You are on page 1of 22

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayahNya kepada
kita sekalian. Sehingga kita masih dapat menikmati anugrah terindahNya berupa
kesehatan dan kebahagiaan.

Taklupa semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi
Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, kepada kita semua, serta kepada
seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri
tauladan yang baik.

Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya
harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa
nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya
yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya
melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya
sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya
anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita
gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta yang kita
miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-
Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi
munkar dan sebagainya.

Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk
masuk perguruan tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap
orang ingin dapat yang terdepan. Bagaimana bisa kita kisa saksikan banyak orang
yang berlomba untuk mendapat penghidupan yang bahagia kelak,namun amat jarang
kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat.

Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah
saja perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan
‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi
nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor
satu dalam menghafalkan Kalamullah.
Di dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai
menyerahkan shaf terdepan pada orang lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”,
ujar seseorang. Akhirat diberikan pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf
utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria.

Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan
akhirat sehingga rela jadi yang terbelakang.

Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah
Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 148 yang Artinya :

“ Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Isi kandungan ayat diatas adalah :

Setiap umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke
ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah
telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh
karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat
dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh
dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..

Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas
segala amal perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang
dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya
dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan
bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik yg
dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah
SWT.
Paling tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama
ikhlas dalam beramal yakni,Pertama ,melakukan suatu amal dengan niat semata-mata
ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain Allah
SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw bersabda yang
artinya “Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya”. Kedua melakukan
kebaikan itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah baik bila dalam
melakukan amal dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh
Allah SWT karen ini termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama
hidupnya yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yg sudah disebutkan
pada ayat di atas.

Sekian Pidato saya Wassalamualaikum Warrahmatullahiwabarakatu

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/9429676#readmore

Berlomba- lomba dalam kebaikan http://agama-islam.org/berlomba-lomba-dalam-kebaikan

Segala puji bagi allah tuhan pencipta langit tidak bertiang,yang menghmparkan bumi dengan
seluas-luasnya dan gunug-gunung bertudug salju karena takut kepada_Nya
Untaian sholawa tetap tercurahkan kepada Nabi penghulu para nabi, yang telah mengibarkan
panji-panji kebenaran di ujung tiang yang tertinggi diatas segala taman,dan menegakan dengan
setegak-tegaknya, beliaulah bagindaRosullulah Saw dan karenanya pula Allah berkehendak
menciptakan alam semesta dan para Malaikat pun bersholawat kepadanya
Hadirin sekalian yang berbahagia
Dalam hiup yang fana ini, manusia hidup selalau ingin lebih dari saudaranya, ketika
teman kita berangkat sekolah dengan sepeda motor maka yang hanya berseppeda pun ingil
lebih paling tidak ya setara .begitu juga diantara setiap agama mempunyai keistimewaan-
keistimewaan menonjol , merka juga terdapat perbedaan bahwa agama-agama lain hanya
menyeru umatnya kepada kebaikan, tetapi Islam menyeru kepada perlombaan.. yakni
lakukanlah kebaikan dan kemudian berlombalah serta berupayalah satu dengan yang lain
untuk saling menyusul dalam kebaikan.

