You are on page 1of 3

Artikel Tentang Program Sertifikasi Tanah Presiden Jokowi

Ada 126.000.000 bidang tanah diseluruh tanah air Indonesia dan hanya 46.000.000
bidang tanah yang memiliki sertifikat. 80.000.000 bidang tanah masih belum memiliki sertifikat.
Itu sebabnya di daerah begitu banyak kasus-kasus sengketa tanah yang kadang sampai memakan
korban jiwa. Ini karena rakyat belum memegang sertifikat. Tidak ada pihak manapun yang bisa
mengakui tanah kita kalau kita sudah memegang sertifikat tanah. Jokowi, sebagai Presiden
Indonesia, melihat bahwa masalah kepemilikan tanah oleh rakyat sama pentingnya dengan
pembangunan infrastruktur. Jokowi sangat meyakini bahwa jika seluruh rakyat Indonesia sudah
memiliki sertifikat tanah yang sah dan sesuai aturan dan hukum yang berlaku, maka dimasa
depan, tidak akan terjadi lagi masalah sengketa tanah karena status dokumen kepemilikan yang
tidak jelas. Untuk itu Jokowi menggerakkan kembali program pemerintah yang sudah
dicanangkan sejak tahun 1981 yang kita kenal dengan nama Proyek Operasi Nasional Agraria
atau disingkat PRONA. Dari sejak pencanangan program PRONA ini di tahun 1981 oleh rezim
Orde Baru, berita atau informasi tentang perkembangan pelaksanaan PRONA oleh pemerintah
orde baru hampir bisa dikatakan tidak pernah ada. PRONA yang sangat jarang diberitakan seolah
menghilang dalam kegelapan. Sampai akhirnya program apapun yang masuk ke dalam kegelapan
pun dilupakan. Tahun 2015, sebanyak 700.000 sertifikat sudah terbagikan pada rakyat. Tahun
2016, sebanyak 1.060.000 sertifikat sudah terbagikan pada rakyat. Tahun 2017, sebanyak
5.000.000 sertifikat sudah terbagikan pada rakyat, tahun depan, 2018, 7.000.000 sertifikat adalah
target sertifikat yang harus terbagikan pada rakyat.

Presiden Joko Widodo berupaya agar target penyerahan sertifikat tanah di seluruh Tanah
Air rampung di tahun 2025 mendatang. Ia pun memastikan akan mengawasi secara langsung
pelaksanaan program tersebut. Penegasan itu disampaikan Kepala Negara saat penyerahan secara
serentak 1.082.950 sertifikat tanah untuk rakyat di tujuh provinsi yang dipusatkan di lapangan
Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Kalimantan Barat. "Tidak ada alasan semua harus pegang
sertifikat. Target saya 2025 rampung urusan sertifikat artinya Kepala BPN (Badan Pertanahan
Nasional) nggak tidur, pokoknya saya kejar terus, saya ikuti prosesnya," ujar Presiden dikutip
dari Biro Pers. Guna memastikan program tersebut berjalan dengan baik, Presiden mengajak
serta sejumlah jajarannya di Kabinet Kerja untuk turun langsung ke lapangan menyerahkan
sekaligus mengawasi jalannya kegiatan penyerahan sertifikat di sejumlah daerah. Menteri Dalam
Negeri Tjahyo Kumolo bertugas menyerahkan sertifikat di Provinsi Jawa Timur, Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Provinsi Lampung. Kemudian, Menteri
BUMN Rini Soemarno di Provinsi Sumatera Selatan, Menteri PAN dan RB Asman Abnur di
Provinsi Jambi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Provinsi Sulawesi Selatan. Serta Menteri
Tenaga Kerja Hanif Dhakiri di Provinsi Sulawesi Tengah. Melalui sambungan videotron,
Presiden menyaksikan dan mendengarkan langsung laporan para Menteri Kabinet Kerja terkait
jumlah sertifikat yang dibagikan hingga jumlah masyarakat yang hadir. Dalam sambutannya,
Presiden berpesan kepada para penerima sertifikat untuk menjaga dan menyimpan sertifikat yang
dimiliki di tempat yang aman serta digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif. "Kalau mau
dipakai agunan ke bank hati-hati tolong dihitung, dikalkulasi bisa angsur nggak setiap bulan
dihitung kalau bisa silakan," kata Presiden.
ANALISIS

Menurut pendapat saya, Presiden perlu mendorong pemerintah daerah untuk mempercepat
sertifikasi tanah di daerahnya. Beberapa daerah sudah terbukti dapat melayani permintaan sertifikasi
tanah dengan cepat dan mudah karena membuka layanan satu meja, tapi masih banyak daerah lain yang
belum merampingkan proses sertifikasi tanah sehingga masih menyulitkan pemohon. Untuk itu perlu
ketegasan dari pemerintah pusat bahwa sertifikasi tanah di semua daerah harus dilakukan melalui satu
meja, kemudian ditetapkan besarnya biaya yang dibebankan kepada pemohon dan waktu maksimal
penyelesaiannya. Dengan kepastian seperti ini, maka proses sertifikasi lahan dapat dipercepat. Dengan
bukti yang luas tentang proses sertifikasi lahan yang cepat, mudah dan murah, maka akan banyak warga
yang mensertifikatkan tanahnya tanpa disuruh. Tinggal bagaimana pemerintah daerah memberikan
pelayanan sebaik-baiknya. Adapun masalah anggaran, juru ukur dan sebagainya, dapat diatasi dengan
merealokasi anggaran di Kementerian ATR/BPN atau menalangi kebutuhan dana dari sumber-sumber kas
negara lain atau dikenal dengan sistem bridging. Pemerintah juga perlu mencetak juru ukur baru yang
tersertifikasi dengan membuat pelatihan secara crash program kerja sama dengan perguruan tinggi dan
perusahaan penyelenggara pelatihan. Demikian sedikit saran, mudahan program percepatan sertifikasi
lahan dapat diwujudkan pada waktunya. Presiden Jokowi tentu kecewa dengan kinerja birokrasi yang
lamban dalam pelaksanaan program reforma agraria, khususnya program sertifikasi lahan, sementara
masa pemerintahannya tinggal 2,5 tahun lagi. Tidak banyak hasil yang dapat dicapai dengan langgam
kerja dan jumlah juru ukur yang ada saat ini. Tanpa penambahan juru ukur, maka program sertifikasi 5
juta bidang tanah tahun 2017 ini sulit terealisasi.

You might also like