You are on page 1of 8

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG PADA


TINDAKAN EKSTRAKSI GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN
MULUT PSPDG FK UNSRAT

1
Meilan M. Suleh
2
Vonny N.S. Wowor
3
Christy N. Mintjelungan

1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: meilanmalindasuleh@yahoo.co.id

Abstract: Tooth extraction is one of the high risk actions that can cause cross-infection.
Prevention and control of a cross-infection is needed in tooth extraction because the field of
dentistry work contacts directly with blood and saliva. This was a descriptive observational
study with a cross sectional design. There were 44 samples obtained by using purposive
sampling method. This study aimed to determine the prevention and control of cross infection
in dental extractions at the Dental Hospital PSPDG FK Unsrat. The results showed that the
prevention and control of cross-infection pre-action tooth extraction was 37.4%. The
prevention of cross infection control during dental extractions was 60.26%. The prevention of
cross infection control after tooth extraction was 47.16%. In general, prevention and cross-
infection control in dental extractions at the Dental Hospital PSDDG FK Unsrat was only done
by 48.23%.
Keywords: prevention and control of cross-infection, tooth extraction action

Abstrak: Ekstraksi gigi merupakan salah satu tindakan berisiko tinggi menyebabkan
terjadinya infeksi silang. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang sangat dibutuhkan pada
tindakan ekstraksi gigi, karena bidang kerja kedokteran gigi berhubungan langsung dengan
darah dan saliva. Jenis penelitian ini deskritif observasional dengan desain potong lintang.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 44 sampel.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada
tindakan ekstraksi gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi silang pra tindakan ekstraksi gigi
dilakukan sebesar 37,4%. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang selama tindakan
ekstraksi gigi dilakukan sebesar 60,26%. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang paska
tindakan ekstraksi gigi dilakukan sebesar 47,16%. Secara umum, pencegahan dan
pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di RSGM PSDDG FK Unsrat hanya
dilakukan sebesar 48,23%.
Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi silang, tindakan ekstraksi gigi.

Pembangunan kesehatan pada dasarnya yang optimal mempunyai pengaruh yang


ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, sangat besar terhadap sumber daya
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi manusia, yang dibutuhkan untuk
setiap orang untuk mewujudkan derajat pembangunan. Upaya pembangunan di
kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan bidang kesehatan gigi dan mulut bukan saja

