You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia perbankan di Indonesia telah mengalami perubahan orientasi.

Sebelum tahun 1960-an, bank-bank masih merupakan lembaga yang berorientasi

pada produk, sehingga bank belum dikenal oleh masyarakat. Masyarakat yang

membutuhkan pelayanan harus datang dan mencari bank. Kemudian tahun 80-an

dan tahun 90-an kesan dunia perbankan terbalik, karena di tahun ini justru

perbankan mulai aktif mengejar nasabah. Bahkan, dengan pakto 88 tahun 1998

dan keluarnya UU No.7 tahun 1992, perbankan di Indonesia tumbuh subur,

puluhan bank baru berdiri. Hal ini disebabkan kesempatan pemerintah untuk

mendirikan bank begitu mudah misalnya dengan modal Rp 50.000.000,- setiap

orang dapat mendirikan BPR, akibatnya setiap orang latah untuk mendirikan

bank baru padahal mereka sebelumnya tidak mengenal bank secara baik.

Awal tahun 1997 sampai tahun 2000 merupakan kehancuran dunia

perbankan di Indonesia. Puluhan bank dilikuidasi atau dibubarkan dan puluhan

bank lagi dimerger akibat terus-menerus menderita kerugian baik bank milik

pemerintah maupun milik swasta nasional. Kehancuran perbankan di Indonesia

diakibatkan oleh kesalahan dalam pengelolaannya.


Kehancuran tersebut merupakan hal menyedihkan yang pernah terjadi dan

menjadi tanggungjawab yang sulit bagi bank-bank yang ada di Indonesia.

Kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan menjadi fokus utama. Kehancuran

disebabkan oleh kesalahan pengelolaan sehingga perlu ada perbaikan-perbaikan

pada pengelolaan.

Masalah tersebut menjadi pembelajaran yang sangat penting untuk

mencapai masa depan yang lebih baik. Untuk itu, perlu adanya pemahaman

mengenai bank yang lebih mendasar dan mendalam. Dengan demikian, di

paragraf-paragraf selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan secara saksama,

bagaimana memahami seluk-beluk dan kondisi bank sampai pada perlunya

menganalisis kinerjanya?

Menurut undang-undang Republik Indonesia No.10 tahun 1998 tentang

perbankan: bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Bank didirikan tidak hanya untuk memperoleh laba. Akan tetapi, bagaimana

cara bank dapat mempertahankan keberadaannya dan mengembangkan usaha-

usahanya. Pimpinan bank sangat berperan penting dalam hal tersebut. Untuk

mampu mempertahankan dan mengembangkan usahanya, pimpinan bank harus


memikirkan secara logis dan mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat sesuai

dengan kondisi ataupun keadaan serta kebutuhan bank tersebut.

Pimpinan bank tidak semudah itu mengambil kebijakan. Untuk memperoleh

kebijakan yang tepat diperlukan suatu analisis yang tepat. Analisis laporan

keuangan merupakan media untuk mengukur prestasi kinerja dan memahami

kondisi keuangan. Laporan yang digunakan dalam proses analisis ini yaitu

laporan keuangan bank. Melalui laporan keuangan bank, pimpinan dapat

memperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai informasi kondisi posisi

keuangan dan kinerja bank selama periode tertentu serta arus kasnya. Laporan

keuangan bank terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba

rugi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, ( Kasmir, 2008:257 ).

Dalam implementasinya, laporan keuangan bank sangat dibutuhkan

berbagai pihak, tidak hanya ditujukan untuk pihak manajemen dan pemilik bank.

Masing-masing pihak memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda terhadap

laporan bank yang disediakan oleh bank. Bagi pemegang saham, untuk

mengetahui kondisi dan perkembangan kemajuan bank yang dipegang kendali

oleh manajemen pada periode tertentu. Bagi pemerintah, untuk mengetahui

perkembangan kemajuan dan melihat kepatuhan bank dalam melaksanakan

kebijakan moneter yang sudah ditetapkan. Bagi manajemen, untuk mengukur

hasil kerja manajemen bank dalam mencapai sasaran-sasaran yang sudah

ditetapkan. Bagi karyawan, untuk mengetahui keadaan sebenarnya pada bank


sehingga harapan-harapan yang dibutuhkan mereka dapat tercapai. Bagi

masyarakat luas, untuk mengetahui jaminan bank mengenai uang-uang yang

tabung di bank.

Laporan keuangan bank sangat penting juga bagi Bank Papua karena dari

laporan tersebut akan terlihat jelas sejauh mana kinerja dari Bank Papua itu

sendiri dan melihat keuntungan yang telah dicapai. Selain daripada itu, dapat

diketahui juga perkembangan keuangan dari bank dan apa saja kelemahan-

kelemahan yang ada. Dengan mengetahui seluruh kondisi-kondisi tersebut, maka

pihak manajemen bank akan mendapatkan kesempatan untuk menyusun rencana

untuk masa depan. Harapannya yaitu mengatasi segala kelemahan-kelemahan

yang ada, menciptakan kinerja yang lebih baik serta mempertahankan dan

meningkatkannya, sehingga tujuan bank tersebut dapat digapai.

Akhirnya, pimpinan bank khususnya manajer keuangan perlu melakukan

analisis dan menginterpretasikan data laporan keuangan yang sudah disajikan.

Dalam hal ini, penulis menggunakan suatu ukuran tertentu yaitu analisis rasio

camel. Rasio camel merupakan salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank.

Rasio camel terdiri dari capital, assets quality, management, earning, dan

liquidity. Analisis rasio seperti ini sudah lazim digunakan. Hasilnya akan

memberikan gambaran yang cukup mengenai kondisi bank tersebut.


Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesempatan menulis sebuah karya

ilmiah yang berjudul “Analisis Kinerja Bank dengan Analisis Laporan

Keuangan di PT. BPD Papua”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan

masalahnya yaitu: Bagaimanakah kinerja bank dengan analisis laporan keuangan

di PT. BPD Papua?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan yang dilakukan tidak menyimpang dari permasalahan di

atas maka penulis membatasi permasalahannya yaitu : pada kinerja bank dengan

analisis laporan keuangan di PT. BPD PAPUA periode 2005 sampai dengan

2008.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja bank dengan analisis

laporan keuangan di PT. BPD Papua, apabila dilihat dengan analisis rasio camel

yaitu capital, assets quality, management, earning, dan liquidity.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan bank dalam

mengambil kebijakan yang berkaitan dengan masalah keuangan yang

diteliti.
b. Diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kondisi

kesehatan/ kinerja bank selama tahun yang diteliti.

2. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dan mengetahui seberapa jauh ilmu pengetahuan

yang telah diterapkan pada perkuliahan.

b. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi Isti Ekatana Upaweda Yogyakarta.

3. Bagi Akademis

a. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan

untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Menambah kekhasanaah kepustakaan dan sebagai bahan pertimbangan

penelitian mahasiswa di masa yang akan datang.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab seperti yang diuraikan sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.


BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang pengertian bank, peranan dan tugas

bank umum, pengertian kinerja bank, pengertian laporan

keuangan, tingkat kesehatan bank berdasarkan metode analisis

camel (permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan

likuiditas).

BAB III : GAMBARAN UMUM BANK DAN METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang profil PT. BPD Papua, visi dan misi,

data pokok posisi, terdiri dari : (struktur organisasi, jumlah

kantor, jumlah pegawai, pemegang saham), penerapan GCG &

kode etik PT. BPD Papua, kebijakan manajemen Bank Papua,

pengendaian risiko Bank Papua, lokasi obyek penelitian, sumber

data, metode pengumpulan data, definisi opeasional, metode dan

teknik analisis.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang pengolahan dan analisis dan

pembahasan.
BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bank

(Menurut Undang-Undang tentang Perbankan No.10 tahun 1998), Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan/ atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sementara, menurut Pierson memberikan definisi “bank is a company

which accept credit, but didn’t give credit” (bank adalah badan usaha yang

memberikan kredit tetapi tidak memberikan kredit). Teori pierson ini

menyatakan bahwa bank dalam operasionalnya hanya bersifat pasif saja, yaitu

hanya menerima titipan uang saja, (Hasibuan, 2002: 1-2)

Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart

Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the

money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the
new money. (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan

orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang

lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam). Jadi,

bank dalam hal ini telah melakukan operasi pasif dan aktif, yaitu mengumpulkan

dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus spending unit-SSU) dan

menyalurkan kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit

spending unit – DS), (Hasibuan, 2002: 2).

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan

Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang

kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta

bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.

Bank adalah penciptaan uang dimaksudkan bahwa bank menciptakan uang

giral dan mengedarkan uang kartal.

Bank adalah pengumpul dana dan penyalur kredit berarti bank dalam

operasinya mengumpul dana kepada SSU dan menyalurkan kredit kepada DSU,

(Hasibuan, 2002:2).

B. Peranan dan Tugas Bank Umum

1. Peranan Bank Umum

a. Menyediakan berbagai jasa perbankan

b. Sebagai jantungnya perekonomian


c. Melaksanakan kebijakan moneter

2. Tugas Bank Umum

Tugas yang harus dilakukan bank umum dapat digolongkan atas:

a. Menghimpun dana dari tabungan masyarakat

b. Menyediakan dana untuk dipinjamkan (kredit)

c. Menyediakan jasa lalu lintas pembayaran

d. Menciptakan uang giral

e. Menyediakan fasilitas untuk memperlancar perdagangan luar negeri

(Darmawi, 2011: 2-4)

C. Pengertian Kinerja Bank

“Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank

tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini

akan diganti”, (Kasmir, 2003: 259).

Menurut Jumingan (2009: 239),

Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank keseluruhan. Kinerja


(performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang
dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan,
pemasaran, penghimpunan dana, dan teknologi maupun sumber daya
manusia.

D. Laporan Keuangan

1. Pengertian laporan keuangan

a. Pengertian laporan keuangan secara umum


Laporan keuangan adalah informasi yang memuat informasi

tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahaan ekuitas dan arus kas

perusahaan, (Darsono & Ashari, 2004: 13).

Menurut Myer dalam bukunya financial statement Analysis

mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah :

Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu
akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang
tak dibagikan (laba yang ditahan), (Munawir, 2007: 5).

b. Sifat laporan keuangan

Menurut Munawir (2007: 6), mengatakan bahwa laporan keuangan

dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran

atau laporan kemajuan (progress Report) secara periodik yang

dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi, laporan keuangan

adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress

report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil

dari suatu kombinasi antara:

1) Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

Berarti bahwa laopran keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari

catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam

perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang,


persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang

dimiliki perusahaan.

2) Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi

(accounting convetion and postulate)

Berarti data yang di catat itu didasarkan pada prosedur maupun

anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip

akuntansi yang lazim (general Accepted Accounting Principles);

hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan

(expediensi) atau keseragaman.

3) Pendapat sendiri (personal judgment)

Dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur

oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah

ditetapkan yang sudah menjadi standart praktek pembukuan,

namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut

tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang

bersangkutan.

c. Keterbatasan laporan keuangan

Menurut Munawir (2007: 9), mengatakan bahwa laporan keuangan

mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:


1) Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya

merupakan interin report (laporan dibuat antara waktu tertentu

yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.

2) Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang

kelihatannya bersifat pasti dan tetap, tetapi sebenarnya dasar

penyusunannya standart nilai yang mungkin berbeda atau berubah-

ubah.

3) Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi

keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu dan tanggal yang

lalu, di mana daya beli uang tersebut semakin turun, dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan

yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau

mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan

itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin

juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.

4) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan

karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan

uang.
2. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bank bertujuan untuk memberikan informasi

keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar

yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara

keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang

sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan

ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode.

Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat

memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang

dimilikinya, (Kasmir, 2003: 239).

3. Tujuan Laporan Keuangan

a. Tujuan laporan keuangan umum

Menurut Standar Akuntasi Keuangan (SAK) (2002: 1,2), tujuan

laporan keuangan untuk umum adalah memberikan info tentang posisi

keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi

sebagian keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya-sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka, ( dalam skripsi herkulanus, 2008: 10).


b. Tujuan laporan keuangan bank

Menurut Kasmir (2003: 240), Tujuan pembuatan laporan keuangan

suatu bank adalah sebagai berikut :

1) Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva dan jenis-

jenis aktiva yang dimiliki.

2) Memberikan informasi keuangan dengan jumlah kewajiban dan

jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka

panjang.

3) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-

jenis modal bank pada waktu tertentu.

4) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dan

jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan

bank tersebut.

5) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang

dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam

periode tertentu.

6) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

7) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu

periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.


c. Pihak- pihak yang berkepentingan

Menurut Kasmir (2003: 241-242), adapun pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah sebagai

berikut:

1) Pemegang saham

Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank,

kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat

kemajuan bank yang dipimpin oleh menajemen dalam suatu

periode.

2) Pemerintah

Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank

pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui

kemajuan bank yang bersangkutan.

3) Manajemen

Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai

kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah

ditetapkan.

4) Karyawan

Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk

mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya.


5) Masyarakat luas

Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu

jaminan terhadap uang yang disimpan di bank.

d. Jenis dan bentuk laporan keuangan bank

1) Jenis laporan keuangan bank

Menurut Herman Darmawi (2011: 215), Laporan keuangan

bank, terdiri dari : laporan inti dan laporan pelengkap. Laporan inti

terdiri atas : neraca, daftar laba rugi. Sedangkan laporan pelengkap

terdiri atas: laporan perhitungan kewajiban penyediaan kapital

minimum, laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan,

laporan kualitas aktiva produktif dan informasinya, laporan

transaksi valuta asing dan derivatives, laporan komitmen dan

kontijensi, laporan pengurus dan pemilik bank.

Menurut kasmir (2003: 242), bank juga mempunyai beberapa

jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK dan

SKAPI. Artinya, dalam praktik, jenis-jenis laporan keuangan bank

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi

keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang

dimaksudkan adalah posisi aktiva (Harta), Passiva (kewajiban


dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen dalam neraca

berdasarkan tingkat likuiditas dan jatuh tempo.

b) Laporan komitmen dan kontijensi

Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang

berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan

harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati

bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah

komitmen kredit, komitmen penjualan atau aktiva bank

dengan syarat Repurchase Agrement (Repo), sedangkan

laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank

yang memungkinkan timbulnya tergantung pada terjadi atau

tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan

datang.

c) Laporan laba rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang

menggambarkan hasil usaha bank dalam periode tertentu.

d) Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan

semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang

berpengaruh langsung atau tidak berpengaruh langsung

terhadap kas.
e) Catatan atas laporan keuangan

Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai

posisi devisa neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas

lainnya.

f) Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi

Laporan keuangan gabungan menrupakan laporan dari seluruh

cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di

dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan laporan

konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan

dengan anak perusahaannya.

2) Bentuk laporan keuangan bank

Menurut Kasmir (2003: 244), bentuk laporan keuangan yang

umum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku:

a) Laporan keuangan neraca

Dalam laporan keuangan neraca terdapat 3 macam bentuk

yaitu:

(1) Bentuk skontro atau horizontal (Account Form)

Neraca dalam bentuk ini seperti huruf “T” di mana sisi

aktiva di sebelah kiri dan passiva (kewajiban dan ekuitas)

di sebelah kanan.

(2) Bentuk laporan atau vertikal (Report Form)


Neraca dalam bentuk ini tersusun dari atas kebawah

secara berurutan mulai dari aktiva diikuti dengan

kewajiban dan terakhir ekuitas.

(3) Bentuk lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan posisi

keuangan perusahaan.

b) Bentuk laporan laba rugi

Khusus untuk laporan laba rugi hanya memiliki dua macam,

yaitu:

(1) Bentuk tunggal (single step system)

Dalam bentuk ini laporan rugi laba tidak terinci dan

ditentukan berdasarkan total pendapatan dikurangi total

biaya.

(2) Bentuk majemuk (Multiple step system)

Merupakan bentuk yang dihitung secara terinci dan

berharap yaitu dengan membedakan antara pendapatan

maupun biaya dari usaha dengan di luar usaha.

E. Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Herman Darmawi (2011: 210) :

Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,


manajemen bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia,
selaku otoritas pengawasan perbankan dan pemerintah, karena kegagalan
perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian.
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 29),

disebutkan bahwa pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank

Indonesia. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan

ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank,

badan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentang perbankan maka Bank

Indonesia sebagai Bank sentral yang bertugas mengawasi dan mengatur bank,

dengan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia dalam PBI No.6 /10/PBI/2004

tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum. Penilaian tingkat

kesehatan bank menggunakan metode CAMEL.

Menurut Kasmir (2003: 259), Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat

diukur dengan berbagai metode. Penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap

kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.

Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis

CAMEL. Unsur-unsur penilaian dalam analisis camel adalah sebagai berikut:

1. Capital (Permodalan)

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank.

Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy rasio)
yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang

menurut resiko (ATMR).

2. Assets quality (kualitas aset)

Penilaian berdasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio

yang diukur ada dua macam, yaitu :

a. Rasio aktif produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva

produktif yang diklasifikasikan.

3. Management (manajemen)

Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva,

manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum.

Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

4. Earning (rentabilitas)

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yang dilihat dari

kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini

didasarkan pada dua macam yaitu :

a. Rasio laba terdapat total aset (Return Of Assets)

b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)

5. Liquidity (likuiditas)

Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasrkan kepada 2

macam rasio yaitu:


a. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktivitas lancar.

Yang termasuk aktiva lancar adalah kas, giro, BI, sertifikat Bank

Indonesia (SBI) dan surat berharga pasar uang (SPBU) yang sudah

diendos oleh bank lain.

b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.

Bank indonesia menggabungkan faktor-faktor tersebut dengan istilah

CAMEL, di mana besar bobotnya untuk masing-masing faktor adalah sebagai

berikut : (Hasibuan, 2002: 182)

TABEL 2.1

Bobot Camel

Faktor yang Dinilai Komponen Bobot

Permodalan Rasio modal terhadap aktiva 25%


tertimbang menurut resiko
(ATMR)
Kualitas Aktiva Produktif 30%
a. Rasio aktiva produktif yang 25%
diklasifikasi terhadap jumlah
aktiva produktif
b. Rasio cadangan penghapusan 5%
aktiva terhadap jumlah aktiva
yang diklasifikasikan
Manajemen 25%
a. Manajemen umum 10%
b. Manajemen resiko 15%
Rentabilitas 10%
a. Rasio laba terhadap rata-rata 5%
volume usaha.
b. Rasio biaya operasional 5%
terhadap pendapatan
operasional
Likuiditas 10%
a. Rasio kewajiban bersih call 5%
money terhadap aktiva
lancar
5%
b. Rasio pinjaman terhadap dana
pihak ketiga
Jumlah Bobot 100 %

Sumber : SK DIR BI No. 30/ 11/ KEP/ DIR

Hasil penilaian kesehatan bank dilakukan secara kuantitatif. Selanjutnya

peringkat tingkat kesehatan bank digolongkan sebagai berikut : (Kasmir, 2003:

261).

TABEL 2.2

Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81-100 Sehat
66-80 Cukup sehat
51-67 Kurang sehat
0- <51 Tidak sehat
Sumber : Peraturan Bank Indonesia
BAB III

GAMBARAN UMUM BANK DAN METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum Bank

1. Sejarah Singkat Bank Papua

PT. Bank Pembangunan Daerah Papua yang sebelum menjadi

Perseroan Terbatas bernama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Irian Jaya,

didirikan pada tanggal 13 April 1966 berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Irian Barat Nomor:37/GIB/1966 dan

disahkan menjadi Peraturan Daerah Propinsi Irian Barat Nomor 1 Tahun

1970 tanggal 23 Maret 1970 pada Lembaran Daerah Propinsi Irian Barat no.

42 tahun 1970, kemudian sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan RI

Nomor Kep.283/DDK/II/1972 tanggal 15 Juli 1972 tentang pemberian izin

usaha Bank Pembangunan Daerah Irian Barat berkedudukan di Jayapura

melaksanakan operasional sebagaimana Bank Umum lainnya dengan Modal

Dasar pertama kali ditetapkan sebesar IB Rp.4.000.000,-.

Selanjutnya telah beberapa kali terjadi perubahan Peraturan Daerah dan

yang terakhir Peda Nomor 7 tahun 1996 terdapat perubahan modal dasar

bank menjadi Rp.50 miliar. Kemudian Keputusan RUPS Nomor:

05/SK/RUPS-BPD/XII/2000 telah diputuskan untuk mengubah bentuk


hukum Bank Pembangunan Daerah Irian Jaya dari Perusahaan Daerah (PD)

menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada

tanggal 17 Juni 2001 disetujui perubahan modal Dasar menjadi

Rp.150.000.000.000,00 sekaligus mengubah bentuk hukum dari Perusahaan

Daerah menjadi Perseroan Terbatas yang dituangkan kedalam Peraturan

Daerah Propinsi Papua Nomor 2 Tahun 2002 tanggal 21 Mei 2002 tentang

Bank Pembangunan Daerah Papua dan telah diundangkan dalam Lembaran

Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2002, dan Akta Pendirian

Perseroan Terbatas Nomor 1 dan disahkan Menteri Kehakiman dan HAM

Republik Indonesia Nomor C.13031 HT.01.01 Tahun 2002 tanggal 16 Juli

2002 dan Berita Negara No. 61, Tambahan Berita Negara RI No. 7480

tanggal 30 Juli 2002. Dan telah mendapat persetujuan Deputi Gubernur

Bank Indonesia No. 4/147/KEP.Dp.6/2002 tanggal 11 September 2002.

Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 17 Juni 2003 diputuskan modal

dasar PT. Bank Pembangunan Daerah Papua meningkat menjadi Rp. 500

miliar, sebagaimana dituangkan dalam akta notaris No. 2 tanggal 3

September 2003 dan telah disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-29629


HT.01.04.TH.2003 tanggal 19 Desember 2003 ditetapkan modal dasar PT.

Bank Pembangunan Daerah Papua sebesar Rp.500 miliar, hingga saat ini.

2. Visi dan Misi Bank Papua

a. Visi

“Menjadi bank komersial yang kuat dan unggul, kebanggaan

masyarakat Papua”.

Mempunyai makna sebagai berikut:

“Menjadi”

1) Mencerminkan keinginan Bank Papua melakukan tranformasi dari

Bank Pembangunan Daerah menjadi Bank Papua.

“Bank Komersial”

1) Bank Papua sebagai business entity akan dikelola secara

professional dengan memperhatikan prinsip-prinsip komersial

sehingga dapat menghasilkan laba yang optimal dan memberikan

nilai kepada pemegang sahamnya melalui deviden.

2) Bank Papua akan menyediakan produk-produk perbankan yang

bersaing sesuai dengan target pasarnya.

3) Bank Papua akan melayani nasabah individu, UKMK (Usaha

Kecil Menengah dan Koperasi) serta korporasi termasuk

Pemerintah Daerah.
“Kuat”

1) Mewujudkan sebagai bank yang sehat memiliki kinerja yang baik

dan memiliki daya tahan terhadap ancaman, baik dari luar maupun

dalam sehingga dapat menjalankan operasional perbankan secara

berkelanjutan.

“Unggul”

1) Bank Papua akan dikelola secara professional dengan dukungan

SDM dan teknologi yang tepat dan handal.

2) Bank Papua akan mempertahankan posisi sebagai bank terbesar di

Papua.

3) Bank Papua akan memberikan produk dengan layanan prima lebih

baik dari pesaing.

“Kebanggaan”

1) Menjadi mitra nasabah dan masyarakat dalam mencapai tujuannya,

sehingga menimbulkan kebanggaan masyarakat terhadap Bank

Papua.

2) Memiliki nilai budaya perusahaan yang mengakar pada nilai dan

budaya setempat.
“Masyarakat Papua”

1) Adalah masyarakat yang memiliki ikatan ekonomi, sosial-budaya

dan demografi terhadap Papua, baik yang berada di dalam

maupun di luar wilayah geografis Papua.

b. Misi

1) Menyediakan produk perbankan yang bersaingan bagi nasabah

individual, UKMK dan korporasi dalam rangka memperoleh laba

yang optimal.

2) Mengelola dana pemerintah dan masyarakat

3) Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah

Papua melalui jaringan kerja yang tersebar dan luas.

4) Melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip kehati-

hatian dengan dukungan SDM yang handal, organisasi yang kuat

dan teknologi yang tepat.

5) Memberikan pelayanan prima dan kepuasan kepada nasabah.

6) Membangunan citra perusahaan yang berakar dari nilai-nilai

budaya setempat dalam rangka menjadi bank pilihan masyarakat

Papua.

3. Data Pokok Posisi Desember 2008

a. Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Kepeutusan Direksi No. 12A/DIR-

BPD/III/2008, mengutuskan tentang struktur organisasi. Struktur

organisasi PT. BPD Papua sebagai berikut:

1) Komisaris utama dan komisaris

2) Direktur Utama

3) Direktur Operasi Bisnis, terdiri dari : Divisi bisnis (departemen

konsumer, departemen komersial, departemen kredit khusus),

Divisi pengembangan ekonomi Rakyat (departemen program

pengembangan rakyat, departemen UMK), divisi traesury &

international (departemen ALMA, departemen pasar uang, pasar

modal, surat berharga likuiditas, departemen transaksi luar negeri).

4) Direktur Pengembangan Korporat, terdiri dari : Divisi

pengembangan (departemen pengembangan organisasi & jaringan,

departemen pemasaran, departemen teknologi informasi), divisi

SDM & Umum (departemen diklat, departemen pengembangan

SDM, departemen Umum).

5) Direktur Kepatuhan, terdiri dari : Divisi Kepatuhan & Manajemen

Resiko (departemen kepatuhan, departemen manajemen resiko).

6) SKAI, terdiri dari : Departemen Auditor, Departemen pendukung

Auditor.
7) Sekretaris Perusahaan, terdiri dari : Departemen sekretaris dan

protokoler, kelompok Hukum dan Humas.

8) Divisi Perencanaan, terdiri dari : Departemen perencanaan

perusahaan, Departemen akuntansi, pajak & pelaporan.

b. Jumlah Kantor & Jumlah Pegawai

1) Jumlah Kantor (Dalam Negeri)

Kantor Pusat : 1

Kantor Cabang : 14

Kantor Cabang Pembantu : 21

Kantor Kas : 42

Payment Point : 2

Anjungan Tunai Mandiri : 68

2) Jumlah pegawai

Jumlah Pegawai : 936

c. Pemegang Saham

Pemda Provinsi Papua : 22,08%

Pemda Kab. Jayapura : 3,81%

Pemda Kab. Manokwari : 6,08%

Pemda Kab. Sorong : 2,86%

Pemda Kab. Jayawijaya : 3,58%

Pemda Kab. Merauke : 5,46%


Pemda Kab. Biak Numfor : 1,90%

Pemda Kab. Yapen : 1,78%

Pemda Kab. Fak-fak : 5,47%

Pemda Kab. Nabire : 1,97%

Pemda Kab Puncak Jaya : 2,63%

Pemda Kab. Mimika : 3,85%

Pemda Kab. Paniai : 3,02%

Pemda Kab. Sarmi : 1,79%

Pemda Kab. Teluk Bintuni : 2,02%

Pemda Kab. Tolikara : 2,91%

Pemda Kab. Waropen : 1,34%

Pemda Kab. Yahukimo : 1,46%

Pemda Kab. Sorong Selatan : 1,23%

Pemda Kab. Asmat : 1,12%

Pemda Kab. Kaimana : 3,69%

Pemda Kab. Raja Ampat : 1,79%

Pemda Kab. Teluk Wondama : 1,57%

Pemda Kab. Keerom : 1,57%

Pemda Kab. Pegunungan Bintang : 2,02%

Pemda Kab. Supiori : 1,01%

Pemda Kab. Boven Digul : 1,12%


Pemda Kab. Mappi : 1,57%

Pemda Kota Jayapura : 2,15%

Pemda Kota Sorong : 1,90%

Pegawai PT. Bank Papua : 5,26%

4. Penerapan GCG (Good Corporate Governance)

Seiring dengan diberlakukannya struktur organisasi baru Bank Papua

pada tanggal 2 Januari 2005, Bank Papua juga menerapkan Good

Corporate Governance dan kode etik bagi seluruh insan di Bank Papua.

a. Penerapan Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip GCG :

1) Transparency (Transparansi)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi material, secara

relevan, konsisten dan comparable mengenai perusahaan kepada

para stakeholder serta kemudahan untuk memperoleh informasi

mengenai kinerja perusahaan pada saat dibutuhkan.

Tujuan penerapan GCG :

1) Membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional

sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang

dengan baik dan sehat.


b. Penerapan Kode Etik

Berbagai inisiatif good corporate governance telah dilakukan saat

ini dan akan terus dilakukan di masa yang akan datang. Penyusunan

kode etik Bank Papua merupakan salah satu inisiatif penting dalam

kerangka pelaksanaan prinsip dan praktek good corporate yang telah

dicanangkan.

Kode etik Bank Papua yang selanjutnya disingkat kode etik,

merupakan dokumen yang menjabarkan nilai-nilai utama yang akan

menjadi landasan dan acuan dalam bersikap dan berperilaku bagi

seluruh insan Bank Papua dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab

dan kewenangan yang diberikan Bank Papua.

Sesuai dengan kebijakan Good Corporate Governance yang telah

dicanangkan, maka prinsip-prinsip good corporate governance yang

digunakan sebagai acuan dalam menyusun kode etik ini adalah :

1) Transparency (Transparansi)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan

relevan mengenai perusahaan.

2) Accountability (Akuntabilitas)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

organisasi perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

3) Responsibility (Tanggungjawab)

Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan

perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

4) Independency (Kemandirian)

Perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan

prinsip korporasi yang sehat.

5) Fairness (Keadilan)

Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder

yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangan

yang berlaku.

c. Tujuan Penyusunan Kode Etik Bank Papua

Kode etik ini disusun dengan tujuan agar Bank Papua memiliki

pedoman perilaku (code of conduct) yang jelas, wajar dan diyakini


serta dapat dilaksanakan oleh insan Bank Papua selanjutnya, dengan

adanya pedoman perilaku ini diharapkan Bank Papua dapat:

1) Mengembangkan sikap dan perilaku insan Bank Papua yang

sesuai dengan standar etika bisnis dan pergaulan yang tinggi; dan

2) Membangun hubungan yang baik antara Bank Papua dan insan

Bank Papua dengan pihak-pihak eksternal yang terkait

berlandaskan prinsip-prinsip good corporate governance dan

semangat kode etik ini.

Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance

dan nilai-nilai yang tercantum di dalam kode etik ini, Bank Papua

berkeyakinan akan menikmati manfaat jangka panjang berupa :

1) Lingkungan kerja yang jujur, beretika dan terbuka bagi insan

Bank Papua yang pada akhirnya akan meningkatkan

produktivitas.

2) Reputasi Bank Papua yang baik di kalangan dunia usaha yang

pada akhirnya mendorong terwujudnya keberhasilan usaha yang

berkelanjutan.

3) Hubungan yang harmonis antara Bank Papua dengan pemerintah

dan masyarakat yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan

sosial dan ekonomi.


5. Kebijakan Manajemen Bank Papua

a. Mempertahankan predikat tingkat kesehatan bank yang telah dicapai

dan berusaha untuk meningkatkan kualitas kesehatan yang lebih baik.

b. Mempertahankan opini akuntan dengan predikat secara wajar dan

akuntan publik.

c. Penyempurnaan organisasi dengan mengoptimalkan fungsi yang ada.

d. Penyempurnaan standar operasional perbankan sehubungan dengan

adanya perubahan organisasi, pengembangan produk/ diversifikasi

produk dan jasa, perubahan kebijakan direksi, perubahan regulasi yang

dikeluarkan oleh otoritas moneter, peningkatan fungsi pengawasan dan

pengembangan teknologi.

e. Melaksanakan management review secara keseluruhan oleh konsultan

sehingga bank mempunyai petunjuk pelaksanaan kerja yang standar

(baku) dalam melaksanakan kebijakan direksi.

f. Mengusahakan pemenuhan modal disetor dari pemegang saham.

g. Meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan SDM baik secara

kualitatif dan kuantitatif serta mengusahakan peningkatan

kesejahteraan pegawai.

h. Menyusun persyaratan jabatan dan carier planning sebagai pedoman

untuk meningkatkan kualitas personil.


i. Penempatan personil yang tepat sasaran dalam rangka mendukung

kaderisasi.

j. Memenuhi dan melaksanakan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan

Bank Indonesia dan peraturan pemerintah lainnya.

k. Mengoptimalkan penghimpunan dana masyarakat maupun berbagai

lembaga serta meningkatkan layanan pada pihak pemerintah daerah

dalam mengelola dana kas daerah.

l. Penyaluran kredit diarahkan kepada masyarakat kecil dengan

berpedoman pada prinsip kehati-hatian dan prinsip aman, untung dan

manfaat.

m. Meningkatkan pelayanan kepada masyarkat dengan menciptakan

produk dan jasa yang sesuai denga kebutuhan masyarakat serta

menerapkan teknologi tepat guna dan tepat manfaat.

n. Perluasan kegiatan operasional baik dengan membuka kantor baru atau

relokasi, peningkatan status, penambahan ATM.

o. Menambah jaringan online dan perangkatnya, sehingga diharapkan

seluruh kantor menggunakan sistem jaringan tersebut.

p. Memberikan citra dan nuansa secara khas bagi PT. Bank Papua dengan

mengadakan standarisasi sarana dan prasarana sehingga dapat

membangun image yang positif di lingkungan masyarakat.


q. Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan SDM melalui pelatihan

dan pendidikan.

r. Melakukan sistem efisiensi biaya, utamanya biaya umum dan

administrasi untuk seluruh unit operasional.

6. Pengendalian Risiko Bank Papua

Perkembangan lingkungan usaha yang semakin cepat dan kompetitif

menyebabkan risiko bisnis yang dihadapi oleh PT. Bank Papua semakin

bervariasi dan kompleks. Untuk itu dibutuhkan sistem pengendalian yang

terarah, terintergrasi dan berkesimbungan dengan menggunakan pendekatan

pola modern banking. Dalam menjalankan usahanya bank menghadapi

berbagi jenis risiko diantarannya:

a. Risiko kredit

Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat dari kegagalan

nasabah membayar kewajibannya dalam waktu yang telah ditetapkan,

pelanggaran perjanjian, dan jaminan tidak mencukupi, krisis ekonomi,

dll.

b. Risiko pasar

Risiko pasar adalah risiko yang timbul sebagai akibat dari fluktuasi

nilai kurs dan perubahan yang cepat atas tingkat suku bunga.
c. Risiko operasional

Risiko operasional adalah risiko yang timbul sebagai akibat dari risiko

teknologi, risiko SDM, penyesuaian operasional, risiko hukum, dll.

Untuk itulah manajemen PT. Bank Papua memandang perlu

menetapkan kebijakan manajemen risiko dalam hubungannya dengan

nasabah meliputi:

1) Pengawasan oleh pengurus bank

Komisaris melakukan pengawasan terhadap kebijakan direksi,

sedangkan direksi melakukan pengawasan terhadap penerapan

prinsip mengenal nasabah yang dilakukan pejabat operasional

yang ditunjuk melalui tembusan laporan yang disampaikan kepada

petugas khusus.

2) Pendelegasian wewenang, pemisahan tugas dan pengawasan

intern.

Dalam melaksanakan penerapan prinsip mengenal nasabah,

Direksi mendelegasikan kewenangannya menyesuaikan kepada

hirarki/ struktur organisasi yang berlaku di PT. Bank Papua dengan

memegang prinsip pemisahan tugas antara pegawai/ pejabat yang

fungsinya melaksanakan, memeriksa dan menyetujui. Prinsip-

prinsip pengawasan melekat intern hendaknya diterapkan sesuai

aturan yang berlaku baik itu berupa pengawasan melekat maupun


pengawasan secara sistem organisasi oleh Satuan Kerja Audit

Intern (SKAI).

3) Program pelatihan karyawan mengenai penerapan prinsip

mengenal nasabah.

Divisi SDM berkoordinasi dengan unit terkait yang

bertanggungjawab dalam melaksanakan prinsip mengenal nasabah

kepada seluruh pegawai.

B. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi obyek penelitiannya adalah PT. BPD Papua, yang terletak di

Jalan Ahmad Yani 5-7 Jayapura, tetapi peneliti tidak secara langsung ke

tempat penelitian melainkan peneliti mengambil data penelitian di

perpustakaan Bank Indonesia. Yang menjadi obyek penelitian yaitu laporan

keuangan PT. BPD Papua periode 2005 sampai dengan 2008.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan peneliti adalah data

sekunder. Data berupa laporan keuangan yang telah diaudit atau

dipublikasikan. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan, (Indriantoro,dkk 2002:147).

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi

dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah usaha mengumpulkan data

yang dilakukan dengan mencari data berupa laporan keuangan, surat-surat,

jurnal, memo. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan dengan menggunakan

teknik dokumentasi adalah laporan kuantitatif bank yang bersangkutan.

Metode studi pustaka merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian,

maka penelitian dilakukan studi pustaka yang berasal dari buku bacaan yang

sesuai dengan judul skripsi yang sekaligus sebagai penuntun ke arah hasil

penelitian yang bermanfaat, (dalam skripsi herkulanus, 2008: 31).

