You are on page 1of 121

Keperawatan Dasar 2015

MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN DASAR

Di Susun Oleh:

Ns. NINA SELVIA ARTHA, M.Kep


.

AKADEMI KESEHATAN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROVINSI RIAU
2015/2016
. Page 1
Keperawatan Dasar 2015

Kata Pengantar

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Puji serta syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang elah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga modul praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia I ini dapat tersusun. Modul praktikum ini berisi konsep dan panduan
praktikum untuk aplikasi mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang diperuntukkan
bagi mahasiswa program studi D III.

Diharapkan mahasiswa yang mengikuti praktikum dapat mengikuti semua


kegiatan praktikum dengan baik dan dapat melaksanakan semua prosedur
praktikum dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan
modul ini tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penulis
bersedia menerima saran dan kritik dari berbagai pihak untuk dapat
menyempurnakan modul praktikum ini di kemudian hari.

Semoga dengan adanya modul praktikum ini dapat membantu proses


belajar mengajar khususnya kegiatan praktikum mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia I dengan lebih baik lagi.

Rengat, Juli 2015

Penulis

. Page 2
Keperawatan Dasar 2015

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai


2. Mahasiswa harus menggunakan pakaian laboratorium lengkap dengan name
tag, bagi mahasiswa yang tidak menggunakan pakaian laboratorium tidak
diperkenankan untuk mengikuti praktikum
3. Mahasiswa harus menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam praktikum
4. Selama praktikum mahasiswa tidak diperkenankan untuk :
a. Makan dan minum
b. Bersenda gurau
c. Mendiskusikan masalah yang tidak berkaitan dengan materi praktikum
d. Mengerjakan hal lain yang tidak berkaitan dengan praktikum
5. Seluruh mahasiswa harus ikut serta secara aktif dalam praktikum.
6. Setelah selesai praktikum mahasiswa harus mengembalikan alat-alat yang
digunakan dalam keadaan utuh, dan bersih kepada penanggung jawab
laboratorium. Jika terjadi kerusakan alat selama praktikum yang disebabkan
oleh kelalaian mahasiswa, mahasiswa diwajibkan untuk mengisi formulir
kesediaan mengganti, dan secepatnya mengganti alat tersebut.
7. Setelah praktikum mahasiswa wajib mengikuti test pasca praktikum.
8. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum harus 100%. Apabila mahasiswa tidak

dapat mengikuti praktikum karena sakit, atau alasan lain, diwajibkan untuk

mengirimkan surat keterangan yang syah dan harus diserahkan dalam 1 minggu.

Page 3
Keperawatan Dasar 2015

Mahasiswa juga harus segera lapor kepada penanggung jawab praktikum

untuk merencanakan praktikum pengganti.

IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : .……………………………...........

NIM : .……………………………………

SEMESTER : .……………………………………

KELAS : ..……………………………............

PROGRAM STUDI :…………………………………........

. Page 4
Keperawatan Dasar 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Ajar


Fokus mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia I membahas tentang konsep
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual termasuk
kebutuhan personal hygiene, pemeriksaan fisik, mobilisasi dan aktifitas, rasa
aman dan nyaman. Penerapan proses keperawatan dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan dasar tersebut. Aktivitas belajar meliputi kuliah, diskusi,
penugasan, demonstrasi dan simulasi di kelas dan praktikum di laboratorium
institusi. Proses pembelajaran difokuskan pada diskusi dan ceramah di kelas
dan pengalaman belajar praktikum di laboratorium. Penugasan individu dan
kelompok dalam bentuk seminar dan membuat pelaporan tentang praktikum

B. Tujuan Mata Ajar


Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu membuat
asuhan keperawatan dan mendemonstrasikan praktikumnya tentang personal
hygiene, pemeriksaan fisik, mobilisasi dan aktifitas, rasa aman dan nyaman.

. Page 5
Keperawatan Dasar 2015

C. Kompetensi Mata ajar


1. Konsep kebutuhan dasar manusia
2. Asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar manusia
3. Konsep kebutuhan fisiologis : personal hygiene, mobilisasi aktifitas serta
rasa aman dan nyaman

D. Strategi Perkuliahan
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning.
Dimana Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode
yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactive skill station)
dan Problem base learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar
mencari materi secara mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan
seperti internet, expert dan lainlain, yang nantinya akan didiskusikan dalam
kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan untuk beberapa pertemuan dosen
akan memberikan kuliah singkat diawal untuk memberikan kerangka pikir dalam
diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan keterampilan, metode yang yang
akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi di laboratorium

E. Bahan Bacaan
Buku/Bacaan Wajib (BW)
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktik. Jakarta. EGC
Buku/bacaan anjuran (BA)

Hanke, Grace. 2007. Med-Math : Perhitungan Dosis, Preparat dan


Cara Pemberian Obat Edisi 2. Jakarta : EGC.
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta :
EGC.
Potter, Patricia A, Pocket guide to health assessment, hal.346-348
A. Tamsuri, 2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta
. Page 6
Keperawatan Dasar 2015

Borenfein, Gb, 1995, Lbp Medical Diagnosis And Comprehensive M


Second Edition, Philadelpia : Wb Soundres
Carolyn Richardson, Et, Al, 1999, Therapeistic Exercise For Spinal
Segmental Stabilization In Low Back Pain London Chur Chill, Living
Stone
Kisner, Carolyn And Lynn Allen Colby, 2007, Therapeutik Exercise
Foundation And Techiques Fifh Edition, Philadelphian : F.A Davis
Company
Nugroho. D.S, 7-10 Maret 2001, Neurofisiologi Nyeri Dari Aspek
Kedokteran Makalah yang Disampaikan Pada pelatihan
Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri, Surakarta

PERSONAL HIGYENE

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan personal Personal Higyene

berupa memandikan pasien, mengeramasi pasien, oral higyene dan

gunting kuku secara sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

B. Dasar Teori

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia


dalammemenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, kliendinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
. Page 7
Keperawatan Dasar 2015

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatutindakan


untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisidimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (dalam
Tarwoto dan Wartonah 2006 ).

I. Memandikan pasien
Memandikan pasien merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan
pada pasien yang tidak mampu mandi secara mandiri atau memerlukan
bantuan, dengan cara membersihkan pasien dengan air dan sabun.
Tujuan :
a. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan
b. Memberikan rasa nyaman
c. Merangsang peredaran darah
d. Sebagai pengobatan
e. Mencagah infeksi kulit
f. Mendidik pasien dalam kebersihan perseorangan.

Dilakukan pada:
Pada pasien baru, terutama bila kotor sekali dan keadaan
umumnya memungkinkan.
Pada pasien yang dirawat, sekurang-kurangnya dua kali
sehari dengan kondisinya.

II. Mengeramasi pasien


Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah,tidak terlalu berminyak

dan terlalu kering serta tidak berketombedan berkutu.


. Page 8
Keperawatan Dasar 2015

Tujuan bagi klien yang membutuhkan perawatan rambut dan kulit kepala
meliputi sebagai berikut:
Pola kebersihan diri klien normal
Klien akan memiliki rambut dan kulit kepala bersih yang
sehat Klien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri
Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
Klien akan berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut.

III. Oral higyene


Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan
mulut, gigi dan gusi (Clark, 2005). Menurut Taylor et al (2000), Oral
hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga kontiunitas bibir,
lidah dan mukosa membran mulut mencegah terjadinya infeksi rongga
mulut dan melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.

IV. Gunting kuku


Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit yang terdiri dari
sel-sel yang masih hidup. Bentuk kuku bermacam-macam tergantung dari
kegunaannya ada yangpipih, bulat panjang, tebal dan tumpul (Depdikbud,
1986:21). Guna kuku adalah sebagai pelindung jari, alatkecantikan, senjata ,
pengais dan pemegang (Depdikbud ,1986:22). Bila untuk keindahan bagi
wanita karena kuku harusrelatif panjang, maka harus dirawat terutama dalam
halkebersihannya. Kuku jari tangan maupun kuku jari kaki harus selalu terjaga
kebersihannya karena kuku yang kotor dapat menjadisarang kuman penyakit
yang selanjutnya akan ditularkan kebagian tubuh yang lain.

