You are on page 1of 18

Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

ASUHAN GIZI PADA HIV/AIDS


PROSES ASUHAN GIZI
Skrining Gizi
Sebelum diberikan asuhan gizi, terlebih dahulu dilakukan skrining gizi. untuk mengetahui
risiko kekurangan gizi dan mengetahui jenis pelayanan gizi yang dibutuhkan. Perangkat
skrining gizi yang digunakan dapat disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki oleh
masing – masing pusat pelayanan. Setelah dilakukan skrining gizi akan diketahui risiko
masalah gizi yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengkajian gizi, penentuan masalah gizi,
pemberian intervensi dan monitoring evaluasi gizi. Alur kegiatan asuhan gizi dapat lihat pada
bagan di bawah ini :
PASIEN MASUK

Skrining Gizi Oleh Perawat


atau tenaga kesehatan lain

Tidak Beresiko Beresiko

Skrining ulang secara berkala Dietisien/nutritionis


7 hari kemudian untuk rawat inap Melakukan Asuhan Gizi
1 bulan untuk rawat jalan

Beresiko
Stabil
Malnutrisi Pengkajian Gizi :Memakai
pendekatan ABCDEF*

Diagnosis Gizi

Pengkajian Ulang :
Melakukan Kunjungan ulang
(tergantung perkembangan dari
masalah gizi dan atau sesuai
perjanjian) Intervensi Gizi :
Edukasi dan konseling Gizi
(Termasuk komunikasi dengan Tim
kesehatan)

Monitoring dan
Evaluasi

Gambar 16. Alur Pelayanan Gizi Pasien HIV/AIDS

*ABCDEF : Pengkajian gizi yang meliputi Antropometri, Biokimia, Fisik/klinis


(Clinical), Dietary, Exercise, Family history
Sumber : The American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) 2008
Standar Operating Procedure for The Thai AIDS Reseach Centre Nutrition Service, February 2010
Proses Asuhan Gizi Terstandar, Asosiasi Dietetisien Indonesia DPD Jawa Barat 2009

1
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Informasi yang digunakan dalam skrining gizi antara lain diagnosis medis, beberapa
informasi yang didapat dari catatan medis, hasil wawancara dan hasil pengukuran
antropometri. Contoh kartu perangkat skrining gizi adalah sebagai berikut

SKRINING GIZI

Nama : Nama Petugas :

Tanggal Skrining : Jenis kelamin : P/L Tanggal lahir :

Apakah anda dalam keadaan hamil atau menyusui ? Ya Tidak Apabila jawaban “ya”
lakukan pengkajian
Apakah anda dalam satu bulan terakhir ini mengalami Ya Tidak gizi lebih lanjut dan
diare, mual, muntah, sariawan, penurunan atau tidak nafsu lakukan asuhan gizi
makan ?
Apakah anda sudah mendapatkan terapi ARV ? Ya Tidak
Apakah anda mengalami Diabetes Melitus, Hipertensi Ya Tidak
Apakah anda sudah mendapat edukasi dan konseling gizi ? Ya Tidak Apabila jawaban
“tidak” lakukan
pengkajian dan berikan
edukasi / konseling
gizi
Modifikasi perangkat skrining pada Guide to Screening for Food and Nutrition Services Among Adolescents and Adults
Living with HIV. Fanta 2010
Gambar Kartu Perangkat Skrining

Assessmen Gizi
Dalam asuhan gizi pada ODHA pengkajian memegang peran yang sangat penting karena
merupakan dasar penentuan masalah sehingga dapat dilakukan perencanaan asuhan gizi yang
tepat. Pengkajian gizi pada ODHA dapat membantu mengidentifikasi outcome sampai risiko
kematian akibat kekurangan gizi. Pengkajian gizi pada ODHA dapat dirangkum atau
dibuatkan pola sebagai berikut

Faktor Hal-hal yang berhubungan dengan gizi

Medis Stadium HIV


Penyakit penyerta (Komorbiditas)
Infeksi oportunistik
Komplikasi metabolism
Pengukuran biokimia
Fisik Perubahan bentuk tubuh
Berat badan dan pertumbuhan
Gejala oral dan gastrointestinal
Status fungsional
Antropometri
Sosial Lingkungan tempat tinggal
Kebiasaan makan yang tidak biasa
Kesehatan mental
2
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Ekonomi Sumber pendapatan


