You are on page 1of 64

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media pembelajaran merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa. Karena penggunaan media berkaitan dengan proses penyampaian

tujuan pembelajaran. Jika media yang digunakan tidak tepat, maka tujuan

pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal. Salah satu media yang umum

digunakan oleh guru sebagai sumber belajar adalah Lembar Kerja Siswa. Lembar

Kerja Siswa sejatinya adalah kumpulan lembaran kegiatan yang menuntun siswa

untuk melakukan aktivitas berdasarkan objek dan persoalan yang dipelajari. Menurut

Kaymakci, Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu perangkat pembelajaran

yang berperan penting dalam memberikan berbagai latihan yang sejalan dengan

materi yang diajarkan.1 Sesuai dengan pendapat tersebut, LKS berisi hal – hal yang

terkait penugasan yang nantinya berfungsi sebagai panduan belajar untuk

memudahkan siswa, sehingga akan tercipta interaksi yang baik antara siswa dan guru

dalam pembelajaran. Peraturan Permendikbud Nomor 8 tahun 2016, tentang

pengadaan buku pelajaran yang direkomenasikan bagi pihak sekolah dan larangan

1
Kaymacki, “ A Review of Studies on Wrksheets in Turkey” dalam
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED530699.pdf diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul
16.15
2

penggunaan LKS. Hal tersebut menunjukkan bahwa, LKS seharusnya disusun oleh

guru supaya dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa.Pada kenyataannya, LKS

yang digunakan guru saat ini belum efektif. Guru lebih cenderung menggunakan

LKS ​instant ​ketimbang menyusun LKS sendiri. Padahal, LKS ​instant ​belum tentu

sesuai dengan karakter siswa, terlebih pada tujuan pembelajaran. Hal ini diperparah

oleh tampilan LKS yang kurang menarik dan bahasa yang sulit dimengerti oleh

siswa.

Tampilan yang kurang menarik dari sebuah LKS bisa diakali dengan

menambahkan gambar – gambar grafis. Sebab, anak –anak cenderung menyukai

gambar – gambar ketimbang tulisan – tulisan huruf. Sudjana menyebutkan bahwa,

media grafis memiliki kemampuan dalam menarik perhatian, minat dalam

menyampaikan jenis informasi tertentu secara cepat. Tugas utamanya adalah

memvisualisasi fakta – fakta dan gagasan – gagasan dalam bentuk yang ringkas dan

padat.2

Salah satu materi pelajaran yang terkait dengan fakta – fakta dan gambar –

gambar abstrak adalah matematika. Objek – objek abstrak pada matematika perlu

diubah menjadi objek – objek kongkrit sehingga nantinya akan mudah dicerna oleh

anak – anak. Hal ini senada dengan pernyataan Kennedy, ​”children master the

2
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad, ​Media Pengajaran (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2013), h. 20.
3

underlying structure of number, geometry, and measurement. Work with concrete

objects is foundation for developing mathematical concepts represented with

pictures, symbols, and mental images.3 ​Objek konkrit yang diketahui oleh anak –

anak merupakan modal dasar untuk mengembangkan konsep – konsep matematika

yang diwakili oleh gambar, simbol, dan gambar – gambar abstrak.

Karakteristik matematika yang abstrak membutuhkan media pembelajaran

yang mampu memvisualisasi materi kepada siswa. Khususnya pada materi aritmatika

sosial, akan lebih mudah diterima oleh siswa jika menggunakan media. Salah satunya

adalah media LKS yang memiliki gambar – gambar menarik yang merupakan

ilusrtrasi dari materi yang mereka pelajari. Ahmad Rohani menjelaskan bahwa salah

satu media yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran adalah komik. Karena

komik mampu menyederhanakan gaya bahasa melalui gambar – gambar.4 Selain itu

dalam penelitian Maifalinda Fatra, siswa yang diajarkan menggunakan komik

matematika menjadi lebih antusias dan bersemangat.5 Hal ini tentu akan membuat

pembelajaran matematika menjadi bermakna dan mampu meningkatkan minat belajar

serta prestasi belajar siswa. Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa peneliti sangat

3
Indaryati, Jailani, “Pengembangan Media Komik Pembelajaran Matematika
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V”, Jurnal Prima Edukasia​, Vol.
3, Nomor 1, 2015.
4
Ahmad Rohani, ​Media Pembelajaran Instruksional Edukatif, ​( ​Jakarta : Rineka
Cipta, 1997), h.78.
5
Maifalinda Fatra, “Penggunaan Komat (Komik Matematika) Pada Pembelajaran
Matematika di MI​”, Jurnal Algoritma​, Vol. 3 Nomor 1, 2008. Tersedia dalam
(​http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31085973.pdf​)
4

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan LKS matematika

berilustrasi komik pada materi aritmatika sosial.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut

adalah bagaimana hasil pengembangan LKS Matemtika berilustrasi komik pada

materi aritmatika sosial?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil pengembangan LKS

Matematika berilustrasi komik pada materi aritmatika sosial.

D. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah media pembelajaran

beruka LKS dengan tambahan ilustrasi komik materinya. LKS berilustrasi komik ini

dikhususkan pada sub materi harga jual, harga beli, untung, rugi, dan diskon.

E. Urgensi Pengembangan

Pengembangan terhadap LKS perlu dilakukan mengingat tuntutan kurikulum

yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pengembangan LKS

seharusnya dapat menyajikan lembar aktivitas yang dapat membimbing siswa alam
5

memahami konsep. Penyajian media pembelajaran visual seperti gambar atau kartun

dapat membuat media pembelajaran menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa

dalam memahami konsep matematika.

Pengembangan LKS juga harus memerhatikan kemampuan serta kondisi

siswa. Untuk itu, LKS yang dikembangkan akan menyesuaikan dengan kemampuan

siswa. Kondisi siswa sebagai sasarannya mencakup kemampuan awal siswa,

perkembangan siswa, minat atau pun ketertarikan siswa dalam pembelajaran

matematika serta kondisi lainnya. Selain itu, LKS yang dikembangkan juga akan

menyesuaikan dengan kemampuan guru di sekolah. sehingga penggunaan LKS dapat

memperlancar proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan pemaparan tersebut maka

perlu kiranya ilakukan pengembangan pada LKS matematika dengan menambahkan

ilustrasi komik didalamnya.

F. Asumsi dan Keterbatasan

1. Asumsi Pengembangan

Adapun asumsi dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

a. LKS yang dihasilkan efektif digunakan pada materi aritmatika sosial.


6

b. LKS yang dihasilkan dapat membuat pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan membantu siswa dalam memahami konsep

matematika.

LKS yang dihasilkan dapat memotivasi guru untuk mengembangkan LKS

sendiri yang dapat disesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan siswa.

2. Keterbatasan dalam Pengembangan

Suatu penelitian tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun

kekurangan dalam produk ini adalah sebagai berikut :

a. LKS ini hanya dapat digunakan pada materi aritmatika sosial.

G. Definisi Istilah

Adapun definisi istilah dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengembangan adalah kegiatan yang menghasilkan prouk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut.6

6
Sugiyono, ​Metode Penelitian Pendidikan (​ Bandung : Penerbit Alfabeta, 2015), h.
407.
7

2. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai pesan

yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan sisaw

untuk belajar.7

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran – lembaran yang berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik, selain itu merukan sarana untuk

membantu dan mempermudah dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan

terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan guru, dan dapat

meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.8

4. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar – gambar tidak

bergerak yang disusun seemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.9

5. Validitas adalah kemampuan suatu instrumen untuk mengukur apa yang


10
seharusnya diukur. Dapat juga dikatakan sebagai alat untuk mengukur

keabsahan dan ketepatan sesuatu.

