You are on page 1of 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa, dan ovum, konsepsi, dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,
2010).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester,
dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Hanifah, 2008)
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu
(280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang
berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur,
sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur.
(Mansjoer, 2007).
2. Etiologi
Menurut Manurung (2011), peristiwa kehamilan tidak terlepas dari
kejadian yang meliputi: pembentukan gamet (ovum dan sperma),
ovulasi, pertemuan ovum dan sperma dan implantasi embrio pada
uterus.
a) Pembentukan gamet
1) Ovum
Ovulasi atau pelepasan sel telur merupakan bagian dari siklus
menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum
menstruasi yang akan datang. Pada saat ovulasi, ovum keluar
dari robekan folikel degraf menuju tuba.
2) Sperma
Sperma dibentuk di tubulus seminiferus dengan jumlah 100
juta/ml setiap ejakulasi. Pematangan sperma berlangsung di
epidimis bagian kepala, badan dan ekor. Sperma yang sudah
matur berada di epidimis bagian ekor dan siap untuk ejakulasi.
b) Proses Kehamilan
1) Tahap inseminasi
Pada tahap ini terjadi proses ekspulsi cairan semen yang
dipancarkan kedalam vagina melalui uretra. Sperma yang
masuk kedalam saluran reproduksi wanita sebanyak 3 cc setiap
ejakulasi yakni 300 juta. Sperma bergerak dari uterus nenuju
tuba fallopi dengan menggerakan ekornya, sperma menuju
ovum dan mengeluarkan zat fertilizin.
2) Tahap fertilisasi dan konsepsi
Fertilisasi dapat terjadi jika ada pertemuan dan penetrasi antara
sel ovum dan sel sperma. Hasil dari fertilisasi terjadilah zigot.
Zigot membelah secara mitosis, pada saat zigot membelah
menjadi 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat
blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkanoleh tuba fallopi,
bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit yaitu
trofoblas berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan
calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedang masa di dalamnya
di sebut simpul embrio (embrionik knot) yang merupakan
calon janin. Dalam waktu kurang lebih 5-7 hariblastosit
berimplantasi di uterus. Hormon estrogen dan progesteron
merangsang pertumbuhan uterus, dinding endometrium
menjadi tebal, lunak, dan banyak mengandung pembuluh
darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk)
sebagai makanan embrio.
3) Tahap implantasi
Implantasi adalah proses insersi sel blastosis kedinding rahim,
enam hari setelah fertilisasi. Trofoblas menempel pada dinding
uterus dan melepaskan hormon korionik gonadotropin.
Hormon ini melindungi kehamilan dengan menstimulasi
produksihormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah
terjadinya menstruasi. Embrio telah kuat menempel setelah
hari ke-12 dari fertilisasi, selanjutnya akan terbentuk lapisan-
lapisan embrio. Blastosis biasanya berinsersi di dekat puncak
rahim (fundus uteri), di bagian depan maupun dinding
belakang fundus uteri. Sel-sel yang berada dibagian dalam
dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio,
sedangkan sel-sel bagian luar yang tertanam pada dinding
rahim akan membentuk plasenta.
3. Diagnosis kehamilan
Menurut Asrinah, dkk. Perkiraan hamil bisa dilihat melalui tanda-
tanda kehamilan, antara lain:
a) Tanda Pasti
1) Terlihatnya embrio atau kantung kehamilan melalui USG
pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.
2) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu
terdengan dengan stetoscop leanecs, Alat Kardio
Tokobgrafi, Alat Dopller, Alat Ultrasonografi.
3) Terasa gerak janin dalam rahim. pada Primigravida bisa
dirasakan ketika kehamilan usia 18 Minggu sedangkan
pada Multigravida di usia 16 Minggu terlihat atau teraba
gerakan janin dan bagian janin.
4) Pada pemeriksaan Rontgen terlihat adanya kerangka janin.
b) Tidak Pasti
1) Amenore ( Tidak ada Menstruasi) .
2) Mual di pagi hari (Tanpa Muntah), terjadi 2-8 Minggu
setelah pembuahan.
3) Mengidam (menginginkan makan atau minuman tertentu).
4) sering buang ari kecil.
5) Pingsan.
6) Mamae menjadi tegang dan membesar.
7) Anoreksia (tidak nafsu makan).
8) Konstipasi dan Obstipasi.
9) pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu ke
atas. Pigmentasi terlihat jelas di sekitar pipi, dinding perut
dan sekitar payudara.
10) Epulis ( Hiperteropi Gusi).
11) Varises
c) Kemungkinan
1) Rahim membesar : Sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pada pemeriksaan di jumpai tanda hegar, tanda piscaseck,
tanda Chadwicks. kontraksi Braxton Hicks, dan teraba
Ballotement.
3) Pemeriksaan tes Biologis kehamilan positif.

4. Diagnosa banding kehamilan


Menurut Manuaba 2010, pembesaran perut wanita tidak selamanya
merupakan kehamilan sehingga perlu dilakukan diagnosis banding
diantaranya :
1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria.
2) Tumor kandungan atau mioma uteri.
3) Kista ovarium
4) Hematometra.
5) Kandung kemih penuh.
5. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil
berhubungan dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek
khusus dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan
perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin,
perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama
masa nifas (Salmah, 2006).
a) Trimester pertama

Tanda-tanda fisik yang kadang dapat terjadi pada ibu adalah

perdarahan sedikit (spotting) sekitar 11 hari setelah konsepsi, yakni

pada saat embrio melekat pada lapisan uterus. Selain itu, perubahan

fisik pada ibu hamil adalah nyeri dan pembesaran payudara, kadang

diikuti dengan rasa lelah dan sering kencing. Gejala ini akan dialami

sampai 3 bulan berikutnya. Morning sickness (sakit di pagi hari)

berupa mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan

mungkin berakhir sampai 12 minggu kehamilan. Setelah 12 minggu,

pertumbuhan janin di dalam uterus dapat dirasakan oleh ibu di atas

simpisis pubis. Ibu akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 1-2

kg selama kehamilan trimester pertama.

b) Trimester kedua

Uterus akan terus membesar. Setelah 16 minggu, uterus

biasanya berada pada pertengahan antara simpisis pubis dengan

pusat. Berat badan ibu bertambah sekitar 0,4-0,5 kg/minggu dan ibu

akan mempunyai banyak energi. Pada saat 20 minggu kehamilan,

fundus uteri berada dekat dengan pusat (2-3 jari bawah pusat).

Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu mulai merasakan


gerakan janin. Tampak perubahan kulit yang normal, berupa

chloasma, linea nigra, dan striae gravidarum.

c) Trimester ketiga

Pembesaran uterus semakin bertambah. Pada minggu ke 28,

fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat yaitu antara pusat dan

processus xyphoideus (px). Pada minggu ke 32, fundus uteri berada

pada pertengahan pusat dan processus xyphoideus (px). Payudara

terasa penuh dan lunak, serta sering kencing. Sekitar minggu ke 38,

janin mulai masuk kedalam rongga panggul. Sakit punggung dan

sering kencing meningkat akibat tekanan uterus terhadap kandung

kencing. Tidur mungkin menjadi sulit. Terasa kontraksi braxton

hicks (his palsu) yang meningkat.

6. Perubahan pada janin

Umur janin yang sebenarnya yaitu dihitung pada saat terjadi

fertilisasi dan selalu berdekatan dengan ovulasi, atau sekurang-

kurangnya dari saat ovulasi.

a) Trimester pertama

Sesuai dengan tingkat pertumbuhan janin, yaitu dari 0-2

minggu setelah fertilisasi disebut ovum, 3-5 minggu setelah fertilisasi

disebut embrio. Pada masa ini, pembentukan alat-alat badan dalam

bentuk dasar sudah terjadi. Dari gumpalan sel yang kecil, embrio

berkembang dengan pesat. Setelah 5 minggu disebut fetus (janin)

yang sudah mempunyai bentuk manusia.


Pada akhir minggu ke-12, panjang janin berukuran 7-9 cm,

mulai terbentuk kuku, dan jenis kelamin sudah dapat ditentukan.

Janin sudah bergerak sangat halus, tetapi belum dapat dirasakan oleh

ibu. Ginjal sudah membentuk sedikit air kencing.

b) Trimester kedua

Pada akhir minggu ke-16, panjang janin berukuran 10-17 cm

dan beratnya 100 gram. Alat kelamin luar sudah dapat ditentukan

jenisnya. Kulit mulai ditumbuhi rambut halus (lanugo), dan mungkin

gerakan ja nin sudah dapat dirasakan oleh ibu.

