Professional Documents
Culture Documents
Tugas Coas
Tugas Coas
Gambaran Umum
Suatu zat dapat berguna sebagai antibakteri jika zat tersebut mampu
Hanya efektif terhadap bakteri gram negatif atau bakteri gram positif saja.
dan streptomycin.
Efektif terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Contohnya
1. Bakteriostatik
2. Bakteriosidal
dan quinolon.
Antibakteri menurut Mustikaningtias (2014) dibagi menjadi 2
1. Antibiotik
2. Antimikroba
diaplikasikan pada benda mati seperti peralatan medis atau ruang operasi untuk
B. Klasifikasi Antibakteri
memelihara bentuk sel, dan mencegah lisis karena tekanan osmosis. Jika
dinding sel rusak atau tidak terbentuk maka sel akan lisis atau tidak dapat
membelah.
a. β-laktam
hilang.
diberikan secara oral karena ada yang dapat rusak oleh asam
tekarsilin.
2) Sefalosforin
spektrum lebih luas, tahan terhadap asam lambung, dan relatif tidak
b. Polipeptida
Sintesis protein bakteri terjadi pada ribosom yang terdiri dari 30S dan 50S.
Antibakteri golongan ini bekerja pada ribosom 30S atau 50S atau
a. Golongan aminoglikosida
sempit sehingga golongan ini hanya digunakan untuk infeksi berat yang
streptomisin.
b. Golongan kloramfenikol
c. Golongan tetrasiklin
minoksiklin.
d. Golongan makrolid
e. Golongan klindamisin
dan linkomisin.
Golongan ini relatif baru yang ada awalnya digunakan untuk antiinfeksi
saluran kemih. Selain itu juga efektif terhadap sigella, salmonela, E. coli,
atau campylobacter
golongan aminoglikosida.
2. Analgesik non-opioid
Analgesik non-opioid dinamakan juga analgetika perifer, karena
tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat dan tidak menurunkan
kesadaran atau mengakibatkan adiktif. Analgesik non-opioid meliputi
asetaminofen dan golongan nonsteroidal anti inflammatory drugs
(NSAIDs). Analgesik non-opioid memiliki efek samping yang lebih
rendah dibandingkan dengan analgesik opioid. Berdasarkan beberapa
penelitian NSAIDs lebih baik dibandingkan opioid apabila dosisnya
tepat (Becker, 2010).
Dosis NSAID yang diberikan untuk meredakan nyeri biasanya
lebih tinggi dibandingkan untuk anti inflamasi. Analgesik NSAID
memiliki kelompok, yaitu.
a. Salisilat, salah satu contohnya yaitu aspirin. Aspirin merupakan
penghambat prostaglandin yang mengurangi proses inflamasi.
Aspirin tidak boleh dipakai bersama-sama dengan NSAID,
karena dapat mengurangi kadar NSAID dalam darah dan
efektifitasnya.
b. Derivat asam para klorobenzoat atau indol, contohnya
indometasin dan tolmetin. Obat ini biasa dipakai untuk rematik,
gout dan osteoartritis.
c. Fanamat, contohnya meklofenamat sodium monohidrat dan asam
mefenamat.
d. Asam-asam fenilasetat, contohnya diklofenak sodium atau
voltaren .
e. Oksikam, contohnya piroksikam atau feldelene.
f. Derivat pirazolon, contohnya fenilbutazon dan aminopirin.
g. Lain-lain, contohnya ketorlak atau toradol (Kee dan Hayes,
1996).
A. Antiviral
Virus adalah organisme yang hanya memiliki satu asam nukleat
(DNS/RNA) yang dikelilingi oleh lapisan protein. Infeksi virus dapat ditangani
dengan vaksinasi, kemoterapi, maupun antibodi (Neal, 2006). Virus bereplikasi
sendiri dalam beberapa tahap. Antiviral bertujuan untuk mencegah replikasi
virus dengan menghambat tahap-tahap replikasi sehingga virus terhambat
bereproduksi (Kee dan Hayes, 1996).
Vaksinasi digunakan untuk mencegah dan mengontrol penyebaran
virus. Kemoterapi digunakan untuk mengobati gejala-gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus dan berusaha menghilangkan virus dari dalam tubuh.
Antibodi adalah stimulasi mekanisme resistensi alami hospes untuk
mempersingkat durasi penyakit. Berdasarkan cara kerjanya antiviral dibagi
menjadi tiga yaitu (Neal, 2006):
1. Menghentikan virus memasuki hospes
a. Amantadin
Bekerja dengan cara menghambat protein M2 transmembran yang
penting untuk pelepasan selubung virus influenza A. Spektrum luas
dan biasa digunakan sebagai vaksin influenza (Neal, 2006).
b. Zanamivir
Zanamivir secara spesifik menghambat neuraminidase influenza A dan
B sehingga virus sulit terlepas dari sel yang terinfeksi. Obat ini dapat
mengurangi gejala jika diberikan dalam 48 jam sejak dimulainya gejala
(Neal, 2006).
c. Imunoglobulin
Imunoglobulin manusia mengandung antibodi spesifik yang dapat
melawan antigen superfisial virus dan dapat menggaggu masuknya
virus kedalam sel hospes. Imunoglobulin normal dapat digunakan
sementara untuk melawan hepatitis A, campak, dan rubela (Neal,
2006).
3. Penggolongan antivirus
Obat antivirus terdapat dalam dua bagian besar yaitu
antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi obat antivirus adalah
sebagai berikut :
a. Anti nonretrovirus
Antivirus untuk Herpes
Obat anti virus yang aktif terhadap virus herpes umumnya
merupakan antimetabolit yang mengalami bioaktivasi melalui
enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa
yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Obat antivirus
untuk herpes adalah asiklovir, ansiklovir, famsiklovir,
foskarnet, trifuridin, valaksiklovir (Katzung, 2013).
Antivirus untuk influenza
Antivirus ini bertujuan untuk pengobatan pada saluran
pernapasan termasuk influenza tipe A & B dan virus sinsitial
pernapasan (RSV). Obat antivirus untuk influenza adalah
amantadine, rimantadin, inhibitor neuraminidase, dan ribavirin.
Antivirus untuk HBV dan HCV
Antivirus yang termasuk golongan antivirus ini adalah
lamivudine, adefovir, interferon, entekavir.
b. Anti retrovirus
Nucloside Reverse Transcriptase Inhhibitor (NRTI)
Obat yang termasuk golongan antivirus ini adalah zidovudin,
stavudin, lamivudine, zalsitabin, emtrisitabin, dan abakavir.
Nucleotide Reverse Transcriptase Inhhibitor (NtRTI)
Obat yang termasuk golongan antivirus ini adalah tenofovir
disoproksil.
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Obat yang termasuk golongan antivirus ini adalah nevirapin,
delavirdin, dan efavirenz.
Protease Inhibitor
Protease Inhibitor bekerja dengan cara berikatan secara
reversible dengan situs aktif HIV – protease. HIV-protease
sangat penting untuk infektivitas virus dan pelepasan
poliprotein virus.
Viral Entry Inhibitor
Obat yang termasuk golongan antivirus ini adalah enfuvirtid
(Katzung, 2013).
Anti jamur
1. Mekanisme Infeksi Jamur
Kulit pada keadaan normal memiliki daya tahan yang baik
terhadap kuman dan jamur karena adanya lapisan pelindung dan
terdapatnya flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis.
Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan
mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan
mudah mengakibatkan infeksi. Terutama pada kulit yang lembab.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana,
seperti di tanah, debu dan juga di udara.
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan
menggunakan serpihan kulit sebagai makanan. Enzim-enzim yang
diproduksi fungi dapat menembus ke bagian dalam kulit dan
mengakibatkan suatu peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti
bercak-bercak merah dengan batas-batas yang jelas dan menimbulkan
rasa gatal-gatal lokal maupun sistemik (Kee dan Hayes 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Karasutisna, T., 2001, Infeksi Odontogenik Edisi 1, Bagian Bedah Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung