Professional Documents
Culture Documents
HEPATITIS D
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB 2
Disusun Oleh :
1. Fiqih Adham P (P16023)
2. Friska Ambarsari (P16024)
3. Hanifah Ambang .F (P16025)
4. Ida Rahmawati (P16026)
5. Indah Bit Tari (P16027)
6. Isti Kharofi (P16028)
7. Ivan Nugroho (P16029)
8. Kusnia Anggraeni (P16030)
9. Laras Wati (P16031)
10. Mahendra Jaka .D (P16032)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Hepatitis D untuk memenuhi
satu Tugas dari mata kuliah Keperawatn Medikal Bedah 2 pada program studi DIII
Keperawatan STIKes Kusauma Husada.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Hepatitis D ini dapat
memberi manfaat untuk penulis serta menjadi inspirasi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus. Infeksi virus
ini yang menyebabkan penyakit inflamasi dan nekrosis pada sel–sel hati. Ada
lima jenis virus yangmenjadi agen penyebabnya yakni virus hepatitis A (VHA),
virus hepatitis B (VHB), virushepatitis C (VHC), virus hepatitis D (VHD), dan
virus hepatitis E (VHE). Semua jenis virus tersebut dapat menyebabkan gejala
klinik yang sama. Virus Hepatitis B merupakan jenis virus yang paling dikenal
dan merupakan agen prototipe dari famili Hepadnaviridae (Wilson,2011)
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih
kompleks untuk bertahan, hepatitis D hanya merupakan resiko untuk mereka
yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif (Smeltzer,2011)
Infeksi HDV terjadi lebih umum dikalangan orang dewasa daripada anak-
anak. Hal ini diamati lebih umum diantara pasien dengan riwayat penggunaan
narkoba suntikan. Sekitar 15 juta orang terinfeksi diseluruh dunia. Daerah
dengan prevalensi tertinggi termasuk bagian selatan Italia,, Afrika Utara, Timur
Tengah, dan pulau-pulau Pasifik Selatan. China, Jepang, Taiwan, dan Myanmar
memiliki prevalensi tinggi infeksi HBV, tetapi tingkat infeksi HDV rendah
(WHO, 2010).
Infeksi simultan dengan HBV dan HDV dikenal sebagai ko-infeksi dan
mengakibatkan kegagalan hati fulminant dalam 1% pasien. Klinis lengkap
pemulihan dan pembersihan HBV dan HDV ko-infeksi adalah hasil yang paling
umum. Infeksi HDV pada pasien HbsAg-positif dikenal sebagai superinfeksi dan
mengakibatkan kegagalan tifulminan dalam 5% pasien. Sekitar 80-90%
mengembangkan infeks HDV kronis. Pasien kemudian mengalami progresivitas
lebih cepat untuk mengembangkan sirosis dan dapat mengembangkan karsinoma
hepatoseluler (Bozdayl, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hepatitis D ?
2. Apa etiologi dari hepatitis D ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari hepatitis D ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari hepatitis D ?
5. Apa komplikasi dari hepatitis D ?
6. Bagaimana penatalaksanaan hepatitis D ?
7. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan hepatitis D ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi hepatitis D
2. Memahami etiologi hepatitis D
3. Memahami manifestasi klinis hepatitis D
4. Memahami patofisiologi dan pathway hepatitis D
5. Memahami komplikasi hepatitis D
6. Memahami pentalaksanaan hepatitis D
7. Memahami konsep asuhan keperawatan pada hepatitis D.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Hepatitis D ( sering disebut hepatitis DELTA) adalah suatu peradangan pada sel
sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis D (HDV) adalah virus RNA yang secara structural tidak terkait
dengan virus hepatitis A, b, atau C (Rizzetto, 2010). Kondisi klinis bervariasi
dan berkisar dari infeksi akut sampai kegagalan hati fulminant akut. Infeksi
hati kronis dapat mengakibatkan stadium akhir penyakit hati (end-stage liver
disease).
3. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. Masa inkubasi 1-
90 hari atau 4-7 minggu. Gejalanya biasanya muncul secara tiba-tiba
gejala seperti flu, demam, penyakit kuning, urin berwarna hitam dan
feses berwarna hitam kemerahan, Pembengkakan pada hati.
Menurut lacey (2014), manifestasi klinik pada penderita
hepatitis D adalah :
a. Permulaan tersembunyi dan berbahaya : Ikterus , Anoreksia,
mual, Malaise, Akrodermatitis popular (Sindrom Gianotti-Crosti)
b. Gejala Prodnormal : Artralgia, Artritis, Ruam eritema
makulopopular, poliarteritis nodosa, Glomerolunefritis.
c. Hepatitis D memperhebat gejala hepatitis B dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kondisi kronik.