7
Susilana Rida dan Cepi Riana, ​Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. ​(Bandung : CV. Wana Prima, 2009), h. 6.
8
Devy Retnosari Dewi, ​Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Pembelajaran
Permutasi dan Kombinasi dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XI,
dalam Artikel Ilmiah Universitas Negeri Malang, januari 2013 ( online :
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD2AB962FB03A2AA96B84726445FC4901.p
df​) daikses tanggal 30 November 2017 Pukul 22.56
9
Dewi, Laksmi dan Dian Handayani, ​Media Grafis ​[Handout] Universitas
Pendidikan Indonesia tahun 2009. (online :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1977061
32001122-LAKSMI_DEWI/MEDIA_GRAFIS/MEDIA_GRAFIS-HSL_MHSISSWA/komik/
Medgraf,.pdf​) diakses tanggal 5 desember 2017
10
Sugiyono, ​Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D (​ Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013, h. 173
8

6. Validasi merupakan konfirmasi atau pengujian dan pembuktian objektif

bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus yang harus dipenuhi.

7. Efektifitas. Perangkat pembelajaran dikatan efektif jika telah mencapai

indikator efektif. Indikator efektif meliputi aktivitas siswa, guru, respon

siswa, dan hasil belajar.11

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan isi pembahasan

penelitian, berikut sistematika penulisan laporan penelitian pengembangan ini.

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pengembangan

D. Spesifikasi Produk

E. Urgensi Pengembangan

F. Asumsi dan Keterbatasan

G. Definisi Istilah

H. Sistematika Pembahasan

Dian Kurniawati, “Pengembangan LKS Matematika Dengan Stiker Bergambar


11

Pada Materi Lingkaran Untuk Siswa MTsN 3 Mataram TP. 2016/2017”. (Skripsi. UIN
Mataram, Mataram, 2017).
9

Bab II Kajian Pustaka

A. Telaah Pustaka

B. Kerangka Teori (memaparkan keseluruhan teori yang relevan dan

sesuai dengan topic penelitian yakni tentang media pembelajaran,

LKS, media visual, dan aritmatika sosial)

Bab III Metode Pengembangan

C. Model Pengembangan

D. Prosedur Pengembangan

E. Uji Coba Produk (desain uji coba, subjek uji coba, jenis data,

instrumen pengumpul data, dan teknik analisis data)

Rencana Jawal Kegiatan Penelitian

Daftar Pustaka
10

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Penelitian – penelitian terdahulu banyak yang mengangkat topik mengenai

pengembangan Lembar Kerja Siswa. Tentu penelitian tersebut masih relevan dengan

penelitian ini. Maka, penting untuk mengulas kembali hasil penelitian – penelitian

terdahulu sebagai pendukung penelitian pengembangan LKS ini.

Berikut beberapa ulasan mengenai penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa dan penggunaan komik

matematika.

1. Penelitian Dian Kurniawati dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja

Siswa Dengan Stiker Bergambar Pada Materi Lingkaran Untuk Siswa MTsN
11

3 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017”, menunjukkan bahwa LKS yang

dikembangkan adalah valid, efektif, dan praktis yang dilihat dari hasil uji

para ahli, respon siswa, dan hasil belajar yang ditunjukkan oleh siswa. Selain

itu hasil uji sampel ​t-testsampel related ​dengan ​thitung


​ ≤
​ ​
​ttabel ​yaitu

-19.07≤2.034.​ Kesamaan antara penelitian Dian Kurniawati dengan peneliti

adalah sama – sama melakukan penelitian pengembangan LKS Matematika.

Sedangkan perbedaannya yakni; 1) LKS yang dikembangkan pada penelitian

Dian Kurniawati adalah LKS materi Lingkaran, sedangakan peneliti pada

materi Aritmatika Sosial, 2) Spesifikasi LKS Dian adalah menggunakan

stiker bergambar, sedangkan peneliti adalah ilustrasi komik, 3) LKS yang

dikembangkan adalah untuk siswa kelas VIII sedangkan peneliti adalah

untuk kelas VII.Penelitian Aulada Miftahul Khotimah yang berjudul, “

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Materi Balok Kelas VIII MTsN 2

Mataram Tahun Ajaran 2015/2016”, menyimpulkan bahwa hasil penelitian

pengembangan adalah valid, efektif, dan praktis untuk dijadikan LKS

Matematika. Kesamaaan penelitian Aulada Miftahul Khotimah dengan

Peneliti adalah sama-sama melakukan penelitian pengembangan LKS

Matematika. Sedangkan perbedaannya, yakni; 1) LKS yang dikembangkan

pada penelitian Aulada adalah pada materi balok, sedangkan peneliti pada

materi Aritmatika Sosial, 2) Spesifikasi LKS yang dikembangkan Aulada


12

adalah berupa gambar saja, sedangkan Peneliti menggunakan ilustrasi

komik, 3) LKS yang dikembangkan Aulada menggunakan kurikulum KTSP,

sedangkan Peneliti mengembangkan LKS berdasarkan kurikulum 2013.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Alfiatus Syafa’ah pada tahun 2014 dalam

skripsi yang berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Cerita

Bergambar /Komik Materi Pokok Konsep Pembagian Dengan Pendekatan

​ iswa Kelas III SDN Jatimulyo II Malang”, menyimpulkan bahwa


Inquiry S

hasil penelititan pengembangan yang dilakukan adalah, valid, efektif dan

layak dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran matematika pada

materi pembagian. Kesamaan penelitian yang dilakukan Alfia dengan

Peneliti adalah sama – sama melakukan penelitian pengembangan media

atau bahan ajar berbasis komik. Sedangkan perbedaannya yakni; 1)

Penelitian yang dilakukan Alfia adalah pada materi Pembagian, sedangkan

peneliti pada mateir aritmatika sosial, 2) Spesifikasi LKS yang

dikembangkan oleh Alfia diperuntukkan khusus SD Kelas III sedangkan

peneliti mengembangkan media pembelajaran untuk SMP Kelas VII, 3)

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh Alfia adalah di SDN Jatimulyo II

Malang, sedangkan peneliti melakukan penelitian di Mataram.

B. Penelitian Pengembangan

1. Pengertian Penelitian Pengembangan


13

Penelitian Pengembangan atau ​Research and Development ​adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji kefektifan produk tersebut.12

Goll, Gall & Borg dalam ​“Educational Research” ​menjelaskan bahwa

R&D ​dalam pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis

industry di mana temuan penelitian digunakan untuk merancang prouk dan

prosedur tertentu, yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan,

dievaluasi, dan disempurankan sampai memenuhi kriteria tertentu, yaitu

efektifitas, dan berkualitas.13

Nasional Science Board dalam ​”Research And Development : Essential

​ enguraikan
Foundation For U.S Competitiveness in A Global Economy” m

bahwa penelitian didefinisikan sebagai studi sistematis terhadap

pengetahuan ilmiah yang lengkap atau pemahaman tentang subjek yang

diteliti. Sedangkan pengembangan didefinisikan sebagai aplikasi sistematis

dari pengetahuan atau pemahaman, diarahkan pada produksi bahan yang

bermanfaat, perangkat dan system atau metode, termasuk desain,

12
Sugiyono, ​Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D (​ Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013, h. 407
13
Sugiyono, ​Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,​(Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2014), h. 297
14

pengembangan dan peningkatan prioritas serta proses baru untuk memenuhi

persyaratan tertentu.14

R & D biasa dikenal sebagai konsepsi dan implementasi ide – ide

produk baru. Bagian penelitian R&D mengacu pada tahap penyelidikan dan

eksperimen untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk yang

sudah ada. Bagian pengembangan merancang dan menguji efektivitas

produk baru atau perbaikan produk.15

2. Tujuan Penelitian Pengembangan

Tujuan dari penelitian pengembangan antara lain :

a. Untuk mengembangkan atau memvalidasi produk – produk yang

digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.16

b. Untuk menghasilkan produk baru melalui pengembangan.

3. Langkah – Langkah Pengembangan

Langkah – langakah penelitian dan pengambangan ditunjukkan

sebagai berikut:

14
Nusa Putra, ​Research & Development Penelitian dan Pengembangan:Suatu
Pengantar,(​ Depok: PT Fajar Grafindo Persada, 2012), h.70
15
​Ibid​, h.81
16
Sugiyono, ​Metode Penelitian…, ​hal.4
15

a. Potensi dan masalah

Penelitian dapat diangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi

adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang

diharapkan dengan yang terjadi. Semua potensi akan berkembang

menjadi masalah bila tidak dapat mendayagunakan potensi – potensi

tersebut. Masalah juga dapat dijadikan potensi apabila tidak dapat

mendayagunakannya.

Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus

ditunjukkan dengan data empiric. Data tentang potensi dan masalah

tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian

orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau

instansi tertentu yang masih ​up to date.

b. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan

up to date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi

yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu

yang diharapkan dapat mengatasi masalah. Di sini diperlukan metode


16

penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian

tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.17

c. Desain produk

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan

instrumen evaluasi.

d. Validasi desain

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk

menilai produk baru yang dirancang tersebut. Semua masukan, kritik,

saran, dan rekomendasi dari para ahli dan guru berpengalaman dicatat

sebagai dasar untuk memperbaiki model pembelajaran dan instrument.18

e. Perbaikan desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan

para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan

tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki

17
Sugiyono, ​Metode Penelitian…, h​ . 298-300
18
Nusa Putra, ​Research & Development …, ​h.170
17

desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti menghasilkan

produk tersebut.19

f. Uji coba produk

Uji coba ini bertujuan untuk melihat titik lemah dan kekurangan

model agar dapat diperbaiki dan lebih disempurnakan. Juga untuk

mendapatkan data empiris guna mengetahui kendala – kendala

pelaksanaannya dalam pembelajaran yang sesungguhnya.20

g. Revisi produk

Tahapan ini dipusatkan pada berbagai perbaikan pada komponen –

komponen model pembelajaran terkait dengan hasil uji coba. Perbaikan

memanfaatkan hasil uji coba dan diskusi dengan guru pelaksana model,

guru pengamat, dan guru – guru yang ikut serta mempelajari model.21

h. Uji coba pemakaian

Setelah model diperbaiki dan disempurnakan dilakukan uji coba

empiris kedua. Instrumen yang telah diperbaiki juga diuji cba kembali.

i. Revisi Produk

19
Sugiyono, ​Metode Penelitian…, h​ .302
20
Nusa Putra, ​Research & Development…, ​h.171
21
​Ibid​, hal.171
18

Model dan instrument direvisi lagi dan disempurnakan berdasarkan

masukan dari uji coba empiris kedua. Pada tahap ini model dinyatakan

telah siap didesiminasi.22

j. Desiminasi produk

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah

diuji coba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.23

4. Jenis – jenis Model

Ada 4 jenis model yang telah dikemukakan oleh Johanssen yaitu :

a. Cognitive model​, merupakan moel konspetual sebagai dasar penalaran

dan persepsi, belajar induktif, pembuatan keputusan, perencanaan dan

sebagainya.

b. Normative model ​, yakni model tentang oenggambaran fungsi – fungsi

spesifik yang diinginkan, tujuan, dan sasaran suatu system atau proses.

c. Descriptive model, y​ aitu model yang meneskripsikan suatu proses atau

system baik secara kuantitatif maupun kualitatif, model ini sering

digunakan untuk tujuan saintifik dan teknologi.

22
​Ibid, ​hal. 172
23
Sugiyono, ​Metode Penelitian…,​ hal. 311
19

d. Functional model, dimana model ini menggambarkan hubungan

fungsional antar variable, bisa disajikan secara kuantitatif maupun

kualitatif.24

C. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara

sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.25

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang

berisikan materi pembelajaran, metode, batasan – batasan, dan cara

mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau

subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. 26

24
Sri Haryati, ​Research And Development (R&D) Sebagai Salah Satu Model
Penelitian Dalam Bidang Pendidikan, j​ urnal vo.37 no.1, 11september 2012 (online :
http://118.97.13.60/~utmac/jurnal/index.php/MID/article/viewFile/13/11 ) diakses tanggal 11
Desember 2017 pukul 10.15
25
Ida Malati Sadjati, ​Hakikat Bahan Ajar,​ Modul UT (online :
http://repository.ut.ac.id/4157/1/IDIK4009-M1.pdf ) diakses tanggal 11 Desember 2017
pukul 16.10
26
Nahdiyatur Rosidah, ​Studi Tentang Penggunaan Bahan Ajar Mata Pelajaran
Ekonomi Materi Akuntansi Pada Kelas XI SMAN 1 Mojokerto,​ jurnal UNESA tahun 2013
20

Bahan pembelajaran merupakan komponen yang sangat terkait erat

dengan isi setiap mata kuliah atau mata pelajaran dan harus relevan dengan

tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan strategi pembelajaran.

Bahan ajar juga diartikan segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun

bahan tidak tertulis.27

Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bahan ajar

adalah segala bentuk bahan yang diciptakan untuk membantu kegiatan

belajar.

2. Jenis Bahan Ajar

Bentuk bahan ajar dikelompokkan menjadi empat, yaitu:28

a. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja,

siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar.

b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk, film.

27
Ika Kurniawati, ​Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar,​ (KEMDIKBUD:
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan), hal. 2
28
Andi Prastowo, ​Panduan Kreatif ..., h​ .40
21

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk

interactive.

3. Fungsi Bahan Ajar

Ada dua klasifikasi fungsi bahan ajar, yakni :

a. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar.

Berdasarkan pihak – pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi

bahan ajar dapat dibedakan menjai ua macam, yaitu fungsi bagi

pendidik dan fungsi bagi peserta didik.

1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:29

a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar.

b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi

seorang fasilitator.

c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan

interaktif.

d) Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua

aktifitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan

29
​Ibid, ​h. 24
22

subtansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta

didik; serta

e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil

pembelajaran.

2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik.30

a) Peserta didik mampu belajar tanpa harus ada pendidik atau

teman peserta didik yang lain.

b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia

kehandaki.

c) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya

sendiri.

d) Peserta didik dapat belajar sesuai keceaptannya masing –

masing.

e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar mandiri;

dan

f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan

semau aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan

substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau

dikuasainya.

30
​Ibid, ​h. 25
23

4. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

bahan belajar khususnya bahan belajar cetak antara lain :

a. Konsistensi, konsistensi dalam penggunaan huruf dan spasi.

b. Format, isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

c. Taktik dan strategi pembelajaran.

d. Organisasi, menyusun teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah

dipahami.

Prinsip pengembangan bahan belajar antara lain:

a. Dapat mencapai tujuan.

b. Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta maupun lembaga.

c. Memberikan kemudahan kepada peserta dalam memahami isi/uraian

materi.

d. Kebenaran isi/ konsep, bahan belajar yang dikembangkan harus sesuai

dengan konsep materi.

e. Ketuntasan / kutuhan dalam belajar, bahan belajar yang dikembangkan

haruslah utuh untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.


