You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

Forseps adalah instrumen yang didisain untuk membantu dalam


melahirkan kepala bayi. Digunakan baik untuk mempercepat kelahiran atau untuk
memperbaiki beberapa kelainan pada hubungan sefalo-pelvis yang mempengaruhi
perjalanan persalinan. Fungsi utama forseps adalah traksi dan rotasi.1 Data dari
Inggris menunjukkan bahwa angka persalinan vaginal operatif bervariasi antara 4-
26%. Analisis tahunan RCOG menunjukkan bahwa antara peride 1998-1999
terdapat 11,3 % persalinan yang dibantu oleh atau forseps.2
Tindakan ekstraksi forceps saja harus memenenuhi syarat-syarat dalam
melaksanakannya. Indikasi yang perlu diperhatikan meliputi indikasi ibu, indikasi
janin, dan indikasi waktu.3,4 Pada beberapa situasi forseps dapat merupakan
pilihan paling aman pada persalinan, seperti pada persalinan bokong. Pada kasus
ini forseps dapat memberikan persalinan yang terkendali dalam melahirkan
kepala. Persalinan vaginal operatif pada presentasi muka hanya dapat dilakukan
oleh forseps juga merupakan pilihan alternatif satu-satunya pada persalinan bayi
preterm karena resiko sefalhematom dan perdarahan intraventerikuler pada
vakum.5
Persalinan yang dibantu dengan forseps dapat memfasilitasi kelahiran dan
menghindari seksio sesarea dan morbiditas yang ada. Namun, teknik ekstraksi
forseps juga mempunyai risiko terhadap ibu maupun janin.6

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Ekstraksi Forseps3,4


Ekstraksi forseps atau ekstraksi cunam adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada
kepalanya.

1.2. Bentuk dan Bagian-Bagian Forseps3,4,7


Forseps terdiri dari 2 sendok, yaitu sendok kanan dan sendok kiri.
Sendok kiri adalah sendok yang dipegang oleh tangan kiri dan diletakkan di
sebelah kiri panggul ibu. Sedangkan sendok kanan adalah sendok yang
dipegang oleh tangan kanan dan diletakkan di sebelah kanan panggu ibu.
Tiap sendok cunam mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1. Daun sendok
Daun sendok adalah bagian yang mencekam kepala janin. Bagian depan
sendok yang dinamakan daun biasanya berlubang dan mempunyai
lengkungan kepala (chepalic curve) untuk menyesuaikan dengan bentuk
kepala janin, serta lengkungan panggul (pelvic curve) untuk
menyesuaikan dengan bentuk rongga panggul ibu.
2. Tangkai forseps (shank)
Tangkai forseps merupakan bagian antara daun dan kunci forseps.
Terdiri 2 macam, yaitu tangkai terbuka dan tangkai tertutup.
3. Kunci forseps (lock)
Leher sendok kanan dan kiri dihubungkan dengan suatu kunci pada
tempat persilangan. Macam-macam kunci pada forseps adalah :
a. Kunci Prancis
Kunci Prancis terdiri atas tonjolan yang mempunyai lekukan
berbentuk “U” pada leher sendok kiri. Lekukan ini dapat ditempati
leher sendok kanan sehingga kedua sendok dapat bergeser kedepan
dan kebelakang.

2
b. Kunci Inggris
Kedua tangkai forseps disilangkan dan dikunci dengan cara kait
mengait (interlocking).
c. Kunci Jerman
Bentuk kunci forseps yang merupakan kunci gabungan prancis dan
inggris disebut sebagai “yongper aksim et kontabulationem”
sehingga dapat mencegah sendok kanan dan kiri saling bergeser,
baik dari atas kebawah maupun dari depan ke belakang.
d. Kunci Norwegia: bentuk kunci forseps yang dapat diluncurkan
(sliding lock).
4. Pegangan forseps (handle)
Pegangan atau gagang forcep yang merupakan bagian stabil yang
berguna untuk pegangan ketika melakukan ekstraksi.

Gambar 1. Bagian-Bagian Forceps

1.3. Jenis Forseps3,4,7


Berdasarkan bentuknya, forseps dibagi atas 3 jenis:
1. Tipe Simpson
Bentuk forseps ini mempunyai tangkai forseps yang terbuka sehingga
lengkungan kepala lebih mendatar dan lebih besar. Bentuk forseps ini
baik untuk kepala janin yang sudah mengalami moulase.

3
2. Tipe Elliot
Bentuk forseps ini mempunyai tangkai yang tertutup, sehingga
lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit. Forseps jenis ini baik
untuk kepala janin yang bundar dan belum mengalami moulase.

3. Tipe Khusus
Terdapat bentuk khusus forseps yang dirancang untuk penggunaan
tertentu, antara lain:
 Forseps Piper merupakan forseps yang dipakai untuk melahirkan
kepala janin pada letak sungsang.
 Forseps Kielland merupakan forseps yang tidak mempunyai lengkung
pelvis dan digunakan untuk rotasi koreksi kepala janin pada osciput
posterior atau transverse arrest pada pelvis antropoid.
 Forseps Barton merupakan forseps yang mempunyai lengkung kepala
dan panggul yang sama dan hanya digunakan pada transverse arrest
pada pelvis platipelloid.
4. Tipe Naegele. Daun sendok berbentuk lengkung tengkorak dengan jarak
terpanjang 9 cm yang disesuaikan dengan diameter kepala dan
mempunyai lengkung panggul yangs sesuai dengan lengkung paksi
panggul.
5. Tipe Kielland. Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul,
cunam/forceps Kielland selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala,
tidak tergantung posisi kepala terhadap panggul.