“Dan bagi setiap orang ada memiliki arah yang dituju ke arah mana dia menghadapkan
wajahnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” (Q.S 2:148)
Dicontohkan oleh para sahabat bahwasanya para salaf berlomba-lomba dan
bersemangat terhadap amalan-amalan yang dapat mendekatkan dan mengangkat derajat
mereka di sisi Allah. Karena itulah para shahabat yang miskin mendatangi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjelaskan kepada beliau bahwa saudara-saudara mereka
dari kalangan para pedagang telah mendahului mereka dengan membawa pahala-pahala dan
derajat-derajat yang tinggi, karena mereka mempunyai kelebihan dari sisi harta, sehingga
mereka bisa melaksanakan haji, 'umrah, bershadaqah dan berjihad, tetapi kamitidak mampu
melakukan semuanya itu, maka bagaimana caranya supaya bisa sama seperti mereka, maka
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabd; “Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali
dan 33 kali alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar
Di dalam ayat ini pula Allah telah menyatakan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap
muslim supaya tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan. dan tidak hanya sekedar maju
dalam kebaikan,tetapi terus berupaya juga untuk saling mendahului satu dengan yang lain.
Sebab kebaikan itulah yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.
Allah swt telah berfirman
‫ت أُولَئِكَ ُه ْم َخي ُْر ا ْل َب ِريَّ ِة‬
ِ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا َوع َِملُوا الصَّا ِلحَا‬-
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk”. (Q.S 98:7)
Apa yang dinamakan dengan kebaikan-kebaikan itu? Kebaikan itu adalah
menanamkan rasa takut dan rasa khusyuk pada Allah serta berbuat baik kepada keluarga,
kerabat, dan masyarakat pada umumnya,dan juga Kebaikan itu bukanlah kebaikan yang
dilakukan untuk beberapa waktu sampai kelewat batas kemudian meniggalkanya. Tetapi
kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan tekad yang dawam, teguh. dan keistiqomahan.
Jadi, menjadi kewajiban bagi saya ,anda,dan kita semua bahwa sesuai dengan ajaran
ituhedaknya kita bissa maju dalam kebajikan-kebajikan dan berupaya untuk menuju kepada
posisi di depan. Dan melakukanya dengan segenap kemampuan dan bakat kitamiliki, karen
Allah telah meletakkan berbagai kemampuan yang berbeda-beda dan kesuksesa saya, anda ,dan
kita semua terdapat di dalam upaya yang terus menerus.Seperti lagunya d’masiv
Lirik Lagu D’Masiv Jangan Menyerah
tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi
reff1:
syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik
tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi
reff2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
kebesaran dan kuasanya
bagi hambanya yang sabar
dan tak kenal putus asa
Saudaraku sekalin yang berbahagia
Hidup ini adalah pilihan, diibaratkan dua buah pena yang sama dari segi bentuknya,
yang satu digunakan untuk menggambar, menulis, dan masihbanyak lg, sedangkan pena kedua
tidak digunakan melainkan haya di letakan saja, sebenarnya sama tpi beda, begitu juga hidup
kita, kita bias melukis alam menorhkan kebaikan .asal ada kemauan!!!!mau tidak? Dan dunia
sebagai kertasnya yang akanmenetukan kita dalam kehidupan yang abadi yaitu surga dan
neraka.
Dan yang tidak kalah penting disamping untuk saling mendahului dalam kebaikan, kita
juga harus saling membantu satu sama lain. Karena kebaikan yang kita berikan kepada
orang akan kembali pada kita.Jadi dengan demikian akan timbul suasana lomba kebaikan,
yang di dalamnya tidak akan ada rasa hasad,iri,dan upaya untuk menimpakan kerugian pada
orang lain,
Saudaraku yang berbahgia.
Rasulullah saw dalam berbagai riwayat telah menarik perhatian kita untuk melakukan
beragam kebaikan, yakni supaya kebaikan kebaikan-kebaikan yang kita kerjakan
mendatangkan keridhoan Allah taala.
Abu Ayyub r.a meriwayatkan bahwa seorang memohon kepada Rasulullah saw bahwa
beritahukanlah resep pada saya yang dapat membawa saya ke surga. Beliau bersabda
beribadahlah pada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan siapapun. Lakukanlah salat
berjamaah, bayarlah zakat, dan jalinlah ikatan silaturrahmi dengan keluarga dan berbuat
baiklah dengan mereka. (muslim kitabul iman babu bayaniliimaan alladzii yadkhulu
bihiljannata).
Jadi syarat pertama agar kebainkan yang kita kerjakan adalah tidak menyekutukan Tuhan
dengan siapapun.Jangan sapai pacar,gebetan,ttm, dankenikmatan dunia fana menjadi
penghalang untuk melaksanakan perintah-Nya dan meniggalkan larangan-Nya. serta perintah
melaksanakan shalat,menyambung tali silaturahmi dan berzakat. karena zakat disamping
melakukan pengorbanan harta (infaq fi sabilillah) juga merupakan satu perintah
mendasar.firman-Nya: َ‫( َو ِم َّما َر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِفقُون‬mereka menafkahkan sebagian dari yang Allah
rezekikan keada mereka). merekalah orang-orang yang ikut bergabung dalam lomba
melakukan amal-amal baik
Kemudian beliau bersabda: ‘Akar agama adalah Islam. Tiangnya adalah salat dan
puncaknya adalah jihad. Dan berkenaan dengan ringkasan semua agama beliau sambil
memegang lidah beliau sambil bersabda ‘tahanlah ini! (Tirmizi abwaabul iman
fiihurmatissalaat).

