Professional Documents
Culture Documents
1viro 2
1viro 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini. Penulis juga berterima kasih
kepada dosen pembimbing karena berkat dorongan dosen sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “CHIKUNGUNYA”.
Penulis juga sadar mungkin makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan, baik dari
segi isi, susunan maupun pemakaian bahasa. Kritik dan saran dari berbagai pihak kami terima
dengan senang hati untuk perbaikan makalah ini.Mohon maaf atas segala penulisan dan segala
kekurangannya, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Manado, April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi menurunnya angka penyakit chikungunyah di Kota
Manado.
1.3.Tujuan Penulisan
Ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya angka penyakit chikungunyah
di Kota Manado.
1.4.Manfaat Penulisan
─ Sebagai bahan masukan kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
menurunnya penyakit Chikungunyah.
─ Sebagai bahan informasi kepada Pemerintah tentang upaya preventif menurunkan angka
penyakit menular akibat chikungunya
─ Sebagai bahan informasi tentang penyakit Chikungunya itu sendiri kepada pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Nyamuk A.aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4 mm, berwarna
hitam dengan hiasan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna putih melingkar.
Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan, nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia
makan buah.Hanya nyamuk betina yang menggigit, yang diperlukan untuk membuat telur. Telur
nyamuk Aedes diletakkan induknya menyebar, berbeda dengan nyamuk lain yang dikeluarkan
berkelompok.Nyamuk bertelur di air bersih, telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk
Aedes bila terbang hampir tidak berbunyi, sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui
kehadirannya.Menyerang dari bawah atau dari belakang,terbang sangat cepat.Telur nyamuk
Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat > 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk
ke telur;nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan
vektor chikungunya (CHIK) virus alphavirus, beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus
namun sebagian susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromoson 3.Vektor
chikungunya di asia adalah aedes aegypti, aedes albopictus.
v Bionomik Vektor
Bionomik vektor sangat penting diketahui karena berhubungan dengan tindakan-tindakan
dalam pencegahan dan pemberantasannya yang berhubungan dengan tempat perindukan,
kebiasaan menggigit, tempat istirahat, jarak terbang dan siklus hidup.
1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti drum, tengki reservoir,
tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain.
2. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah tempat–tempat minum hewan piaraan yang
dimiliki oleh responden yang berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun
di luar rumah, misalnya: tempat minum burung, tempat minum ayam, dan hewan piaraan yang
lain.
Barang–barang bekas yang dimaksud adalah barang–barang yang sudah tidak terpakai yang
dapat menampung air, yang berada di dalam maupun di luar rumah responden. Barang – barang
tersebut antara lain: kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll.
c) Vas bunga
Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang terletak di dalam rumah
responden yang memungkinkan nyamuk A. aegypti berkembangbiak di dalam vas bunga
tersebut.
d) Perangkap semut
Perangkap semut yang dimaksud adalah tempat perangkap semut yang berisi air yang biasanya
diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah semut–semut naik keatas meja yang berisi
makanan yang terletak di dalam rumah responden.
Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat penampungan air yang menyatu
dengan dispenser yang terletak dibawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam
wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden.
Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot – pot berisi air yang digunakan sebagai media
tanaman air untuk hidup, yang terletak di dalam maupun di luar rumah responden.
3. Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa,
talang penampungan air hujan (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).
─ Telur
Nyamuk aedes aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian
dalam tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
Tempat air yang dipilih adalah tempat air didalam rumah dan dekat. Telur aedes aegypti
berwarna hitam seperti sarang tawon, telur diletakkan satu persatu di tempat yang gelap, lembab
dan tersembunyi didalam rumah dan bangunan, termasuk dikamar tidur,kamar mandi, kamar
kecil maupun dapur. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam dilingkungan yang
hangat dan lembab.Begitu proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan
yang lama (lebih dari 1 tahun).Telur akan menetas pada waktu yang sama, kapasitas telur untuk
menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies selama
kondisi iklim buruk.
─ Larva
Telur yang tidak menetas karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai membentuk larva yang
dilapisi kista dapat bertahan lebih dari setahun berbentuk oval dan berwarna putih.Larva aedes
aegypti menempel dipermukaan dinding vartikel sampai pada waktu menetas. Perkembangan
larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada sarang.Padakondisi
yang optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk
dewasa akan berlangsung sedikitnya selama 7 hari termasuk 2 hari untuk masa menjadi pupa,
sedangkan pada suhu yang rendah membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk
dewasa.Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat ditemukan di lubang pohon, pangkal
daun dan tampurung kelapa. Selain di tempat alami larva dapat juga ditemukan pada kendi air,
kaleng, pot bunga, botol, tempat penampung air terbuat dari logam dan kayu, ban (Suroso, 2003).