4. Patofisiologi
Infeksi HDV akut dan kronis melibatkan proses peradangan
hati. HDV dapat bereplikasi secara independen dalam hepatosit, tetapi
membutuhkan antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) untuk
memberikan respons propagasi. Virus ini melakukan koinfeksi dengan
HBV bertambahparah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul kemudian
pada individu yang mengidap infeksi kronik HBV. Kematian sel-sel
hati dapat terjadi karena efek sitotoksik langsung HDV atau melalui
mediasi respons imunitas (lacey, 2014). Virus hepatitis delta ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati,
dan kematian (Rosina, 2011).
Kondisi infeksi virus hepatitis D memberikan berbagai
masalah keperawatan yang muncul pada pasien dan memberikan
implikasi pada asuhan keperawatan.
5. Komplikasi
Menurut Farci (2013), kondisi hepatitis D dapat memberikan berbagai
komplikasi, meliputi :
a. Gagal hati
kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi kembali akibat
mengalami kerusakan yang sangat luas. Kondisi ini bisa
menyebabkan kematian dan memerlukan perawatan medis
secepatnya.
b. Sirosis Hati
Keadaan ini terjadi akibat infeksi virus hepatitis yang
menyebabkan peradangan hati yang luas. Akibatnya seluruh
struktur jaringan hati mengalami perubahan dan menjadi tidak
teratur, bentuk hati juga berubah dengan disertai penekanan pada
pembuluh darah.
c. Hepatocellular/HCC (hepatoma)
d. Hepatitis Fulminans
Hepatis yang berlangsung progresif atau cepat menjadi berat dan
berakhir dengan kematian
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut lacey (2014) pemeriksaan hepatitis D dapat dilakukan
dengan :
a. Pemeriksaan darah rutin, tes fungsi ginjal, dan elektrolit.
b. Peningkatan alanine aminotransferase dan aspartat
aminotranferase tingkat lebih besar dari 500 IU/L.
c. HbsAg diperlukan untuk replikasi HDV, tetapi pada pemeriksaan
bisa tidak terdeteksi akibat replikasi HDV aktif.
d. Hasil tes serum pada pasien dengan ko-infeksi dengan HDV dan
HBV.
1) Hasil yang positif untuk antigen HDV dalam 20%
2) Hasil yang positif RNA HDV dalam 90%
3) Hasil untuk anti-HDV imunoglobulin M (IgM) positif pada
awalnya dan kemudian positif anti-HDV imunoglobulin G.
Penemuan antibodi A terhadap antigen HDV berhubungan
dengan infeksi HDV kronis.
e. USG kuadran kanan atas akan membantu untuk mengevaluasi
obstruksi bilier dan karsinoma hepatoseluler. CT scan atau MRI
dilakukan jika terdapat gejala karsinoma hepatoseluler. Hasil dari
biopsi hati pada pasien dengan penyakit akut konsisten dengan
haptitis akut, dan pada umumnya, biopsi tidak ditunjukkan. Pada
pasien dengan penyakit hati kronis, biopsi hati diindikasikan
untuk mengevaluasi keberadaan fibrosis dan sirosis.
7. Penatalaksanaan
Menurut Rizzeti (2010), pokok penanganan penderita hepatitis D
mencakup :
a. Konfirmasi diagnosis yang tepat.
b. Pengobatan Suportif dan pemantauan massa akut. Pengobatan
yang dilakukan antara lain :
c. Terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat yang adekuat.
d. Hidrasi (Asupan cairan, bila masih menyusui ibu maka tingkatkan
ASI serta perbanyak asupan cairan) dan asupan makanan yang
adekuat (Diet dengan gizi seimbang, makanan berkarbohidrat
tinggi, berprotein atau berlemak tinggi memang tidak dilarang
secara khusus, tapi hendaknya dibatasi. Demikian juga garam).
e. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, factor
pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati yang
membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi,
penurunan tingkat kesadaran, perdarahan).
f. Tujuan penatalaksanaan rumah sakit adalah terapi Intravena untuk
memperbaiki keseimbangan cairan, studi laboratorium yang
berulangkali dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan
penyakit.
g. Pencarian kearah penyakit kronik
h. Pencegahan pada masa akut meliputi : tirah baring total tidak
dianjrkan kecuali pada keadaan gawat, makanan diterima sesuai
dengan daya terima anak, obat kortikosteroid dan antiemetik tidak
boleh diberikan, pemeriksaan HVD Ig M dilakukan paling cepat
setelah 1 bulan.
