You are on page 1of 13

79

VII. RENCANA PRODUKSI

7.1. Analisis Bahan Industri

7.1.1. Air

Pada proses pengolahan es krim wortel, setiap kebutuhan air dipenuhi dengan

menggunakan air tanah. Pertimbangan ini diambil karena air tanah lebih murni

dan tingkat terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia relatif kecil dibandingkan

dengan air dari Perusahaan Dagang Air Minum ( PDAM ). Karena, air PDAM

biasanya telah dicampur dengan menggunakan senyawa seperti kaporit dan tawas.

Air yang digunakan untuk proses pengolahan ini terlebih dahulu melalui proses

penjernih air dan kontrol yang ketat sehingga air tersebut sesuai dengan standar.

7.1.2. Listrik

Listrik yang digunakan dalam suatu industri es krim wortel ini memerlukan

listrik yang cukup besar untuk membantu berjalannya mesin-mesin serta

penerangan yang dibutuhkan untuk seluruh bagian pabrik. Pada industri es krim

wortel supply listrik dari PLN, selain itu digunakan juga generator sebesar 200

KVA sebagai antisipasi apabila daya listrik yang diberikan oleh PLN tidak

mencukupi atau listrik PLN terputus, sehingga proses produksi dapat tetap

berlangsung.

7.1.3. Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya

atau beracun yang karena sifat konsenterasi, atau jumlahnya, baik secara langsung

atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan,


80

kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984).

Limbah adalah material yang berwujud padat, atau cair yang tidak berguna, tidak

layak secara ekonomi dan belum ada teknologi yang mampu mengolahnya.

Limbah yang dihasilkan pada produksi ini adalah limbah padat dan cair.

Dimana limbah padat ini berupa kulit wortel yang dihasilkan dari proses

pengupasan dan ampas wortel yang dihasilkan dari proses penghancuran. Kulit

wortel dan ampas worel dikumpulkan dan akan dimanfaatkan sebagai pakan

ternak atau pupuk oleh petani dan peternak disekitar pabrik. Selain kulit dan

ampas wortel limbah padat ang dihasilkan adalah sampah yang dihasilkan dari

bungkus bahan baku tambahan, dimana limbah akan dikumpulkan yang nantinya

akan dibawa oleh pengepul barang bekas untuk didaur ulang.

Limbah cair yang dihasilkan dalam produksi ini adalah air kotor yang berasal

dari proses pencucian bahan atau pencucian alat-alat produksi. Limbah cair yang

dihasilkan akan disalurkan ke penampungan limbah untuk diolah terlebih dahulu

sebelum dibuang ke sungai. Pengolahan limbah cair ini bertujuan agar tidak

merusak lingkungan sekitar.

7.1.4. Sanitasi

a. Bahan Baku

Sanitasi bahan baku dilakukan saat proses pencucian dimana bahan baku yang

digunakan yaitu wortel dicuci dengan menggunakan alat pencuci yang bersih

dengan air yang mengalir, hal ini bertujuan agar endapan atau kotoran yang

berada pada wortel ikut mengalir terbawa air langsung masuk ke dalam saluran

pembuangan. Sedangkan sanitasi bahan baku penunjang disimpan disusun dalam


81

rak-rak dengan rapi, dan untuk susu disimpan dilemari pendingin untuk

menghindari tumbuhnya bakteri yang membuat susu cepat basi.

b. Proses

Sanitasi proses pembuatan es krim wortel dilakukan berdasarkan urutan proses

produksi. Alat yang digunakan dalam proses produksi harus selalu dalam keadaan

bersih. Dalam proses pembersihan alat air yang digunakan telah teruji di

laboratorium sesuai SNI air bersih, menggunakan air panas agar tetap steril.

Proses pencucian dan pengupasan dilakukan dengan menggunakan alat, selain

untuk mempercepat proses produksi penggunaan alat ini bertujuan untuk

mengurangi kontaminasi yang dapat terjadi. Karena dengan menggunakan alat ini

bahan yang digunakan akan langsung terpisah dengan limbah yang akan

dihasilakan secara otomatis.