Akses terhadap makanan
Gizi Asupan
Tempat belanja dan mempersiapkan makanan
Alergi dan intoleransi terhadap makanan
Suplemen vitamin, mineral dan lainnya
Alkohol dan penggunaan obat
Sumber : Krause’s Food and the Nutrition Care Process 13th Edition 2012

Pengkajian gizi harus dilakukan kepada ODHA untuk mengetahui secara spesifik masalah
gizinya. Indikator penilaian yang terkait dengan gizi ODHA dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel Pengkajian gizi yang minimal dilakukan pada ODHA

Riwayat Berat Badan awal (sebelum terinfeksi HIV)


Riwayat BB setelah terinfeksi HIV
Aktifitas rutin
Adanya infeksi oportunistik, demam dan diare
Riwayat kesulitan makan
Kondisi sosial dan ekonomi yang berakibat terhadap ketersediaan
makanan
Riwayat diet dan asupan (recall 24 jam, FFQ)
Riwayat penggunaan alkohol, narkotika dan obat perangsang
Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Berat Badan (BB)
Indeks massa tubuh (IMT)
Lingkar pinggang
Lingkar pinggul
Rasio lingkar pinggang – pinggul
Laboratorium Serum albumin
Level Vitamin B12
Profil lipid
Gula darah puasa
Sumber : Nutrition in the era of highly active antiretroviral therapy. Clin Infect Dis 2001; 32:1769–75

Pola pengkajian gizi mengikuti pedoman ABCDEF, yaitu:


A – Antropometri
B – Biokimia
C – Klinis
D – Dietary
E – Environmental
F – Family History

3
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Indeks Massa Tubuh (IMT)


Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan. Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan cara
membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang tersedia. Berikut adalah kalsifikasi
IMT untuk orang Indonesia. Tabel 16 menerangkan penilaian IMT berdasarkan standar
WHO untuk semua regional.

Rumus penghitungan IMT:

IMT (kg/m²) = Berat Badan (kg) / Tinggi badan (m)2

Tabel Penilaian berat IMT Berdasarkan Standar WHO untuk semua regional

IMT Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber: Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009

Khusus untuk regional Asia Pasifik, atas dasar berbagai pertimbangan ilmiah, terdapat
penilaian IMT yang agak berbeda dari WHO.

Tabel Penilaian IMT Berdasarkan Standar Asia Pasifik


IMT Kategori
< 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 23,0 Normal
23,1 – 25,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 25,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber : Konsensus DM, 2013

Untuk anak, klasifikasi status gizi adalah berdasarkan Standar Deviasi Z-score.
Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah:

Z-score = Nilai Individu Subyek – Nilai median Buku Rujukan


Nilai Simpang Baku Rujukan

4
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Tabel Standar Deviasi Z-score BB/PB atau BB/TB pada anak


Weight-for-height Kategori
< -3SD Sangat kurus / gizi buruk / severe malnutrion
> -3SD s/d < -2SD Kurus / gizi kurang / malnutrition
> -2SD s/d 2SD Normal / gizi baik
> 2SD s/d < 3SD Gizi lebih / gemuk
> 3 SD Obese
Sumber: WHO, 2005

Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan


Berat badan bayi lahir sangat penting dan dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum dan
selama hamil. Berat badan sebelum kehamilan yang kurang dan penambahan berat badan
selama hamil yang tidak adekuat dapat dijadikan sebagai prediktor terjadinya
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Adapun penambahan berat badan selama kehamilan yang direkomendasikan adalah
(Tabel 19):

Tabel Penambahan berat badan selama kehamilan

IMT sebelum hamil Jumlah Peningkatan Peningkatan


peningkatan BB BB/minggu pada BB/bulan pada
trimester kedua trimester kedua
dan tiga dan tiga
< 18,5 kg/m 2 12.7 – 19.5 kg 0,5 kg 2,0 kg
18,5 – 24,9 kg/m 2 11,3 – 17,1 kg 0,5 kg 2,0 kg
25,0 – 29,9 kg/m 2 6,8 – 12,2 kg 0,3 kg 1,2 kg
≥ 30 kg/m 2 5,0 – 9,8 kg 0,2 kg 0,8 kg
Sumber : IOM. May 2009. Resource Sheet: Weight Gain During Pregnancy:
Reexamining the Guidelines. Washington, DC

Lingkar Lengan Atas (LLA)


Ukuran lingkar yang biasa digunakan adalah LLA, kepala dan pergelangan tangan.
Pengukuran lain yang biasanya dilakukan untuk mengetahui perubahan yang spesifik
antara lain pengukuran lingkar leher, punggung, dada, payudara, perut , pinggul, paha
dan betis.

5
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Cara pengukuran Lingkar Lengan Atas


Pengukuran Pada Dewasa

Tempat pita
dilingkarkan

Gambar Cara pengukuran LLA pada orang dewasa

Pengukuran Pada Anak

Gambar Cara pengukuran LLA pada anak

Gambar Pita Lila Lengan Atas

Pengukuran LLA digunakan untuk menilai status gizi pada wanita hamil dan 6 bulan
pasca melahirkan. LLA dapat menunjukan cadangan gizi dalam otot dan lemak yang
tidak dipengaruhi oleh proses kehamilan serta tidak tergantung pada tinggi badan. LLA
juga dapat digunakan untuk menilai status gizi apabila tidak dapat diukur berat badan
dan tinggi badannya misalnya pada ODHA yang tidak bisa berdiri tegak atau ODHA
yang bedrest. Kriteria status gizi berdasarkan LLA adalah):
6
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Tabel Klasifikasi status gizi wanita hamil 6 bulan pasca melahirkan berdasarkan LLA
LLA Klasifikasi
< 19 cm Malnutrisi berat
≤ 19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang
≥ 22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan
Sumber : Algorithm in Managing Malnutrition in Adult, 2009

Tabel Klasifikasi status gizi pada Anak berdasarkan LLA


LLA Klasifikasi
< 14 cm Normal
≤ 12,5 cm sd 14,0 cm Mild/Moderate Wasting
< 12,5 cm Severe Wasting
Sumber : WHO, 2005

Tabel Klasifikasi status gizi pada Dewasa berdasarkan LLA


Jenis Kelamin LLA Klasifikasi
Laki – laki ≥ 23 cm Normal
18.5 – 23 cm Malnutrisi ringan
16 – 18,5 cm Malnutrisi sedang
< 16 cm Malnutrisi berat
Perempuan ≥ 22 cm Normal
18.5 - 22 cm Malnutrisi ringan
16 - 18,5 cm Malnutrisi sedang
< 16 cm Malnutrisi berat

Penurunan Berat Badan yang Tidak Diharapkan


Penurunan berat badan pada ODHA dapat menjadi prediktor dalam menilai angka
kematian. Penurunan berat badan sebesar 5 % dari berat badan pertama terekam di
catatan medis atau Baseline Body Weight (BBW) secara signifikan berhubungan secara
langsung pada risiko infeksi oportunistik dan kematian. Penurunan BB lebih dari 5%
harus mendapatkan formula makanan khusus untuk meningkatkan atau mencegah
penurunan BB lebih lanjut.

Cara menghitung penurunan berat badan adalah:

% Penurunan BB = [(BBW – BB aktual)/BBW] x100%

BBW = Berat badan pertama kali tercatat di rekam medik


BB aktual = Berat Badan saat ini

7
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

BIOKIMIA / Pengumpulan dan Pengkajian Data Laboratorium

Pengkajian Biokimia melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui keadaan


serum protein, lemak dan zat gizi mikro. Ketidaknormalan metabolisme, termasuk
perubahan fungsi organ atau jaringan yang menyebabkan perubahan penggunaan,
penyimpanan dan ekskresi beberapa zat gizi yang merupakan hasil dari disfungsi
system imun, efek samping pengobatan, perubahan hormonal dan efek samping dari
infeksi HIV nya itu sendiri yang dapat terjadi pada ODHA dewasa maupun anak.
Beberapa akibat perubahan metabolisme antara lain peningkatan level lemak tubuh,
perubahan sensitivitas insulin atau disregulasi glukosa, toksisitas mitokondria dan
asidosis laktat.
Oleh sebab itu, mengkaji data laboratorium pada ODHA sangat penting untuk menilai
maupun memantau perubahan biokimia.
Data yang harus dikumpulkan antara lain:

Tabel Pengkajian Data Laboratorium


Transport protein visceral : Albumin dan (prealbumin)
Fase akut protein : C reactive protein (CRP)
Hematologis : Hemoglobin, hematokrit
Imunitas : CD 4
Indikator lainnya : Ureum/Kreatinin, (keseimbangan
nitrogen), SGOT/SGPT, kadar gula darah,
elektrolit, (vitamin B12)
Ket: (.) pemeriksaan tersebut jarang dilakukan karena tidak semua layanan kesehatan bisa
memeriksanya

KLINIS / Pengumpulan dan Pengkajian Klinis


Pengkajian klinis pada orang terinfeksi HIV mencakup riwayat:
a. penyakit penyertanya, hal tersebut disebabkan karena masing-masing penyakit
penyerta akan memberikan dampak yang berbeda. Penyakit penyertanya dapat berupa
penyakit paru termasuk tuberkulosis, hepatitis, penyakit ginjal, diabetes, penyakit
kardiovaskular, penyakit saraf, kanker dan osteoporosis.

b. Selain itu juga, infeksi oportunistik harus dikaji dalam pengkajian klinis karena
memiliki dampak terhadap metabolisme, menghasilkan komplikasi saluran cerna dan
interaksi obat dan makanan. Misalnya diare dan konstipasi, kandidiasis oral sampai
esofagus, mual dan muntah, sakit gigi, sulit mengunyah dan menelan serta
berkurangnya kemandirian untuk makan sendiri.

c. Faktor risiko lain, seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, penggunaan obat, usia,
jenis kelamin, obesitas, kurang gizi dan riwayat pengobatan.

d. Obat – obatan yang digunakan, terutama yang memiliki interaksi dengan zat gizi.
Misalnya terapi ARV, TB dan lainnya mencakup jenisnya, durasi penggunaan obat

8
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

dan riwayat dari terapi itu sendiri dimana data ini dapat membantu dalam
merencanakan pemberian intervensi gizi. Beberapa efek jangka panjang penggunaan
ARV antar lain dislipidemia, resistensi insulin dan intoleransi glukosa serta anemia.

DIETARY / Pengumpulan dan Pengkajian Riwayat Gizi


Data yang harus dikumpulkan mencakup:
a. Asupan gizi yang terfokus pada Energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, sodium,
kalsium dan Vitamin D dimana kita dapat melihat apakah asupan biasanya sudah
memenuhi kebutuhannya. Pengukurannya dapat menggunakan metode recall 24
jam dengan menanyakan kepada klien atau pengasuhnya. Klien diminta untuk
menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam
termasuk jus, minuman berenergi, susu, snack dan lainnya selengkap – lengkapnya.
Data diolah dengan menterjemahkan ke nilai gizi dan dibandingkan dengan
kebutuhan gizi individu.
b. Mengkaji makanan yang disiapkan dirumah atau membeli diluar rumah, cara
pengolahan (kukus, goreng, bakar atau panggang) dan kandungan dari makanan
yang dikonsumsi termasuk bumbu (gula, garam, penyedap, lainnya).
c. Suplemen herbal / gizi untuk mengatahui apakah ada interaksi dengan makanan.
d. Pengetahuan, kepercayaan dan sikap terhadap makanan dan gizi.
e. Pola makan dengan menggunakan food frequency quesionare (FFQ).
f. Akses terhadap suplai makanan sehari – hari, cara penyimpanan bahan makanan
dan makanan matang.
g. Aktifitas dan fungsi fisik yang terkait kemampuan makan.

ENVIRONMENTAL / Pengumpulan dan Pengkajian Riwayat Gizi


Lingkungan fisik, psiko sosial dan ekonomi ODHA dapat berpengaruh pada status
gizinya. Dapat memberikan pengaruh negatif terhadap ketersediaan makanan,
keseimbangan gizi dan ragam makanan serta frekuensi makan dan cara mempersiapkan
makanan. Sebagai contoh, ODHA yang kondisi fisiknya lemah menjadi kurang mampu
untuk mempersiapkan makanan, kemampuan makan berkurang, keterbatasan daya beli
makanan, tidak punya lemari pendingin, kurangnya sarana memasak yang berakibat
pada kurangnya konsumsi makanan. Keluhan psikis seperti ketergantungan alkohol,
depresi ataupun pikun akan mempengaruhi asupan makanan sehingga berdampak ke
status gizi.
Riwayat keluarga yaitu dukungan keluarga kepada ODHA dalam mengatasi
penyakitnya dapat mempengaruhi nafsu makan, ketersediaan makanan dan kemampuan
ODHA mengatasi masalah makannya.

Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi dituliskan dengan pola PES (Problem, etiology dan sign/symptoms). Etiologi
yang spesifik akan menentukan intervensi gizi dengan luaran (outcome) yang sesuai.