4
Gambar 2. Jenis Forseps

1.4. Fungsi Forseps3,4


Pemilihan jenis forseps hendaknya disesuaikan dengan fungsi forseps.
Fungsi forseps yang sampai sekarang masih berlaku, antara lain:
1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang
disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK
kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
3.1. Pembagian Pemakaian Forseps3,4
Berdasarkan penurunan kepala ke dalam panggul, maka ekstraksi forseps
dibagi menjadi:
a. Forseps tinggi (high forceps)
Ekstraksi forseps dimana kepala janin dengan ukuran terbesar belum
melewati pintu atas panggul. Oleh karena ekstraksi forseps menimbulkan
trauma yang berat pada kepala janin dan jalan lahir ibu sehingga tidak
digunakan lagi dan diganti dengan seksio sesarea.
b. Forseps Tengah (mid forceps)
Ekstraksi forseps yang tidak memenuhi criteria forseps tinggi maupun
forseps rendah, tetapi kepala janin sudah cakap (engaged,
Zangengerecht), tetapi belum sampai di dasar panggul. Sekarang

5
ekstraksi forseps tengah sudah jarang dipakai dan diganti dengan
ekstraksi vakum atau seksio sesarea.
c. Forseps Rendah (low forceps)
Ekstraksi forseps dimana kepala janin sudah turun sampai di pintu bawah
panggul dan sutura sagitalis sudah dalam anterior. Sampai sekarang
pemasangan forseps jenis ini paling sering dipakai.

3.2. Indikasi Ekstraksi Forseps3,4


a. Indikasi Relatif
Ekstraksi forseps yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu atau pun
janinnya, tetapi bila dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.
Indikasi relatif dibagi menjadi :
i. Indikasi de Lee.
Ekstraksi forseps dengan syarat kepala sudah di dasar panggul; putaran
paksi dalam sudah sempurna; m. levator ani sudah teregang; dan
syarat– syarat ekstraksi forseps lainnya sudah dipenuhi.
ii. Indikasi Pinard.
Ektraksi forseps yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de Lee,
hanya disini penderita sudah mengejan selama 2 jam.
b. Indikasi Absolute
i. Indikasi ibu :
 Eklampsia, preeklampsia.
 Ruptur uteri.
 Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru dan lain-lainnya..
 Adanya edema pada vagina/vulva.
ii. Indikasi janin: gawat janin.
iii. Indikasi waktu: kala II memanjang.

3.3. Kontraindikasi Ekstraksi Forseps8


 Kontraksi pada per vaginam

6
 Penolakan pasien
 Besar, bentuk, dan konsistensi kepala tidak normal
- Janin sudah lama mati
- Mikrosefalus
- Anensephalus
 Adanya fistel vagina
 Rupturan uteri imminens yang cincin bandl hampir setinggi pusat atau
lebih

3.4. Syarat Aplikasi Forseps3,4,7


Syarat ekstraksi forseps yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan
adalah:
1. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik)
2. Pembukaan serviks harus lengkap
3. Kepala janin sudah cakap (engaged)
4. Kepala janin harus dapat dipegang oleh forseps
5. Janin hidup
6. Ketuban sudah pecah
3.5. Prosedur Pemasangan dan Ekstraksi Forseps3,4
 Persiapan
1. Persiapan untuk ibu
a. Posisi litotomi
b. Rambut vulva dicukur
c. Kandung kemih dan rectum dikosongkan
d. Desinfeksi vulva
e. Infuse
f. Narcosis jika diperlukan
g. Kain penutup pembedahan
h. Gunting episiotomi
i. Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir
j. Uterotonika

7
2. Persiapan untuk janin
a. Alat-alat pertolongan persalinan
b. Alat penghisap lender (suction)
c. Oksigen
d. Alat-alat resusitasi bayi

3. Persiapan untuk dokter


a. Mencuci tangan
b. Sarung tangan bebas hama
c. Baju operasi bebas hama

 Cara Pemasangan Forseps


Ditinjau dari posisi daun forseps terhadap kepala janin dan panggul
ibu pada waktu forseps tersebut dipasang, maka pemasangan forseps
dibagi:
1. Pemasangan sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap
kepala), ialah pemasangan forseps diamana sumbu panjang
forseps sesuai dengan diameter mento-oksipitalis kepala janin,
sehingga daun cuam terpasang secara simetrik di kiri kanan
kepala.
2. Pemasangan pelvic (melintang terhadap panggul), ialah
pemasangan forseps di mana sumbu panjang forseps sesuai
dengan sumbu panggul.

 Cara Ekstraksi Forseps


Ekstraksi forseps terdiri dari tujuh langkah, yaitu:
1. Penolong membayangkan bagaimana forseps akan dipasang
2. Pemasangan daun forseps pada kepala janin
3. Mengunci sendok forseps
4. Menilai hasil pemasangan daun forseps

8
5. Ekstraksi forseps percobaan
6. Ekstraksi forseps definitif
7. Membuka dan melepaskan sendok forseps

Contoh ekstraksi forseps


Presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di depan, kepala di
Hodge IV, dengan memiliki forseps Naegele (outlet forceps, forseps
rendah).

Ekstraksi forseps terdiri dari tujuh langkah, yaitu:


1. Penolong Membayangkan Bagaiman Forseps Akan Dipasang
Setelah semua persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva
sambil memegang kedua forseps pemegang forseps dalam keadaan
tertutup dan membayangkan bagaimana forseps akan dipasang.
Pemegang forseps dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
sejajar dengan sumbu forseps.