Kemudian ringkasan agama yang beliau sabdakan adalah ucapkanlah senantiasa


kalimah-kalimah yang baik, berilah ajaran yang baik. Janganlah pernah menyakiti seseorang
dengan lidah kalian, dan janganlah menyakiti perasaan seseorang dengan mengatakan kata-
kata yang pahit. Sebab perkataan kalian sendirilah yang membawa kalian ke dalam neraka.

Jadi, inilah merupakan cara untuk mengembangkan kebaikan dan cara maju dalam
perlombaan yang Rasulullah saw telah ajarkan kepada kita. Jika itu direnungkan maka lihatlah
dengan mengamalkan hal-hal itu akan lahir masyarakat yang indah.dan masyarakat yang maju
dalam kebaikan-kebaikan. Dimana mereka satu dengan yang lain saling mendoakan, dan saling
membantui. Sambil menggandeng tangan orang yang terbelakang dalam kebaikan-kebaikan
untuk ikut serta bersama mereka.
Semoga Allah menganugerahkan taufik pada kita supaya kita jangan hanya menjadi
orang yang mengupayakan kebaikan bahkan dengan berupaya berlomba dalam kebaikan itu
kita juga meraih tingkatan ketakwaan yang tinggi. Setiap ucapan kita, setiap pekerjaan kita,
duduk dan bangun kita sesuai dengan keridhoan Allah.
Lomba PidatoTinkat Korwil Slema Timur
BERLOMBA-LOMBA DALAM
KEBAIKAN (FASTABIQUL
KHOIROT) Surat Al Baqarah ayat
148
alfatawy (36) in aceh • last year

BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN (FASTABIQUL KHOIROT)


Surat Al Baqarah ayat 148

‫ﻞ ِﻜﻟَﻭ‬
ُ ٍّ ‫ﻦﻳَﺃ ِﺕﺍَ ْﺮﻴَﺨْﻟﺍ ْﺍﻮُﻘِ َﺒﺘْﺳﺎَﻓﺎ َﻬ ِّﻴ َﻟﻮُﻣ َﻮُﻫ ٌ َﺔ ْﻬﺟِﻭ‬
ْ َ ‫ﺕﺄَﻳ ْﺍﻮُﻧ ُﻮﻜَﺗﺎ َﻣ‬
ْ ِ ‫ٌﺮ ِﻳﺪَﻗ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛﻰ َﻠَﻋ َﻪّﻠﺍﻟ َّﻥِﺇ ًﺎﻴ ِﻌﻤَﺟ ُﻪّﻠﺍﻟ ُ ُﻢﻜِﺑ‬
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja
kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )
Isi kandungan ayat diatas adalah :
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke
ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah
telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh
karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat
dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh
dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas
segala amal perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang
dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya
dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan
bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik yg
dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah
SWT.
Sebagaimana yang kita ketahui di kalangan orang iman itu ada tiga golongan,
golongan yang pertama adalah golongan orang-orang yang berlomba-lomba dalam
kebaikan (fastabiqul khoirot), golongan yang kedua adalah golongan orang-orang
yang muqtasidun (sedang), golongan yang ketiga adalah golongan orang-orang yang
dholimu linafsih (menganiaya diri sendiri). Beruntung lah bagi orang-orang yang
masuk ke dalam golongan pertama, semoga kita bisa masuk ke dalamnya amienn..
idealnya seorang mukmin bisa menjadi seperti cermin bagi mukmin lainnya sehingga
manakala seseorang mengenal dan memperhatikann dirinya akan merasakan begitu
banyak kekurangan termasuk dalam hal berbuat baik.
Memahami Ilmu Kebaikan Bagi seorang muslim tiap amal yg dilakukannya tentu
harus didasari pada ilmu semakin banyak ilmu yg dimiliki dipahami dan dikuasai
insya Allah akan makin banyak amal yg bisa dilakukannya sedangkan makin sedikit
pemahaman atau ilmu seseorang akan semakin sedikit juga amal yg bisa dilakukannya
apalagi belum tentu orang yg mempunyai ilmu secara otomatis bisa mengamalkannya.
Ini berarti seseorang akan semakin terangsang untuk melakukan kebaikan manakala
dia memahami ilmu tentang kebaikan itu. Kebaikan yg Diterima Setiap kebaikan yg
dilakukan seseorang tentu harus menghasilkan penilaian yg positif dari Allah SWT.
Paling tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yg diterima oleh Allah SWT. Pertama
ikhlas dalam beramal yakni melakukan suatu amal dgn niat semata-mata ikhlas krna
Allah SWT atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain Allah SWT.
Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw bersabda yg artinya
“Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya.” Kedua melakukan kebaikan
itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah baik bila dalam
melakukan amal dgn cara yg tidak baik maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh
Allah SWT krn ini termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama hidupnya
yg jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yg sudah disebutkan pada QS
2:148 di atas.
Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi
kepada Allah SWT yg terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan
masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai
bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di dunia dan ini pula yg akan
menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak
salam ukhuwah wahai saudaraku...

