Professional Documents
Culture Documents
Terdapat dua istilah yang lazim dipakai dan didengar oleh etiap kalangan
berurusan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang. Dalam masyarakat ketika
medik”.
yang berarti “buruk” Sedangkan kata “practice” berarti suatu tindakan atau
praktik. Dengan demikian secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan
medik “buruk”.1
Bagi negara Indonesia, istilah malpraktik yang sudah sangat dikenal oleh
1
Hendrojono Soewono, Op Cit, hlm : 12
2
Hendrojono Soewono, Loc Cit
kealpaan profesi3. Menurut Azrul Azwar dalam makalahnya yang dibawakan pada
adalah :
ada indikasi kesalahan, berakibat buruk, ada seseorang atau pihak yang merasa
dirugikan, ada sebab dan akibat. Dari unsur – unsur tersebut akan berakibat
timbulnya hubungan hukum diantara pihak-pihak. Ada pihak sebagai pelaku atau
pembuat tindakan, sesuatu dalam hal ini pihak tenaga medis atau dokter.
Sedangkan pihak kedua yakni seseorang yang memerlukan bantuan medis demi
kesehatannya yakni pasien. Malpraktik tidak hanya dapat dilakukan oleh dokter
namun juga oleh tenaga medis lainnya. Disebutkan pula medical malpractice
cases are generally sought by patients who have been harmed or injured due to
3
Martin Basiang, 2009, Law Dictionary, Red and White Publishing, h. 280
4
Hendrojono Soewono, Op Cit, h. 13
poor medical treatment or mistaken diagnosis from a medical provider such as a
umumnya dicari oleh pasien yang telah dirugikan atau terluka karena perawatan
medis yang buruk atau diagnosis keliru dari penyedia medis seperti dokter,
Sulit untuk memahami apa yang dimaksud dengan malpraktek, bisa saja
pelanggaran hukum. Secara etimologis malpraktek berasal dari kata mal artinya
salah, jadi malpraktek ini adalah salah melakukan prosedur yang berujung pada
kerugian pasien atau bahkan sampai fatal. Atau bisa juga melakukan tindak pidana
dilakukan oleh pengemban profesi Dokter, Advokat, Notaris, dan lain-lain. Suatu
immoral conduct...........
5
Findlaw, 2016, First Steps in a Medical Malpractice Case, Available at
http://injury.findlaw.com/medical-malpractice/first-steps-in-a-medical-malpractice-case.html,
accessed 7th July 2016.
6
Edi Setiadi, Pertanggungjawaban pidana Dalam Kasus Mal Praktek Dokter, Makalah
pada seminar sehari Penegakan Hukum Terhadap Malpraktek, kerjasama antara IKAHI dan IDI
Cabang Sekayu di Sekayu, 27 Mei 2006
(perbuatan jahat dari seseorang ahli, kekurangan dalam keterampilan yang di
kewajibannya secara hukum, praktek yang jelek atau illegal atau perbuatan
Ada beberapa pendapat dari kalangan para ahli atau doktrin yang
memberikan batasan pengertian serta makna dari istilah malpraktik medik atau
atau praktek buruk yang berkaitan dengan praktek penerapan ilmu dan
7
HM. Soedjatmiko, 2001 Masalah Hukum Medik Dalam Malpraktek Yuridis, dalam
kumpulan makalah seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran RSUD dr. Syaiful Anwar
Malang, h. 3
8
Vironika Komalasari,1998, Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, hal. 87
praktek, maka Hermien lebih cenderung menggunakan istilah
"maltreatment"9.
yang salah, dengan demikian arti malpraktek medik sebagai tindakan dari
atau cacat yang dapat diukur yang terjadinya pada pasien yang mengajukan
9
Hermien Hadiati Koeswadji, 1996, Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan
Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak). Citra Aditya bakti, Bandung, h. 124
10
Danny Wiradharma, 1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa
Aksara, Jakarta, 1996, h. 87
11
Ngesti Lestari, 2001, Masalah Malpraktek Etika Dalam Praktek Dokter (Jejaring
Biotia dan Humaniora), dalam kumpulan makalah seminar tentang Etika dan Hukum
Kedokteran, RSUD dr. Syaiful Anwar Malang, h. 2, 114-115
12
Hermien Hadiati Koeswadji, Op.Cit, h. 122-123
dengan standar profesinya yang akhirnya mengakibatkan pasien terluka atau
7. Mr. L.D Vorstman mengutip pendapat Prof. Hector Treub dalam R Abdoel
membiarkan sesuatu yang oleh dokter yang baik pada umumnya dan dengan
situasi kondisi yang sama, akan melakukan pemeriksaan dan diagnose serta
13
Anny Isfandyarie, Op Cit, h. 22
14
R Abdoel Djamal & Lenawati Tedjapermana, 1988, Tanggung Jawab Hukum
Seorang Dokter Dalam Menangani Pasien, CV Abardin, h. 119.
15
George Gordon Coughlin, 1982, Dictionary of Law, 1982, New York : Barnes &.
Note Books, termuat dalam Soerjono Soekanto, Loc Cit
16
Ibid, h. 155
10. Zulkifli Muchtar ; menyebutkan bahwa malpraktek profesi kedokteran adalah,
setiap kesalahan yang diperbuat oleh dokter karena melakukan suatu pekerjaan
11. M. Yusuf Hanafiah ; Malpraktek Medis adalah, kelalaian seorang dokter untuk
medik dari para ahli (doktrin) diatas, maka secara definitif tidak kita dapati
1992 tentang Kesehatan. Akan tetapi makna atau pengertian malpraktek justru
kita dapati dalam Pasal 11b dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang
tersebut.
seorang dokter telah melakukan praktek yang buruk manakala dia karena dengan
ditentukan baik dalam kode etik kedokteran, standar profesi, maupun standar
17
Zulkifli Muchtar, Dokter Dalam Peadilan Dan Hukum Indonesia, Berita Ikatan
Dokter Indonesia, No. 1 3, Juli 1987
18
M. Yusuf Hanafiah & Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan, EGC.
Jakarta, 1999, h. 87
2.1.2. Asas – Asas Hukum Sebagai Landasan Terkait Adanya Hubungan
Dalam hubungan hukum antara dokter dan pasien atau dengan istilah lain
transaksi terapeutik yang menghasilkan apa yang disebut dengan pelayanan medik
atau tindakan medik. Maka sebelum membahas lebih lanjut tentang pelayanan
medik ini maka akan dikemukakan terlebih dahulu beberapa asas hukum yang
harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi dalam melakukan pelayanan
Undang Praktek Kedokteran yaitu pada Bab II Pasal 2. Dengan demikian secara
hukum, asas-asas tentang praktek kedokteran atau kedokteran gigi tersebut telah
menjadi hukum positif bagi para dokter atau dokter gigi Indonesia.
a. Nilai ilmiah adalah, bahwa praktek kedokteran harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan
termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika
profesi.
b. Manfaat adalah, bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
c. Keadilan adalah, bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran harus
mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang
bermutu.
d. Kemanusiaan adalah, bahwa dalam penyelenggaraan praktek kedokteran
memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku,
bangsa, status sosial dan ras.
e. Keseimbangan adalah, bahwa dalam penyelenggaraan praktek kedokteran
tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu
dan masyarakat.
f. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah, bahwa penyelenggaraan
praktek kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata,
tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan
tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
harus dipedomani dan dijadikan dasar oleh para dokter atau dokter gigi dalam
1. Asas Legalitas
2. Asas Keseimbangan
3. Asas Tepat Waktu.
4. Asas Iktikad Baik
5. Asas Kejujuran
6. Asas Kehati-hatian
7. Asas Keterbukaan19
19
D. Vironika Komalasari, Op Cit, h. 128
Hal ini mengandung makna bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan
maupun dokter gigi setelah melihat dan mendengar masukan dari Asosiasi
dokter dan dokter gigi) serta Kolegium Kedokteran atau Kedokteran Gigi (untuk
maka Asosiasi Institusi Pendidikan Dokter dan Dokter Gigi serta Kolegium
kedokteran mutakhir.
Dalam Permenkes RI Nomor 560 dan 561/Menkes/' Per/1981 menentukan,
terdapat tiga jenis surat izin dalam menjalankan pekerjaannya sebagai dokter,
1. Surat Izin Dokter (SID) yang merupakan izin yang dikeluarkan bagi
dokter yang menjalankan peker-jaan sesuai dengan bidang profesinya di
wilayah negara RI.
2. Surat Izin Praktek (SIP), yaitu izin yang dikeluarkan bagi dokter yang
menjalankan pekerjaan sesuai dengan bidang profesinya sebagai swasta
per-seorangan di samping tugas/fungsi lain pada pemerintahan atau unit
pelayanan kesehatan swasta
3. Surat Izin Praktek (SIP) semata-mata, yaitu izin yang dikeluarkan bagi
dokter yang menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya sebagai
swasta perseorangan semata-mata, tanpa tugas pada pemerintahan atau
unit pelayanan kesehatan swasta.
pemerintah atau rumah sakit swasta atau melakukan praktek secara perorangan.
merupakan asas yang berlaku umum tidak hanya berlaku untuk transaksi
terapeutik.
seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental,
juga keseimbangan antara tujuan dan sarana, antara sarana dan hasil, antara
penanganan seorang pasien akan dapat berakibat fatal yaitu kematian pasien.
Penanganan yang berkesan lambat dan asal-asalan terhadap pasien sangat tidak
terpuji dan bertentangan dengan asas tepat waktu ini. Kecepatan dan ketepatan '
penanganan terhadap pasien yang sakit merupakan salah satu faktor yang dapat
Asas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik (beneficence) yang perlu
profesional seorang dokter dalam menerapkan asas iktikad baik ini akan tercermin
yang selalu berpegang teguh pada standar profesi. Kewajiban untuk berbuat baik
Kejujuran antara dokter dan pasien merupakan salah satu hal penting
yang telah diuraikan dalam Undang Undang Praktek Kedokteran dan oleh
Komalawati diatas, Munir Fuady telah menyusun pula beberapa asas dalam etika
1. Asas Otonom
20
Munir Fuady, 2005, Sumpah Hippocrates: Aspek Hukum Malpraktek Dokter, Citra
Aditya Bakti, Bandung, h. 6.
Asas ini (autonomy) menghendaki agar pasien yang mempunyai
determination).
Istilah atau kata lain dari asas murah hati ini adalah beneficence,
adalah suatu asas yang sangat menekankan kepada para pemegang profesi
pasien atau masyarakat agar mengutamakan sifat murah hati ini. Sangat
dianjurkan kepada para dokter atau dokter gigi memiliki sikap-sikap mudah
4. Asas Keadilan
sama kepada seluruh pasiennya dan juga memberi penghargaan sama atas hak-
hak pasien, seperti hak atas kerahasiaan atau privacy pasien, hak atas
5. Asas Kesetiaan
bahwa dokter harus dapat dipercaya dan setia terhadap amanah yang diberikan
pasien kepadanya. Seorang pasien datang kepada dokter atau dokter gigi
karena dia percaya bahwa dokter atau dokter gigi tersebut akan dapat
besar ini merupakan suatu amanah bagi dokter atau dokter gigi, dan oleh
menye-lamatkan pasien.
6. Asas Kejujuran
Kejujuran atau veracity atau honesty merupakan satu asas yang harus
sama-sama dijunjung tinggi baik oleh dokter atau dokter gigi maupun pasien.
Pasien harus jujur menceritakan riwayat penyakitnya tanpa harus ada yang
dokter atau dokter gigi harus, pula secara jujur menginformasikan hasil
tetapi ketika asas – asas sudah dituangkan ke dalam norma hukum dalam
Undang – Undang Rumah Sakit), maka norma hukum itu telah dapat
Medik
tentang Praktek Kedokteran khususnya pada ketentuan umum Pasal 1 angka 11,
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat
melayani masyarakat”.
niat dan tanggung jawab penuh. Beberapa ciri profesi antara lain:
1. Merupakan suatu pekerjaan yang berkedudukan tinggi dari para ahli yang
21
Vironika Komalasari, Op Cit, h. 19 - 20.
2. Mempunyai kompetensi secara eksklusif terhadap pengetahuan dan
keterampilan tertentu.
kemandiriannya.
22
Vironika Komalasari, Op Cit, h. 19 - 20.
keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan yang berjenjang,
mengetahui apakah seorang dokter atau dokter gigi telah profesional dalam
dipakai sebagai patokan, yaitu ; apakah pelayanan kesehatan atau pelayanan medis
operasional prosedur.
dibagi dalam beberapa jenis, salah satunya norma hukum. Dalam norma hukum
sebuah profesi termasuk profesi dokter diatur dan diikat dengan etika profesi.