Pembersihan alat dilakukan dengan cara menyemprotkan air bersih kemudian

air bersih dengan suhu 800C setelah selesai dilakukan pengeringan dengan lap

berserat. Air buangan di alirkan melalui saluran air buangan. Terakhir dilakukan

proses pembersihan lantai yang disemprotkan dengan air bersih kemudian

dikeringkan.

c. Produk

Sanitasi es krim wortel dimulai dari mesin-mesin produksi yang digunakan

hingga penyimpanan produk. Produk yang telah selesai dikemas, disimpan

kedalam pendingin dengan suhu -25˚C agar terjaga dari kontaminasi dan menjaga

produk tetap pada tekstur yang diinginkan. Produk es krim wortel ini dipindahkan

dari ruang produksi menuju tempat penyimpanan dengan menggunakan trolley.


82

Trolley yang digunakan harus dalam keadaan bersih. Trolley dibersihkan dengan

air dan dilap kering setiap setelah digunakan.

d. Karyawan

Sanitasi karyawan dilakukan dengan memberikan pengetahuan mengenai

sanitasi dan memberikan aturan mengenai kebersihan karyawan. Karyawan yang

melakukan produksi harus dalam keadaan bersih dengan cara mencuci tangan

terlebih dahulu menggunakan antibakteri. Selain itu karyawan juga harus

menggunakan pakaian kerja, penutup kepala, sarung tangan dan masker yang

telah disediakan. Sanitasi karyawan juga meliputi kebersihan kuku dan dilarang

meggunakan perhiansan selama produksi berlangsung.

7.2. Analisis Lingkungan Industri

Penentuan lokasi pabrik dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Lingkungan masyarakat

2. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier

3. Kedekatan dengan pasar

4. Tenaga kerja

5. Biaya transportasi

Selain pertimbangan-pertimbangan di atas perlu diperhatikan juga mengenai

harga, tanah, tingkat pajak, cuaca iklim, keamanan, kedekatan dengan pabrik-

pabrik lailn maupun para pesaing, dan konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang

lingkungan hidup.
83

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka dipillih alternatif lokasi :

1. Lokasi I : Kab.Cianjur

2. Lokasi II : Kab.Bandung

3. Lokasi III : Kab. Garut

Luas Lokasi : 1200 m2 = 40 m x 30 m

Pemilihan Lokasi :

1. Lokasi I : Kab. Cianjur

Luas Tanah = 1200 m2

Harga Tanah = Rp. 200.000/m2 x 1200 = Rp. 240.000.000

Tenaga Kerja = UMR = Rp.1.840.000

B. Konstruksi = Rp.600.000.000

B. Kendaraan = Rp. 100.000.000

B. Transportasi = Rp. 28.000/satuan

Bahan Baku = Rp. 6.000.000/satuan

2. Lokasi II : Kab.Bandung

Luas Tanah = 1200 m2

Harga Tanah = Rp. 350.000/m2 x 1200 = Rp. 420.000.000

Tenaga Kerja = UMR = Rp.2.600.000

B. Konstruksi = Rp.800.000.000

B. Kendaraan = Rp. 100.000.000


84

B. Transportasi = Rp. 35.000/satuan

Bahan Baku = Rp. 6.000.000/satuan

3. Lokasi III : Kab. Garut

Luas Tanah = 1200 m2

Harga Tanah = Rp. 150.000/m2 x 1200 = Rp. 180.000.000

Tenaga Kerja = UMR = Rp.1.410.000

B. Konstruksi = Rp. 400.000.000

B. Kendaraan = Rp. 100.000.000

B. Transportasi = Rp. 25.000/satuan

Bahan Baku = Rp. 6.000.000/satuan

I II III
FC = - Tanah 240.000.000 420.000.000 180.000.000
- B. Konstruksi 600.000.000 800.000.000 400.000.000
- B. Kendaraan 100.000.000 100.000.000 100.000.000
FC 940.000.000 1.320.000.000 680.000.000
VC = - Bahan baku 6.000.000/satuan 6.000.000/satuan 6.000.000/satuan
- B. Transportasi 28.000/satuan 20.000/satuan 25.000/satuan
- Tenaga kerja 10.000 10.000 10.000
VC 6.038.000 6.030.000 6.035.000

OT = FC + VC

OT I = 940.000.000 + 6.038.000 (V)

OT II = 1.320.000.000 + 6.030.000 (V)

OT III = 680.000.000 + 6.035.000 (V)


85

OT I = OT II

940.000.000 + 6.038.000 (V) = 1.320.000.000 + 6.030.000 (V)

8000 (V) = 380.000.000

(V) = 47.500

OT I = OT III

940.000.000 + 6.038.000 (V) = 680.000.000 + 6.035.000 (V)

3000 (V) = - 260.000.000

(V) = - 87.666,67

OT II = OT III

1.320.000.000 + 6.030.000 (V) = 680.000.000 + 6.035.000 (V)

- 5.000 (V) = - 640.000.000

(V) = 128.000

OT I = 940.000.000 + 6.038.000 (47.500)

= 287.745.000.000

OT II = 1.320.000.000 + 6.030.000 (47.500)

= 287.745.000.000

OT III = 680.000.000 + 6.035.000 (47.500)

= 287.342.500.000
86

Fix cost

287.745.000.000 OT I dan OT II
287.342.500.000 OT III

0 47.500
Variabel cost

Gambar 7.1. Grafik Analisis Lingkungan Industri

Kesimpulan :

Jadi lokasi yang dipilih adalah Kab.Garut karena total biaya yang diperlukan

untuk pelaksanaan industri yoghurt bengkuang paling terkecil dari ketiga lokasi

tersebut.

Kabupaten Garut adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang

berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di

timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Bandung di barat. Secara geografis Kabupaten Garut sebagian terletak antara

60,56’49 sampai dengan 70,45’00 Lintang elatan dan 1070,25’8 sampai dengan

108,70’30 Bujur Timur. Kabupaten garut memiliki luas wilayah administratif

sebesar 306,519 Ha atau 3.065,19 km2. sedangkan luas wilayah kabupaten

Bandung adalah 3.114,75 Km2.


87

Keadaan iklim di wilayah kabupaten Garut, beriklim tropis basah, yang

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu pola sirkulasi angin musiman, topografi

regional yang bergunung-gunung dibangian tengan Jawa Barat, dan elevasi

topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar

antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan

di sekeliling daerah pegunungan mevapai 3500 – 4000 mm. Variasi tempertur

bulanan berkisar 240C sampai dengan 270C.

Kabupaten Garut merupakan penghasil wortel ke-3 terbesar diwilayah Jawa

Barat dengan menghasilkan 20,36% atau 23.474 ton wortel setiap tahunnya.

Dimana wilayah penghasil wortel didominasi di wilayah Kecamatan Bayongbong.

7.2.1. Lokasi Pabrik

Pabrik es krim wortel ini didirikan karena adanya hasil panen yang berlimpah

yang memerlukan pengolahan agar meningkatkan nilai jual. Wortel yang hanya

digunakan sebagai bahan pangan rumahan kini dapat di disversifikasi menjadi es

krim. Mengolah wortel menjadi es krim menjadi daya tari sendiri bagi konsumen.

Lokasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan

perkembangan industri pembuatan es krim wortel. Adapun rencana penentuan

lokasi pabrik ini dilakukan di daerah Kecamatan Cibatu. Hal ini dilakukan

mengingat jarak antara kecamatan Bayongbong dengan Kecamatan Cibatu yang

tidak terlalu jauh.

Dilihat dari lokasi kecamatan Cibatu juga merupakan kawasan yang akan

direncanakan menjadi kawasan industri oleh pemerintah. Lahan dilokasi


88

kecamatan Cibatu ini telah dinyatakan sebagai lokasi bebas potensi bencana dan

akse yang terjangkau.

