You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Pembersih oven, soda pembersih, dan soda kaustik merupakan contoh
basa dalam rumah tangga. Cuka, cairan aki dan jus lemon adalah contoh asam dalam rumah
tangga. Pada larutan encer zat ini tidak terlalu berbahaya, tetapi dalam larutan pekat asam dan
basa dapat berbahaya dan bersifat korosif.
Asam dan basa juga ditemukan dalam tubuh. Di dalam tubuh kadar asam basa harus
diregulasi terus menerus, jika kadar asam dalam terlalu tinggi (asidosis) atau kadar basa
terlalu tinggi (alkalosis), pasien dapat sakit berat atau bahkan meninggal. Terapi bagi pasien
yang mengalami asidosis dan alkalosis dilakukan berdasarkan reaksi asam dan basa.
Dengan demikian kelompok kami bermaksud untuk membuat makalah mengenai
asam dan basa. Dimana asam dan basa disini adalah asam dan basa yang berkaitan dengan
dunia keperawatan.

B. Tujuan
1. Mendefinisikan istilah asam dan basa
2. Mendefinisikan istilah netralisasi
3. Membedakan asam/basa kuat dan asam/basa lemah
4. Menjelaskan skala pH dalam pemgertian konsentrasi ion hidrogen
5. Menjelaskan sistem buffer utama dalam tubuh dan bagaimana sistem tersebut
mempertahankan pH tubuh
6. Menjelaskan istilah asidosis/alkalosis metabolik dan asidosis/alkalosis respiratorik.

C. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah mahasiswa dapat :
1. Mengetahui asam dan basa dalam tubuh
2. Istilah netralisasi
3. Membedakan asam/basa kuat dan asam/basa lemah
4. Mengetahui skala pH dalam pengertian konsentrasi ion hidrogen

1
5. Mengetahui sistem buffer utama dalam tubuh dan bagaimana sistem tersebut
mempertahankan pH tubuh
6. Mengetahui istilah asidosis/alkalosis metabolik dan asidosis/alkalosis respiratorik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Asam dan Basa


1. Asam
Sifat yang dimiliki semua asam adalah bahwa di dalam larutan asam akan berdisosiasi
untuk mendonorkan (memberikan) ion hidrogen H+. Contohnya, pada asam klorida :
HCL(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Asam klorida ion hidrogen ion klorida
Jadi suatu asam didefinisikan sebagai donor ion hidrogen. Ion hidrogen juga dikenal
sebagai proton. Terdapat beberapa cara untuk mengenali atau menjelaskan suatu
asam, yaitu :
 Memiliki rasa asam
 Bersifat korosif – membakar jaringan
 Membuat kertas lakmus menjadi merah
 Bereaksi dengan basa membentuk garam dan air – netralisasi
 Memiliki pH kurang dari 7

2. Basa
Basa merupakan akseptor ion hidrogen. Basa yang dapat larut dalam air disebut
alkali.Semua alkali adalah basa tetapi tidak semua basa adalah alkali.
Alkali beNaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Ion hidroksida dapat menerima ion hidrogen untuk kemudian membentuk air.
OH-(aq) + H+(aq) H2O(l)
Beberapa cara laindapat digunakan untuk mengenali atau menjelaskan suatu basa :
 Memiliki rasa sedikit pahit atau rasa logam
 Bersifat korosif – membakar jaringan
 Membuat kertas lakmus menjadi biru
 Bereaksi dengan asam membentuk garam dan air – netralisasi
 Memiliki pH lebih dari 7

3
3. Netralisasi
Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies garam
yang biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi
netralisasi, yang secara umum mengikuti persamaan kimia berikut ini:

HA + BOH → BA + H2O
Sengat atau racun dari banyak tumbuhan dan binatang mengandung asam dan basa,
sehingga diduga hal tersebut dapat ditangani dengan netralisasi.Contonhnya jika seseorang
tersengat semut atau tumbuhan gatal yang mengandung asam metanoat (asam format), maka
hal ini dapat dinetralisasi dengan pemberian amonia yang bersifat basa seperti pada salep-
salep untuk gigitan serangga, misalnya Aferbite.

Gangguan pencernaan disebabkan oleh berlebihnya asam klorida di lambung.


Kelebihan asam dapat terjadi dalam waktu lama pada pasien ulkus peptikum. Gejala rasa
panan di dada disebbkan oleh refluks asam lambung ke esofagus. Rasa panas ini sering
disebabkan oleh kehamilan, obesitas, dan hernia hiatus. Salah satu terapi gangguan
pencernaan dan refluks gastro- esofageal adalah netralisasi asam dengan tablet yang
mengandung basa (antasida) seperti magnesium klorida (susu magnesium) dan alumunium
hidroksida. Pemberian basa ini akan menetralkan kelebihan asam lambung dan membentuk
garam dan air.

2HCl(aq) + MgOH2(s) MgCl2(aq)+ 2H2O(aq)

Jika tablet ini mengandung kalsium karbonat atau natrium bikabornat, maka reaksi
netralisasi akan membentuk garam, air, dan gas karbon dioksida. Pembentukan karbon
dioksida dapat dirasakan sebagai sendawa.

Akan tetapi, penggunaan jangka panjang atau berlebihan dari tablet-tablet ini dapat
menyebabkan alkalosis metabolik atau acid rebound karena karbon dioksida yang dihasilkan
akan meningkatkan kesamaan lambung.

Kebalikan dari reaksi netralisasi disebut dengan reaksi hidrolisis garam. Pada reaksi
hidrolisis, garam bereaksi dengan air membentuk asam atau basa.

BA + H2O → HA + BOH

4
4. Garam

Garam merupakan nama umum senyawa yang terbentuk pada proses netralisasi.
Garam yang larut di dalam air disebut elektrolit dalam larutan karena akan berdisosiasi
menjadi ion-ion. Eletrolit sangat esensial untuk fungsi tubuh yang baik. Implus saraf,
kontraksi otot, dan regulasi cairan tubuh tergantung dari adanya elektrolit. Garam yang paling
sering ditemukan di dalam tubuh adalah kalsium fosfat yang terdapat pada tulang dan gigi.
Minuman bersoda dan jus buah bersifat asam dan biasanya juga mengandung banyak gula
yang dapat dikonversi menjadi asam laktat oleh bakteri di mulut. Jadi minum minuman
besoda dan jus buah yang manis dapat menyebabkan karies (lubang) gigi karena asama yang
terdapat dalam minuman akan melarutkan garam kalsium di gigi.

5. Asam/Basa Kuat dan Asam/Basa Lemah

Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih
sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kua
tmelepaskan H+.Contohnya H2CO3.

Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena
itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang
bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah HCO3-
karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.Kebanyakan asam
dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal
adalah asam dan basa lemah.

6. Skala pH
Skala pH dibuat berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.semakin banyak
ion hidrogen dalam larutan, maka pH akan semakin rendah. Begitu pula jika konsentrasi ion
hidroksida semakin tinggi. Skala pH berkisar dari 0 sampai 14 dan dinyatakan secara
matematis sebagai berikut :
pH = - log10[H+]
Tanda kurung ([ ]) menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter.
Konsentrasi ion hidrogen yang normla dalam cairan tubuh sangatlah kecil, hanya 40nmol/L

5
(0,000000040 mol/L) sehingga digunakan skala logaritma untuk menghindari penggunaan
angka nol yang terlalu banyak. Kerugian menggunakan skala logaritma adalah :
 Satu satuan pH menunjukkan perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam kelipatan
sepuluh (x10)
 Peningkatan konsentrasi ion hidrogen akan menyebabakan penurunan pH

Pada pH 7 konsentrasi ion H+ setara dengan konsentrasi ion OH- dan larutan bersifat
netral. Air murni memiliki pH 7 pada suhu 25oC karena air hanya sedikit berdisosiasi
membentuk ion H+ dan OH- dalam jumlah yang sama. Larutan dengan pH di bawah 7 pada
suhu 25oC bersifat asam. Semakin rendah pH larutan akan semakin asam. Larutan dengan pH
lebih besar dari 7 pada suhu 25oC bersifat basa atau alkali. Semakin tinggi pH, semakin basa
larutan tersebut. Sehingga setiap zat yang membentuk ion H+ atau OH- akan menyebabkan
perubahan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.