Berlomba dalam Meraih Pahala


Penulis

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

September 3, 2010

306

Pidato dengan Tema : BERKOMPETISI DALAM


KEBAIKAN.

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayahNya kepada kita sekalian. Sehingga kita masih dapat
menikmati anugrah terindahNya berupa kesehatan dan kebahagiaan.
Taklupa semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi Muhammad Saw.,
kepada keluarganya, sahabatnya, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman
yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.

Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya harus kita syukuri
dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah
semata, yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur
kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai
dengan apa yang Allah kehendaki.

Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti
lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan
cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa
berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan
sebagainya.

Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk masuk perguruan tinggi
terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin dapat yang terdepan. Bagaimana
bisa kita kisa saksikan banyak orang yang berlomba untuk mendapat penghidupan yang bahagia
kelak,namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat.

Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja perhatikan
bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan
Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang
dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah.

Di dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan
shaf terdepan pada orang lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang. Akhirat diberikan
pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria.

Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela jadi
yang terbelakang.

Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-
Baqarah 148 yang Artinya :

“ Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Isi kandungan ayat diatas adalah :


Setiap umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan
orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin
menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat,
beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh
dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..

Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala amal perbuatannya.
Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan
seluruh manusia pada hari pembalasan. Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau
kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan
bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik yg dilakukannya maka
akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT.

Paling tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama ikhlas dalam beramal
yakni,Pertama ,melakukan suatu amal dengan niat semata-mata ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya
dalam arti mengharap pujian dari selain Allah SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw
bersabda yang artinya “Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya”. Kedua melakukan
kebaikan itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah baik bila dalam melakukan amal
dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh Allah SWT karen ini termasuk bagian
dari mencari selain Islam sebagai agama hidupnya yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yg
sudah disebutkan pada ayat di atas.

Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang
terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan masing-masing orang harus berusaha
melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di
dunia dan ini pula yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak.

Selain itu, terdapat juga hadist yang berbunyi sebagai berikut :

“Bersegeralah kalian untuk melakukan amal shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam
yan gelap gulita, yaitu seseorang di waktu pagi dia beriman tetapi pada waktu sore dia kafir, atau pada
waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya ia kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit
keuntungan dunia.”

Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari sebuah dosa. Dimanapun
kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap harinya ,entah kita sadari atau tidak.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah
berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan

Taqabbalallaahu minna waminkum taqabbal yaa kariimu, wassalaamu' alaikum warahmatullaahi


wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk
masuk perguruan tinggi terkemuka, kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana
setiap orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat
penghidupan yang bahagia kelak. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang
berlomba dalam hal akhirat. Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang
mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja perhatikan bagaimana orang-orang lebih
senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an
Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa
saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah. Di
dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai
menyerahkan shaf terdepan pada orang lain. “Monggo, Bapak saja yang di depan”,
ujar seseorang. Akhirat diberikan pada orang lain(?). Padahal shaf terdepan adalah
shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria. Demikianlah karena
tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela
jadi yang terbelakang.

Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman
Allah Ta’ala,

َ ‫ض َها َو َجنَّة َر ِبِّ ُك ْم ِم ْن َم ْغ ِف َرة ِإلَى‬


‫سا ِبقُوا‬ ُ ‫ع ْر‬َ ‫ض‬ ِ ‫اء َك َع ْر‬
ِ ‫س َم‬َّ ‫ض ال‬ ْ ‫اَلل آ َ َمنُوا ِللَّذِينَ أ ُ ِعد‬
ِ ‫َّت َو ْاْل َ ْر‬ ِ َّ ِ‫س ِل ِه ب‬
ُ ‫َو ُر‬
َ‫ض ُل َذلِك‬ َّ ‫ض ِل ذُو َو‬
ِ َّ ‫َللاُ يَشَا ُء َم ْن يُؤْ تِي ِه‬
ْ َ‫َللا ف‬ ْ َ‫ْالعَ ِظ ِيم ْالف‬

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga


yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
(QS. Al Hadiid: 21)

Ada beberapa faedah yang bisa kita petik dari ayat di atas.

Faedah pertama

Dalam ayat ini begitu jelas bahwa Allah memerintahkan berlomba-lomba untuk
meraih ampunan dan surga-Nya.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Berlombalah menjadi yang terdepan
dalam beramal sholih yang menyebabkan datangnya ampunan dari Rabb kalian,
serta bertaubatlah atas maksiat yang kalian perbuat.”[1]

Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allah memerintahkan untuk berlomba-


lomba dalam meraih ampunan Allah, ridho-Nya, dan surga-Nya. Ini semua bisa
diraih jika seseorang melakukan sebab untuk mendapatkan ampunan dengan
melakukan taubat yang tulus, istighfar yang manfaat, menjauh dari dosa dan jalan-
jalannya. Sedangkan berlomba untuk meraih ridho Allah dilakukan dengan
melakukan amalan sholih dan semangat menggapai ridho Allah selamanya (bukan
sesaat). Bentuh dari menggapai ridho Allah tadi adalah dengan berbuat ihsan
(berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Khaliq dan berbuat ihsan dalam
bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi.”[2]

Faedah kedua

Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk menjadi yang


terdepan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,

ْ ُ‫فَا ْستَبِق‬
ِ ‫واُال َخي َْرا‬
ُ‫ت‬

“Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).

ْ ‫َوفِيُذَلِكَ ُفَ ْليَتَنَافَ ِس‬


َُ‫ُالمتَنَافِسون‬

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al


Muthoffifin: 26). Artinya, untuk meraih berbagai nikmat di surga, seharusnya setiap
berlomba-lomba.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan, “Para sahabat memahami bahwa


mereka harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan di surga. Mereka berusaha
menjadi terdepan untuk menggapai derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu,
jika di antara mereka melihat orang lain mendahului mereka dalam beramal,
mereka pun bersedih karena telah kalah dalam hal itu. Inilah bukti bahwa mereka
untuk menjadi yang terdepan.”[3]

Kita dapat melihat pula dalam kalam ulama salaf lainnya.


Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain
mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat.”

Wuhaib bin Al Ward rahimahullah mengatakan, “Jika engkau mampu tidak ada yang
bisa mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah.”

Sebagian salaf mengatakan, “Jika engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah
darimu, seharusnya engkau bersedih karena telah kalah dalam hal ini.”[4]

Coba kita bayangkan keadaan kita saat ini. Tidak ada rasa sedih. Tidak ada rasa
dikalahkan. Perasaan hanya biasa-biasa saja jika ada yang mengungguli kita dalam
hal akhirat. Akhirnya, untuk menggapai surga pun menjadi lemah. Kemanakah hati
yang lemah? Yang Allah tunjukilah kami ke jalan-Mu!

Faedah ketiga

Bagaimanakah luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,

َ ٍُ‫َو َجنَّة‬
ِ ‫ع ْرض َهاُ َك َع ْر‬
‫ضُالسماءُواألرض‬

“Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi”. Asy


Syaukani rahimahullah mengatakan, “Jika lebar surga saja selebar langit dan bumi.
Lantas bagaimanakah lagi dengan panjangnya.”[5] Demikianlah luasnya surga.
Namun sedikit yang mengetahui hal ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia
begitu dikejar dibanding akhirat. Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga
dibanding dunia. Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ُمنَ ُالدُّ ْن َي‬


‫اُو َماُفِي َها‬ ْ ِ‫س ْوطٍ ُف‬
ِ ‫ىُال َجنَّ ِةُ َخي ٌْر‬ َ ُ‫ضع‬
ِ ‫َم ْو‬

“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan
seisinya.”[6] Seharusnya kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.

