Professional Documents
Culture Documents
Operkulek
Operkulek
Prosedur Operkulektomi
a. Definisi
Perikoronitis merupakan suatu keradangan pada jaringan lunak
perikoronal (operkulum) yang menutupi mahkota gigi di sekeliling gigi yang akan erupsi,
paling sering terjadi pada molar 3 bawah (Mansjoer, 2000). Infeksi yang terjadi
disebabkan oleh adanya mikroorganisme dan debris yang terperangkap diantara mahkota
gigi dan jaringan lunak diatasnya. Perikoronitis dapat menetap menjadi bentuk
subakut/kronis jangka panjang yang berkaitan dengan osteitis dan kerusakan tulang
(Pedersen, 1996).
Dalam buku Manual of Minor Oral Surgery for the General Dentist dijelaskan bahwa
Perikoronitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang mengelilingi mahkota
gigi impaksi sebagian. Infeksi ini disebabkan karena flora normal dari rongga mulut dan
adanya bakteri yang berlebihan pada jaringan lunak perikoronal
b. Etiologi
Secara klinis, retromolar pad pada gigi molar yang mengalami impaksi berkontak
dengan gigi antagonisnya ketika mengunyah sehingga menyebabkan trauma dan
membentuk poket yang dalam, merupakan jalan masuknya plak dan bakteri sehingga akan
menyebabkan infeksi yaitu perikoronitis. Mikroorganisme patogen pada infeksi
perikoronitis itu sendiri yaitu Prevotella Intermedia, Fusobacterium Nucleatum,
Streptococcus Oralis. Pada usia 16-25 tahun/ waktu erupsi M3.
c. Patogenesis
Perikoronitis berawal dari gigi yang erupsi sebagian, mahkota gigi diliputi oleh
jaringan lunak yang disebut dengan operkulum. Antara operkulum dengan mahkota gigi
yang erupsi sebagian terdapat spasia, bagian dari dental follicle, yang berhubungan
dengan rongga mulut melalui celah membentuk pseudopoket (Guiterrez and Perez,
2004). Selama makan, debris makanan dapat berkumpul pada poket antara operkulum
dan gigi impaksi. Operkulum tidak dapat dibersihkan dari sisa makanan dengan
sempurna sehingga sering mengalami infeksi oleh berbagai macam flora normal rongga
mulut, terutama mikroflora subgingiva yang membentuk koloni di celah tersebut.
Kebersihan rongga mulut yang kurang, sehingga terdapat akumulasi plak, dapat
mendukung berkembangnya koloni bakteri (Bataineh et al, 2003). Menurut Keys dan
Bartold (2000) infeksi tersebut dapat bersifat lokal atau dapat meluas ke jaringan yang
lebih dalam dan melibatkan spasia jaringan lunak. Perikoronitis juga diperparah dengan
adanya trauma akibat gigi antagonis. Selain itu faktor emosi, merokok, dan infeksi
saluran respirasi juga memperparah perikoronitis (Topazian, 2002).
d. Gejala klinis
Gingiva kemerahan dan bengkak di regio gigi yang erupsi sebagian, rasa sakit pada waktu
mengunyah makanan, merupakan gejala klinis yang sering ditemukan pada penderita
perikoronitis (Samsudin dan Mason, 1994). Bau mulut yang tidak enak akibat adanya pus dan
meningkatnya suhu tubuh dapat menyertai gejala-gejala klinis yang tersebut di atas.
Pada beberapa kasus dapat ditemukan ulkus pada jaringan operkulum yang terinfeksi akibat
kontak yang terus menerus dengan gigi antagonis. Apabila perikoronitis tidak diterapi dengan
adekuat sehingga infeksi menyebar ke jaringan lunak, dapat timbul gejala klinis yang lebih
serius berupa limfadenitis pada kelenjar limfe submandibularis, trismus, demam, lemah, dan
bengkak pada sisi yang terinfeksi (Laine et al, 2003).
Pembuatan flap pada operkulektomi akan menghasilkan hasil yang bagus apabila
menggunakan electrosurgical scalpel dan radioscalpel loop:
1. Pisau bedah yang electrosurgical
Keuntungan dari menggunakan pisau bedah yang electrosurgical adalah:
Tidak ada keharusan untuk menerapkan tekanan untuk memotong jaringan sebagai
dengan sebuah pisau bedah yang biasa dan karena itu, jaringan dapat memotong
lebih akurat karena tidak terdapat atau geser lateral pergerakan flap.
Pendarahan dalam area ini berkurang dan visibilitasnya meningkat oleh karena
koagulasi kapiler yang kecil
2. Radiosurgical loop
Metode ini adalah metode yang paling efisien untuk menghilangkan jaringan fibrous
padat pada mucoperiosteal adalah dengan menggunakan loop radiosurgical. Loop
radiosurgical ditempatkan di bawah flap sejauh mungkin di posterior dan kadang-
kadang turun di sekitar permukaan distal gigi. sekarang ini diterapkan dan loop
dipindahkan ke atas. Hal ini menyebabkan pemotongan sebagian besar jaringan.
Setelah flap dihilangkan, jaringan gigi dipersiapkan untuk menghilangkan kripta distal.
Loop ditempatkan di puncak jaringan sekitar ½ cm distal ke mahkota dan pemotongan
dilakukan ke bawah sehingga jaringan direncanakan ke bawah menuju garis gingiva.
Hal ini membantu erupsi yang tepat dari gigi jika diposisikan dengan benar.
Kelas I, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara
distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.
Kelas II, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara
distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula. Kelas III, yaitu seluruh atau sebagian besar
molar ketiga berada dalam ramus mandibula.
Pada posisi A, bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal. Pada posisi B, bagian
tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis
servikal molar kedua. Pada posisi C, bagian ter-tinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis
servikal molar kedua.
Perikoronitis Akut
Pasien mengeluh tentang rasa sakit spontan berdenyut terlokalisasi di daerah radang.
Gerakan rahang bawah seperti pengunyahan, membuat nyeri semakin bertambah. Nyeri
tidak dipengaruhi oleh rangsangan suhu panas atau dingin. Berdasarkan hasil pengamatan
visualdan palpasi didapatkan pembengkakan, peradangan dan terdapat segmen
jaringan lunak yangmenutupi satu atau lebih permukaan koronal termasuk permukaan
oklusal. Pada ekstraoral terdapat suatu pembengkakan edematous ringan di daerah pipi,
ventral dari perlekatan otot masseter yang melintasi pinggir rahang bawah ke
daerahsubmandibular. Hampir selalu terdapat trismus ringan dan besarnya trismus
tergantung luaspembengkakan. Kelenjar limfe submandibular dapat diraba dan nyeri pada
tekanan. Selainitu, nyeri dapat menyebar di daerah wajah, telinga atau angulus mandibula.