Diagnosis gizi Pada Asuhan Gizi bagi ODHA pada umumnya adalah:
9
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

a. Asupan makanan dan minuman yang tidak adekuat


b. Peningkatan kebutuhan zat gizi
c. Kesulitan menelan
d. Kehilangan berat badan yang tidak diharapkan
e. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi
Diagnosis dapat ditentukan sesuai dengan kondisi terkini ODHA.

Intervensi Gizi
Sasaran intervensi gizi sesuai dengan kondisi klien, keluarga maupun bentuk pelayanan yang
akan diberikan. Intervensi gizi pada ODHA diberikan sesuai dengan masalah yang ditemukan
dan diagnosis gizi. Intervensi gizi dibagi menjadi:

Energi
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan
seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan
cara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang
diderita. Hal penting yang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah
konsumsinya sudah seimbang.
Perhitungan kebutuhan energi sesuai dengan kondisi ODHA. Resting Energi Expenditure
(REE) meningkat pada ODHA dan peningkatan ini dapat menjadi penyebab penurunan
berat badan. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan adalah faktor
penyakit, infeksi oportunistik, ko-morbiditas, inflamasi dan efek samping obat.
Perubahan fungsi endokrin dan kurangnya asupan energi berhubungan dengan kejadian
wasting. Respon dari terapi ARV berpengaruh terhadap kebutuhan energi, apabila respon
terapi ARV baik maka akan menurunkan REE sehingga dapat meningkatkan berat badan
sedangkan apabila respon terapi tidak baik dapat menyebabkan wasting atau minimal
tidak terjadi peningkatan berat badan.

Tabel Faktor koreksi pada dewasa


Kondisi Penambahan
Asymptomatic (WHO Stadium 1) +10%
Symptomatic + 20 – 50%
(WHO Stadium 2 - 4)
Disesuaikan dengan infeksi oportunistiknya

Untuk dewasa dengan masalah lainnya, misalnya Diabetes Melitus, Obesitas, Gangguan
fungsi organ, obesitas, dan lainnya maka kebutuhan akan mengikuti kondisi tersebut.

Tabel Kebutuhan Energi Anak


Usia Penambahan
6 – 8 bulan Sesuai kebutuhan normal
9 – 11 bulan + 300 Kkal

10
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

12 – 23 bulan + 550 Kkal

Tabel Faktor koreksi untuk anak


Kondisi Penambahan
Asymptomatic +10%
Symptomatic + 20 – 30%

Symptomatic + penurunan BB + 50 – 100%

Tabel Faktor koreksi pada keadaan kehamilan

Kondisi Penambahan
Asymptomatic +10% + 180 Kkal (Trimester 1)
+10% + 300 Kkal (Trimester 2&3)
Symptomatic + 20 – 30% + 180 Kkal (Trimester 1)
(sesuai dengan infeksi +20 – 30% + 300 Kkal (Trimester 2&3)
oportunistiknya)

Tabel Faktor koreksi pada keadaan menyusui

Kondisi Penambahan

Asymptomatic +10% + 500 Kkal (0-6 bulan)


+10% + 550 Kkal (7-12bulan
Symptomatic + 20 – 30% + 500 Kkal (0-6 bulan)
(sesuai dengan infeksi + 20 – 30% + 550 Kkal (7-12 bulan)
oportunisknya)

Protein
 Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 12-15% dan tingkat
kecukupan yang dianjurkan berdasarkan BB ideal per hari adalah 0,8 – 1,0 g/kg
BB.
 Kebutuhan energi minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah
1,4-1,5 g/kg BB.
 Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme
protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB.
 Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB atau
meningkat sekitar 10% dari kenutuhan normal.
Pada wanita hamil protein ditambahkan sebanyak 17 gram/hari dan menyusui
ditambahkan 17 gram/hari pada usia menyusui.

11
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Lemak
 Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi dari lemak yaitu berkisar 20-25%
dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1).
 Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu lemak
sedang atau lemak rendah.
 Di samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan
modifikasi jenis lemak.
 Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak
rendah < 10 % dari kebutuhan energi total dalam keadaan tertentu seperti :
o Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal.
o Pada kondisi hiperlipidemia komposisi lemak sebaiknya: Lemak jenuh
maksimal 7% dari total lemak/hari, Kolesterol < 200 mg
Karbohidrat
 Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 60-
75% dari total energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal
dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan
sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya
penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi.

