You are on page 1of 6

BAB 4

LIABILITY TO CLIENT

Tuntutan yang umumnya diberikan klien adalah klaim bahwa audito tidak mampu menemukan pencurian/
kecurangan pegawai sebagai hasil dari kelalaian dalam melakukan audit. Tuntutan dapat berupa pelanggaran
kontrak, tindakan yang mengakibatkan kerugian dari kelalaian atau keduanya. Tindakan yang merugikan bisa
didasarkan pada ordinary negligence, gross negligence, or fraud. Table 4.1.

1. Ordinary Niglegence (kelalaian biasa) – ketiadaan kepedulian (reasonable care) dari seseorang yang
diharapkan dari seseorang dalam situasi tertentu.
2. Gross Niglegence (kelalaian besar) – Tidak adanya sedikitpun kepedulian (lack of event slight care), atau
suatu tindakan sembrono dari seseorang yang diharapkan.
3. Constructive fraud (kecurangan konstruktif) – adanya kesembronoan yang luar biasa, meskipun tidak ada
maksud untuk menipu atau merugikan. Terjadi bila auditor mengetahui audit yang memadai belum tuntas,
tatapi tetap mengeluarkan opini, meskipun tidak ada maksud menipu pengguna laporan keuangan
4. Fraud (kecurangan) – terdapat misstatement, diketahui dan disengaja untuk menipu.

Pembelaan Auditor dalam Menghadapi Tuntutan Hukum


1. Tidak ada kewajiban untuk melaksanakan tugas tersebut. Misalkan KAP dapat beralasan bahwa
kekeliruan tidak dapat diungkapkan karena hanya memberikan jasa review, bukan jasa audit.
2. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan tugas. KAP dapat mengklaim bahwa seluruh penugasan telah
dilaksakan sesuai dengan standar.
3. Kalalaian kontribusi (contributory negligence). Kerugian yang dialami klien disebabkan oleh klien
sendiri
4. Ketiadaan hubungan timbal balik. Auditor dapat meminta klien yang menuntut untuk dapat menunjukkan
hubungan antara kerugian yang dialaminya dengan kegagalan audit

Kewajiban terhadap pihak ketiga menurut Common Law

Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan kreditor lain,
karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Doktrin ultramares, Kewajiban hukum dapat timbul jika pihak ketiga merupakan primary beneficiary atau orang
yang harus diberikan informasi audit

b. Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan keputusannya pada laporan keuangan .

Umumya, pemakai yang dapat ditentukan sebelumnya merupakan anggota dari pemakai jasa yang dapat
diandalkan oleh auditor dalam hal laporan keuangan.Saat ini tida pendekatan yang ada adalah :

A. Credit Alliance Credit Alliance vs Arthur Andersen & CO (1986) adalah kasus di New York dimana
pemberi pinjaman menuntut auditor dari salah satu pinjaman, karena telah mempercayai laporan
keungan, yang ternyata menyesatkan. Konsep dasar kerahasiaan seperti pada kasus Ultramares dan
memberlakukan hal-hal sebagai berikut :
a. auditor harus mengetahui dan menyadari bahwa hasil pekerjaanya akan digunakan oleh penuntut
pihak ketiga untuk untuk tujuan khusus dan
b. pengetahuan dan perhatian tersebut harus dilaksanakan dibawah pengarahan auditor. Kira-kira 15
negara bagian mengikuti beberapa variasi pendekatan ini.
B. Restatement of Torts. Pendekatan yang dilaksanakan oleh sebagian besar negara bagian adalah untuk
menerapkan peraturan yang ada pada Restatement of Torts, suatu gabungan beberapa prinsip hukum.
Syarat Restatement ini adalah pemakai yang sudah diketahui merupakan anggota dari pemakai yang
terbatas dan termasuk dalam group yang dapat diketahui yang mengandalkan pekerjaan KAP, seperti
kreditur, meskipun orang-orang tersebut tidak dikenal oleh KAP pada saat pelaksanaan audit.
C. Foresseable user.Konsep ini, pemakai harus dapat ditentukan sebelumnya oleh auditor adalah para
pemakai laporan keuangan, yang memiliki hak sama dengan yang memiliki hubungan kontrak.Dalam
keputusannya pengadilan menyatakan bahwa”dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhutang
kewajiban apapun terhadap orang lain selain kliennya dan disebutkan alasan kuat bahwa kewajiban
potensial auditor menurut dokrin foresseable user, benar-benar di luar batas kesalahan yang dapat
dibuat.

