You are on page 1of 8

KORUPSI

Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Dalam arti yang luas,
korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.
Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan
untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan,
dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu
tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi


Dalam mencegah tindak pidana korupsi perlu adanya introspeksi diri masing-masing
supaya dalam pencegahan korupsi tersebut dapat diharapkan yang lebih baik, dimana pribadi-
pribadi kita sendiri harus menyadari bahwa korupsi ini dapat merusak kepribadian diri sendiri
maupun juga orang banyak. Dalam mencegah tindak pidana korupsi harus bermula dari diri
sendiri dan kemudian secara bersama-sama untuk mencegahnya. Dalam hal ini penulis ingin
memberikan suatu contoh yang realita dan tanpa kita sadari bahwa kita sudah mengajari dan
melatih para generasi penerus bangsa. Dimisalkan seorang Kepala rumah tangga menyuruh
seorang anak berbelanja ke warung dengan memberikan uang sejumlah Rp. 20.000 kemudian
kembalinya si anak tersebut si Kepala rumah tangga tidak menanyakan sisa uang/kembalian
uang belanja kepada si anak dan kemudian si anak tidak mengembalikan sisa uang tersebut
kepada si kepala rumah tangga dan mempergunakan sisa belanja tersebut untuk belanja
makanan.
Dalam pencegahan (Preventif) tindak pidana korupsi tentu perlu adanya suatu upaya-
upaya yang harus dilakukan terhadap pejabat-pejabat pemerintahan yang sedang memegang
suatu kekuasaan antara lain:
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada
bangsa dan Negara melalui pendidikan formal, informal dan agama
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis
Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung
jawab yang tinggi
c. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua
Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi
Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab tinggi dan
dibarengi oleh sistem control yang efisien.
d. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok
Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan.
Upaya Mencegah Korupsi:
a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi
b. Mendorong pemerintah untuk melakukan reformasi publik sektor dengan mewujudkan
good governance
c. Membangun kepercayaan masyarakat
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi

Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penegak hukum
kepada pelaku yang terbukti melakukan kejahatan korupsi dengan diberikan peringatan, dan
dilakukan pemecatan kepada oknum-oknum pemerintahan secara tidak hormat dan dihukum
pidana. Dengan cara penanggulangan kejahatan korupsi dengan hukum pidana dapat
memberikan efek jera kepada pelaku-pelaku tindak pidana korupsi agar pemerintahan
Indonesia semakin makmur dan berkembang untuk menuju pemerintahan yang baik.

Upaya Memberantas Tindak Pidana Korupsi


Semulanya dalam hal memberantas tindak pidana korupsi sudah dilakukan upaya
dalam memberantas tindak pidana korupsi yaitu sejak orde lama pada tahun 1960 yaitu
dibentuknya team pemberantasan tindak pidana korupsi yang memiliki dasar sesuai dengan
keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 228 tahun 1967 saat yang memimpin team
tersebut adalah Jaksa Agung tetapi sangat disayangkan karena pada masa tersebut belum
terlihat hasil yang memuaskan dalam memberantas tindak pidana tersebut. Kemudian
berkembang pada masa orde baru dimana masa ini dibuat undang-undang nomor 31 tahun
1971, dalam undang-undang ini juga melakukan upaya memberantas tindak pidana korupsi
tetapi menemukan suatu kegagalan disebabkan karena kemajuan iptek yang sangat pesat
dengan modus operandinya lebih canggih dan modern. Undang-undang telah dibuat gagal
dalam pelaksanaannya. (Baca juga: Pembaharuan Hukum Pidana dan Pemberantasan
Korupsi)
Pada Tahun 1999 dikeluarkan kembali undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang
tindak pidana korupsi, dan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas
undang-undang No 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi, secara yuridis dalam hal
memberantas tindak pidana korupsi pada pasal 1 angka 3 yaitu : Serangkaian tindakan untuk
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervise,
monitor, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan, dengan peran
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tentunya disini Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai dengan ketetapan undang-
undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi komisi
independen memiliki peran yang sangat penting dan kewenangan yang sangat besar dalam
hal memberantas tindak pidana korupsi, KPK juga memiliki agenda yang penting antara lain

Faktor – Faktor Penyebab Korupsi


Tindakan korupsi merupakan tindak kejahatan yang terjadi akibat penyelewengan
wewenang atau tanggung jawab. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat
kompleks. Faktor –faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku – pelaku korupsi dan juga
bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif untuk melakukan korupsi (faktor
eksternal). Dengan demikian secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam diri setiap
individu. Faktor internal dapat diperinci menjadi:
a. Sifat tamak/rakus manusia
Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi
ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan tidak pernah merasa
puas terhadap apa yang telah dimiliki
b. Gaya hidup konsumtif
Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar merupakan hal yang sering
mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu, apabila Perilaku konsumtif
tidak di imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal tersebut akan membuka
peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
c. Moral yang kurang kuat
Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda untuk melakukan
tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak
lain yang memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.

Faktor Eksternal,merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang berasal dari
luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika
terjadi intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan
kekuasaannya.
b. Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek
perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum. Hal lain yang
menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum, mudah
ditemukan aturan – aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas
sehingga menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping dengan
aturan lain.
c. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya,
maka seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua
kebutuhan.
d. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak hanya
organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian yang ada
didalam lingkungan masyarakat. Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut
pandang organisasi meliputi:
 Kurang adanya teladan dari pemimpin
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
 Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti korupsi
berjumlah 9 buah, yaitu :
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku juga
disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan
salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak
akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi
seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat diwujudkan dalam bentuk tidak
melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme
dan tidak memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah
dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai
seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa
kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang berkembang
didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha
memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya
dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain itu, secara umum sebagai
masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti dengan turut membantu
jika terjadi bencana alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial
terhadap individu dan kelompok lain.