C. Alat dan Bahan

Memandikan pasien
. Page 9
Keperawatan Dasar 2015

1. Baskom mandi 2 buah yang berisikan air dingin dan air hangat
2. Pakaian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk dan waslap
5. Tempat untuk pakaian kotor
6. Skrin (sampiran)
7. Sabun
Mengeramasi pasien
1. Handuk 2 buah
2. Talang
3. Kain pel
4. Baskom berisi air hangat
5. Gayung
6. Shampoo dalam tempatnya
7. Sisir
8. Kain kassa dan kapas
9. Ember kosong
10. Sarung tangan bersih
11. Celemek untuk
petugas Oral Higyene
1. Tissue
2. Gelas kumur berisi air matang hangat
3. Sikat gigi dan pastanya
4. Sarung tangan bersih
5. Bengkok
6. Perlak dan alasnya/handuk
kecil Menggunting Kuku
1. Pengalas atau perlak
2. Gunting kuku
. Page 10
Keperawatan Dasar 2015

3. Handuk
4. Bengkok berisi lisol 5%
5. Baskom berisi air hangat (37-40ºc)
6. Sabun
7. Sikat kuku
8. Sarung tangan bersih
9. Kapas

D. Petunjuk Umum

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan

3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul

4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau

kurang dimengerti

E. Keselamatan Kerja

1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan

2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang

mudah dijangkau

3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya

4. Perhatikan setiap langkah

. Page 11
Keperawatan Dasar 2015

F. Langkah Kerja

No Langkah Pengerjaan dan key Ilustrasi gambar


point
1 Menyiapkan alat dan bahan
Key Point : pastikan air tidak terlalu

panas atau dingin (hangat)

2 Menyapa pasien atau keluarga dan

memperkenalkan diri

3 Informed consent:
Menjelaskan tujuan tindakan yang
. Page 12
Keperawatan Dasar 2015

dilakukan

4 Menjaga privasi pasien : tutup

sampiran

5 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air
mengalir dan dikeringkan

6 Mengganti selimut klien dengan


selimut mandi

. Page 13
Keperawatan Dasar 2015

7 Melepas pakaian atas klien

8 Membasuh Muka
Membentangkan perlak kecil dan
handuk kecil di bawah kepala
Menawarkan pasien
menggunakan sabun atau tidak
Membersihkan muka, telinga
dengan waslap lembab lali di
keringkan
Menggulung perlak dan handuk

9 Membasuh Lengan
Menurunkan selimut mandi
kebagian perut klien
Memasang handuk besar diatas
dada klien secara melintang dan
kedua tangan klien diletakkan
diatas handuk
Membasahi tangan klien dengan
waslap air bersih, disabun,
kemudian dibilas dengan air
hangat (lakukan mulai dari
ekstremitas terjauh klien)
. Page 14
Keperawatan Dasar 2015

10 Membasuh Dada Dan Perut


Melepas pakaian bawah klien
dan menurunkan selimut
hingga perut bagian bawah,
kedua tangan diletakkan diatas
bagian kepala, membentangkan
handuk pada sisi klien
Membasuh ketiak dan dada
serta perut dengan waslap
basah, disabun, kemudian
dibilas dengan air hangat dan
dikeringkan, kemudian
menutup dengan handuk

11 Membasuh Punggung
Memiringkan pasien kearah
perawat
Membentangkan handuk di

belakang punggung hingga bokong

Membasahi punggung hingga


bokong dengan waslap, disabun,
kemudian dibilas dengan air
hangat dan dikeringkan
Memberi bedak pada punggung
Mengembalikankeposisi
. Page 15
Keperawatan Dasar 2015

terlentang, kemudian membantu

pasien mengenakan pakaian

12 Membasuh Kaki
Mengeluarkan kaki pasien dari
selimut mandi dengan benar
Membentangkan handuk dibawah

kaki tersebut, menekuk lutut

Membasahi kaki mulai dari


pergelangan sampai pangkal
paha, disabun, dibilas dengan air
bersih, kemudian dikeringkan
Melakukan tindakan yang sama

untuk kaki yang lain

. Page 16
Keperawatan Dasar 2015

13 Membasuh Daerah Lipat Paha


Dan Genital
Membentangkan handuk dibawah
bokong, kemudian selimut mandi
bagian bawah dibuka

Membasahi daerah lipat paha


dan genital dengan air, disabun,
dibilas, kemudian dikeringkan
Mengangkat handuk, membantu

mengenakan pakaian bawah klien

Merapikan klien, ganti selimut


mandi dengan selimut tidur
14 Membereskan alat

15 Mengevaluasi hasil tindakan :


menanyakan respon pasien

. Page 17
Keperawatan Dasar 2015

16 Berpamitan dengan pasien

17 Mencuci tangan

18 Mendokumentasikan kegiatan yang


telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang
dilakukan, tanda tangan

. Page 18
Keperawatan Dasar 2015

MENGKERAMASI PASIEN

No Langkah Pengerjaan dan key point Ilustrasi gambar


1 Menyiapkan alat dan bahan
Key Point :
Pastikan air tidak terlalu panas atau

dingin (hangat)

. Page 19
Keperawatan Dasar 2015

2 Menyapa pasien atau keluarga dan


memperkenalkan diri

3 Menjelaskan tujuan tindakan yang


dilakukan

4 Menjaga privasi pasien : tutup sampiran

5 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air
mengalir dan dikeringkan

. Page 20
Keperawatan Dasar 2015

6 Mengenakan sarung tangan dan celemek

7 Mengganti selimut klien dengan selimut


mandi

8 Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala


dipinggir tempat tidur

9 Memasang handuk dibawah kepala


10 Memasang ember dialasi kain pel
11 Memasang talang dengan ujung berada
didalam ember
. Page 21
Keperawatan Dasar 2015

12 Menutup dada dengan handuk sampai


ke leher
13 Menyisir rambut

14 Menutup lubang telinga dengan kapas dan

mata dengan kain kassa/sapu tanganpasien

15 Menyiram dengan air hangat,


menggosok (memijit-mijit) kulit kepala
dan rambut dengan shampoo

. Page 22
Keperawatan Dasar 2015

16 Membilas rambut dengan air hangat sampai


bersih

17 Melepas kapas penutup lubang telinga dan


kain kassa penutup mata

18 Mengangkat talang, mengeringkan rambut


dengan handuk

19 Menyisir rambut

20 Meletakkan kepala pada bantal yang telah


dialasi handuk kering

. Page 23
Keperawatan Dasar 2015

21 Merapikan pasien, ganti selimut mandi


dengan selimut tidur

22 Membereskan alat
23 Mengevaluasi hasil tindakan :

menanyakan respon pasien

24 Berpamitan dengan pasien

. Page 24
Keperawatan Dasar 2015

25 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air mengalir
dan dikeringkan

26 Mendokumentasikan kegiatan yang


telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang dilakukan,

tanda tangan

ORAL HIGYENE

No Langkah Pengerjaan dan Ilustrasi gambar


key point
1 Menyiapkan alat dan bahan

. Page 25
Keperawatan Dasar 2015

2 Menyapa pasien atau keluarga

dan memperkenalkan diri

3 Menjelaskan tujuan tindakan

yang dilakukan

4 Menjaga privasi pasien :


tutup sampiran

5 Cuci tangan efektif 7 langkah,

mengguankan sabun, dibawah

air mengalir dan dikeringkan

. Page 26
Keperawatan Dasar 2015

6 Memasang perlak dan


alasnya/handuk dibawah
dagu pasien

7 Memakai sarung tangan

8 Membantu pasien untuk


berkumur sambil

. Page 27
Keperawatan Dasar 2015

9 Menyiapkan bengkok

10 Membantu menyiapkan sikat

gigi dan pastanya

11 Membantu pasien menyikat


gigi bagian depan, samping
dan dalam

12 Membantu pasien untuk


berkumur sambil
menyiapkan bengkok

. Page 28
Keperawatan Dasar 2015

13 Mengulangi membantu
pasien menyikat gigi bagian
depan, samping dan dalam

14 Membantu pasien untuk


berkumur sambil
menyiapkan bengkok

15 Mengeringkan bibir
menggunakan tissue

. Page 29
Keperawatan Dasar 2015

16 Merapikan pasien dan


memberikan posisi
senyaman mungkin

17 Membereskan alat

18 Mengevaluasi hasil tindakan :

menanyakan respon pasien

. Page 30
Keperawatan Dasar 2015

19 Berpamitan dengan pasien

20 Cuci tangan efektif 7 langkah,

mengguankan sabun, dibawah

air mengalir dan dikeringkan

21 Mendokumentasikan kegiatan
yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang
dilakukan, tanda tangan

. Page 31
Keperawatan Dasar 2015

MENGGUNTING KUKU
No Langkah Pengerjaan dan key point Ilustrasi gambar
1 Menyiapkan alat dan bahan

2 Menyapa pasien atau keluarga dan


memperkenalkan diri

3 Menjelaskan tujuan tindakan yang


dilakukan

4 Menjaga privasi pasien : tutup sampiran

. Page 32
Keperawatan Dasar 2015

5 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air
mengalir dan dikeringkan

6 Mengenakan sarung tangan dan celemek

7 Dekatkan alat ke pasien

8 pasang pengalas di bawah tangan

. Page 33
Keperawatan Dasar 2015

9 rendam kuku dengan air hangat, jika kotor


kuku di sikat. Keringkan dengan handuk

10 letakkan tangan di atas bengkok yang


berisi lisol

11 potong kuku, setelah selesai letakkan


gunting kuku di atas bengkok

12 kikir kuku agar rata

13 lepaskan sarung tangan dan letakkan di


dalam bengkok

. Page 34
Keperawatan Dasar 2015

14 Merapikan pasien dan memberikan


posisi senyaman mungkin

15 Membereskan alat

16 Mengevaluasi hasil tindakan :


menanyakan respon pasien

17 Berpamitan dengan pasien

. Page 35
Keperawatan Dasar 2015

18 Cuci tangan efektif 7 langkah,


menggunakan sabun, dibawah air mengalir
dan dikeringkan

19 Mendokumentasikan kegiatan yang


telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang dilakukan,

tanda tangan

G. Evaluasi Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan personal Personal Higyene berupa


memandikan pasien, mengeramasi pasien, oral higyene dan gunting kuku
secara sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama

prosedur

4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum

pada jam praktikum mandiri

. Page 36
Keperawatan Dasar 2015

BAD MAKING (Menyiapkan Tempat Tidur)

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu menyiapkan tempat tidur pasien secara sistematis


dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

. Page 37
Keperawatan Dasar 2015

B. Dasar Teori

Jenis Tempat tidur dan metode yang digunakan untuk mengoperasikannya


dapat berbeda diberbagai fasilitas kesehatan tetapi prinsip dasar merapikan

tempat tidur adalah sama. Baik untuk yang tinggal ditempat tidur, maupun
yang akan merawatnya, kwalitas tempat tidur menjadi sangat penting. Suatu

tempat tidur secara umum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Individu harus dengan mudah masuk dan keluar. Baik dengan bantuan
maupun sendiri.
2. Keamanan harus terjamin, meskipun dengan beberapa alat bantu.
3. Pasien atau penghuni harus dengan mudah dapat dirawat (terutama tinggi
tempat kerja penting disini).
4. Diatas tempat tidur harus dapat dietkkan beberapa alat bantu.
5. Tempat tidur, kasur dan bantal harus dapat dibersihkan dengan baik.
Sebuah tempat tidur disamping memenuhi syarat-syarat diatas sebaiknya
juga harus dapat disetel dalam berbagai posisi dan berada diatas roda-
roda. Kain yang dipakai untuk tempat tidur adalah kebanyakan katun atau
kain imitasi katun.