Faedah keempat

Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Iman yang dimaksud
di sini mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman yang di luar pokok
agama (furu’).[7] Dari sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang wajib
diimani. Namun pada perkara yang di luar pokok agama jika telah sampai ilmunya
pada kita, wajib pula diimani. Contohnya, kita punya kewajiban beriman pada hari
akhir secara umum. Namun jika datang ilmu mengenai perinciannya seperti di
antara tanda datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal, maka ini juga patut
diimani.

Faedah kelima

Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat


Allah.[8] Sebagaimana pula disebutkan dalam hadits,

ْ ‫ع َمله‬
ُ‫ُقَالوا‬.ُ»َُ‫ُال َجنَّة‬ َ ُ‫ََُّللاُِ–ُصلىُهللاُعليهُوسلمُ–ُيَقولُ«ُلَ ْنُيد ِْخلَُأ َ َحدًا‬ َّ ‫ُرسول‬
َ ‫س ِم ْعت‬ َ َُ‫أ َ َّنُأَبَاُه َري َْرة َُقَال‬
‫ُو َرحْ َم ٍُة‬
َ ‫ض ٍل‬ َّ ِ‫ُوالَُأَنَاُ ِإالَُّأ َ ْنُيَتَغَ َّمدَن‬،ُ
ْ َ‫ىَُّللاُ ِبف‬ َ َ‫ََُّللاُِقَالَُ«ُال‬ َ َ‫َوالَُأ َ ْنتَ ُي‬
َّ ‫اُرسول‬

Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam
surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau
menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat
Allah.”[9]

Sedangkan firman Allah Ta’ala,

َُّ ‫َّتُ ِللَّذِينَ ُآ َ َمنواُ ِب‬


ُ‫اَللُِ َورس ِل ِه‬ ِ ‫ُو ْاأل َ ْر‬
ْ ‫ضُأ ِعد‬ َ ‫اء‬
ِ ‫س َم‬ َ ٍُ‫َو َجنَّة‬
ِ ‫ع ْرض َهاُ َك َع ْر‬
َّ ‫ضُال‬

“Surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya”. Mungkin ayat ini dapat dipahami
bahwa seseorang memasuki surga karena amalannya yaitu beriman pada Allah dan
Rasul-Nya. Bagaimana mengkompromikannya?

Ada beberapa penjelasan para ulama mengenai hal ini:

1. Yang dimaksud seseorang tidak masuk surga dengan amalnya adalah


peniadaan masuk surga karena amalan.
2. Amalan itu sendiri tidak bisa memasukkan orang ke dalam surga. Kalau
bukan karena karunia dan rahmat Allah, tentu tidak akan bisa
memasukinya. Bahkan adanya amalan juga karena sebab rahmat Allah
bagi hamba-Nya.
3. Amalan hanyalah sebab tingginya derajat seseorang di surga, namun
bukan sebab seseorang masuk ke dalam surga.
4. Amalan yang dilakukan hamba sama sekali tidak bisa mengganti surga
yang Allah beri. Itulah yang dimaksud, seseorang tidak memasuki surga
dengan amalannya. Maksudnya ia tidak bisa ganti surga dengan
amalannya. Sedangkan yang memasukkan seseorang ke dalam surga
hanyalah rahmat dan karunia Allah.[10]
Faedah keenam

Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta’ala.
Sebagaimana hal ini dapat kita lihat dalam hadits berikut.

