You are on page 1of 12

ENGINE MANAGEMENT SYSTEM

A. Pendahuluan
Tingkat keselamatan, kenyamanan, eknomis dan produk ramah lingkungan secara
bertahap menjadi rasyarat mutlak bagi pengemudi dan masyarakat yang harus dipenuhi. Hal
tersebut menjadi masalah sosial yang makin meningkat, termasuk tingginya tingkat polusi
lingkungan, pemakaian konsumsi bahan bakar yang meningkat dan kecelakaan lalulintas
yang diakibatkan ‘oleh kendaraan. Tuntutan ini khususnya bagi para pelajar KK/TKR harus
mengikuti perkembangan teknologi canggih yang menggunakan teknologi elektronik agar
bisa memenuhi tuntutan service untuk kendaraan tesebut.

Mesin kendaraan harus sudah bisa memenuhi kriteria sebagai berikut ;

1. Performa mesin meningkat


2. Irit bahan bakar
3. Tingkat emisi
4. Nyaman-kuat
5 . Handal

B. Engine Manajemen Sistem


EMS system (engine management system) mengatur secara luas agar operasional
mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap saat melalui pengaturan elemen mesin seperti
sensor, actuator, controller, dst.

EMS system (engine management system) mengatur secara luas agar operasional
mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap saat melalui pengaturan elemen mesin seperti
sensor,actuator dan controller. Sistem pengaturan mesin melibatkan pengaturan bahan bakar,
air intake dan juga waktu pengapian, agar diperoleh momen dan tenaga sesuai spesifikasi.
Pengemudi dapat mengatur bukaan throttle valve secara manual dengan sistem koneksi
mekanis, yang kemudian mengatur rasio udara/bahan bakar ke dalam mesin, selanjutnya
campuran udara/bahan bakar yang masuk itu akan menentukan tenaga dan momen yang
dihasilkah oleh mesin.Pengaturan momen mesin biasanya menggunakan sistem kontrol
secara mekanis dan tekanan hampa, misalnya evaporator yang menghasilkan campuran bahan
bakar/udara untuk pembakaran, pemakaian peralatan yang sudah sesuai dengan aturan
international untuk memperoleh energi pengapian yang tepat, distributor, centrifugal dan
sistem oscilation vacuum.
Sistem konfigurasi kontrol secara mekanis dapat dikatakan sangat rumit, susah dalam
pembuatan, dan sulit untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisiens, sehingga
mengakibatkan emisi buangnya tidak bisa mengikuti aturan yang telah ditetapkan.Sistem
pengontrolan secara elektroni untuk sistem injeksi bahan bakar (Bosch’s DJetronic danL-
Jetronic) sudah diperkenalkan untuk menggantikan sistem konvesional karburator atau injeksi
mekanis, dan selanjutnya teknologi pengaturan secara elektronic untuk aplikasi mesin dan
keseluruhan sistem pada kendaraan berkembang dengan pesat. Penggunaan teknologi
pengaturan secara elektronik akan memungkinkan sistem pengontrolan berjalan secara akurat
dan tahan lama, serta dapat mengurangi polusi lingkungan karena emisinya lebih baik, hemat
bahan bakar, stabilitas dan kontrol sistem juga lebih baik. Perkembangan teknologi
elektronika yang sangat pesat, termasuk di dalamnya semi conductor dan komputer sejak
tahun 1970 juga berperan dalam meningkatkan tingkat kestabilan kendaraan dan harganya
juga sudah semakin terjangkau.

Ada tiga alasan dasar penggunaan kontrol mesin secara elektrik yaitu:

