You are on page 1of 30

MAKALAH

HEPATITIS D
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB 2

Disusun Oleh :
1. Fiqih Adham P (P16023)
2. Friska Ambarsari (P16024)
3. Hanifah Ambang .F (P16025)
4. Ida Rahmawati (P16026)
5. Indah Bit Tari (P16027)
6. Isti Kharofi (P16028)
7. Ivan Nugroho (P16029)
8. Kusnia Anggraeni (P16030)
9. Laras Wati (P16031)
10. Mahendra Jaka .D (P16032)

PRODI D-III KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Hepatitis D untuk memenuhi
satu Tugas dari mata kuliah Keperawatn Medikal Bedah 2 pada program studi DIII
Keperawatan STIKes Kusauma Husada.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Hepatitis D ini dapat
memberi manfaat untuk penulis serta menjadi inspirasi pembaca.

Surakarta, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus. Infeksi virus
ini yang menyebabkan penyakit inflamasi dan nekrosis pada sel–sel hati. Ada
lima jenis virus yangmenjadi agen penyebabnya yakni virus hepatitis A (VHA),
virus hepatitis B (VHB), virushepatitis C (VHC), virus hepatitis D (VHD), dan
virus hepatitis E (VHE). Semua jenis virus tersebut dapat menyebabkan gejala
klinik yang sama. Virus Hepatitis B merupakan jenis virus yang paling dikenal
dan merupakan agen prototipe dari famili Hepadnaviridae (Wilson,2011)
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih
kompleks untuk bertahan, hepatitis D hanya merupakan resiko untuk mereka
yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif (Smeltzer,2011)
Infeksi HDV terjadi lebih umum dikalangan orang dewasa daripada anak-
anak. Hal ini diamati lebih umum diantara pasien dengan riwayat penggunaan
narkoba suntikan. Sekitar 15 juta orang terinfeksi diseluruh dunia. Daerah
dengan prevalensi tertinggi termasuk bagian selatan Italia,, Afrika Utara, Timur
Tengah, dan pulau-pulau Pasifik Selatan. China, Jepang, Taiwan, dan Myanmar
memiliki prevalensi tinggi infeksi HBV, tetapi tingkat infeksi HDV rendah
(WHO, 2010).
Infeksi simultan dengan HBV dan HDV dikenal sebagai ko-infeksi dan
mengakibatkan kegagalan hati fulminant dalam 1% pasien. Klinis lengkap
pemulihan dan pembersihan HBV dan HDV ko-infeksi adalah hasil yang paling
umum. Infeksi HDV pada pasien HbsAg-positif dikenal sebagai superinfeksi dan
mengakibatkan kegagalan tifulminan dalam 5% pasien. Sekitar 80-90%
mengembangkan infeks HDV kronis. Pasien kemudian mengalami progresivitas
lebih cepat untuk mengembangkan sirosis dan dapat mengembangkan karsinoma
hepatoseluler (Bozdayl, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hepatitis D ?
2. Apa etiologi dari hepatitis D ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari hepatitis D ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari hepatitis D ?
5. Apa komplikasi dari hepatitis D ?
6. Bagaimana penatalaksanaan hepatitis D ?
7. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan hepatitis D ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi hepatitis D
2. Memahami etiologi hepatitis D
3. Memahami manifestasi klinis hepatitis D
4. Memahami patofisiologi dan pathway hepatitis D
5. Memahami komplikasi hepatitis D
6. Memahami pentalaksanaan hepatitis D
7. Memahami konsep asuhan keperawatan pada hepatitis D.

BAB II
KONSEP TEORI

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Hepatitis D ( sering disebut hepatitis DELTA) adalah suatu peradangan pada sel
sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis D (HDV) adalah virus RNA yang secara structural tidak terkait
dengan virus hepatitis A, b, atau C (Rizzetto, 2010). Kondisi klinis bervariasi
dan berkisar dari infeksi akut sampai kegagalan hati fulminant akut. Infeksi
hati kronis dapat mengakibatkan stadium akhir penyakit hati (end-stage liver
disease).