587
Suleh, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian...

meliputi upaya kuratif, tetapi juga meliputi diimunisasi mempunyai risiko enam kali
upaya preventif dan promotif. Berbagai lebih besar dari populasi umum di
upaya ini dilakukan untuk meningkatkan Amerika Serikat yaitu sebesar 76%.4
pelayanan kesehatan guna mencapai tujuan Sedangkan penularan HIV lewat tranfusi
akhir pembangunan kesehatan, yakni darah/produk darah yang tercemar
derajat kesehatan yang optimal. Salah satu risikonya sangat tinggi sampai 90% dan
upaya kuratif yang banyak dilakukan dalam ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus
bidang kesehatan gigi dan mulut, yaitu sedunia.6
tindakan pencabutan atau ekstraksi gigi.1 Di Indonesia di RSU pendidikan,
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) infeksi silang cukup tinggi yaitu 6-16%
tahun 2010 menunjukkan bahwa dengan rata-rata 9,8%. Terdapat risiko yang
masyarakat di Indonesia yang mendapat sangat tinggi bagi dokter gigi untuk terkena
pelayanan ekstraksi gigi yaitu sebesar infeksi silang dalam melakukan tindakan
79,6%.2 Di Sulawesi Utara gigi yang ektraksi gigi karena dapat berkontak
diekstraksi maupun indikasi ekstraksi gigi langsung dengan darah, saliva dan alat-alat
sebesar 4,34%.3 Angka-angka ini yang terkontaminasi.7
menunjukkan bahwa tindakan ekstraksi Alasan-alasan inilah yang mendasari
gigi merupakan tindakan yang banyak peneliti untuk meneliti tentang
dilakukan. pengendalian infeksi silang pada tindakan
Tindakan ekstraksi gigi merupakan ekstraksi gigi. Penulis memilih RSGM
cara termudah dan terbaik untuk Unsrat Manado sebagai lokasi penelitian,
menghilangkan sakit gigi, apabila gigi karena penelitian serupa belum pernah
tersebut tidak dapat dipertahankan lagi. dilakukan di lokasi ini. Di samping itu dari
Disamping itu tindakan ekstraksi gigi juga survei awal yang dilakukan, penulis
merupakan salah satu jenis tindakan yang mendapati banyak tindakan yang dilakukan
memiliki risiko tinggi dalam penularan dengan mengabaikan prinsip-prinsip
infeksi. Infeksi merupakan bahaya yang aseptis. Alasan lainnya yakni lokasinya
sangat nyata pada lingkungan kedokteran mudah dijangkau sehingga efisien dari segi
gigi. Bidang kerja kedokteran gigi yang biaya dan waktu.
tidak lepas dari kemungkinan untuk
berkontak langsung atau tidak langsung BAHAN DAN METODE PENELITIAN
dengan mikroorganisme dalam rongga Penelitian ini menggunakan metode
mulut pasien, menyebabkan pengendalian deskriptif observasional dengan desain
infeksi dibutuhkan dalam berbagai tindakan potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan
perawatan di bidang kedokteran gigi di Bagian Bedah Mulut Rumah Sakit Gigi
termasuk tindakan ekstraksi gigi.4 Berbagai dan Mulut PSPDG FK Unsrat pada bulan
infeksi dapat ditularkan melalui tindakan Februari – Oktober 2015. Jumlah sampel
perawatan gigi, seperti berbagai infeksi yang diteliti sebanyak 44 orang diperoleh
virus, bakteri, jamur dan sebagainya. Masih dengan teknik purposive sampling.
tingginya angka penyakit infeksi virus Peneliti melakukan observasi pada
hepatitis B serta semakin meningkatnya operator dimulai dari sebelum tindakan,
infeksi Humman Immunodeficiency Virus selama tindakan dan paska tindakan
Acquired Immune Deficiency Syndrome ekstraksi gigi dengan menggunakan lembar
(HIV/AIDS) yang ditularkan melalui darah check list. Setelah diperoleh semua data
dan saliva dari pasien menunjukkan bahwa yang diperlukan, data diolah secara manual
penyakit-penyakit ini perlu diwaspadai.5 dan disajikan berdasarkan distribusi
Penelitian yang dilakukan oleh frekuensi dalam bentuk Tabel.
American Dental Association (ADA)
menunjukkan bahwa penularan penyakit HASIL PENELITIAN
hepatitis B terhadap tenaga kesehatan Penelitian ini dilaksanakan di Bagian
khususnya dokter gigi yang tidak Bedah Mulut RSGMP PSPDG FK Unsrat
588
pada bulan Juli 2015 dengan sampel merupakan operator pada tindakan
penelitian berjumlah 44 orang yang ekstraksi gigi.

1. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang pra tindakan ekstraksi gigi

Tabel 1. Distribusi frekuensi perlindungan pribadi operator pra tindakan ekstraksi gigi

Ya Tidak
Bentuk Perlindungan Pribadi
n % n %
Imunisasi :
Vaksinasi hepatitis B bagi operator 19 43,18 25 56,82
Teknik barrier praktis :
Mencuci tangan sebelum memakai
sarung tangan 0 0 44 100
Memakai sarung tangan 44 100 0 0
Memakai sarung tangan bedah steril 0 0 44 100
Memakai masker 44 100 0 0
Memakai kacamata pelindung 0 0 44 100
Memakai pakaian pelindung/baju kerja 44 100 0 0
Memakai sepatu tertutup 17 38,64 27 61,36
Rerata 21 47,75 23 52,25

Tabel 2. Distribusi frekuensi tindakan sterilisasi instrumen pra tindakan ekstraksi gigi

Ya Tidak
Tindakan sterilisasi
n % n %
Sterilisasi hand instrumen (set instrument
bedah minor)
44 100 0 0
Sterilisasi henpis dan mata bur 0 0 44 100
Rerata 22 50 22 50