Istilah etika ini berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang mengandung
arti "yang baik, yang layak". Ini merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola
23
Edi Setiadi, Op Cit, h. 3
tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada
the wrong profession refers to a group of men pursuing learned art a common
calling in the spirit of a public service, no less a public service because it may
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Disini etika berarti sebagai "sistem nilai" yang dapat berfungsi dalam
Edition, etika atau ethic berasal dari kata dalam bahasa Yunani "ethikes" yang
berarti moral, dan "ethos" yang berarti tabiat, karakter atau kelakuan. Ethic juga
manusia, atau manusia perorangan, seperti misalnya dapat dijumpai dalam arti
kata "unethical behavior". Oleh karena itu ethic merupakan cabang dari filsafat
etik pada awalnya bersumber dari istilah Latin yang merupakan paduan dari
istilah mores dan ethos. Kedua kata ini merupakan paduan rangkaian dari konsep
24
K. Bertens, Etika, Gramedia, Jakarta, 1993, sebagaimana dikutip Deddy Rasyid,
Perbuatan Malpraktik Dokter Dalam Perspektif Hukum Pidana di Indonesia, Tesis,
Pascasarjana, UI
25
Hermien Hadiati Koeswadji, Op. Cit, h. 100
26
Hermien Hadiati Koeswdji, Op Cit, h. 123
27
Bahder Johan Nasution, Op Cit, h. 9
mores of a community dan ethos of the people yang dapat diartikan dengan
merupakan mores dan ethos tersebut kemudian oleh kalangan profesi dirumuskan
dan dikodifikasi sehingga melahirkan suatu code of conduct atau kode etik. Di
kalangan masyarakat pengemban profesi kesehatan kode etik ini dikenal dengan
Sehubungan dengan hal tersebut kata etika dapat berarti kumpulan asas
atau nilai moral, maksudnya adalah sebagai "kode etik". Etik? berarti juga ilmu
tentang yang baik atau buruk. Dalam hal in etika baru menjadi ilmu bila
baik dar buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat seringkali tanpa
disadari, menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis28
yang mengikat profesi biasanya dikaitkan dengan ilmu yang diajarkan untuk dapat
tersebut secara internal dan benar-benar suci, atau yang biasanya disucikan
melalui pengenalan tentang hakikat ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu
28
K. Bertens, Op Cit
29
Hermien Hadiati Koeswadji, Op Cit, h. 123
dilandasi oleh motivasi dalam mengemban profesinya dalam kedudukan dan
Mengacu pada nilai-nilai etik kedokteran itu menjiwai sikap dan perilaku
nilai etik itu kemudian akan membawanya pada suatu konsekuensi tentang
nantinya dapat diresapi bahwa etik kedokteran dalam kalangan pengemban profesi
kedokteran mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, untuk menjamin
menempatkan diri dengan memberi warna dan pertimbangan terhadap sikap dan
Besarnya peranan norma etik ini dalam dunia kedokteran telah diakui
sejak tumbuhnya ilmu kedokteran pada zaman Hipocrates (5 SM). Hal ini
disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa para dokter sebagai pengemban profesi
merupakan suatu masyarakat moral yang terbentuk dan disatukan oleh latar
belakang pendidikan atau keahlian yang sama.31 Adapun yang menjadi landasan
30
Bahder Johan Nasution, Op Cit, h. 9-10.
31
Deddy Rasyid, sebagaimana mengutip pendapat Veronica Komalawati, Op Cit, h.
43.
a. Deklarasi Genewa (1948) tentang lafal sumpah dokter.
b. Deklarasi Helsinki (1964) tentang riset klinik.
c. Deklarasi Sidney (1968) tentang saat kematian.
d. Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi
medik.
e. Deklarasi Tokyo (1975) tentang penyiksaan32.
Etika profesi kedokteran Indonesia ini mengatur tentang kode etik dan
diatas dan telah disesuaikan dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan telah dimantapkan dalam bentuk
yaitu :
A. Kewajiban umum
32
M. Yusuf Hanafiah & Amri Amir, Op Cit, h. 2
yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 7a Seorang dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknik dan
moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan,
dalam menangani pasien.
Pasal 7c Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien.
Pasal 7d Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus
memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua
aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-
benarnya.