2. Etiologi dan Epidemiologi


Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau antigen Delta
yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang tidak sempurna.
Virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid DNA virus Hepatitis
B. Virus ini juga memerlukan selubung HBSAg. Virus hepatitis D tidak
terdapat dalam serum atau darah tetapi anti HVD Ig M dapat ditemukan dalam
sirkulasi
Menurut Farci (2013) Penyakit hepatitis D yang menyerang pada umumnya
diperoleh melalui :
a. Menggunakan jarum suntik dan obat-obatan secara bersamaan. Hepatitis
D paling sering terjadi pada penderita hemofilia.
b. Apabila individu mengadakan kontak dengan darah atau cairan tubuh
(seperti : air ludah, air mani, cairan vagina) dari individu yang terinfeksi.
c. Bayi dari wanita penderita hepatitis D ( hepatitis yang didapat atau
congenital).
d. Virus ini dapat menular sendiri secara langsung dari penderita hepatitis
D, bersifat hepatotoksik. Namun bila HVD bersama-sama dengan
HBSAg pada anak yang lebih besar akan menyebabkan hepatitis
fulminan, sedangkan pada bayi lebih banyak kearah penyakit kronik.
e. Virus Hepatitis D juga dapat ditularkan melalui transmisi vertikal sehingga
tidak jarang infeksi HVD pada bayi baru lahir disertai oleh infeksi VHD, hal
ini akan memperbanyak bentuk hepatitis kronik.
Menurut Bean (2012), cara penularan VHD sama dengan VHB, kecuali
transmisi vertikal sebab HVD tidak ditularkan secara vertikal. Hubungan
seksual merupakan salah satu cara penularan yang cukup berperan. Penularan
hepatitis D bisa melalui bermacam-macam media atau cara. Adapun cara
penularannya antara lain :
a. Dapat melalui barang yang tercemar VHD sesudah digunakan para carrier
positif atau penderita hepatitis D, seperti jarum suntik yang tidak sekali
pakai, pisau cukur, jarum tato, jarum tusuk kuping, sikat gigi, bahkan
jarum bor gigi.
b. Akibat berhubungan seksual atau berciuman dengan penderita
c. Akibat transfusi darah yang terkontaminasi VHD.
d. Cara penularan yang terakhir ini memasukkan para penderita kelainan
darah seperti hemofilia (kadar protein faktor VIII atau zat pembeku dalam
darah sangat rendah), thalasemia, leukemia, atau melakukan dialisis ginjal
ke dalam kelompok rawan atau berisiko tinggi terkena penyakit hepatitis
D, apalgi jika sebelumnya ia penderita hepatitis B.
e. VHD memang tidak menular melalui singgungan kulit, namun kalau ada
luka terbuka di kulit lalu terkontaminasi darah yang mengandung VHD,
penularan bisa terjadi.

3. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. Masa inkubasi 1-
90 hari atau 4-7 minggu. Gejalanya biasanya muncul secara tiba-tiba
gejala seperti flu, demam, penyakit kuning, urin berwarna hitam dan
feses berwarna hitam kemerahan, Pembengkakan pada hati.
Menurut lacey (2014), manifestasi klinik pada penderita
hepatitis D adalah :
a. Permulaan tersembunyi dan berbahaya : Ikterus , Anoreksia,
mual, Malaise, Akrodermatitis popular (Sindrom Gianotti-Crosti)
b. Gejala Prodnormal : Artralgia, Artritis, Ruam eritema
makulopopular, poliarteritis nodosa, Glomerolunefritis.
c. Hepatitis D memperhebat gejala hepatitis B dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kondisi kronik.

Menurut Rosina (2011), gambaran klinis pada hepatitis D terdapat


3 fase antara lain :
a. Masa tunas (inkubasi)
terjadi sejak virus masuk kedalam tubuh sampai menimbulkan
gejala. Belum ada gejala klinik yang tampak pada stadium ini
meskipun sudah terjadi kerusakan sel-sel hati.
b. Preicterik (prodnormal)
Anoreksia, mual, ketidaknyamanan diperut bagian atas (kuadran
kanan atas), terasa berbau logam, malaise, sakit kepala, letih,
demam tingkat rendah, hepatomegali, urin lebih pekat.
c. Icterik
Air kencing gelap seperti teh karena peningkatan pengeluaran
billirubin pruritus tinja seperti dempul jika “conjugated billirubin”
tidak mengalir keluar dari hati ke usus, timbul ikterik, hati
membesar jika diraba (hepatomegali) dan terdapat nyeri tekan
pada hati.
d. Post icterik (penyembuhan)
Hilangnya ikterik, tidak enak badan, mudah letih, warna urin dan
tinja menjadi normal kembali.