i. Sampai saat ini pengobatan hepatitis D masih belum ada yang
memuaskan. Namun, dapat dicoba pemakaian interferon.
j. Transplantasi hati jika perlu
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Diisi inisial nama klien
Alamat : Alamat cukup diisi dengan asal daerah dan
kota
Umur : Diisi sesuai umur pasien
Agama : Diisi agama pasien yang dianut
Status perkawinan : Menikah/ tidak menikah/janda/duda
Pendidikan : Contoh : S1/D3
Pekerjaan : Contoh : PNS/ wiraswasta/ pedagang
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama saat dikaji, biasanya pasien mengeluhkan nyeri
2) Riwayat penyakit sekarang
pasien mengeluh adanya ikterus, cepat lelah, anoreksia, mual,
muntah, kulit gatal, demam, nyeri otot, nyeri pada abdomen
kanan atas,keluhan nyeri kepala, gangguan pola tidur, dan bisa
didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif
sebagai respon dari hepatik ensefalopati, seperti kesadaran
somnolen sampai koma. Pada kondisi sirosis hepatis, keluhan
yang dilaporkan adalah perut membesar (asites), edema
ekstermitas, dan adanya riwayat perdarahan (hematemesis dan
melena). Mual dan muntah yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Disesuaikan dengan predisposisi secara hematogen dan
seksual. Perawat menanyakan pola hidup, penggunaan
alkohol, perilaku seksual, penggunaan NAPZA (narkotika
dengan menggunakan jarum intravena). Pengkajian riwayat
penyakit dan pembedahan sebelumnya, khususnya pernah
mendapat terapi tranfusi darah.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga, khususnya pada ibu yang pernah menderita
penyakit hepatitis kronik.
Skala nyeri
Angka nyeri : 1-3 : Nyeri Ringan
4-6 : Nyeri Sedang
7-9 : Nyeri Berat
10 Sangat Berat
8) Pola konsep diri
a) Gambaran diri : sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar
b) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain
c) Idel diri : harapan klien terhadap posisi, status,
tugas/ peran dalam keluarga
d) Peran diri : kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas
e) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat
9) Pola seksual dan seksualitas : dikaji bedasarkan jenis
kelaminnya.
10) Pola peran dan hubungan : hubungan klien untuk
melakukan interaksi dengan anggota keluarga masyarakat
dan umumnya.
11) Pada manajemen koping stres : mekanisme koping
yang biasa digunakan ketika klien menghadapi masalah.
12) Sistem nilai dan keyakinan : nilai dan keyakinan
klien terhadap sesuatu dan menjadi sugesti yang amat dan
kuat
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
a) Kesadaran
b) TTV
2) Kepala
a) Rambut : warna, distribusi, kebersihan
b) Mata : palpebra, konjungtiva, pupil, sklera, reflek
cahaya
c) Hidung : kebersihan, sekresi, pernapasan cuping hidung
d) Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah, tonsil, gigi
berlubang
e) Telinga : kebersihan sekresi, gangguan pendengaran
f) Leher : pembesaran kelenjar limfe
3) Dada (Thorax)
Pemeriksaan dada dan jantung meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
4) Abdomen
Inspeksi : pada fase kronis, ikterus merupakan tanda khas,
terutama pada sklera. Urine gelap warna kecoklatan, seperti
cola atau teh kental. Pasien terlihat kelelahan (fatigue).
Auskultasi : biasanya bising usus normal.
Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
Palpasi : nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin ada
5) Ekstermitas
a) Kekuatan otot kanan dan kiri
b) Perabaan akral
c) Edema piting
d) ROM kanan dan kiri
e) Perubahan bentuk tulang
2. DiagnosaKeperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (inflamasi
lokal organ hati).
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (inflamasi
lokal organ hati).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri berkurang
kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c) Megenali kapan nyeri terjadi
Intervensi :
Managemen nyeri (1400)
a) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidak
nyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
b) Lakukan pengkajian komperhensif meliputi lokasi, kateristik,
konsep atau durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
c) Ajarkan prinsip-prinsip managemen nyeri
d) Berikan indivuidu penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan anlgetik
A. Contoh Kasus
Pasien Tn. Px usia 30 tahun pada tanggal 30 januari 2018 dibawa ke RSUD
Karanganyar dengn keluhan utama nyeri pada perut kanan atas sejak satu bulan
yang lalu dan memberat sejak 2 hari lalu. Pasien juga mengeluh mual muntah
disertai panas . dari hasil pemeriksaan pasien di diagnosa mengidap hepatitis D.
