You are on page 1of 7

PENGERTIAN PEREKONOMIAN INDONESIA SEBAGAI ILMU YANG

BERDIRI SENDIRI
Logikanya yang utama adalah perekonomian Indonesia langsung berkaitan
dengan proses politik, budaya dan ekonomi yang diperlukan untuk mempengaruhi
transformasi struktural dan kelembagaan yang cepat dari seluruh masyarakat demi
kemajuan ekonomi yang bermanfaat, melalui proses yang efisien untuk sebagian
penduduk. Perkonomian Indonesia seperti ilmu ekonomi pembangunan pada
umumnya juga mengakui manfaat peranan pemerintah yang lebih besar demi
mengarah pada transformasi ekonomi yang diinginkan. Perekonomian Indonesia
atau pembangunan ekonomi Indonesia bersifat selektif yakni mengkombinasikan
berbagai konsep dan teori yang relevan dari analisis ekonomi tradisional dengan
model baru dan pendekatan multidisioliner yang tajam dari kajian-kajian sejarah
dan pengalaman pembangunan kontemporer di Negara-negara lain. Perekonomian
Indonesia merupakan satu disiplin ilmu yang terpisah yang penuh dengan berbagai
penemuan data dan teori baru. Teori-teori ini kadang mendukung tetapi kadang-
kadang menentang cara pandang tradisional mengenai dunia. Namun tujuan akhir
dari mata kuliah ini yaitu untuk memungkinkan kita lebih memahami
perekonomian guna memudahkan upaya perbaikan standar hidup bagi penduduk
Indonesia.
Disamping cakupan ilmu dalam perekonomian Indonesia juga harus
diperhatikan cakupan wilayah dan cakupan waktu. Cakupan wilayah,
perekonomian Indonesia membatasi diri pada penerapan ekonomi pembangunan
pada wilayah bekas jajahan Belanda. Karena wilayah Indonesia adalah jajahan
Belanda. Berbeda dengan wilayah kerajaan dulu, seperti Kerajaan Sriwijaya yang
hanya sebagian Indonesia dan wilayah Kerajaan Majapahit yang lebih luas dari
Indonesia sampai ke Madagskar. Jadi wilayah penerapan ekonomi pembangunan
diwilayah Indonesia ini mencakup wilayah dari sabang sampai merauke, meskipun
wilayah Papua Barat baru diperoleh kembali sekitar tahun 1962. Demikian juga
halnya wilayah Timor Timur yang sekarang menjadi Timor Leste, tidak termasuk
cakupan wilayah perekonomian Indonesia, karena ia bukanlah daerah bekas jajahan
Belanda.
PERIODISASI PEREKONOMIAN INDONESIA
Dapat dibagi kedalam empat periode, yakni:
1. MasaPenjajahanBelanda
Dimulai sejak VOC tahun 1902-1945. Pada waktu ini perekonomian
didominasi oleh sektor pertanian. Pada akhir periode ini, perkembangan sektor
industri dan pertanian di Eropa menjalar pada daerah jajahan Belanda yaitu
Indonesia mulai berkembang sistem perkebunan, perbankan, industri, dll. Sektor
pertanian didominasi tanaman pangan yang tradisional. Untuk dijual di pasar Eropa
sebagai bahan mentah untuk industri yang berkembang saat itu. Hasil perkebunan
yang menonjol adalah karet, kelapa, rempah-rempah dll.
Sektor industri masing sangat terbelakang, yang ada hanya alat tenun bukan
mesin. Uang yang beredar adalah (golden) bank sentralnya di pegang Belanda de
Javashe Bank diberi kewenangan untuk mengatur sistem keuangan daerah jajahan
Belanda sebagai bank sentral. Pengaturan devisanya mengikuti sistem yang berlaku
di Belanda dan Eropa Barat lainnya, yakni atas kekuatan permintaan dan penawaran
atas mata uang asing. Sistem perbankan sangat terarah. Secara singkat sistem
ekonomi secara keseluruhan sangat mirip dengan sistem ekonomi yang dianut oleh
Negara-negara Eropa Barat yakni sistem pasar dengan campur tangan pemerintah
yang sangat minimal.
2. MasaOrde Lama
Tahun pertama setelah proklamasi keadaan ekonomi mengalami stagflasi
(kegiatan produksi terhenti dengan tingkat inflasi yang tinggi) disebabkan oleh
pendudukan Jepang, Perang Dunia II, perang revolusi dan manajemen makro yang
jelek. Selama periode 1950an ekonomi Indonesia masih peninggalan colonial.
Sektor formal/modern seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank,
pertanian komersial yang memiliki kontribusi lebih besar daripada sektor
informal/tradisional terhadap PDB didominasi oleh perusahaan asing yang
berorientasi ekspor. Terjadi struktur ekonomi dualisme yaitu diskriminasi yang
sengaja diterapkan untuk membuat perbedaan dalam kesempatan melakukan
kegiatan ekonomi antara penduduk pribumi dan non pribumi.
Perekonomian Indonesia sangat buruk disebabkan keterbatasan akan faktor -
faktor produksi, seperti kurangnya pendidikan, kemampuan pemerintahan, dana,
teknologi, serta kurangnya strategi yang baik. Nasionalis perusahaan Belanda (dan
asing lainnya) yang dilakukan pada tahun 1957 dan 1958 adalah awal dari periode
"ekonomi terpimpin". Dimulai sejak proklamasi kemerdekaan hingga jatuhnya
Presiden Sukarno pada tahun 1965. Perekonomian Indonesia pada masa itu dapat
dikatakan sebagai ekonomi perang karena masih terjadi perang antara kaum
revolusioner Indonesia dengan pemerintah Belanda yang pada waktu itu dibantu
oleh Inggris dan Australia. Perang tersebut kemudian dikenal dengan aksi polisionil
pertama dan kedua, yang mana kaum penjajah belanda (dibantu oleh Inggris)
melancarkan perang mengembalikan daerah jajahannya, sampai akhirnya terjadi
penyerahan kedaulatan Rakyat pada tahun 1949. Situasi politik dalam negri pada
masa itu tidak kondusif untuk kemajuan perekonomian. Keadaan perekonomian
pada masa itu tidak mendapat cukup perhatian pemerintah.
Dimulai dengan situasi politik sekitar tahun 1950, pada saat mana
keadaan keuangan Indonesia makin memburuk, inflasi sangat tinggi dan
dilaksanakanlah kebijaksanaan moneter yang sangat drastis yakni sanering.
Sanering ini adalah pengguntingan uang rupiah, setengah lembar diganti dengan
uang baru dan dikembalikan kepada pemiliknya dan setengahnya lagi ditukar
dengan Obligasi Negara. Setelah diadakannya sanering, keadaan perekonomian
Indonesia bukannya bertambah baik, harga terus mengalami kenaikan. Sekitar
tahun 1960, sistem perbankan di Indonesia diubah mengikuti sistem perbankan di
Rusia menjadi Bank Negara Indonesia unit - unit I hingga VI. Keadaan harga -
harga umum selalu mengalami kenaikan, sehingga Bung Karno pada masa itu
mengumumkan barang siapa yang mampu membuat konsep untuk menurunkan
harga - harga akan diangkat menjadi Menteri Pasar. Pada akhir periode pimpinan
Bung Karno (1965) sekali lagi dilaksanakan kebijakan moneter yang sangat drastis,
yakni menukar uang lama menjadi uang baru dengan perbandingan Rp 1000 uang
lama diganti dengan Rp 1 uang baru. Tindakan moneter yang drastis tersebut
bukannya meredakan kenaikan harga, malah memicunya hingga pada tahun 1965
tercatat tingkat inflasi sebesar 650 persen.
3. MasaOrde Baru
Pada masa ini perhatian pemerintah lebih ditunjukkan kepada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial. Pemerintah
melaksanakan stabilitas politik, ekonomi, dan sosial. Sasarannya adalah untuk
menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan
menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor, yang sempat
mengalami stagnasi pada masa orde lama. Menjelang akhir tahun 1960an atas
kerjasama dengan Bank Dunia, IMF dan ADB (Bank Pembangunan Asia) dibentuk
suatu kelompok konsorsium yang disebut Inter Governmental Group on Indonesia
(IGGI) dengan tujuan membiayai pembangunan ekonomi Indonesia. Kebijaksanaan
ekonomi selama masa orde baru telah menghasilkan satu proses transformasi
ekonomi yang pesat dan laju pertumubuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan
biaya yang sangat mahal dan fundamental ekonomi yang rapuh. Ditandai dengan
kondisi sektor perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia
terhadap modal asing yang mengarah kepada krisis ekonomi yang sangat parah,
yang dimulai dengan naiknya nilai tukar dolar AS.
Pemerintahan Presiden Sukarno jatuh karena demontrasi rakyat (terutama
mahasiswa), pada demontrasi tersebut dielukan slogan "politik no, ekonomi yes".
Kemudian tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah orde baru adalah untuk
menstabilkan keadaan politik dan ekonomi. Stabilisasi ekonomi dilaksanakan
dengan kebijakan diantaranya:
a. Untuk jangka pendek kebutuhan dalam negri dipenuhi melalui impor
sedangkan untuk jangka panjang akan dipenuhi melalui pembangunan
yang direncanakan setiap lima tahun.
b. Liberalisasi perdagangan Luar Negri dengan memperkenankan swasta
untuk turut aktif dalam perdagangan luar negri dan liberalisasi sitem
devisa.
Selain itu pemerintah orde baru juga yakin bahwa kunci keberhasilan
pembangunan adalah tersedianya dana untuk membiayainya, maka dari itu
pemerintah orde baru melaksanakan hal - hal sebagai berikut:
a. Di sektor keuangan negara. Pembelanjaan APBN pada masa orde lama
selalu memakai sistem anggaran defisit, pada orde baru dibentuk IGGI
(Inter Governmental Group on Indonesia) - organisasi negara maju yang
memberi bantuan kepada Indonesia.
b. Tabungan swasta asing (sumber pembiayaan luar negeri)
c. Tabungan domestik swasta. Tabungan ini berasal dari masyarakat umum
dan perusahaan, dikarenakan jumlah yang sangat kecil dan tidak
mencukupi pembiayaan pembangunan, maka diundangkanlah UUPMDN
(Undang - Undang Penanaman Modal Dalam Negeri).
Pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru ini memberikan peluang yang
sangat luas kepada sektor swasta terutama swasta asing. Perubahan trilogi
pembangunan ini bersifat teoritis dan tidak tampak jelas dalam praktek. Sementara
masalah sistem ekonomi yang berlaku sedang ramai didiskusikan, perekonomian
masih terus mengalami kemerosotan, yang mendorong terjadinya demontrasi
mahasiswa (dan rakyat), yang tidak lagi percaya kepada Suharto sebagai presiden.
Krisis tersebut adalah krisis kenaikan harga dolar Amerika di Asia Tenggara.
4. Masa Transisi dan Reformasi
Orde setelah jatuhnya Presiden Suharto dikenal dengan Orde Reformasi
(ekonomi dan politik). Pembenahan ekonomi diusulkan oleh IMF (International
Monetary Funds) dan diterima oleh pemerintah. Salah satu usulan IMF adalah
penyehatan perbankan dengan didirikannya BBPN (Badan Penyehatan Perbankan
Nasional). Pada masa itu banyak bank yang dilikuidasi, banyak juga bank - bank
yang mendapat pembinaan serta tidak kurang bank - bank yang harus mengadakan
merger. Keadaan perekonomian yang yang hancur seperti itu menyebabkan
timbulnya isu yang mengatakan bahwa Indonesia telah dilanda oleh krisis ekonomi.
