Professional Documents
Culture Documents
Reza Ipd
Reza Ipd
laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau
pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Diagnosis AIDS untuk
Tabel 1 Cara menentukan diagnosis dini infeksi HIV berdasarkan riwayat dan pemeriksaan
Herpes simpleks, ulkus kronik (lebih dari 1 bulan), bronchitis, pneumonitis, atau
Kandidiasis esophagus
Kriptokokosis, ekstraparu
Limfoma, Burkitt
Limfoma, imunoblastik
Mikobakterium, spesies lain atau spesies yang tidak dapat teridentifikasi, diseminata atau
ekstrapulmoner
Sarkoma Kaposi
Toksoplasmosis otak
NB :
(a) Terdapat gejala klinis gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang menggangu kerja
atau aktivitas sehari – hari, tanpa dapat dijelaskan oleh penyebab lain selain infeksi HIV.
Untuk menyingkirkan penyakit lain dilakukan pemriksaan lumbal punksi dan pemeriksaan
(c) Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 % ditambah diare kronik (minimal 2 kali
selama > 30 hari, intermitten atau konstan), tanpa dapat dijelaskan oleh penyakit / kondisi
menderita AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang
sesuai dan sekurang – kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan gejala
– gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan – keadaan lain yang tidak berkaitan dengan
HIV :
1. Gejala Mayor : Berat badan menurun > 10 % dalam 1 bulan, diare kronis yang
berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan
2. Gejala Minor : Batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalisata yang gatal,
adanya herpes zoster multisegmental dan atau berulang, kandidiasis oro – faringeal, herpes
simpleks kronis progresif, limfadenopati generalisata, infeksi jamur berulang pada alat
kelamin perempuan.
Tes HIV
terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru
laboratorium untuk memastikan diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat dibagi
menjadi :
deteksi antigen, dan deteksi materi genetic dalam darah pasien (UNAIDS,1997).
Seseorang yang ingin menjalani tes HIV untuk keperluan diagnosis harus
mendapatkan konseling pra tes.Hal ini harus dilakukan agar ia mendapatkan informasi
yang sejelas – jelasnya mengenai infeksi HIV / AIDS sehingga dapat mengambil keputusan
yang terbaik untuk dirinya serta lebih siap menerima apapun hasil tesnya nanti. Untuk
keperluan survey tidak diperlukan konseling pra tes karena orang yang dites tidak akan
Untuk memberitahu hasil tes juga diperluakn konseling pasca tes, baik hasil tes
positif maupun negatif. Jika hasilnya positif akan diberikan informasi mengenai
pengobatan untuk memperpanjang masa tanpa gejala serta cara pencegahan penularan. Jika
hasilnya negative, konseling tetap perlu dilakukan untuk memberikan informasi bagaimana
WHO telah menetapkan Stadium Klinis HIV/AIDS untuk dewasa maupun anak dimana
stadium klinis HIV/AIDS masing-masing terdiri dari 4 stadium. Jika dilihat dari gejala
yang terjadi pembagian stadium klinis HIV/AIDS adalah sebagai berikut (WHO. 2009):
Stadium 1
- Asymptomatic
weight)
pharyngitis)
- Herpes zoster
- Angular cheilitis
- Seborrhoeic dermatitis
Stadium 3
weight)
- Pulmonary tuberculosis
disease)
chronic thrombocytopeni
Stadium 4
- Extrapulmonary tuberculosis
- Kaposi sarcoma
- HIV encephalopathy
- Chronic cryptosporidiosis
- Chronic isosporiasis
Penatalaksanaan
HIV / AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total.
Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa
pengobatan denagn kombinasi beberapa obat anti HIV ( obat anti retroviral, disingkat obat
ARV ) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang
dengan HIV / AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif.Manfaat ARV
dicapai melalui pulihnya sistem kekebalan akibat HIV dan pulihnya kerentanan odha
dengan pemberian nutrisi dan vitamin yang cukup makupun psikoterapi; 2) pencegahan
kombinasi dengan 3 obat sering digunakan, terdiri dari dua buah inhibitor reverse
transkriptase dan satu enzim inhibitor protease. Monoterapi (ddI atau d4T) hanya
dipertimbangkan bila pengobatan kombinasi tidak dapat dilakukan atau pasien telah
menggunakan monoterapi dalam waktu yang lama dan hasil klinis maupun pemantauan
Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi kesehatan odha menjadi jauh lebih
ditangani. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat, seperti infeksi virus sitomegalo
pada odha yang hilang timbul, biasanya mengharuskan odha minum obat infeksi agar tidak
kambuh.Namun sekakrang dengan minum obat ARV teratur, banyak odha yang tidak
Terdapat penurunan kasus kanker yang terkait dengan HIV seperti Sarkoma
virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi
dapat membentuk respons imun yang efektif terhadap human herpesvirus 8 (HHV – 8)
inhibitor, dan inhibitor protease.Tidak semua ARV tersedia di Indonesia (Tabel 2.9.2).
Generik hari)
Kandungan :
zidovudin 300
mg +
lamivudin 150
mg
40 mg mg
< 60 kg : 2 x 30
mg
/ ml 2mg/kg, 2x/hr
dilanjutkan 2 x
200 mg
x 400 mg
< 60 kg : 2 x
x 250 mg
Viracept (NFV)
Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat
1. ARV dimulai pada semua pasien yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam
kriteria diagnosis AIDS, atau menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah
limfosit CD4+.
2. ARV dimulai pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ kurang dari 350 sel /
mm3.
3. ARV dimuali pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200 – 350 sel / mm3.
4. ARV dapat dimulai atau ditunda pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ lebih
dari 350 sel / mm3 dan viral load lebih dari 100.000 kopi/ml.
5. ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3
Tabel 3 Keadaan klinik dalam penentuan pemberian terapi ARV (WHO, 2010)
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3
obat ARV.Terdapat beberaoa regimen yang dapat dipergunakan (Tabel 4), dengan
Kolom A Kolom B
Lamivudin + didanosin
Lamivudin + stavudin
Lamivudin + stavudin
Lamivudin + didanosin
Lamivudin + stavudin
Lamivudin + didanosin
* Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau wanita yang berpotensi tinggi
untuk hamil.
Catatan : kombinasi yang sama sekali tidak boleh adalah : zidovudin + stavudin.
Obat ARV juga diberikan pada beberapa kondisi khusus seperti pengobatan
profilaksis pada orang yang terpapar dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV
Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV
penting untuk mendapat perhatian lebih besar mengingat sudah ada beberapa bayi di
Indonesia yang tertular HIV dari ibunya.Efektivitas penularan HIV dari ibu ke bayi adalah
sebesar 10 – 30 %. Artinya dari 100 ibu hamil yang terinfeksi HIV, ada 10 sampai 30 bayi
yang akan tertular. Sebagian besar penularan terjadi sewaktu proses melahirkan, dan
sebagian kecil melalui plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi melaui air susu ibu.
Kendala yang dikhawatirkan adalah biaya untuk membeli obat ARV.Obat ARV
nevirapin dosis tunggal untuk ibu dan anak dinilai sangat mudah untuk diterapkan dan
dengan operasi Caesar, karena dapat menekan penularan sampai 1 %.Namun sayangnya di
negara berkembang seperti Indonesia tidak mudah untuk melakukan operasi section
Apabila terjadi penurunan jumlah CD4+ dalam masa pengobatan terapi lini
pertama dan didapat tanda terjadinya toksisitas dapat dipertimbangkan untuk mengganti
terapi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.9.5 di bawah ini :
Tabel 5 Langkah pertimbangan untuk mengganti terapi ARV (WHO, 2010)
karena HIV memiliki karakteristik yang kompleks dan adanya mutasi genetic. Vaksin ideal
seyogyanya dapat memicu imunitas humoral dan selular. Saat ini sudah dimulai dan sedang
dilakukan uji – uji klinis terhadap efektivitas vaksin seiring dengan semakin banyaknya
informasi mengenai HIV yang diketahui. Namun, program pencegahan HIV yang terpadu
mencakup tidak saja pengembangan vaksin tetapi juga riset dan pendidikan yang ditujukan
PEMBAHASAN
Alur diagnosis HIV
Anamnesis (Autoanamnesis)
Dari keterangan yang didapat, pasien Mengeluh lemah badan sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Lemah badan disertai pusing, nafsu makan yang menurun,
perut pasien terasa mual yang disertai muntah. Muntah sehari sekitar 5 kali. Muntahan
berisi air. Selain itu pasien mengeluh dari mulut banyak bercak-bercak putih seperti
sariawan.
Pasien mengeluh badan terasa demam sejak 3 hari SMRS. Demamnya tidak tinggi. Pasien
mengeluh diare sejak 3 hari SMRS. Diare tampak berlendir, sehari frekuensi 3x, tidak ada
darah. Berat badan pasien juga terus menurun sejak 1 bulan terakhir. Penurunan sekitar 5
sampai 6 kilogram.
Untuk menggali faktor resiko, maka ditanyakan tentang riwayat pekerjaan dan
kehidupan sosial pasien. Dari anamnesis selanjutnya, didapatkan keterangan pasien bekerja
swasta di bengkel motor. Pasien riwayat menikah 2x. Istri yang pertama meninggal.
Diketahui istri pasien pernah perawatan inap di RSSA, dirawat di ruang 29, terdiaagnosa
HIV dan meninggal) . istri yang kedua saat ini ada di probolinggo.
Pasien riwayat pengguna narkoba suntik sejak SMP, jenisnya obat heroin, pasien berhenti
sejak 6 tahun yang lalu (saat bom bali).pasien sehari bisa 1-2 kali suntik bersama temannya
bergantian. Pasien riwayat merokok sejak SD, sehari sekitar 3 pak. Riwayat free sex (-)
Selain itu, anamnesis yang lebih menguatkankan lagi adalah 1 hari SMRS pasien
cek darah (tes HIV) di RS probolinggo, hasil tes positif (+) terjangkit HIV.
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien normoweight namun berada pada batas
bawah, yaitu 19,9 kg/m2 (normoweight 19,5-24,5). Terdapat conjunctiva yang anemis juga
oral thrush di rongga mulut dan lidah. Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
ditemukan penurunan jumlah limfosit < 2000/ul. Pada kasus ini, jumlah limfosit pasien
tanggal 13 juni 2012 adalah : 13% x 9900 = 1287. Selanjutnya, pada kasus yang telah
dicurigai infeksi HIV maka pasien dapat dikonsulkan ke bagian VCT (Voluntary
counceling and Testing) untuk dilakukan dua tahap pemeriksaan khusus, yaitu skrining
awal berupa Rapid Test dan Enzime Linked Sorbent Assay (ELISA), dan yang kedua adalah
Uji konfirmasi berupa Western Blot test untuk mendeteksi antibody spesifik pada pasien.
Sesuai dengan pedoman nasional, diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis
pemeriksaan Rapid Test yang berbeda atau 2 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda
Pemeriksaan Western Bolt merupakan penentu diagnosis AIDS setelah test ELISA
dinyatakan positif. Bila terjadi serokonversi HIV pada test ELISA dalam keadaan infeksi
HIV primer, harus segera dikonfirmasikan dengan test WB ini. Hasil test yang positif akan
sebuah kertas nitroselulosa yang terdiri atas protein struktur utama virus. Setiap protein
terletak pada posisi yang berbeda pada garis, dan terlihatnya satu pita menandakan
Pada kasus ini, pasien dilakukan pemeriksaan VCT di RS probolinggo yang terdiri
dari pemeriksaan DETERMINAN dan ELISA. Hasilnya positif. Dari kriteria mayor dan
kriteria minor, pada pasien ini didapatkan gejala mayor : berat badan menurun > 10 %
dalam 1 bulan, Dan pada gejala minor didapatkan : kandidiasis oral dan infeksi paru TB.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat disimpulkan
Pada pemeriksaan foto thorax, pada pasien didapatkan gambaran kavitas multipel
pada kedua lobus paru. Selain itu terdapat fibroinfiltrat pada semua lapang paru. Gambaran
ini mengindikasikan adanya infeksi tuberkulosis tipe far advanced lession. Pada CXR juga
didapat ada air bronchogram yang mengindikasikan terdapat pneumonia. Pada infeksi TB
Penatalaksanaan
Pada pasien ini, AIDS yang terdiagnosis adalah pada stadium III.
Diagnosis didasarkan pada temuan berat badan yang menurun >10%, disertai koinfeksi Tb
paru dan oral candidiasis. Terapi ARV diberikan berdasarkan panduan WHO 2010 untuk
AIDS. Pada AIDS stadium 1 dan 2, terapi ARV diberikan jika hasil hitung limfosit TCD4
<350. Pada stadium 3 dan 4, terapi ARV diberikan tanpa menunggu hasil hitung limfosit
TCD4. Selain itu, kondisi khusus pasien yang terdiagnosa AIDS disertai dengan ko-infeksi
TB paru aktif atau hepatitis B, maka pemberian ARV juga tanpa menunggu hasil hitung
limfosit TCD4. Pada pasien ini, terapi antiretroviral (ARV) diberikan tanpa menunggu
hasil dari hitung dari limfosit T CD4 karena stadium AIDS 3 dan disertai keadaan khusus
koinfeksi TB paru.
regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3 obat
ARV. .Pemilihan ARV yang sesuai yaitu diberikan lini pertama adalah kombinasi dua obat
golongan NRTI dengan satu obat golongan NNRTI. Pada pasien ini, bisa diberikan
kombinasi duviral dan neviral. Duviral merupakan kombinasi dua jenis ARV NRTI yaitu
lamivudin dan zidovudin. Neviral mengandung ARV NNRTI yaitu nevirapin. Pemberian
http://www.cdc.gov/hiv
Yogyakarta:Penerbit Galang;1999
Ditjen PPM & PL Depkes RI. Pedoman nasional – perawatan, dukungan dan pengobatan
Hasil survey pada wanita hamil di Jakarta 1999-2000. Yayasan Pelita Ilmu, 2000.
www.catie.ca/pdf/facts/esophageal%20candidiasis.pdf
aids-diseases-and-conditions/
UNAIDS-WHO. Revised recommendation for the selection and use of HIV antibody
WHO. 2010. Antiretroviral Therapy for HIV Infection in Adults and Adolescence. World