7. pH Cairan Tubuh

Setiap perubahan pH akan mempengaruhi semua reaksi kimia dalam tubuh. Enzim
dan protein fungsionanl lainnya, seperti sitokrom dan hemoglobin, memiliki pH optimum
untuk bdekerja dengan baik sehingga sangat terpengaruh oleh perubahan pH yang sedikit
sekali pun.

Nilai pH pada lambung dan usus sangat berbeda. Enxim pepsin yang memecah
protein di lambung bekerja dalam kisaran pH 1,5 hingga 2. Jika kisaran pH ini tidak di
pertahanakan, maka terjadi gangguan pencernaan protein. pH lambung yang asam juga dapat
menetralkan amilase dari salivayang memasuki lambung. Vagina memiliki pH yang asam
yaitu 4,5. Hal ini tidak hanya menjaga kesehatan vagina dengan menghambat pertumuhan
bakteri, tetapi juga merupakan lingkungan yang tidak baik untuk sperma yang bersifat sedikit
alkali. pH vagina akan berubah sesuai dengan umur, dan bersifat asam selama usia
reproduksi.sebelum pubertas dan setelah menopause vagina bersifat sedikit alkali.

Kisaran pH darah yang normal adalah 7,35 – 7,45. Kisaran pH yang memungkinkan
kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan jika pH darah arteri meningkat
diatas 7,45. Sebaliknya bila pH turun dibawah 7,35 disebut asidosis. Perubahan kecil pH

6
darah dapat berakibat fatal, pasien dengan pH darah 7,25 atau 7,7 biasanya akan mengalami
koma.

Ion hidrogen diproduksi secara terus menerus oleh tubuh. Dua sumber utama hidrogen
adalah:
 metabolisme selular, misalnya respirasi anaerobik yang memproduksi asam laktat,
metabolisme lemak yang memproduksi bada keton. Juga fosfor dan sulfur yang
terdapat dalam asam amino dan lipid dimetabolisme menjadi asam fosfat dan asam
sulfat. Asam-asam ini disebut juga nonvolatil atau asam tetap.
 Respirasi selular – dalam 24 jam di produksi 10.000-20.000 mmol karbon dioksida dan
diubah menjadi asam karbonat sebelum diekskresi oleh paru-paru.

Hal ini berarti bahwa harus terdapat sistem tubuh yang mengatur kadar asam basa.
Sistem tubuh tersebut adalah
a. Sistem buffer kimiawi
b. Sistem regulasi respirasi (paru-paru)
c. Sistem regulasi renal (ginjal)
Semua sistem ini bekerja bersama sebagai tim untuk meregulasi pH tubuh.

8. Sistem Buffer Dalam Tubuh


Buffer atau penyangga adalah larutan kimia yang menahan perubahan PH jika
terdapat penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah dan
garamnya,seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan
garamnya,seperti larutan amonia dan amonium klorida.

7
Jika pH menurun, maka garam ( natrium bikarbonat ) berperan sebagai basa yang akan
menerima ion hidrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika Ph meningkat asam lemah (
asam karbonat ) akan mendonorkan ion hidrogen kepada larutan, sehingga perubahan pH
akan “disangga”. Hal yang sebaliknya berlaku untuk basa lemah dan garamnya.

Secara umum buffer bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion hidrogen:
←Penurunan konsentrasi ion hidrogen
H+ + Buffer- Hbuffer
Peningkatan konsentrasi ion hidrogen→

Perhatikan bahwa ion hidrogen tidak dibuang dari tubuh hanya “ terperangkap “ oleh
buffer. Sistem buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah:
a. Sistem Buffer Bikarbonat
b. Sistem Buffer Fosfat
c. Sistem Buffer Protein
d. Sistem Buffer Hemoglobin
e. Sistem Buffer Amonia

Semua sistem buffer akan bekerja sama untuk mengembalikan pH dalam sekejap, tetapi
terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang dapat dijaga konstan oleh buffer. Hal
ini tergantung pada cadangan buffer yang tersedia, disebut juga kapasitas buffer. Jumlah
asam atau basa yang ditambahkan sangat besar maka sistem buffer tidak bisa mengatasinya.