َ ‫ُفَقَالواُذَه‬-‫صلىُهللاُعليهُوسلم‬-ُِ‫ََُّللا‬
ُ‫َب‬ َّ ‫اُرسول‬ َ ‫اج ِرينَ ُأَت َْو‬ ْ ‫ع ْنُأَبِىُه َري َْرة َُ–ُ َو َهذَاُ َحدِيثُقت َ ْي َبةَُأ َ َّنُفقَ َرا َء‬
ِ ‫ُالم َه‬ َ
ُ‫ىُويَصومونَ ُ َك َما‬ َ ‫ص ِل‬ ِّ َ ‫صلونَ ُ َك َماُن‬ ُّ َ َ َ َ ْ
َ ‫ُقالواُي‬.»ُ َ‫ُفقالَُ«ُ َو َُماُذاك‬.‫ىُوالن ِع ِيمُالم ِق ِيم‬ َّ َ ْ
َ ‫ورُبِالد ََّر َجاتُِالعل‬ ِ ‫أهلُالدُّث‬ ْ َ
ِّ
ُ‫ع ِلمك ْم‬ َ
َ ‫ُ«ُأفَالَُأ‬-‫صلىُهللاُعليهُوسلم‬-ُِ‫َُّللا‬ َّ ‫َُرسول‬ َ ‫ُفَقَال‬.‫ُوالَُن ْعتِق‬ َ َ‫ُوي ْعتِقون‬ َ ‫صد َّق‬َ َ ‫ُوالَُنَت‬ َ َ‫صدَّقون‬ َ َ ‫ُو َيت‬
َ ‫نَصوم‬
ُ‫صنَ ْعت ْم‬ َ ُ‫ُمثْلَُ َما‬
ِ ‫صنَ َع‬َ ُ‫َُم ْنك ْمُإِالَُّ َم ْن‬ِ ‫ضل‬ َ ‫ُوالَُيَكونُأ َ َحدٌُأ َ ْف‬ َ ‫ُوت َ ْسبُِقونَ ُبِ ِهُ َم ْنُبَ ْعدَك ْم‬َ ‫سبَقَك ْم‬َ ُ‫ش ْيئًاُتد ِْركونَ ُبِ ِهُ َم ْن‬ َ
ُ‫َُأبو‬َ ُ ‫ُقَال‬.»ًُ‫اُوثَالَثِينَ ُ َم َّرة‬َ ً ‫صالَةٍُثَالَث‬ َ ُ‫ُوتَحْ َمدونَ ُدب َرُك ِِّل‬ َ َ‫ُوت َك ِبِّرون‬ َ َ‫س ِبِّحون‬ َ ‫ُقَالَُ«ُت‬.ِ‫ََُّللا‬ َّ ‫اُرسول‬ َ ‫ُقَالواُ َبلَىُ َي‬.»
ُ‫س ِم َعُإِ ْخ َواننَاُأ َ ْهلُاأل َ ْم َوا ِلُبِ َما‬
َ ُ‫ُفَقَالوا‬-‫صلىُهللاُعليهُوسلم‬-ُِ‫َُّللا‬ َّ ‫ىُرسو ِل‬ َ َ‫اج ِرينَ ُإِل‬ ِ ‫ُالم َه‬ ْ ‫صا ِلحٍُفَ َر َج َعُفقَ َراء‬
َ
َّ ‫ُ«ُذَلِكَ ُفَضْل‬-‫صلىُهللاُعليهُوسلم‬-ُِ‫َُّللا‬
»ُ‫َُّللاُِيؤْ تِي ِهُ َم ْنُيَشَاء‬ َّ ‫َُرسول‬ ْ
َ ‫ُفَقَال‬.‫واُمثلَه‬ ْ
ِ ‫فَ َعلنَاُفَفَ َعل‬

Dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- bahwa orang-orang fakir
Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, “Orang-
orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang
abadi.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Maksud kalian?” Mereka
menjawab, “Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka
berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak
bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa
melakukannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah
aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-
orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan
orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain
yang berbuat seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Baiklah wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap
habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Abu shalih berkata, “Tidak lama
kemudian para fuqara’ Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan berkata, “Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar
yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya!“[11]

Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Seorang hamba


dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang mungkin
dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat memberi
apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di tangan-
Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir.”[12]

Begitu nikmat-Nya semakin merenungkan kalam ilahi. Ya Allah, berilah taufik pada
kami untuk semakin dekat pada-Mu.

Diselesaikan saat diturunkannya anugerah hujan di Panggang-GK, 24 Ramadhan


1431 H (3/9/2010)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com

[1] Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7/156.

[2] Taisir Al Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar


Risalah, 1423 H, hal. 841.

[3] Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama,
1428 H, hal. 428.

[4] Idem.

[5] Fathul Qodir, 7/156.

[6] HR. Bukhari no. 3250.

[7] Taisir Al Karimir Rahman, hal. 841.


[8] Ma’alimut Tanzil, Al Baghowi, Dar Thoyyibah, cetakan keempat, 1417 H, 8/40.

[9] HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816.

[10] Disarikan dari Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Salim bin ‘Ied Al
Hilali, Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, 1430 H, 3/18-19.

[11] HR. Muslim no. 595.

[12] Fathul Qodir, 7/157.

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/1235-berlomba-dalam-meraih-pahala.html

You might also like