Salah satu tindakan yang digunakan untuk menangani hal tersebut adalah
dilancarkannya makan gratis di warung Tegal oleh Menteri Nasional dan yang
lainnya menyarankan agar pegawai negeri yang memiliki dolar bersedia
menyumbangkan dolarnya kepada pemerintah. Muncul berbagai diskusi dan
seminar mengenai perekonomian pada masa Reformasi, pemberdayaan ekonomi
lemah, ekonomi kerakyatan. Masalah yang sering dibicarakan adalah masalah
pemasaran, terutama masalah modal. Hingga akhirnya timbul skema kredit tanpa
anggunan untuk perusahaan kecil dan mikro, kursus - kursus untuk melahirkan
enterpreneur baru dan sebagainya yang bersifat memberikan priorotas untuk
pengusaha kecil dan menengah.
ASPEK - ASPEK PENDUKUNG PEREKONOMIAN INDONESIA
1. Faktor geografi
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 13.677 pulau
besar – kecil, terbentang dari 60LU sampai 110LS sepanjang 61.146 km., memiliki
potensi ekonomi yang berbeda-beda karena perbedaan SDA, SDm, kesuburan
tanah, curah hujan (Sutjipto, 1975).
Wilayah Indonesia seluas 5.193.250 km2, 70 persennya (± 3,635,000 km2)
terdiri dari lautan letaknya strategis karena : memiliki posisi silang (antara Benua
Asia dan Benua Australia), menjadi jalur lalulintas dunia (antara Laut Atlantik dan
Laut Pasifik) dan menjadi paru-paru dunia (memiliki hutan tropis terbesar).
Menghadapi kesulitan komunikasi dann transportasi antar pulau (daerah) baik
untuk angkutan barang maupun penumpang; arus barang tidak lancar; perbedaan
harga barang yang tajam; perbedaan kesempatan pendidikan dan kesempatan
(lapangan) kerja; kesemuanya itu merupakan potensi kesenjangan.
2. Faktor Demografi
Indonesia negara nomor 4 di dunia karena berpenduduk lebih dari 310 juta
orang. Penyebaran penduduk tidak merata (dua per tiga tinggal di P. Jawa),
sebagian besar hidup di pedesaan (pertanian), bermata pencairan sebagai petani
kecil dan burah tani dengan upah sangat rendah.
Mutu SDM rendah : ± 80% angkatan kerja berpendidikan SD. Produktivitas
rendah karena taraf hidup yang rendah: konsumsi rata-rata penduduk Indonesia RP
82.226 per bulan (1993), namun 82% penduduk berpendapatan di bawah RP 60.000
per bulan per kapita (Sjahrir, 1996).
Indonesia yang berpenduduk lebih dari 210 juta orang membutuhkan berbagai
barang, jasa dan fasilitas hidup dalam ukuran serba besar (pangan, sandang,
perumahan dan lain-lain). Namun dilain pihak kemampuan kita untuk berproduksi
(produktivitasnya) rendah. Hal ini akan menciptakan kondisi munculnya rawan
kemiskinan.
3. Faktor sosial, budaya dan politik
a. Sosial : Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku (heterogin) dengan
beraagam budaya, adat istiadat, tata nilai, agama dan kepercayaan yang
berbeda-beda.
b. Budaya : Bangsa Indonesia memiliki banyak budaya daerah, tapi
sebenarnya kita belum memiliki budaya nasional (kecuali bahasa
Indonesia)..
c. Politik : sebelum kolonialis Belanda datang, bangsa Indonesia hidup di
bawah kekuasaan raja-raja. Ratusan tahun bangsa Indonesia hidup di
bawah pengaruh feodalisme dan kolonialisme.

Nehen, I K. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar:UUP

You might also like