Professional Documents
Culture Documents
FE
FE
PENDAHULUAN
Secara umum, salah satu penyebab anemia defisiensi zat besi yaitu asupan zat besi tidak
cukup dan penyerapan tidak adekuat (Widyastuti, 2004). Gangguan pada sintesis salah satu
unsur akan berakibat terbentuknya molekul hemoglobin yang berkurang. Salah satu
unsurnya yaitu unsur heme memerlukan unsur mineral yaitu zat besi (Fe). Anemia juga
terjadi akibat defisiensi vitamin C yang dapat mengganggu penyerapan Fe. Zat besi
biasanya diabsorspsi di duodenum dan jejunum (Sofro, 2012). Akibat anemia pada masa
nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum,
memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi
mamae. Anemia dalam masa nifas merupakan lanjutan daripada anemia yang diderita saat
kehamilan, yang menyebabkan banyak keluhan bagi ibu dan mengurangi presentasi kerja,
baik dalam pekerjaan rumah sehari-hari maupun dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010).
1
Gangguan penyerapan zat besi dapat diatasi dengan adanya vitamin C. Vitamin C dapat
mereduksi ion feri menjadi ion fero. Ion fero inilah yang mampu dengan mudah diserap
oleh sel mukosa usus. Vitamin C yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Peningkatan asupan vitamin dan mineral dari makanan setiap hari harus dianjurkan
bersama dengan pemberian suplemen. Idealnya, perbaikan asupan nutrien dari makanan
merupakan pendekatan yang digunakan untuk mempertahankan simpanan nutrien tubuh
yang normal setelah terapi suplemen yang efektif (Hartono, 2011). Suplemen zat besi
mungkin perlu dalam kasus anemia berat atau bila asupan diet tidak terlihat adekuat. Jika
suplemen zat besi dikonsumsi, bidan harus memberi pendidikan yang layak untuk
menjamin keuntungan maksimum dari suplemen dan untuk menghindari atau
meminimalkan efek samping. Daging dan makanan kaya asam askorbat (vitamin C) seperti
buah jeruk memacu absorpsi zat besi sedangkan kopi, teh, dan susu merupakan inhibitor
zat besi. Suplemen zat besi sebaiknya dikonsumsi di antara waktu makan dengan segelas
jus jeruk dan suplemen vitamin tidak dikonsumsi dalam waktu bersamaan (Varney, H.
2006).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungannya kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira
selama 6 minggu (Saleha,2009: 4). Kebutuhan gizi saat nifas mengalami peningkatan.
Makanan-makanan bagi ibu nifas harus mengandung gizi yang seimbang yang bersumber zat
besi, protein, kalori, lemak, mineral, vitamin serta banyak minum paling sedikit 8 gelas sehari
dan tidak boleh pantang makanan. Pantang makanan bagi ibu nifas dapat menimbulkan
masalah kesehatan, sering ibu-ibu yang menyusui anak-anaknya kelihatan pucat, lesu dan
kurus. Hal ini merupakan tanda bahwa makanan yang dikonsumsi tidak cukup yang akan
membawa pengaruh buruk kepada ibu dan bayinya (Dinkes Jatim Dan UNICEF, 2000).
Menurut Suhardjo, (2003 : 26) dijumpai wanita kalangan hamil dan menyusui dimana
kelompok penduduk ini memang dianggap rawan terhadap keadaan gizi kurang.
Berdasarkan standart pelayanan kebidanan ,pelayanan nifas meliputi perawatan bayi baru
lahir,penanganan 2 jam pertama setalah persalinan, pelayanan bagi ibu dan bayi serta harus
bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat, bila dijabarkan lebih luas sasaran masa
nifas meliputi:
3
2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
4
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Nifas
1. Tingkat pendidikan
Menurut Y.B. Mantra yang dikutip oleh Nursalam (2001 : 133) pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang dalam pola hidup
terutama dalam motivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
Pendidikan suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan ibu dapat berdiri sendiri.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Salita Sarwono (1993) bahwa pengetahuan menimbulkan minat untuk
mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik tersebut.Pengetahuan ibu yang terbatas
dapat mempengaruhi karena ibu kurang mendapatkan informasi tentang makanan
sebagai pemenuhan gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan ibu maupun untuk
produksi ASI.
3. Type Keluarga
Pada type keluarga kecil ini responden kurang mendapat informasi tentang gizi
pada masa post partum dari anggota keluarga yang lain. Menurut Friedman (1998)
mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional.Individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga. Kebebutuhan gizi yang tidak terpenuhi
akan mempengaruhi kesehatan ibu dan produksi ASI. Kebutuhan gizi yang tidak
terpenuhi ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah masih adanya budaya
pantang makan untuk ibu yang baru melahirkan. Pantangan makan dapat menyebabkan
terjadinya anemia dan lamanya penyembuhan luka perineum.
Kunjungan rumah pada masa nifas dilakukan sebagai suatu tindakan untuk pemeriksaan
postpartum lanjutan. Kunjungan rumah direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan
dijadwalkan berdasarkan kebutuhan. Pada program terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak
24 jam setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ketiga setelah
pulang ke rumah. Kunjungan berikutnya direncanakan sepanjang minggu pertama jika
diperlukan. Kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya empat kali untuk menilai status ibu
dan status bayi baru lahir juga mencegah, mendeteksi, dan menangani masalahmasalah yang
terjadi. Berdasarkan program dan kebijakan teknis kunjungan nifas minimal dilakukan
5
sebanyak empat kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Jadual kunjungan tersebut adalah
sebagai berikut:
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
6
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
Berdasarkan penelitian diketahui rerata peningkatan kadar Hb pada ibu nifas yang
mengkonsumsi tablet Fe saja adalah 0,58 g/dL, atau perlu waktu 6 minggu untuk terjadi
peninggkatan 1 g/dl kadar Hb ibu nifas.
Didapatkannya kadar Hb rerata awal pada ibu nifas yang mengkonsumsi Fe saja adalah
10,6 g/dl menunjukkan bahwa kadar Hb kurang dari normal. Hal ini disebabkan pada kondisi
nifas keadaan ibu masih belum pulih seperti kondisi sebelum hamil. Hal ini akibat proses
persalinan yang banyak mengeluarkan darah. Teori menjelaskan bahwa penyebab kekurangan
zat besi paling umum pada orang dewasa adalah karena kehilangan darah. Ditunjang dengan
7
kebiasaan di masyarakat pada masa nifas sering pantang makan. Banyak pantang makan
berdasarkan informasi dari orang lain yang tidak kompeten soal gizi dan kesehatan, sehingga
terjadi berbagai keluhan karena kelainan gizi. Pemulihan kadar Hb kearah normal maka ibu
diberikan Tablet Fe. Hasil penelitian menunjukkan ibu nifas yang diberikan tablet Fe selama 3
minggu didapatkan kadar Hb rerata sebesar 11,2 g/dl. Hal ini menunjukkan dengan
mengkonsumsi tablet Fe selama 3 minggu dapat meningkatkan kadar Hb sebesar 0,6 g/dl atau
1 g/dl dalam 6 minggu peningkatan kadar Hb ibu nifas.
Pemberian tablet besi sebagai suplemen merupakan upaya untuk meningkatkan kadar
besi (Fe) dalam jangka waktu singkat, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi
Fe pada rutama ibu hamil yang diakibatkan karena kurangnya zat besi yang diabsorbsi tubuh
melalui makanan yang mengandung besi. Karena pada masa nifas kebutuhan Fe meningkat
pada saat melahirkan perlu tambahan Fe 300 – 350 mg, akibatnya kehilangan darah.
Kebutuhan zat besi ibu post partum hendaknya mengkonsumsi tablet Fe selama 42 hari setelah
melahirkan, untuk mencegah terjadinya anemia pada masa post partum. Tidak hanya tablet Fe,
perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti : daging merah, hati, keju ikan,
sayuran berwarna hijau tua, dan kacang-kacangan
Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran
gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare.
Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat besi. Tidak tergantung
senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun senyawa yang ditolelir lebih baik daripada
senyawa yang lain. Zat besi yang dimakan bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik
meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang. Pemberian suplementasi Preparat Fe, pada
sebagian wanita, menyebabkan sembelit. Penyulit Ini dapat diredakan dengan cara
memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seperti roti,
serealia, dan agar-agar.
8
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan dan tindakan diperlukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan. Asuhan kebidanan pada masa nifas diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan
fisik dan psikologis ibu. Monitoring ibu nifas terbukti berhubungan dengan kejadian morbiditas
nifas karena dapat memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu sehingga dengan
monitoring ibu yang baik dapat dideteksi morbiditas ibu lebih banyak. Kunjungan nifas
minimal dilakukan sebanyak empat kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi. Distribusi
kunjungan dilakukan pada enam sampai delapan jam setelah melahirkan, hari ke enam
postpartum, minggu kedua postpartum, dan enam minggu postpartum. Kunjungan postpartum
mempunyai keuntungan bagi bidan agar dapat merencanakan konseling kesehatan.
Pemberian tablet besi sebagai suplemen merupakan upaya untuk meningkatkan kadar
besi (Fe) dalam jangka waktu singkat, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi
Fe pada rutama ibu hamil yang diakibatkan karena kurangnya zat besi yang diabsorbsi tubuh
melalui makanan yang mengandung besi. Karena pada masa nifas kebutuhan Fe meningkat
pada saat melahirkan perlu tambahan Fe 300 – 350 mg, akibatnya kehilangan darah.
Kebutuhan zat besi ibu post partum hendaknya mengkonsumsi tablet Fe selama 42 hari setelah
melahirkan, untuk mencegah terjadinya anemia pada masa post partum.
1.2 Saran
Penulis makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu kami
mengharapkan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun gunauntuk memperbaiki
dan menyumpurnakan makalah-makalah berikutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Angesti N, Ayunita H. 2012. Gambaran Perilaku Bidan dalam Kunjungan Nifas di Puskesmas
Jenar Kabupaten Sragen. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Kadarwati, Dewi S. Dukungan Keluarga pada Ibu Nifas dalam Mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo. Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Kebidanan.
Meni F. 2017. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Komplikasi Masa Nifas di Puskesmas
Pulau Bandring Periode Mei 2017. Jurnal Ilmiah Maksitek. Vol 2 No 3 Agustus 2017
(ISSN: 2548-429X). STIKES Sakinah Husada Tanjung Balai.
Nathania H, Merryana A. Perbedaan Kadar Hemoglobin, Asupan Zat Besi, dan Zinc pada
Balita Stunting dan Non Stunting. Research Study. DOI: 10.2473.v1i2.2017.117-123.
Nuris K. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Berpantang Makanan pada Ibu
Nifas Selama Masa Puerpurium Dini. Jurnal Keperawatan & Kebidanan. Program Studi
Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto.
Riska A. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Gizi dengan Percepatan Penyembuhan
Luka Perinium. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Program Studi Kebidanan STIKES
Dian Husada Mojokerto.
10