1) Sistem Buffer bikarbonat


Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstra selular utama dan bertanggung
jawab mempertahankan pH darah. Karbondioksida yang terbentuk selama respirasi sel akan
larut dalam air plasma untuk membentuk asam karbonat. Asam Karbonat ini akan
berdisosiasi sebagai menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan
berperanasebagai akseptor ion hidrogen. Jika ion hidrogen ditambahkan kedalam tubuh,
seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion hidrogen
yang terbentuk dari asam laktat akan membentuk asam karbonat. Asam karbonat berperan
sebagai donor ion hidrogen. Jika ion hidrogen hilang dari tubuh, sepereti pada kasus muntah-
muntah berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan ion hidrogen
dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam karbonat adalah 20:1 (lihat
persamaan 1). Sistem bikarbonat menyangga 90% ion hidrogen dalam darah dan sngat

8
penting karena jumlah karbondioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan
ginjal. Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.

2) Sistem buffer Fosfat


Sistem ini serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari dihidrogen
fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan sebagai asam lemah dan basa
lemah (lihat persamaan 2). Buffer fosfat terutama mempertahankan Ph fluida intra selular dan
tubulus ginjal, sehingga tidak akan mempertahankan Ph darah, namun merupakan buffer
yang penting untuk urine.

3) Sistem Buffer Protein


Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam amino
mengandung gugus amino dasar ( NH2 ) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk asam amino
yang ada tergantung dari Ph ( lihat persamaan 3). Buffer protein merupakan sistem yang
sangat komplek dan akan mempertahankan Ph fluida intra selular dan plasma. Protein
hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu mentransport oksigen kejaringan dan juga
menyangga ion hidrogen yang transit dari sel ke paru.

4) Sistem Buffer Hemoglobin


Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel, karbon
dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat anhidrase. Asam karbonat
akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Kemudian
hemoglobin dan ion hidrogen tersebut bergabung membentuk hemoglobin tereduksi.Reaksi
ini terjadi karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah dibandingkan
oksihemoglobin dan asam karbonat sehingga akan berikatan lebih kuat dengan hidrogen.
Sehingga ketika oksigen dilepas, ion hidrogen yang terbentuk dari asupan karbondioksida
akan terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini akan mencegah perubahan pH.

Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini akan berdifusi keluar
kedalam plasma, menjadi bagian jadangan alkali dan menyangga ion hidrogen. Pada saat ion
bikarbonat berdifusi keluar eritrosit, ion klorida akan berdifusi masuk kedalam. Hal ini terjadi
untuk mempertahankan muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi
pergeseran klorida.

Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini, karbondioksida dan air akan
dibuang melalui proses pernafasan.

9
5) Sistem buffer amonia
Amonia terbentuk dalam tubulus ginjal dari pemecahan asam amino. Amonia akan
berdifusi kedalam tubulus ginjal, menyanggha ion hidrogen dalam filtrat ginjal dan
membentuk ion amonium. Ion amonium diekskresi diurin dan mencegah urin terlalu asam.
NH3 + H+ NH4+
Amonia ion hidrogen ion amonium

9. Regulasi pH Melalui Respirasi

Perubahan pernapasan (ventilasi) dapat mengubah pH dengan dramatis. Jika ventilasi


dipercepat dua kali lipat atau diperlambat setengahnya, maka pH dapat berubah 0,2 satuan.
Pada orang sehat produksi karbon dioksida adalah 10mmol/menit, dan dikeluarkan melalui
paru-paru dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan pembentukannya di jaringan.
Kecepatan ventilasi diregulasi secara tepat sesuai kadar PCO2 dan konsentrasi ion hidrogen
(pH) dalam darah arteri (PCO2 menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah
arteri). Kadar ini dimonitor oleh kemoreseptor perifer (badan karotis dan aorta) dan
kemoreseptor sentral di medula yang sensitif terhadap perubahan pH cairan
serebrospinal(kemoreseptor memberi respons terhadap perubahan kimiawi disekitarnya).
Respons yang diberikan adalah perubahan kecepatan dan kedalaman ventilasi. Nilai normal
PCO2 adalah 4,7-6,0 kPa atau 35-40 mmHg. Asidosis respitorik terjadi jika terdapat akumulasi
karbon dioksida dalam darah dan pengkatan PCO2 di atas normal, yaitu >6 kPa. Alkalosis
respiratorik terjadi jika karbon dioksida dibuang dari darah dan PCO2 turun di bawah normal,
yaitu <4,7 kPa.

Regulasi pH oleh ventilasi terjadi melalui dua mekanisme berikut :

a. Peningkatan PCO2 atau konsentrasi ion H+ akan menurunkan pH. Sebagai akibatnya,
pusat pernapasan dimedula akan terangsang dan pernapasan menjadi lebih dalam dan
cepat (hiperventilasi). Pernapasan yang dalam dan cepat akan mengeluarkan karbon
dioksida dan menggeser kesetimbangan ke kiri dan mengembalikan nilai ke kadar yang
normla. Hal ini juga merupakan mekanisme umpan balik negatif.
H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3-

10
b. Penurunan PCO2 atau konsentrasi ion H+ akan meningkatkan pH. Sebagai akibatnya,
terjadi penekanan pusat pernapasan di medula dan pernapasan menjadi lebih dangkal
dan lambat (hipoventilasi). Kesetimbangan persamaan akan terdorong ke kanan dan
menyebabkan akumulasi karbon dioksida sehingga mengembalikan nilai normal. Hal
ini juga merupakan mekanisme umpan balik negatif.

Reaksi sitem respirasi lebih lambat dibandingkan sitem buffer, yaitu sekitar 1-3 menit,
sedangkan sistem buffer bekerja dalam hitungan detik. Namun demikian, sistem respirasi
tidak seperti sistem buffer yang akan mengeluarkan ion hidrogen dari tubuh, sehingga tidak
ada batasan untuk kapasitas sistem respirasi.

10. Regulasi pH Oleh Ginjal

Terdapat sekitar 1,3 juta nefron pada setiap ginjal. Fungsi nefron adalah filtrasi,
sekresi dan reabsorbsi. Ginjal meregulasi pH secara selektif dengan membuang atau
mengembalikan ion-ion dan produk lainnya ke darah. Ginjal memfiltrasi 1,2 L darah per
menit.

Buffer bekerja dalam hitungan detik dan sistem respirasi dalam beberapa menit, tetapi
sistem ginjal memerlukan waktu beberapa jam behkan berhari-hari. Seperti halnya sistem
respirasi, ginjal membuang asam dan basa dari tubuh dan tidak ada batasan untuk kapasitas
sistem ini.

Ginjal bertanggung jawab membuang asam-asam tetap seperti asam laktat dan asam
fosfatyang terbentuk selama metabolisme. Penurunan pH karena akumulasi asam-asam ini
disebut juga asidosis metabolik. Regulasi ion bikarbonat hanya dilakukan oleh ginjal.
Reabsorbsi ion bikarbonat memungkinkan pembaruan sistem buffer. Akumulasi ion
bikarbonat di darah akan menyebabkan alkalosis metabolik. Selama asidosis metabolik, ginjal
mempertahankan pH dengan mensekresi ion hidrogen dan mereabsorbsi ion bikarbonat. Pada
alkalosis metabolik, terjadi reaksi sebaliknya.

11. Jika Aksi Penyeimbang Tidak Lagi Bekerja

Jika terjadi asidosis respiratorik, maka karbon dioksida akan berakumulasi dalam
darah karena terjadi hipoventilasi dan hal ini terlihat dari penurunan pH darah dan
peningkatan nilai PCO2. Alkalosis respiratorik jarang disebabkan oleh penyakit (patologis).
Karbon dioksida dibuang dari darah karena hiperventilasi, menyebabkan peningkatan pH

11
darah dan penurunan PCO2. Kelainan metabolik disebabkan oleh karbon dioksida. Asidosis
metabolik ditandai oleh penurunan pH darah dan kadar [HCO3-], sedangkan alkalosis
metabolik ditandai oleh peningkatan pH dan kadar [HCO3-]

Nilai normal kelebihan basa adalah nol. Pada alkalosis metabolik nilainya positif, dan
pada asidosis metabolik nilainya negatif.

12. Kompensasi-Kerjasama Antarsistem

Sistem buffer, sistem respirasi, dan sistem ginjal bekerja sama untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa dalam tubuh. Harus diingat bahwa dalam sistem homeostatik jika
satu sistem terganggu atau tidak bekerja dengan baik, maka sistem lainnya akan berusaha
mengkompensasi hal ini. Kompensasi ginjal dan respirasi dapat terlihat dari perubahan nilai
PCO2 dan bikarbonat darah. Kompensasi respiratorik berupa perubahan kecepatan dan
kedalaman ventilasi, sedangkan kompensasi ginjal berupa perubahan kadar ion bikarbonat
dalam darah.

13. Asidosis/Alkalosis Metabolik dan Asidosis/Alkalosis Respiratorik

14. Asidosis
Asidosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri dibawah 7.4. Asidosis ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu Asidosisrespiratorik dan asidosis metablolik.
a. Asidosis respiratorik
Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2 dalam darah. Hal
ini terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO2 akan mengakibatkan terjadi
peningkatan konsentrasi H2CO3 dan H+.
Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu
a. Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata
b. Gangguan pada otot-otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas
d. Obstruksi sel-sel napas baik atas akut

Kompensasi yang terjadi dalam tubuh untuk mengurangi PCO2 yaitu pertama dengan
cara meningkatkan ventilasi alveoli. Dengan peningkatan ventilasi alveoli ini tubuh akan
membuang kelebihan CO2 yang berlebih. Kompensasi selanjutnya yaitu dengan cara
peningkatan HCO3- plasma yang disebabkan oleh penambahan bikarbonat baru ke dalam

12
cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan HCO3- membantu mengimbangi peningkatan
PCO2- , sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.

Mekanisme penurunan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara
langsung terhadap peningkatan PCO2 darah. Peningkatan PCO2 akan meningkatkan PCO2 sel
tubulus, menyebabkan peningkatan pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang kemudian
merangsang sekresi H+ lebih banyak.

b. Asidosis metabolik
Pada asidosis metabolik, kelebihan H+ melebihi HCO3- yang terjadi di dalam cairan
tubulus secara primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO3-. Penurunan ini dikarenakan
penurunan konsentrasi HCO3- cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO3 ini dapat dikarenakan
hilang melalui ekresi ginjal maupun karena diare.

Selain karena penurunan kadar HCO3-, asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh
penambahan asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI.
Penambahan asam ini akan meningkatkan kadar H+ secara langsung. Inti dari penyebab
asidosis metabolik yaitu terjadi penurunan rasio HCO3-/H+. baik terjadi kekurang HCO3-
maupun peningkatan H+.

Kompensasi yang terjadi dalam tubuh paling primer yatiu dengan peningkatan
ventilasi alveoli. Peningkatan ini akan mengurangi PCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel, membantu memperkecil penurunan
awal konsentrasi HCO3- ekstrasel, serta meningkatakan ekskresi ion H+ untuk mengurangi
kadar ion H+ di CES.

15. Alkalosis
Alkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri diatas 7.4. Alkalosis ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik.
a. Alkalosis respiratorik
Hal ini merupakan kebalikan dari asidosis respiratorik. Terjadi akibat hiperventilasi
alveolar yang menyebabkan PCO2 turun secara drastis. Selain terjadi karena rangsangan saraf
pusat, seperti hiperventilasi psikogenik, keadaan hipermetabolik, ataupun karena gangguan
CNS, dapat juga karena hipokisia. Hipoksia ini dapat berupa pneumonia, gagal jantung
kongestif, fibrosis paru, ataupun tinggal di tempat tinggi yang kadar o2nya rendah.

13
Dikarenakan organ tubuh kekurangan o2 maka secara fisiologis tubuh akan berusaha
mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan cara meningkatkan ventilasi untuk
memenuhi kebutuhan o2, namun hal ini menyebabkan banyak CO2 banyak keluar dari tubuh.
Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan menurunkan ventilasi alveoli. Dengan
penurunan ventilasi ini diharapkan kadar CO2 di darah meningkat, sehingga dapat
menurunkan pH. Mekanisme peningkatan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi
respons secara langsung terhadap penurunan PCO2 darah. Penurunan PCO2 akan menurunkan
PCO2 sel tubulus, menyebabkan mengurangi pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang
kemudian penurunan sekresi H+. Dengan penurunan ekresi ini berarti H+yang direabsorbsi
akan meningkat, sehingga kadar H+ didalam darah meningkat.

Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO3-. Dimana dengan
peningkatan eksresi HCO3- akan mengakibatkan banyak ion H+ yang tidak berikatan yang
nantinya akan direabsobsi tubulus yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan
peningkatan konsentrasi H+ di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah.

b. Alkalosis metabolik
Seperti dijelaskan diatas tentang asidosis metabolik yang penyebab intinya yaitu
karena terjadi penurunan rasio antara HCO3-/H+. Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu
terjadi peningkatan rasio antara HCO3-/H+. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal ,
diantaranya yaitu peningkatan konsentrasi HCO3- dan/atau penurunan konsentrasi H+.

Hal –hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO3- salah satunya karena
konsumsi bikarbonat yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang
berlebihan.
Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H+ turun diantaranya yaitu
a. Pemberian diuretika(kecuali penghambat karbonik anhidrase)
Dengan penambahan obat diuretic akan menyebabkan aliran cairan di tubulus lebih
cepat, sehingga reabsobsi Na+ meningkat. Karena peningkatan reabsobsi Na+ selalu
berpasangan dengan sekresi H+, maka sekresi H+ meningkat pula. Selain itu reabsopsi
bikarbonat meningkat pula seiring dengan peningkatan ekskresi H+
b. Kelebihan alddosteron
Salah satu fungsi aldosteron yaitu meningkatkan reabsopsi Na+. seperti yang
dijelaskan diatas, terjadi juga alkalosis. Walaupun alkalosis yang disebabkan karena
peningkatan aldosteron merupakan alkalosis ringan.

14
c. Muntah
Muntah menyebabkan banyak HCl lambung keluar dari tubuh. Dengan demikian,
banyak ion H+ yang hilang dari tubuh. Alkalosis jenis ini banyak ditemukan pada neonates
yang mengalami obstruksi pylorus akibat hipertrofi sfingter pylorus.

Kompensasi primermya yaitu dengan penurunan ventilasi, yang meningkatkan


PCO2, dan peningkatan ekskresi HCO3- oleh ginjal, yang membantu mengompensasi
peningkatan awal konsentrasi HCO3- CES.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asam dan basa merupakan substansi yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari, asam dan basa juga ditemukan dalam tubuh. Di dalam tubuh kadar asam dan basa harus
diregulasi terus menerus. Jika kadar asam atau basa terlalu tinggi dapat menyebabkan pasien
sakit berat atau bahkan meninggal. Kadar asam yang terlalu tinggi dinamakan asidosis
sedangkan kadar basa yang terlalu tinggi disebut dengan istilah alkalosis.
Jika asam bereaksi dengan basa akan membentuk garam dan air, reaksi ini dinamakan
dengan netralisasi. Netralisasi berguna untuk menetralkan racun yang ada di dalam tubuh.
Yang perlu diperhatikan bahwa asam dan basa bersifat kororsif dan tidak boleh ditelan.
Selain itu setiap perubahan pH akan mempengaruhi semua reaksi kimia dalam tubuh,
hal ini berarti harus ada sitem tubuh yang mengatur kadar asam-basa. Sitem itu adalah sistem
buffer kimiawi, sistem regulasi respirasi dan sistem regulasi renal (gibjal), semua sistem ini
bekerja sama untuk meregulasi pH tubuh.

B. Saran
Sebaiknya kita lebih mendalami belajar tentang asam dan basa, karena sam dan basa
ditemukan dalam kehidapan sehari-hari bahakn terdapat dalam tubuh kita. Sebagai calon
perawat tentu kita harus mengetahui apa saja kegunaan atau fungsi dari asam dan basa
tersebut dalam tubuh kita. Dengan mempelajari asam dan basa kita juga dapat mengetahui
apa dampak jika kadar asam atau basa terlalu tinggi di dalam tubuh. Sehingga saran kami
para calon perawat harus lebih memahami asam dan basa dari segi keperawatan, agar kita
tidak salah merawat pasien.

16
DAFTAR PUSTAKA

 http://ayosz.wordpress.com/2008/02/21/kesimbangan-asam-basa/
 Jomes Joyce, Colin Baker, Helen Swain
 http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/keseimbangan-asam-basa.html
 http://kusumaimelda.blogspot.com/2013/06/buffer-dalam-tubuh.html (Buffer dalam
tubuh)

17

You might also like