You are on page 1of 17

TUGAS

ANALYSIS OF LONG-LIVED ASSETS


Dosen Pembina

Irena Sukma Lestari Barus,S.E.,M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Chyntia Novarianrti

Mila Silfia Faujiah (0115101150)

Adinda Handayani Reka M (0115101174)

Selviana Hutabalian

KELAS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

KOTA BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah kelompok ini dengan tepat waktu.

Adapun isi dari makalah ini mengenai “Analysis of Long-Lived Assets”. Tak lupa
juga penulis ucapakan terimakasih kepada Dosen dan orang-orang yang telah
berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini kedepannya dapat
disempurnakan.

Bandung, 12 Juli 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN ..........................................................................................2

2.1. Pengertian dan Bentuk Long Lived Assets ................................................2

2.2 Klasifikasi, Alokasi dan Penurunan Nilai (Impairment) .............................2

2.3 Dampak Kapitalisasi dan Pembebanan Terhadap Laporan Keuangan ......5

2.4 Analisis Aset Tetap dan Sumber Daya Alam ..............................................5

2.5. Penyusutan ..................................................................................................7

2.6. Intangibles Assets .......................................................................................9

2.7. Unidentifiable Intangibles ........................................................................10

2.8. Analisis Intangible Assets ........................................................................10

BAB 3 PENUTUPAN ............................................................................................12

Kesimpulan ......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi


dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari
terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah
mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama
akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap,
kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu
berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi
perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Oleh
karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva
tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian
kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah
perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dan bentuk dari long-lived assets?

 Bagaimana klasifikasi, alokasi dan penurunan nilai dari long-lived assets?

 Apa sajakah dampak dari kapitalisasi dan pembebanan terhadap laporan


keuangn dan rasio keuangan?

 Bagaimana analisis aset tetap dan sumber daya alam?

 Apa itu intangible assets?

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Bentuk Long Lived Assets

Aset jangka panjang (long-lived assets) merupakan sumber daya yang


digunakan untuk menghasilkan penghasilan operasional atau mengurangi biaya
operasional untuk lebih dari satu periode akuntansi. Long-lived assets mencakup
property, plant, equipment, intangible, investment dan deferred charges. Perbedaan
alternatifnya yang sering bermanfaat dalam analisi adalah membagi long-lived
assets menjadi financial assets atau operating assets. Financial assets terutama
terdiri dari efek (surat berharga atau sekuritas) dan investasi. Aset ini dinilai pada
nilai wajar (pasar) dan diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang setara
dengan biaya modal yang telah disesuaikan dengan risikonya. Operating assets
terdiri atas sebagian besar aset perusahaan. Aset ini dinilai at cost dan merupakan
aset operasional produktif yang diharapkan memberikan imbal hasil diatas laba
normal.

Jenis atau bentuk long-lived assets yang paling umum adalah aset tetap
berwujud (tangible fixed assets) seperti bagunan, pabrik dan peralatan (propert,
plant and equipment) dan aset tidak berwujud (intangible assets) seperti paten,
merk dagang, copyrights goodwill dan sumber daya alam (natural resources).

2.2 Klasifikasi, Alokasi dan Penurunan Nilai (Impairment)

Aset merupakan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan yang diperoleh


atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di
masa lalu. Secara sederhana, aset yang memiliki kemungkinan manfaat di masa
depan atau lebih jelas lagi, sebagai unexpired cost. Long-lived assets bukan
merupakan konsep penilaian (valuation ), tetapi merupakan konsep alokasi beban
( cost allocation ). Berdasarkan alasan ini, melaporkan long-lived assets pada nilai
wajar (pasar) tidak beralasan karena nilai aset berasal dari penggunaanya dalam
aktivitas operasional, yang tidak terkait dengan nilai wajar (pasar) aset tersebut.
Proses akuntansi long-lived assets mencakup tiga aktivitas terpisah yaitu

2
kapitalisasi, alokasi, dan penurunan nilai (capitalization, allocation, and
impairment).

Kapitalisasi merupakan proses penangguhan beban yang terjadi pada periode


berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode
di masa yang akan datang. Kapitalisasi ini menciptakan akun aset. Long-lived assets
diciptakan melalui proses kapitalisasi. Perkembanga perusahaan teknologi dan jasa
membuat keputusan kapitalisasi menjadi semakin kontroversial dan penting, yaitu
semakin banyak perusahaan yang berpindah dari hard assets seperti pabrik dan
mesin ( plant and machinery ) menjadi soft assets seperti perangkat lunak
( software ), penelitian dan pengembangan ( research and development ), dan modal
intelektual ( intellectual capital ). Tidak seperti aset berwujud yang keputusan
kapitalisasinya relatif langsung, aset tak berwujud menimbulkan masalah baru
terkait dengan kapitalisasi.