Pada daerah yang panas dan kering, tangki air diatas, tangki penyimpanan air di tanah dan septic
tank bisa menjadi tempat habitat larva yang utama dan pada wilayah yang persediaan airnya
tidak teratur, penghuni menyimpan air untuk kegunaan rumah tangga sehingga memperbanyak
jumlah habitat yang ada untuk larva (Suroso, 2003).
─ Pupa
Pupa nyamuk A. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala dada lebih besar
dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca ”koma”. Pada bagian
punggung (dorsal) dada terdapat alat pernapasan seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat
sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai
panjang dan bulu pada ruas perut tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak
gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar
dedengan bidang permukaan air (Soegeng, 2006).
─ Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan disepanjang tahun di semua kota di
Indonesia sesaat setelah menjadi dewasa akan kawin dengan nyamuk betina yang sudah dibuahi
dan akan menghisap darah dalam waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang
esensial untuk mematangkan telur (Depkes RI, 2004).
2.3. Gejala Demam Chikungunya
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan
linu dipersendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal,
ngilu, juga timbul rasasakit pada tulang – tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang
atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit
perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain
melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara
mendadak penderitaakan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula
istilah demam lima hari. Pada anak kecildimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan.
Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Matabiasanya merah disertai tanda-tanda seperti
flu. Sering dijumpai anak kejang demam.Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti
rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang
dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan
sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada
umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali
dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri sendi
mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto, 2007). Gejala demam
Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit
kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik – bintik merah di kulit
terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak
ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai
sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki.
Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien.
Keluhan sakit sendi kadang – kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang (Suharto,
2007). Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat infeksi
Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan, dan selanjutnya
keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4 bulan. Dilaporkan angka 12 %
yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi keluhan sendi kronis. Untuk itu dicoba
pemberian chloroquin phospat. Pernah dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan
infeksi Chikungunya (Suharto, 2007).
2.4.Diagnosis Pasti dan Pengobatan
Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya bila terdapat salah satu hal berikut, yaitu :
1. Pemeriksaan Titer antibodi naik 4 kali lipat
2. Isolasi virus
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan istirahat untuk
mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan gejala sendi. Belum ada obat
spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit; pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat
minum penghilang sakit (analgetika), misalnya parasetamol, namun hindari pemakaian aspirin.
Pasien perlu istirahat, minum banyak air, dan memeriksa diri ke dokter (Suharto, 2007).
2.5. Prognosis
Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian,
keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi virus
chikungunya, 87,9% sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort;
2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai
keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi (Suharto,2007).
Dengan bertambahnya populasi nyamuk merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan virus chikungunya.Faktor lain yang menyebabkan peningkatan dan penyebaran
kasus chikungunya sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang
tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis dan peningkatan sarana transportasi (Depkes RI, 2004).
Ketinggian tempat
Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk.Wilayah dengan ketinggian di
atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan nyamuk aedes aegypti karena ketinggian
tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.
Curah hujan
Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah kelembaban
udara. Temperatur dan kelembaban selama musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan
hidup nyamuk yang terinfeksi (Suroso, 2003).
Temperatur
Virus Chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya endemik di daerah tropis
dimana suhu memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan
nyamuk adalah 25°C – 27°C. Pertumbuhan akan terhenti sama sekali bila suhu kering dari 10º C
atau lebih dari 40ºC (Suroso, 2003).
2.7. Keberadaan Jentik
A. Survei Jentik
Pada Survei Entomologi chikungunya dan DBD ada 5 Kegiatan Pokok, yaitu : pengumpulan data
terkait, survei telur, survei jentik atau larva, survei nyamuk, dan survei lain-lain (Depkes RI,
2002). Yang mengamati perilaku dari berbagai lingkungan, vektor, cara-cara pemberantasan
vektor dan cara-cara menilai hasil pemberantasan vektor. Survei jentik dapat dilakukan dengan
cara :
2. Container index (CI) yaitu persentase penampungan air yang terjangkit larva atau jentik.
3. Breteau index (BI) yaitu jumlah penampung air yang positif per 100 rumah
yang diperiksa.