Vitamin dan Mineral


Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin Kebutuhan mineral dan vitamin dapat
diambil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yag dianjurkan. Disamping itu,
dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit
atau saluran cerna, dan interaksi dengan obat-obatan. Untuk menjamin kebutuhan,
dalam keadaan tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk
suplemen. Apabila tidak ada masalah kekurangan zat gizi mikro, ODHA hanya
dianjurkan memenuhi 100% AKG.

Cairan
Seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5 – 2 l/ hari, Berdasarkan
kepada berat badan yaitu : Dewasa muda 35 – 40 ml / kg BB yang diinginkan / hari dan
manula 25 – 30 ml / kg BB yang diinginkan / hari. Pada kondisi penyakit tertentu yang
membutuhkan pembatasan cairan maka perhitungan cairan berdasarkan penghitungan
balans cairan yaitu :

Balans cairan = asupan (intake) – keluaran (output)


Asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (500 ml)

Serat
Serat sangat penting untuk kesehatan pencernaan, tetapi pada kondisi diare harus
diperhatikan jenis seratnya. Kebutuhan serat sehari adalah 25 gram, pada kondisi diare
serat diberikan rendah yaitu < 10 gram dan dipilih jenis serat yang larut air.

12
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

KEAMANAN MAKANAN DAN MINUMAN

Cara membeli bahan makanan yang dianjurkan:


1. Baca tanggal kadaluarsa
2. Bungkus dengan baik produk daging/ayam/ikan agar cairannya tidak mengenai
bahan makanan lain
3. Beli susu atau jus kemasan yang sudah dipasteurisasi
4. Jangan membeli makanan yang sudah disajikan di meja saji
5. Perhatikan kaleng makanan, jangan memilih yang rusak dan mengembung

Cara mengolah dan menyajikan makanan yang benar:


1. Cuci tangan dengan sabun dan air saat:
a. hendak mempersiapkan dan mengolah
b. keluar dari kamar mandi
c. membersihkan kotoran bayi
d. memegang hewan peliharaan
2. Cuci bersih alat masak dengan baik

Penyimpanan Makanan
1. Gunakan alat pemantau suhu untuk meyakinkan suhu yang baik untuk
penyimpanan sesuai dengan jenis bahan makanan
2. Daging, ikan, atau ayam disimpan dipaling bawah agar tidak ada cairan menetes
(bukan disimpan di freezer)
3. Daging, ikan, atau ayam yang sudah dikeluarkan dari freezer tidak boleh
dimasukan lagi ke freezer (ambil sesuai jumlah yang akan diolah)
4. Makanan matang yang akan dikonsumsi lagi harus dihangatkan dengan suhu
165°C (diatas kompor selama 10-15 menit setelah mendidih).
5. Makanan yang disimpan 3 hari atau lebih sudah tidak boleh dikonsumsi lagi.

Makan di Luar
1. Pilih produk daging, ayam, ikan dan telur yang benar-benar matang
2. Apabila tidak yakin akan makanan yang akan dikonsumsi, tanyakan dengan jelas
kepada petugas rumah makan
3. Hindari lalapan/sayuran mentah
4. Hindari makanan prasmanan
5. Pilih makanan yang terlihat matang/panas/dengan air mendidih
6. Pilih air yang berkemasan
7. Hindari minuman yang ditambahkan es batu

Air Minum
1. Pastikan air minum dari sumber yang aman
2. Masak air sampai mendidih dan biarkan mendidih 1 menit
3. Didihkan air walaupun air mineral
4. Tidak mengkonsumsi air minum umum

13
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Aktifitas fisik

 Olahraga dianjurkan untuk dilakukan sesuai dengan kemampuan yaitu dengan


durasi 20 – 30 menit dengan frekuensi 3 – 5 kali/minggu.
 Untuk anak – anak dianjurkan 60 menit degan frekuensi 3 – 5 kali/minggu.
 Bentuk olah raga dapat berupa jalan cepat, lari pagi, senam, aerobik, bersepeda,
main bola, tenis, angkat besi dan lainnya sesuai kemampuan fisik.
 Untuk aktifitas sehari – hari dianjurkan agar menambah gerakan tubuh misalnya
dengan memilih naik tangga dari pada naik lift atau eskalator, mencuci baju, jalan
kaki lebih jauh, berkebun, menyapu lantai dan lainnya. Aktifitas dapat membantu
meningkatkan kapasitas tulang (re-modeling tulang; pembentukan).