C. Alat dan Bahan

Tempat tidur, kasur dan bantal.


Alat tenun disusun menurut
pemakainnya. Alas kasur
Laken/sprei
besar Perlak
Stik Laken/Sprei
melintang Boven Laken
Selimut dilipat terbalik(bagian dalam selimut
dilipatan luar) Sarung bantal
Over laken/sprei penutup
. Page 38
Keperawatan Dasar 2015

D. Petunjuk Umum

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan

3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul

4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau

kurang dimengerti

E. Keselamatan Kerja

1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan

2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah

dijangkau

3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya

4. Perhatikan setiap langkah

F. Langkah Kerja

No Langkah Pengerjaan dan key Ilustrasi gambar


point

. Page 39
Keperawatan Dasar 2015

1 Menyiapkan alat dan bahan

2 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air
mengalir dan dikeringkan

3 Letakkan alat tenun yang telah disusun


sesuai pemakaian didekat tempat tidur.

4 Pasang alas kasur dan kasur.

. Page 40
Keperawatan Dasar 2015

5 Pasang sprei besar/ laken dengan


ketentuan berikut:
Garis tengah lipatan diletakkan
tepat ditengah kasur.
Bentangkan sprei, masukkan
sprei bagian kepala ke bawah
kasur ±30cm; demikian juga
pada bagian kaki, tarik setegang
mungkin.
Pada ujung setiap sisi kasur
bentuk sisi 90°, lalu masukkan
seluruh tepi sprei kebawah
kasur dengan rapi dan tegang

6 Letakkan perlak melintang pada


kasur ±50cm dari bagian kepala.
7 Letakkan stik laken diatas sprei
melintang kemudian masukkan sisi-
sisinya kebawah kasur bersama
dengan perlak.
8 Pasang boven pada kasur daerah
bagia kaki, pada bagian atas yang
terbalik masukkan kebawah kasur
. Page 41
Keperawatan Dasar 2015

±10cm kemudian ujung sisi bagian


bawah (kaki) dibentuk 90° dan
masukkan kebawah kasur. Tarik sisi
atas sampai terbentang.
9 Pasang selimut pada kasur bagian
kaki, pada bagian atas yang terbalik
dimasukkan kebawah kasur ±10cm
kemudian ujung sisi-sisinya dibentuk
90° dan masukkan kebawah kasur.
Tarik sisi atas sampai terbentang.
10 Lipat ujung atas boven sampai

tampak garis atau pitanya.

11 Masukkan bantal kedalam


sarungnya dan letakkan diatas
tempat tidur dengan Bagian yang
terbuka dibagian bawah.
12 Pasang sprei penutup (over laken).

13 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air
mengalir dan dikeringkan

. Page 42
Keperawatan Dasar 2015

G. Evaluasi Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu menyiapkan tempat tidur pasien secara sistematis


dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya


selama prosedur

4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul

praktikum pada jam praktikum mandiri

. Page 43
Keperawatan Dasar 2015

PENCEGAHAN INFEKSI

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu melakukan pencegahan terhadap infeksi secara


sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

b. Dasar Teori

Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan

mencuci tangan dan pemakaian APD.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan


saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. APD adalah seperangkat alat
yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

Syarat-syarat :

Enak dipakai.
Tidak mengganggu kerja.
Memberikan perlindungan efektif sesuai dengan jenis bahaya di
tempat kerja.
Kelemahan APD :
1. Kemampuan perlindungan yang kurang sempurna:
a. Tidak tepat
b. Salah cara penggunaan
c. Kualitas APD
2. Sering APD tidak dipakai karena kurang nyaman.
. Page 44
Keperawatan Dasar 2015

3. Mengganggu penampilan

APD yang untuk tenaga Kesehatan:

No Alat APD Ilustrasi Gambar


1 Handscoon

. Page 45
Keperawatan Dasar 2015

2 Masker

3 Topi

. Page 46
Keperawatan Dasar 2015

4 Barack Short

5 Google/ Kaca mata

. Page 47
Keperawatan Dasar 2015

6 Sepatu

. Page 48
Keperawatan Dasar 2015

MENCUCI TANGAN
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun
secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat
dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air.

a. Tujuan cuci tangan :

Supaya tangan bersih


Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh

Mencegah penularan melalui kontak

b. Waktu yang tepat untuk cuci tangan :

Sebelum dan sesudah makan

Setelah buang air besar

Setelah bermain
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan

c. Alat dan Bahan

Mencuci Tangan

1. Tempat mencuci tangan dengan air mengalir

2. Sabun

3. Alat pengering

d. Petunjuk Umum
. Page 49
Keperawatan Dasar 2015

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan

3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul

4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau

kurang dimengerti

e. Keselamatan Kerja

1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan

2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah

dijangkau

3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya

4. Perhatikan setiap langkah

f. Langkah Kerja

Mencuci tangan

No Langkah Pengerjaan dan key point Ilustrasi gambar


1 Gulung lengan baju sampai atas
pergelangan tangan , lepaskan cincin,
jam tangan dan perhiasan tangan lain

. Page 50
Keperawatan Dasar 2015

2 Basahi tangan sampai sepertiga


lengan dibawah air mengalir

3 Ambil sabun kira-kira 5 ml,ratakan pada


tangan yang telah dibasahi

4 Gosok telapak tangan

. Page 51
Keperawatan Dasar 2015

5 Kemudian Punggung Tangan

6 Setelah itu gosok sela-sela jari tangan

7 Kemudian Kuku-kuku tangan

. Page 52
Keperawatan Dasar 2015

8 Kemudian Buku-buku tangan

9 Kemudian Ibu jari tangan

10 Dan kemudian seluruh tangan

. Page 53
Keperawatan Dasar 2015

g. Evaluasi Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu melakukan pencegahan terhadap infeksi secara


sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

3. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum


pada jam praktikum mandiri

PEMBERIAN OKSIGEN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM


a. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
b. Mahasiswa mampu melakukan pemberian therapi oksigen sesuai dengan

kebutuhan

B. DASAR TEORI

Pengertian

Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan


menggunakan alat bantu dan oksigen.Pemberian oksigen pada klien dapat
melalui kanula nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2012:66)

Indikasi

Efektif diberikan pada klien yang

mengalami : 1. Gagal nafas

. Page 54
Keperawatan Dasar 2015

Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal


O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan

CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh

2. Gangguan jantung (gagal jantung)


Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen

3. Kelumpuhan alat pernafasan


Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.

4. Perubahan pola napas


Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas,
misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan
pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/
berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari
normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)

5. Keadaan gawat (misalnya : koma)


Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan

sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi

6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera
akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar

. Page 55
Keperawatan Dasar 2015

Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat

sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.

8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari
obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga
sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.

9. Keracunan karbon monoksida


Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup
karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan
hemoglobin dalam darah.(Aryani, 2009:53)

C. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
b) Kanul nasal
c) Masker Oksigen

D. PETUNJUK UMUM
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti atau

dipahami

E. KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
2. Susun dan letakan peralatan atu bahan pada tempat yang mudah dijangkau
. Page 56
Keperawatan Dasar 2015

3. Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya


4. Perhatikan setiap langkah Therrapi Oksigen

F. LANGKAH KERJA

Therapi Oksigen dengan Nasal Kanul

No. Langkah Pengerjaan dan Key Ilustrasi Gambar


Point
1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menyapa pasien atau keluarga dan


memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan pemasangan


kanul nasal

. Page 57
Keperawatan Dasar 2015

4. Cuci tangan efektif secara 7 langkah,


menggunakan sabun dibawah air
mengalir dan dikeringkan dengan
handuk bersih dan kering

5. Atur aliran oksigen sesuai dengan


kecepatan yang dibutuhkan,
biasanya 1-6 LPM kemudian,
observasi humidifier dengan
melihat air bergelembung

6. Pasang kanul nasal pada hidung


dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien

7. Kaji cuping, septum, dan mukosa


hidung serta periksa kecepatan
aliran oksigen setiap 6-8 jam

. Page 58
Keperawatan Dasar 2015

8 Membereskan peralatan
sesuai dengan prinsip PI

9 Cuci tangan efektif secara 7


langkah, menggunakan sabun
di bawah air mengalir dan
keringkan dengan handuk yang
bersih dan kering

