Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Brigitta Molina
NPM : 14 06 07656
2017
Scanned by CamScanner
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-
Nya sehingga penulisan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Analisis Pola
Bongkar Naphta Berdasarkan Inventory dan Spesific Gravity Bulan Juni 2017 di
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan “ dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek dari tanggal 3 Juli 2017
sampai dengan tanggal 11 Agustus 2017.
Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk menerapkan dan
membandingkan ilmu-ilmu dalam teknik industri yang telah didapat dalam bangku
kuliah dengan kondisi nyata pada suatu perusahaan, khususnya pada
PT.Pertamina RU VI Balongan
Dalam pembuatan laporan ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik yang terlibat langsung
dalam pembuatan laporan maupun pihak-pihak yang mendukung kelancaran
pembuatan laporan ini:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moral
dan material sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dan
mengerjakan laporan dengan baik.
2. PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit VI Balongan yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk melaksanakan kegiatan kerja
praktek disana.
3. Bapak V.Ariyono, ST., MT., dosen pembimbing Kerja Praktek (KP) yang
sudah membantu penulis dalam penyusunan laporan
4. Bapak Suharto PH selaku Head Section Supply Chain and Distribution
Section yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
melaksanakan kerja praktek dan memberikan ilmu
5. Bapak Gerdathias Putra selaku pembimbing penulis atas ketersediaannya
memberikan banyak waktu, ilmu, bimbingan dan masukannya selama
kegiatan kerja praktek.
6. Bapak Hendiono yang telah membantu penulis dalam penentuan tugas
khusus
7. Bapak Yogie Rachmadi dan Bapak Topik yang telah membantu penulis
dalam mengumpulkan data.
iv
8. Bapak Yanto selaku staff di HR Development Section yang telah
membantu penulis mengurus segala administrasi baik sebelum dan sesudah
kegiatan kerja praktek.
9. Bapak Nasir yang sudah menyediakan tempat untuk menetap selama berada
di Balongan.
10. Teman-teman kerja praktek (Icae, Yarra, Bella, Thika, Dimas, Elfa, dan Mas
Andika Alfarisi) yang selalu menghadirkan keceriaan setiap harinya dan
selalu menciptakan semangat baru setiap harinya.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Brigitta Molina
v
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................1
1.2. Tujuan .............................................................................................1
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ...............................2
vi
BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
4.1. Lingkup Pekerjaan ...........................................................................21
4.2. Tanggungjawab dan Wewenang dalam Pekerjaan ..........................21
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan.................................................22
4.4. Hasil Pekerjaan ...............................................................................23
4.4.1. Data Realisasi Kedatangan Kapal Naphta .............................23
4.4.2. Data Level Tanki ....................................................................24
4.4.3. Data Karakteristik Naphta ......................................................24
4.4.4. Data Nilai SG (Spesific Gravity) .............................................24
4.4.5. Data STS Bulan Juni 2017 .....................................................25
4.5. Pengolahan Data .............................................................................25
4.5.1. Linear Programming (Minimasi) .............................................25
4.5.2. MRP ......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN ........................................................................................................36
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY
memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk
mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan
mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik
Industri.Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa
Teknik Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja
praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal
ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan.
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu.
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan.
4. Mengamati perilaku system.
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis.
6. Melaksanakan ujian kerja praktek.
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan
11 Agustus 2017 di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan yang terletak di Jalan
Raya Balongan Km. 9 Kecamatan Balongan Kab. Indramayu Prov. Jawa Barat.
Dalam hal ini penulis ditempatkan pada Departemen Supply Chain & Distribution
dengan jam kerja mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB untuk hari
Senin sampai dengan Jumat dan jam istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB.
2
BAB 2
Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi
pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari
keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity
dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu
membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun 1990. Oleh karena itu kilang
Balongan disebut kilang milik PERTAMINA.
Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak
mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual
yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baiksebagai bahan baku
kilang. Kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari
kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan
karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam
negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif
dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan Duri meningkat
cukup besar dengan diterapkannya metode Secondary Recovery. Saat ini, feed
yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri, Minas,
dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24.
Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan
BBM yaitu:
1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.
2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.
3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.
Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan
proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun 1991. Pada
perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah namanya
Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina (Persero) RU
VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari
perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic
Cracking (RCC) mengalami kerusakan.
3
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi minyak
ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga sangat
tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit ini
yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini.
Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak
domestik menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah
kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan
sekitarnya.
4
masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk
memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan
tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari
organisasi itu sendiri. Struktur organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa
bagian yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai
berikut:
1. General Manager
Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit
bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi
kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation,
procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target
perusahaan di Refinery Unit VI.