BAHASAN dirinya. Kurangnya kesadaran ini bisa


Pada penelitian ini diperolah hasil disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
perlindungan pribadi operator pada pra operator berkaitan dengan penyakit
tindakan ekstraksi gigi menunjukkan, Hepatitis B ini, asumsi penulis apabila
operator yang sudah di vaksinasi Hepatitis responden telah paham dengan penyakit ini
B sebelum masuk coass hanya sebanyak dan dampaknya bagi kesehatan maka
43,18% dan lebih besar jumlah operator responden akan dengan sadar
(56,82%) yang belum divaksinasi Hepatitis melakukannya. Vaksinasi Hepatitis B
B. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat direkomendasikan bagi setiap
kurangnya kesadaran operator yang adalah petugas kesehatan gigi. Hal ini sejalan
calon dokter gigi untuk memproteksi dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suleh, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian...

Saheeb, Offor dan Okojie bahwa yang pernah divaksinasi hepatitis B yaitu
melakukan vaksinasi Hepatitis B sebelum (88,9%).8
masuk coass yaitu (22,1%) dan yang belum

Tabel 3. Distribusi frekuensi tindakan desinfeksi permukaan kerja pra tindakan ekstraksi gigi

Ya Tidak
Tindakan desinfeksi
n % n %
Pegangan lampu
0 0 44 100
Tombol kursi
0 0 44 100
Sandaran kepala
0 0 44 100
Selang henpis
0 0 44 100
Unit kontrol
0 0 44 100
Tombol semprit air-udara
0 0 44 100
Meja instrumen
44 100 0 0
Rerata 6,28 14,28 37,72 85,72

2. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang pra tindakan ekstraksi gigi


Tabel 4. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian selama tindakan ekstraksi gigi

Ya Tidak
Tindakan pencegahan dan pengendalian
n % n %
Tindakan asepsis pada pasien:
Berkumur dengan larutan antimikrobial 0 0 44 100
Pemberian desinfektan sebelum insersi
jarum suntik 44 100 0 0
Tindakan pencegahan kecelakaan kerja:
Jarum suntik ditutup setelah tindakan
anestesi 44 100 0 0
Penutupan jarum suntik dengan teknik satu
tangan 12 27,27 32 72,37
Menghindari tertusuk instrumen dan jarum
yang tajam 44 100 0 0
Tindakan pencegahan penularan infeksi
melalui operator:
Tangan operator tidak menyentuh
lingkungan kerja/peralatan yang tidak steril 15 34,09 29 65,91
Rerata 26,5 60,26 17,5 39,74

590
3. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang selama tindakan ekstraksi gigi
Tabel 5. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian paska tindakan ekstraksi gigi

Pencegahan dan pengendalian paska tindakan Ya Tidak


ekstraksi gigi n % n %
Perlindungan pribadi :
Mencuci tangan asepsis setelah sarung tangan
dibuka 0 0 44 100

Menggunakan sarung tangan kerja dari karet


tebal sebelum mencuci instrumen bekas pakai 0 0 44 100

Penanganan instrumen bekas pakai:


Pemindahan baki instrumen dari daerah kerja
ke daerah dekontaminasi dalam keadaan
tertutup 8 18,18 36 81,82

Pemindahan instrumen yang terkontaminasi


tidak melewati daerah yang steril 0 0 44 100

Pembersihan instrumen bekas pakai dengan


air, sikat dan deterjen. 44 100 0 0

Sterilisasi instrumen bekas pakai 44 100 0 0

Penanganan sampah medis bekas praktek:


Menempatkan sampah infeksius pada
kontainer yang tepat yaitu tahan bocor dan
warna kuning 36 81,82 8 18,18

Menempatkan sampah non infeksius pada


kontainer warna hitam 34 77,27 10 22,72
Rerata 20,75 47,16 23,25 52,84

Tabel 6. Distribusi frekuensi pencegahan dan pengendalian infeksi silang pra tindakan, selama
tindakan dan paska tindakan ekstraksi gigi

Pencegahan dan pengendalian infeksi silang pra Ya Tidak


tindakan selama tindakan dan paska ekstraksi gigi % %
Pra tindakan ekstraksi gigi 37,4 62,6
Selama tindakan ekstraksi gigi 60,26 39,74
Paska tindakan ekstraksi gigi 47,16 52,84
Rerata 48,23 51,77

Perlindungan diri dengan teknik barrier untuk pemeriksaan singkat dengan risiko
praktis menunjukkan semua operator paparan rendah. Kurangnya pemahaman
(100%) memakai sarung tangan, memakai responden bahwa penggunaan sarung
masker dan memakai pakaian tangan yang tipis dan mudah robek
pelindung/baju kerja. Sarung tangan yang merupakan faktor risiko terhadap penularan
dipakai adalah sarung tangan periksa yang infeksi saat melakukan tindakan ekstraksi
terbuat dari bahan vinil yang biasa dipakai gigi antara lain menggambarkan tingkatan
Suleh, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian...

pengetahuan yang dimiliki operator dalam kaki, kenyataannya responden sangat


tindakan pencegahan dan pengendalian mengabaikan hal tersebut. Tidak pernah
infeksi di bidang kedokteran gigi. Saat melakukan tindakan mencuci tangan
melakukan tindakan ekstraksi gigi, operator sebelum memakai sarung tangan, tidak
seharusnya menggunakan sarung tangan memakai sarung tanagan bedah steril,
bedah berupa sarung tangan lateks yang memakai kacamata pelindung yaitu
memberikan perlindungan terbaik untuk (100%).
tindakan bedah termasuk tindakan ekstraksi Mencuci tangan sebelum memakai
gigi yang beresiko tinggi terhadap paparan sarung tangan merupakan tindakan yang
darah atau cairan tubuh yang potensial penting dilakukan, untuk mengilangkan
terkontaminasi.9 kotoran dan debu secara mekanis dari
Hasil penelitian selanjutnya permukaan kulit dan mengurangi jumlah
menunjukkan semua operator (100%) mikroorganise sementara. Cuci tangan
memakai masker, namun masker yang dengan sabun biasa dan air sama efektifnya
dipakai adalah masker dari bahan katun dan dengan cuci tangan menggunakan sabun
kertas. Masker ini nyaman digunakan tetapi anti mikrobial. Sarung tangan bedah steril
sebagai filter memiliki sifat tidak tahan adalah sarung tangan yang elastis dan tidak
cairan sehingga kurang efektif. Operator mudah robek saat kita memakainya dan
harus memakai masker respirator yaitu kacamata pelindung sangatlah penting
masker jenis khusus, yang dianjurkan untuk dipakai untuk mengurangi percikan
memfilter udara yang masuk saat menarik darah,saliva dari pasien. Kurangnya
nafas. Penggunaan masker jenis ini kenyamanan dalam memakai kacamata
dianggap sangat penting karena terdiri dari pelindung sehingga responden tidak ada
bahan filter yang berlapis-lapis yang yang memakainya.
terpasang pada muka dengan ketat. Berdasarkan hasil frekuensi tindakan
Pemakaian masker ini agak menyebabkan sterilisasi instrumen pra tindakan ekstraksi
kurang nyaman saat bernapas dan sangat gigi menunjukkan (100%) melakukan
mahal harganya. Mungkin dengan alasan sterilisasi. Responden mengsterilkan
ini operator tidak pernah memakai masker instrumen dengan menggunakan autoclave,
tersebut.9 dikarenakan lebih mudah dan cepat
Pada pemakaian pakaian pelindung, dibandingkan menggunakan alat sterilisasi
semua operator (100%) memakainya, yang lain. Tindakan sterilisasi yang tidak
namun pakaian pelindung yang dipakai pernah dilakukan adalah sterilisasi henpis
diganti 3 hari sekali, bahkan ada yang dan bur (100%), tindakan itu sangat
mengganti pakaian pelindung seminggu berbahaya jika responden menggunakan
sekali. Hal ini bisa dilihat dari pakaian henpis dan bur yang tidak steril akan
pelindung yang dipakai berhari-hari memicu terjadinya infeksi silang di daerah
warnanya sudah terlihat agak kecoklatan lingkup kerja.
yang menandakan bahwa pakaian Berdasarkan hasil frekuensi tindakan
pelindung yang dipakai sudah kotor. desinfeksi permukaan kerja pra tindakan
Responden tidak menyadari percikan ekstraksi gigi menujukkan (100%)
selama melakukan tindakan ekstraksi gigi melakukan desinfeksi pada meja instrumen.
dapat mengontaminasi pakaian yang Responden hanya mengalas meja instrumen
digunakan setiap hari saat bekerja. Jumlah dengan kain putih atau tissue saja,
terendah ialah memakai sepatu tertutup seharusnya dibungkus dengan plastik
yaitu (38,64%) dan tidak memakai sepatu disposibel agar tiap kali kerja responden
tertutup yaitu (61,36%). Pemakaian sepatu dapat menggantikan dengan palstik yang
tertutup merupakan salah satu tindakan baru. Kalau hanya menggunkan kain saja,
pencegahan dan pengendalian yang itu tidak pernah di cuci atau ganti tiap kali
dilakukan untuk mencegah adanya kerja tapi dipakai dalam jangka waktu yang
instrumen yang terjatuh dan tertusuk di lama. Menggunakan tissue sudah lumayan
592
baik, sekali pakai tapi belum maksimal operator menyentuh lingkungan kerja/
karena tissue tidak dapat menutupi smua peralatan yang tidak steril terlihat masih
permukaan meja instrumen dibandingkan kurang juga, kemungkinan mereka masih
dengan pslatik disposibel dan 100% tidak belum paham atau sama sekali tidak tahu
pernah menggunakan plastik disposibel risiko-risiko infeksi silang dalam
untuk pegangan lampu, tombol kursi, melakukan tindakan ekstraksi gigi. Pasien
sandaran kepala, selang henpis, unit kontrol yang tidak berkumur dengan larutan
dan tombol semprit air-udara. Hal ini antimikrobial sebelum tindakan yaitu
sangat disayangkan sekali karena 100%, Tindakan ini terbukti dapat
penutupan bagian-bagian tersebut sangat mengurangi jumlah mikroba rongga mulut
penting dilakukan, tidak hanya untuk sampai 90%. Tapi sayangnya tindakan ini
alasan estetik, tetapi terutama karena sama sekali tidak dilakukan.4
desinfeksi yang efektif akan mengurangi Hasil penelitian pengendalian infeksi
kemungkinan terjadinya infeksi silang dari silang paska tindakan ekstraksi gigi terbagi
permukaan kerja.4 atas perlindungan pribadi, penanganan
Berdasarkan frekuensi pengendalian instrumen bekas pakai dan penanganan
infeksi silang selama tindakan ekstraksi smapah medis bekas praktek. Distribusi
gigi menunjukkan (100%) melakukan pengendalian infeksi silang paska tindakan
tindakan asepsis sebelum insersi jarum ekstraksi gigi menunjukkan (100%)
suntik, jarum suntik ditutup setelah pembersihan isntrumen bekas pakai dengan
tindakan anestesi, penutupan jarum suntik (air, sikat, deterjen) dan sterilisasi
dengan teknik satu tangan dan menghindari instrumen. Pembersihan instrumen bekas
tertusuk instrumen dan jarum yang tajam. pakai dan sterilisasi instrumen sudah
Tindakan desinfeksi sebelum insersi jarum dilakukan dengan baik. Pembuangan
suntik sudah dilakukan dengan baik sampah medis bekas praktek infeksius pada
menggunakan betadine yang di tetesi tempat yang tepat yaitu (81,82%) dan tidak
dikapas kemudian dioleskan pada daerah menempatkan sampah pada tempat yang
kerja di rongga mulut. Tindakan desinfeksi benar (18,18%). Menempatkan sampah
yang dilakukan untuk membebaskan noninfeksius pada tempat sampah yang
kuman pada daerah kerja. Jarum suntik tepat yaitu (77,27%) dan tidak
ditutup setelah tindakan menghindari menempatkan pada tempat yang tepat
tertusuk instrumen dan jarum suntik ditutup (22,72%) Sebagian membuang sampah
setelah tindakan anestesi, menunjukkan tidak sesuai pada tempatnya, ada yang
pengendalian infeksi silang sudah baik membuang sampah infeksius pada tempat
pada tindakan ini. Tangan operator yang smpah non infeksius dan sebaliknya. Hal
tidak menyentuh lingkungan kerja/ ini sangat membahayakan orang yang
peralatan yang tidak steril yaitu 34,09% bertugas mengelola sampah kalau tidak
dan tidak melakukan ada 65,91% Masih hati-hati sangat besar kemungkinan
sangat kurang diperhatikan oleh operator terkontaminasi dengan sampah yang sudah
bahwa tindakan tersebut dapat tercampur yang tidak sesuai dengan
membahayakan operator dan pasien jika tempatnya. Pada saat pemindahan baki
terkontaminasi. Penutupan jarum suntik instrumen dari daerah dekontaminasi dalam
dengan teknik satu tangan yaitu (27,27%), keadaan tertutup yaitu (18,18%) dan tidak
dan yang tidak melakukan 72,37% melakukan pemindahan baki instrumen
mungkin responden tidak tahu kegunaan secara tertutup (81,82%), ini sangat bahaya
dari teknik tersebut untuk melindungi diri sekali kalau membawah peralatan bekas
responden. Menghindari tertusuk dari pakai dengan keadaan terbuka, kalau ada
instrumen dan jarum yang tajam sudah instrumen yang jatuh mengenai bagian
kelihatan baik, karena semua operator tubuh kita atau tertusuk akan menimbulkan
bekerja dengan penuh hati terhadap infeksi silang. Tidak pernah dilakukan
instrumen yang digunakan, dan tngan adalah mencuci tangan asepsis setelah
Suleh, Wowor, Mintjelungan: Pencegahan dan pengendalian...

