You are on page 1of 8

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare

di Pusat Kesehatan Masyarakat Medangasem Kabupaten Tangerang


Periode Januari sampai dengan Desember 2017

Adnan Firdaus
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email: adnan.2012FK105@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Setiap
tahun diperkirakan 525.000 anak balita yang meninggal disebabkan oleh diare. Evaluasi program
pemberantasan diare dilakukan di Puskesmas Medangasem periode Januari sampai dengan Desember
2017 dengan metode pendekatan sistem didapatkan hasil angka kesakitan 41/1000, angka kematian
0/1000, dan tidak pernah terjadinya KLB dalam periode ini. Cakupan penemuan penderita diare
secara pasif 15,61%, cakupan penemuan penderita diare balita secara pasif 23,03%, distribusi logistik
oralit tiap penderita sebesar 66,66%, cakupan oralit tiap kader 40%, cakupan kegiatan pojok layanan
rehidrasi oral aktif (LROA) 0%, dan cakupan penyuluhan kelompok 50%. Ditemukan dua prioritas
masalah yaitu cakupan target penemuan kasus diare pada balita yang rendah dan tidak terdapat
kegiatan pojok layanan rehidrasi oral aktif (LROA). Penyebab masalah adalah tidak tercatatnya
laporan kasus diare pada anak balita oleh kader atau posyandu dan yang berobat di rumah sakit, bidan
praktek mandiri, dan dokter praktek swasta serta kurangnya kerjasama lintas program dan lintas
sektoral dalam pencatatan dan pelaporan kasus diare pada balita. Selain itu tidak disediakan ruangan
untuk dibuat Pojok LROA, tidak ada perencanaan dan struktur organisasi tertulis yang terinci dan
jelas dalam pembagian tugas untuk kegiatan Pojok LROA. Pihak Puskesmas disarankan untuk
meningkatkan kerjasanma lintas program dan lintas sektoral dalam pencatatan dan pelaaporan kasus
diare dan memanfaatkan ruangan di dalam Puskesmas menjadi Pojok LROA, menyusun pembagian
tugas secara jelas dan tertulis serta penting dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan
program oleh Kepala Puskesmas atau koordinator Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).

Kata Kunci : Diare, KLB, angka kesakitan diare, angka kematian diare.

Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab atau infeksi parasit, malabsorpsi, alergi,
morbiditas dan mortalitas anak terutama di keracunan, imunodefisiensi. Penyakit diare
Negara yang sedang berkembang. World merupakan salah satu dari penyakit yang
Health Organization (WHO) mendefinisikan dikenal sebagai Water Borne Disease.1,2
diare sebagai kejadian buang air besar Penggunaan sumber air bersih yang
dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, masih rendah mengakibatkan pajanan
dengan frekuensi 3 kali atau lebih selama 1 masyarakat terhadap sumber air yang
hari atau lebih. Penyebab diare antara lain tercemar masih tetap tinggi. Selain itu,
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, pencemaran sumber air juga diperburuk oleh

1
rendahnya kesadaran masyarakat untuk angka kejadian diare adalah 3,5%, di mana
berperilaku hidup yang bersih dan sehat angka ini menurun berbanding tahun 2009
misalnya masyarakat masih tidak yaitu 9%. Pada kelompok usia balita, insiden
menggunakan jamban sehat dan masih diare adalah 6,7% pada tahun 2013. Hasil
bergantung pada air sungai untuk kegiatan survei Subdit diare, angka kesakitan diare
sehari-hari. Selain sanitasi perorangan dan semua umur pada tahun 2003 adalah 374 per
lingkungan yang buruk, terdapat juga faktor 1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423 per
lain seperti keadaan gizi, kependudukan, 1000 penduduk, dan pada tahun 2010 adalah
pendidikan, dan keadaan sosio-ekonomi.2,3 411 per 1000 penduduk.4 Hasil rapid survei
Penyakit diare merupakan masalah diare yang dilakukan oleh Subdit Hepatitis
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
Menurut World Health Organization (WHO) (PISP) menunjukkan bahwa angka kesakitan
dan United Nations Children’s Fund diare semua umur tahun 2015 adalah 270 per
(UNICEF) terjadi sekitar 2 milyar kasus 1.000 penduduk semua umur dan angka
penyakit diare di seluruh dunia setiap tahun, kesakitan diare pada balita adalah 843 per
dan sekitar 1,9 juta anak balita meninggal 1.000 balita.2 Di daerah Jawa Barat, insidens
karena penyakit diare setiap tahun, sebagian diare menurut Riskesdas 2013 adalah 3,9%
besar terjadi di negara berkembang. Dari pada semua usia dan 7,9% pada usia balita
semua kematian anak balita karena penyakit dengan karakteristik insiden diare di
diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia pedesaan lebih banyak dibanding perkotaan.5
Tenggara.1,2 Pernyataan bersama WHO- Di Kabupaten Karawang, diare
UNICEF tahun 2004 merekomendasikan merupakan penyakit terbanyak dengan
pemberian oralit, tablet zinc, pemberian ASI jumlah penderita sebanyak 56.603 penderita
dan makanan serta antibiotika selektif pada tahun 2017. Pada tingkat Puskesmas
merupakan bagian utama dari manajemen Medangasem, diare termasuk dalam 10 besar
penyakit diare.2 penyakit yang ditemukan di Balai
Di Indonesia, dari hasil Riset Pengobatan Umum Puskesmas Medangasem.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013,

