You are on page 1of 26

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI TUGAS ILMIAH

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2018


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LETAK SUNGSANG

Disusun oleh:

Nurul Muthia Alviani 111 2015 2252


Muhammad Fachri Hanafi 111 2015 2293
Nurul Hikamah Pratiwi 111 2015 2185
Ikhmah Sulistyowati 111 2016 2057

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


KEDOKTERAN KELUARGA PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah


rahim, bukan bagian belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part)
tidak berada di anterior. Pada waktu persalinan, hubungan antara janin dan jalan lahir
sangatlah penting untuk diperhatikan oleh karena menentukan mekanisme dan
prognosis persalinannya.1

Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai.


Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-
30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktural
uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan
multiple, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong
sebelumnya.2 Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Angka kematian prenatal dengan persalinan letak
sungsang mempunyai presentase 16,8 - 38,5 % di Indonesia.

Merujuk pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, letak


sungsang merupakan komptensi 2 dimana diharapkan pada layanan primer mampu
mendiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
kemudian merujuk pasien secepatnya ke layanan skunder / dokter spesialis yang
relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
BAB II
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM DAN TUJUAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS

A. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa mampu memahami komplikasi obstetri letak sungsang

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari komplikasi obstetri letak sungsang diharapkan mahasiswa


mampu:

1. Mendefinisikan letak sungsang.


2. Memahami etiologi dan faktor resiko letak sungsang.
3. Mengklasifikasikan jenis-jenis letak sungsang.
4. Memahami patofisiologi letak sungsang.
5. Menegakkan diagnosis letak sungsang.
6. Melakukan penanganan pada letak sungsang sesuai kompetensi dokter umum.
7. Memahami sistem rujukan letak sungsang.
8. Memahami prognosis letak sungsang.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.2 Hubungan antara
ekstremitas bawah dan bokong yang bervariasi pada presentasi booking dan
terbagi menjadi presentasi bokong jenis frank (sejati), komplet, dan
inkomplet. Pada presentasi bokong frank, ekstremitas bawah janin fleksi pada
panggul dan lutut ekstensi, sehingga kaki berada di atas dekat dengan kepala.
Pada presentasi bokong komplet terjadi fleksi pada salah satu atau kedua lutut.
Pada presentasi bokong inkomplet, salah satu atau kedua panggul tidak fleksi,
dan salah satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah bokong sehingga
kaki atau lutut terletak di bawah bokong sehingga kaki atau lutut merupakan
bagian terendah di dalam jalan lahir. Footling breech (presentasi kaki) adalah
presentasi bokong inkomplet dengan salah satu atau kedua kaki janin berada
di bawah bokong.1

B. Epidemiologi
Presentasi bokong dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (>- 37 minggu), presentasi bokong
merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur
kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30% dan
sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu.2
C. Etiologi
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktural
uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan
multipel, anomaly janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi
bokong sebelumnya.2

D. Klasifikasi

Klasifikasi presentasi bokong dibuat terutama untuk kepentingan seleksi


pasien yang akan dicoba persalinan vaginal. Terdapat tiga macam presentasi
bokong, yaitu bokong murni (60-70% kasus), bokong komplit (10 % kasus), serta
kaki dan variannya. Varian presentasi kaki adalah presentasi bokong komplit,
kaki inkomplit, dan lutut. Janin dengan presentasi kaki dan variannya
direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan vagina.2

Gambar 1. Jenis presentasi bokong2


E. Patofisiologi
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada
presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya
relatif mudah dilahirkan. Namun tidak pada presentasi bokong, hal inilah yang
menjadikan persalinan vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko. Bokong
akan memasuki panggul (engagement dan descent) dengan diameter
bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior)
mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior).2
Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul
terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan
yang mendorong ke bawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam
yang membawa sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi
diameter bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.2
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi
dalam, perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul akan lahir
terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan
penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah menekan perineum. Dengan
demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter anteroposterior,
diikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat posisi diameter
bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh
lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan bantuan
(manual aid).2

F. Diagnosis
a) Anamnesis
- Pasien merasakan gerakan anak di perut bagian bawah dan mengeluh rasa
nyeri oleh karena janin menyepak-nyepak rectum.
- Keluarnya mekonium pada presentasi bokong tidak berarti adanya gawat
janin seperti pada presentasi kepala. Mekonium keluar dari usus oleh
karena kontraksi uterus menekan bagian bawah tubuh janin terhadap
panggul ibu.4

b) Pemeriksaan Fisis

 Pemeriksaan Abdominal
 Letaknya adalah memanjang.
 Di atas panggul teraba massa lunak, irregular dan tidak terasa
seperti kepala. Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong
murni otot-otot paha teregang di atas tulang-tulang di
bawahnya. Memberikan gambaran keras menyerupai kepala
dan menyebabkan kesalahan diasgnostik.
 Punggung ada di sebalah kanan dekat dengan garis tengah.
Bagian-bagian kecil ada di sebelah kiri, jauh dari garis tengah
dan di belakang.
 Kepala teraba di fundus uteri, mungkin kepala sukar diraba bila
kepala ada di bawah hepar atau iga-iga. Kepala lebih keras dan
lebih bulat daripada bokong, dan kadang-kadang dapat
dipantulkan (ballotable). Kalau di fundus uteri teraba massa
yang dapat dipantulkan. Harus dicurigai presentasi bokong.
 Tonjolan kepala tidak ada dan bokong tidak dapat
dipantulkan.4

 Denyut jantung janin

Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas


umbilicus dan pada sisi yang sama dengan punggung. Pada RSA (right
sacrum anterior) denyut jantung janin terdengar paling keras di
kuadran kanan atas perut ibu. Kadang-kadang denyut jantung janin
terdengar di bawah umbilicus, dalam hal ini maka diagnosis yang
dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh karena denyut jantung janin
terdengar tidak di tempat yang biasa.4

 Pemeriksaan vaginal
 Bagian terendah teraba tinggi.
 Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-
garis sutura dan frontanella. Hasil pemeriksaan negatif ini
menunjukkan adanya malpresentasi.
 Bagian terendahnya teraba lunak dan irregular. Anus dan tuber
ischiadicum terletak pada satu garis.
 Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik
ke bawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksa.
 Sacrum ada di kuadran kanan depan panggul, dan diameter
bitrochanterica ada pada diameter oblique kanan.
 Kadang-kadang teraba kaki dan harus dibedakan dengan
tangan.4

c) Pemeriksaan penunjang
Konfirmasi terbaik pada dugaan adanya presentasi bokong adalah
pemeriksaan sonografi.1 Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan
penilaian risiko pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume
air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan
hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan kesejahteraan janin dapat
diperiksa menggunakan ultrasonografi.2

Pemindaian tomografi terkomputerisasi (Computed tomographic scan)


juga dapat digunakan untuk memberikan konfigurasi dan penilaian panggul
dengan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pemeriksaan
radiografi standar. Pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging)
memberikan informasi yang baik mengenai kapasitas dan struktural panggul
tanpa radiasi pengion.1

d) Penatalaksanaan
a) Tatalaksana umum
o Persalinan lama pada presentasi sungsang adalah indikasi seksio sesarea.
o Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada:
 Presentasi bokong pada primigravida
 Double footing breech
 Pelvis yang kecil atau malformasi
 Janin yang sangat besar
 Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD (Cephalopelvic
Disporpotion)
 Kepala yang hiperekstensi atau defleksi 5
o Persalinan pada presentasi kaki sebaiknya dilahirkan seksio sesarea.
Persalinan pervaginam hanya bila :
 Persalinan sudah sedemikian maju dan pembukaan sudah lengkap
 Bayi preterm yang kemungkinan hidupnya kecil
 Bayi kedua pada kehamilan kembar 5
 Setiap persalinan sungsang sebaiknya ditolong pada fasilitas kesehatan
yang dapat melalukan seksio sesarea5
b) Tatalaksana khusus
Pada upaya persalinan pervaginam, dapat dilakukan langkah berikut :
 Menentukan apakah persalinan pervaginam mungkin dilakukan.
Persalinan pervaginam oleh tenaga penolong yang terlatih akan
cenderung aman apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
 Perlvis adekuat
 Presentasi bokong lengkap/murni
 Kepala fleksi
 Tidak ada riwayat seksio sesarea karena CPD
 Janin tidak terlalu besar 5
 Sebelum in partu, usahakan melakukan versi luar apabila syarat
dipenuhi, yaitu :
 Pembukaan serviks masih kurang dari 3 cm
 Usia kehamilan > 37 minggu
 Ketuban intak dan air ketuban cukup
 Tidak ada komplikasi/kontraindikasi (IUGR, perdarahan, bekas seksio,
kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)
 Persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan 5
 Apabila versi luar berhasil, selanjutnya melakukan asuhan persalinan
normal.
 Apabila versi luar tidak berhasil, maka melakukan persalinan
sungsang pervaginam atau seksio sesarea.
 Memantau kemajuan persalinan dengan seksama menggunakan
partograf.
 Tidak memecahkan ketuban. Apabila pecah, memeriksa apakah ada
prolapse tali pusat.
 Memberi tahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap.
 Kepala janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir
sebatas pusat.
 Apabila terjadi prolapse tali pusat dan kelahiran pervaginam tidak
memungkinkan, maka dilakukan seksio sesarea.
 Apabila denyut jantung <100x/menit atau >180x/menit, maka
dilakukan seksio sesarea. (catatan : mekonium biasa terdapat pada
persalinan sungsang dan tidak berbahaya selama denyut jantung janin
normal).
 Menyediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan
melahirkan kepala (after coming head).5

Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”) dibagi menjadi


3 tahap :6,7

1. Fase Lambat Pertama


Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus. Disebut fase lambat oleh
karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan
jalannya persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya
persalinan.