tindakan 100%, selesai tindakan operator DAFTAR PUSTAKA


hanya membuka sarung tangan tanpa 1. Amir A, Hanafiah JM. Etika Kedokteran
mencuci tangan langsung menulis resep, dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC,
mengambil obat dan lain-lain. 2014.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI. Laporan Hasil
SIMPULAN
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
1. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Jakarta, 2010.
silang pra tindakan ekstraksi gigi 3. Badan Penelitian dan Pengembangan
dilakukan sebesar 37,4%. Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset
2. Pencegahan dan pengendalian infeksi Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
silang selama tindakan ekstraksi gigi Jakarta, 2007.
dilakukan sebesar 60,26%. 4. Cottone, Terezhalmy, Molinari.
3. Pencegahan dan pengendalian infeksi Mengendalikan Penyebaran Infeksi
silang paska tindakan ekstraksi gigi pada Praktik Dokter Gigi. Jakarta:
dilakukan sebesar 47,16%. Widya Medika, 2000.
4. Secara umum pencegahan dan 5. Wibiwo T, Parisihni K, Haryanto D.
Proteksi Dokter Gigi Sebagai
pengendalian infeksi silang pada
Pemutus Rantai Infeksi Silang. Jurnal
tindakan ekstraksi gigi di RSGM
PDGI. 2009;58(2).
PSPDG FK Unsrat hanya dilakukan 6. Notoadmodjo. Kesehatan Masyarakat (Ilmu
sebesar 48,23%. dan Seni). Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
SARAN 7. Saleh M, Rares SEF, Soeliongan S. Pola
1. Bagi masyarakat, dapat bersikap kritis Bakteri Aerob Penyebab Infeksi
terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi Nosokomial pada Ruangan Neonatal
dan mulut yang diberikan oleh instusi Intensive Care Unit (NICU) BLU
pelayanan dalam hal ini RSGM PSPDG RSUP Prof. Dr.. R.D. Kandou
FK Unsrat. Manado. e-Bm;2015;3(1).
2. Bagi RSGM PSPDG FK Unsrat, 8. Setiawan IP. Tingkat Kepatuhan
diharapkan semua mahasiswa profesi Mahasiswa Coass Terhadap Standar
Operasional Prosedur Dalam
yang merupakan calon dokter gigi dapat
Pengendalian Infeksi Silang Di
melakukan pencegahan dan pengen-
RSGM Hj. Halima. Dg. Sikati JL.
dalian infeksi silang dengan maksimal. Kandea Kota Makasar [Skripsi].
3. Diharapkan penelitian lanjut yang Makassar: Unhas; 2014.
sejenis dengan populasi yang lebih 9. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas
besar sehingga dapat diperoleh hasil Kesehatan Dengan Sumber Daya
yang akurat dan bisa dimanfaatkan. terbatas. Jakarta, 2004.

594

You might also like