yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan
frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya
komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat
virus campak tersebut.
4. SSPE (Subacute Slcerosing Panencephalitis)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual
yang diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-
rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi
pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan.
Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif
dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x
lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah
mendapat vaksinasi.

11
5. Kejang Demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak
demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai
kejang demam.
6. Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion,
pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
7. Otitis Media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada
campak. Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan
stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.
8. Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran
cerna sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat
menurunnya daya tahan penderita campak.
9. Black Measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi
campak yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat
hemoragik. Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati
dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.
Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.

I. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Pengobatan bersifat suportif terdiri dari pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder,
antikonvulsi apabila terjadi kejang dan pemberianm vitamin A
b. Vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan
200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan

12
morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan
jumlah limfosit total
c. Pengobatan Morbili tanpa komplikasi
 Bedrest
 Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan
1500 IU tiap hari.
 Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan
disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
komplikasi.
d. Pengobatan Morbili dengan komplikasi
 Ensefalopati
Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100
mg/KgBB/hari selama 7-10 hari.
Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgbb/hari sebagai dosis awal
dilanjutkan 0.5 g/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai
kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan
tappering off)
Kebutuhan jumlah cairan dikurangi ¾ kebutuhan serta koreksi
terhadap gangguan elektrolit.
 Bronkopneumonia
Kloramfenikol 75mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari
selama 7-10 hari
Oksigen 2 liter/menit.
2. Indikasi rawat
Pasien dirawat (di ruang isolasi) bila :
 Hiperpireksia (suhu >39,5˚C)
 Dehidrasi
 Kejang
 Asupan oral sulit
 Adanya penyulit atau komplikasi.

13
J. PENCEGAHAN
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak.
Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib
diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun
dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi
campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia
12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi
campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita
kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan
didiagnosis sebagai campak.1
1. Imunisasi aktif
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan
tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi
(endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz
dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan
imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin
morbili tersebut pada anak berumur 10 – 15 bulan karena sebelum umur
10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik
karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula agar anak
yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis
diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15
bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili
pada anak berumur 9 bulan ke atas.3
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi
terhadap telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2
minggu sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita
tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin
ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis
yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat
pengobatan imunosupresif.3.6

14
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan
serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan
plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak
dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis
0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah
pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna
terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak
dibangsal rumah sakit anak.7
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang
terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula
bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna
menghindari penularan lingkungan sekitar.3

K. PROGNOSIS
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai
dengan penyulit maka prognosisnya baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wahab S, editor. Campak. Dalam: Nelson Ilmu Kesehatan Anak vol. 2. Edisi 15.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. h.1068-71.

Poorwo SS, Garna H, Rezeki S, Irawan H. Campak. Dalam: Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. h.109-18.

Parwati SB. Campakdalamperspektifperkembanganimunisasidan diagnosis


Pediatripencegahanmutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.

16

You might also like