Pada akhir minggu ke-20, panjang janin berukuran 18-27 cm

dan beratnya sekitar 300 gram. Bunyi jantung janin sudah dapat

didengar. Pada akhir minggu ke-24, panjnagnya berukuran 28-34 cm

dan berat janin 600 gram. Mekonium terdapat di dalam usus, dan

verniks mulai muncul pada kulit janin. Janin mempunyai periode

tidur dan beraktifitas, merespon pada suara dan bernafas.

c) Trimester ketiga

Pada akhir minggu ke-32, berat janin 1700-1800 gram dengan

panjang 40-43 cm, permukaan kulit merah dan keriput seperti orang

tua. Pada janin laki-laki, testis sudah turun kedalam skrotum. Pada

akhir minggu ke-36-40, apabila ibu mendapatkan gizi yang cukup

kebanyakan berat badan janin antara 3000-3500 gram dengan

panjang 46-50 cm (Depkes RI, 2007).


7. Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Dalam Masa Kehamilan

Menurut Kusmiyati (2010), perubahan adaptasi psikologis dalam

masa kehamilan meliputi :

a) Perubahan psikologi pada kehamilan trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang

mengandung. Sebagian wanita merasa sedih tentang kenyataan

bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami

kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan.

Beberapa wanita yang telah merencanakan kehamilan atau

berusaha keras untuk hamil, merasa senang sekaligus tidak

percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari tanda bukti

kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Hasrat seksual pada

trimester pertama sangat bervariasi. Ada beberapa wanita

mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum

merupakan waktu terjadi penurunan libido.

b) Perubahan psikologis pada trimester II.

Trimester kedua dibagi menjadi dua fase meliputi :

1) Fase prequickening

Selama akhir trimester pertama dan masa Prequickening pada

trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan

segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama

ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan

interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar

bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang

dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat


yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya

sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya.

2) Fase postquickening

Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas ke ibuan yang

jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan

persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan

ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya

sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil

pertama kali dan wanita karir. Trimester kedua sering dikenal

sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita

merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang

normal dialami saat hamil. Pada saat ini sebagian wanita

mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka

dibanding pada trimester pertama.

c) Perubahan psikologis pada trimester III

Trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran

bayinya sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar

menanti kehadiran bayi. Perasaan waspada mengingat bayi dapat

lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta

menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

8. Ketidaknyaman Pada Kehamilan Dan Cara Mengatasinya

Menurut Rukiyah (2009), ketidaknyaman pada kehamilan dan

penatalaksanaannya yaitu :

a) Morning sickness (mual dan muntah)


Biasanya dirasakan pada saat kehamilan dini. Disebabkan

oleh respons terhadap hormon dan merupakan pengaruh

fisiologi. Untuk penatalaksanaan khusus bisa dengan diet. Untuk

asuhannya berikan nasihat tentang gizi, makan sedikit-sedikit

tetapi sering, makan-makanan padat sebelum bangkit dari

berbaring.

b) Mengidam

Terjadi setiap saat, disebabkan karena respon papila

pengecap pada hormon sedangkan pada sebagian wanita,

mungkin untuk mendapatkan perhatian. Untuk pelaksanaan

khusus yaitu dengan nasihat dan menentramkan perasaan pasien.

Berikan asuhan dengan meyakinkan bahwa diet yang baik tidak

akan terpengaruh oleh makanan yang salah.

c) Konstipasi

Terjadi pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena

progesteron dan usus yang terdesak oleh rahim yang membesar

atau bisa juga karena efek dari terapi tablet zat

besi. Penatalaksanaan khusus yaitu dengan diet atau kadang-

kadang dapat diberikan pencahar ringan (dengan resep dokter).

Asuhan yang diberikan yaitu dengan nasihat makanan tinggi

serat, buah dan sayuran, ekstra cairan, hindari makanan

berminyak dan anjurkan olahraga tanpa dipaksa.

d) Buang air kecil yang sering

Keluhan dirasakan saat kehamilan dini, kemudian

kehamilan lanjut. Disebabkan karena progesteron dan tekanan

pada kandung kemih karena pembesaran rahim atau kepala bayi

yang turun ke rongga panggul. Yang harus dilakukan adalah


dengan menyingkirkan kemungkinan infeksi. Berikan nasihat

untuk mengurangi minum setelah makan malam atau minimal 2

jam sebelum tidur, menghindari minum yang mengandung

kafein, jangan mengurangi kebutuhan air minum (minimal 8

gelas per hari) perbanyak di siang hari dan lakukan senam.

e) Bengkak pada kaki

Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang

menyebabkan retensi cairan. Yang harus dilakukan adalah

dengan segera berkonsultasi dengan dokter jika bengkak yang

dialami pada kelopak mata, wajah dan jari yang disertai tekanan

darah tinggi, sakit kepala, pandangan kabur (tanda pre-

eklampsia). Kurangi asupan makanan yang mengandung garam,

hindari duduk dengan kaki bersilang, gunakan bangku kecil

untuk menopang kaki ketika duduk, memutar pergelangan kaki

juga perlu dilakukan.

9. Tanda Dan Bahaya Dalam Kehamilan

Menurut Kusmiyati (2009), tanda bahaya kehamilan

diantaranya yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala

hebat, penglihatan atau pandangan kabur, bengkak di wajah dan

jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak

terasa.

10. Asuhan Antenatal Care

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal

dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantuan rutin selama

kehamilan (Prawirohardjo, 2011). Kalau menurut Rukiyah


(2009) antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada

ibu hamil untuk memantau, mendukung kesehatan ibu dan cara

mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah.

a) Tujuan Antenatal Care

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang

bayi, Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental dan sosial ibu dan bayi, Mengenali secara dini

ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

kehamilan, termasuk riwayat secara umum, kebidanan dan

perdarahan, mempersiapkan persalinan yang cukup bulan,

melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan

trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar nifas

berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, dan

mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

b) Kunjungan Antenatal

Menurut Francichandra (2010), kebijakan program

pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T”

meliputi :

1) Tinggi badan dan timbang berat badan

Bandingkan berat badan sebelum hamil, catat jumlah kg

berat badan beberapa minggu sejak kunjungan terakhir,

catat pola perkembangan berat badan. Pada pemeriksaan

kehamilan pertama, perhatikan apakah berat badan ibu


sesuai dengan tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Berat

badan ibu hamil bertambah 0,5 kg perminggu atau 6,5 kg

sampai 16,5 kg selama kehamilan teori ini menurut

Manuaba (2010). Bila peningkatan berat badan kurang dari

0,5 kg perminggu, perhatikan apakah ada malnutrisi, awasi

adanya pertumbuhan janin terhambat, insufisiensi plasenta,

kemungkinan kelahiran prematur. Bila peningkatan berat

badan lebih dari 0,5 kg perminggu, perhatikan adanya

diabetes melitus, kehamilan ganda, hidramion dan

makrosomia (Kusmiyati, 2010).

2) Tekanan darah

Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama

kali mencatat riwayat klien, sebagai data dasar. Pada saat

setiap pemeriksaan antenatal.

3) Tinggi Fundus Uteri (TFU).

4) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera

mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil

minimal mendapat 90 tablet selama kehamilannya. Setiap

tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg)

dan asam folat 0,5 mg (Kusmiyati, 2009).

5) Tetanus Toksoid (TT)

Menurut Rukiyah (2009) bahwa imunisasi TT pertama

diberikan pada usia kehamilan 16 minggu dan imunisasi TT

kedua diberikan 4 minggu setelah TT pertama.


Tabel 2. (1)

Jadwal Pemberian Imunisasi TT


Interval (selang Lama %
Antigen
waktu minimal) perlindungan perlindungan
Pada kunjungan
TT1 - -
antenatal pertama
4 minggu setelah
TT2 3 tahun 80%
TT1
6 bulan setelah
TT3 5 tahun 95%
TT2
1 tahun setelah
TT4 10 tahun 95%
TT3
1 tahun setelah 25 tahun/
TT 5 99%
TT4 seumur hidup

Sumber : Kusmiyati (2009 : 169)

6) Tes atau pemeriksaan hemoglobin (HB)

Menurut teori Prawirohardjo (2011), kadar hb normal menurut

WHO 11 gr% dan menurut Depkes 10 gr%.

7) Pemeriksaan Veneral Diseases Research

Laboratory (VDRL).

Tes laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular

seksual dan HIV/AIDS, sifilis.

8) Perawatan payudara (tekan pijat payudara)

9) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

10) Temu wicara atau konseling

Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi

yang dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan

untuk memberikan pelayanan antenatal berkualitas untuk

mendeteksi dini komplikasi kehamilan.


11) Tes atau pemeriksaan urin protein.

12) Tes atau pemeriksaan urin reduksi.

13) Terapi iodium kapsul (khusus daerah endemik gondok).

14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis

malaria.

B. Persalinan
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu
hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro,
2008).
1. Persalinan Normal (Spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan
tenaga ibu sendiri , tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Fisiologi Persalinan Normal

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos yang

relative tenang sehingga yang memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm.

Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas

kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode

relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan (

Prawihardjo, 2010 ).

Kondisi releksasi, nyaman, tenang dan terkoordinasinya antara


pikiran dan tubuh,. mengakibatkan otot – otot persalinan bekerja
secara terpadu, dimana otot – otot lingkaran melemas dan tertarik
keatas, sehingga leher rahim menipis, membuka dan akhirnya
pembukaan cervik terjadi kemudian persalinan berlangsung mudah
serta bayi yang dilahirkan sehat (Mongan, 2007).
3. Tahapan Persalinan
a. Kala I Persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga
serviks membuka lengkap (10cm). Kala I persalinan terdiri atas
dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm.
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper
atau hingga 8 jam.

2) Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yakni :


a) Fase Akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase Dilatasi Maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
sangat cepat, dari 4cm menjadi 9 cm.
c) Fase Deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap atau 10
cm.

PadaPrimigravida, berlangsung selama 12 jam dan pada Multigravida


sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm per jam ( nulipara
atau primigravida) atay lebih 1 cm hingga 2 cm (multipara).

b. Kala II Persalinan
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II
ditentukan melalui pemeriksaan dalam hasilnya adalah :
1) Pembukaan serviks telah lengkap (10cm)
2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introit vagina
c. Kala III Persalinan
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
d. Kala IV Persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 12
jam Post Partum.

4. Tanda – Tanda Persalinan


a. Lightening
Pada minggu ke-36 pada Primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk
pintu atas panggul yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan otot perut
3) Ketegangan Ligamentum Rotundum
4) Gaya berat janin kepala kerah bawah.
b. Terjadinya His Permulaan
Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran
esterogen dan progesteron semakin berkurang sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih
sering sebagai his palsu.
Sifat His Palsu :
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa
tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah jika beraktifitas
c. Tanda- tanda Persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan
kekuatannya makin besar.
3) Kontraksi uterus megakibatkan perubahan uterus.
4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin
bertambah.
d. Blood Show (Pengeluaran Lendir disertai darah
melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler
pembuluh darah pecah, yang menjadi perdarahan
sedikit.
e. Pengeluaran Cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat
pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan kecil.
Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam.

1) Penanganan

a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah,

ketakutan, dan kesakitan.

(1) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya

(2) Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan

persalinannya
(3) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih

sensitive terhadap perasannya

b) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan

yang dapat diberikan yaitu:

(1) Lakukan perubahan posisi

(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin

di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke

kiri

(3) Sarankan ibu untuk berjalan

(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)

untuk memijat atau menggosok punggungnya atau

membasuh mukanya di antara kontraksi

(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai

kesanggupannya

(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas; ibu diminta untuk

menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar

kemudian dipelaskan dengan cara meniup udara keluar

sewaktu terasa kontraksi

c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,

antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak

menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin

pasien atau ibu.


d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang

terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil

pemeriksaan.

e) Membolehkan ibu untuk mandi atau membasuh sekitar

kemaluannya setelah buang air kecil atau besar.

f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,

uatasi dengan cara:

(1) Gunakan kipas angina tau AC dalam kamar

(2) Menggunakan kipas biasa

(3) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

g) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah

dehidrasi, berikan cukup minum.

h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

2) Pemantauan

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan

intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau

perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.

Tabel 1 : Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam

persalinan normal

PARAMETER FREKUENSI FREKUENSI

PADA FASE PADA FASE

LATEN AKTIF

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam


Nadi Setiap 30-60 menit Setap 30- 60 menit

Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit

janin

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Sumber : (Saifuddin, 2012)

C. Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarawati, 2010).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan,
pemulihan, penyembuhan dan pengembalian alat-alat kandungan.
Proses masa nifas berkisar antara 6 minggu atau 40 hari (Abidin,2011).
1. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genital.
c. Remote puerperium , yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, dan tahun.