Gambar 3. Membayangkan Bagaimana Cunam Akan Dipasang

2. Pemasangan Daun Forseps pada Kepala Janin


Sendok forseps yang akan dipasang lebih dahulu ialah sendok forseps
kiri, karena pada sendok kiri terletak kunci forseps. Forseps kiri
dipegang dengan tangan kiri penolong seperti memegang pencil,
dengan tangkai forseps sejajar lipatan paha depan kanan. Bersamaan

9
dengnan itu 4 jari tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina.
Kemudian daun forseps sendok kiri dimasukkan ke dalam vagina dan
dengnan tuntunan dan dorongan ibu jari tangan kanan daun forseps
dimasukkan ke dalam jalan lahir, sehingga daun forseps berada
setinggi puncuk kepala. Jadi yang mendorong daun forseps masuk ke
dalam jalan lahir ialah ibu jari tangan yang di dalam, bukan tangan
yang di luar. Tangan kanan penolong dikeluarkan dari vagina dan
bergantian memegang sendok forseps kanan. Ketiga jari tangan kiri
penolong dimasukkan ke dalam vagina antara kepala dan jalan lahir.
Forseps kanan dipegang sebagai memegang pensil dan sejajar lipatan
paha depan kiri. Daun forseps kanan sekarang dimasukkan ke dalam
vagina dan dengan tuntunan dan dorongan ibu jari tangan kiri daun
forseps dimasukkan ke dalam jalan lahir sampai setinggi puncak
kepala.

Gambar 4. Memasang Forseps

10
3. Mengunci Sendok Forseps

Gambar 5. Mengunci forceps

4. Menilai Hasil Pemasangan Daun Forseps


Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai apakah daun forseps telah
terpasang dengan benar dan adakah bagian jalan lahir yang terjepit
oleh daun forseps.

5. Ekstraksi Forseps Percobaan


Langkah pertama adalah tangan kiri dan tagnan kanan penolong
menggenggam pemegang forseps, sedang jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan penolong diluruskan sampai menyentuh puncak kepala.
Bila pada waktu traksi dilakukan, kedua jari terlepas dari puncak
kepala, berarti kepala tidak ikut tertarik. Tetapi bila traksi dilakukan
kedua jari tetap menyentuh puncak kepala, berarti kepala ikut tertarik.
Bila pada waktu traksi percobaan kepala janin tidak ikut tertarik, maka

11
berarti daun forseps belum terpasang dengan benar, sehingga forseps
harus dilepaskan dan dipasang lagi. Bila traksi percobaan ternyata
berhasi baik maka dilakukan traksi definitif.

Gambar 6. Ekstraksi Forceps Percobaan

6. Ekstraksi Forseps Definitif


Ekstraksi forseps definitive dilakukan dengan mencengkaram
pemegang forseps oleh tangan kiri penolong. Tangan kanan penolong
mencengkam pemegang forseps di atas tangan kiri sambil jari tengah
berada di antara kedua tangkai forseps.
Traksi dilakukan dengan arah tangkai forseps sesuai dengan sumbu
panggul, yaitu forseps ke bawah bila kepala masih agak tinggi, dan
mendatar bila kepala di pintu bawah panggul (PBP), sampai
suboksiput tampak di bawah simfisis.

12
Gambar 7. Ekstraksi Forseps Definitif

7. Membuka dan Melepaskan Sendok Forseps


Segera setelah suboksiput berada di bawah simfisi, sunam dipegang
hanya tangan kanan sedang tangan kiri menahan perineum. Forseps
dielevasi ke atas, sehingga melakukan gerakan defleksi dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi-mata, hidung, mulut dan dagu. Akhirnya lahirlah
seluruh kepala. Forseps dilepaskan pada waktu gerakan defleksi ini
atau bila kepala sudah lahir seluruhnya.
Setelah kepala janin lahir, kepala dibiarkan melakukan putaran paksi
luat, kemudian badan baru dilahirkan sebagaiman lazimnya. Tali pusat
dipotong dan dirawat. Bayi baru lahir diserahkan kepada pembantu
untuk dibersihkan jalan napasnya. Bila ekstraksi forseps dilakukan
dengan narcosis yang cukup dalam, maka plasenta harus dilakukan
secara manual, dan sekaligus dilakukan eksplorasi jalan lahir untuk
mengetahui adanya robekan jalan lahir.

13
Gambar 8. Melepaskan Forseps

 Episiotomi
1. Bila diperlukan episiotomi pada waktu ekstraksi forceps, maka
episiotomy dilakukan pada saat sebelum memasang cunam; kepala
meregang perineum.
2. Melakukan ekstraksi forceps pada primigravida, episiotomi harus
dikerjakan. Sedangkan pada multigravida, episiotomy dikerjakan
bila diperlukan.
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS OUT-LET DENGAN
UUK DI ANTERIOR (oksiput anterior)

1. Operator berdiri didepan pasien dengan memegang cunam/forceps


obstetrik dalam keadaan terkunci dan membayangkan bagaimana
cunam/forceps kelak akan dipasang dalam jalan lahir (“ghosting”).

14
Gambar 8. Cunam/forceps dalam keadaan terkunci, dipegang
operator yang berdiri di depan vulva sambil membayangkan
posisi cunam/forceps kelak di dalam jalan lahir.

2. Tangkai sendok kiri dipegang tangan kiri seperti memegang pensil


yaitu dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk, pegangan pada tangkai
cunam/forceps dalam keadaan tegak lurus di depan vulva.
3. Dua (atau lebih) jari tangan kanan operator dimasukkan pada sisi
kiri belakang vulva di samping kepala anak.
4. Ujung daun sendok kiri dimasukkan vagina antara kepala anak dan
sisi palmar jari-jari tangan kanan operator; dengan dorongan ibu jari
tangan kanan dan tuntunan jari-jari tangan kanan melalui gerakan
horizontal, sendok cunam/forceps ditempatkan di samping kiri
kepala anak.