10 Dokumentasikan kecepatan aliran


oksigen, rute pemberian, dan
respon klien pada catatan
perkembangan pasien

G. EVALUASI PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan therapi oksigen dengan menggunakan
nasal kanul

. Page 59
Keperawatan Dasar 2015

LANGKAH KERJA
Therapi oksigen menggunakan masker

No. Langkah Pengerjaan dan Key Ilustrasi Gambar


Point
1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menyapa pasien atau keluarga dan


memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan pemberian terapi


intravena

. Page 60
Keperawatan Dasar 2015

4. Cuci tangan efektif secara 7 langkah,


menggunakan sabun dibawah air
mengalir dan dikeringkan dengan
handuk bersih dan kering

5. Atur Posisi semi fowler

6. Atur aliran oksigen sesuai dengan


kecepatan yang dibutuhkan,
biasanya 6-10 LPM

7. Tempatkan masker oksigen diatas


mulut dan hidung dan atur pengikat
untuk kenyamanan pasien

. Page 61
Keperawatan Dasar 2015

8. Periksa masker tiap 6-8 jam

9. Kaji cuping, septum, dan mukosa


hidung serta periksa kecepatan
aliran oksigen setiap 6-8 jam

12 LPM kemudian, observasi humidifier


dengan melihat air bergelembung

13 Membereskan peralatan sesuai


dengan prinsip PI

14 Cuci tangan efektif secara 7 langkah,


menggunakan sabun di bawah air
mengalir dan keringkan dengan
handuk yang bersih dan kering

. Page 62
Keperawatan Dasar 2015

15 Dokumentasikan kecepatan aliran


oksigen, rute pemberian, dan respon
klien pada catatan perkembangan
pasien

Evaluasi praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan therapi oksigen dengan menggunakan masker

PRAKTIKUM SISTEM RESPIRASI

. Page 63
Keperawatan Dasar 2015

POSTURAL DRAINASE

A. TUJUAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM


Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

Mahasiswa mampu melakukan tindakan suction

B. DASAR TEORI

Pengertian

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan


sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi..Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi
maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan
parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam
sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari.

Postural darinase (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Postural
Drainase (PD) dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran nafas tetapi mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi
ateletaksis.Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak postural
drainase lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.

Tujuan dilakukan Postural Drainase

Untuk mengeluarkan secret yang tertampung.


Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi

atelektasis. Mencegah dan mengeluarkan secret

. Page 64
Keperawatan Dasar 2015

Indikasi dan Kontra Indikasi Klien yang Mendapat Drainase Postural

Mencegah penumpukan secret yaitu pada:


pasien yang memakai ventilasi

pasien yang melakukan tirah baring yang lama


pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis
kistik, bronkiektasis
mobilisasi secret yang tertahan
pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh
secret pasien dengan abses paru
pasien dengan pneumonia

Kontraindikasi

Tension pneumotoraks
Hemoptisis

Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi,


infark miokard akutrd infark dan aritmia.
Edema paru
Efusi pleura yang luas

C. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


a. Pot sputum berisi desinfektan
b. Tissu
c. Dua balok tempat tidur (untuk postural drainase)
d. Satu bantal (untuk postural drainase)
e. Stetoskop
. Page 65
Keperawatan Dasar 2015

D. PETUNJUK UMUM
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum

Tanyakan pada doen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti


atau dipahami

E. KESELAMATAN KERJA
Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
Susun dan letakan peralatan atu bahan pada tempat yang mudah
dijangkau
Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan

fungsinya Perhatikan setiap postural drainase

F. LANGKAH KERJA

No. Langkah Pengerjaan dan Key Ilustrasi Gambar


Point
1 . Menyiapkan alat dan bahan

. Page 66
Keperawatan Dasar 2015

2 Menyapa pasien atau keluarga


dan memperkenalkan diri

3 Menjelaskan tujuan pemberian


terapi intravena

4 Cuci tangan efektif secara 7


langkah, menggunakan sabun
dibawah air mengalir dan
dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering

5 Atur posisi :
Semi-fowler bersandar ke
kanan, ke kiri lalu kedepan
apabila daerah yang akan di
drainase pada lobus atas
bronkus apikal
Tegak dengan sudut 45°
. Page 67
Keperawatan Dasar 2015

membungkuk ke depan
pada bantal dengan 45° ke
kiri dan ke kanan apabila
daerah yang akn di drainase
bronkus posterior
berbaring dengan bantal
dibawah lutut apabila yang
akan di drainase bronkus
anterior
Posisi Trendelenburg dengan
sudut 30° atau dnegan
manaikkan kaki tempat tidur
35-40cm, sedikit miring ke
kiri apabila yang akan di
drainase pada lobus tengah
(bronkus lateral dan medial)
Posis Trendelenburg dengan
sudut 30° atas dengan
menaikkan kaki tempat tidur
35-40cm, sedikit miring ke
kanan apabila daerah yang
akan di drainase bronkus
superior dan inferior
Condong dengan bantal
dibawah panggul, apabila
drainase yang akan di
drainase bronkus apikal
Posis Trendelenburg dengan
sudut 45° atau dengan
. Page 68
Keperawatan Dasar 2015

menaikkan kaki temapt


tidur 45-50cm ke samping
kanan, apabila yang akan di
drainase bronkus medial
Posis Trendelenburg dengan
sudut 45° atau dengan
menaikkan kaki tempat
tidur 45-50cm ke samping
kiri, apabila yang di
drainase bronkus lateral
Posis Trendelenburg condong

dengan sudut 45° dengan

bantal dibawah panggul,


apabila yang akan di
drainase bronkus posterior
6 Lama pengaturan posisi pertama
kali adalah 10menit, kemudian
periode selanjutnya kurang lebih
15-30 menit

7 Lakukan observasi tanda-tanda

vital selama prosedur

8 Setelah pelaksanaan postural Clapping


drainase lakukan clapping, vibrasi,
dan penghisapan (suction )

. Page 69
Keperawatan Dasar 2015

Vibrasi

Suction

9 Cuci tangan efektif secara 7


langkah, menggunakan sabun
di bawah air mengalir dan
keringkan dengan handuk yang
bersih dan kering

. Page 70
Keperawatan Dasar 2015

10 Dokumentasikan kecepatan
aliran oksigen, rute pemberian,
dan respon klien pada catatan
perkembangan pasien

G. EVALUASI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

Mahasiswa mampu melakukan postural draimase

MELAKUKAN RANGE OF MOTION (ROM)

. Page 71
Keperawatan Dasar 2015

Terminologi untuk posisi rentang gerak sendi normal


Istilah Rentang Gerak Contoh Sendi
Fleksi Gerakan memperkecil sudut antara dua tulang yang menyatu ;
penekukan ekstremitas Siku, jari dan lutut
Ekstensi Gerakan mempesar sudut antara dua tulang yang menyatu Siku, jari
dan lutut
Hiperekstensi Gerakan bagian-bagian tubuh melebihi batas normal posisi
ekstensinya Kepala
Pronasi Permukaan depan atau ventral bagian tubuh menghadap ke bawah
Tangan dan lengan bawah
Supinasi Permukaan depan atau ventral bagian tubuh menghadap ke atas
Tangan dan lengan bawah
Abduksi Gerakan ekstremitas menjauh dari garis tengah tubuh Tungkai,
lengan dan jari
Adduksi Gerakan ekstremitas ke arah garis tengah tubuh Tungkai, lengan dan jari
. Page 72
Keperawatan Dasar 2015

Rotasi internal Rotasi sendi ke arah dalam Lutut dan panggul


Rotasi eksternal Rotasi sendi ke arah luar Lutut dan panggul

Eversi Pembalikan bagian tubuh menjauh dari garis tengah Telapak kaki

Inversi Pembalikan bagian tubuh ke arah garis tengah Telapak kaki

Dorsifleksi Fleksi dari telapak kaki dan jari-jarinya ke atas Telapak kaki
Plantar fleksi Penekukan telapak kaki dan jari-jarinya ke bawah Telapak kaki.

Sumber : Potter, Patricia A, Pocket guide to health assessment, hal.345.

Rentang Gerak Sendi Normal


Anggota Tubuh Gerakan Pengukuran
Rahang Membuka dan menutup rahang
Gerakkan rahang dari sisi ke sisi
. Page 73
Keperawatan Dasar 2015

Gerakkan rahang ke depan


Mampu memasukkan tiga jari

Sisi dasar gigi tumpang tindih dengan puncak sisi

gigi. Puncak gigi jatuh di belakang gigi bawah

Leher
Menyentuh dagu ke sternum
Ekstensi leher dengan dagu mengarah ke
atas Menekuk leher secara lateral
Rotasi leher dengan telinga mengarah ke
dada Fleksi 70° – 90°
Hiperekstensi 55°
Penekukan lateral 35°
Rotasi 70° ke kiri dan ke kanan.
Tulang Belakang Menekuk ke depan pada
pinggang Menekuk ke belakang
Menekuk ke tiap sisi Fleksi
75° Ekstensi 30°
Penekukan lateral 35°

. Page 74
Keperawatan Dasar 2015

Bahu Abduksi lengan lurus ke atas


Adduksi lengan ke arah garis tengah tubuh
Abduksi lengan secara horizontal lurus dengan lantai ; tarik lengan ke
belakang ke arah tulang belakang dan ke depan menyilang terhadap dada
Fleksi ke depan atau elevasi dengan lengan lurus
Ekstensi ke belakang dengan lengan lurus Abduksi
180° Adduksi 45°
Ekstensi horizontal 45°
Fleksi horizontal 130°
. Page 75
Keperawatan Dasar 2015