2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh karena
dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus sudah
berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP
sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.

3. Fase lambat Kedua


Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap
persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu
cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi
kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

Pertolongan persalinan secara Bracht

Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan,
kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat laun
badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Kemudian bayi
diletakkan diperut ibu dan dilakukan asuhan pada bayi baru lahir.6

Pada manuver ini penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, dan hanya
membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak
sungsang. Tetapi tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk
mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.6
Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang
sekitar 5 cm. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his
berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan
terselesaikan. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah,
bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada
pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong
janin.6

Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke


perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir . Setelah kaki lahir,
pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada
lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin.6

Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan


(gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu) sedikit kearah kiri atau kearah
kanan sesuai dengan posisi punggung anak. Gerakan hiperlordosis tersebut terus
dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak. Pada
saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan lahir
dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin. Setelah anak lahir,
perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan spontan
pervaginam pada presentasi belakang kepala.6

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht


Gambar 2 : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

PERSALINAN BAHU DAN LENGAN

Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang


pervaginam

1. Pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan
pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior superior:
ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha
(gambar 3) .
2. Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan
lahir.
3. Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-
cara berikut:
a. Lovset.

b. Klasik.

c. Müller.
1. Persalinan Bahu Dengan Cara LOVSET.

Prinsip :

Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah
jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula
dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis).6,7

Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :

1. Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul)

2. Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang
dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang

Sehingga setiap saat bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah
dibandingkan posisi bahu anterior

Tehnik :

Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.

Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga


bahu belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan.
Gambar 5. Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar
1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan
dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 6. Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan


sehingga bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan
dapat dilahirkan

Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :

1. Tehnik sederhana.
2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

2. Persalinan Bahu Dengan Cara KLASIK

1. Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER.


2. Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan
dibawah simfisis.
3. Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.

Prinsip :

Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan
kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis 6,7
Tehnik :

Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara


KLASIK

Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara


KLASIK

1) Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan


penolong berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi
sejauh mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.

2) Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan
telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan
kemudian dengan gerakan “mengusap muka janin ”, lengan posterior bawah
bagian anak dilahirkan.

3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin


diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil
dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan
punggung janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan
dengan cara yang sama.6,7

Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan,
maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:

 Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak
dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari
lain didepan dada.
 Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga
lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang
sudah dijelaskan pada no 2

Keuntungan :

Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu

Kerugian :

Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi

3. Persalinan Bahu Dengan Cara MÜELLER

 Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang (depan sacrum)
 Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Gambar 9. Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
Gambar 10. Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk
jari tangan kiri penolong)

Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER:

1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.

2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin
sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.

3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan
kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi sesuai
arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat
lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak.

Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah :

Oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka
resiko infeksi berkurang.

Melahirkan Nuchal Arm.

Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah bila pada persalinan sungsang,
salah satu lengan anak berada dibelakang leher dan menunjuk kesatu arah tertentu.

Pada situasi seperti ini, persalinan bahu tidak dapat terjadi sebelum lengan
yang bersangkutan dirubah menjadi didepan dada.
Gambar 11. Lengan menunjuk (“ nuchal arm”)

Bila lengan yang menunjuk adalah lengan posterior : (dekat dengan sakrum)

 Tubuh janin dicekap sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada
dipunggung anak sejajar dengan sumbu tubuh anak dan jari-jari lain didepan
dada.
 Badan anak diputar 1800 searah dengan menunjuknya lengan yang dibelakang
leher sehingga lengan tersebut akan menjadi berada didepan dada (menjadi
lengan depan).
 Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu cara
KLASIK.

Gambar 12 Lengan kiri menunjuk kekanan


Gambar 13 Tubuh anak diputar searah dengan menunjuknya lengan (kekanan)

Gambar 14 Menurunkan lengan anak

Bila lengan yang menunjuk adalah lengan anterior (dekat dengan sinfisis) maka :

Penanganan dilakukan dengan cara yang sama, perbedaan terletak pada cara
memegang tubuh anak dimana pada keadaan ini kedua ibu jari penolong berada
didepan dada sementara jari-jari lain dipunggung janin.