2. Perubahan fisik masa nifas


a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan
rahim (involusi).
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea).
c. Kelelahan karena proses melahirkan.
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
e. Kseulitan Buang Air Besar BAB dan BAK
f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong. )
g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
3. Perubahan psikis masa nifas
a. Perasaan ibu berfokus sampai pada dirinya, berlangsung setelah
melahirkan sampai hari ke 2 (fase taking in )
b. Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih ( baby blues) disebut fase taking hold
(hari ke 3-10).
c. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut
fase letting go
(hari ke-10- akhir masa nifas).
4. Pengeluaran Lochea terdiri dari
a. Lochea rubra, hari ke 1-2, terdiri dari darah segar bercampur
sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa,
lanugo, dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta hari ke 3-7, terdiri dari darah bercampur
lendir, warna kecoklatan.
c. Lochea serosa, hari ke 7-14, berwarna kekuningan.
d. Lochea Alba hari ke 14-selesai nifas, hanya merupakan cairan
putih lochea yang berbau dan terinfeksi disebut lochea
purulenta.
5. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2 yaitu
a. Tujuan umum
1) Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya
2) Melaksanakan skrining yang komperhensif
3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya.
4) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, meyusui, pemberian imunisasi
dan perawatan bayi sehat.
5) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
6. Peran Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam
masa nifas antara lain :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuihan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses persalinan,
mencegah komplikasi dengan memnuhi ibu dan bayi selama
periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional.
7. Program Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan
rujukan untuk
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibi nifas dan bayi.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Program Dan Kebijakan Teknik Masa Nifas
1) Waktu 6-8 jam :
a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
berlanjut.
c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
pedarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e) Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
2) 6 hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelainan pascamelahirkan.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan mejaga bayi
agar tetap hangat.
3) 2 minggu setelah persalinan
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan kelinan
pascamelahirkan.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan mejaga bayi
agar tetap hangat.
4) 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang
dialami atau bayinya.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
D. Bayi Baru Lahir (Neonatus)

1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,

pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42

minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7

dan tanpa cacat bawaan (Rukiah dan Yulianti, 2010).

2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa

tanda antara lain: appearance color (warna kulit) seluruh tubuh

kemerah-merahan, pulse/heart rate (frekuensi jantung >

100x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan), menangis,

batuk/bersin, activity (tonus otot), gerakan aktif, respiration

(usaha nafas), bayi menangis kuat (Rukiah dan Yulianti, 2010).

Kehangatan tidak terlalu panas (>37,5°C) atau terlalu

dingin (<36,5°C), warna kuning pada kulit (tidak pada

konjungtiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, tidak

muntah, tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti

tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah,

dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua,

tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau

tangisan kuat, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis

terus menerus (Rukiah dan Yulianti, 2010).

3. Adaptasi Fisilogis BBL terhadap Kehidupan di Luar Uterus


Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai

berikut:

a. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola

sirkulasi. Konsep ini merupakan hal yang penting pada kehidupan

ekstrauterin.

b. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal,

hematologi, metabolik dan sistem neurologis bayi baru lahir harus

berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan

ekstrateri.

4. Perubahan Bayi Baru Lahir

a. Perubahan Pernafasan

Pada menit-menit terakhir kelahirannya janin semakin hipoksik

karena kekurangan oksigen. Sebagai akibat kurangnya sirkulasi

darah melalui plasenta karena kontraksi uterus yang kuat. Dengan

usaha bernafas pertama cairan yang menempati jalan nafas

didorong ke dalam alveoli yang berkembang, sehingga cairan ini

dapat diabsorpsi dengan cepat ke dalam pembuluh darah dan

sirkulasi limfa paru. Dalam 15 menit setelah lahir, cairan ini telah

hilang dan alveoli mengembang karena udara (Saifudin,2006).

b. Perubahan Sirkulasi Darah

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.