Fleksi 180°
Ekstensi 60°
Siku Ekstensi lengan bawah ke batas terjauh
normal Fleksi lengan bawah ke arah bisep
Hiperekstensi lengan di luar batas
normalnya Supinasi lengan bawah
Pronasi lengan bawah Ekstensi
150° Fleksi 150°
Hiperekstensi 0o –
10° Supinasi 90°
Pronasi 90°

Pergelangan

Tangan Fleksi pergelangan ke arah lengan

bawah Fleksi pergelangan ke arah belakang

. Page 76
Keperawatan Dasar 2015

Simpangkan secara lateral pergelangan ke arah radial


Simpangkan lateral pergelangan ke arah ulnar Fleksi 80° –
90° Ekstensi 70°
Penyimpangan ke arah radial 20°
Penyimpangan ke arah ulnar 30° – 50°
Jari-jari Fleksikan jari-jari membentuk sebuah kepalan kemudian

Ekstensikan sampai datar


Buka jari-jari sampai terpisah
. Page 77
Keperawatan Dasar 2015

Silangkan jari-jari bersamaan

Oposisi – setiap jari mampu menyentu ibu jari Fleksi 80°- 100° (bervariasi
tergantung pada sendinya)
Ekstensi 0° – 45°
Abduksi antara jari-jari 20°
Abduksi (jari-jari bersentuhan)
Meliputi abduksi, rotasi dan fleksi.
Panggul Naikkan tungkai dengan lutut
lurus Naikkan tungkai dengan lutut fleksi
Berbaring tengkurap, ekstensikan tungkai lurus ke belakang

Abduksi sebagian tungkai yang fleksi ke arah luar


adduksi sebagian tungkai yang fleksi ke arah dalam
Fleksi lutut dan ayunkan kaki menjauhi garis tengah

Fleksi lutut dan ayun kaki ke arah garis tengah Fleksi


90° Fleksi 110° – 120°
Ekstensi 30°

Abduksi 45°– 50°


Adduksi 20° – 30°
Rotasi internal 35°- 40°

Rotasi eksternal 45°

Lutut Fleksi lutut dengan betis menyentuh paha

Ekstensikan lutut di luar batas normal ekstensinya

Putar lutut dan tungkai bawah ke arah garis tengah Fleksi


130° Hiperekstensi 15°
Rotasi internal 10°
Tumit Dorsifleksikan kaki dengan ibu jari mengarah ke kepala
Plantar kaki fleksi dengan ibu jari mengarah ke bawah
. Page 78
Keperawatan Dasar 2015

Putar balik kaki menjauh dari garis tengah


Putar balik kaki mengarah ke garis tengah Dorsifleksi
20° Plantar fleksi 45°
Eversi 20°
Inversi 30°

Ibu Jari Lekukan ibu jari kaki di bawah telapak


kaki Angkat ibu jari ke atas
Ibu jari kaki diregangkan Fleksi 35°-

60° Ekstensi 0°- 90°

KEBUTUHAN AKTIFITAS (BODY MOVEMENT)

Konsep fisiologis.
1. Bioritme manusia:
bioritme manusia adalah, siklus fungsi tubuh alami, yang tidak diaktifkan
oleh perubahan lingkungan, tetapi bersipat endogen, timbul dari dalam
tubuh manusia sendiri dan sinkron dengan lingkungan manusia seperti :

a. gravitasi
b. cahaya.
c. Kegelapan.
d. Rangsangan elektromagnetik.

Dalam kehidupan sehari – hari tiap individu memiliki pola/irama yang

berbeda satu dengan yang lainnya.seperti :

a. kerja.
b. Rekreasi.
c. Istirahat.
d. Makan dsb.
. Page 79
Keperawatan Dasar 2015

Kegiatan ini mempengaruhi :

a. siklus suhu tubuh.


b. Denyut jantung.
c. Tekanan darah.
d. Sekresi hormon dan elektrolit.
e. Metabolisme.
f. Ketajaman sensorik.
g. Pembentukan urine
h. Pembelahan sel
i. Siklus bangun - tidur dan kerja

2. Kapasitas fungsional.
Kottke (2006) mengemukakan konsep kapasitas fungsional, potensial
maksimal fisiologis dan cadangan potensial untuk memahami dampak
negatif pada klien dengan imobilitas.

Kapasitas fungsional :

Adalah angka metabolisme maksimal yang dicapai sesorang pada saat

mengerahkan tenaganya.

Potensial maksimal fisiologis.

Adalah angka metabolisme maksimal pada individu yang sama, yang


mampu dicapai sesudah melakukan latihan fisik yang terencana.

Cadangan potensial :

Adalah perbedaan kapasitas fungsional dan potensial maksimal fisiologis.

Pada umumnya kapasitas fungsional seseorang lebih rendah daripada


kemampuan maksimal fisiologisnya.

Pengaruh aktivitas dan latihan terhadap KF, PMF, CD


. Page 80
Keperawatan Dasar 2015

setelah latihan

exercise

Keterangan :

A: kapasitas fungsional

B : cadangan potensial

A + B : potensial maksimal fisiologis.

Dampak kesakitan/cedera terhadap KF, CP, PMF

Setelah kegiatan yang melelahkan

Setelah latihan terencana

Tingkat permulaan
. Page 81
Keperawatan Dasar 2015

Sakit/cedera
Setelah istirahat

Setelah beristirahat lama

Keterangan :

A : kapasitas fungsional

B : cadangan potensial

C : potensial maksimal fisiologis.

MOBILISASI DAN IMOBILITAS

A. PENGERTIAN

1. Mobilisasi adalah suatu kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah


dan berirama sesuai dengan.lingkungan.
2. Manusia bergerak untuk memperoleh makanan dan air, untuk melindungi diri
dari trauma dan bahaya, dan untuk memenuhi kebutuhan dasr yang lain.
3. Mobilisasi penting untuk kemandirian seseorang.
4. Kesehatan dan aktivitas fisik sering diartikan dengan kemampuan seseorang
untuk bergerak.
Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi :

1. gaya hidup : merupakan rangkaian atau pola aktifitas seseorang yang


dilakukannya dalam kehidupan sehari – hari.
. Page 82
Keperawatan Dasar 2015

2. ketidakmampuan :
a. primer.
b. Sekunder.
3. tingkat energi seseorang : setiap orang tingkat energinya berbeda.
4. umur : semakin bertambah usia maka aktifitas yang dilakukan akam
mengalami kemunduran/terbatas.
Respon fsiologi terhadap immobilisasi.

Sistem muskuloskeletal

1. 20 % kekuatan otot dapat hilang setelah satu minggu bedrest dan 20 %


setiap minggu selanjutnya.
2. demineralisai tulang terjadi pada hari kedua/ketiga imobilisasi kehilangan
kalsium dari tulang dapat diukur setelah dua minggu bedrest.
3. osteoporosis adalah akibat dari kehilangan daya tahan berat tubuh,
penurunan aktifitas otot dan endokrin serta gangguan metabolisme.
4. fibrosis : penambahan jaringan serat konektif.
5. ankilosis : fiksasi srtuktur persendian karena sendi tidak bergerak secara
normal.
.
Perubahan metabolisme dan sekresi endokrin
a. perubahan metabolisme jaringan.
b. Atrofi jaringan dan katabolisme protein.
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Demineralisasi tulang.
e. Gangguan pertukaran nutrisi.
f. Gangguan gastrointestinal.

Perubahab respiratorius
a. Penurunan kapasitas vital.
. Page 83
Keperawatan Dasar 2015

b. Penurunan ventilasi volunter maksimal.


c. Perubahan ventilasi setempat.
d. Mekanisme batuk yang memburuk.

Perubahan sistem kardiovaskuler


a. peningkatan kerja jantung.
b. Peningkatan denyut nadi.
c. Penurunan cardiac reserve.
d. Orthostatik hipotensi.
e. Phlebothrombosis

Perubahan muskuloskeletal
a. penurunan kekuatan otot.
b. Penurunan masa otot.
c. Atrofi.
d. Koordinasi yang memburuk.
e. Osteoporosis.
f. Ankilosis dan fibrosis pada persendian.

Masalah psikososial

a. depresi.
b. Perubahan siklus bangun – tidur.
c. Penurunan kemampuan penanganan masalah
Perubahan metabolisme jaringan

Immobilitas → kebutuhan O2 sel menurun → metabolisme

sel menurun

. Page 84
Keperawatan Dasar 2015

Infeksi → kebutuhan O2 sel meningkat → metabolisme sel

meningkat
Atrofi jaringan dan metabolisme protein
a. Immobilitas → proses anabolik menurun

b. Proses katabolik meningkat

Exercise

1. sesuai dengan otot yang kontraksi :


a. isotonic exercise
b. isometrik exercise.
c. Isokinetik exercise.
2. berdasarkan gerakan tubuh.
a. aerobic exercise.
b. Stretching exercise.
c. Strength and endurance exercise.
d. Aktivitas sehari – hari.
3. ROM
4. ganti posisi.

Pengkajian

1. ROM → dari tiap sendi.


2. kekuatan otot.
3. sikap tubuh.
4. pengkajian terhadap dampak
imobilitas. Pengkajian fisik
. Page 85
Keperawatan Dasar 2015

Pengukuran antrophometri.
a. tinggi badan dan berat badan.
b. Lingkar lengan.
c. Tebal otot.
sistem pernapasan.
sistem kardiovaskuler

sistem muskuloskeletal.

a. tonus otot.
b. Pengurangan masa otot
c. Kontraktur.
d. Osteoporosis.

. Page 86
Keperawatan Dasar 2015

PAIN MANAGEMENT (PENANGANAN RASA NYERI)


PENGERTIAN
Patofisiologi nyeri akut.
Nyeri bisa didefinisikan karena adanya jaringan luka. Persepsi nyeri
menggambarkan peningian nocireceptor oleh rangsangan yang membahayakan
secara langsung atau oleh mediator yang dikeluarkan oleh jaringan yang luka.
Transmisi nyeri melalui serat afferent ke spinal cord dan disampaikan melalui
dorsal horn kepusat yang lebih tinggi.
Persepsi nyeri dibagi dalam dua komponen utama yaitu:
1. perbedaan komponen sensori, dapat menjelaskan lokasi dan kualitas
rangsangan. Rangsangan disalurkan melalui serat bermielin ( serat A delta)
dan disampaikan ke neothalamus dan somatosensori kortek. Komponen ini
adalah organ yang mempunyai sinyal yang cepat, sehingga menghasilkan
reaksi yang cepat untuk menerik tubuh dari rangsangan yang membahayakan.
2. komponen perasaan – motivasi, rangsangan disalurkan lebih lambat melalui serat

C yang tidak bermielin diperifer dan mengadakan banyak kontak sinaptic diotak,

nukleus otak tengah ( midbrain melei ) dan sistem kortikal limbik.

Komponen ini yang bertangung jawab terhadap perilaku untuk menghindar dari

rangsangan yang membahayakan.


Perubahan patofissiologi pada trauma bedah akut adalah sebagai berikut :
1. perubahan neurohumoral pada persepsi nyeri ditempat dan area yang
berbatasan dengan luka.
2. perubahan fungsi sinaptic dan proses nociceptive dai spinal cord di dorsal horn.

3. respon neuroendocrine menimbulkan hyperglikemia dan keseimbangan


nitrogen negatif.
4. pengaktifan sympahoadrenal menghasilkan peningkatan denyut jantung

dati tekanan darah serta pengurangan aliran darah setempat.

Aspek lain dari respon trauma akut adalah pengaruhnya pada organ target
utama meliputi sistem kardiovaskuler, paru – paru dan sistem syaraf pusat,
hubungan antara kerusakan fungsi organ target dengan meningktanya
morbidity pasca bedah telah diteliti.
. Page 87
Keperawatan Dasar 2015

Respon taruma : kepekaan perifer


Jaringan yang luka diikuti oleh reaksi seri neurohumoral yaitu terdiri
dari 3 ( tiga ) respon, masing – masing adalah meningkatnya aliran darah, udem
jaringan dan nocireceftor yang sensitif ( hyperalgesia ).
Walaupun pada tahun – tahun terakhir ini mediator biokimia yang
mendasari beberapa aspek respon taruma telah diketahui, namun mekanisme
yang tepat atau mekanisme yang bertanggung jawab pada peningkatan
kepekaan reseptor belum dapat digolongkan.
Trauma bedah disertai dengan keluarnya ion K dari intrasel dan ion Na
dari ekstrasel serta cepatnya pembentukan dan pelepasan bradykini dan serotonin.
Bradykinin adalar algesic peptida kuat yang mempermuda pengaktifan serat C dan
menimbulkan nyeri yang hebat setelah pemberian intradermal atau intra arterial.
Serotonin juga mampu meningkatkan nyeri terutama bertangungjawab terhadap
timbulnya reaksi peningkatan aliran darah dan udem jaringan.

Perjalanan Rasa Nyeri


Niciceptor ( reseptor nyeri ) pada kulit dan jaringan menghasilkan
rangsang nyeri yang mengikuti trauma. Para dokter percaya bahwa nociceptor
bereaksi terhadap nyeri yang ditimbulkan oleh zat – zat kimia seperti
bradykinin, histamin, dan prostaglandin yang dilepas oleh jaringan yang rusak.
Zat – zat ini yang dapat menurunkan ambang nociceptor sampai rangsang yang
tidak menyakitkan ( non painful ) menimbulkan nyeri. Karena phenomena ini
prostaglandin sebagai sintesis, seperti aspirin yang menghasilka analgesia.
Berdasarkan kecepatan konduksi, serat saraf dapat dikategorikan sebagai
serat A, B, dan C, tapi hanya serat A delta dan serat C yang nampak terlihat didalam
transmisi nyeri. Rangsangan dibawa dengan cepat oleh serat A delta yang bermielin
pada saraf perifer yang menghasilkan nyeri tajam dan menusuk. Rangsang yang
disalurkan secara perifer menghasilakan nyeri tajam dan menusuk. Rangsang yang
. Page 88
Keperawatan Dasar 2015

disalurkan secara lambat oleh serat C yang tidak bermielin menghasilkan nyeri terus

– menerus, lama, sensasi panas, dingin, zat–zat kimia dan mekanis. Tidak seperti

banyak nociceptor yang lain yang menjadi kurang responsive terhadap pengulangan

rangsangan, maka polymodal reseptor nyeri menjadi lebih responsive terhadap

pengulangan rangsangan. Serat nyeri dari perifer masuk ke spinal cord melalui akar

saraf dorsal naik dan turun melalui traktus “ Lissauer’s “ dan berakhir dimasa kelabu

tanduk dorsal.dari tanduk dorsal rangsangan bergerak dari serat saraf pendek ke serat

saraf yang lebih panjang melintas kejalan anterolateral spinothalmik ( merupakan

traktus utama pada sistem saraf pusat yang menghantarkan nyeri).

Jalan naik ke spinotalmik mempunyai dua bagian yaitu :


1. traktus neospinotalamik
2. traktus paleospinotalamik.
Traktus spinotalamik naik melalui massa putih spinal cord, membawa
rangsang yang diangkut oleh serat perifer A delta. Rangsang dibawa dengan
cepat, membawa nyeri, nyeri tajam dan terlokalisasi, persepsi nyeri jelas
dimana lokasinya dan intensitasnya. Hal ini menimbulkan mekanisme perilaku,
seperti reaksi berjuang melawan atau melarikan diri ( fight or flight ).
Traktus peleospinotalamik menghantarkan lebih lambat daripada traktus
neospinotalamik. Akibatnya, traktus spinotalamik ada hubungannya dengan rasa
terbakar, nyeri tumpul, sensasi lokasi buruk. Karena ini dipengaruhi oleh struktur otak
yang mengontrol ingatan dan mengilang kembali, maka melibatkan reaksi emosi.

Banyak rangsang nyeri berakhir dithalamus dan rangsang lain tiba


diarea retikular ( area batang otak ). Keduanya menyumbang pengaktifan
sistem retikuler ( RAS ) yang kemudian mengaktifkan kortek serbral.
Walaupun peranan pasti kortek serebral tetap tidak jelas, itu memungkinkan
melibatkan persepsi nyeri dan interprestasinya berdasrkan ingatan seseorang tentang
nyeri yang pernah mereka alami. Di dalam kortek, traktus spinotalamik mempunyai

. Page 89
Keperawatan Dasar 2015

synap perantara enkephalin yang bisa berkomunikasi langsung dengan anterior


pituitary, tempat beta endorphin diproduksi.
Dengan keadaan itu kortek dapat langsung memodifikasi sensasi nyeri
ia dapat menghambat atau mempertinggi sensasi ke tingkat spinal cord dengan
mengirim pesan turun melalui jalan turun ( decending spinal patways ) Peptida
– peptida otak. Sistem saraf pusat memodifikasi nyeri dangan melepaskan
endogenous opiats, seperti endorphin dan enkephalin, untuk menghamabt
transmisi rangsang pada tingkat perifer dan mengubah persepsi nyeri pada
tingkat kortek. Rangsang yang menyakitkan memicu pelepasan endogenous
opiats, yang kemudian membalut reseptor opiats disepanjang sistem saraf
terutama ditanduk dorsal, hambtan melepaskan meurotransmiter.

Terdapat tiga group opiats:


1. Enkephalin, peptida berukuran kecilyang efek analgesiknya lemah,
berikatan dengan reseptor opiats di spinal cord, brain stem, sitem
limbik, hipotalamus, adrenal dari traktus gastrointestinal.
2. Endorphin, peptida yang berukuran besar, bisa disintesa dan disimpan
di kelenjar pitiutary, Ia juga ditemukan dihipotalamus, otak tengah dan
sistem limbik.
3. Dynorphin, menghasilkan efek analgesik 50 kali lebih kuat dari beta
endorphin ia ditemukan di kelnjar pituitary, hipotalamus dan spinal cord.
Beberapa terapi untuk meringankan nyeri, seperti akupuntur, pelberian plasebo,
TENS ( merangsang saraf pada kulit dengan alat listrik ) mungkin efektif karena
alat – alat tersebut merangsang pelepasan endogenoue opiats.

Teori nyeri
1. Teori specificity :
Teori yang mengatakan bahwa ujung saraf spesifik berkorelasi dengan sensasi
yang spesifik : seperti sentuhan, hangat, dingin, dan nyeri. Sensasi nyeri
. Page 90
Keperawatan Dasar 2015

berhubungan dengan pengaktifan ujung – ujung saraf bebas oleh rangsangan


mekanis, kimia, dan temperatur yang berlebihan.
2. Teori intensity
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
menggunakan intensitas yang cukup.
3. The gate control theory
Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Kegiatannya tergantung pada

aktifitas serat saraf afferent yang berdiameter besar atau kecil yang dapat,

mempengaruhi sel saraf subtansia gelatinosa. Aktifita saraf berdiameter besar

menghambat transmisi artinya pintu ditutup sedangkan yang berdiameter kecil

memfasilitasi transmisi artinya pintu dibuka. Hambatan /fasilitasi hanya terjadi

bila serat tersebut dirangsang secara berturut – turut.

PENGKAJIAN NYERI
1. Indikator perilaku.
a. tangisan.
b. Ekspresi wajah.
c. Gerakan tubuh.
2. Indikator fisiologis.
a. tekanan darah.
b. Nadi.
c. pernapasan
3. Pada sistem pernapasan.
a. Menurunnya volume tidal.
b. Menurunnya fungsi kafasitas residual.
c. Menurunnya kemampuan untuk batuk.
d. Tetahannya sputum di paru – paru.
e. Terjadi infeksi.
. Page 91
Keperawatan Dasar 2015

f. Atelektasis.

g. Menurunnya PO2 dan meningkatnya PCO2.


4. sistem kardiovaskuler.
a. Tackhycardia.
b. Hypertensi.
c. Meningkatnya pekerjaan jantung.
d. Meningkatannya hambatan pada pembuluh darah perifer.

e. Meningkatnya konsumsi O2.


f. Bisa menimbulkan miokard infark ischenia.
5. Sistem pencernaan : menurunnya motilitas atau pergerakan usus.
6. Sistem perkemihan : terjadi hambatan pengeluaran air kemih.
7. Sistem endokrine : meningkatnya hormon Aldosteron, ADH, cortisol dan

kathekolamin akan menghamabat natrium dan H2O dan hyperglycemia.


8. Sistem saraf pusat : menimbulkan rasa cemas dan tidak dapat tidur.

Dampak nyeri terhadap kebutuhan dasar :


1. gangguan rasa nyaman.
2. gangguan kebutuhan sehari – hari.
3. gangguan nutrisi.
4. gangguan istirahat dan tidur.
5. gangguan rasa aman.

ALAT PENGKAJIAN PENGUKURAN RASA NYERI

. Page 92
Keperawatan Dasar 2015

UPAYA MENGATASI NYERI


Metode dan tehnik yang dapat dilakukan dan upaya untuk mengatasi nyeri adalah:
I. Teknik Relaksasi Nafas Dalam

1. Definisi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002).

2. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam


. Page 93
Keperawatan Dasar 2015

Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi nafas


dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah. Metode ini
mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan tindakan yang dapat
dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau merasa ragu.
Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik
relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat
dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.

Lebih lanjut Priharjo (2003) menyatakan bahwa adapun langkah-langkah teknik


relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1. Usahakan rileks dan tenang
2. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3,
kemudian tahan sekitar 5-10 detik
3. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
4. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi melalui
mulut secara perlahan-lahan
5. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
6. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

II. Teknik Distraksi

1. Definisi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap

nyeri (Prasetyo, 2010).


. Page 94
Keperawatan Dasar 2015

2. Tujuan dan Manfaat Teknik Distraksi


Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah untuk
pengalihan atau menjauhkan perhatian klien terhadap sesuatu yang sedang
dihadapi, misalnya rasa nyeri. Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini,
yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan
merasa berada pada situasi yang lebih menyenangkan (Widyastuti, 2010).

3. Prosedur Teknik Distraksi


Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain :
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).

b. Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air. Klien
dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang, seperti
musik klasik. Klien diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu.
Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu,
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).

c. Distraksi pernafasan
Cara pertama, yaitu bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk memandang fokus
pada satu objek atau memejamkan mata, lalu lakukan inhalasi perlahan melalui
hidung dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati), kemudian
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu
sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi
pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan teknik ini
hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. Cara kedua, yaitu bernafas ritmik dan
. Page 95
Keperawatan Dasar 2015

massase, instruksikan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada

saat yang bersamaan.

III. Imajinasi Terbimbing

1. Definisi
Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi
stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai. Imajinasi terbimbing atau
imajinasi mental merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar
maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan
dan keheningan (National Safety Council, 2004).

2. Manfaat Imajinasi Terbimbing


Imajinasi terbimbing merupakan salah satu jenis dari teknik relaksasi sehingga
manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik
relaksasi yang lain. Teknik ini dapat mengurangi nyeri, mempercepat
penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit
seperti depresi, alergi dan asma (Holistic-online, 2006).
Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut, sehingga secara bertahap mampu
mengurangi ketegangan dan nyeri (Potter dan Perry, 2006).
3. Dasar Imajinasi Terbimbing

Imajinasi merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk berkomunikasi


dengan tubuh. Segala sesuatu yang kita lakukan akan diproses oleh tubuh melalui
bayangan. Imajinasi terbentuk melalui rangasangan yang diterima oleh berbagai
indera seperti gambar, aroma, rasa, suara dan sentuhan (Holistic-online, 2006).
Respon tersebut timbul karena otak tidak mengetahui perbedaan antara bayangan
dan aktifitas nyata (Tusek, 2000 yang dikutip dalam anonim, 2008).
4. Proses Asosiasi Imajinasi

. Page 96
Keperawatan Dasar 2015

Imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang untuk


membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-hal yang disukai. Imajinasi
yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai indra,
kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor
thalamus. Ditalamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil
rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan
sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks serebri terjadi proses
asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan disusun menjadi
sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti kehadiran tersebut.
Hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak
sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka
sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai dianggap
sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga diproses menjadi memori.
Ketika terdapat rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut,
memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu
persepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh/akibat
yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu sensasi (Guyton dan Hall, 2008).

5. Macam-Macam Teknik Imajinasi terbimbing

Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik imajinasi


terbimbing (Holistic-Online, 2006) :
a. Guided Walking Imagery
Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan
standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai dll. kemudian imajinasi
pasien dikaji untuk mengetahui sumber konflik.
b. Autogenic Abeaction
Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif yang ada
dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara verbal tanpa batasan.
Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien.
c. Covert sensitization
. Page 97
Keperawatan Dasar 2015

Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang menyimpulkan bahwa


proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama dalam
modifikasi perilaku.
d. Covert Behaviour Rehearsal
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku koping yang dia
inginkan.

UPAYA MENGATASI NYERI DENGAN TINDAKAN FARMAKOLOGI


Menurut Prasetyo (2010) menyatakan bahwa manajemen dalam penanganan nyeri
terbagi atas tindakan farmakologis dan non farmakologis serta pembedahan.
a. Tindakan Farmakologi

1) Analgesik Narkotik
Opiate merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri
pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri berat.
2) Analgesik lokal
Analgesik lokal bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan
langsung ke serabut saraf.
3) Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus yang di isi narkotik
menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena.
Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien dengan nyeri
pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.
4) Obat-Obat Nonsteroid (NSAIDs)
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini menghambat agregasi platelet,

kontraindikasi meliputi klien dengan gangguan koagulasi atau klien dengan terapi

antikoagulan. Contohnya : Ibuprofen, Naproksen, Indometasin, Tolmetin, Piroxicam,

serta Ketorolac (Toradol). Selain itu terdapat pula golongan NSAIDs yang lain

. Page 98
Keperawatan Dasar 2015

seperti Asam Mefenamat, Meclofenomate serta Phenylbutazone, dll (Goodman

dan Gilman, 2008).

Beberapa contoh mekanisme kerja NSAIDs adalah sebagai berikut:


a) Ketorolac
Farmakodinamik :
Ketorolac tromethamine merupakan suatu obat analgesik non narkotik. Obat ini bukan

sebagai anti-inflamasi (meskipun ketorolac mempunyai sifat-sifat AINS yang khas

(Katzung, 2002). Pernyataan Katzung (2002) tersebut berbeda dengan Goodman dan

Gilman (2008) yang menyatakan bahwa efek ketorolac tromethamine menghambat


biosistesis prostaglandin dan tromboksan A2. Ketorolac tromethamine dapat
memberikan efek anti-inflamasi dengan menghambat peletakan granulosit pada

pembuluh darah yang rusak. Menstabilkan membrane lisosom dan menghambat

migrasi leukosit polimorfonuklear dan magrofag ke tempat peradangan.

Farmakokinetik :
Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian

intramuskuler dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma 2,2 mcg/ml setelah
50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg. Ketersediaan hayati oral sekitar 80%, dan

obat ini akan diekskresikan dalam waktu paru eliminasi 4 sampai 6 jam. Lebih dari
99% ketorolac tromethamine diikat oleh protein dan sebagian besar di metabolisme
dihati. Metabolismenya adalah hidroksilate. Dan yang tidak dimetabolisme
(unchanged drug) akan diekskresikan melalui urin (Goodman dan Gilman, 2008).

Sedangkan Setiabudy (2007) menyatakan bahwa pemberian ketorolac secara


intarmuskular sebagai analgesik pasca bedah memperlihatkan efektivitas
sebanding morfin/meperidin dosis umum. Masa kerjanya lebih panjang dan efek
sampingnya lebih ringan. Obat ini juga dapat diberikan secara oral. Absorpsi oral
dan intramuskular berlangsung cepat dan mencapai puncak dalam 30 - 50 menit.
Bioavailabilitas oral mencapai 80% dan hampir seluruhnya terikat protein plasma.
. Page 99
Keperawatan Dasar 2015

b) Asam Mefenamat
Farmakodinamik :
Asam mefenamat merupakan asam fenilantranilat yang mengalami N-subtitusi.