B. Asuhan Keperawatan
Tgl / Jam pengkajian : 30 Januari 2018 / 11.45
Tanggal / Jam pengkajian : 30 Januari 2018 / 14.00
Metode pengkajian : Aloanamnesa dan autoanamnesa
Diagnosa medis : Hepatitis D
No . Registrasi :
I. BIODATA
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. Px
Alamat : Grobogan
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Statua perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Grobogan
Hubungan dengan klien : istri
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Nyeri perut kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang
Px mengatakan sering sakit perut yang disebabkan karena sering telat
makan. Px juga mengatakan mual, muntah, pusing, disertai badan panas
sehingga badannya lemas dan tidak kuat berjalan sehingga mengganggu
aktivitas. Px juga mengatakan tidak mau makan. Nyeri pada perut bagian
kanan atas dan dirasakan menjalar kebagian kiri atas. Px mengatakan nyeri
pada perut seperti ditusuk - tusuk. Sakit perut yang dirasakan pasien sudah
terjadi sejak 1 bulan yang lalu dan 2 hari yang lalu px merasa perutnya
semakin sakit .
3. Riwayat penyakit dahulu
Px mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit hepatitis.
Selain itu Rasa nyeri pada epigastrium (mag) sudah diderita px sejak lama
dan sering minum obat antasida (promag). Selain itu, px tidak mempunyai
alergi obat, dan tidak memiliki riwayat sebagai alkoholis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi , asma maupun DM.
Genogram :
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Tinggal bersama
: Pasien
b. Selama sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
c.
Ket :
0 : mandiri, 1: dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu
orang lain dan alat, 4 : tergantung orang lain
5. Pola istirahat tidur
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Jumlah jam tidur siang 2 jam 1 jam
Jumlah jam tidur mala 6-7 jam 5 jam (@ 1 jam
terbangun)
Pengantar tidur Tidak ada
Tidak
Penggunaan obat tidur Tidak ada
Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada
Nyeri perut
Perasaan waktu bangun Nyaman
tidur Lelah
6. Pola kognisi dan perceptual
Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit pasien masih mampu
berinteraksi dengan orang lain secara normal / baik. Pasien juga tidak
mengalami gangguan penglihatan, pengecapan, penciuman, perabaan, dan
pendengaran. Namun pasien mengatakan merasakan nyeri pada perut kanan
atas. Ketika pasien menjawab pertanyaan tampak gelisah dan meringis.
P : Nyeri perut
Q : tertekan benda tumpul
R : perut kanan atas
S:5
T : hilang timbul
7. Pola persepsi konsep diri
a. Gambaran diri / citra tubuh
Pasien mengatakan menerima keadaan sekarang
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
c. Harga diri
Pasien mengatakan hubungan antar anggota keluarga masih harmonis.
Anak pasien silih bergantian menjaga pasien ketika dirawat di RS,
termasuk tetangga pasien yang silih berganti menjenguk pasien.
d. Peran diri
Pasien mengatakan semenjak dirawat di RS, pasien tidak dapat
menjalankan perannya sebagai kepala keluarga bagi anak dan cucunya.
e. Identitas diri
Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang bapak / kepala keluarga
yang memiliki 3 anak.
8. Pola hubungan peran
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis dan baik dengan
masyarakat sekitar. Pasien mengatakan sering berbaur dengan tetangga
saat mengerjakan sawah di ladang.
b. Selama sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis. Namun pasien
hanya dapat berbaur dengan keluarga saja saat ini dan pasien tidak dapat
menjalankan perannya sebagai seorang kepala keluarga karena sakit.
9. Pola seksualitas reproduksi
Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang kepala rumah tangga yang
memiliki istri dan 3 orang anak.
10. Pola mekanisme kopping
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan ketika muncul suatu masalah klien masih dapat
mengambil keputusan sendiri. Pasien mengatakan cemas.
b. Selama sakit
Keluarga mengatakan kondisi sakit yang dialami membuat pasien cemas
dan untuk menyelesaikannya dengan bantuan orang lain (keluarga).
11. Pola nilai dan keyakinan
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien masih mampu beribadah ke
masjid.
b. Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit, ibadah masih tetap di jalankan
walaupun di tempat tidur.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan/penampilan umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanandarah : 120/88mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 88x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : Teratur
4) Suhu : 39,5ºC
2. Kepala
a. Bentuk Kepala : Mesochepal
b. Kulit Kepala : Bersih, tidak ada ketombe/ lesi
c. Rambut : Beruban dan mudah rontok
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : Tidak oedem
2) Konjungtiva : Merah Muda / tidak anemis
3) sclera : ikterik
4) Pupil : Isokor
5) Diameter KI/KA : Simetris
6) Reflek terhadap Cahaya :+
7) Pengguna alat bantu Penglihatan : Tidak
b. Hidung
Bersih ,tidak ada secret
c. Mulut
Bibir kering, mukosa mulut kering, gigi tidakada yang berlubang.
d. Gigi
Gigi tidak ada yang berlubang
e. Telinga
Bersih, tidak ada serumen, simetris..