Tindakan ini meniadakan suplai oksigen plasenta dan

menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-

reaksi yang terjadi dalam paru sebagai respon terhadap tarikan


napas pertama. Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah

yang ada pada unit janin-plasenta terputus. Efek yang segera terjadi

setelah tali pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh

darah sistemik (systemic vascular resistence, SVR). Hal yang

penting adalah peningkatan SVR ini terjadi pada waktu bersamaan

dengan tarikan napas pertama bayi baru lahir. Oksigen dari napas

pertama menyebabkan sistem pembuluh darah paru relaksasi dan

terbuka.

c. Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,

sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan

lingkungan. Pada saat meninggalkan rahim ibu yang hangat bayi

tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruangan yang jauh

lebih dingin. Pembentukkan suhu tanpa menggigil ini merupakan

hasil penggunaan lemak coklat. Semakin lama usia kehamilan

semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. (Varney, 2006).

d. Metabolisme Glukosa

Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam

waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan dapat dilakukan

dengan tiga cara, melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat

harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah

lahir), melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis),

melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama

(glukoneogenesis).
e. Perubahan Gastrointestinal

Hubungan antara esofagus bawah dan lambung belum sempurna

yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.

Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc untuk

bayi baru lahir cukup bulan. Pengaturan makan yang sering oleh

bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

f. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan

alergi.

5. Refleks-Refleks pada Bayi Baru Lahir

Bayi yang baru lahir normal memiliki refleks-refleks fisiologis

yang ditunjukkan oleh organ-organ vitalnya. Adapun refleks-refleks

tersebut sebagai berikut :

a. Mata

1) Berkedip atau corneal. Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang

yang tiba-tiba. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.

2) Pupil. Pupil akan berkontraksi bila sinar terang diarahkan padanya.

Refleks ini harus ada sepanjang hidup.

3) Glabela. Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antar dua alis

mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.

b. Mulut dan tenggorokan


1) Rooting. Bayi akan memutar kepala seakan mncari puting susu.

Refleks ini biasanya adapada saat lahir dan menghilang pada usia 3-

4 bulan.

2) Mengisap/Sucking. Refleks ini timbul bersama refleks rooting untuk

mengisap puting susu dan menelan ASI.

3) Swallowing/Menelan. Refleks ini harus tetap ada sepanjang hidup.

4) Muntah. Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, isapan

atau masuknya selangharus menyebabkan bayi mengalami refleks

muntah. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.

c. Ekstremitas

1) Menggenggam/ Palmar. Sentuhan pada telapak tangan dapat

menyebabkan fleksi tangan dan jari. Refleks ini akan menghilang

pada usia 3-4 bulan.

2) Babinski. Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi.

Refleks ini dijumpai hingga usia 8 bulan.

3) Masa tubuh. Ada beberapa refleks pada masa tubuh, diantaranya :

a) Refleks Moro. Refleks dimana bayi akan mengembangkan tangan

lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu membalikkan dengan

tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Refleks

moro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah berusia 6

bulan.

b) Refleks Tonic Neck. Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat

ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berektensi pada sisi
tersebut. Refleks ini tampak pada usia 2bulan dan menghilang

pada usia 6 bulan.

c) Gallant. Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang

menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi.

Refleks ini akan dijumpai pada usia 4-8 minggu (Putra, 2012)

(Rohani, 2011).

6. Asuhan Bayi Baru Lahir

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,

baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah (Martinda, 2010).

Tujuan utama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, yaitu :

a. Membersihkan jalan nafas.

b. Memotong tali pusat.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.

d. Identifikasi.

e. Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48

jam setelah bayi lahir.

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3

sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-

8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.


Standar Pemberian Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Sebelum bayi lahir dilakukan penilaian apakah kehamilan cukup

bulan dan apakah cairan ketuban jernih atau bercampur mekonium. Segera

setelah bayi lahir dilakukan penilaian kembali apakah bayi langsung

menangis atau bernafas, warna kulit kemerahan atau sianosis, dan tonus

otot baik atau lemah. Jika keadaan bayi normal, maka dilakukan asuhan

kebidanan sebagai berikut :

a. Jaga bayi tetap hangat

b. Isap lendir dari mulut dan hidung jika perlu

c. Keringkan

d. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2

menit setelah lahir

e. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini

f.Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuscular, di paha kiri anterolateral

dan salep mata.

g. Pemeriksaan fisik

h. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, di paha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 (Kemenkes

RI, 2010).

Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian

untuk bayi baru lahir :

a. Pemberian ASI Eksklusif sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam (paling

sedikit setiap 4 jam,) mulai dari hari pertama.

b. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering.


c. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering (Saifuddin 2010).

7. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

a. Bayi tidak mau menyusu

b. Kejang

c. Lemah atau letargis

d. Sesak nafas

e. Merintih

f. Pusar kemerahan

g. Demam atau Tubuh Terasa Dingin

h. Mata bernanah banyak

i. Kulit terlihat kuning

E. Imunisasi Dasar

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan

terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

2. Tujuan Pemberian Imunisasi

a. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu

b. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah

gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.

3. Syarat Pemberian Imunisasi

a. Bayi dalam keadaan sehat

b. Bayi umur 0-11 bulan


.4. Tujuh penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi

a. TBC

b. Polio Myelitis

c. Difteri

d. Pertusis

e. Tetanus

f. Hepatitis

g. Campak

5. Macam-macam Imunisasi

a. BCG : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).

Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100% jadi kemungkinan

anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC

berat. Tempat penyumtikan BCG di lengan kanan atas. Efek sampingnya

akan terjadi pembengkakan di tempat penyuntikan. Jadwal pemebrian

imunisai BCG diberikan 1 kali pada usia 1 bulan.

b. DPT : memberikan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis,

tetanus. Tempat penyuntikan di paha bagian luar. Efek samping akan

terjadi demam beberapa hari setelah penyuntikan. Jadwal penyuntikan

imunisasi DPT yaitu diberikan 3 kali pada usia 2,3,4 bulan.

c. Polio : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio myelitis.

Diberikan dengan cara diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes. Jadwal

pemberian imunisasi polio yaitu diberikan 4 kali pada usia 1,2,3,4 bulan.

d. Campak : memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Tempat

penyuntikan yaitu pada lengan kiri atas. Efek samping ada demam
beberapa hari setelah penyuntikan. Jadwal penyuntikan diberikan 1 kali

yaitu pada usia 9 bulan.

e. Hepatitis B : memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis.

Tempat penyuntikan dipaha bagian luar. Jadwal penyuntikan diberikan 1

kali pada usia 0-7 hari.

F. Keluarga Berencana (KB)

1. Definisi KB

Keluarga Berencana menurut WHO adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami isteri untuk :

a. Mengindari kelahiran yang tidak diinginkan

b. Mengatur interval diantara kelahiran

c. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

dan istri

d. Menetukan jumlah anak dalam keluarga.

2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran,

selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

3. Jenis-jenis alat kontrasepsi

a. Kontrasepsi Non Hormonal

1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

Metode amenore laktasi adalah alat kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.


2) Kondom

Kondom merupakan selubung/karet sebagai salah satu metode

kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit

kelamin pada saat senggama.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit

kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi

pembuahan.

4) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi Dan Vasektomi)

a) Tubektomi/MOW

Adalah metode kontrasepsi mantap bagi seorang wanita bila

tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopi

(mengikat dan memotong atau memasang cincin).

b) Vasektomi

Adalah prosedur klinik untuk mengehentikan kapasita

reproduksi pria dengan cara mengkonklusi vasa defenesia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi

( penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

b. Kontrasepsi Hormonal

Hormon progestin adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron. Hormon

progestin : pil, injeksi/suntikan, implan.

1) Implan
Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung

progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidiometri.

2) Pil Kombinasi

Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang

berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron

3) Suntik kombinasi

Merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung hormon

sintetisprogesteron dan estrogen (Kemenkes RI, 2012).

4. Sasaran Program KB

a. Sasaran langsung adalah pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan

untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan

kontrasepsi secara berkelanjutan.

b. Sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan

tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera.

G. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam


rangkaian yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada

klien (Varney, 2006).

2. Prinsip Manajemen Kebidanan

Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah

pemecahan masalah. Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar

yang dikeluarkan oleh American Collegeof Nurse Midwife(ACNM) terdiri

dari :

a. Melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap

klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan

fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

interpretasi data dasar.

c. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

d. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

selanjutnya.

3. Sasaran Manajemen Kebidanan

Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran

manajemen kebidanan ditujukan kepada baik individu ibu dan anak,

keluarga maupun kelompok masyarakat.

4. Proses Manajemen Kebidanan

Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek

kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah

atau proses manajemen kebidanan.

You might also like