Pasal 9 Setiap dokter dalam berkerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling
menghormati.
luar oleh aparat penegak hukum (law enforcement official) karena dikandung
melaksanakannya timbul dari dalam diri manusia secara pribadi, dari setiap kalbu
insan tidak diperlukan sanksi yang berat. Etika kedokteran bersama-sama dengan
norma hukum, mempunyai kaitan yang erat dan saling melengkapi dalam arti
sebagai objek dari norma etika, yang menghendaki agar manusia selalu bersikap
masyarakat menjadi lebih baik pula, sehingga akan terwujud masyarakat yang
ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata, dan ada pula yang merupakan
pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum yang dikenal dengan istilah
33
Safitri Haryani, 1998, Sengketa Medik : Alternatif Penyelesaian Perselisihan
Antara Dokter Dengan Pasien, Rafika Aditama, Jakarta
34
Deddy Rasyid, Perbuatan Malpraktek Dokter Dalam Perspektif Hukum Pidana Di
Indonesia, Tesis, UI
KUHP, sehingga dengan demikian telah berlaku sebagai hukum positif yang
kedokteran oleh seorang dokter atau dokter gigi dapat dikenakan sanksi oleh
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi, hal ini tercantum dalam
atau dokter gigi maka calon dokter harus telah melaksanakan pendidikan
gigi. Demikian pula walaupun dia telah berpraktek diwajibkan pula untuk
pengobatan, maka atas persetujuan pasien wajib merujuk pasien pada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Hal ini telah tercantum dalam Pasal
melakukan merujuk pasien tersebut dokter dapat kena sanksi Pasal 79 huruf c UU
29/2004.
Pasal 12 Kodeki tentang rahasia kedokteran, telah tercantum pada Pasal 48
undangan. Apabila dokter melanggar ketentuan tersebut dapat kena sanksi Pasal
79 c UU 29/2004.
tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Sedangkan Pasal 267 KUHP memberikan sanksi pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun jika seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat dan
dalam rumah sakit jiwa atau menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara paling
professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk
dibuat oleh organisasi profesi (vide Pasal 50 dari UU Nomor 29 Tahun 2004
apabifa dokter atau dokter gigi yang melaksanakan praktek kedokteran atau
kedokteran gigi telah sesuai dengan standar profesi dan standar operasional
prosedur, maka dokter atau dokter gigi tesebut berhak mendapatkan perlindungan
hukum.
diatas, maka dokter diharuskan pula memenuhi standar pelayanan medik dan juga
Kedokteran menyatakan:
1. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek kedokteran vvajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
2. Standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi dibedakan menurut jenis
dan strata sarana pelayanan kesehatan.
3. Standar pelayanan kesehatan tersebut ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
medik adalah suatu pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi
dengan strata sarana pelayanan adalah, tingkatan pelayanan yang standar tenaga
diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan, namun sayang hingga kini kepmen
Begitu pula halnya malpraktek medis ini merupakan suatu istilah yang
Perbedaannya yang lebih jelas tampak kalau kita melihat pada motif yang
dilakukannya, misalnya:
35
J. Guwandi, Op Cit, h. 20 – 21
1. Pada malpraktek (dalam arti sempit), tindakannya dilakukan secara sadar, dan
tujuan dari tindakannya memang sudah terarah kepada akibat yang hendak
2. Pada kelalaian, tidak ada motif ataupun tujuan untuk menimbulkan akibat
yang terjadi. Akibat yang timbul itu disebabkan karena adanya kelalaian yang
Dalam praktek yang terjadi selama ini, malpraktek medis dalam arti yang
adanya motif (mens rea, fuilty mind) tidaklah banyak yang terungkap di
Pengadilan pidana. Yang sering terjadi adalah kelalaian atau negligence lebih
Apabila kelalaian itu sudah mencapai suatu tingkat tertentu dan tidak-
memperdulikan benda atau keselamatan jiwa atau benda orang lain, maka sifat
kelalaian itu bisa berubah menjadi serius dan kriminal. Hukum tidak lagi bisa
tinggal diam, karena sifat kelalaian ini sudah merupakan pelanggaran terhadap
kecelakaan medis), karena pada resiko medis ini dokter atau dokter gigi tidak
melakukan pelayanan medis (dalam malpraktek dokter atau dokter gigi dapat
Resiko medis adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki baik oleh
pasien maupun oleh dokter atau dokter gigi sendiri, setelah dokter atau dokter gigi
pelayanan medis dan standar operasional prosedur, namun kecelakaan tetap juga
terjadi. Dengan demikian resiko atau kecelakaan medis ini mengandung unsur
(verzienbaarheid).