3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri
diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya
untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin
ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki
dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan
kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain
dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan
dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada
pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki
tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik.
Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan
mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat
diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai
baik, mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang
diberikan.

6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan
dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang
sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya
pengetahuan.

7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak
hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana,
seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.
\
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin
matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara
jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya,
yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat
dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban.
Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi
meliputi ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat
yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah
otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih
fundamental merujuk kepada kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan.
(Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki
legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah
akuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome,
akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya,
akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan
dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja
administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik
secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi
dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang.

3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting
komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi
dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value
for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan.

4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap
kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan
evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai.

Gerakan Kerja Sama Internasional dan Instrumen Pencegahan Korupsi


a. 8 Declaration on Recovering Proceeds of Corruption
Adopsi atas The G8 Ministerial Declaration on Recovering Proceeds of Corruption
atau Deklarasi G8 atas Pengembalian Aset hasil Korupsi ini dilakukan pada saat pertemuan
G8 Justice and Home Affairs Ministers yang diadakan di Washington, 11 May 2004.
Deklarasi ini membuka jalan untuk serangkaian inisiatif dengan tujuan untuk membantu
negara korban kejahatan korupsi mendapatkan kembali aset korupsi itu. Dalam hal
Pengembalian Aset, Deklarasi ini melengkapi inisiatif StAR atau Stolen Assets Recovery
Initiatif.
Deklarasi ini meminta negara-negara G8 untuk:
 Membentuk suatu team gabungan yang berisi ahli dalam Bantuan Timbal Balik
ketikamenerima permintaan dari negara korban
 Membentuk satuan tugas berdasarkan kasus atas permintaan dari negara korban
 Menyelenggrakan workshop regional sebagai sarana tukar menukar informasi
dengan negara korban dalam hal teknik-teknik investigasi keuangan internasional
dan tata cara bantuan timbal balik
 Memastikan tiap-tiap negara G8 mempunyai aturan yang meminta dilakukan
Penelusuran Lebih Ketat atau enhanced due diligence untuk rekening orang-orang
yang masuk kategori Politically Exposed Persons, dalam hal aturan tentang
Informasi transaksi digital [Wire Transfer Originator Information]
 Menyusun manual tentang prosedur permintaan dan pengembalian aset
 Mencari alternatif yang lebih efektif dalam mengembalikan aset hasil kejahatan
korupsi
b. StolenAssets Recovery [StAR] Initiative
The Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative, yang diluncurkan oleh World Bank dan
UNODC di New York, pada tanggal 17 September 2007, bertujuan untuk menolong negara-
negara berkembang mendapatkan kembali aset/dana tercuri itu dan membantu mereka dalam
mempergunakan dana curian yang dikembalikan itu untuk kepentingan pembangunan. Untuk
mencapai tujuan itu, peranan negara-negara maju juga disebut terutama untuk mengurangi
halangan kembalinya dana-dana curian itu ke negara yang berhak. Dalam prakteknya, StAR
didesain untuk bekerja di 4 area:
 Membantu negara-negara berkembang memperkuat lembaga penegak hukum dan
proses penegakkan hukumnya.
 Memperkuat integritas Pasar Keuangan dengan mengajak lembaga-lembaga
keuangan agar mematuhi peraturan tentang pencucian uang dan memperkuat kerja
sama di antara financial intelligence units [seperti PPATK] di seluruh dunia.
 Membantu negara-negara berkembang dalam mengembalikan asetnya dengan cara
memberikan pinjaman atau hibah untuk membiayai biaya awal proses
pengembalian aset, memberikan nasehat hukum atau menyewa pengacara, serta
memfasilitasi kerja sama antar negara.
 Mengawasi penggunaan aset yang dikembalikan agar dipergunakan untuk
kepentingan pembangunan, seperti pendidikan dan infrastuktur.

Intrumen Internasional Pencegahan Korupsi


a. United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)
Telah ditandatangani oleh lebih dari 140 negara. Penandatanganan pertama kali
dilakukan pada konvensi internasional yang diselenggarakan di Mérida, Yucatán, Mexico,
pada tanggal 31 Oktober 2003
b. Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business
Transaction
Konvensi internasional yang dipelopori oleh OECD. Konvensi ini menetapkan
standar-standar hukum yang mengikat (legally binding) negara-negara peserta untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap (bribe) dalam transaksi bisnis
internasional.

Peran Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi


Berikut adalah peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi :
1. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan
interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa bertanggung
jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia dengan memberantas korupsi. Mahasiswa
yang menyelesaikan pendidikannya cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik
terhadap Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci terhadap tindakan korupsi.
2. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi) memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi dan menganalisa suatu tindakan korupsi lebih baik daripada
masyarakat pada umumnya. Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar standar
identifikasi dan analisis korupsi dari segi finansial maupun hukum
3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi oleh suatu
entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada pemerintah karena
mahasiswa dianggap memiliki suara yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu
menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk melaporkan
tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki pengetahuan akan prosedur dan langkah
hukum untuk melaporkan suatu tindakan korupsi.
4. Generasi masa depan
Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki kemampuan
interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi sekarang yang dianggap penuh dengan
koruptor, Tindakan korupsi diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya
kesadaran dalam diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak melakukan
korupsi.

You might also like