Monitoring dan Evaluasi Gizi

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi yang telah
kita berikan sudah dapat mengatasi masalah gizi yang terjadi pada ODHA sesuai
dengan individunya. Misalnya apabila pada ODHA dengan masalah asupan gizi yang
kurang dan hal tersebut dilihat dari berat badan maka monitoring yang dilakukan pada
perkembangan berat badannya dan mengevaluasi berat badan dan asupannya.

Tabel Kriteria Evaluasi dari Pengukuran Antropometri dan Pengukuran


Komposisi Tubuh pada ODHA
Pengukuran Antropometri Kriteria Evaluasi
IMT Normal 18,5 kg/m2 s/d 24,9 kg/m2
< 18,5 kg/m2, menunjukan tingginya risiko
morbiditas, mortalitas dan akan berkembang ke arah
wasting atau lipoatrofi
>24,5 kg/m2, menunjukkan risiko penyakit terkait
obesitas dan akumulasi lemak sentral
Massa sel tubuh (dengan Ideal Massa sel tubuh adalah 100%
menggunakan BIA) < 95% menunjukan adanya wasting dan
menunjukkan hubungan komplikasi dari penurunan
fungsi tubuh karena adanya degenerasi otot dan
massa (misalnya berkurangnya kemampuan duduk,
menelan dan bernafas) dan merefleksikan perubahan
hormon statis
< 55% dihubungkan dengan waktu kematian
Perubahan berat badan >5% penurunan berat badan berhubungan dengan
meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas
>5% peningkatan berat badan berhubungan dengan
peningkatan risiko dari akulumulasi lemak sentral

14
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

Tabel 10. Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus


KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Kehilangan - Meningkatkan berat badan mencapai Penekanan dengan menjaga asupan gizi yang cukup untuk mencegah
Berat berat badan ideal. kehilangan berat badan lebih lanjut dan mengatasi malanutrisi, dengan
Badan - Mencapai asupan makanan yang cukup, cara :
baik gizi makro maupun mikro. - Pada ODHA dengan malanutrisi sedang (IMT 16 – 18,5 kg/m2),
- Secara keseluruhan meningkatkan diberikan suplemen makanan dalam bentuk makanan selingan yang
kualitas hidup. padat kalori.
- Pada ODHA dengan malanutrisi berat (IMT < 16 kg/m2), diberikan
makanan Theurapeutic dapat berupa Formula 100 atau formula lain
yang nilai gizinya sebanding.
Strategi pemberian makan :
- Makan secara teratur, berikan makanan selingan diantara waktu
makan.
- Secara keseluruhan meningkatkan asupan gizi makro dan mikro
dengan menambah besar porsi makan dan snack.
- Hindari konsumsi berlebihan makanan yang berenergi rendah
seperti minuman ringan, kopi, teh.
- Konsumsi makan yang berfortifikasi.
Hipertensi Mencapai tekanan darah normal dan Memberikan energi sesuai dengan kebutuhan, apabila ada kelebihan
mencegah atau memperlambat terjadinya berat badan sesuaikan energi dengan rencana penurunan berat badan.
komplikasi melalui intervensi gizi. Meningkatkan asupan buah dan sayuran, susu rendah lemak dan
menurunkan asupan lemak jenuh.
Membatasi asupan natrium, tidak lebih dari 2,4 g natrium atau 5-6 gram
garam dapur.
Diabetes - Mencapai dan menjaga kadar gula darah, - Untuk pemberian diet mengikuti syarat diet diabetes mellitus.
melitus kadar lemak tubuh dan tekanan darah - Edukasi dan konseling gizi sangat dibutuhkan dan pada
dalam batas normal. pelaksaanaannya klien diikutsertakan dalam menentukan kebutuhan
- Mencegah dan memperlambat laju gizi, anjuran prinsip 3 J (jumlah, jenis dan jadwal), aktifitas fisik, target
perkembangan komplikasi kronik melalui berat badan yang dianjurkan.
modifikasi asupan gizi dan gaya hidup. Anjuran diet harus memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi klien.