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar Limfe, Typoid. Saat dipalpasiterdapat
benjolan dileher bawah sebelah kiri.
5. Dada (Thorax)
a .Paru – paru
1) Inspeksi : Simetris
2) Palpasi : Vokal Premitus Kanan Kiri
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Suara Napas bronchial dan ronki
b. Jantung
1) Inspeksi : Ic tidak tampak
2) Palpasi : Ic teraba SIC V 2cm LMS2
3) Perkusi : pekak, Konfigurasi Jantung dalam batas Normal
4) Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan 2 murni
6. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada acites
b. Auskustasi : Bisingusus 4 x/menit
c. Perkusi : Tympani
d. Palpasi : Ada nyeri tekan perut sebalah kanan atas
7. Genetalia
Tidak ada tekanan pada genetalia, bersih, tidak terpasang DC.
8. Rektum
Tidak ada hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanandankiri :4
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabaan akral : Panas
5) Pitting edema : Derajat 1
b. Bawah
1) Kekuatan otot kanan dan kiri :4
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabahan akral : Panas
5) Pitting edema : Derajat 1
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Specimen Metode Hasil Nilai normal
Bilirubin total Serum Automatic 1,55 0,00-1,00
Bilirubin direct 1,18 mg/dl
SGOT 167 0,00-1,00
SGPT 163 mg/dl
P: 0-35 u/l L:
0-40 u/l
P: 0-35 u/l
L:0-40 u/l
Imunologi
HBs Ag elisa Serum Elisa Positif dengan Negatif
Abs= 1,39 (positif bila
Abs 1000)
HBS AB elisa Serum Elisa Negatif
dengan tiber= Negatif
Anti HAV Serum CMI 1,312 (positif bila
Positif tiber 20.000)
Indeks 9,25 Negatif
(positif bila
indeks 1000)
DO
- Pasien
tampak
meringi
s
menaha
n nyeri
- TTV
TD : 120/
80 mmHg
N : 88 x/
menit
RR :30 x/
menit
S : 39,50C
2 Selasa, DS Hipertermi penyakit Hipertermi
- pasien
30/1/18 berhubungan
14.15 mengatak
dengan penyakit
an lemas
dan
merasa
panas
DO
- Pasien
teraba
panas
TD : 120/
88 mmHg
N : 88 x/
menit
RR : 20 x/
menit
S : 39,50C
No.
Tujuan Intervensi Ttd
Dx
1 Setelah dilakukan Managemen nyeri (1400) ג
tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri ג
selama 3 x 24 jam komprehensif meliputi PQRST
2. Anjurkan istirahat atau tidur
diharapkan nyeri
yang adekuat
berkurang dengan
3. Ajarkan penggunaan teknik
kritria hasil :
nonfarmakologi (relaksasi )
1. melaporkan bahwa 4. Kolaborasi pemberian analgesik
nyeri berkurang
(2102) Monitor TTV (6680)
2. tidak terdapat
1. Monitor tekanan darah, suhu,
ekspresi nyeri wajah
nadi, status pernapasan dengan
(2102)
tepat
3. pasien dapat
menggunakan
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
(2102)
2 Setelah dilakukan Perawatan Demam (3740) ג
tindakan keperawatan 1. Monitor warna kulit dan suhu
2. Monitor asupan cairan dan
selama 3 x 24 jam
keluaran, sadari perubahan
diharapkan hipertermi
kehilangan cairan yang tidak
dapat teratasi dengan
dirasakan
kriteria hasil :
3. Tutup pasien dengan selimut
1. Hipertermi
atau pakaian ringan,
ditingkatkan
tergantung pada fasse
dari berat
demam( yaitumemberikan
menjadi sedang
selimut hangat pada fase
2. Dipertahankan
dingin, menyediakan pakaian
TTV dalam
atau linen tempat tidur ringan
kisaran normal
untuk demam danfase
bergejolak/flush)
4. Dorong konsumsi cairan
5. Beri obat atau cairan IV
(Misalnya, antipiretik, agen
antibakteri, dan agen anti
menggigil)
Monitor TTV (6680)
1. Monitor tekanan darah, suhu,
nadi, status pernapasan
dengan tepat
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN