Professional Documents
Culture Documents
Askep KKP KLMPK 2
Askep KKP KLMPK 2
KEPERAWATAN ANAK
“ASUHAN KEPERAWATAN KURANG KALORI PROTEIN”
KELAS: II C
KELOMPOK 2
FERA ANGGRIANI S
KARTINI
TITIEN RUKMANA SAFITRI
Puji ayukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelsaikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan-kekurngan yang masih harus kami perbaiki,dari itulah kami harapkan kritik serta
saran dari para pembaca guna meberikan masukan-masukan kepada kami untuk lebih baik kedepan.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang bagaimana
menangani klien dengan gangguan haematologi hususnya pada bayi dan anak.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan juga
berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak,
mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang
tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein. Protein yang
berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein berfungsi sebagai zat
utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang cukup dari makanan
tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang gizi adalah
salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan energi dan protein.
KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang. Gejala
kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat badananak tersebut lebih rendah
disbanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari berat badan
ideal.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien dengan KKP
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. definisi KKP
2. etiologi KKP
3. manifestasi klinik KKP
4. patofisiologi KK
5. komplikasi KKP
6. penatalaksanaan KKP pada anak
7. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan KKP
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
I. PENGERTIAN
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit
difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang
cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya
defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi
(Sediatoema, 1999).
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu KKP
ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan
pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan kwashiorkor marasmus. Malnutrisi
kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi
dan Rita Yuliani, 2001).
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG).
(Arief Mansjoer, 2000).
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
IV. KOMPLIKASI
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi
visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi
keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam
metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan
kelainan saraf, mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim
pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut,
glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik. Kekurangan
vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia,
trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding kapiler.
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian
dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan yodium dapat
menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan pembusukan mukosa
mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya
tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)
1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer, 2000) :
1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal 35,5 derajat
celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila
kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10%
(1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b. Selanjutnya berikan lanjutan
tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan
antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam
2. Atasi atau cegah hipotermi Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan cair /
formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut
sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau
peluk anak di dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5
derajat celcius
B. ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji tanda-tanda vital.
2) Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
3) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi hati,
pankreas dan usus.
4) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan membran
mukosa.
5) Pengamatan pada output urine.
6) Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses perkembangan anak.
7) Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi
BAB cair.
8) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual, muntahdan tanda : penurunan
berat badan.
9) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku anak melalui
rangsangan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya berupa anemia
hipokronik atau normokromik.
b) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal, dan kolesterol
normal atau merendah.
c) Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d) Kadar gula darah umumnya rendah.
e) Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f) Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g) Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah maupun
meninggi.
h) Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan indeks
hidroksiprolin menurun.
i) Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus perlemakan
berat.
j) Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k) Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l) Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase, esterase, kolin esterase, transaminase
dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
m) Defisiensi asam folat, protein, besi.
n) Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino
meningkat.
c. Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.
2. Diagnosa keperawatan
A. Pada Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau makan,
anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg per 3
hari.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional:
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.
Rasional :
a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai
kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa
bantuan orang lain.
Intervensi :
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b. Menjaga personal hygiene pasien
c. Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk kesehatan.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional :
a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan tubuh.
b. Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan pasien.
c. Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
B. Pada marasmus.
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan pasien tidak mau
makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari , rambut tidak kusam,
penderita mau makan.
Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan.
d. Memberi makanan TKTP
e. Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f. Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional :
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi pasien.
e. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan
turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit normal, bibir lembab,
pasien tidak mengeluh haus, nadi normal.
Intervensi :
a. mengukur tanda vital pasien.
b. Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c. Mengukur input dan output tiap 6 jam.
d. Memberikan cairan lewat parenteral
Rasional :
a. Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
b. Alternative penggantian cairan secara cepat.
c. Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien.
d. Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui parenteral.
Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit normal, mokusa
bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal.
Rasional :
a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas pasien.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
bantuan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA