You are on page 1of 7

Bledug Kuwu : wisata lumpur di Purwodadi

bledug-kuwuKoordinat : 7⁰ 05 ’ 26.00” LS 110⁰ 28 ’ 22.00” BT

Pernahkah kalian mendengar nama Bledug Kuwu?. Bledug Kuwu adalah saudara kecilnya lumpur
Sidoarjo. Jika lumpur Sidoarjo adalah bencana, Bledug Kuwu merupakan sebuah tempat wisata yang
berada di desa Kuwu Kecamatan Keradenan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Dapat ditempuh
kurang lebih 30 km ke arah timur dari Purwodadi. Bledug Kuwu berasal dari kata bledug (bahasa jawa =
mbledug) yang artinya meledak / ledakan dan ‘kuwu‘ yang diserap dari kata ’kuwur‘ yang berarti ‘lari /
kabur / berhamburan‘.

Obyek yang menarik dari Bledug ini adalah adanya letupan lumpur yang mengandung

garam dan berlangsung terus menerus. Saat pertama kali kita memasuki obyek wisata bledug kuwu ini,
kita akan melihat sebuah hamparan lumpur yang sudah mengering tandus dan diareal itu terdapat
lumpur yang masih basah. Dan setiap beberapa menit sekali muncul sebuah letupan lumpur di tengah –
tengah lumpur itu. kadang letupan lumpur itu disertai sebuah dentuman suara dan luapan asap putih.
Letupan itu juga kadang memuncratkan lumpur sampai setinggi 5-10 meter.
Areal Kubangan lubang bledug kuwu berdi ameter +- 650 meter yang menyemburkan lumpur di lahan
tanah sekitar 45 hektar ini menarik pengunjung yang tertarik melihat fenomena alam ini ataupun
peneliti yang ingin meneliti sebuah keajaiban alam ini. Dan adanya bledug kuwu itu juga disertai dengan
cerita/ legenda yang beredar di masyarakat. Menurut cerita Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang
yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia). Konon lubang itu adalah jalan
pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu
Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa
membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia
diakui sebagai anaknya Raden Aji Saka. Cerita tersebut bisa anda baca di buku yang dijual di sekitar
tempat wisata itu.

Selain menikmati fenomena alam ini, kita juga bisa membeli garam yang dihasilkan dari air asin yang
muncul dari bledug kuwu yang dibuat oleh masyrakat sekitar. So wisata alam yang ditawarkan bledug
kuwu menjadikan kita kenal dan memahami fenomena alam yang ada di Indonesia. Untuk itu tak ada
salahnya jika ajak keluarga tercinta dan turut serta mengembangkan potensi wisata Indonesia.

Beberapa foto & video yang diambil dari internet:


Asal Asul Bledug Kuwu Grobogan

Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena gunung api lumpur, seperti halnya yang terjadi di Porong,
Sidoarjo. Tetapi sudah terjadi jauh sebelum jaman Kerajaan Mataram Kuno (732M – 928M). Terletak di
Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan (Purwodadi). Tempat tersebut dapat ditempuh
kurang lebih 28 km ke arah timur dari kota Purwodadi. Selain obyek Bledug Kuwu masih ada wisata
sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo.

Obyek yang menarik dari Bledug Kuwu ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan
berlangsung antara dua hingga tiga menit dengan diameter ± 650 meter. Secara etimologi, nama Bledug
Kuwu berasal dari Bahasa Jawa. Yaitu bledug yang berarti ledakan/ meledak dan kuwu yang diserap dari
kata kuwur yang berarti lari/ kabur/ berhamburan.
Menurut sejarah asal usul nama Bledug Kuwu, yaitu sebuah kawah lumpur (bledug) yang berlokasi di
Kuwu. Kawah tersebut secara berkala melepaskan lumpur mineral, dalam bentuk letupan besar (setinggi
hingga 2 m). Oleh penduduk setempat, lumpur ini dimanfaatkan mineralnya untuk pembuatan
konsentrat garam, yang disebut bleng dan dipakai dalam pembuatan kerupuk karak.

Legenda yang beredar turun temurun, Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan
tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia). Konon lubang itu merupakan jalan pulang Joko
Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan, setelah mengalahkan Prabu Dewata
Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat
lubang tersebut. Karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat, agar dia diakui
sebagai anaknya Raden Ajisaka.
PROSES PEMBUATAN GARAM

Garam merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat kita, bayangkan saja jika
tidak ada garam akan hambar terasa hidup kita begitu kata pepatah mengatakan. Garam tidak hanya
bisa dijadikan bahan konsumsi namun garam juga bisa dikategorikan dalam bahan industri, seperti
industri penyamakan kulit, pengeboran minyak lepas pantai dll. Proses pembuatan garam secara
tradisional bisa dibilang ada dua jenis yaitu dengan metode penguapan dengan sinar matahari di tambak
– tambak garam dan dengan cara teknik perebusan (garam rebus).

Biasanya para petani garam membuat garam dengan metode petakan – petakan untuk penguapan,
untuk mendapatkan hasil garam yang baik dengan kristal yang besar, petani garam biasanya secara
langsung menguapkan air laut yang dialirkan pada petakan – petakan. Proses pembuatan garam dengan
cara penguapan sinar matahari disebut kristalisasi (penguapan) yaitu cara memisahkan campuran/zat
terlarut dari pelarutnya menggunakan pemanasan atau penyerapan kalor berdasarkan titik didihnya. Air
memiliki titik didih lebih rendah dari pada garam, sehingga ketika air laut terkena panas matahari, air
akan menguap menginggalkan partikel-pertikel garam kemudian membentuk kristal-kristal garam.
Kristal inilah yang selanjutnya dikumpulkan oleh petani garam untuk kemudian dicuci sampai bersih dan
dijemur lagi sampai menghasilkan garam yang layak konsumsi. Faktor yang mempengaruhi produksi
garam antara lain:

a. Air Laut

Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat
mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).

b. Keadaan Cuaca

§ Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada kita untuk
membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.

§ Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan indikator
yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air
laut.

§ Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan air,
dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.
c. Tanah

Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah
yang di peminihan ataupun di meja. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan
penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang
dihasilkan.

d. Pengaruh air

Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air tua
belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila konsentrasi air tua
lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber:http://www.murianews.com/component/k2/item/1954-sejarah-bledug-kuwu.html

Foto:https://persembahanku.files.wordpress.com/2006/10/bledug-kuwu-02.jpg

Sumber: http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-produksi-
garam.html, diakses 16 Desember 2014

You might also like