Materi dan Metode Kecamatan Jayakerta, periode Januari


Materi yang dievaluasi dalam program ini sampai dengan Desember 2017 yang terdiri
terdiri dari laporan bulanan puskesmas dari:
mengenai Program Pengendalian Diare di A. Penemuan kasus penderita diare secara
wilayah kerja Puskesmas Medangasem, pasif.
2
B. Penentuan diagnosis. Puskesmas Medangasem periode Januari
C. Pengobatan diare. sampai dengan Desember 2017 yang
D. Surveilans diare. kemudian dibandingkan dengan tolok ukur
E. Distribusi logistik. yang ditetapkan dengan mengadakan
F. Penyuluhan perorangan dan kelompok. pengumpulan data, pengolahan data, analisis
G. Pelatihan kader. data dan interpretasi data sehingga dapat
H. Pojok LROA (Layanan Rehidrasi Oral mengetahui tingkat Program Pengendalian
Aktif). Diare di Puskesmas Medangasem periode
I. Pencatatan dan pelaporan. Januari sampai dengan Desember 2017 dan
kemudian dibuat usulan dan saran sebagai
Metode pemecahan masalah tersebut berdasarkan
Evaluasi dilakukan dengan metode penyebab masalah yang ditemukan dari
pendekatan sistem yaitu dengan mengetahui unsur-unsur sistem.
cakupan Program Pengendalian Diare di
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi
Kerangka Teori dalam upaya menghasilkan sesuatu yang

LINGKUNGAN

MASUKAN PROSES KELUARAN DAMPAK

UMPAN BALIK

Gambar di atas menerangkan sistem telah ditetapkan. Bagian atau elemen


menurut Ryan. Sistem adalah gabungan dari tersebut dapat dikelompokkan dalam lima
elemen-elemen yang saling dihubungkan unsur.
dengan suatu proses atau struktur dan

Tolok Ukur Keberhasilan keluaran, umpan balik, lingkungan, dan


Tolak ukur keberhasilan terdiri atas dampak yang digunakan sebagai
variabel-variabel yaitu masukan, proses, pembanding atau target yang harus dicapai