2. Senior Man. Op & Manufacturing
Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan, memonitor,
dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan operasi kilang,
assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul, pemeliharaan
rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan baku,
intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan
sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukkan komitmen
HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan
lancar dan aman di Refinery Unit VI
3. Production-I Manager
Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung
seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah
lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses
bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
4. Production-II Manager
5
Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas /
process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh
kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan sesuai
dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI
5. Refinery Planning & Optimization Manager
Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah mengarahkan,
mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan, pengembangan /
pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian keekonomian,
kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan, penerimaan, dan
penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang; evaluasi
pengembangan produk; pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan
hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang paling
efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas
/ proses bisnis di Refinery Unit VI.
6. Maintenance Execution Manager
Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan, memonitor,
dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop), pemeliharaan
peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset
bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment,
transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu tools
worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan
kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling
optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap
aktivitas dan memenuhi HSE excellence di Refinery Unit
7. Maintenance Planning & Support Manager
Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah mengarahkan,
memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta menunjukkan
komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan kilang yang
meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana dan
kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor
6
management, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk
memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah
dan / atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat
dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di
Refinery Unit VI.
8. REL Manager
Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor,
dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan strategi
pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi,
assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA
dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan
operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap
aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan
safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit.
9. T/A (Turn-Around) Manager
Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan,
memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-around
(TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan /
perencanaan, pelaksanaan & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai
best practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan
pemerintah, standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan
pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan
di-overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan
jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang
direncanakan di Refinery Unit VI.
10. Engineering & Development Manager
Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan,
memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja
operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan
kilang pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan
operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program
HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi
pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola
suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan
7
berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit
VI.
11. HSE Manager
Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi
penerapan aspek HSE di Refinery Unit VI yang meliputi penyusunan, sosialisasi &
rekomendasi kebijakan & STK HSE, identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko HSE,
peningkatan budaya HSE, implementasi operasional program HSE, investigasi
HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE regulation & standard code
compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat
tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE excellence.
12. Procurement Manager
Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor
management, penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management,
perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta menunjukkan
komitmen HSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI.
13. General Affairs
Tugas pokok General Affairs adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi
kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan stakeholder, hubungan
pelanggan (internal & eksternal), kredibilitas perusahaan, komunikasi eksternal
dan internal, Corporate Social Responsibility (CSR) / Community Development
(CD) / Community Relation (CR), dokumen dan literatur perusahaan, corporate
activity, manajemen security, budaya security, operasional program security,
emergency program, pengelolaan peralatan dan fasilitas security, juga security
regulation compliance untuk mendukung kegiatan operasional agar berjalan efektif
dan optimal di fungsi Refinery Unit VI.
8
1. “Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM
dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta
berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.”
2. “Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,
handal, efisien dan berwawasan lingkungan.”
3. “Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh
sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan,
keterbukaan dan prinsip saling menguntungkan.”
Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah “Renewable Spirit” atau “Semangat
Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh jajaran pekerja
untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented yang terkait dengan
persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.
9
2.3.3. Tata Nilai Perusahaan
Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman
bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai
perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut:
1. CLEAN (BERSIH)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi
suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas
tata kelola korporasi yang baik.
2. COMPETITIVE (KOMPETITIF)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
3. CONFIDENT (PERCAYA DIRI)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
5. COMMERCIAL (KOMERSIAL)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
10
Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya
sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang,
PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru
dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah
Cirebon dan sekitarnya.
Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses
produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk
mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun
sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan.
Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang
dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir.
Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang
memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang
berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran
adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman.
Area kilang terdiri dari :
• Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang
: 200 ha daerah penyangga
• Sarana perumahan : 200 ha
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya
faktor pendukung, antara lain :
a. Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
adalah :
Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).
Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).
Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard
Cubic Feet per Day (MMSCFD).
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih
65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi
dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta
kecepatan maksimum 1.200m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat
exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam
pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan
11
sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini.
Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH3,
fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
c. Transportasi
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai
utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi
hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities
adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude
oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut,
dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk
(propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas
yang dinamakan jetty facilities.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan terdiri
dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian
Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga meningkatkan
taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan
untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA (Persero)
yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
12
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PERUSAHAAN
13
6. Memberikan advis/saran baik diminta atau tidak kepada unit produksi/kilang
berupa perspektif keekonomian kilang agar mengacu kepada efisiensi dan
produktivitas.