Biting/landing rate = (Jumlah A.aegypti betina yang tertangkap umpan orang ) : (Jumlah
penangkapan ×jumlah jam penangkapan)
Re sting / rumah = (Jumlah A.aegypti betina pada penangkapan nyamuk hinggap) : (Jumlah
rumah yang dilakukan penangkapan )
Dengan mengacu pada gambaran skematik tersebut di atas, maka patogenesis dapat diuraikan
ke dalam 4 simpul yakni :
a. Simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit. Dan dalam hal ini sumber penyakit yaitu orang
yang menderita demam Chikungunya.
b. Simpul 2, yaitu komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit yang dapat
memindahkan agent penyakit. Dalam hal ini yang memindahkan agent yaitu nyamuk A.
Aegypti sebagai vektor penular.
c. Simpul 3, penduduk yang dalam darahnya terdapat virus Chik karena telah tertular dari
orang lain melalui vektor yaitu nyamuk.
d. Simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi dengan
komponen lingkungan tersebut yang telah mengandung agent penyakit (Achmadi, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
Masyarakat berperan juga dalam pemberantasan vektor yang merupakan upaya paling penting
dalam memutuskan rantai penularan dalam rangka mencegah dan memberantas penyakit
chikungunya muncul di masa yang akan datang.Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut
antara lain masyarakat berperan secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan
gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Seperti diketahui nyamuk Aedes
aegipty/aedes albopictus adalah nyamuk domestik yang hidup sangat dekat dengan pemukiman.
Sehingga upaya pemberantasan dan pencegahan penyebaran penyakit chikungunya adalah
upaya yang diarahkan untuk menghilangkan tempat perindukan (breeding places) nyamuk
Aedes aegypti/aedes albopictus yang ada dalam lingkungan permukiman penduduk. Dengan
demikian gerakan PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air
minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik
nyamuk Aedes aegypti, menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes
aegypti tidak bisa bertelur di tempat itu, mengubur/membuang pada tempatnya barang-barang
bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan. Berbagai gerakan yang
ada di masyarakat seperti Gerakan Disiplin Nasional (GDN), Gerakan Jumat pagi bersih
lingkungan (yang dikenal di manado Jumpa Berlian), Adipura, Kota Sehat dan gerakan-gerakan
lain serupa harus digalakkan terus untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Jika ini dilakukan maka selain penyakit chikungunya maka penyakit-penyakit lain yang
berbasis lingkungan seperti leptospirosis, diare,DBD, dan lain-lain akan ikut terberantas
ibaratkan “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui….”
Upaya pemberantasan penyakit chikungunya tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatan
saja,peran sektor terkait pemberantasan penyakit chikungunya sangat menetukan. Oleh sebab
itu, maka identifikasi stakeholders baik sebagai mitra maupun pelaku potensial,merupakan
langkah awal dalam menggalang, meningkatkan, dan mewujudkan kemitraan. Jaringan
kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala, guna memadukan berbagai sumber daya
yang tersedia di masing-masing mitra. Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan sampai
tahap pelaksanaan, pemantauan dan penilaian.
a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati semua penderita dengan obat anti virus.
b. Solusi penderita agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain
Cara yang biasa dipakai adalah memberantas sumber nyamuk, penyehatan lingkungan
ataupun chemical control. Penyehatan lingkungan merupakan cara terbaik. Untuk mencapai
tujuan ini di perlukan usaha yang terus – menerus secara berkesinambungan. Hasil yang
diharapkan memang tidak tampak dengan segera.
1. a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) dengan
insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang hinggap di benda-benda
tergantung karena itu tidak dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti pada
pemberantasan nyamuk penular penyakit demam Chikungunya (Depkes RI, 2002). Insektisida
yang digunakan adalah insektisida
golongan organophospat misalnya malathion dan feritrothion, pyrectic syntetic misalnya
lamda sihalotrin dan parmietrin, dan karbamat. Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah
mesin fog atau mesin ultra low volume(ULV), karena penyemprotan dilakukan dengan cara
pengasapan, maka tidak mempunyai efek residu (Suroso, 2003). Penyemprotan insektisida
dilakukan interval 1 minggu untuk membatasi penularan virus Chikungunya. Penyemprotan
siklus pertama semua nyamuk mengandung virus Chikungunya (nyamuk inaktif) dan nyamuk-
nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi
penularan akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentik agar populasi
nyamuk dapat ditekan serendah-rendahnya (Suroso, 2003).
1. b. Pemberantasan Larva (Jentik)
Pemberantasan terhadap jentik A. Aegypti dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dilakukan dengan tiga cara yaitu kimia, biologi dan fisik.