Suatu beban akan dikapitalisasi jika memenuhi kriteria :

 Aset harus berasal dari transaksi atau kejadian di masa lalu. Kriteria ini
menghasilkan perlakuan yang tidak konsisten antara aset tak berwujud yang
dibeli dengan diciptakan internal, seperti goodwill yang dibeli yang dapat
dikapitalisasi, tetapi goodwill yang diciptakan internal yang nilainya jauh
lebih besar tidak dapat di kapitalisasi.
 Aset harus menghasilkan kemungkinan manfaat masa depan yang dapat di
identifikasi dan layak. Kriteria ini menghasilkan pembebanan pengeluaran
penelitian dan pengembangan dengan segera, meskipun penelitian dan
pengembangan merupakan salah satu dari aset yang paling berharga bagi
perusahaan tekonologi tinggi.
 Aset memberikan pemiliknya pengendalian khusus atas manfaat masa depan.
Kriteria ini tidak memungkinkan kapitalisasi teknologi atau modal manusia
karena menurut hukum, kepemilikan tidak dapat dipaksakan.

Seorang analis harus memahami kriteria ini dan penekanannya terhadap


keandalan untuk distorsi potensial terhadap laporan keuangan yang mungkin
ditimbulkan. Analis harus membuat penyesuaian terhadap efek distoris seperti
kapitalisasi beban penelitian dan pengembangan jika dianggap layak.

3
Salah satu area yang sangat bermasalah untuk profesi akuntansi adalah
kapitalisasi biaya pengembangan perangkat lunak ( software ). Biaya
pengembangan perangkat lunak dibedakan untuk pemakaian internal dan untuk
dijual atau disewakan. Biaya pengembangan perangkat lunak yang dikembangkan
untuk pemakaian internal harus dikapitalisasi dan diamortiasasi sepanjang masa
manfaat yang diharapkan. Faktor penting dalam menentukan masa manfaat
software adalah perkiraan keusangan. Software yang dikembangkan untuk dijual
atau disewakan kepada pihak lain dikapitalisasi dan diamortisasi hanya jika
software tersebut telah mencapai telah studi kelayakan teknologi ( technological
feasbility ). Sebelum tahap pengembangan tersebut, software dianggap penelitian
dan pengembangan dan karenya dibebankan langsung.

Alokasi merupakan pembebanan cost secara periodik sepanjang periode


manfaat yang diharapkan. Alokasi cost disebut penyusutan atau depresiasi
( depreciation ) tetap, jika terkait aset tetap, amortisasi ( amortization ) jika
digunakan untuk aset tak berwujud, dan deplesi ( depletion ) jika terkait
dengan sumber daya alam. Harus diingat bahwa alokasi cost merupakan proses
untuk mengaitkan cost dengan manfaatnya dan bukan merupakan proses peniaian.
Nilai tercatat aset ( nilai kapitalisasi dikurangi alokasi ) tidak perlu mencerminakan
nilai wajar ( pasar ). Faktor yang mempengaruhi alokasi cost yaitu : masa manfaat,
nilai sisa ( salvage value ) dan metode alokasi.

Penurunan nilai ( impairment ) terjadi jika arus kas yang diharapkan


( undiscounted ) lebih kecil dibandingkan nilai tercatat aset ( cost – depresiasi )
sehingga aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar
( nilai diskonto ) arus kas yang diharapkan ). Dampaknya adalah untuk mengurangi
nilai tercatat aset pada neraca dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang
sama. Nilai wajar aset yang baru menjadi menjadi cost yang baru dan disusutkan
sepanjang masa manfaat yang tersisa. Nilai aset tidak boleh dipulihkan atau
dinaikkan meskipun taksiran arus kas kemudian membaik. Perlu diperhatikan
bahwa penurunan nilai masih merupakan proses alokasi. Penurunan nilai aset diakui
saat ekspetasi manajer mengenai manfaat aset di masa yang akan dateng lebih kecil
dari nilai tercatat aset. Hal ini menghasilkan penghapusan langsung dengan tujuan

4
untuk dapat mengaitkan lebih baik alokasi cost di masa yang akan datang dengan
manfaat masa depan.

2.3 Dampak Kapitalisasi dan Pembebanan Terhadap Laporan Keuangan dan


Rasio Keuangan

Kapitalisasi mempengaruhi baik laporan keungan maupun rasio keungan.


Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi
menangguhkan pengakuan beban. Hal ini berarti kapitalisasi menghasilkan laba
lebih tinggi selama periode perolehan tetapi laba yang lebih rendah pada periode
berikutnya jika menggunakan pembebanan langsung. Kedua, kapitalisasi
menghasilkan laba yang lebih merata (income smoothing).

Kapitalisasi mempengaruhi pembilang (laba) maupun penyebut (investasi)


untuk rasio keuangan tingkat pengembalian investasi ( return on investment - ROI ).
Sebaliknya, membebankan biaya menghasilkan penyebut ( investasi ) yang lebih
rendah dan meningkatkan pembilang ( laba ) dengan digunakannya penyebut yang
lebih kecil sehingga mengarah pada rasio ROI yang lebih berfluktuasi dan kurang
bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba karena
laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun perolehan dan terlalu tinggi pada tahun-
tahun berikutnya.

Pembebanan cost langsung mempengaruhi rasio solvabilitas seperti rasio utang


terhadap ekuitas ( debt to equity ) menjadi lebih buruk karena pembebanan cost
langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk perusahaan yang
memiliki aset produktif. Pada saat cost dibebankan langsung, beban ini dilaporkan
sebagai arus kas keluar aktivitas operasional. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi,
beban ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti
pembebanan cost langsung akan mengakibatkan arus keluar operasional terlalu
tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada tahun perolehan
dibandingkan kapitalisasi asset.

2.4 Analisis Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Penilaian asset tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas

5
 Biaya historis
 Prinsip konservatisme
 Akuntansi yang diinvestasikan pada asset tersubut
Tidak ada pengakuan kebutuhan pemakai yang jelas dalam penilaia asset ini.
Sebaliknya, pembuatan laporan keuangan seringkali berpendapat bahwa neraca
tidak ditunjukan untuk mencerminkan nilai pasar. Biaya historis sangat tidak
relevan dalam penilaian pengganti (replacement value ) dan dalam menentukan
kebutuhan asset operasional di masa yang akan datang . Biaya historis juga tidak
terlalu bermanfaat untuk mengukur biaya kesempatan (opportunity cost) atas
pelepasan asset atau dalam menilai kegunaan alternative dana. Pada tingkat tertentu
biaya historis asset tetap dan sumber daya alam mencerminkan kapasitas perusahaan
untuk menghasilkan barang dan jasa . Seringkali dianggap bahwa nilai asset berasal
dari kemampuan asset untuk menghasilkan tingkat pengembalian dan karenanya
,nilai tersebut tergantung dari dampak asset terhadap laporan laba rugi.Nilai asset
juga terkait dengan kapasitas produktifitas (neraca ) dan keahlian manajemen.
Bahkan salah satu tugas manajemen adalah mengelola asset operasional secara
efektif dan efesien.
Peningkatan nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperkenankan
dalam akuntans. Namun, konservatisme mengijinkan adanya penurunan nilai atau
penghapusan karena adanya penurunan nilai yang permanen. Penurunan nilai ini
menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas operasional pada periode di
masa yang akan datang.Meskipun realitas bisnis menimbulkan ketidakpastian
,termasuk kesalahan estimasi akuntansi, analis harus melakukan penelitian
mendalam atas long-lived asset ini.Aturan akuntansi untuk penurunan nilai ini
“mewajibkan perusahaan secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi
yang memungkinkan penurunan nilai”.Meskipun demikian perusahaan tetap dapat
menangguhkan pengakuan penurunan nilai setelah manajemen mengetahuinya.

Berdasarkan aturan saat ini, perusahaan dapat menggunakan uji perolehan


kembali (recoverability test) untuk menentukan apakah terdapat penurunan nilai,
yaitu perusahaan harus mengestimasi taksiran arus kas bersih masa depan dari
asset tersebut dan nilai tercatat asset, maka nilai asset diturunkan. Kerugian
penurunan nilai (impairment loss) dihitung sebagai selisih nilai tercatat asset

6
dengan nilai wajarnya, yaitu nilai pasar atau nilai sekarang dari taksiran arus kas
bersih masa depan.

Masalah dalam analisis sumber daya alam adalah

 Meningkatnya jumlah penurunan nilai


 Perubahan estimasi masa manfaat
 Pembengkakan biaya dan operasional yang tidak efesien
Salah satu fokus analisa penyusutan adalah “ adanya revisi masa manfaat asset
.meskipun revisi ini dapat memberikan alokasi cost yang andal, analis harus
mewaspadai jika revisi digunakan untuk memindahkan atau meratakan laba
selama beberapa periode.
Analisa sebaiknya tidak mengabaikan informasi penyusutan dan tidak
terfokus pada laba sebelum penyusutan. “beban penyusutan berasal dari kas yang
dikeluarkan di masa lalu dan tidak membutuhkan pengeluaran kas saat
ini”.berdasarkan alasan ini ,sebagian analis berpendapat bahwa laba sebelum
penyusutan sebagai arus kas. Hal ini merupakan anggapan keliru dan buruk yang
hanya melihat arus kas masuk dan tidak mempertimbangkan komitmen
perusahaan mengeluarkan kas untuk penggantian pabrik, investasi dan dividen.
Analis tidak boleh melakukan kekeliruan seperti ini.

2.5. Penyusutan

Tingkat Penyusutan tingkat penyusutan bergantung pada dua faktor ,yaitu :

 Masa manfaat
Masa manfaat (useful life) asset sangat beragam.asumsi terkait masa manfaat
asset didasarkan pada kondisi ekonomi, pemahaman teknis,pengalaman dan
informasi mengenai fisik dan sifat produktif asset. Kerusakan fisik
merupakan faktor penting yang membatasi masa manfaat dan hampir semua
asset mengalaminya.

 Metode alokasi

7
Setelah masa manfaat asset ditentukan, beban penyusutan periodic
bergantung pada metode alokasi. Penyusutan yang bervariasi sangat
tergantung pada metode yang dipilih.

Dua jenis metodhe penyusutan yang paling umum digunakan :

1. Garis lurus
2. Dan dipercepat

Garis lurus (straight-line)

Metode penyusutan garis lurus mengalokasikan biaya asset selama masam


manfaatnya berdasarkan beban periodik yang sama

Mengilustrasikan penyusutan asset bernilai $110.000 dengan masa manfaat 10 thn,


dan nilai sisa sebesar $10.000 (nilai sisa merupakan jumlah dimna asset yang
diharapkan akan terjual pada akhir masa manfaatnya ). Setiap 10 tahun asset
tersebut dibebani sepersepuluh biaya asset dikurangi nilai sisa –dihitung sebesar
($110.000-$10.000)/10 tahun.
 Dipercepat (accelerated)
Metode penyusutan dipercepat mengalokasikan biaya asset selama masa
manfaatnya dengan cara menurun. Pengguna metode ini didukung oleh
penerimaan dalam internal revenue code.Daya tariknya untuk tujuan pajak
adalah percepataan alokasi biaya dan penangguhan laba kena pajak
beerikutmnya semakin cepat asset dihapuskan untuk tujuan pajak ,semakin
besar pajak tangguhan di periode mendatang ,dan lebih banyak dana yang
tersedia langsung untuk operasi.

8
 Khusus (special)
Metode penyusutan khusus dijumpai pada industri tertentu seperti baja dan
alat berat metode ini mengaitkan beban penyusutan dengan aktivitas atau
intensitas pengguna asset.misalnya ,jika sebuah mesin memiliki masa
manfaat 10.000 jam penggunaan,beban penyusutan akan berusaha sesuai
dengan jam penggunaanya mesin bukan periode waktu.
 Deplesi (depletion)
Merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pengolahan
atau produksi . perbedaan antara penyusutan dan deplesi adalah bahwa
penyusutan biasanya merupakan alokasi biaya asset produktif sepanjang
waktu ,sedang,mineral,sedangkan deplesi merupakan alokasi biaya
berdasarkan unit yang diekspolitasi dari sumber daya alam seperti batu bara
,minyak,mineral,atau kayu.deplesi bergantung pada produksi
semakin banyak produksi akan menghasilkan beban deplesi yang semakin
tinggi

2.6. Intangibles Assets

Asset tak berwujud (intangible asset ) merupakan hak, keistimewaan dan


manfaat kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik asset tak berwujud
adalah :
 Tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud fisik
contoh: goodwill, patent, copyright, merk dagang, leaseholds, leashold
improvements, hak eksplorasi, natural resources development, costs,
special formulas, proses, teknologi, desain, lisensi, franchises,
membership, dan customer lists.
 Penurunan nilai
Asset tetap dan sumber daya alam biasanya disusutkan selama masa
manfaatnya penyusutan didasarkan pada prinsip alokasi.artinya ,biaya asset
berumur panjang dialokasikan ke periode yang menggunakannya.

Perbedaan penting antara asset berwujud dan asset tidak berwujud yaitu

9
 Jika perusahaan menggunakan bahan baku dan tenaga kerja untuk
menciptakan asset berwujud, perusaahaan akan mengkapitalisasi biaya ini
dan menyusutkannya sempanjang masa manfaat.
 Sebaliknya jika perusahaan menghabiskna uang untuk mengiklankan suatu
produk atau melatih agen penjualanya atau menciptakan asset tak berwujud
secara internal, maka perusahaan tidak dapat mengkapitalisasi biaya ini
meskipun mungkin terdapat manfaat masa depan.

2.7. Unidentifiable Intangibles

Asset tak berwujud yang tidak dapat di indetifikasi (unidentifiable


intangible) merupakan asset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli
tetapi tidak dapat diindentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat tak
terhingga.
Contoh :
 Aktivitas penelitian dan pengembangan ,iklan dan goodwill.
Pada saat perusahaan mengakuisisi perusahan lain atau segmen suatu
perusahaan, jumlah yang dibayar untuk seluruh asset bersih dan kewajiban
yang dapat diindetifikasikan sesuai dengan nilai pasar wajar perlu
dialokasikan . jumlah yang tersisa setelah alokasi ini dinamakan “goodwill”.
 Amortisasi asset takberwujud
Ketika biaya dikapitalisasi untuk asset berwujud dan asset tak berwujud yang
dapat diindentifikasi,biaya tersebut selanjutnya harus diamortisasi selama
periode manfaat asset.lamanya periode manfaat bergantung pada jenis asset
tak berwujud ,kondisi permintaan,kondisi kompetitif, dan keterbatasan
hukum, kontraktual,peraturan,atau ekonomi lainnya.

2.8. Analisis Intangible Assets

Analis seringkali mencurigai asset tak berwujud saat menganalisis laporan


keuangan. Banyak analis yang mengasosiakan asset tak berwujud dengan resiko.
Analisis goodwill memperlihatkan beberapa kasus yang menarik. Karena
goodwill dicatat hanya pada saat akuisisi, sebagian besar goodwill mungkin
terdapat pada neraca . namun kita ketahui bahwa goodwill pada akhirnya
tercermin dalam “kelebihan laba”.

10
Analisis asset tak berwujud selain goodwill juga harus waspada terhadap
“perlakuan amortisasi oleh manajemen karena amortisasi yang lebih kecil
meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam menganalisis asset tak berwujud ,
analis harus siap untuk membuat estimasi sendiri mengenai penilaian asset.
Goodwill tergolong sulit untuk di analisi karena saat ini goodwill tidak lagi
diamortisasi tetapi di uji setiap tahun untuk menentukan impairment loss. Analisis
juga harus berhati-hati kepada komposisi penilaian dan disposisi
goodwill.penghapusan goodwill dilakukan manajemen pada periode saat hal
tersebut memiliki dampak pasar terendah yaitu pada periode saat hal tersebut
memiliki dampak pasar terendah yaitu pada periode kerugian atau penurunan
laba.

BAB 3
PENUTUP

11
Kesimpulan
Aset tetap Perseroan terdiri atas tanah, bangunan dan peralatan produksi.
Aset tetap tersebut dikelompokkan menjadi dua, aset yang dimiliki langsung oleh
Perseroan dan aset sewa pembiayaan, Harga perolehan peralatan terdiri dari harga
beli tunai, biaya pengangkutan dan biaya asuransi selama dalam pengangkutan
yang dibayar oleh pembeli. Termasuk pula didalamnya pengeluaran untuk
perangkitan, pemasangan, dan pengujian peralatan yang dibeli.
Aktiva Tetap merupakan aset suatu perusahaan yang berwujud, yang
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu lebih dari
satu periode. Di dalam menilai kembali suatu aktiva tetap, nilai buku dan umur
aktiva tetap harus disesuaikan.
Aktiva tetap yang mau dijual harus diperhitungkan laba atau rugi nya yang
berdasarkan perbandingan antara nilai buku aktiva tetap dengan harga jualnya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Sastradipraja, Usman, S.E., M.M., Ak. 2010. Analisis dan Penggunaan Laporan
Keuangan. Bandung: Universitas Widyatama.

Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba empat.

13
DAFTAR ABSENSI TUGAS

Tanggal
No Nama NPM TTD Keterangan
Diskusi

Defina Caroline 19 September


1 0115101146 Hadir
Parmaredy 2017

Widianti Amelia 19 September


2 0115101156 Hadir
Agesti 2017

Adinda Handayani 19 September


3 0115101174 Hadir
Reka M 2017

19 September
4 Novita Herwyka 0115101192 Hadir
2017

You might also like