24

f. Kesederhanaan alam penyajian. Sajian materi dalam belajar henaknya

dikemas dengan bahasan yang sederhana dan tidak komplek sehingga

materi mudah dipahami.

g. Keseimbangan dalam halaman. Cakupan kompetensi yang banyak

hendaknya dibahas dalam banyak halaman.

h. Ketegasan dalam penyajian pesan. Pesan yang disampaikan harus jelas

dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.

i. Keindahan tampilan. Agar pembaca tidak bosan membaca, tampilang

bahan belajar dikemas semenarik mungkin.

j. Komunikatif dalam penyampaian pesan. Bahasa yang digunakan alam

mengulas suatu pesan menggunakan bahasa yang komunikatif, seolah –

olah pembaca ikut berinteraksi dalam keseluruhan materi yang dikemas

dalam bahan belajar.

k. Memuat unsur hiburan bagi pembacanya. Prinsip unsure hiburan

betujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi pembaca untuk terus

belajar.

5. Tujuan Pengembangan Bahan Ajar

Bahan belajar perlu dikembangkan dengan tujuan untuk mengarahkan

kegiatan pembelajaran agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.


25

Untuk tujuan pembuatan bahan ajar, setidaknya ada empat hal pokok yang

melingkupinya, yaitu:31

a. Membantu peserta didik alam mempelajari sesuatu.

b. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah

timbulnya rasa bosan pada peserta didik.

c. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran; dan

d. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

D. Bahan Ajar Dalam Bentuk Lembar Kegiatan Siswa

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa (​student work sheet) a​ dalah lembaran – lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.32 Lembar kegiatan

biasanya berupa petunjuk, langkah – langkah untuk menyelesaikan tugas.

Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas

kompetensi dasar yang akan dicapai. Lembar Kerja Siswa berisi materi ajar

yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan

dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.33

31
​Ibid, ​h. 26
32
​Ibid,​ h. 203
33
​Ibid, ​h.204
26

Dari pengertian diatas, peneliti mendefinisikan lembar kegiatan siswa

sebagai lembaran – lembaran yang berisikan tugas yang sengaja dibuat untuk

dan diselesaikan oleh peserta didik secara mandiri sesuai dengan kompetensi

dasar yang diharapkan.

2. Pentingnya LKS bagi Kegiatan Pembelajaran

Berikut adalah fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS.

a. Fungsi LKS

Berdasarkan pengertian LKS diatas, dapat diketahui setidaknya

LKS memiliki empat fungsi sebagai berikut:34

1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran penidik, namun

lebih mengaktifkan peserta didik.

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk

memahami materi yang diberikan.

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

b. Tujuan Penyusunan LKS

34
​Ibid, ​h​.205
27

Paling tidak, dalam penyusunan LKS ada empat poin yang menjadi

tujuan yang perlu diperhatikan, yaitu:35

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

berinteraksi denagn materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas – tugas yang meningkatkan penguasaan peserta

didik terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan

4) Memuahkan pendidik dalam memberikan tugas kepaa peserta didik.

c. Kegunaan LKS bagi Kegiatan Pembelajaran

Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran, tentu cukup

banyak. Bagi pendidik, melalui LKS pendidik mendapat kesempatan

untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi

yang dibahas.36

3. Unsur – unsur LKS sebagai Bahan Ajar

Bahan ajar LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks

daripada buku.

Tabel 2.1 Unsur – unsur LKS Sebagai Bahan Ajar37

​Ibid, ​h.206.
35

​Ibid, ​h. 206


36

37
Diknas, ​Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar, ​(Jakarta: Ditjen
Dikdasmenum, 2008)
28

Unsur – unsur LKS Format LKS


a. Judul a. Judul
b. Petunjuk belajar b. Kompetensi dasar yang akan
c. Kompetensi dasar atau materi dicapai
pokok c. Waktu penyelesaian
d. Informasi pendukung d. Peralatan/ bahan yang
e. Tugas atau langkah kerja diperlukan untuk menyelesaikan
f. Penilaian tugas
e. Informasi singkat
f. Langkah kerja
g. Tugas yang harus dilakukan
h. Laporan yang harus dikerjakan

4. Langkah – langkah Aplikatif Membuat LKS

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang inovatif dan kreatif akan menciptakan

proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Berikut adalah langkah –

langkah penyusunan Lembar Kerja Siswa(LKS) menurut Diknas:38

Tabel 2.2 Langkah – langkah Penyusunan LKS


No Kegiatan Penjabaran
1. Melakukan analisis kurikulum Menentukan materi yang
memerlukan bahan ajar LKS.
Langkah – langkahnya yaitu melihat
materi pokok, pengalaman belajar,
serta materi yang akan diajarkan.
Selanjutnya, mencermati kompetansi
yang mesti dimiliki peserta didik.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS Langkah ini diperlukan untuk
mengetahui jumlah LKS yang harus
ditulis serta urutan LKS-nya
3. Menentukan judul – judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar
kompetensi – kompetensi dasar,
materi pokok, atau pengalaman
38
​Ibid, ​h.211
29

belajar yang terdapat dalam


kurikulum.
4. Penulisan LKS a. Merumuskan kompetensi dasar
b. Menentukan alat penilaian
c. Menyusun materi
d. Memperhatikan struktur LKS.

E. Matematika

1. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau

“manthenein”, yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga, kata tersebut erat

hubungannya dengan kata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya

“kepandaian” “ketahuan”, atau “intelegensi”.39

Plato berpendapat bahwa matematika adalah identik dengan filsafat

untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus

dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi

terpisah dari akal. Aristoteles memandang matematika sebagai salah satu

dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan

fisik, matematika, dan teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang

dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan

Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani , ​Mathematical Intelligence


39

(Jogjakarta : Arruz Media, 2007), h. 42


30

abstraksi.40 Secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai

beriku, diantaranya:41

a. Matematika sebagai struktur yang terorganisasi.

Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika

merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisasi. Sebagai sebuah

struktur, ia terdiri atas beberapa komponen,yang meliputi

aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema

(termasuk di dalamnya (teorema pengantar/kecil) dan ​corolly​/sifat.

b. Matematika sebagai alat (​tool​).

Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari

solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Matematika sebagai pola pikir deduktif.

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir

deduktif. Artinya, suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat

diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

d. Matematika sebagai cara bernalar (​the way of thinking​).

40
Abdul Halim Fathani, ​Matematika Hakikat dan Logika​, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2012), h. 21
41
​Ibid​, h.23-24
31

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling

tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian

yang shahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat

penalaran matematika yang sistematis.

e. Matematika sebagai bahasa artifisial.

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam

matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat

artifisial, yang baru memiliki arti apabila dikenakan pada suatu konteks.

f. Matematika sebagai seni yang kreatif.

Penalaran logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan

pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula

disebut sebagai seni, khususnya seni berpikir yang kreatif.

2. Karakteristik Umum Matematika

Beberapa ciri matematika secara umum disepakati bersama,

diantaranya sebagai berikut:

a. Memiliki objek kajian yang abstrak.


32

Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak,

walaupun tidak setiap yang abstrak adalah matematika. Ada empat

objek kajian dalam matematika, yaitu fakta, operasi atau relasi, konsep

dan prinsip.42

b. Bertumpu pada kesepakatan.

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan

kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah

yang telah disepakati dalam matematika, maka pembahasan selanjutnya

akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.43

c. Berpola pikir deduktif.

Dalam matematika, hanya diterima pola pikir yang bersifat

deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan

pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau

diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

d. Konsisten dalam sistemnya.