1. Cara kimia
Cara pemberantasan jentik A. Aegypti secara kimia dengan menggunakan insektisida pembasmi
jentik (larva) atau dikenal dengan abatisasi. Larvasida yang biasanya digunakan
adalah temephos. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (lebih kurang atau satu
sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Bentuk fisik temephos yang digunakan ialah
granula (sand granula). Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu tiga bulan
(Depkes RI, 2004 dan Soedarmo, 1988).
1. Cara Biologi
Pemberantasan cara biologi dengan memanfaatkan predator alami seperti memelihara ikan
pemakan jentik misalnya ikan kepala timah, ikan gufi, ikan nila merah dan ikan lega. Selain itu
dapat pula dengan golongan serangga yang dapat mengendalikan pertumbuhan larva (Depkes
RI, 2004).
1. Cara Fisik
Pemberantasan cara fisik melalui kegiatan 3 M + 1 T yaitu mengubur atau memusnahkan
barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat terisinya air hujan, menguras tempat
penampungan air minimal 1 kali seminggu, menutup tempat penampungan air, dan
menelungkupkan barang – barang yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk A.
aegypti (Depkes RI, 2004).
Keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk hanya dapat diperoleh dengan peran serta
masyarakat untuk melaksanakannya. Oleh karena itu dilakukan usaha penyuluhan dan motivasi
kepada masyarakat secara kontinu dalam waktu lama, sebab keberadaan jentik nyamuk
berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (Depkes RI, 1992).
d. Memelihara ikan dan cara-cara lain untuk membasmi jentik (Soedarmo, 1988).
BAB IV
PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
─ Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang
berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada
postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia) yang disertai ruam
(kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah
nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam.
─ Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus.
A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup
dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A.
aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).
─ Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type, CHIK, CK.
Virions mengandung satu molekul single stranded RNA. Virus dapat menyerang manusia dan
hewan.
─ Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti
dengan linu dipersendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa
pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasasakit pada tulang – tulang, ada yang menamainya sebagai
demam tulang atau flu tulang.
─ Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya bila terdapat salah satu hal berikut, yaitu :
2. Isolasi virus
─ Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian,
keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi virus
chikungunya, 87,9% sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort;
2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai
keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi (Suharto,2007).
─ Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakat berperan secara
aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Berbagai gerakan yang ada di masyarakat seperti Gerakan Disiplin Nasional
(GDN), Gerakan Jumat pagi bersih lingkungan (yang dikenal di manado Jumpa Berlian),
Adipura, Kota Sehat dan gerakan-gerakan lain serupa harus digalakkan terus untuk
membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
─ Pelacakan kasus oleh dinas kesehatan setiap kali ditemukan adanya penderita
chikungunya dengan pelaksanaan kegiatan Penyelidikan Epidemiologis (PE) dan
Penanggulangan Fokus, sehingga kemungkinan penyebarluasan chikungunya dapat dibatasi dan
KLB dapat dicegah.Ikut serta bersama masyarakat dalam kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN). Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan (fogging) dengan insektisida.
4.2.SARAN
─ Diharapakan masyarakat dapat lebih meningkatkan perhatian terhadap kebersihan
lingkungan demi peningkatan derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
─ Demam Chikungunya 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/23166/…/Chapter%20II.pd diakses pada tgl 7/4/2012
─ Indonesia
merupakan …etd.eprints.ums.ac.id/16086/2/BAB_I.pdf diakses pada
tgl 7/4/2012
─ http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/chikungunya.html diakses pada tgl
7/4/2012
─ pengertian chikungunya « Blognya Ummu
Kautsarummukautsar.wordpress.com/tag/pengertian-chikungunya diakses pada tgl 9/4/2012
─ Kajian Kebijakan Penanggulangan (Wabah)
Penyakit …kgm.bappenas.go.id/document/makalah/18_makalah diakses pada tgl 11/4/2012
─ HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK
…repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20945/…/Chapter%20II.pdf diakses pada tgl
10/4/2012
─ ANALISIS FAKTOR…lib.unnes.ac.id/7989/4/8571.pdf diakses pada tgl 10/4/2012
─ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20945/4/Chapter%20IIchikungunya.pdfdi
akses pada tgl 10/04/2012
─ Makalah Chikungunya | Pengertian | Makalah | Kesehatan …kesmas-
unsoed.blogspot.com/2010/06/chikungunya.htm diakses pada tgl 10/4/2012