You are on page 1of 2

Nama : Muhammad Fikri Haekal

Nim : F34150047
Tugas : VKT (Resume)
Bahasan :
 Suistanable Agroindustry
 Development-based Community
 Smart Village/City

Pengembangan agroindustri berkelanjutan adalah pengembangan


agroindustri yang memperhatikan aspek manajemen dan konservasi sumber
daya alam dengan menggunakan teknologi dan kelembagaan yang sesuai
dengan daya dukung lingkungan, tidak menimbulkan degradasi atau kerusakan,
secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh
masyarakat (Soekartawi 2000). Dengan ciri-ciri utama agroindustri
berkelanjutan yaitu:
a. Produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan
dalam waktu yang relatif lama, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang,
b. Salah satu aspek keberlanjutan agroindustri adalah tersedianya bahan
baku dengan cara memelihara sumber daya alam khususnya sumber
pertanian terpelihara dengan baik,
c. Tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang dicirikan
oleh rendahnya dampak lingkungan.
Sebagai contoh, Peran Agroindustri Pangan dalam Pembangunan Ekonomi
di Provinsi Jambi. Sumbangan terbesar sektor industri pada kawasan Jambi
berasal dari sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan yang pada
tahun 2001 memberi sumbangan terhadap PDRB 12,28% atau 70,94% dari
total sumbangan sektor industri. Dominasi sub-sektor industri pengolahan kayu
dan hasil hutan terhadap sekotr industri merupakan salah satu isu kontraversial
dalam perhitungan PDB (Produk Domestik Bruto) dan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) (Rodenburg, et al., 1995). Perhitungan PDB/PDRB
yang memasukkan sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan
mengandung paradoks dan menyebabkan biasnya hasil perhitungan. Hal ini
karena peningkatan sumbangan sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil
hutan berarti meningkatnya sumbangan eksploitasi hutan yang berakibat pada
peningkatan tingkat kerusakan lingkungan. Di sisi lain, peningkatan eksploitasi
hutan menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber daya hutan. Hal ini
mengandung pengertian apabila sektor industri masih bertumpu pada sub-
sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan yang bersifat ekstraktif, maka
suatu saat akan terjadi stagnasi dan penurunan drastis sumbangan dan laju
pertumbuhan sektor indsutri yang disebabkan oleh semakin langkahnya potensi
sumber daya hutan (Bappeda, 2000).
Peralihan sub-sektor industry pengolahan kayu dan hasil hutan terhadap
PDRB akan menaikkan sub-sektor industri pangan dari 18,0% menjadi 62,0%
terhadap total sumbangan sektor industry pada PDRB Provinsi Jambi. Hal ini
diartikan bahwa agroindustri pangan menempati posisi strategis dalam
pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi. Selain itu pembangunan
agroindustry pangan dapat membantu memperkokoh dan memperdalam
struktur ekonomi daerah jambi, karena pembangunan agroindustri pangan
memungkinkan terjalinnya keterkaitan yang kuat antara sektor industry
pertanian yang merupakan basis ekonomi rakyat Jambi. Agroindustri pangan
yang berkembang di Jambi adalah agroindustri yang menggunakan bahan baku
hasil pertanian setempat. Agroindustri pangan skala mikro umumnya berupa
industry rumah tangga yang mengolah bahan baku hasil pertanian tanaman
pangan menjadi produk makanan. Demikian pula halnya dengan agroindustri
pangan skala kecil yang berkembang pada umumnya adalah industri yang
mengolah bahan baku hasil pertanian tanaman pangan dan perikanan, seperti
industri keripik singkong, sale pisang, dodol nenas dan kerupuk ikan.
Agroindustri pangan skala menengah dan besar yang ada di Porvinsi Jambi
adalah agroindustri yang mengolah hasil perkebunan, seperti industri
pengolahan kelapa dan kelapa sawit.
Dari aspek pengembangan berbasis masyarakat, pembangunan agroindustri
pangan memungkinkan melibatkan banyak masyarakat. Mengingat 68,4%
rumah tangga di Provinsi Jambi berkerja di sektor pertanian (BPS Propinsi
Jambi, 2002), serta lebih dari 75% angkatan kerja di Provinsi Jambi yang
berpendidikan tamat sekolah dasar atau kurang (Pemprop. Jambi, 2001), maka
diperlukan perhatian yang lebih besar untuk membangun Kemajuan Desa
setempat agar dapat membuentuk kreatifitas desa yang lebih dikenal dengan
Smart Village, mengingat perkembangannya agroindustri pangan merupakan
salah satu lapangan usaha yang tidak terlalu memerlukan kualifikasi keahlian
tenaga kerja tinggi( Ahza dan Wirakartakusumah, 1997; Saragih, 2000).
Oleh karena itu penulis tertarik dalam membahas mengenai pergantian
focus sektor industri pengolahan kayu menjadi sektor industri yang dapat
mempertahankan sumber daya alam agar dapat dipergunakan pada masa yang
akan datang dengan memberdayakan masyarakat desa setempat agar dapat
berkontribusi secara langsung sehingga dapat menciptakan kreatifitas desa
yang disebut dengan desa pintar.

You might also like