Dalam matematika, terdapat berbagai macam sistem yang

dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada

42
​Ibid, ​h. 59
43
​Ibid, ​h.66
33

sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sitem-sistem yang dapat

dipandang lepas satu dengan lainnya. Sistem-sistem aljabar dengan

sistem-sistem geometri dapat dipandang lepas satu dengan lainnya.44

e. Memiliki simbol yang kosong arti.

Secara umum, model atau sistem matematika sesungguhnya

kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya

dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang membedakan

simbol matematika dengan simbol bukan matematika.

f. Memerhatikan semesta pembicaraan.

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol

matematika, bila kita menggunakannya seharusnya memerhatikan pula

lingkup pembicaraannya. Lingkup atau sering disebut semesta

pembicaraan bisa sempit bisa pula luas.

g. Karakteristik matematika sekolah.

Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan

matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal ini: 1) penyajian, 2) pola

pikir, 3) keterbatasan semesta, dan 4) tingkat keabstrakan.

44
​Ibid, ​h. 68-69
34

F. Komik

Komik berasal dari kata “Comic” yang berarti “lucu” dalam bahasa Inggris

atau kata k​ōmikos  dari  ​k​ōmos  ‘revel’  bahasa  Yunani  yang  muncul  sekitar  abad 

ke  -16.45 Selanjutnya, Gumelar mengungkapkan bahwa komik adalah

gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang berdekatan dalam urutan

tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai

tanggapan estetis dari para pembaca.46 Karena komik menurut Diyah adalah

cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan melalui urutan

gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata – kata.47

Arroio menyatakan bahwa comics are a new and separate art; an

integrated whole of words and images where the pictures do not just depict the

story, but they are part of the telling. In comics, creators transmit expression

through arrangement and juxtaposition of either pictures alone, or word(s) and

picture(s), to build a narrative.48 (Komik adalah seni baru dan terpisah,

keseluruhan yang tepadu dan kata-kata serta gambar dimana gambar tidak hanya

menggambarkan cerita, tetapi bagian dari yang menceritakan. Dalam komik,

45
M.S Gumelar , ​Comic Making Part 1. ​Tersedia dalam
https://reeyaw.files.wordpress.com/2010/03/comic.pdf​ diakses pada 24 desember 2017
46
​Ibid ​h.2
47
Diyah Rahmitasari dalam
https://prezi.com/q946uvfpnaha/definisi-perkembangan-dan-jenis-jenis-komik-dan-kartun/
diakses tanggal 24 desember 2017 pukul 20.43
48
Arroio dalam ​http://webb.deu.edu.tr/baed/giris/baed/ozel_sayi/93-98.pdf
35

pencipta mengirimkan ekspresi melalui pengaturan dan penjajaran baik gambar

saja, atau katadan gambar untuk membangun sebuah narasi).

Berdasarkan pendapat Gumelar , Diyah, dan Arroio dapat disimpulkan

bahwa komik adalah gambar-gambar yang disusun untuk menggambarkan suatu

cerita. Oleh karena itu, komik di dalam bahasa Indonesia disebut cerita

bergambar, sebagian dari komik juga dilengkapi dengan teks yang ditampilkan

sebagai dialog maupun sekedar keterangan gambar (​caption)​ .

Gambar –gambar yang terdapat didalam komik dinamakan kartun.

Sejatinya, kartun berisi gambar gambar interpretatif yang menggunakan

simbol-simbol dan kadang-kadang agak berlebihan untuk menyampaikan pesan

atau sikap terhadap sesuatu, seseorang, situasi atau kejadian tertentu. Kartun

biasanya hanya memuat esensi pesan yang harus disampaikan dan dituangkan

dalam gambar sederhana dan tidak rinci dengan menggunakan simbol-simbol

serta karakter yang mudah dikenali dan dimengerti dengan cepat. Guru dapat

menggunakan kartun ini dalam proses pembelajaran melalui 1) papan tulis, 2)

papan buletin, 3) bahan edaran (​handouts)​ , dan 4) gambar proyeksi.

Sebagai media pembelajaran, kartun memiliki kelebihan dan kekurangan.


36

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kartun49


Kelebihan Kekurangan
1. Penggunaaan simbolisme yang 1. Adanya stereotipe ini justru
singkat dan langsung mengena dapat menyebabkan
pada sasaran. terjadinya salah mewakili dan
2. Mengemukakan suatu ide atau salah pengertian
pesan, peristiwa secara estetis, 2. Sering menyederhanakan ide
menggembirakan, lucu, menyindir atau peristiwa, sehingga
dan mengejek. dapat salah mewakili sesuatu
3. Mengemukakan ide atau pesan, 3. Apabila guru salah
peristiwa stereotipe mudah dikenal memanfaatkannya dan salah
umum. memberikan penjelasan,
4. Tidak memerlukan banyak maka akan membingungkan
penjelasan atau kata-kata peserta didik saja.

Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa pnggunaan komik dalam

pembelajaran matematika akan memudahkan peserta didik dalam memahami

materi yang dipelajari. Komik matematika yang disajikan dengan menarik dan

menyenangkan akan membuat otak peserta didik berada pada keadaan rileks

sehingga materi yang disampaikan akan terserap dengan baik.

G. Pendekatan Kontekstual

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

49
Suhernawan dan Rizal Ardhya Nugraha, ​Seni Rupa untuk SMP/MTs
Kelas VII, ​VIII, dan IX,​ (Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional,
2010), h. 89
37

Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang

mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa

sehari- hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun

warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi

kehidupannya. Pembelajaran kontekstual atau ​contextual teaching and

learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi pembelajaran dengan situasi nyata siswa, dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.50

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, baik

kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat dengan tujuan

untuk menemukan makna dari materi.

2. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh

komponen utama, yaitu (1) ​contructivism (kontruktivisme, membangun,

membentuk), (2) ​questioning ​(bertanya), (3) inquiry (​ menyelidiki,

50
Zainal Aqib, ​Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif), (​ Bandung: Penerbit Yrama Widya, 2013), h.1
38

menemukan), (4) learning community (​ masyarakat belajar), (5) modelling

(permodelan), (6) reflection ​(refleksi atau umpan balik), (7) ​authentic

assesment​ (penilaian yang sebenarnya).51

3. Prinsip Dasar Setiap Komponen CTL

a. Kontruktivisme

Komponen ini landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL.

Pembelajaran yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya

pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan

pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang

bermakna. Atas dasar pengertian tersebut, prinsip dasar kontruktivisme

yang dalam praktik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai

berikut:

1) Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran.

2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih

penting daaripada informasi verbalistis.

3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan

menerapkan idenya sendiri.

51
​Ibid​, h. 7.
39

4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam

belajar.

5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman

sendiri.

6) Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat

apabila diuji dengan pengalaman baru. Pengalaman siswa bisa dibangun

secara asimilasi (yaitu pengetahuan baru dibangun dari struktur

pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur

pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk

menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).52

b. Bertanya (​questioning)​

Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Setiap

pembelajaran harus diawali dengan bertanya. Bagi guru bertanya

dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai

kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting

dalam melakukan ​inquiry​, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan

apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang

52
Kokom Komalasari, ​Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, ​(Bandung:
Refika Aditama, 2014), h.16-18
40

belum diketahuinya.53 Prinsip-prinsip yang perlu diketahui guru dalam

pembelajaran yang berkaitan dengan bertanya, sebagai berikut:

1) Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya.

2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah ada diketahui lebih efektif melalui

tanya jawab.

3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif

dilakukan lewat diskusi (baik kelompok maupun kelas).

4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong membimbing, dan

menilai kemampuan berpikir siswa.

5) Dalam pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a)

menggali informasi, b) mengecek pemahaman siswa, c) membangkitkan

respon siswa, d) mengetahui kadar keingintahuan siswa, e) mengetahui

hal-hal yang diketahui siswa, f) memfokuskan perhatian siswa pada

sesuai yang dikehendaki guru, g) membangkitkan lebih banyak

pertanyaan bagi diri siswa, h) menyegarkan pengetahuan siswa.54

c. Menemukan (​inquiry​)

Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini

diawali dari pengamatan terhadap fenomena. Prinsip-prinsip yang bisa

53
​Ibid, ​h. 12
54
Mansur Muchlis, ​KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 45
41

dipegang guru ketika menerapkan komponen ​inquiry ​dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut:55

1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa

menemukan sendiri.

2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti

dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.Siklus

inkuiri adalah observasi (​observation)​ , bertanya (​questioning)​ ,

mengajukan dugaan (​hipotesis)​ , pengumpulan data (​data gathering)​ , dan

penyimpulan (​conclussion)​ .

3) Siklus inkuiri adalah observasi (​observation)​ , bertanya (​questioning​),

mengajukan dugaan (​hipotesis)​ , pengumpulan data (​data gathering)​ , dan

penyimpulan (​conclussion)​ .

4) Langkah-langkah kegiatan inkuiri: a) merumuskan masalah, b)

mengamati atau melakukan observasi, c) menganalisis dan menyajikan

hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain, d)

mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain

(pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).

d. Masyarakat Belajar (​Learning Community)

55
​Ibid, ​h. 45
42

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari

kerja sama dengan orang lain. Prinsip – prinsip yang bisa diperhatikan guru

ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen

learning community.​

1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau ​sharing

dengan pihak lain.

2) Sharing t​ erjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling

menerima informasi.

3) Sharing t​ erjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.

4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat

didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain. Yang terlibat dalam

masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar.

e. Pemodelan ​(modeling)

Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran

keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa

ditiru oleh siswa. Prinsip-prinsip komponen ​modelling yang bisa

diperhatikan guru adalah sebagai berikut:


43

1) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada

model atau contoh yang bisa ditiru.

2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten

atau dari ahlinya.

3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh

hasil karya atau model penmapilan.56

f. Refleksi (r​eflection)

Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran

dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan

yang baru dipelajari.

Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka

penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut:

1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan

pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.

2) Perenungan merupakan respons atau kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diperolehnya.

56
​Ibid, ​h. 46
44

3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan

yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman

sejawat, atau unjuk karya.

g. Penilaian autentik

Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual

adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran

atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa.

Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka

penerapan komponen penilaian autentik adalah sebagai berikut:57

1) Penilain autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui

perkembangan pengalaman belajar siswa.

2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara

penilaian proses dan hasil.

3) Guru menjadi penilai yang konstruktif yang dapat merefleksikan

bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang

mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana

perkembangan belajar siswa dalam berbagai konteks belajar.

57
​Ibid, ​h. 47
45

4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat

mengembangkan penilaian diri dan penilaian sesama.

5) Penilaian autentik mengukur keterampilan dan performansi dengan

kriteria yang jelas.

6) Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat secara

berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran.

7) Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua, dan

sekolah untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik

pembelajaran, dan/atau untuk menentukan prestasi siswa.

H. Aritmatika Sosial

1. Pengertian Aritmatika Sosial

Arimatika sosial adalah cabang ilmu matematika yang mengkhususkan

mempelajari sifat-sifat dan manipulasi bilangan.Ciri – cirinya, yakni :

a. Materi aritmatika sosial ini selalu berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari.

b. Materi ini berkaitan dengan perekonomian atau perdagangan serta

transaksi jual-beli.

c. Pada materi ini, terdapat harga keseluruhan, harga per unit, dan harga

sebagian. Selain itu juga terdapat harga pembelian, harga penjualan,

untung dan rugi serta rabat (diskon), bruto, tara, dan neto.
46

d. Perhitungan dalam materi ini menggunakan konsep aljabar melalui

operasi hitung yang berupa pecahan dan lain-lain.

e. Bentuk contoh soal-nya berupa soal cerita.58

2. Pembahasan dalam Aritmatika Sosial

a. Perdagangan

1. Nilai Keseluruhan dan Nilai Perunit

Nilai keseluruhan adalah nilai barang secara keseluruhan.

Nilai sebagian adalah nilai bagian dari nilai keseluruhan barang. Nilai

per unit adalah satuan barang.

2. Harga penjualan, harga pembelian, untung, rugi, persentase untung

dan persentase rugi

Harga jual adalah harga harga barang yang ditetapkan oleh

pedagang kepada pembeli. Harga beli adalah harga barang dari

pabrik, grosir, atau tempat lainnya. Harga beli sering disebut ​modal​.

Dalam situasi tertentu, modal adalah harga beli ditambah dengan

ongkos atau biaya lainnya. Untung atau laba adalah selisih antara

harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih

dari harga pembelian. Rugi adalah selisih antara harga penjualan

58
Slamet Widodo, ​Pengembangan Buku Ajar Matematika Dengan Pendekatan Scientific
Kelas Vii Semester 2 Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa​, (Tulungagung: Skripsi T
​ idak
Diterbitkan, 2015), hal. 64
47

dengan harga pembelian jika harga penjualan kurang dari harga

pembelian.

Dalam perdagangan tidak hanya dikenal untung dan rugi saja

tetapi juga impas. Dikatakan impas jika harga penjualan sama dengan

harga pembelian.

Dalam kehidupan sehari-hari untung atau rugi itu dinyatakan

dalam bentukpersen. Biasanya persentase untung atau persentase

rugi. Dihitung dari harga pembelian, kecuali ada ketentuan lain.

3. Diskon, bruto, netto, tara

Biasanya menjelang hari raya, toko-toko atau supermarket

memberi diskon untuk menarikpara pembeli. Diskon biasa disebut

juga dengan kortingan atau potongan harga. Pada umumnya

pemberian diskon dinyatakan dalam persen. Diskon (rabat)

merupakan potongan harga. Harga sebelum dipotong diskon disebut

harga kotor. Harga setelah dipotong diskon disebut harga bersih.

Bruto (berat kotor) adalah berat karung beserta kemasan atau

bungkusnya. Neto(berat bersih) adalah berat barang tanpa kemasan


48

atau bungkusnya. Tara adalah selisih antara bruto dan neto (berat

kemasan atau bungkus suatu barang).

4. Pajak

Pajak adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada

masyarakat untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara

menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Jadi,

pajak bersifat mengikat dan memaksa. Banyak sekali jenis-jenis

pajak, antara lain Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penghasilan (PPh).​73 PPN

ditetapkan pemerintah sebesar 10% dan PPh 15%.

5. Perbankan dan Koperasi

Pada subbab perbankkan dan koperasi membahas tentang bunga

tanggal. Bunga tunggal adalah bunga yang diberikan hanya untuk

sejumlah uang yang ditabungkan sedangkan bunganya tidak

berbunga lagi.​74 Modal dalam hal ini besarnya tetap dan tidak

berubah. Besarnya bunga berbanding senilai dengan persentase dan

lama waktunya dan umumnya berbanding senilai pula dengan

besarnya modal.
49
50

BAB III

METODE PENGEMBANGAN

A. Model Pengembangan

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian pengembangan

(​Research and Development​). Penelitian ini menggunakan rancangan

pengembangan dengan model 4D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan,

yakni ​Define, Design, Development dan Dissemination a​ tau diadaptasikan menjadi

model 4P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran.

Adapun penjelasan dari model 4D diantaranya;

1. Define ​(Pendefinisian), berisi tentang analisis kebutuhan, baik berupa analisis

masalah pembelajaran, siswa, konsep, tugas dan tujuan pembelajaran sehingga

dapat menetapkan produk yang akan dikembangkan.

2. Design ​(Perancangan), berisi tentang rancangan produk pengembangan yang

telah ditetapkan.

3. Development (​ Pengembangan), berisi tentang penilaian produk oleh para ahli

dan uji coba produk pada sasaran terbatas (uji conba terbatas) dari produk

yang telah dievaluasi oleh ahli.


51

4. Dissemination ​(Penyebaran), berisi tentang uji coba lapangan, penyebaran

produk yang telah valid dan efektif pada skala yang lebih luas. Penyebaran

disesuaikan dengan kemampuan peneliti.

Peneliti memilih model pengembangan 4D karena model tersebut memiliki

tahapan – tahapan yang jelas untuk diterapkan dalam penelitian pengembangan.

B. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan 4D memiliki 4 tahapan pengembangan, yaitu ​Define,

Design, Development, d​ an ​Dissemination. A


​ dapun penjelasan tahapannya yaitu;

1. Define ​(Pendefinisian)

Kegiatan pada tahap ini adalah kegiatan analisis kebutuhan. Tujuan tahap ini

adalah menganalisis media yang digunakan sebelumnya, karakteristik dan

keterampilan siswa, konsep media pembelajaran yang digunakan sebelumnya

dan tujuan pembelajaran sebagai dasar pengembangan media pembelajaran.

Thiagarajan menganalisis 5 tahapan yang dilakukan pada tahap ​define ​yaitu;

a. Front-End Analysis ​(Analisis Awal-Akhir)

Tahap ini merupakan analisis masalah dasar yang dihadapi dalam

mendukung pengembangan produk. Peneliti menganalisis alasan bahwa

materi dan media pembelajaran (LKS) benar – benar dibutuhkan, alasan


52

perlu dikembangkannnya LKS matematika, hasil pemahaman siswa

tentang materi lingkaran, wawancara guru dan siswa dalam hal media

yang digunakan dalam pembelajaran.

b. Learner Analysis ​(Analisis Siswa)

Tahap ini merupakan analisis mengenai karakteristik siswa dalam proses

pembelajaran, misalnya; keterampilan siswa pada pokok bahasan

lingkaran, penggunaan media, sikap siswa terhadap materi yang

disampaikan, gaya bahasa, dan tanggapan sensorik siswa dalam menerima

pelajaran. Dalam analisis ini perlu dilakukan pengumpulan informasi

dengan wawancara terhadap guru mengenai karakteristik siswa, terhadap

siswa mengenai pembelajaran yang diinginkan, literature, kompetensi

materi, dan kriteria uji.

c. Task Analysis​ (Analisis Tugas)

Tahap ini merupakan tahap menganalisis tugas – tugas pokok yang harus

dikuasai siswa agar mencapai kompetensi minimal. Misalnya siswa dapat

memenuhi keterampilan – keterampilan standar pada Kurikulum 2013

(K13) yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, komunikasi,

menalar dan ​problem solving.


53

d. Concept Analysis (​ Analisis Konsep)

Tahap ini adalah tahap analisis konsep yang dilakukan dengan cara

mengidentifikasi konsep – konsep yang akan dikembangkan secara

sistematis. Dalam penelitian ini, konsep yang dikembangkan adalah

materi aritmatika sosial dengan sub materi yaitu nilai satuan dan nilai

keseluruhan, perdagangan, diskon dan rabat, serta menyelesaiakan

permasalahan yang berkaitan dengan sub materi tersebut.

e. Specification of Objectives ​(Analisis Tujuan)

Tahap ini dilakukan dengan menghubungkan hasil analsis tugas dan

analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang

disusun didiskusikan terlebih dahulu dengan guru matematika pada

sekolah sasaran dan disesuaikan dengan indikator pencapaian.

2. Design ​(Perancangan)

Thiagarajan membagi tahap ​design d​ alam empat kegiatan , yaitu:

criterion-test construction, media selection, format selection, initial design.

Kegiatan yang dilakukan harus sejalan dengan tahap ​defjne y​ ang telah

ditentukan dan pada tahap ​design​ antara lain :

a. Criterion​-​Test Construction ​(Penyusunan tes kriteria)


54

Tahap ini merupakan penyusunan tes kriteria yang akan menghasilkan

instumen berupa soal tes. Soal tes ini akan digunakan sebagai ​pre test

kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi

lingkaran. Penyususnan tes ini disesuaikan dengan hasil diskusi dengan

guru sampai mana materi telah diajarkan kepada siswa. Selain itu, tahap

ini juga sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa setelah uji coba LKS

yang dikembangkan (​post-test)​ .

b. Media Selection ​(Pemilihan media)

Tahap ini adalah tahap dalam memilih media pembelajaran yaitu berupa

LKS matematika sesuai dengan hasil analisis pada tahap ​define​.

c. ​Format Selection (​ Pemilihan Format)

Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media

pembelajaran yang digunakan. Yaitu dari segi format desain media

pembelajaran yang digunakan. Yaitu dari segi format desain LKS, materi

LKS dan penggunaan bahasa dalam LKS. Ketiga poin pada format LKS,

juga akan menjadi format penilaian oleh ahli.

c. Format Selection ​(Pemilihan Format)


55

Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media

pembelajaran yang digunakan. Yaitu dari segi format desain LKS, materi

LKS dan penggunaan bahasa dalam LKS. Ketiga poin pada format LKS,

juga akan menjadi format penilaian oleh ahli.

d. Initial Design ​(Rencana awal)

Tahap ini merupakan tahap penyususnan media yang akan dikembangkan

yaitu berupa LKS matematika yang disesuaikan pada hasil analisis tahap

define.​ Dalam tahap perancangan, peneliti suah membuat produk awal

(​Draft 1​) atau rancangan produk LKS.

3. ​Develop (​ Pengembangan)

a. Expert Appraisal ​(Penilaian ahli)

Tahap ini merupakan tahapan menilai kelayakan rancangan produk.

Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Dalam

penelitian ini, terdapat 3 penilai yakni ahli desain, bahasa dan materi/isi

sesuai dengan format pada tahap ​design​. Saran-saran yang diberikan oleh

para ahli akan digunakan untuk memperbaiki atau revisi produk media

pembelajaran. Jika media yang dikembangkan dalam bentuk rancangan

awal (​Draft 1​) tidak memenuhi kriteria valid, maka peneliti akan

melakukan revisi sesuai dengan saran dari ahli dengan merancangan


56

​ edia yang sudah


kembali media pembelajaran dalam bentuk ​Draft 2. M

memenuhi kriteria valid dapat di uji cobakan pada tahap uji

pengembangan memenuhi kriteria valid dapat di uji cobakan pada tahap

uji pengembangan.

b. Developmental Testing (​ Uji pengembangan)

Tahap ini merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada

sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada tahap ini, akan dilakukan uji

coba media yang dikembangkan pada sasaran kelompok kecil (uji coba

terbatas) yaitu pada 9 siswa dengan masing-masing 3 siswa yang

memiliki kemampuan matematika kategori tinggi, rata-rata/sedang, dan

rendah. Kategori tinggi, sedang dan rendah dapat ditentukan dari hasil

dokumentasi nilai matematika siswa. Dari uji coba tesebutakan diperoleh

data respon atau komentar dari siswa terhadap media yang dikembangkan

serta hasil ​pre test d​ an ​post test​nya. ​Pre test ​dan ​post testd​ ilakukan untuk

mengetahuikefektifan menggunakan media yang dikembangkan.

Instrumen yang digunakan juga sesuai dengan pemilihan format. Hasil

uji coba digunakan memperbaiki produk.

4. Disseminate (​ Penyebarluasan)
57

Thiagarajan membagi tahap ​dissemination d​ alam tiga kegiatan yaitu:

validation testing, packaging​, ​diffusionand adoption. P


​ rosedur tahap

disseminate s​ ebagai berikut:

a. Validation Testing (​ Uji Validasi)

Tahap ini merupakan lanjutan dari uji pengembangan, untuk

membuktikan bahwa uji coba media yang dikembangkan sesuai dengan

hasil yang diinginkan. Setelah dilakukan revisi produk dari uji

pengembangan, maka akan dilakukan uji coba media yang dikembangkan

pada siswa kelompok besar (uji lapangan). Uji lapangan ini merupakan

implementasi dari produk yang telah dikembangkan dengan standar

penilaian dari ahli desain, bahasa dan materi. Dari uji coba tesebutakan

diperoleh data respon dari siswa terhadap media yang dikembangkan

serta hasil ​pre test d​ an ​post test​nya. ​Pre test ​dan ​post test p​ ada uji coba

lapangan adalah sebagai evaluasi akhir/evaluasi sumatif untuk

mengetahui perbedaan yang signifikan jika menggunakan media yang

dikembangkan serta keefektifan media yang dikembangkan.Pada tahapan

ini juga dilakukan analisis data dari hasil respon siswa kelompok besar

serta hasil ​pre test d​ an ​post test​. Hasil dari uji validasi adalah
58

diciptakannya produk yang valid dan efektif sesuai dengan tujuan

pengembangan sehingga dapat dilanjutkan pada tahap pengemasan.

b. Packaging, Diffusion and Adoption ​(Pengemasan, Penyebaran dan

Pemakaian)

Tahap ini adalah kegiatan terakhir dari tahap pengembangan. Produk

yang telah dinyatakan valid dan efektif siap dikemas untuk digunakan.

Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain.

Pengemasan media pembelajaran yang telah dikembangkan dapat

dilakukan dengan mempublikasikannya dalam bentuk ​softfile/softcopy

maupun ​hard copy.​ Setelah media pembelajaran telah dipublikasn, media

tersebut dapat disebarluaskan sehingga dapat diserap (​diffusi​) atau

dipahami orang lain dan digunakan (​diadopsi)​ pada proses pembelajaran

di kelas.

Prosedur Pengembangan Model 4D dapat dibuatkan bagan sebagai

berikut:

Front-end Analysis

(Analisis Awal-Akhir)

Learner Analysis

(Analisis Siswa)

(Analisis Tugas)
59

Task Analysis

Concept Analysis

(Analisis Konsep)

Define

Criterion-Test Construction

Specification of objectives

(Spesifikasi Tujuan)

(Penyusunan Kriteria Tes)

Media (Pemilihan Media)

Selection

Design

Format Selection

(Pemilihan Format)

Initial Design

(Rancangan awal)

Expert Appraisal

(Penilaian Ahli)

Develop

(Uji Pengembangan)

Developmental Testing

(Uji Validasi) Validation Testing

(Pengemasan) Packaging
60

Disseminate

Diffusion and Adoption

(Penyebaran dan Pemakaian)

C. Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba Produk

Uji coba produk bertujuan untuk menilai sejauh mana kesesuaian produk

dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Uji coba

produk dapat dilakukan setelah produk tersebut menjalani tahap validasi dan

revisi. ​Penilaian rancangan produk dapat dilakukan oleh para ahli dan guru.

Uji coba yang dilakukan pada tahap awal adalah uji coba terbatas yang

sasarannya adalah 9 siswa dari kelas terbatas yang telah ditentukan. 9 siswa

pada uji coba terbatas dipilih sesuai dengan nilai matematika siswa yaitu, 3

siswa memiliki nilai tertinggi, 3 siswa yang memiliki nilai rata-rata dan 3

siswa yang memiliki nilai terendah. Setelah mendapatkan hasil dari uji coba

terbatas dan dilakukan revisi, maka barulah dilakukan uji coba lapangan. Uji

coba lapangan dilakukan setelah penilaian dari ahli dan revisi hasil uji coba

terbatas yang sasaran siswanya lebih banyak dari uji terbatas. Tujuan dari uji

coba lapangan adalah bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan

LKS yang dihasilkan.


61

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba produk ini ditujukan pada siswa SMP Negeri 8 Mataram

kelas VII yang menempuh materi Aritmatika Sosial Kurikulum 2013.

3. Jenis D​ata

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif adalah data dari respon siswa yang berbentuk kata,

kalimat dan foto siswa. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk

angka, atau skor dari item angket validator, angket respon siswa dan hasil tes

siswa.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini, yaitu:

a. Lembar angket validasi ahli dengan skala Likert lima tingkatan

b. Lembar angket respon siswa dengan skala Likert lima tingkatan

c. Soal tes materi lingkaran baik berupa pretest dan posttest

5. Teknis Analisis Data


62

Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui LKS yang valid dan

efektif melalui beberapa tahapan menganalisis valid dan efektif LKS sebagai

berikut.

a. Analisis Data Kuantitatif

Analisis ini digunakan setelah diperoleh data dari angket validasi

oleh ahli ataupun angket respon siswa terhadap LKS serta hasil tes. Data

dari angket yang terkumpul akan ditabulasi. Hasil tabulasi tiap respon

dicari persentasinya dengan rumus

Selanjutnya​ ​dibandingkan dengan tabel kriteria berikut

Tabel 3.1 Kriteria Pengkatagorian LKS


Kriteria
Tingkat Efektifitas/Validitas
Pencapaian Nilai
81% - 100% Sangat valid, sangat tuntas, dapat
digunakan tanpa perbaikan
61% - 80% Cukup valid, cukup tuntas, dapat
digunakan namun perlu perbaikan kecil
41% - 60% Kurang valid, kurang tuntas, perlu
perbaikan besar
21% - 40% Tidak valid, tidak tuntas, tidak bisa
digunakan
0% - 20% Sangat tidak valid, sangat tidak tuntas,
tidak bisa digunakan
63

Data dari hasil tes siswa terhadap materi lingkaran setelah

menggunakan LKS akan dianalisis dengan menggunakan analisis

komparasi. Analisis komparasi adalah analisis yang digunakan untuk

membandingkan antara dua kelompok data apakah terdapat perbedaan

atau tidak. Sebelum menggunakan analisis komparasi, harus diketahui

dulu normalitas data dengan menggunakan uji normalitas.

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apabila distribusi

sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas

data dapat dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0.

Setelah melakukan uji normalitas data, maka dilakukan uji komparatif

dengan menggunakan uji-t. Bila sampel berpasangan, membandingkan

sebelum dan sesudah perlakuan digunakan rumus t-test sampel related.

Untuk membuktikan signifikansi perbedaan sistem kerja lama dan baru

tersebut, perlu diuji secara statistik dengan t- testberkolerasi (related).

Rumus yang digunakan ditunjukkan sebagai berikut

Kriteria pengujiannya untuk uji-t atau t-test adalah jika –ttabel <

thitung< ttabel maka tidak berbeda signifikan. Sedangkan jika thitung

ttabel atau thitung - ttabel maka terdapat perbedaan signifikan.

b. Analisis Data Kualitatif


64

Analisis ini digunakan setelah diperoleh data hasil wawancara

terhadap siswa dan guru setelah menggunakan LKS yang dikembangkan.

Analisis ini merupakan penguatan untuk melihat keefektifan LKS yang

dikembangkan. Sehingga penggunaan angket respon siswa dalam melihat

keefektifan dan kepraktisan LKS dapat dibantu dengan hasil wawancara

terhadap siswa. Dalam hal ini, akan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

You might also like