4. Definisi Operasional

Analisis rasio camel yang digunakan untuk mengukur kinerja bank,

yaitu :

a. Capital (permodalan)

Permodalan merupakan salah satu unsur untuk mengetahui kemampuan

kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien,

(Jumingan, 2009: 243).


Penilaian dengan menggunakan metode CAR (capital adequacy rasio)

dengan membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut

resiko ( ATMR ).

Rasio ini dapat dihitung menggunakan rumus :

Modal

CAR = x 100%

ATMR

Setiap perhitungan CAR yang hasilnya minimal atau melebihi 8 %

dengan nilai kredit minimal 81, maka akan mendapatkan predikat sehat.

sebaliknya jika hasilnya kurang dari 8 % maka predikatnya kategori

cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat.

b. Assets quality (kualitas aset)

Penilaian berdasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio

yang diukur ada dua macam, yaitu :

1. Rasio aktif produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva

produktif.

2. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva

produktif yang diklasifikasikan, (Kasmir, 2008: 259).

Dapat dihitung menggunakan rumus :


A.P yang diklasifikasi
1) KAP = x 100%
Total aktiva produktif

Bobot dari KAP adalah 30%. Bobot untuk komponen rasio aktiva

produktif yang diklasifikasi terhadap jumlah aktiva produktif

adalah 25%, ( Hasibuan, 2002: 182).

PPAP yang dibentuk


2) PPAP = x 100%

PPAP wajib dibentuk

Bobot komponen rasio PPAP adalah 5%.

c. Management (manajemen)

Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva,

manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum.

Dengan memberikan pertanyaan berjumlah 25, (Kasmir 2008 : 260).

Penilaian ini berdasarkan dua aspek yaitu :

1. Manajemen umum berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai :

strategi atau sasaran, struktur, sistem sumber daya manusia,

kepemimpinan dan budaya kerja.


2. Manajemen resiko berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai :

resiko likuiditas, resiko pasar, resiko kredit, resiko operasional,

dan resiko hukum.

Namun dalam penelitian ini analisis rasio manajemen tidak dilakukan

karena adannya keterbatasan data yang ada. Pembatasan ini dilakukan

mengingat bahwa untuk menilai kesehatan suatu bank, tidak cukup

mendasarkan pada analisis terhadap laporan yang dipublikasikan saja,

tetapi juga dengan data-data pendukung lainnya yang bersifat internal.

Di Indonesia hanya Bank Indonesia dan Bank yang bersangkutan saja

yang mengetahui. Akan tetapi hal ini tidak mempengaruhi secara

signifikan terhadap hasil penilaian terhadap kesehatan bank, (Hasibuan

2005: 183). Oleh karena itu aspek manajemen dalam penilaian kinerja

bank penelitian ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan oleh

BI, tetapi sesuai dengan data yang tersedia diproyeksikan dengan Net

Profit Margin. Net profit margin yaitu rasio yang menggambarkan

tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan

pendapatan yang terima dari kegiatan operasionalnya.


Dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Laba bersih
NPM = x 100%
Pendapatan operasional

d. Earning (rentabilitas)

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yang dilihat dari

kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba, (Kasmir, 2008: 260).

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

1. Return Of Asset (rasio laba terdapat total aset)

Rasio ini menunjukkan kemampuan kinerja bank dalam

memperoleh laba dan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Laba sebelum pajak


ROA = x 100%
Total aktiva

2. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional

(BOPO)

Merupakan perbandingan antara beban operasional dan

pendapatan operasional.

Biaya operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan operasional
e. Liquidity (likuiditas)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih, (Kasmir, 2008:268).

1. Cash ratio

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi

kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang

dimiliki bank tersebut, (Kasmir, 2008: 271).

Aset likuid
CR = x 100%
Hutang lancar

2. Loan to deposits ratio

Merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang

diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan

modal sendiri yang digunakan, (Kasmir, 2008: 272).

Kredit yang diberikan

LDR = x 100%

Dana yang diterima


5. Metode dan Teknik Analisis

Metode dan teknik analisis disebut juga alat-alat analisa. Metode dan

teknik analisis digunakan untuk menentukan, melihat serta mengukur

bagaimana hubungan yang ada dalam laporan keuangan sehingga

perubahan-perubahan dapat ditemukan. Selain itu, tujuan dari metode dan

teknik analisis juga untuk menyajikan data lebih sederhana agar mudah

dipahami sehingga pihak-pihak yang membutuhkan dapat menggunakannya

sebagai dasar pengambilan kebijakan. Metode dan teknik analisis

merupakan bagian awal dari suatu proses analisis laporan keuangan.

Metode analisis yang dikenal ada dua yaitu analisis horizontal dan

analisis vertikal. Analisis horizontal adalah melakukan analisis terhadap

laporan keuangan dengan cara membandingan untuk beberapa periode agar

perkembangannya dapat dilihat. Analisis ini dikenal dengan sebutan analisis

dinamis. Berbeda dengan analisis horizontal, analisis vertikal adalah

melakukan analisis terhadap laporan keuangan hanya untuk satu periode

saja, sehingga hanya dapat mengetahui kondisi keuangan dan kinerja pada

waktu itu saja. Analisis statis merupakan sebutan lain dari analisis vertikal.

Dari kedua analisis tersebut, peneliti hanya menggunakan analisis

horizontal.
Dalam penelitian ini, metode dan teknik analisis yang digunakan adalah

analisis rasio camel. Rasio yang disesuaikan dengan mengacu pada

Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004/DPNP tanggal 31 Mei 2004

perihal Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

You might also like