1
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

KONDISI TUJUAN INTERVENSI


Kelebihan - Mencapai dan menjaga berat - Penekanan pada hubungan antara overweigt/obesitas dan faktor resiko
berat badan normal lain seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan komplikasi metabolik
badan/obesitas - Menjaga asupan makan yang lainnya.
cukup - Kurangi berat badan secara bertahap sesuai dengan toleransi.
- Mengurangi faktor resiko - Mendorong untuk melakukan aktifitas fisik
penyakit jantung dan diabetes - Jaga keseimbangan dan variasi diet serta anjuran makan sehat.
- Secara keseluruhan - Minum air putih yang banyak, minimal 2 liter.
meningkatkan kualitas hidup - Melakukan aktifitas fisik yang rutin setidaknya 3 kali setiap minggu.
- Modifikasi gaya hidup
Dislipidemia - Menjaga asupan makanan yang - Keseimbangan asupan makanan dan aktifitas fisik untuk menjaga berat
seimbang. badan ideal dan olah raga secara teratur
- Mengoptimalkan profil Lipid - Konsumsi makanan yang kaya sayur, buah, diet tinggi serat.
puasa. - Konsumsi ikan dan produk olahannya sebagai sumber protein hewaninya.
- Mengurangi fator resiko penyakit - Batasi konsumsi lemak jenuh <7% dari energi, minyak trans <1% dari
kardiovaskuler dan diabetes. Energi,dan kolesterol <300 mg/hari dengan :
- Menjaga berat badan ideal.  Memilih daging tanpa lemak
- Meningkatkan status gizi.  Pilih produk susu bebas lemak atau rendah lemak (skim).
- Secara keseluruhan  Kurangi penambahan gula pada minuman dan makanan, pilih dan
meningkatkan kualitas hidup. persiapkan makanan dengan sedikit/tanpa garam
 Hindari minuman beralkohol & tidak merokok
Lipodistropi - Menjaga asupan gizi seimbang - Konsumsi energi yang seuai dengan kebutuhan dengan pola gizi seimbang
- Mencegah berubahan bentuk - Sumber karbohidrat dari beras, jagung, biji-bijian, susu, buah dan sayuran.
tubuh - Sumber protein untuk membentuk dan meningkatkan masa otot dengan
- Mengurangi lemak viseral mengkonsumsi produk susu, daging, ikan telur dan kacang – kacangan.
- Mengatur agar kadar gula darah - Sumber lemak yang terdiri dari MUFA dan PUFA yaitu dari bahan makanan
tetap normal minyak zaitun, minyak jagung, minyak kacang, selai kacang, kacang mete,
- Mencapai berat badan normal alpukat, almond, kedelai, minyak kedelai, ikan tuna.
- Anjuran untuk olah raga sesuai dengan kemampuan fisik.

2
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

KONDISI TUJUAN INTERVENSI


Anoreksia - menjaga asupan zat gizi yang - Menjaga asupan zat gizi yang adequate untuk mecegah kehilanan
cukup berat badan dan malanutrisi
- Mengurangi resiko kehilangan - Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering (PKTS) setiap 2-3 jam
berat badan untuk menjaga asupan energi
- Mencapai berat badan yang ideal - Berikan makanan dan cairan yang mengandung tinggi kalori dan
Mencapai dan menjaga status protein
gizi baik,secara keseluruhan - Mencegah energi rendah atau diet dengan nilai gizi yang rendah
- Meningkatkan kualitas hidup. - Makan selama nafsu makan masih baik
- Batasi bahan makanan yang mengurangi nafsu makan seperti
tembakau, kafein, obat-obat terlarang,
- Gunakan perasa makan dan aroma untuk meningkatkan nafsu makan
- Anjurkan pemberian multivitamin
- Berikan edukasi gizi terutama pada pasien rawat jalan yang akan
menjalankan dietnya di rumah

Sumber: Nelms M, Sucher K, Long S. 2007.

3
Handout Clinical Mentoring Manajemen Gizi ODHA

FORMULIR ASUHAN GIZI DEWASA


Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No.Rekam
Medik

Diagnosis Medis :

PENGKAJIAN GIZI
Antropometri
BB : kg TB : cm IMT : kg/m²

Tinggi Lutut : cm LLA : cm


Biokimia

Klinik/Fisik

Riwayat Gizi
Pola Makan :

Asupan gizi :

Riwayat Personal

DIAGNOSA GIZI/MASALAH

INTERVENSI GIZI

RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Perkembangan data antropometri,
Perkembangan data laboratorium yang terkait gizi,
Perkembangan fisik/klinis,
Perkembangan asupan makan,
Perkembangan perubahan perilaku dan sikap
Perkembangan diagnosis gizi

You might also like