`Pembelaan yang dapat dipilih adalah nonnegligent performance.

CHAPTER 6

ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas
transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dengan laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan
langsung dengan prinsip-prinsip GAAP karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen
untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Terdapat 3 kategori asersi:
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Asersi Manajemen untuk Setiap Aktegori Asersi
Asersi Tentang Kelas Transaksi Dan Peristiwa Asersi Tentang Saldo Akun Asersi Tentang Penyajian dan
Pengungkapan
Keterjadian – Transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas tersebut. Eksistensi
– Aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang ada. Keterjadian dan hak serta kewajiban – Peristiwa dan transaksi yang
diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas itu.
Kelengkapan – Semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat Kelengkapan – Semua aktiva,
kewajiban, dan kepentingan ekuitas yang harus dicatat sudah dicatat. Kelengkapan – Semua pengungkapan yang
harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicantumkan.
Keakuratan – Jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat telah dicatat
dengan benar. Penilaian dan alokasi – Aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang tepat dan setiap hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat. Keakuratan dan
penilaian –Informasi keuangan dan yang lain telah diungkapkan secara tepat dan pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat. Hak dan kewajiban – Entitas itu
memegang hak atau kendali atas aktiva, dan kewajiban merupakan kewajiban entitas itu. Klasifikasi dan dapat
dipahami –Informasi keuangan dan yang lain telah disajikan dan diuraikan secara tepat serta pengungkapan telah
dinyatakan dengan jelas.
Cutoff – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi manajemen karena
tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksudkan untuk memberi kerangka kerja guna membantu
auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten dan memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan sesuai dengan penugasan audit.

Tujuan audit umum:


• Keterjadian – Transaksi yang Dicatat Memang Ada.
• Kelengkapan – Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat.
• Keakuratan – Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar.
• Posting dan Pengikhtisaran – Transkasi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan Diikhtisarkan dengan
Benar.
• Klasifikasi – Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan Secara Tepat.
• Penetapan Waktu – Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar.

Tujuan audit khusus:


Sesudah tujuan audit umum ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap
kelas transaksi yang material dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor yakin
bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tersebut.

Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Kelas Transaksi dan Peristiwa dengan Tujuan Audit,
kecuali untuk Asersi keakuratan. Asersi keakuratan mempunyai 2 tujuan karena harus menyediakan bagi auditor
pedoman untuk mengujii keakuratan transaksi.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO


Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Tujuan audit ini diterapkan pada saldo
akun (seperti piutang usaha dan persediaan) dan hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca.
Beberapa tujuan audit yang diterapkan pada akun-akun laporan laba rugi tertentu bisanya melibatkan transaksi non
rutin dan beban yang tidak dapat dikreditkan (seperti beban hukum atau perbaikan dan pemeliharaan). Akun-akun
laporan laba rugi lainnya berkaitan erat dengan akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti beban
penyusutan dengan akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar). Auditor akan mengumpulkan
bukti untuk memverfikasi rincian yang mendukung saldo akun dan bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri.

Tujuan audit umum:


• Eksistensi – Jumlah yang Tercantum Memang Ada.
• Kelengkapan – Jumlah yang Ada Telah Dicantumkan.
• Keakuratan – Jumlah yang Dicantumkan telah Dinyatakan dengan Benar.
• Klasifikasi – Jumlah yang Terncatum dalam Daftar Klien Telah Diklasifikasikan dengan Tepat.
• Cutoff – Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada Periode yang Tepat.
• Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah pada File Induk yang
Berkaitan, Sesuai dengan Total Akun, dan Sesuai dengan Total Buku Besar.
• Nilai yang Dapat Direalisasi – Aktiva yang Telah Dicantumkan dalam Jumlah yang Diestimasi Akan Direalisasi.
• Hak dan Kewajiban.

Tujuan audit khusus:


Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan audit umum pada tujuan yang berkaitan
dengan saldo ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam
laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo harus
disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan.

Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Saldo Akun dengan Tujuan Audit, kecuali untuk
Asersi tentang penilaian atau alokasi. Asersi ini memiliki tujuan audit yang banyak karena kerumitan dari isu
penilaian itu sendiri dan adanya kebutuhan untuk menyediakan tambahan panduan bagi para auditor untuk pengujian
penilaian.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Tujuan audit ini biasanya identik dengan asersi manajeman untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang
diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo juga berlaku untuk tujuan audit ini.

BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DIPENUHI


• Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan
tersebut pada setiap audit.
• Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik
untuk menata audit guna memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua
tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.
• Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus membuat rencana untuk memenuhi tujuan-
tujuan yang berkaitan dengan pelaporan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan ynnag akan digunakan auditor:
• Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab profesional auditor.
• Biaya pengumpulan bukti audi ini harus ditekan serendah mungkin.
Ada 4 Fase Audit Laporan Keuangan:
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi bisnisnya, serta keefektifan pengendalian
internalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam laporan keuangan. Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi
rencana dan sifat audit, penetapan waktu, dan rentang prosedur audit.
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi
• Pengujian pengendalian adalah pengujian keefektifan pengendalian internal sebelum ditetapkan untuk mengurangi
risiko pengendalian yang direncanakan.
• Pengujian substantif adalah verifikasi jumlah moneter transaksi yang dicatat oleh klien.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
• Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya
telah masuk akal.
• Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada
saldo akun-saldo dalam laporan keuangan.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
B. BUKTI AUDIT
Sifat Bukti Audit
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit
telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam
mempengaruhi auditor memutuskan apakah laporan keuangan telah disajikan dengan prinsip akutansi yang berlaku
umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitunga auditor atas surat berharga
yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan dari para karyawan klien.
Berbagai Keputusan Bukti Audit
Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk
dikumpulkan aga dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan
serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar. Berbagai keputusan auditor dalam
pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat keputusan sebagai berikut :
1. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan.
2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu.
3. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi.
4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.
Berbagai Prosedur Audit
Prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu
tertentu saat berlangsungnya proses audit. Sebagai contoh, dalam suatu prosedur audit untuk pengujian transaksi
pengeluaran kas adalah : ambillah buku jurnal pengeluaran kas dan bandingkanlah nama si pembayar, nilai uang,
dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas.
Ukuran Sampel, Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam ukuran sampel dari hanya satu
sampel hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang sedang diuji. Keputusan untuk memilih seberapa
banyak item yang akan diuji haruslah dibuat oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada.
Item – item yang Terpilih, Setelah penentuan ukuran sampel untuk prosedur audit dilakukan, haruslah ditentukan
item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor memutuskan untuk memilih 50 cek yang ditanggukan
dari populasi sebesar 6.600 cek, maka dapat digunakan metode : (1) memilih 50 cek pertama yang tercatat dalam
periode satu minggu, (2) memilih 50 cek bernilai terbesar, (3) memilih cek-cek tersebut secara acak atau (4) memilih
cek-cek yang menurut auditor memiliki kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.
Pemilihan Waktu yang Tepat, Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup periode waktu tertentu seperti satu
tahun, dan umumnya proses audit baru selesai dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah
berakhirnya suatu periode tertentu. Keputusan untuk pemilihan waktu auditpun dipengaruhi oleh kapan audit
tersebut harus diselesaikan agar sesuai dengan kebutuhan klien.
Program Audit
Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area audit tertentu atau untuk keseluruhan proses audit disebut dengan
program audit. Program audit selalu mengandung daftar rangkaian prosedur audit dan seringkali didalamnya
mencakup pula ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian tersebut.
Persuasivitas Bukti Audit
Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan mencukupi.
1. Ketepatan bukti (appropriateness of evidence), adalah ukuran mutu bukti yang berarti relevansi dan reliabilitasnya
memenuhi tujuan audit untuk kelas transaksi saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan , jika suatu bukti
dianggap sudah sangat tepat, hal itu akan membantu meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan
dengan wajar.
Perhatian bahwa ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Ketepatan ini tidak dapat