4. Patofisiologi
Infeksi HDV akut dan kronis melibatkan proses peradangan
hati. HDV dapat bereplikasi secara independen dalam hepatosit, tetapi
membutuhkan antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) untuk
memberikan respons propagasi. Virus ini melakukan koinfeksi dengan
HBV bertambahparah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul kemudian
pada individu yang mengidap infeksi kronik HBV. Kematian sel-sel
hati dapat terjadi karena efek sitotoksik langsung HDV atau melalui
mediasi respons imunitas (lacey, 2014). Virus hepatitis delta ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati,
dan kematian (Rosina, 2011).
Kondisi infeksi virus hepatitis D memberikan berbagai
masalah keperawatan yang muncul pada pasien dan memberikan
implikasi pada asuhan keperawatan.

5. Komplikasi
Menurut Farci (2013), kondisi hepatitis D dapat memberikan berbagai
komplikasi, meliputi :
a. Gagal hati
kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi kembali akibat
mengalami kerusakan yang sangat luas. Kondisi ini bisa
menyebabkan kematian dan memerlukan perawatan medis
secepatnya.
b. Sirosis Hati
Keadaan ini terjadi akibat infeksi virus hepatitis yang
menyebabkan peradangan hati yang luas. Akibatnya seluruh
struktur jaringan hati mengalami perubahan dan menjadi tidak
teratur, bentuk hati juga berubah dengan disertai penekanan pada
pembuluh darah.
c. Hepatocellular/HCC (hepatoma)
d. Hepatitis Fulminans
Hepatis yang berlangsung progresif atau cepat menjadi berat dan
berakhir dengan kematian

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut lacey (2014) pemeriksaan hepatitis D dapat dilakukan
dengan :
a. Pemeriksaan darah rutin, tes fungsi ginjal, dan elektrolit.
b. Peningkatan alanine aminotransferase dan aspartat
aminotranferase tingkat lebih besar dari 500 IU/L.
c. HbsAg diperlukan untuk replikasi HDV, tetapi pada pemeriksaan
bisa tidak terdeteksi akibat replikasi HDV aktif.
d. Hasil tes serum pada pasien dengan ko-infeksi dengan HDV dan
HBV.
1) Hasil yang positif untuk antigen HDV dalam 20%
2) Hasil yang positif RNA HDV dalam 90%
3) Hasil untuk anti-HDV imunoglobulin M (IgM) positif pada
awalnya dan kemudian positif anti-HDV imunoglobulin G.
Penemuan antibodi A terhadap antigen HDV berhubungan
dengan infeksi HDV kronis.
e. USG kuadran kanan atas akan membantu untuk mengevaluasi
obstruksi bilier dan karsinoma hepatoseluler. CT scan atau MRI
dilakukan jika terdapat gejala karsinoma hepatoseluler. Hasil dari
biopsi hati pada pasien dengan penyakit akut konsisten dengan
haptitis akut, dan pada umumnya, biopsi tidak ditunjukkan. Pada
pasien dengan penyakit hati kronis, biopsi hati diindikasikan
untuk mengevaluasi keberadaan fibrosis dan sirosis.

7. Penatalaksanaan
Menurut Rizzeti (2010), pokok penanganan penderita hepatitis D
mencakup :
a. Konfirmasi diagnosis yang tepat.
b. Pengobatan Suportif dan pemantauan massa akut. Pengobatan
yang dilakukan antara lain :
c. Terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat yang adekuat.
d. Hidrasi (Asupan cairan, bila masih menyusui ibu maka tingkatkan
ASI serta perbanyak asupan cairan) dan asupan makanan yang
adekuat (Diet dengan gizi seimbang, makanan berkarbohidrat
tinggi, berprotein atau berlemak tinggi memang tidak dilarang
secara khusus, tapi hendaknya dibatasi. Demikian juga garam).
e. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, factor
pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati yang
membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi,
penurunan tingkat kesadaran, perdarahan).
f. Tujuan penatalaksanaan rumah sakit adalah terapi Intravena untuk
memperbaiki keseimbangan cairan, studi laboratorium yang
berulangkali dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan
penyakit.
g. Pencarian kearah penyakit kronik
h. Pencegahan pada masa akut meliputi : tirah baring total tidak
dianjrkan kecuali pada keadaan gawat, makanan diterima sesuai
dengan daya terima anak, obat kortikosteroid dan antiemetik tidak
boleh diberikan, pemeriksaan HVD Ig M dilakukan paling cepat
setelah 1 bulan.
i. Sampai saat ini pengobatan hepatitis D masih belum ada yang
memuaskan. Namun, dapat dicoba pemakaian interferon.
j. Transplantasi hati jika perlu

