You are on page 1of 38

KEPALA

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH


LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)

Disampaikan pada
Workshop Manajemen Peringatan dan Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan
Bogor, 24 Oktober 2016
• Amanat UU No 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan
• Fasilitas dan penyediaan data penginderaan jauh
• Pemanfaatan penginderaan jauh untuk mitigasi
kebakaran hutan/lahan
• Akses data dan informasi
• Pengadaan data penginderaan jauh resolusi tinggi untuk Instansi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah hanya dapat dilaksanakan oleh
Lembaga (pasal 18).
• Pengolahan data penginderaan jauh wajib dilakukan dengan mengacu pada
metode dan kualitas pengolahan data penginderaan jauh yang ditetapkan
oleh Lembaga (pasal 19).
• Lembaga wajib menyelenggarakan penyimpanan dan pendistribusian data
melalui bank data penginderaan jauh nasional sebagai simpul jaringan data
penginderaan jauh dalam sistem jaringan data spasial nasional (pasal 20).
• Pemanfaatan data dan diseminasi informasi penginderaan jauh wajib
dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Lembaga (pasal 22,
ayat 1).
• Lembaga dapat melakukan pengolahan klasifikasi dan deteksi parameter
geo-bio-fisik atas permintaan pengguna (pasal 22, ayat 2)
Stasiun Bumi Parepare Bank Data Penginderaan
Jauh Nasional (BDPJN)
Sistem Pemantauan
Bumi Nasional (SPBN)
Pusat Pengolahan Pemanfaatan dan
Sistem Penerimaan dan
dan Pengelolaan Data diseminasi informasi
Pengolahan (Terra, Aqua, S-NPP, penginderaan jauh
Landsat-7/8, SPOT-6/7) (darat, pesisir, laut, kebencanaan)

Pengolahan lanjut
Stasiun Bumi Rumpin (Pansharpening, Kementerian/
Sistem Komunikasi Data

Sistem Distribusi Data


Cloudfree mosaic)
Lembaga

Penyimpanan
TNI
Sistem Penerimaan dan
Pengolahan (Terra, Aqua,
Landsat-7/8)
Sistem Katalog
POLRI
Stasiun Bumi Jakarta

Pemerintah Daerah

Sistem Penerimaan dan


Pengolahan (MTSAT, NOAA,
METOP)
Parepare

Parepare
Parepare

Bogor

Parepare

Jakarta
SPOT-6

Landsat-8
Aqua

Resolusi tinggi
(≤ 1.5 meter)
Resolusi menengah • SPOT-6
(15 - 30 meter) • SPOT-7
Resolusi rendah • Landsat-7
(≥ 250 meter) • Landsat-8
• Terra/Aqua
• SNPP
• NOAA-18/19
• MetOp
• Lebar sapuan: 185 km x 170 km
• Resolusi spasial: Aceh
Kanal 1-7 dan 9 OLI multispetral: (Landsat-8, 18 Jan 2015)
30 meter.
Kanal 8 OLI pankromatik:
15 meter.
Kanal 10-11 TIRS: 100 meter
tetapi di-resample menjadi 30
meter agar sesuai dengan data
kanal OLI multispektral.
• Level-level pengolahan data:
Standard terrain correction
(L1T)
Systematic terrain correction
(L1Gt)
Systematic correction (L1G)
• Lebar sapuan: 60 km x 60 km
(nadir) Banda Aceh
• Resolusi spasial: (SPOT-6, 30 Des 2015)

1.5 m (B&W)
• Kanal spektral:
Pan: 0.450-0.745 µm
Blue: 0.450-0.520 µm
Green: 0.530-0.590 µm
Red: 0.625-0.695 µm
Near IR: 0.760-0.890 µm
Jumlah: 4.616 data
• Lebar sapuan: 16.5 km (nadir)
• Resolusi spasial:
61 cm (B&W)
2.44 meter (multispectral)
• Kanal spektral:
Pan: 0.450 - 0.900 µm
Blue: 0.450 – 0.520 µm
Green: 0.520 – 0.600 µm
Red: 0.630 – 0.690 µm
Near IR: 0.760 – 0.900 µm
• Lebar sapuan: 20 km (nadir)
• Resolusi spasial:
Simpang Tiga Redelong,
50 cm (B&W) (Pleiades, 23 Feb 2015)
50 cm (color)
2 meter (multispectral)
Bundle: 50 cm (B&W) dan 2
m (multispectral)
• Kanal spektral:
Pan: 0.480 - 0.830 µm
Blue: 0.430 – 0.550 µm
Green: 0.490 – 0.610 µm
Red: 0.600 – 0.720 µm
Near IR: 0.750 – 0.950 µm
• Lebar sapuan: 15.2 km (nadir)
• Resolusi spasial:
41 cm (B&W)
2.0 meter (multispectral)
• Kanal spektral:
Pan: 0.450 - 0.800 µm
Blue: 0.450 – 0.510 µm
Green: 0.510 – 0.580 µm
Red: 0.655 – 0.690 µm
Near IR: 0.780 – 0.920 µm
• Lebar sapuan: 13.1 km (nadir)
• Resolusi spasial:
Banda Aceh,
31 cm (B&W) (Wordview, 12 Sep 2015)
1.24 meter (multispectral)
• Kanal spektral:
Pan: 0.450 - 0.800 µm
Blue: 0.450 – 0.510 µm
Green: 0.510 – 0.580 µm
Yellow: 0.585 – 0.625 µm
Red: 0.630 – 0.690 µm
Red Edge: 0.705 – 0.745µm
Near IR1: 0.770 – 0.895 µm
Near IR2: 0.860 – 1.040 µm
Data resolusi tinggi Pleiades (pengadaan tahun 2013 dan 2014)
Data resolusi tinggi Pleiades, QB, WV, dan GeoEye (pengadaan tahun 2015)

Luas total ketersediaan data: 997.218 km2


KLHK BMKG

Surat Menteri KLHK tanggal 20 April


2016 yang menyepakati bahwa data
hotspot akan diambil dari LAPAN.
http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/
Informasi hotspot
tersedia:
• Dalam 24 jam terakhir
• Dalam 48 jam terakhir
• Seluruh Indonesia
• Setiap provinsi
• Seluruh tingkat
kepercayaan (%)

Play Store:
LAPAN Fire Hotspot
• 1 hari rata-rata 12 lintasan satelit Terra, Aqua dan S-NPP.
• Data hotspot dari satelit Terra/Aqua-MODIS adalah data MODIS
collection 6 (C-6) sesuai dengan updating algoritma dari produk NASA
(Giglio et al, 2016)
• Secara otomatis data Terra, Aqua dan S-NPP dikirimkan melalui jaringan
VPN dari stasiun bumi Parepare-Pekayon dan Rumpin-Pekayon ke Pusat
Pengolahan dan Pengelolaan Data (BDPJN) untuk diolah menghasilkan
informasi hotspot.
• Informasi hotspot rata-rata dihasilkan dalam 1,5 jam (1 jam waktu
transfer dan 0,5 jam waktu pengolahan).
• Informasi hotspot yang telah dihasilkan dipublikasi melalui http://modis-
catalog.lapan.go.id
• Informasi hotspot diakses melalui ftp server secara otomatis oleh KLHK
dan BMKG. Secara pararel notifikasi email dikirimkan kepada petugas
KLHK dan BMKG disertai lampiran informasi hotspot setiap lintasan
satelit.
Assumptions:
• Flamming temperature: 1000K ± 200K
• Smoldering temperature: 600K ± 100K
Tingkat kepercayaan hotspot adalah tingkat
kepastian (secara statistik) terhadap kebenaran suatu
hasil estimasi informasi hotspot yang dihasilkan.

Misalnya:
Suatu titik hotspot memiliki tingkat kepercayaan 80%,
berarti tingkat kepastian kebenaran hotspot tersebut
adalah 80%.

Semakin tinggi nilai tingkat kepercayaan, maka


semakin tinggi pula kepastian bahwa hotspot
tersebut benar-benar kebakaran.
Hubungan antara tingkat kepercayaan dan kelas
kepercayaan:
Tingkat kepercayaan ( C ) Kelas Tindakan

0% ≤ C < 30% Rendah Perlu diperhatikan

30% ≤ C < 80% Nominal Waspada

80% ≤ C ≤ 100% Tinggi Segera


penanggulangan
Sumber: MODIS Fire User Guide, 2013
• Hotspot bergerombol, biasanya kebakaran lahan yang
cukup besar tidak dideteksi hanya sebagai satu hotspot
karena efek panasnya menyebar ke lingkungannya
sehingga jika hotspot bergerombol maka dapat
dipastikan terjadi kebakaran lahan dan hutan.
• Hotspot disertai dengan asap. Dalam menganalisa titik
api sebagai penanda kebakaran lahan/hutan, maka
perlu juga dilihat RGB citra yang bersangkutan
sehingga dapat diketahui apakah titik hotspot tersebut
terdapat asap atau tidak dalam citra.
• Titik hotspot terjadi berulang, sehingga dimungkinkan
adanya kebakaran di wilayah tersebut.
• Hotspot di wilayah pembukaan lahan yang baru
• Perhatikan fluktuasi jumlah titik
(apakah meningkat?)
• Lihat detail hotspot tersebut apakah:
– Titiknya bergerombol (pada hari tersebut
maupun dalam perkembangan waktu
berikutnya)
– Titik disertai dengan asap
– Di wilayah pembukaan lahan yang baru
Terdeteksi 139 hotspot. Apakah maksudnya 139 lokasi kebakaran??

Ada sekitar 18 kejadian dari 139 hotspot tadi.


http://pusfatja.lapan.go.
id/files_uploads_ebook/
publikasi/
Panduan_hotspot_2016
_versi_draft_1_LAPAN.p
df
Hotspot (14-20 Ags 2016)

4 Ags 2016 20 Ags 2016


Total = 2.400.143 ha
• Permohonan data penginderaan jauh:
KEPALA PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH – LAPAN
JLN. LAPAN N0. 70, PEKAYON, PASAR REBO
JAKARTA 13710
TEL. (021) 871-7714, 871-0786. FAX. (021) 871-7715
Email: dedi.irawadi@lapan.go.id

• Permohonan informasi penginderaan jauh:


KEPALA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH – LAPAN
JLN. KALISARI NO. 8, PEKAYON, PASAR REBO
JAKARTA 13710
TEL. (021) 871 – 0065. FAX. (021). 872-2733
Email: rokhis.khomarudin@lapan.go.id

You might also like