Melahirkan LENGAN MENJUNGKIT

Yang dimaksud dengan lengan menjungkit adalah suatu keadaan dimana pada
persalinan sungsang pervaginam lengan anak lurus disamping kepala. Keadaan ini
menyulitkan terjadinya persalinan spontan pervaginam. Cara terbaik untuk mengatasi
keadaan ini adalah melahirkan lengan anak dengan cara LOVSET.7
Gambar 15. Melahirkan lengan menjungkit

Bila terjadi kemacetan bahu dan lengan saat melakukan pertolongan persalinan
sungsang secara spontan (Bracht), lakukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan
bahwa kemacetan tersebut tidak disebabkan oleh lengan yang menjungkit.7

PERSALINAN KEPALA

Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan


dengan berbagai cara :7

1 Cara MOURICEAU
2 Cara PRAGUE TERBALIK

Cara MOURICEAU ( Viet – Smellie)



 
 
 
 

Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin, jari
tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan
pada fosa canina.

b. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”.

c. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
lain.

d. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis untuk


mempertahankan posisi fleksi kepala janin.

e. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.



 
 

Gambar 16. Tehnik Mouriceau

Cara PRAGUE TERBALIK

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis.7

 Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan
diatas telapak tangan tersebut.
 Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi
keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut
anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak
dilahirkan.

7
Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

e) Prognosis
 Morbiditas maternal
Frekuensi pelahiran operatif semakin besar, terdapat
peningkatan angka morbiditas maternal untuk kehamilan dengan
presentasi bokong persisten. Hal yang paling menguatirkan adalah
laserasi jalan lahir. Maneuver intrauterine, terutama pada segmen
bawah Rahim yang tipis, atau pelahiran aftercoming head melalui
serviks yang belum dilatasi lengkap, dapat menyebabkan ruptur uterus,
laserasi serviks dan dinding vagina, atau keduanya.1
Manipulasi tersebut juga dapat menyebabkan perluasan
epistotomi dan robekan perineum yang dalam. Pemberian obat
anestesi cukup untuk menginduksi relaksasi uterus yang dapat
mengakibatkan atonia uterus dan selanjutnya terjadi perdarahan
pascapartum. Pada akhirnya, manipulasi manual di dalam jalan lahir
dapat meningkatkan resiko infeksi.1

 Morbiditas dan mortalitias perinatal


Prognosis semakin membaik karena dilakukan penilaian secara
seksama sebelum pelahiran pervaginam dan karena meningkatnya
jumlah persalinan sesarea.1
BAB IV

RINGKASAN

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian


terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Presentasi bokong
dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan
cukup bulan (>- 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi
yang paling sering dijumpai.
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas struktural
uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan
multipel, anomaly janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi
bokong sebelumnya.
Terdapat tiga macam presentasi bokong, yaitu bokong murni, bokong
komplit, serta kaki dan variannya. Varian presentasi kaki adalah presentasi
bokong komplit, kaki inkomplit, dan lutut. Penurunan bokong berlangsung
terus setelah terjadinya putaran paksi dalam, perineum akan meregang, vulva
membuka, dan pinggul akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin
mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul
bawah menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi
diameter bitrokanter anteroposterior, diikuti putaran paksi luar.
Penegakkan diagnosis untuk malpresentasi dilakukan tahap anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisis yaitu
dilakukan pemeriksaan abdominal, denyut jantung janin, pemeriksaan vaginal,
dan untuk kofirmasi terbaik dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Penanganan malpresentasi bokong dapat dilakukan secara pervaginam atau
persalinan sesarea dengan beberapa syarat, serta perlu pemantauan khusus
untuk menentukan proses kelahiran. Prognosis semakin membaik karena
dilakukan penilaian secara seksama sebelum pelahiran pervaginam dan karena
meningkatnya jumlah persalinan sesarea.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F. Gary: dr.Rudi Setia,dkk, 2014, Obstetri Williams edisi 23,


Jakarta, EGC.
2. Prawirohardjo Sarwono, 2014, Ilmu Kebidanan edisi keempat, Jakarta,PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Silianung Matricia Delaros G., Juneke J. Kaeng, Erna Suparman, 2014,
Karakteristik Persalinan Letak Sungsang di RSUP Prof.DR.R.D.Kandou,
Manado, ECL.
4. Oxorn Harry & William R. Forte, editor: Dr. M.Hakimi, Ph.D, 2010, Ilmu
Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan, Human labor and birth,
Yogyakarta, YEM.
5. World Health Organization, 2013, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan, KEMENKES, UNFPA,Unicef.
6. American College of Obstetricians and Gynecologists: ACOG committee
opinion. Mode of term singleton breech delivery. Number 265, December
2001.
7. Alarab M, Regan C,O’Connel MP et al: Singleton vaginal breech delivery at
term: still a safe option. Obstet Gynecol 103:407. 2004

You might also like