makna kecelakaan medis atau resiko medis, adalah sebagai berikut: suatu
peristiwa yang tak terduga, tindakan yang tak disengaja. Sinonim yang disebutkan
berikut: Setiap tindakan medis, lebih-lebih dalam bidang operasi dan anestesia,
36
J. Guwandi, Loc Cit, h. 25
akan selalu mengandung suatu resiko. Ada resiko yang dapat diperhitungkan dan
ada resiko yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Maka timbulnya resiko
tes laboratorium, jika dalam pemeriksaan dicurigai ada hal-hal yang perlu
dipastikan terlebih dahulu.37 Walau demikian tidak semua tindakan yang tak
Pasal 44 ayat (1) yang menyatakan bahwa, dokter atau dokter gigi dalam
kedokteran atau kedokteran gigi. Aturan lebih lanjut tentang hal tersebut akan
seorang dokter atau dokter gigi dari tuntutan hukum. Hal-hal tersebut berdasarkan
hukum positif Indonesia dan beberapa teori yang ditarik dari kesimpulan beberapa
37
J. Guwandi, Op Cit, h. 27.
38
J. Guwandi, Loc Cit
Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan sebelumnya bahwa
tentang praktek kedokteran, apabila seorang dokter atau dokter gigi telah
standar profesi dan standar prosedur operasional maka la (dokter atau dokter
gigi) tersebut tidak dapat dituntut hukum baik hukum administrasi, hukum
persetujuan atas dasar informasi. Istilah lain yang sering dipergunakan adalah
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan,
alternatif tindakan lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang mungkin
Hal ini dianggap sebagai kesalahan pasien yang dikenal dengan istilah
saran dan instruksi dokter ini dianggap sebagai kewajiban pasien terhadap
pendapat yang sama tentang terapi yang cocok terhadap suatu situasi medis
khusus. II mu medis adalah suatu seni dan sains (art and science) disamping
pendekatan terhadap suatu penyakit berlainan bagi dokter yang satu dengan
yang lain. Namun tetap harus berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat
dipertanggung-jawabkan.
5. Volenti Non Fit Iniura atau Asumption of Risk (Asumsi Yang Telah Diketahui
dan Beresiko)
Volenti non fit iniura atau asumption of risk merupakan doktrin lama
dalam ilmu hukum yang dapat pula dikenakan pada hukum medis, yaitu suatu
asumsi yang sudah diketahui sebelumnya tentang adanya resiko medis yang
dan/atau keluarga setuju (informed concent), apabila terjadi resiko yang telah
tindakan medisnya. Selain itu doktrin ini dapat juga diterapkan pada kasus
mengizinkan), maka hal semacam itu membebaskan dokter dan rumah sakit
masalah tersebut diatur dalam Pasal 1367 BW, adapun maksud ketentuan
pasal ini adalah, majikan berhak mengontrol tindakan bawahannya baik atas
hasil yang dicapai maupun tentang cara yang digunakan. Demikian pula
kedokteran, rumah sakit tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawainya termasuk apa yang diperbuat oleh
para medis.
Hanya saja pendapat sebagian pakar hukum kita rnasih membedakan
hubungan kerja antara atasan dengan bawahan dan tindakan bawahan harus
Doktrin res ipsa loquitur ini berkaitan secara langsung dengan beban
Terhadap kelalaian tertentu yang sudah nyata, jelas sehingga dapat diketahui
seorang awam atau menurut pengetahuan umum antara orang awam atau
profesi medis atau kedua-duanya, bahwa cacat, luka, cedera atau fakta sudah
jelas nyata dari akibat kelalaian tindakan tenaga medik, dan hal semacam ini
harus membuktikan bahwa tindakannya tidak masuk katagori lalai atau keliru
Asumsi dan tuduhan secara dini dari pihak pasien atau masyarakat
sering suatu hal yang berlebihan, khususnya dari pihak pasien, apalagi sebagai
tindakan medik yang dilakukan dokter bila ada dugaan atas tuduhan
malpraktik medik.
kelalaian baik sengaja maupun tidak sengaja hukum tetap menjamin setiap
perlindungan yang sama dimuka hukum (azas equality before the law).