14
c. Melaporkan Pencapaian KPI (Key Performance Indicator) RU VI.
15
c. Minasol
4. Lain-lain Produk lain-lain terdiri atas:
a. High Octan Mogas Component (HOMC), merupakan produk intermedia
(setengah jadi) yang digunakan kembali untuk melakukan proses produksi
produk lainnya.
b. Decant Oil, digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler.
5. Refinery Fuel (RF)
Produk RF terdiri atas:
a. RF Oil
b. RF Gas
c. Lean Gas
UNIT-31 NHT
LPG
52,000 BPSD 103 %VOL 390 MB
UNIT-32 PLF
HOMC
HEAVY 29,000 BPSD REFORMATE
NAPHTHA 1,120 MB
16
a. Crude Destilation Unit (CDU)
CDU merupakan primary processing, yang didesain untuk mengolah
125.000 BSPD (Barrel Stream Per Day). Pada unit ini komposisi desain
crude untuk pengolahan adalah 80% Duri dan 20% Minas. CDU
memisahkan minyak mentah menjadi produk melalui proses pemisahan
fisik berdasarkan titik didih dengan proses yang disebut distilasi. Produk
yang dihasilkan adalah Straight Run Naptha, Kerosine, Gasoil, dan
Atmospheric Residue (AR).
b. AR Hydrodematillization
ARHDM unit untuk mengolah Atmospheric Residue (AR) dari CDU yang
mengandung metal (Ni, V) serta karbon (MCR) dalam jumlah yang tinggi,
menjadi DMAR yang mengandung metal (Ni, V) dan karbon (MCR) dalam
jumlah yang lebih kecil. Prosesnya dengan menggunakan katalis dan
17ydrogen pada 17ydrogen17re dan tekanan tinggi. ARHDM dirancang
untuk mengolah AR keluar dari CDU sebesar 58.000BPSD.
c. Gas Oil Hydrotreater
Gas Oil Hydrotreater (GO-HTU) merupakan unit untuk mengolah gas oil
yang tidak stabil dan korosif karena mengandung sulfur dan nitrogen
menjadi gas oil yang memenuhi ketentuan pasar, dengan bantuan katalis
dan 17ydrogen Kapasitas GO-HTU 32.000 BPSD
d. Residue Catalytic Cracker (RCC)
Residue catalytic cracker (RCC) merupakan Secondary Processing
dengan kapasitas 83 BPSD (505.408T/H) merupakan salah satu unit
RCC terbesar di dunia. Unit ini didesain untuk mengolah Treated
Residue (DMAR) dari ARHDM dan Atmospheric Residue (AR) dari
CDU dengan bantuan katalis. Produk yang dihasilkan dari unit RCC
ini merupakan produk dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti LPG,
Propylene, Polygasoline (mogas dengan RON 98), Naptha (RON 92),
Light Cycle Oil (LCO), serta Decant Oil (DCO).
e. Unsaturated Gas Plant (UGP)
Unsaturated gas plant (UGP) berfungsi untuk memisahkan produk
overhead Main column RCC unit (15-C-101) menjadi Stabilized gasoline,
LPG dan Non condensable lean gas, dimana sebagian akan dipakai
sebagai lift gas sebelum diolah lebih lanjut di Amine treater sebagai off
gas.
17
f. LPG Treater
LPG treater dirancang untuk membersihkan Mixed RCC LPG sebanyak
22.500 BPSD (86,0405 T/H) yang mengandung 30 ppm wt H2S dan 65
ppm wt merkaptan sulfur, dan menghasilkan aliran produksi dengan
kandungan maksimum H2S = 10 ppm wt.
g. Propylene Recovery Unit (RPU)
Propylene recovery unit (PRU) berfungsi untuk memisahan dan
memproses LPG dari Unsaturated Gas Plant (UGP) sebagai
downsream RCC guna mendapatkan produk propylene dengan
kemurnian tinggi, yang dapat dipakai sebagai Feed Polypropylene Unit.
h. Catalytic Condensation (CCU)
Catalytic condensation unit (CCU) didesain untuk mengolah Mixed
butanes sebesar 13.000 BPSD (53,523 T/H) dari RCC Complex, dengan
dilengkapi tiga unit 18ydroge yang dioperasikan secara 18ydrogen.
Finished product berupa Polygasoline beroktan tinggi serta butane.
i. Light Cycle Oil Hydrotreater
Light cycle oil hydrotreater (LCO-HTU) berfungsi untuk menghilangkan
sulfur dan nitrogen dari Untreated LCO tanpa perubahan boiling range
yang berarti, agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan
spesifikasi pemasaran. Kapasitas unit ini 15.000 BPSD (92,912 T/H) .
j. Hydrogen Plant
Hydrogen plant merupakan plant yang dirancang untuk memproduksi
18ydrogen dengan kemurnian minimal 99,9% sejumlah 76 MMSCFD.
Produk 18ydrogen tersebut di suplai ke ARHDM, GO-HTU, dan LCOHTU
sebagai make-up H2 dalam proses hidrogenasi. Kapasitas terpasang H2
plant adalah sekitar 132.980 Nm3/H (110,830 T/H).
k. Amine Treater
Amine treater dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk
menghilangkan kandungan H2S yang terikat dalam sour gas. Proses
yang dipakai adalah SHELL ADIP Process, yang menggunakan larutan
MDEA (Methyl di-ethanol amine) sebagai larutan penyerap. Kapasitas
terpasang Amine treater adalah 49.200 Nm3/H (base case).
l. Sour Water Stripper
Fungsi utama Sour water stripper (SWS) adalah untuk membersihkan air
sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-gas yang ada
18
(khususnya NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses tersebut menjadi
bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali sebagai air proses.
m. Sulfur Plant
Sulfur plant adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang
dihasilkan Amine treater dan H2S stripper Train no. 1 SWS. Sulfur plant
terdiri dari suatu unit Claus untuk menghasilkan sulfur, lalu diikuti dengan
Sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur padat.
19
4) LPG dan Propylene, menggunakan jetty.
b. Truck, digunakan untuk mengangkut LPG, dan Pertadex (Pertamina DEX).
c. Pipeline, digunakan untuk menyalurkan produk BBM, BBK, dan NBBM.
20
BAB 4
21
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
22
4.4. Hasil Pekerjaan
Dalam sub bab ini akan ditunjukkan hasil pekerjaan mahasiswa yang dimulai
dengan penjelasan mengenai data-data yang diperoleh mahasiswa dalam
melaksanakan observasi.
23
Lanjutan Tabel 4.1.
26-Jun
27-Jun 153,204 TPPI
28-Jun
29-Jun 70,24 RU III
30-Jun
24
Tabel 4.4. SG Awal
Tanki Kapasitas SG Cal.
42T-107B 8 0,7319
42T-107C 18 0,7117
42T-107D 111 0,7134
Variabel Keputusan:
Vb = Volume naphta dari tanki B
Vc = Volume naphta dari tanki C
Vd = Volume naphta dari tanki D
Constraints / Kendala
Nilai SG ≥ 0,72
Nilai SG ≤ 0,73
Volume feed ≤ Stock
∑Volume Feed = Kebutuhan total perhari
Ketahanan stock ≥ 3 (hari)
25
Gambar 4.2. Solver Add-in Excel
4.5.2. MRP
Perhitungan MRP dilakukan untuk mengetahui kondisi stock setiap tanki dan
mengetahui tanki mana yang dapat digunakan untuk alokasi dari naphta yang
datang, berikut adalah perhitungan yang dilakukan:
26
Project On Hand (POH)
Project on hand merupakan stock material atau produk yang siap digunakan,
perhitungan POH didapatkan dari:
POH = POHd-1 + SR - GR
Keterangan:
POHd-1 = Inventory hari sebelumnya
SR = Scheduled Receipts
GR = Gross Requirement
Ketahanan Stock
Ketahanan stock merupakan lamanya stock tersebut dapat digunakan untuk
proses produksi:
POH
Ketahanan Stock =
GR
27
Gambar 4.4. MRP Keseluruhan
28
Berdasarkan pola bongkar yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Trend Stock Tanki Naphta
200,000
MB (Mega Barrel)
150,000
100,000
50,000
0,000
18-Jun
31-Mei
01-Jun
02-Jun
03-Jun
04-Jun
05-Jun
06-Jun
07-Jun
08-Jun
09-Jun
10-Jun
11-Jun
12-Jun
13-Jun
14-Jun
15-Jun
16-Jun
17-Jun
19-Jun
20-Jun
21-Jun
22-Jun
23-Jun
24-Jun
25-Jun
26-Jun
27-Jun
28-Jun
29-Jun
30-Jun
Date
Berdasarkan grafik 4.1., dapat dilihat terdapat stock yang bernilai 0 yang disebabkan oleh jadwal kapal yang belum tiba. Kondisi tersebut
kemudian dapat mempengaruhi kondisi tarikan feed unit NHT yang dapat dilihat pada tabel 4.6.