B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Diisi inisial nama klien
Alamat : Alamat cukup diisi dengan asal daerah dan
kota
Umur : Diisi sesuai umur pasien
Agama : Diisi agama pasien yang dianut
Status perkawinan : Menikah/ tidak menikah/janda/duda
Pendidikan : Contoh : S1/D3
Pekerjaan : Contoh : PNS/ wiraswasta/ pedagang

b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama saat dikaji, biasanya pasien mengeluhkan nyeri
2) Riwayat penyakit sekarang
pasien mengeluh adanya ikterus, cepat lelah, anoreksia, mual,
muntah, kulit gatal, demam, nyeri otot, nyeri pada abdomen
kanan atas,keluhan nyeri kepala, gangguan pola tidur, dan bisa
didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif
sebagai respon dari hepatik ensefalopati, seperti kesadaran
somnolen sampai koma. Pada kondisi sirosis hepatis, keluhan
yang dilaporkan adalah perut membesar (asites), edema
ekstermitas, dan adanya riwayat perdarahan (hematemesis dan
melena). Mual dan muntah yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Disesuaikan dengan predisposisi secara hematogen dan
seksual. Perawat menanyakan pola hidup, penggunaan
alkohol, perilaku seksual, penggunaan NAPZA (narkotika
dengan menggunakan jarum intravena). Pengkajian riwayat
penyakit dan pembedahan sebelumnya, khususnya pernah
mendapat terapi tranfusi darah.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga, khususnya pada ibu yang pernah menderita
penyakit hepatitis kronik.

c. Pengkajian Fungsional Pola Gordon


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan persepsi klien atau
keluarga terhadap konsep sehat dan sakit serta upaya untuk
mempertahanankan kondisi sakit.
2) Pola nutrisi atau metabolik : kebiasaan klien untuk kebutuhan
nutrisi baik intake makan maupun cairan sebelum sakit sampai
dengan saat sakit.
3) Pola eliminasi : eliminasi alvi (BAB) dari eliminasi urine
(BAK)
4) Menggambarkan keadaan eliminasi klien sebelum sakit dan
selama sakit.
5) Pola aktivitas dan latihan : dimulai dari bangun tidur hingga
tidur lagi. Aktivitas rutin yang dilakukan klien sebelum hingga
selama sakit.
6) Pola istirahat tidur : kualitas dan kuantitas tidur klien sebelum
sakit hingga selama sakit.
7) Pola kognitif dan parceptual : kemampuan klien untuk
berkomunikasi, status mental.
a) Status nyeri, berdasarkan sifat
 P (Pemicu) : faktor yang mempengaruhi berat dan
ringannya nyeri
 Q (Quality) : kualitas nyeri, seperti tertusuk-tusuk,
tajam tumpul
 R (Ragion) : daerah nyeri
 S (Severity) : ditanyakan nyeri ringan, sedang, berat,
sangat berat
 T (Time) : lama atau waktu serangan ( frekuensi
nyeri)

b) Ekspresi Wajah nyeri

Skala nyeri
Angka nyeri : 1-3 : Nyeri Ringan
4-6 : Nyeri Sedang
7-9 : Nyeri Berat
10 Sangat Berat
8) Pola konsep diri
a) Gambaran diri : sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar
b) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain
c) Idel diri : harapan klien terhadap posisi, status,
tugas/ peran dalam keluarga
d) Peran diri : kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas
e) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat
9) Pola seksual dan seksualitas : dikaji bedasarkan jenis
kelaminnya.
10) Pola peran dan hubungan : hubungan klien untuk
melakukan interaksi dengan anggota keluarga masyarakat
dan umumnya.
11) Pada manajemen koping stres : mekanisme koping
yang biasa digunakan ketika klien menghadapi masalah.
12) Sistem nilai dan keyakinan : nilai dan keyakinan
klien terhadap sesuatu dan menjadi sugesti yang amat dan
kuat

d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
a) Kesadaran
b) TTV
2) Kepala
a) Rambut : warna, distribusi, kebersihan
b) Mata : palpebra, konjungtiva, pupil, sklera, reflek
cahaya
c) Hidung : kebersihan, sekresi, pernapasan cuping hidung
d) Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah, tonsil, gigi
berlubang
e) Telinga : kebersihan sekresi, gangguan pendengaran
f) Leher : pembesaran kelenjar limfe

3) Dada (Thorax)
Pemeriksaan dada dan jantung meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
4) Abdomen
Inspeksi : pada fase kronis, ikterus merupakan tanda khas,
terutama pada sklera. Urine gelap warna kecoklatan, seperti
cola atau teh kental. Pasien terlihat kelelahan (fatigue).
Auskultasi : biasanya bising usus normal.
Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
Palpasi : nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin ada

5) Ekstermitas
a) Kekuatan otot kanan dan kiri
b) Perabaan akral
c) Edema piting
d) ROM kanan dan kiri
e) Perubahan bentuk tulang

2. DiagnosaKeperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (inflamasi
lokal organ hati).
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (inflamasi
lokal organ hati).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri berkurang
kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c) Megenali kapan nyeri terjadi

Intervensi :
Managemen nyeri (1400)
a) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidak
nyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
b) Lakukan pengkajian komperhensif meliputi lokasi, kateristik,
konsep atau durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
c) Ajarkan prinsip-prinsip managemen nyeri
d) Berikan indivuidu penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan anlgetik

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24
jam diharapkan masalah hipetermi dapat teratasi.
Kriteria dan hasil :
1) Hipertermi ditingkatkan dari berat menjadi sedang
2) TTV dipertahankan dalam kisaran normal
Intervensi :
Perawatan Demam (3740)
1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
2) Monitor warna kulit dan suhu
3) Monitor asupan cairan dan keluaran, sadari perubahan
kehilangan cairan yang tidak dirasakan
4) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung
pada fasse demam( yaitumemberikan selimut hangat pada fase
dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan
untuk demam danfase bergejolak/flush)
5) Dorong konsumsi cairan
6) Beri obat atau cairan IV (Misalnya, antipiretik, agen
antibakteri, dan agen anti menggigil)
7) Jangan beri aspirin untuk ana-anak

Pengaturan Suhu (3900)


1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
3) Informasikan pada pasien mengenai adanya indikasi kelelahan
akibat panas dan penanganan emergensi yang tepat, sesuai
kebutuhan
4) Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan makanan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam di
RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam.
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
a) terapi gizi : Diet TKTP rendah serat
b) obat-obatan atau vitamin

d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan informasi
kesehatan terpenuhi.
Kriteriaa hasil :
1) Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang di
berikan
2) Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit dan
rencana perawatan rumah
2) Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi :
a) Anjurkan untuk istirahat setelah pulang
b) Anjurkan untuk memenuhi diet dan istirahat
c) Anjurkan untuk menghindari transmisi HDV
d) Anjurkan untuk melakukan praktik aman dalam aktivitas
seksual
e) Beritahu untuk melakukan kontrol
3) Berikan informasi pada pasien yang akan menjalani perawatan
rumah meliput.
4) Ajarkan pasien untuk meningkatkan intake cairan oral.
5) Hindari minuman beralkohol obat yang bersifat hepatotoksik
6) Beritahu pasien dan keluarga apabila di dapatkan perubahan klinik
untuk segera memeriksakan diri.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
Pasien Tn. Px usia 30 tahun pada tanggal 30 januari 2018 dibawa ke RSUD
Karanganyar dengn keluhan utama nyeri pada perut kanan atas sejak satu bulan
yang lalu dan memberat sejak 2 hari lalu. Pasien juga mengeluh mual muntah
disertai panas . dari hasil pemeriksaan pasien di diagnosa mengidap hepatitis D.

B. Asuhan Keperawatan
Tgl / Jam pengkajian : 30 Januari 2018 / 11.45
Tanggal / Jam pengkajian : 30 Januari 2018 / 14.00
Metode pengkajian : Aloanamnesa dan autoanamnesa
Diagnosa medis : Hepatitis D
No . Registrasi :
I. BIODATA
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. Px
Alamat : Grobogan
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Statua perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Grobogan
Hubungan dengan klien : istri
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Nyeri perut kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang
Px mengatakan sering sakit perut yang disebabkan karena sering telat
makan. Px juga mengatakan mual, muntah, pusing, disertai badan panas
sehingga badannya lemas dan tidak kuat berjalan sehingga mengganggu
aktivitas. Px juga mengatakan tidak mau makan. Nyeri pada perut bagian
kanan atas dan dirasakan menjalar kebagian kiri atas. Px mengatakan nyeri
pada perut seperti ditusuk - tusuk. Sakit perut yang dirasakan pasien sudah
terjadi sejak 1 bulan yang lalu dan 2 hari yang lalu px merasa perutnya
semakin sakit .
3. Riwayat penyakit dahulu
Px mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit hepatitis.
Selain itu Rasa nyeri pada epigastrium (mag) sudah diderita px sejak lama
dan sering minum obat antasida (promag). Selain itu, px tidak mempunyai
alergi obat, dan tidak memiliki riwayat sebagai alkoholis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi , asma maupun DM.
Genogram :

Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan

: Tinggal bersama

: Pasien

5. Riwayat kesehatan lingkungan


Pasien mengatakan tinggal di rumah yang memiliki ventilasi udara yang
cukup dan sudah memiliki pembuangan sampah yang baik dan layak

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sehat adalah hal paling penting. Pasien menjaga
kesehatan dengan cara mewajibkan sarapan pagi, saat ada anggota keluarga
yang sakit selalu dibawa puskesmas.
2. Pola nutrisi/metabolik
a. Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi,lauk,sayur
3) Porsi :1 porsi
4) Keluhan : tidak ada
b. Selama sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi,lauk,sayur,buah
3) Porsi : 3 sendok
4) Keluhan : Mual muntah
3. Pola eliminasi
a. BAB
1. Sebelum sakit
 Frekuensi : 1x sehari pagi
 Konsistensi : lunak berbentuk
 Warna : kuning kecoklatan
 Keluhan : tidak ada
 Bau : khas
 Pengguna obat pencahar : tidak ada
2. Selama sakit
 Frekuensi : 1x sehari
 Konsistensi : lunak berebentuk
 Warna : kuning tidak ada darah
 Keluhan : tidak ada
 Bau : khas
 Pengguna obat pencahar : tidak ada
b. BAK
1. sebelum sakit
 Frekuensi : 3-5 x sehari
 Jumlah urine : ±200 cc sekali BAK
 Warna : kuning pucat
 Panacaran : kuat
 Bau : amoniak
 Perasaan setelah BAK : lega
 Total produksi urine : ±600 - 1000 cc/hari
2. Selama sakit
 Frekuensi : 3-5x sehari
 Jumlah urine : 200 cc sekali BAK
 Warna : kecoklatan
 Keluhan : tidak ada
 Pancaran : kuat
 Bau : amoniak
 Perasaan setelah BAK : lega
 Total produksi urine : ± 600 - 1000cc/hari
ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
Intake Output Analisa

Minuman : 1200 cc Urine : 1000 cc Intake : 1750 cc


Makanan : 50 cc Feses : 100 cc Output : 1.700 cc
Infus : 500 cc IWL : 600 cc

Total : 1750 cc Total : 1.700 cc Balance : ±50 cc

4. Pola aktivitas dan latihan (sebelum dan sesudah sakit)


a. Sebelum sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi / ROM 

b. Selama sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi / ROM 
c.