Senyawa fenamat mempunyai sifat anti-radang, anti-piretik dan analgesik. Pada uji
analgesia, asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja

pusat dan kerja perifer. Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat tersebut terutama karena

kemampuannya menghambat siklooksigenase. Selain itu senyawa fenamat juga

mengantagonis efek prostaglandin tertentu (Goodman dan Gilman, 2008).

Farmakokinetik :
Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam setelah
pemberian oral dalam dosis tunggal. Pada manusia, sekitar 50% dosis asam
mefenamat diekskresi dalam urin, terutama sebagai matabolit 3-hidroksimetil
terkonjugasi dan metabolit 3-karboksil serta konjugatnya. Dua puluh persen
obat ini ditemukan dalam feses, terutama sebagai metabolit 3-karboksil yang
tidak terkonjugasi (Goodman dan Gilman, 2008).
Sedangkan Setiabudy (2007) menyatakan bahwa asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interkasi terhadap obat
antikoagulan harus dihentikan.
c) Piroksikam
Farmakodinamik :
Piroksikam merupakan suatu obat anti radang yang efektif, potensinya sebagai
inhibitor biosintesis prostaglandin in viro. Piroksikam dapat menghambat
aktivasi neurofil yang tidak tergantung pada kemampuannya untuk
menghambat siklooksigenase (Goodman dan Gilman, 2008). Selain itu
piroksikam juga sebagai penghambat COX nonselektif, tetapi pada konsentrasi
tinggi juga dapat menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear, mengurangi
produksi radikal oksigen dan menghambat fungsi limfosit (Katzung, 2002).
Farmakokinetik :
. Page 100
Keperawatan Dasar 2015

Goodman dan Gilman (2008) menyatakan bahwa piroksikam diabsorpsi sempurna


setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak dalam plasma terjadi dalam 2 sampai
4 jam. Terjadi siklus enterohepatik piroksikam, dan perkiraan waktu paruh dalam
plasma beragam dengan nilai rata-rata sekitar 50 jam. Setelah diabsopsi,
piroksikam banyak terikat pada protein plasma (99%). Pada keadaan tunak
(misalnya 7 sampai 12 hari), konsentrasi piroksikam dalam plasma dan cairan
sinovial kira-kira sama. Kurang dari 5% obat ini diekskresi dalam urin.

d) Ibuprofen
Farmakodinamik :
Ibuprofen merupakan obat turunan sederhana dari phenylpropionic acid. Obat
ini mempunyai aktivitas anti-radang, analgesik, anti-piretik yang bermanfaat
bagi menusia. Ibuprofen merupakan inhibitor siklooksigenase yang efektif.
Ibuprofen mempunyai efek penghambatan yang nyata terhadap fungsi leukosit
(Goodman dan Gilman, 2008).
Farmakokinetik :
Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberial oral, dan konsentrasi
puncak dalam plasma adalah 15 - 30 menit. Waktu paruh dalam plasma sekitar
2 jam. Ekskresi ibuprofen cepat dan sempurna, lebih dari 90% dosis yang
teringesti diekskresikan melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya.
Metabolit utamanya adalah suatu senyawa terhidroksilasi dan terkarboksilasi
(Goodman dan Gilman, 2008). Sementara Katzung (2002) menyatakan bahwa
ibuprofen lebih dari 99% terikat dengan protein plasma, dengan mudah
dibersihkan dan mempunyai waktu paruh terminal lebih dari 1 - 2 jam.
Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif di dalam hati.

. Page 101
Keperawatan Dasar 2015

PEMERIKSAAN FISIK

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap

2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan Pemeriksaaan fisik secara

sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.

B. Dasar Teori

Tujuan dilakukan pemeriksaan fisik Untuk memperoleh informasi mengenai

status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah, pertama, untuk

. Page 102
Keperawatan Dasar 2015

mengidentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya variasi

dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan

gejala-gejala pasien, penapisan/skrining keadaan wellbeing pasien, dan

pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi

bagian dari catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data

awal dari temuantemuan klinis yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan

ditambahkan sepanjang waktu.

C. Alat dan Bahan

Tensimeter

Stetoskop

Termometer

Timbangan

Meteran tinggi badan

Penlight

Snellan chart

Kapas

Minyak kayu putih

kopi, gula, garam

reflek hammer

spekulum hidung

. Page 103
Keperawatan Dasar 2015

spekulum telinga

tong spatel

hand scoon

garpu tala

jam tangan

alat tulis

D. Petunjuk Umum

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan

3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul

4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti

E. Keselamatan Kerja

1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan

2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah dijangkau

3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya

4. Perhatikan setiap langkah

. Page 104
Keperawatan Dasar 2015

F. Langkah Kerja

N Langkah Pengerjaan Ilustrasi gambar


o
1 Persiapkan Alat

. Page 105
Keperawatan Dasar 2015

2 Menyapa pasien atau keluarga dan


memperkenalkan diri

4 Menjaga privasi pasien : tutup


sampiran

5 Cuci tangan efektif 7 langkah,


mengguankan sabun, dibawah air
mengalir dan dikeringkan

6 Tibang Berat Badan dan Ukur


Tinggi Badan

7 Inspeksi derajat kesadaran (kompos mentis, apatis, letargi, somnolen,


sopor, koma)

Auskultasi Vital Sign (Mengukur


. Page 106
Keperawatan Dasar 2015

Tensi, menghitung pernafasan,


menghitung nadi dan
menghitung pernafasan)

8 Kulit :
Inpeksi & palpasi Hiperpigmentasi,
sianosis, edema, turgor, makula,
papula, vesikula, pustula, bula,
nodul, sikatriks,nevi.

. Page 107
Keperawatan Dasar 2015

9 Kepala :
Inspeksi & palpasi rambut

(jenis, warna, kelainan) edema / tdk,


kebersihan

10 Mata : Inspeksi ukuran pupil mata


Inspeksi & palpasi
Starbismus, konjungtiva, sclera,
lapang pandang

sklera, konjungtiva

Inspeksi lapang pandang

. Page 108
Keperawatan Dasar 2015

11 Telinga : Palpasi telinga

Inspeksi & palpasi Serumen,


tinitus, tes pendengaran

Pemeriksaan Serumen dan adanya massa

. Page 109
Keperawatan Dasar 2015

Pemeriksaan pendengaran (Tes Rinne, Tes


Weber, Tes Swabach)

. Page 110
Keperawatan Dasar 2015

12Hidung : Inspeksi Hidung


Inspeksi & palpasi epistaksis,
ingus

Palpasi Hidung

Mengetes fungsi penciuman


. Page 111
Keperawatan Dasar 2015

13 Mulut / Gigi :
Inspeksi bibir, gigi, lidah,
palatoskisis

. Page 112
Keperawatan Dasar 2015

14Leher : Palpasi Kelenjar Thyroid


Inspeksi & palpasi pembesaran
kelenjar thyroid
Auskultasi Kelenjar Thyroid

Auskultasi Kelenjar Thyroid

15Dada : Inspeksi dan palpasi dada

. Page 113
Keperawatan Dasar 2015

Inspeksi simetris, retraksi, benjolan


patologis, keadaan mammae

Perkusi dada

Lokasi Perkusi dada

. Page 114
Keperawatan Dasar 2015

Auskultasi dada

16Perut : Inspeksi Perut


Inspeksi & palpasi hepar, gaster,
nyeri tekan

. Page 115
Keperawatan Dasar 2015

Palpasi

Auskultasi

. Page 116
Keperawatan Dasar 2015

17 Genetalia
Inspeksi & palpasi tumor, luka
parut

18 Ekstremitas :
Inpeksi, palpasi, perkusi :bentuk,

ukuran,kelainan

19 Punggung :
Inspeksi, palpasi skoliosis, kifosis,
lordosis

. Page 117
Keperawatan Dasar 2015

20 Membereskan alat

21 Mengevaluasi hasil tindakan :

menanyakan respon pasien

. Page 118
Keperawatan Dasar 2015

22 Berpamitan dengan pasien

23 Mencuci tangan

24 Mendokumentasikan kegiatan yang


telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang
dilakukan, tanda tangan

G. Evaluasi Praktikum

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap


2. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan infus
3. Mahasiswa mempertahankan kenyamanan dan privasi klien selama
prosedur dilakukan

. Page 119
Keperawatan Dasar 2015

4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul

praktikum pada jam praktikum mandiri

. Page 120
Keperawatan Dasar 2015

DAFTAR PUSTAKA

Hanke, Grace. 2007. Med-Math : Perhitungan Dosis, Preparat dan Cara

Pemberian Obat Edisi 2. Jakarta : EGC.

Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik.

Jakarta. EGC

Potter, Patricia A, Pocket guide to health assessment, hal.346-348

A. Tamsuri, 2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta

Borenfein, Gb, 1995, Lbp Medical Diagnosis And Comprehensive M Second

Edition, Philadelpia : Wb Soundres

Carolyn Richardson, Et, Al, 1999, Therapeistic Exercise For Spinal Segmental

Stabilization In Low Back Pain London Chur Chill, Living Stone

Kisner, Carolyn And Lynn Allen Colby, 2007, Therapeutik Exercise Foundation

And Techiques Fifh Edition, Philadelphian : F.A Davis Company

Nugroho. D.S, 7-10 Maret 2001, Neurofisiologi Nyeri Dari Aspek Kedokteran

Makalah yang Disampaikan Pada pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi

Komprehensif pada Nyeri, Surakarta

. Page 121

You might also like