Professional Documents
Culture Documents
Contoh Laporan Praktikum BINET
Contoh Laporan Praktikum BINET
Daftar Pustaka..............................................................................................................10
Lampiran
1
BAB I
Pendahuluan
2
bentuk-bentuk sebelumnya. Dan bahkan yang lebih penting adalah mempertahankan
prosedur tes adaptif, dimana masing-masing individu hanya mengambil soal-soal
yang kesulitannya sesuai untuk tingkat kinerja yang ia tunjukkan.
Binet tidak memiliki teori inteligensi tertentu, tetapi ia bekerja di bidang tes-tes
yang menunjukkan sampel tingkah laku anak dan membedakan kemampuan dari
tingkat umur yang berbeda beda. Binet menemukan fakta bahwa pada setiap tingkat
umur beberapa anak lebih baik dari anak lainnya. Anak yang paling pandai dalam tes
disebut bright (pandai, cemerlang), sedangkan anak yang paling rendah dalam tes
disebutnya miskin. Menurut Binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari
karakteristik yang terus berrkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang
(Azwar, 2006).
Dari paparan di atas nampak bahwa Binet menggunakan umur mental sebagai
dasar untuk menentukan tingkat berfungsinya mental seorang anak. Seorang anak
dapat memiliki umur 10 tahun, tetapi ia memiliki umur mental 11 tahun jika ia dapat
menjawab pertanyaan yang dapat dijawab oleh kelompok anak yang berumur 11
tahun.
Di Amerika, tes Binet ini telah dikembangkan oleh Lewis Terman dari Universitas
Stanford dan diberi nama Tes Stanford Binet. Tes ini dapat digunakan untuk semua
3
anak yang mempunyai latar belakang berbeda beda. Tes ini biasa disebut kemampuan
untuk memikirkan hal hal abstrak. Definisinya digunakan untuk dasar penyusunan
item item tes.
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, merancang suatu alat evaluasi
yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas
khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes
ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak
perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks
numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age
dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-binet. Indeks seperti
ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William
Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-
Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak samapai usia 13
tahun.
3. Klasifikasi IQ
Klasifikasi IQ menurut L.M. Terman dan Maud A. Merrill adalah sebagai berikut :
IQ Kategori
> 140 Verry superior
120-139 Superior
110-119 Rata-rata atas (high average)
90-109 Rata-rata
80-89 Rata-rata bawah (low avarage)
70-79 Borderline defective
< 69 Cacat mental (mentally devective)
Salah satu reaksi atas teori yang dikembangkan oleh Binet adalah bahwa aspek
yang diukur dalam tes yang berbasis teori Binet itu terlalu umum. Seorang ahli
psikologi dan psikometri, Charles Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak
hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari
faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori dua faktor (Two Factor
Theory of Intelligence) yang telah dibahas pada artikel sebelumnya (Perkembangan
4
Teori Inteligensi (1)). Alat tes yang kemmudian dikembangkan menurut teori faktor
ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC
(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
a. Aspek yang diukur dalam tes yang berbasis teori Binet itu terlalu umum.
b. Tidak dapat mengukur kemampuan kreatif.
c. Hanya ada satu skor IQ untuk menunjukkan kompleksitas fungsi kognitif
d. Terlalu menekankan pada tes verbal dan memori.
5
BAB II
1. Identitas Testee
2. Hasil Test
Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, diketahui skoring tes BINET
adalah sebagai berikut :
Rumus mencari IQ = MA
x 100
CA
= 128
x 100
108
= 118.51852. dibulatkan menjadi 119
Hasil IQ yaitu 119 di klasifikan maka masuk dalam kategori Rata-rata atas.
IQ Kategori
> 140 Verry superior
120-139 Superior
110-119 Rata-rata atas (high average)
90-109 Rata-rata
80-89 Rata-rata bawah (low avarage)
70-79 Borderline defective
< 69 Cacat mental (mentally devective)
6
3. Hasil Observasi
Saat testee memasuki ruangan, testee tersenyum. Testee berdiri dan melihat keadaan
sekitar. Testee diam dan menyimak instruksi yang diberikan. Di awal tes, testee
menjawab dengan suara kecil dan ragu-ragu. Testee melihat ke arah pintu dan melihat
tester kembali. Testee mulai mengerjakan yang di perintahkan tanpa menunda.
Berdasarkan hasil diatas, testee termasuk anak yang penurut dan tidak menunda
ketika diberikan instruksi oleh tester.
4. Dinamika Psikologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan tes Binet, subjek memiliki kemampuan intelegensi
yang secara prestatif berada pada kategori rata-rata atas dengan IQ 119. Testee
memiliki kemampuan menangkap instruksi dengan baik sehingga testee cepat
menjawab pertanyaan yang di ajukan dan mampu menyelesaikan tugas dengan cepat
dan baik. Namun beberapa kali testee terganggu dengan suara lain yang berada di
sekitar sehingga konsentrasi Testee menjadi hilang fokus/konsentrasi yang pecah.
7
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan di laboratorium psikologi masjid lantai 5
pada tanggal 22 maret 2015, yaitu nilai IQ testee ialah 119 dan masuk dalam kategori
IQ rata-rata atas. Hal ini sepadan dengan hasil observasi selama tes berlangsung,
dikarenakakn testee langsung memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
tester. Testee memiliki konsentrasi yang baik, sehingga testee dapat cepat
menyelesaikan tugas dengan baik terutama ketika diberi tugas untuk mengingat
angka-angka.
8
Daftar Pustaka