29
Spesific Gravity (SG) untuk setiap tanki
Tabel 4.5. Nilai SG Tanki Naphta
Tabel 4.5. menunjukkan nilai Spesific Gravity pada setiap tanki, dimana tanki T 107 A sedang dalam perbaikan sehingga tidak terdapat
naphta didalamnya. Terdapat nilai 0 pada tabel 4.5. yang menunjukkan bahwa pada hari tersebut terdapat bongkar naphta via kapal menuju
tanki. Nilai spesific gravity dapat berubah-ubah apabila terdapat kapal naphta yang datang dan memiliki spesifikasi nilai SG yang berbeda
dengan nilai SG naphta yang berada di dalam tangki.
30
Tabel 4.6. menunjukkan nilai Spesific Gravity tarikan ke unit NHT setiap
harinya pada bulan Juni. Dapat dilihat pada tabel bahwa terdapat nilai ditandai
warna merah yang menandakan bahwa pada hari tersebut nilai SG yang
masuk ke dalam unit NHT berada di bawah standar perusahaan yaitu 0,72-
0,73.
Tabel 4.6. Nilai SG ke Unit NHT
Date SG
01-Jun 0,717
02-Jun 0,713
03-Jun 0,722
04-Jun 0,728
05-Jun 0,685
06-Jun 0,720
07-Jun 0,720
08-Jun 0,720
09-Jun 0,720
10-Jun 0,699
11-Jun 0,690
12-Jun 0,720
13-Jun 0,720
14-Jun 0,720
15-Jun 0,720
16-Jun 0,720
17-Jun 0,720
18-Jun 0,720
19-Jun 0,720
20-Jun 0,720
21-Jun 0,722
22-Jun 0,720
23-Jun 0,720
24-Jun 0,727
25-Jun 0,720
26-Jun 0,729
27-Jun 0,726
28-Jun 0,720
29-Jun 0,720
30-Jun 0,720
31
SG Feed
0,68
0,69
0,7
0,71
0,73
0,74
0,72
01-Jun
Grafik SG Feed untuk Unit NHT
02-Jun
03-Jun
04-Jun
05-Jun
06-Jun
07-Jun
08-Jun
09-Jun
10-Jun
11-Jun
Batas Bawah
12-Jun
13-Jun
14-Jun
32
15-Jun
Data
Date
16-Jun
SG Feed NHT
17-Jun
18-Jun
19-Jun
Grafik 4.2. Nilai SG Feed NHT
20-Jun
Batas Atas
21-Jun
22-Jun
23-Jun
24-Jun
25-Jun
26-Jun
27-Jun
28-Jun
29-Jun
30-Jun
Grafik 4.2. menunjukkan terdapat 5 nilai SG yang berada dibawah standar
nilai SG Feed unit NHT, dimana batas bawah untuk nilai SG yang menjadi
feed untuk unit NHT yaitu 0,72. Faktor yang menyebabkan terdapatnya nilai
SG yang berada di luar batas bawah adalah kurangnya stock heavy naphta
atau naphta yang memiliki spesifikasi nilai SG yang tinggi.
Nilai SG paling rendah yaitu 0,685 terjadi pada tanggal 5 Juni. Nilai SG yang
rendah pada tanggal tersebut disebabkan karena kurangnya stock yang
tersisa pada tanggal 5 Juni untuk memenuhi kebutuhan harian naphta feed
yaitu 44MB.
Apabila nilai SG berada dibawah standar secara berkelanjutan maka akan
menyebabkan penurunan kinerja pada unit NHT yaitu disebabkan oleh
pembakaran feed yang tidak optimal. Sedangkan apabila nilai SG berada di
atas standar maka unit NHT akan memiliki beban yang berat dalam
menjalankan mesin tersebut.
33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, terjadi perubahan terhadap
stock tanki awal bulan dengan stock tanki akhir, dengan nilai stock tanki
sebagai berikut:
Stock tanki pada T 107 B pada tanggal 1 Juni bernilai 8MB, sedangkan
pada akhir bulan bernilai 90,129MB
Stock tanki pada T 107 C pada tanggal 1 Juni bernilai 18MB, sedangkan
pada akhir bulan tidak terdapat sisa stock atau stock bernilai 0MB
Stock tanki pada T 107 D pada tanggal 1 Juni bernilai 111MB, sedangkan
pada akhir bulan stock yang tersedia yaitu 99,076
b. Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat feed yang tidak memenuhi
standar SG Feed unit NHT pada range 0,72 - 0,73, yang terjadi pada tanggal
1 Juni, 2 Juni, 5 Juni, 10 Juni, dan 11 Juni, disebabkan kurangnya stock heavy
naphta.
c. Nilai SG Feed yang berada di luar batas dapat memengaruhi kinerja unit
tersebut.
5.2. Saran
34