Ket :
0 : mandiri, 1: dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu
orang lain dan alat, 4 : tergantung orang lain
5. Pola istirahat tidur
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Jumlah jam tidur siang 2 jam 1 jam
Jumlah jam tidur mala 6-7 jam 5 jam (@ 1 jam
terbangun)
Pengantar tidur Tidak ada
Tidak
Penggunaan obat tidur Tidak ada
Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada
Nyeri perut
Perasaan waktu bangun Nyaman
tidur Lelah
6. Pola kognisi dan perceptual
Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit pasien masih mampu
berinteraksi dengan orang lain secara normal / baik. Pasien juga tidak
mengalami gangguan penglihatan, pengecapan, penciuman, perabaan, dan
pendengaran. Namun pasien mengatakan merasakan nyeri pada perut kanan
atas. Ketika pasien menjawab pertanyaan tampak gelisah dan meringis.
P : Nyeri perut
Q : tertekan benda tumpul
R : perut kanan atas
S:5
T : hilang timbul
7. Pola persepsi konsep diri
a. Gambaran diri / citra tubuh
Pasien mengatakan menerima keadaan sekarang
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
c. Harga diri
Pasien mengatakan hubungan antar anggota keluarga masih harmonis.
Anak pasien silih bergantian menjaga pasien ketika dirawat di RS,
termasuk tetangga pasien yang silih berganti menjenguk pasien.
d. Peran diri
Pasien mengatakan semenjak dirawat di RS, pasien tidak dapat
menjalankan perannya sebagai kepala keluarga bagi anak dan cucunya.
e. Identitas diri
Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang bapak / kepala keluarga
yang memiliki 3 anak.
8. Pola hubungan peran
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis dan baik dengan
masyarakat sekitar. Pasien mengatakan sering berbaur dengan tetangga
saat mengerjakan sawah di ladang.
b. Selama sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis. Namun pasien
hanya dapat berbaur dengan keluarga saja saat ini dan pasien tidak dapat
menjalankan perannya sebagai seorang kepala keluarga karena sakit.
9. Pola seksualitas reproduksi
Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang kepala rumah tangga yang
memiliki istri dan 3 orang anak.
10. Pola mekanisme kopping
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan ketika muncul suatu masalah klien masih dapat
mengambil keputusan sendiri. Pasien mengatakan cemas.
b. Selama sakit
Keluarga mengatakan kondisi sakit yang dialami membuat pasien cemas
dan untuk menyelesaikannya dengan bantuan orang lain (keluarga).
11. Pola nilai dan keyakinan
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien masih mampu beribadah ke
masjid.
b. Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit, ibadah masih tetap di jalankan
walaupun di tempat tidur.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan/penampilan umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanandarah : 120/88mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 88x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : Teratur
4) Suhu : 39,5ºC
2. Kepala
a. Bentuk Kepala : Mesochepal
b. Kulit Kepala : Bersih, tidak ada ketombe/ lesi
c. Rambut : Beruban dan mudah rontok
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : Tidak oedem
2) Konjungtiva : Merah Muda / tidak anemis
3) sclera : ikterik
4) Pupil : Isokor
5) Diameter KI/KA : Simetris
6) Reflek terhadap Cahaya :+
7) Pengguna alat bantu Penglihatan : Tidak
b. Hidung
Bersih ,tidak ada secret
c. Mulut
Bibir kering, mukosa mulut kering, gigi tidakada yang berlubang.
d. Gigi
Gigi tidak ada yang berlubang
e. Telinga
Bersih, tidak ada serumen, simetris..
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar Limfe, Typoid. Saat dipalpasiterdapat
benjolan dileher bawah sebelah kiri.
5. Dada (Thorax)
a .Paru – paru
1) Inspeksi : Simetris
2) Palpasi : Vokal Premitus Kanan Kiri
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Suara Napas bronchial dan ronki
b. Jantung
1) Inspeksi : Ic tidak tampak
2) Palpasi : Ic teraba SIC V 2cm LMS2
3) Perkusi : pekak, Konfigurasi Jantung dalam batas Normal
4) Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan 2 murni
6. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada acites
b. Auskustasi : Bisingusus 4 x/menit
c. Perkusi : Tympani
d. Palpasi : Ada nyeri tekan perut sebalah kanan atas
7. Genetalia
Tidak ada tekanan pada genetalia, bersih, tidak terpasang DC.
8. Rektum
Tidak ada hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanandankiri :4
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabaan akral : Panas
5) Pitting edema : Derajat 1
b. Bawah
1) Kekuatan otot kanan dan kiri :4
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabahan akral : Panas
5) Pitting edema : Derajat 1

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Specimen Metode Hasil Nilai normal
Bilirubin total Serum Automatic 1,55 0,00-1,00
Bilirubin direct 1,18 mg/dl
SGOT 167 0,00-1,00
SGPT 163 mg/dl
P: 0-35 u/l L:
0-40 u/l
P: 0-35 u/l
L:0-40 u/l
Imunologi
HBs Ag elisa Serum Elisa Positif dengan Negatif
Abs= 1,39 (positif bila
Abs 1000)
HBS AB elisa Serum Elisa Negatif
dengan tiber= Negatif
Anti HAV Serum CMI 1,312 (positif bila
Positif tiber 20.000)
Indeks 9,25 Negatif
(positif bila
indeks 1000)

VI. TERAPI MEDIS


Cairan RL 30 tetes/menit
Pengobatan :
Cephalox 2x1
Eticef 3x1
Sanmol 3x1
Lonagogum 3x1
Vitocom 3x1
Ondesco 2x8 mg
Esilgan 1-0-1
Nexium 1-0-0
Propespe 3x1 cth

VII. ANALISA DATA


Nama : Tn. Px No. CM :
Umur : 30 thn Diagnosa Medis : Hepatitis D
Hari/ Diagnosa
No. Data Fokus Masalah Etiologi Ttd
tanggal Kep.
1 Selasa, DS Nyeri akut Agen Nyeri akut b.d. 
Pasien
30/1/18 cidera agen cidera
14.15 mengatakan
biologis biologis laringitis
nyeri perut
tb
kanan atas
P : nyeri
perut
Q : seperti
tertekan
benda
tumpul
R : perut
kanan
atas
S:5
T : hilang
timbul

DO
- Pasien
tampak
meringi
s
menaha
n nyeri
- TTV
TD : 120/
80 mmHg
N : 88 x/
menit
RR :30 x/
menit
S : 39,50C
2 Selasa, DS Hipertermi penyakit Hipertermi 
- pasien
30/1/18 berhubungan
14.15 mengatak
dengan penyakit
an lemas
dan
merasa
panas

DO
- Pasien
teraba
panas
TD : 120/
88 mmHg
N : 88 x/
menit
RR : 20 x/
menit
S : 39,50C

3 DS: Ketidakseimbangan Kurang Ketidakseimbangan


-Pasien
nutrisi kurang dari asupan nutrisi kurang dari
mengatakan
kebutuhan tubuh makanan kebutuhan tubuh
nyeri perut
b.d kurang asupan
kanan atas
makanan
-pasien
mengatakan
mual dan
muntah
serta lemas
-pasien
mengatakan
makan
hanya 3
sendok
DO :
-Bising
usus
4x/menit
- TD : 120/
88 mmHg
N : 88 x/
menit
RR : 20 x/
menit
S : 39,50C

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d. agen cidera biologis
2. Hipertermi b.d penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan

IX. RENCANA KEPERAWATAN


Nama : Tn. PX No. CM :
Umur : 30 thn Diagnosa Medis : Hepatitis D

No.
Tujuan Intervensi Ttd
Dx
1 Setelah dilakukan Managemen nyeri (1400) ‫ג‬
tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri ‫ג‬
selama 3 x 24 jam komprehensif meliputi PQRST
2. Anjurkan istirahat atau tidur
diharapkan nyeri
yang adekuat
berkurang dengan
3. Ajarkan penggunaan teknik
kritria hasil :
nonfarmakologi (relaksasi )
1. melaporkan bahwa 4. Kolaborasi pemberian analgesik
nyeri berkurang
(2102) Monitor TTV (6680)
2. tidak terdapat
1. Monitor tekanan darah, suhu,
ekspresi nyeri wajah
nadi, status pernapasan dengan
(2102)
tepat
3. pasien dapat
menggunakan
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
(2102)
2 Setelah dilakukan Perawatan Demam (3740) ‫ג‬
tindakan keperawatan 1. Monitor warna kulit dan suhu
2. Monitor asupan cairan dan
selama 3 x 24 jam
keluaran, sadari perubahan
diharapkan hipertermi
kehilangan cairan yang tidak
dapat teratasi dengan
dirasakan
kriteria hasil :
3. Tutup pasien dengan selimut
1. Hipertermi
atau pakaian ringan,
ditingkatkan
tergantung pada fasse
dari berat
demam( yaitumemberikan
menjadi sedang
selimut hangat pada fase
2. Dipertahankan
dingin, menyediakan pakaian
TTV dalam
atau linen tempat tidur ringan
kisaran normal
untuk demam danfase
bergejolak/flush)
4. Dorong konsumsi cairan
5. Beri obat atau cairan IV
(Misalnya, antipiretik, agen
antibakteri, dan agen anti
menggigil)
Monitor TTV (6680)
1. Monitor tekanan darah, suhu,
nadi, status pernapasan
dengan tepat

3 Setelah dilakukan Manajemen gangguan makan (1030)


tindakan keperawatan 1. Lakukan pengukuran
selama 3 x 24 jam antropometri
2. Monitor intake dan output
diharapka
makanan
ketidakseimabangan
3. Berikan porsi makanan
nutrisi kurang dari
sedikit tapi sering
kebutuhan tubuh dapat 4. Ajarkan pasien dan keluarga
teratasi dengan kriteria mengenai diit yang
hasil : dianjurkan
1.Asupan makan 5. Kolaborasi pemberian obat
menjadi normal
2. Nafsu makan
meningkat
3. Mual muntah
berkurang

BAB IV

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
B. SARAN

You might also like