Masalah tenaga kerja di daerah kecamatan Cibatu tidak terlalu sulit, hal ini

dilihat dari presentase jumlah pencari kerja dan penganggur yang cukup tinggi.

Dengan melihat data diatas, maka lokasi industri yang baik dan cukup potensial

untuk pendirian industri es krim wortel adalah daerah Kabupaten Garut tepatnya

di Kecamatan Cibatu dengan luas tanah 1200 m2 dan luas bangunan 800 m2.

7.2.2. Ketersediaan Tenaga Kerja

Daerah Kabupaten Garut merupakan daerah yang cukup padat, dengan jumlah

pencari penganggur sekitar 30.000 orang (BPS, 2012). Sehingga tenaga kerja yang

dibutuhkan dapat diusahakan. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk tenaga

kerja, yang berasal dari daerah lain dan mereka dapat mengontrak rumah sekitar

pabrik.

7.2.3. Transportasi

Perhubungan untuk mencapai daerah-daerah pemasaran, seperti Jakarta,

Bandung, Tasik, dan sekitarnya dengan menggunakan tol Padaleunyi, Cikampek,

dan Jagorawi, sehingga mengefisienkan pendistribusian produk dari produsen ke

konsumen.

7.2.4. Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan Bahan baku yang digunakan lebih mudah didapat di daerah

Kecamatan Bayongbong, karena di daerah Kecamatan Bayongbong terdapat

perkebunan penghasil terbesar di Garut. Selain itu, jarak dari Kecamatan


89

Bayongbong ke Kecamatan Cibatu relatif dekat, sehingga dapat digunakan

sebagai bahan baku dalam pembuatan es krim wortel.

7.2.5. Jangkauan Pasar

Salah satu hal yang dapat mendukung terhadap keberhasilan atau kesuksesan

suatu industri adanya jaringan pemasaran yang luas. Dalam hal ini, pemasaran

untuk es krim wortel provinsi Jawa Barat, khususnya kota-kota yang ada di Jawa

Barat seperti Bandung, Cianjur, Tasikmalaya, Cirebon, Karawang, Bekasi,

Jakarta, dan daerah lainnya.

7.3. Rencana Ekspansi

Usaha untuk mengembangkan, memperluas, dan meningkatkan mutu produk

es krim wortel ini, perlu diperhatikan akan kesejahteraan karyawan pabrik dan

lingkungannya, yang kemudian sarana dan prasarana yang mendukung dalam

pembuatan es krim wortel ini.

Selain itu, untuk memperluas dan meningkatkan produksi es krim wortel,

maka direncanakan perluasan dan pembangunan pabrik di daerah lain atau jika

memungkinkan di luar Jawa Barat, karena untuk sementara ini hanya dipasarkan

di daerah Jawa Barat dengan pusat penjualan di daerah Bandung.

Tahap awal produk ini hanya memproduksi es krim wortel, sedangkan untuk

pengembangannya direncanakan atau memproduksi wortel menjadi berbagai jenis

makanan dan minuman olahan yang diharapkan dapat mengurangi kejenuhan

konsumen dan mengisi kebutuhan produk makanan.


90

7.4. Kemasan

Es krim yang telah jadi dikamas dengan menggunakan mangkuk plastik

berukuran 150 gr. Yang kemudian dikemas dengan ditutupi plastik serta

dilengkapi dengan label, informasi gizi, komposisi, izin, serta tanggal

kadaluwarsa. Setelah dikemas es krim wortel disimpan di ruang pendingin hingga

siap dipasarkan. Selain kemasan mangkuk plastik yang digunakan digunakan juga

kemasan sekunder berupa dus, agar memudahkan dalam membawanya dalam

pengiriman dalam jumlah yang besar.

Gambar 7.2. kemasan es krim wortel 150 gr

Gambar 7.3. kemasan dus es krim wortel isi 12 cup


91

You might also like