NIM : 16040284045 Kelas : 2016 A Matkul : Museology
Museum Kraton Sumenep
Diresmikan pada tanggal 9 maret 1965, museum keraton
Sumenep resmi dibuka untuk umum. Berbagai koleksi benda-benda peninggalan keraton tersimpan di museum. Tujuan awal dari pembangunan museum keraton Sumenep ini awalnya adalah untuk menyimpan dan menjaga benda-benda peninggalan keraton yang selama ini tidak terurus dan berada di gudang penyimpanan saja. Untuk itulah kemudian dibangun museum. Bangunan Museum terbagi menjadi dua lokasi, yakni di depan komplek kraton dan dibagian dalam komplek keraton. Bangunan yang pertama terletak di depan komplek museum merupakan bangunan bekas garasi kereta pada masa Kolonial. Sedangkan bangunan yang kedua terletak di area dalam komplek Keraton merupakan gedung Koneng (Kuning), salah satu gedung dari komplek Kraton Sumenep. Gambar disamping merupakan bangunan kedua dari museum. Memiliki luas bangunan yakni sekitar 422 m2 . Sebelum memasuki bangunan museum, dibagian depan pintu masuk terdapat sebuah kereta kencana dan cermin besar dengan ukiran khas Sumenep. Di dalam bangunan tersebut terdapat beberapa ruang display yang terbagi menjadi beberapa bagian. Ruang display yang pertama digunakan untuk memamerkan koleksi benda-benda peralatan upacara tradisional, pendupaan dan lampu, serta alat upacara daur hidup, tentang perlengkapan hiasan, alat berhias, dan alat meramu jamu tradisional. Di ruang display selanjutnya terdapat sejumlah koleksi alat kesenian tradisional maupun alat musik keislaman. Ada juga aneka benda keramik abad mulai abad ke- 17 M, yakni berupa guci keramik China dan Thailand, dan berbagai bentuk keramik asing lainnya, seperti keramik Eropa terutama dari Inggris dan Belanda. Di ruang display yang lain terdapat sejumlah koleksi persenjataan dan naskah kuno, seperti keris, tombak, perlengkapan prajurit, baju zirah, dan naskah-naskah kuno yang ditulis di daun lontar maupun ponoragan (kertas yang dibuat dari kulit kayu). Sebelum menuju pintu keluar dari bangunan museum, terdapat beberapa miniatur yakni miniatur tata letak kota, miniatur masjid jamik, dan miniatur komplek kraton. Di dinding bagian atas miniature terdapat beberapa salinan surat penting yang berasal dari pemerintah kolonial Inggris untuk Sultan Sumenep maupun dari Sultan Sumenep kepada pemerintah colonial Inggris. Salinan surat tersebut merupakan koleksi dari British Library, Inggris. Ketika melewati pintu keluar, terdapat sejumlah koleksi berupa patung-patung dan yoni peninggalan masa Kerajaan Majapahit yang sayanggnya sebagian besar sudah aus karena ditempatkan pada ruang terbuka sehingga sering terkena panas dan hujan. Dibelakang display patung dan yoni terdapat kerangka ikan paus yang berada dalam bilik kaca. Ikan paus tersebut terdampar di Desa Kertasada, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep pada tahun 1977, yang berukuran panjang 13 m, tinggi 1,75 m dan berat 4 ton. Selain itu, juga terdapat koleksi dipan kayu-berbagai ukuran sesuai jenis kelamin dan usia-yang digunakan untuk membaringkan jenazah ketika dimandikan, serta beberapa genthong air yang digunakan untuk menampung air untuk memandikan jenazah. Serta terdapat koleksi sampan(perahu kecil) yang digunakan oleh nelayan Sumenep, diatasnya terdapat lukisan-lukisan dari pelukis Sumenep yang dipajang di dinding. Setelah melihat gambaran museum kraton Sumenep, kita bisa menganalisa apakah museum tersebut sudah sesuai dengan konsep dari MacGregor. Berdasarkan point pertama dari konsep MacGregor benda-benda koleksi museum Sumenep dapat dikategorikan sebagai artefak, karena merupakan benda-benda peninggalan hasil kebudayaan dan perkembangan manusia mulai dari masa Hindu Budha, kolonial hingga masa sekarang. Sayangnya, keterangan mengenai benda-benda tersebut masih sangat minim. Biasanya hanya berupa nama benda, angka tahun, dan asalnya saja. Selain itu beberapa ruang display tidak menyertakan keterangan dalam bahasa asing terutama bahasa Inggris sehingga menyulitkan pengunjung dari mancanegara. Ruang display pun tidak disusun berdasarkan urutan waktu atau pola tertentu sehingga pengunjung tidak bisa memahami kondisi perkembangan Sumenep dari masa ke masa. Selain itu, point penting yang menjadi kekurangan paling mendasar dari museum ini adalah tidak adanya jalan keluar dari museum. Sehingga pengunjung harus kembali melewati pintu masuk awal agar bisa keluar dari bangunan museum. Meskipun terlihat sepele, namun hal ini menjadi sangat penting bagi pengunjung terlebih lagi bagi mereka yang berkunjung tanpa didampingi oleh petugas museum. Petugas Museum pun dirasa kurang memberikan informasi mengenai perkembangan kondisi Sumenep dari masa ke masa karena kurangnya pemahaman mengenai makna benda-benda koleksi itu senidiri. Bahkan seringkali, pengunjung local tidak didampingi oleh petugas museum, hanya pengunjung dari luar Sumenep saja yang didampingi oleh petugas museum. Antusiasme kunjungan masyarakat ke Museum Kraton Sumenep semakin hari semakin rendah dikarenakan oleh berbagai factor seperti petugas yang kurang professional, display benda yang terlihat biasa, tidak ada petunjuk arah, dan koleksi benda-benda semakin hari terlihat tidak terawat. Hal-hal tersebut hendaknya menjadi perhatian khusus bagi pihak museum untuk mengevaluasi dan membenahi sistem manajemen dan pengelolaan museum agar menjadi lebih baik sehingga meningkatkan antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke museum.