3
dalam Program Pengendalian Penyakit E. Distribusi oralit pada setiap kader
Diare. pencapaian 40% dengan besar masalah
60%.
Sumber Data F. Penyuluhan PHBS kelompok
Data didapatkan dari profil masyarakat pencapaian 50% dengan
kesehatan Puskesmas Medangasem tahun besar masalah 50%.
2017, data geografi, demografi, dan G. Pelatihan kader pencapaian 0% dengan
monografi dari Puskesmas Medangasem, besar masalah 100%.
Kabupaten Karawang tahun 2017, dan H. Pojok layanan rehidrasi oral aktif
Catatan bulanan kasus diare di Puskesmas (LROA) tidak aktif dengan besar
Medangasem, Kabupaten Karawang tahun masalah 100%.
2017.
Masalah Menurut Sistem
Sasaran Masukan
Seluruh penduduk di wilayah A. Tidak tersedia sarana penyuluhan
Puskesmas Medangasem periode Januari seperti leaflet, brosur dan poster. Tidak
sampai dengan Desember 2017 terutama tersedia sarana khusus untuk pojok
balita. LROA seperti meja, kursi, oralit
minimal 200 bungkus, gelas, sendok,
Perumusan Masalah pipet, baskom, media penyuluhan.
Masalah Menurut Keluaran B. Penyuluhan ke masyarakat hanya
A. Target penemuan kasus diare semua dilakukan 6x/tahun.
umur pencapaian 15,61% dengan besar C. Pojok LROA tidak ada.
masalah 84,39%. D. Pembinaan dan pelatihan kader tidak
B. Target penemuan kasus diare pada dilakukan.
balita pencapaian 23,03% dengan besar E. Pencatatan dan pelaporan kasus tidak
masalah 76,97%. lengkap di mana hanya tercatat
C. Cakupan surveilans diare dengan penderita diare yang datang berobat ke
pencapaian <100%. BP, MTBS dan kader. Tidak ada data
D. Distribusi oralit pada penderita diare dari posyandu, rumah sakit, praktek
pencapaian 66,66% dengan besar dokter, dan praktek bidan mandiri.
masalah 34,4%.

4
Proses adalah sebanyak 65,97%.
A. Pada pengobatan penderita diare hanya D. Jumlah keluarga yang memiliki jamban
diberikan 4 bungkus oralit. yang sehat sebanyak 60,21%.
B. Pada distribusi logistik penderita hanya E. Jumlah keluarga yang menerapkan
diberikan 4 bungkus oralit dan setiap perilaku hidup bersih dan sehat yaitu
kader mendapatkan 4 bungkus oralit. sebanyak 56,95%.
C. Pada penyuluhan, dilakukan
penyuluhan ke masyarakat hanya enam Prioritas Masalah
kali setahun. A. Target penemuan kasus diare pada
D. Pelatihan kader tentang pengendalian balita pencapaian 23,03% dengan besar
dan tatalaksana diare serta cara masalah 76,97%.
memberikan oralit tidak dilakukan. B. Pojok layanan rehidrasi oral aktif
E. Pencatatan dan pelaporan kasus tidak (LROA) tidak aktif dengan besar
lengkap di mana hanya tercatat masalah 100%.
penderita diare yang datang berobat ke
BP, MTBS dan kader. Tidak ada data Penyelesaian Masalah
dari rumah sakit, praktek dokter, dan Masalah 1 : Target penemuan kasus diare
praktek bidan mandiri. pada balita pencapaian 23,03% dengan
besar masalah 76,97%
Umpan Balik Penyebab Masalah :
Pencatatan dan pelaporan tidak 1. Tidak tercatatnya laporan kasus diare
dilakukan setiap bulan sebagai masukan pada anak balita oleh kader atau
untuk periode selanjutnya. posyandu.
2. Tidak tercatatnya laporan kasus diare
Masalah Luar Sistem pada anak balita yang berobat di rumah
Lingkungan sakit, bidan praktek mandiri, dan dokter
A. Jumlah keluarga dengan menggunakan praktek swasta.
sumber air bersih yaitu sebanyak 3. Kurangnya kerjasama lintas program
68,65%. dan lintas sektoral dalam pencatatan
B. Jumlah keluarga yang memiliki tempat dan pelaporan kasus diare pada balita.
sampah yang sehat adalah sebanyak Penyelesaian Masalah :
67,37% 1. Meningkatkan pencatatan dan
C. Jumlah keluarga yang memiliki sistem pelaporan kasus diare pada anak balita
pengelolaan air limbah yang sehat oleh kader atau posyandu.
5
2. Meningkatkan pencatatan dan 2. Dibuatnya perencanaan untuk
pelaporan kasus diare pada anak balita dilaksanakannya kegiatan Pojok LROA
yang berobat di rumah sakit, bidan di Puskesmas Medangasem.
praktek mandiri, dan dokter praktek 3. Menyediakan sarana untuk
swasta. mewujudkan pojok LROA seperti meja,
3. Meningkatkan kerjasama lintas program kursi, oralit minimal 200 bungkus,
dan lintas sektoral dalam pencatatan gelas, sendok, pipet, baskom, media
dan pelaporan kasus diare pada balita. penyuluhan.
4. Mengadakan rapat untuk berdiskusi dan 4. Menyusun pembagian tugas yang jelas
mengevaluasi kendala dan masalah dan tertulis mengenai petugas yang
dalam pencatatan dan pelaporan kasus bertanggungjawab dalam pelaksanaan
diare di posyandu, rumah sakit, bidan pojok LROA.
praktek mandiri, dan dokter praktek
swasta. Kesimpulan
1. Target penemuan kasus diare semua
Masalah 2 : Pojok layanan rehidrasi oral umur pencapaian 15,61% dengan besar
aktif (LROA) tidak aktif dengan besar masalah 84,39%.
masalah 100% 2. Target penemuan kasus diare pada
Penyebab masalah : balita pencapaian 23,03% dengan besar
1. Tidak tersedianya ruangan untuk dibuat masalah 76,97%.
Pojok LROA. 3. Cakupan surveilans diare dengan
2. Tidak direncanakan untuk kegiatan pencapaian <100%.
Pojok LROA. 4. Distribusi oralit pada penderita diare
3. Tidak tersedianya sarana untuk Pojok pencapaian 66,66% dengan besar
LROA seperti meja, kursi, oralit masalah 34,4%.
minimal 200 bungkus, gelas, sendok, 5. Distribusi oralit pada setiap kader
pipet, baskom, media penyuluhan. pencapaian 40% dengan besar masalah
4. Tidak ada struktur organisasi tertulis 60%.
yang terinci dan jelas. 6. Penyuluhan PHBS kelompok
Penyelesaian Masalah : masyarakat pencapaian 50% dengan
1. Memanfaatkan ruangan yang terdapat besar masalah 50%.
dalam Puskesmas dengan baik dan 7. Pelatihan kader pencapaian 0% dengan
efisien. besar masalah 100%.

6
8. Pojok layanan rehidrasi oral aktif setiap bulannya (12 kali per tahun) dan
(LROA) tidak aktif dengan besar meningkatkan pelaksanaan program
masalah 100%. Puskesmas Keliling untuk menjangkau
9. Berdasarkan skoring prioritas masalah, masyarakat yang bertempat tinggal
dari 8 masalah, terdapat 2 masalah yang jauh.
penyelesaiannya sebaiknya 4. Memberikan pelatihan kader agar
diprioritaskan, yakni: target penemuan mereka dapat memberikan penyuluhan
kasus diare pada balita pencapaian paling minimal di tempat tinggal
23,03% dengan besar masalah 76,97% masing-masing.
dan pojok layanan rehidrasi oral aktif
(LROA) tidak aktif dengan besar Apabila saran penyelesaian masalah
masalah 100%. ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan
baik oleh petugas-petugas kesehatan, maka
Saran diharapkan dapat membantu keberhasilan
1. Meningkatkan kerjasama antara lintas program Pengendalian Penyakit Diare di
program dan lintas sektoral. Puskesmas Medangasem dan masalah-
2. Puskesmas memanfaatkan ruangan masalah yang sama untuk program ini tidak
yang ada di dalam Puskesmas untuk akan terulang untuk periode berikutnya.
dijadikan Pojok LROA.
3. Meningkatkan pelaksanaan penyuluhan Daftar Pustaka
kelompok agar menjadi kegiatan rutin
1. World Health Organization. Diarrhoeal Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
disease [Internet]. World Health Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Organization. 2017 [cited 10 Januari Dalam. Jilid I, Edisi 4. Jakarta: Pusat
2018]. Available from: Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
http://www.who.int/mediacentre/factshee Dalam FKUI; 2006. hal.408-13.
ts/fs330/en/ 4. Situasi Diare di Indonesia, Buletin
2. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
Penyakit Menular Langsung Bakti Husada, Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman RI, Triwulan II; 2011. hal 1-2, 26-8, 33.
tatalaksana diare. Jakarta: Kementerian 5. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI; 2017. hal.1 Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta:
Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, Kementrian Kesehatan RI; 2013.
7
6. Badan Pusat Statistik Kabupaten 828/Menkes/Sk/Ix/2008 Tentang
Karawang. Badan Pusat Statistik Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Kabupaten Karawang [Internet]. Minimal Bidang Kesehatan Di
Karawangkab.bps.go.id. 2016 [cited 10 Kabupaten/Kota. 2008;:33-34.
Januari 2018]. Available from:
https://karawangkab.bps.go.id/linkTabelS
tatis/view/id/184
7. Kemenkes. Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor

You might also like