Gambar 9. Pemasangan daun cunam/forceps kiri pada sisi kiri


panggul ibu; Jari telunjuk dan tengah tangan kanan
dimasukkan vagina. Ibu jari diarahkan ke atas. Daun
cunam/forceps diluncurkan sepanjang jari telunjuk tangan
kanan dengan menekan tangkai cunam/forceps.

5. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang


dipegang oleh asisten.

15
Gambar 10. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang
telah terpasang dipegang oleh asisten.

6. Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan di


samping kanan kepala anak.

Gambar 11. Pemasangan sendok kanan; Sendok kiri yang


sudah terpasang dipegang oleh asisten (atau ditahan dengan
kelingking tangan kiri). Ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah
tangan kanan menuntun pemasangan sendok kanan yang
tangkainya dipegang tangan kanan.

7. Dilakukan reposisi sendok cunam bilamana diperlukan untuk


memudahkan penguncian cunam/forceps.

16
Gambar 12. Penguncian; Masing-masing tangan memegang
tangkai cunam/forceps. Kedua ibu jari saling berdekatan di
atas gagang cunam; Kunci harus dipasang tanpa paksaan, bila
perlu dapat dilakukan reposisi daun cunam/forceps untuk
memudahkan penguncian.

8. Setelah penguncian, dilakukan pemeriksaan ulangan untuk


mengetahui apakah:
1. Kedua daun cunam sudah dipasang secara benar.
2. Terdapat bagian anak selain kepala atau jalan lahir ibu yang
terjepit.
9. Setelah cunam terpasang dan dikunci dengan benar, dilakukan traksi
percobaan.

Gambar 13. Traksi Percobaan; Tangan kiri mencekap cunam


diatas kunci; Telunjuk kanan digunakan untuk mengetahui
apakah kepala anak ikut tertarik saat melakukan traksi
percobaan.

17
10. Setelah traksi percobaan menunjukkan bahwa pemasangan dan
penguncian cunam sudah dilakukan dengan benar, maka tindakan
ini dilanjutkan dengan traksi definitif.

Gambar 14. Traksi definitif; Tangan kanan ditempatkan di


leher cunam dekap dengan kepala janin. Tangan kiri operator
di sebelah distal tangan kanan.

11. Traksi definitif diawali dengan tarikan horizontal secara intermiten


sampai perineum teregang. Episiotomi dikerjakan saat perineum
teregang.
12. Setelah oksiput meregang vulva, tangkai cunam dielevasi dengan
cara meletakkan empat jari tangan di atas permukaan atas
“pegangan cunam” dan dorongan ibu jari dan sisi belakang
permukaan bawah “pegangan cunam”.
13. Setelah vulva teregang dan dahi teraba pada perineum, lahirnya
kepala anak selanjutnya dapat dilakukan dengan cunam yang masih
terpasang atau cunam yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya
kepala anak dilahirkan dengan maneuver Ritgen.

18
Gambar 15. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan
sambil menahan perineum dengan tangan kiri agar tidak
regangan perineum yang berlebihan.

14. Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan


persalinan presentasi belakang kepala seperti biasanya.
15. Setelah bayi lahir, dilakukan plasenta manuil sambil melakukan
eksplorasi jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK


KIRI DEPAN (posisi oksipitalis kiri depan)

1. Dengan tangan kanan, operator menentukan posisi telinga kiri janin


yang berada di sebelah kiri posterior.
2. Dengan tuntunan jari-jari kanan dalam vagina, tangan kiri
memasang cunam/forceps kiri setinggi telinga kiri janin.
3. Sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang ditahan oleh
asisten atau dibiarkan saja dan hendaknya berada pada
kedudukannya tanpa paksaan.
4. Dua jari tangan kiri masuk pada sisi kanan belakang vagina dan
sendok cunam/forceps kanan yang dipegang dengan tangan kanan
dimasukkan vagina dengan tuntunan jari-jari tangan kiri tersebut
dan segera digeser ke depan untuk ditempatkan setinggi telinga
depan janin, sehingga sendok cunam/forceps kanan berada pada

19
posisi yang tepat berhadapan dengan sendok cunam/forceps kiri
yang sudah terpasang sebelumnya.
5. Setelah kedua sendok cunam/forceps dikunci, maka posisi masing-
masing sendok cunam/forceps berada di depan dan di belakang
(pada diameter oblique pelvik).

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK


KANAN DEPAN (posisi oksipitalis kanan depan)

1. Pemasangan sendok cunam/forceps dilakukan dengan cara yang


sama, tetapi dengan arah yang berbeda.
2. Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah telinga posterior dan
sendok cunam/forceps kanan harus dipasang lebih awal .
3. Penguncian hanya dapat dilakukan setelah tangkai sendok cunam
kanan disilangkan dan ditempatkan di atas tangkai sendok kiri.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH


DENGAN UUK MELINTANG

1. Jenis cunam/forceps obstetrik yang tepat digunakan adalah


cunam/forceps Tucker Mc Lane atau cunam/forceps Kielland.
2. Pemasangan tidak berbeda, sendok cunam/forceps pertama yang
dipasang adalah sendok cunam/forceps yang akan ditempatkan
setinggi telinga posterior dan sendok cunam/forceps kedua dipasang
setinggi telinga depan (setelah digeser ke depan).

20
3. Dengan pemasangan di atas, satu sendok cunam/forceps akan
berada di depan sakrum dan satu sendok lagi di belakang simfisis
pubis.

PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UUK POSTERIOR


(posisio oksipitalis posterior persisten)

Persalinan dengan posisi oksipitalis posterior persisten sering


terjadi pada persalinan dengan anaestesi epidural. Posisi oksipitalis
posterior kiri atau kanan, artinya:

1. Tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.


2. Pada beberapa kasus, tindakan vaginal toucher saat menentukan
lokasi telinga posterior dapat menyebabkan oksiput berputar
spontan ke depan dengan sendirinya.
3. Agar oksiput berada di sebelah depan, maka dapat dilakukan
tindakan:
1. Rotasi manual
Bila oksiput berada di sebelah kiri belakang, operator
menggunakan tangan kanannya untuk memutar kepala dan
sebaliknya bila oksiput di sebelah kanan belakang maka
operator menggunakan tangan kirinya untuk memutar kepala.
Gerakan pronasi lebih mudah dikerjakan dibandingkan gerakan
supinasi.

Teknik yang dilakukan, ialah:

1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps.


2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap
sinsiput, jari-jari berada pada satu sisi telinga dan ibu jari
pada sisi telinga yang lain.

21
3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya ke
depan bersamaan dengan gerakan tangan untuk memutar
kepala dari dalam.
4. Tangan dalam memutar kepala sehingga oksiput berada di
sebelah depan.
5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi
persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam/forceps
(dengan cunam Kielland).
Rotasi manual dari posisio oksipitalis posterior kiri dengan cara:

1. Tangan kiri operator ditempatkan di atas abdomen dan


menarik bahu kanan ke arah kanan ibu. Secara serentak,
tangan kanan operator memegang kepala janin pada
diameter biparietal dan memutarnya dengan gerak pronasi
sejauh 1800
2. Pada akhir tindakan, oksiput janin berada di sebelah
anterior.

Gambar 16. Rotasi Manual

Pemutaran dengan cunam/forceps Kielland

22
1. Bila tak dapat melakukan rotasi manual, maka persalinan
pervaginam dapat diusahakan dengan bantuan ekstraksi
cunam.
2. Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan oksiput
tetap di posterior atau oksiput di anterior.
3. Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Dikerjakan traksi horizontal sampai pangkal hidung
berada di bawah simfisis.
2. Dilakukan gerakan elevasi pada “pegangan” cunam
secara perlahan sampai oksiput secara bertahap muncul
di depan perineum.
3. Mengarahkan “pegangan” cunam ke bawah dan lahirlah
pangkal hidung, muka dan dagu di depan vulva.
4. Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.

Gambar 17. Persalinan cunam/forceps rendah pada


posisi oksipitalis posterior persisten; Gambar ”panah”
menunjukkan titik saat kepala mengalami fleksi setelah
bregma melewati arcus pubis; Pada saat ini harus
dicegah terjadinya ruptur perinei yang luas dengan
episiotomi luas.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH

23
PADA PRESENTASI MUKA

1. Hanya dapat dikerjakan pada kasus presentasi muka mento anterior.


2. Pada awalnya dilakukan traksi cunam/forceps bawah sampai dagu
nampak di bawah simfisis.
3. Kemudian dilakukan traksi elevasi ke atas, setelah dagu nampak di
bawah simfisis maka secara berurutan lahir hidung, mata, dahi dan
oksiput di tepi anterior perineum.

Gambar 18. Traksi Cunam/Forceps Atas Setelah Dagu Lahir

Pemasangan cunam/forceps dikatakan gagal apabila:


1. Cunam/forceps tidak dapat dipasang
2. Cunam/forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir
Penyebab kegagalan ekstraksi cunam/forceps, antara lain:
1. Kesalahan menentukan denominator kepala
2. Adanya lingkaran konstriksi.
3. Adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak ditemukan sebelumnya.
Bila sebuah persalinan operatif pervaginam diperkirakan
menemui kesulitan maka tindakan tersebut dinamakan “ekstraksi

24
cunam/forceps percobaan”. Tindakan “ekstraksi cunam/forceps
percobaan” dilakukan dengan kamar bedah yang telah dipersiapkan
untuk sewaktu-waktu dapat digunakan melakukan tindakan sectio caesar
manakala “ekstraksi cunam/forceps percobaan” tersebut menemui
kegagalan. Bila aplikasi daun cunam/forceps tidak dapat dilakukan
dengan baik, maka persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps dianggap
gagal dan persalinan harus segera diakhiri dengan ekstraksi vakum atau
sectio caesar. Bila aplikasi dan cunam/forceps dapat dilakukan, namun
pada traksi percobaan tidak diikuti dengan desensus kepala yang berarti
maka persalinan cunam/forceps dianggap gagal (“failed forceps”) dan
persalinan harus diakhiri dengan sectio caesar atau ekstraksi vakum.

1. Contoh ekstraksi cunam/forceps


Seorang pasien, primigravida, dengan PEB pembukaan lengkap,
presentasi belakang kepala dengan UUK kanan depan, penurunan HIII+.
1. Membayangkan cunam/forceps sebelum dipasang
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva,
memegang kedua cunam/forceps dalam keadaan tertutup dan
membayangkan bagaimana cunam/forceps terpasang pada kepala.

Gambar 19. Contoh Penolong Memegang Sendo


Cunam/Forceps Sambil Membayangkan

2. Memasang cunam/forceps

25
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi
cunam/forceps yang dipasang adalah cunam/forceps kiri terlebih
dahulu, yaitu cunam/forceps yang dipegang tangan kiri penolong dan
dipasang di sisi kiri ibu.Cunam/forceps kiri dipegang dengan cara
seperti memegang pensil, dengan tangkai cunam/forceps sejajar
dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong
masuk ke dalam vagina. Cunam/forceps secara perlahan dipasang
dengan bantuan ibu jari tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang
mendorong cunam/forceps masuk ke dalam vagina. Setelah
cunam/forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang
cunam/forceps kiri tersebut agar tidak berubah posisi. Dan penolong
segera memasang cunam/forceps kanan, yaitu cunam/forceps yang
dipegang oleh tangan kanan penolong dan dipasang di sisi kanan ibu.
Cunam/forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan
tangkai cunam/forceps sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat
jari tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina. Cunam/forceps
dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong. Setelah
cunam/forceps terpasang, dilakukan penguncian.

Gambar 20. Contoh Pemasangan Sendok


Cunam/Forceps Kiri, Kanan

3. Mengunci cunam/forceps

26
Penguncian dilakukan setelah cunam/forceps terpasang. Bila
penguncian sulit dilakukan, jangan dipaksa, tetapi periksa kembali
apakah pemasangan telah benar dan dicoba pemasangan ulang.
Apabila cunam/forceps kiri yang dipasang duluan, maka penguncian
dilakukan secara langsung, dan bila cunam/forceps kanan yang
dipasang duluan, maka cunam/forceps dikunci secara tidak langsung.

Gambar 21. Contoh Penguncian Cunam/Forceps


4. Memeriksa kembali pemasangan
Setelah cunam/forceps terpasang dan terkunci, dilakukan
pemeriksaan ulang, apakah cunam/forceps telah terpasang dengan
benar, dan tidak ada jalan lahir/jaringan yang terjepit.
5. Traksi percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi
percobaan. Penolong memegang pemegang cunam/forceps dengan
kedua tangan , sambil jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh
kepala janin, lalu dilakukan tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan
tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin, berarti cunam/forceps
terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi definitif.
Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala
janin, berarti cunam/forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus
dilakukan pemasangan ulang.

27
Gambar 22. Contoh Traksi Percobaan

6. Traksi definitif
Traksi definitif dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang
cunam/forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan
hanya menggunakan otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai
dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan tarikan cunam/forceps ke
bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri
segera menahan perineum saat kepala meregang perineum.
Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan
tangan kanan sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian
lahirlah dahir, mata, hidung, mulut bayi.

28
Gambar 23. Contoh Traksi Definitif

7. Melepaskan cunam/forceps
Setelah kepala bayi lahir, maka cunam/forceps dilepaskan dan janin
dilahirkan seperti persalinan biasa.

Gambar 24. Contoh Melepaskan Cunam/Forceps

2.1. Komplikasi Cunam/Forceps


1. Komplikasi langsung akibat aplikasi cunam/forceps dibagi menjadi:
1. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
1. Perdarahan. Dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio
plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri,
ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina,
hematoma luas, robekan perineum.
2. Infeksi. Terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing

29
yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi
uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
3. Trauma jalan lahir, yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal,
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero
vaginal.

2. Komplikasi segera pada bayi, antara lain:


1. Asfiksia. Karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi
rangsangan pernapasan menyebabkan aspirasi lendir dan air
ketuban. Dan jepitan langsung cunam/forceps dapat
menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intrakranial,
kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung
jaringan otak.
2. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi.
3. Trauma langsung cunam/forceps yaitu fraktur tulang kepala
dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula
oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung;
trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan pleksus
brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan
fasialis, serta hematoma pada daerah yang tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
1. Komplikasi lambat pada ibu, antara lain:
1. Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri
sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas
2. Penyebaran infeksi makin luas
3. Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, fistula
rekto vaginal dan fistula utero vaginal.
2. Komplikasi lambat pada janin berupa:
1. Trauma ekstraksi cunam/forceps dapat menyebabkan cacat
karena aplikasi cunam/forceps.

30
2. Infeksi berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan
kematian serta ensefalitis sampai meningitis.
3. Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan intelektual.
4. Gangguan susunan saraf pusat, gangguan pendengaran dan
keseimbangan

2.12 Upaya menghindari komplikasi

1. Pastikan indikasi dan syarat penggunaannya


2. Penempatan mangkuk yang tepat
3. Hindari terjepitnya jaringan lunak ibu
4. Arah tarikan yang benar
5. Hindari kekuatan tarikan yang berlebihan
6. Koordinasikan tarikan dengan usaha meneran
7. Awasi penurunan/pengeluaran
8. Terapkan “the rule of threes”, penghentian tindakan

2.13 Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps

Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum


biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena
kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan,
robekan jalan lahir dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah
ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai
keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi
kuat dan pemberian antibiotik untuk menghindari infeksi.

2.14 Kompetensi Dokter Umum

31
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah
menerapkan di bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan
tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut
dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga
dan/atau standardized patient.
Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan
menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
atau Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).

32
3.6.Komplikasi Aplikasi Forseps3,4
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ekstraksi forseps adalah:
a. Ibu
 Perdarahan: akibat atonia utri atau trauma jalan lahir.
 Trauma jalan lahir
- Trauma jaringan lunak : robekan vagina sampai rupture uteri
- Trauma tulang-tulang : simfisiolosis, fraktur os koksigis, dll.
b. Janin
 Bekas forseps pada wajah, memar, laserasi, sefalohematoma
 Trauma saraf fasial
 Fraktur tengkorak, perdarahan intracranial

2.11. Ekstraksi Forseps Gagal3,4


Pemasangan forseps dinyatakan gagal, bila:
 Sendok forceps tidak dapat dikunci meskipun pemasangan sudah betul.
 Tiga kali traksi dengan tenaga cukup janin tidak dapat lahir.

2.12. Penuntun Belajar Keterampilan Klinik Ekstraksi Forseps9


LANGKAH KLINIK
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan
melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan, missal: kala II lama, kala II
tak maju, preeklamsia berat/eklamsia
3. Jelaskan bahwa tindakan medic mengandung resiko, baik yang telah diduga
sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut.
5. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan
ulang apabila masih ragu dan belum mengerti

33
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis dengan mengisi
dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar persetujuan tindakan medik yang telah diisi dan
ditandatangani ke dalam catatan medik.
8. Serahkan kembali catatan medic pasien setelah diperiksa kelengkapannya
catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi.
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. PASIEN
9. Cairan dan infus
10. Posisi litotomi. Daerah vulva dan sekitarnya (perut bawah dan paha)
dibersihkan dengan larutan anti septik.
11. Kandung kencing dikosongkan
12. Alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
13. Instrumen
a. Uteroronika
b. Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau kielland atau Boerma
c. Klem ovum: 2
d. Cunam tampon: 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2
f. Spekulum Sim’s atau L
g. Kateter karet: 2 dan 1
h. Larutan aniseptik (Povidon Iodin 10%)
i. Oksigen dengan regulator
II. PENOLONG
14. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kacamata pelindung: 3 18.
set
15. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang.
16. Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang.
17. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1.
III. ANAK

34
18. Instrumen 21.
a. Penghisap lender dan sudep/penekan lidah: 1 set.
b. Kain penyeka muka dan badan: 2
c. Meja bersih, kering, dan hangat (untuk tindakan): 1
d. Inkubator: 1 set.
e. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set.
f. Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2
h. Popok dan selimut: 1
19. Medikamentosa
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Efinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%
20. Oksigen dan regulator
A. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN 26.
21. Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun, dibawah air mengalir
22. Keringkan tangan dengan handuk DTT
23. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung
24. Pakai sarung tangan DTT/steril
25. Pasang alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan
klem kain
B. TINDAKAN
26. Instruksikan asisten untuk menyiapkan cunam dan pastikan petugas dan
alat untuk menolong bayi telah siap.
27. Pemeriksaan dalam  memastikan pembukaan lengkap, kepala engaged
dan kosongkan kandung kencing dengan kateterisasi.
28. Tangan dimasukkan ke dalam larutan Jerin 0,5% dan sarung tangan
dilepaskan secara terbalik dan direndam dalam larutan tersebut.
29. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
C. PRINSIP DASAR PEMASANGAN
30. Cunam dipasang biparietal, sebelum pemasangan dilakukan prekonstruksi

35
di depan vulva, dengan meletakkan cunam didepan vulva seperti posisi
cunam yang akan dipasang sesuai dengan posisi kepala janin
31. Pada posisi depan dipasang cunam kiri terlebih dahulu
Pada posisi kiri depan/kanan belakang, dipasang cunam kanan terlebih
dahulu
Pada posisi kanan depan/kiri belakang, dipasang cunam kiri terlebih
dahulu
Pada posisi kiri lintang, dipasang cunam kanan terlebih dahulu
Pada posisi kanan lintang, dipasang cunam kiri terlebih dahulu
32. Cunam kanan dipegang dengan ibu jari telunjuk dan jari tengah seperti
memegang tangkai biola
33. Cunam dimasukkan pada jam 5 atau 7
34. Masukkan cunam kanan dengan tangkai cunam dari arah lipat paha kanan
dan cunam kiri dari lipat paha kiri
D. PEMASANGAN CUNAM
35. Sarung tangan dipasang, fundus uteri ditahan asisten operator. Cunam
dimasukkan dengan bimbingan tangan, dimasukkan diantara telapak
tangan dan kepala janin (dua jari telunjuk dan jari tengah atau empat jari),
masukkan cunam dengan dorongan ringan pada tangkai cunam dibantu
dengan dorongan ibu jari sebelah dan cunam masuk dilanjutkan dengan
wondering cunam kearah biparietal janin. Tindakan ini dilakukan
bergantian cunam kiri-kanan atau sebaliknya.

36. Dilakukan penguncian, dengan penyilangan ataupun tanpa penyilangan

37. Menilai kedudukan cunam dan menilai bagian jaringan ibu yang mungkin
terjepit cunam dengan memasukkan jari kanan untuk menilai daerah
cunam kiri dan memasukkan jari kiri untuk menilai daerah cunam kanan.

38. Setelah kedudukan baik dan tidak ada bagian ibu yang terjepit, dilakukan
tarikan percobaan. Dengan ibu jari dan telunjuk jari tengah kanan mengait
tangkai cunam dan jari-jari tangan kiri diletakkan diatas jari-jari tangan
kanan dengan telunjuk jari kiri melekat kekepala,dilakuka tarikan ringan,
bila dengan tarikan ringan dirasakan oleh jari tengah tangan kiri menurun

36
berarti tarikan percobaan berhasil dan dilanjutkan dengan tarikan cunam.

39. Tangkai cunam dipegang oleh tangan kanan dengan mengaitkan tangkai
cunam yang terletak diantara ibu jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan. Tangan kiri seperti menggenggam cunam, dilakukan tarikan sesuai
dengan sumbu jalan lahir secara intermittent.

Bila tarikan berat maka tarikan dihentikan. Bila tarikan terasa ringan maka
tarikan dilanjutkan sampai kepala janin lahir.

40. Episiotomi dilakukan saat kepala mendorong perineum

41. Saat subocciput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas hingga
lahir berturut-turut dahi, muka dan dagu, cunam dilepas

E. MELAHIRKAN BAYI
42. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan kebawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
43. Bersihkan muka bayi (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong
tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.
F. LAHIRKAN PLASENTA
44. Tunggu tanda lepasnya plasenta, lahirkan plasenta dengan menarik tali
pusat dan mendorong uterus ke arah dorsokranial.
45. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang
lepas atau tidak lengkap).
46. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya.
G. EKSPLORASI JALAN LAHIR
47. Masukan spekulum Sim’s/L atas dan bawah pada vagina.
48. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi dan
robekan pada dinding vagina, portio atau ditempat lahir.
49. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjempitan secara
bergantian ke arah samping searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya
robekan portio.
50. Lakuka penjahitan apabila ditemukan pendarahan dari robekan lain.
Keluarkan spekulum apabila eksplorasi selesai.

37
H. PENJAHITAN EPISIOTOMI
51. Psang penopang bokong ( beri alas kain). Suntikan Prokain 1% (yang telah
disiapka dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot,
jaringan, submukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah. Uji hasil
infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianastesi dengan pinset
bergigi.
52. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain
penutup perut bawah dengan kocher.
53. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit luka bagian dalam
secara jelujur bersimpul kearah luar. Pertautkan kembali luka kulit dan
mukosa secara subkutikuler atau jelujur matras.
54. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan sehingga tampon
dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
55. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang
telah diberi larutan antiseptik.
56. Pasang kasa yang dibasahi oleh Pavidon Iodin pada tempat jahitan
episiotomi.
I. DEKONTAMINASI
57. Sementara masih menggunakan sarung tangan kumpulkan instrumen dan
masukkan kedalam wadah berisi cairan klorin 0,5%
58. Masukkan sampah habis pakai ke tempat yang tersedia
59. Benda atau bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dibubuhi dengan
larutan klorin 0,5%
60. Masukkan tangan kedalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
bersihkan darah atau cairan tubuh pasien yang melekat pada sarung tangan,
lepaskan terbalik dan rendam dalam wadah tersebut.
J. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
61. Cuci tangan dan lengan hingga kesiku dengan sabun di bawah air mengalir
62. Keringkan tangan dengan handuk atau tissue yang bersih
K. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
63. Periksa kembali tanda vital pasien, kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
64. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom

38
yang telah tersedia pada status pasien.
65. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
(pertahankan infus bila diperlukan, bila keadaan umum pasien cukup baik
lepaskan infus)
66. Beritahu kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dan pasien masih
memerlukan perawatan lanjutan
67. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan jelaskan jenis dan lama
perawatan serta laporkan kepada petugas tersebut jika ada gangguan dan
keluhan pasca tindakan
68. Tegaskanpada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi
pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila pada pemantauan
lanjutan terjadi perubahan-perubahan seperti tertulis dalam catatan pasca
tindakan.

39
BAB III
KESIMPULAN

Ekstraksi forceps merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk


mengakhiri persalinan dilakukan apabila keadaan ibu atau janin memerlukan
penyelesaian dalam waktu singkat. Persalinan yang dibantu dengan forseps dapat
memfasilitasi kelahiran dan menghindari seksio sesarea dan morbiditas yang ada.
Tindakan ini tentu saja harus sudah dipenuhi syarat-syarat untuk
melaksanakannya yang melihat dari segi indikasi ibu, waktu dan janin. Penyakit
jantung, eklampsia, seksio sesarea pada persalinan sebelumnya, trauma paru,
infeksi intrapartum, kondisi neurologik tertentu, kelehan, kala 2 yang memanjang
lebih dari 3 jm pada primipara dan 2 jam pada seorang multipara (kontraksi yang
lemah, usaha mengejan ibu yang lemah, kepala malrotasi, kekauan perineum,
penggunaan anestesia epidural), merupakan antara lain indikasi dari pihak ibu
(maternal). Sedangkan indikasi dari janin (fetus) jika terdapat indikasi gawat janin
seperti prolaps tali pusat, solusio plasenta, pola bunyi jantung janin yang tidak
beraturan, dan malposisi fetus seperti pada letak sunsang. Dengan hubungan ini,
pengawasan terhadap janin, harus dilakukan dengan teliti.
Namun teknik ekstraksi forseps juga mempunyai risiko terhadap ibu
maupun janin.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Gilstrap III LC. Forceps Delivery. In : Gilstrap III LC et al. Operative


Obstetrics 2nd edition. New York : McGraw Hill, 2002 : 89-121
2. Instrumental Vaginal Delivery. Clinical Green Top Guidelines. Avaliable
at www.rcog.org.uk
3. Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Olitsky SE and Nelson LB. Abnormalities of the Cornea. In : Behrman RE
et al ed. Nelson Textbook of Pediatrics 16th edition. Philadelphia : WB
Saunders Company, 2000 : 1914-6
6. Gopalani S, et al. Factors predictive of failed operative vaginal delivery.
Am J of Obstet and Gynecol. 2004, 191,896-902
7. Supono. 1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan. Palembang: Bagian
Obgyn RSMH FK Unsri.
8. Syamsuddin, Komar. 2008. Ekstraksi Forseps. Palembang: Bagian Obgyn
RSMH FK Unsri.

41
9. Husin, D. Ma’arifin, Abdul Bari Saifuddin, Muhyidin Danakusuma. 1997.
Modul “Safe motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di
Indonesia. Jakarta

42

You might also like