1. Kontrol emisi yang ramah lingkungan sesuai dengan peraturan pemerintahan.


Emisi buang adalah hasil dari proses pembakaran antara campuran bahan
bakar dan udara. Bensin mengandung HC yang bisa mengeluarkan carbon dan
hydrogen. Pembakaran di dalam mesin merupakan reaksi oksidasi antara oksigen dan
bensin yang membangkitkan energy panas dalam bentuk majemuk. Untuk
pembakaran yang sempurna gas buangnya adalah C02 dan H2O. Namun pembakaran
sempura tidak sepenuhnya bisa diwujudkan, karena reaksi pembakaran itu
menghasilkan zat N2, 02, CO, HC yang tidak terbakar,bermacam NOx, dsb, begitu
juga C02 dan H2O. diantara gas buang zat CO, HC, dan NOx diketahui dapat
membahayakan manusia, dan sudah menjadi standar baku peraturan pembatasan gas,
buang disetiap negara. Emisi C02 merupakan hal pokok yang harus dikurangi
pengeluarannya untuk mencegah terjadinya reaksi pemanasan global.
Di negara bagian California pada awal tahun 1960an emisi gas dari kendaraan
menjadi isu sosial. Di LA sudah terdapat banyak sekali mobil, dan karena letaknya
dikelilingi oleh gunung-gunung, maka asap yang keluar dari kendaraan yang disebut
dengan ‘LA smoke’ pada tahun1960an berdampak terhadap kesehatan penduduknya.
Karena itulah mereka mendiskusikan pengaturan emsisi buang dan mendirikan EPA
(Environmental Protection Agency) dan CAA(Clean Air Act: juga disebut dengan
Muskey Act) untuk menentukan pengaturan sistem emisi buang. Dan hasilnya adalah
para pembuat mobil di dunia harus bisa membuat mesin yang emisi buangnya dapat
dikontrol atau yang ramah terhadap lingkungan.Mesin konvensional yang
menggunakan karburator yang sudah lama beredar tidak bias memenuhi standar emisi
yang telah ditentukan, oleh karena itu diperkenalkanlah teknologi kontrol secara
elektronik pada mesin

2. Hemat bahan bakar


Kilometer per liter digunakan untuk menentukan jarak tempuh kendaraan per
liter bahan bakar,dan biasanya dihitung dalam km/jam. Jarak tempuh per liternya akan
beragam tergantung dariukuran kendaraan, bentuk, berat dan pola orang yang
membawa kendaraan. Jarak termpuh per liter sudah menjadi isu sejak awal tahun
1970an dikarenakan adanya krisis minyak, yang memerlukan pengurangan konsumsi
bahan bakar pada kendaraan. Dan perlu diketahui bahwa akhir-akhir ini pemanasan
cahaya global oleh C02 meningkat, sehingga kontrol zat C02 yangterdapat di dalam
gas buang semakin diperketat. Selama bahan bakar jenis HC dipakai pada mesin
kendaraan, meskipun pembakarannya sempurna, namun tidak bisa mencegah
pembentukan C02. oleh karena itulah untuk mengurangi peredaran C02, maka mobil
mobil mutlak harus yang hemat bahan bakar. Salah satu lembaga yang mengatur
pemakaian bahan bakar adalah CAFE (Corporate Average Fuel Economy) yang
mengatur rata-rata pemakaian bahan bakar pada kendaraan per tahun yang diproduksi
oleh para pembuat kendaraan, kemudian membuat tipe mobil yang hemat bahan
bakar.

3. Performa mesin yang lebih baik


Kecepatan mesinnya meningkat dibanding sebelumnya, karena setiap
automaker tetap berusaha , melakukan pengembangan untuk meningkatkan performa
kendaraannya. Agar tujuan diatas dapat terkaksana, maka dibutuhkan performa mesin
yang maksimal dengan kapasitas CC yang tepat, dan pengaturan kontrol untuk
campuran udara/bahan bakar dan waktu pengapian secara tepat untuk segala kondisi
kerja. Sistem suplai bahan bakar dan sistem kontrol pengapian secara konvensional
dengan mekanis tidak bisa akurat, karena itulah penggunaan sistem kontrol secara
elektronik tidak dapat dihindari lagi.

C. Dasar Kontrol Pada Mesin Elektronik Fuel Ijection


1. Kontrol Sistem Bahan Bakar
Tujuan dari penggunaan sistem kontrol pada engine adalah untuk menyajikan
dan memberikan daya mesin yang optimal melalui sistem kerja yang akurat yang
disesuaikan untuk menghasilkan emisi gas buang yang seminimal mungkin,
pengunaan bahan bakar yang efisien, menghasilkan pengendaraan yang optimal untuk
semua kondisi kerja mesin, meminimalkan penguapan bahan bakar serta menyediakan
sistem diagnosis untuk mengevaluasi sistem kerja dan kondisi perangkat perangkat
pendukungnya bila terjadi permasalahan-permasalahan yang tidak dikehendaki pada
sistem ini.
Pengontrolan Mesin yang dilakukan secara elektronik terdiri atas peralatan-
peralatan sensor yang secara terus menerus memantau kondisi kerja mesin. Unit
pengontrol elektronik yang dikenal dengan ECU bekerja mengevaluasi data-data
masukan dari berbagai sensor yang terpasang pada engine. Dengan membandingkan
data pada memorinya dan melakukan perhitungan yang akurat, ECU mengaktifkan
perangkat-perangkat penggerak/actuator untuk menghasilkan sistem kerja mesin yang
baik.
Dalam menginjeksikan bahan bakar, terdapat tiga pekerjaan
utama (pengontrolan) yang akan dilakukan oleh ECU (khususnya system yang
menggunakan model EMS), yaitu perhitungan kuantitas penginjeksian, pemilihan
mode injeksi dan fuel cut.Perhitungan kuantitas dilaksanakan atas pertimbangan
kondisi kerja mesin yaitu pada saat bekerja normal atau pada saat starter. Control unit
mangkalkulasi waktu pembukaan bagi injector agar sesuai dengan perbandingan
stoichiometric dan kebutuhan mesin pada saat itu. Disamping itu juga
diperhitungkan mode injeksi yang sedang dilaksanakan. Adapun mode injeksi
dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu mode simultan / serempak, group /
kelompok dan sequential.
Pada model simultan, bahan bakar dinjeksikan dalam waktu yang bersamaan
untuk semua silinder. Mode ini merupakan metode penyemprotan model lama dan
untuk model baru diaplikasikan pada saat start dan kondisi temperatur air pendingin
masih rendah.

Gambar 1 Mode injeksi simultan pada engine 6 silinder

2. Kontrol sistem induksi udara


Pada awalnya, fungsi piranti elektronik yang ada pada system induksi udara
adalah hanya sebagai sensor, guna mengetahui jumlah atau volume udara yang masuk
ke intake manifold dan temperatur udara agar ECU dapat menghitung massa udara
yang dimasukkan ke ruang bakar. Dewasa ini pengontrolan telah dapat dilakukan
khususnya pada putaran rendah untuk mengontrol putaran idle dan putaran tinggi
guna meningkatkan efisiensi volumetric. Skema system control udara dapat dilihat
pada gambar 2.

Gambar 2 Skema system induksi udara


Sistem aliran udara dimulai dari filter udara untuk menyaring dari kotoran, air
metering (berupa sensor temperature dan air flow meter) menuju throttle body, intake
manifold dan ke ruang bakar. Fungsi dan prinsip kerja sensor dan actuator didalam system ini
dapat anda pelajari pada modul berikutnya yaitu pada modul sensor dan actuator.
Tujuan yang diharapkan dari sistem control engine pada saat engine bekerja pada putaran idle
adalah

 Untuk menyeimbangkan torsi yang dihasilkan dengan perubahan beban engine,


sehingga mesin dapat tetap berputar secara stabil meskipun ada penambahan beban-
beban asesories (seperti AC, power steering, beban-beban listrik lain) dan proses
terhubungnya transmisi otomatis.
 Untuk menyajikan putaran rendah yang halus dengan emisi gas buang dan konsumsi
bahan bakar yang rendah mengingat lebih dari 30% pemakaian bahan bakar didalam
kota digunakan pada putaran idle.
 Untuk mengontrol putaran idle, ECU menggunakan input dari water temperature
sensor, throtle position sensor, air conditioner /AC, transmisi otomatis, power
steering, sistem pengisian (charging system), putaran mesin dan kecepatan mesin.
Ada dua cara yang digunakan dalam mengontrol putaran idle yaitu dengan
pengontrolan udara dan pengontrolan timing. Jumlah udara yang masuk melalui intake
manifold oleh katup bypass atau oleh sebuah actuator. Katup bypass menggunakan motor
listrik yang dikontrol oleh ECU yang bekerja membuka dan menutup saluran dengan besar
pembukaan sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan. Dengan katup throttle yang besar,
maka pembukaannya akan sangat sensitif terhadap putaran mesin sehingga kecepatan idle
susah dikontrol. Untuk itu digunakan katup bypass. Dengan menggunakan umpan balik dari
rpm engine, ECU dapat menyetel jumlah udara yang mengalir untuk menambah atau
mengurangi putaran idle. Kelemahan pada kontrol udara ini adalah relatif lebih lambat dalam
merespon perubahan beban. Untuk mengatasi masalah ini, sistem kontrol udara sering
dikombinasikan dengan kontrol sistem pengapian agar diperoleh putaran idle yang sesuai.
Kebutuhan bahan bakar pada saat putaran idle ditentukan oleh beban dan putaran mesin.
Dalam operasi kerja closed loop sistem nilai atau jumlah bahan bakar ini dioptimalkan
oleh lambda close loop control.