diperbaiki dengan memilih ukuran sample yang lebih besar atau item-item yang populasi yang berbeda. Ketepatan
hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan yang memberikan bukti audit yang andal.
Relevansi bukti, bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum
bukti tersebut dapat dipercaya. Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit spesifik, bukti audit
barangkali relevan untuk suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit lainnya.
Reliabilitas bukti, mengacu pada tingkat dimana bukti itu dapat dipercaya atau layak dipercaya. Seperti relvansi, jika
bukti dapat diandalkan. Bukti tersebut sangat membatu auditor dalam memberi keyakinan bahwa laporan telah
disajikan secara wajar. Sebagai contoh, jika auditor melakukan perhitungan persediaan, hasil perhitungan auditor
lebih dapat diandalkan jika dibandingkan dengan amanajemen yang memberikan jumlah yang dihitung sendiri
kepada auditor.
Reliabilitas tergnatung pada enam karakteristik bukti yang dapat diandalkan sebagai berikut:
1. Independensi Penyedia Bukti, bukti audit yang diperoleh dari sumber diluar entitas akan lebih dapat dipercaya
daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas. Berbagai dokumen yang berasal dari luar orgnisasi klien akan
dianggap lebih terpercaya daripada dokmen yang berasal dari intern perusahaan serta tidak pernah dikirin keluar
organisasi.
2. Efektivitas Pengendalian Intern Klien, jika pengendalian intern klien berjalan efektif, maka bukti audit yang
diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.
3. Pemahaman Langsung Auditor, bkti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik,
observasi, penghitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
4. Berbagai Kualifikasi Individu yang Menyediakan Informasi, walaupun jika sumber informasi itu bersifat
independen, bukti audit tidak akan dapat dipercaya kecuali jika individu yang menydiakan informasi tersebut
memiliki kualifikasi untuk melakukan itu.
5. Tingkat Obyektivitas, bukti yang obyektif akan lebih dapat dipercaya daripada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar.
6. Ketepatan Waktu, ketepatan waktu atas bukti audit dapat merujuk baik ke kapan bukti itu dikumpulkan atau
kapan periode waktu yang tercover oleh proses audit itu. Umumnya butki audit untuk mendukung akun-akun neraca
akan lebih tepat untuk dikumpulkan pada masa-masa yang dekat dengan tanggal neraca.
2. Kecukupan, kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan kecukupannya. Pada umumnya kecukupan bukti
diukur dengan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Beberapa faktor mempengaruhi kecukupan ukuran sampel
audit. Dua faktor paling penting adalah ekspektasi auditor atas kemungkinan salah saji dan efektivitas dari
pengendalian intern klien.
Efek Gabungan, persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi antara
kompetensi dan kecukupan termasuk pula pengaruh-pengaruh dari berbagai faktor yang mempengaruhi kompetensi
dan kecukupan ini. Terdapat hubungan langsung antara keempat keputusan bukti audit dan dua kualitas yang
menentukan persuasivitas bukti audit yaitu dari tabel 7-1.
Persuasivitas dan Biaya, dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada suatu proses audit, baik
persuasivitas maupun biaya harus turut dipertimbangkan, sangatlah jarang terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit
saja yang tersedia untuk memverifikasi informasi. Persuasivitas dan biaya dari semua alternatif harus masuk dalam
pertimbangan auditor sebelum ia memilih suatu atau beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor adalah
memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang paling mungkin dicapai.
Tabel 7-1, Berbagai Hubungan antara Keputusan-keputusan Bukti Audit dan Persuasivitas
Berbagai Keputusan Bukti Audit Berbagai Kualitas yang Mempengaruhi Persuasivitas Bukti
Berbagai prosedur audit dan waktu pelaksanannya Kompetensi
Relevansi
Independensi penyedia bukti
Efektivitas pengendalian intern
Pemahaman langsung auditor
Berbagai kualifikasi penyedia bukti
Obyektivitas bukti
Ketepatan waktu
Kapan pelaksanaan prosedur-prosedur tersebut
Bagian periode yang diaudit
Ukuran sampel dan item-item yang dipilih Kecukupan
Ukuran sampel memadai
Memilih item-item populasi yang tepat
Jenis-jenis Bukti Audit
Beberapa jenis bukti audit antara lain :
1. Pengujian Fisik (physical examination)
Merupakan inspeksi atau penghitungan yang dilakukan auditor atas aktiva yang berwujud (tangible asset). Pengujian
fisik, yang secara langsung berarti verifikasi atas aktiva yang benar-benar ada (tujuan keberadaan), dianggap sebagai
salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.
2. Konfirmasi (confirmation)
Menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen, yang
memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor. Konfirmasi berdasarkan SAS 67
(AU 330) terbagi menjadi dua yaitu :
• Konfirmasi positif, yang meminta penerimanya untuk merespon dalam semua keadaan
• Konfirmasi negatif, dimana penerima diminta untuk merespon hanya saat konfirmasi tidak benar.

You might also like