3. Kontrol Sistem Pengapian


Tujuan pengontrolan mesin pada sistem pengapiannya adalah untuk dapat
memberikan sistem pengapian yang optimal hingga dapat tercapai torsi yang optimum, emisi
gas buang yang rendah, irit bahan bakar dan pengendaraan/pengendalian yang baik serta
meminimalkan engine knock. Data dasar untuk timing pengapian (Base Engine Timing
Value) yang mengacu pada beban dan putaran mesin tersimpan dalam ROM pada Electronic
Control Unit (ECU). Data-data yang diterima ECU diolah untuk mencapai tujuan yang
diharapkan seperti diatas. Koreksi terhadap waktu pengapian juga dibutuhkan guna
mengakomodir efek temperatur, EGR, start pada saat panas, tekanan udara dan engine
knock. Pada kendaraan yang menggunakan transmisi otomatis, timing ignition digunakan
untuk memvariasikan torsi mesin agar memudahkan dalam pemindahan kecepatan ataupun
pengontrolan putaran idle. Flow chart berikut menggambarkan metode perhitungan untuk
ignition timing

Gambar 3 Flow chart pengontrolan saat pengapian


D.Engine Management System
1. EMS Toyota Avanza

Seperti yang telah diuraiakan pada materi sebelumnya bahwa engine management
sistem yang ada didalam kendaraan merupakan gabungan dari system pengapian dan sistem
bahan bakar yang dikontrol oleh sebuah Engine Control Modul (Kontrol Unit). Dalam
bekerjanya sistem pengapian (Ignition System) dan sistem bahan bakar (Fuel System)
dikontrol oleh sebuah kontrol unit (Engine Control Modul). Masukan berupa besaran listrik
dari sensor sensor yang dipekerjakan dan diolah oleh ecm/ecu yang kemudian besaran
kuantitas nilai tersebut akan mampu menggerakan actuator untuk bekerja .
Untuk system bahan bakar sendiri dalam hal ini adalah injector dikenal dengan Single point
injector ( SPI ) dan Multi Point Injector ( MPI ). Penyemprotan bahan bakarnya dapat
dilakukan sebelum ruang bahan bakar / intake manifold atau langsung diruang bakar yang
dikenal dengan Gasoline Direct Injection ( GDI ).

Kapan penyemprotan bahan bakar dilakukan ?, penyemprotan bahan bakar dilakukan


sesuai Firing Oeder ( FO ) pada saat langkah hisap dengan urutan 1,3,4,2 ( 4 silinder ).
Artinya penyemprotan dilakukan dari silinder nomor satu, tiga, empat dan yang terakhir
silinder dua dengan kwantitas volume bahan yang disemprotkan sama pada tiap tiap silinder .

Gambar 4 Injektor Toyota Avanza


ECU Mengolah data masukan dari sensor sensor yang ada sehingga tidak akan terjadi
kesalahan saat penyemprotan dan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk tiap kali siklus
pembakaran.
Sensor water temperature sensor dipasangkan pada saluran sambungan air ( water )
didalam engine, dimana tugas dari sensor ini adalah memindai temperature terkini dan tetap
menjaga kondisi mesin tidak terjadi over heating, dengan demikian sensor ini memberikan
input ke ecu dan memerintahkan actuator ( injector ) untuk menyemprotkan bahan bakar
sesui volumenya ditiap silinder.

Gambar 5 MAP Sensor Toyota Avanza

Manifold Absolute Pressure sensor bertugas memindai kondisi kevakuman atau


besarnya tekanan absolute yang ada di intake manifold setelah Throttle body yang berfungsi
mengetahui tekanan udara masuk campuran bahan bakar dan kapan saat waktu pengapian

Gambar 6 WTS Sensor Toyota Avanza


Tentunya masukan informasi ke ecu tidak lain adalah berupa tegangan listrik yang
dirubah oleh ecu menjadi sinyal, dimana tegangan paling tinggi yang dihasilkan adalah pada
saat kunci kontak pada posisi ON mesin mati dan saat akselerasi yaitu dengan menginjak
katup gas secara tiba tiba, begitu sebaliknya saat deselerasi tegangan ada ditegangan paling
rendah.

Gambar 6 Throtlle body ASS. Toyota Avanza

Tugas dari Intake Air temperature sensor adalah mendeteksi suhu udara masuk yang
dapat bekerja pada temperature -40 0C S.d +120 0C.

Gambar 7 IAT sensor Toyota Avanza


Pemasangan dari oksigen sensor adalah disaluran gas buang .secara umum
penggunaan oksigen sensor pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar tanpa timbale (
Pertamax ), sementara penggunaan bahan bakar premium hanya menggunakan resistor
variable yang juga bertujuan untuk mengatur emisi saat putaran idle

Gambar 8 Oxygen sensor Toyota Avanza

Fungsi dari oksigen sensor adalah mengetahui keluaran gas buang, dimana jika
didapat rasio oksigen yang terbakar akan dapat dipindai oleh sensor dank arena sensor ini
bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan tegangan yang akan diolah oleh ECU, perubahan
tegangan secara drastic yang diakibatkan pembakaran tidak sempurna misalnya atau nilai
AFR diluar batas kewajaran maka dengan segera ECU akan mengubah timing pengapian dan
jumlah kwantitas bahan bakar untuk dapat mempertahankan rasio yang tepat.

Throtlle Position Sensor akan mendeteksi pembukaan katup gas dari sini sini
diketahui kwantitas udara yang masuk, yang selanjutnya sinyal tegangan akan dikirim ke
ECU untuk kemudian penyemprotan bahan akan segera dilakukan .

Gambar 8 TPS sensor Toyota Avanza


Sensor variable Valve Timing Intelligent difungsikan untuk mengetahui bukaan katup
masuk tentunya disesuaikan dengan kebutuhan campuran Bahan bakar saat kendaraan idle,
akselerasi juga deselerasi. Saat mesin dingin tidak diperlukan overlapping atau kedua katup
membuka bersaan saat langkah buang , peran sensor ini akan memberikan masukan ke ECU
dan mengirimkan perintah kepada VVTI untuk meberikan tekanan fluida terhadap oil control
valve.

Gambar 10 VVTI sensor Toyota Avanza

Sensor Knocking berfungsi mengetahui adanya knocking, knocking akan


menimbulkan noise yang dapat terbaca oleh ECU, ECU akan memerintahkan kepada system
pengapian untuk memundurkan saat pengapian 2 kali sampai detonasi tidak terjadi lagi.

Gambar 11 Knocking sensor Toyota Avanza


Camshaft sensor berfungsi untuk mengontrol waktu pengapian dan waktu
penyemprotan bahan bakar.

Gambar 12 CMP dan CKP sensor Toyota Avanza

Posisi relative piston terhadap TMA maka selanjutnya tegangan koil akan
ditembakkan sesuai posisi relative tersebut.

2. Membaca Hasil Diagnostic Toyota Avanza


Para siswa sekalian tahap berikutnya pembelejaran dilanjutkan seperti apa
pelaksanaan cara membaca hasil diagnostic dari serangkain kegiatan pembelajaran mengenai
fungsi dan tugas komponen sensor dan actuator khususnya kendaraan dengan model EMS
dari mobil Toyota avanza dengan cara lebih mudah difahami menggunakan simulasi berupa
papan antar muka siswa dan pebelajar .
Ada dua cara yang dikenal dalam pelaksanaan service mobil EFI , seperti
menggunakan Scanner, alat ini sangat memabantu mekanik servis, hasil yang dapat dibaca
dari alat ini secara umum memuat informasi mengenai kecepatan mesin, waktu pengapian,
putaran mesin, kecepatan penyemprotan bahan bakar oleh injector dan sebagainya.
Penggunaan alat ini sangat mudah seperti kita akan menggunakan HP dan
menghubungkannya ke komputer .

Gambar 13 Connector diagnostic Toyota Avanza


Kabel connector dari Scanner di hubungkan langsung dengan menancapkan connector
ke connector diagnostiknya.

Cara yang kedua dapat digunakan seutas kabel atau lebih dikenal dengan kabel
jumper . namun cara ini diperlukan kehatian hatian dan pengetahuan yang baik mengenai
mobil system EFI sebagai langkah prasyarat sebelum melanjutkan ke EMS. Kabel jumper
dihubungkan dengan connector seperti yang terlihat pada gambar 13.

Untuk Avanza digunakan standar OBD 2 dengan jumlah pin sebanyak


16 PIN.kabel jamper dihubungkan dengan lubang no urut 4 atau 5 sebagai groundnya yang
dikoneksikan dengan lubang atas dengan nomor urut 12 sebagai EFI T_nya. Setelah kita
hubungkan dengan kabel jumper maka lampu MIL akan menyala yang menampilkan kode
sejumlah kedipan yang berhubungan dengan kegaglan fungsi dari sensor sensor .

You might also like