You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan pembangunan di kota-kota besar semakin maju pesat,


akibatnya pertumbuhan bergerak ke arah horizontal. Persoalan ini memicu para pemerhati
kota kembali mencari sebuah solusi untuk menciptakan sebuah kota masa depan.
Penurunan kualitas lingkungan saat ini salah satunya diakibatkan dari terkikisnya lahan
hijau oleh pembangunan perkotaan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan,
pembangunan saat ini lebih berorientasi pada fungsi-fungsi yang bersifat komersial.
Pertumbuhan penduduk yang bertambah engan cepat berbanding lurus dengan kebutuhan
lahan untuk perumahan di wilayah-wilayah perkotaan. Proses pertumbuhan yang cepat di
kota-kota ini disebabkan oleh tarikan kegiatan dan fungsi kota sebagi pusat perintahan,
pusat perdagangan, pusat industri dan fungsi-fungsi lainnya seperti perbankan, pendidikan
dan sebagainya.

Disamping itu, wilayah kota sendiri terjadi penyempitan lahan dimana lahan
pemukiman penduduk akan semakin mengecil akibat dari pembagian lahan karena jumlah
keluarga bertambah, dengan demikian daya dukung lahan di kota semakin kecil untuk
menampung pertambahan penduduk, baik oleh pertumbuhan penduduk di kota itu sendiri
maupun karena adanya urbanisasi. Para urban ini biasanya berasal dari masyarakat yang
memiliki kesulitan ekonomi (terkait perkerjaan) maka kebanyakan perkampungan kota
terdiri dari masyarakat dari kalangan ekonomi lemah. Dengan keterbatasan ini sehingga
tidak memiliki kemampuan untuk membangun rumah tinggal sebagai tempat hunian yang
layak yang pada akhirnya menciptakan berbagai solusi untuk mensiasatinya. Salah satunya
terciptanya perkampungan urban, baik itu berupa rumah sendiri maupun rumah kontrak.

Komplek pemukiman ini biasanya serba padat, letaknya tidak teratur, fasilitasnya
pendukungnya tidak tersedia dengan baik, bangunan dan persyaratanya tidak memenuhi
standar kelayakan. Pada kondisi seperti ini maka mutu lingkungan di kebanyakan

1
perkampungan kota menjadi rendah. Fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi kehidupan
yang layak kuarang tersedia dan penduduk pun tidak mampu mengusahakan perbaikan
lingkungannya sendiri karena terdesak kemampua ekonomi yang rendah. Sementara
bagian kota yang lain, sejalan dengan laju pertumbuhan kota memicu pertumbuhan
ekonomi dan infrastruktur kota yang ditandai terbentuknya kawasan perdagangan,
kawasan industri, dan kawasan komersial yang memiliki nilai lahan tinggi.

Pertumbuhan pada sektor ini mengakibatkan terjadinya perluasan fungsi kota, dimana
kawasan permukiman (fungsi lain yang bersifat non-komersial) yang berada pada lahan
strategis dan memiliki nilai tinggi cenderung beralih fungsi menjadi kawasan dengan
fungsi komersial yang bernilai jual tinggi. Perkampungan kota biasanya terletak di pusat
kota yang strategis, mengingat kebutuhan akan kedekatan dengan pusat aktifitas. Hal ini
menarik minat pemilik modal sehingga nilai lahan semakin meningkat. Karena kebutuhan
dan alasan ekonomi memaksa penduduk permukiman yang berada di lahan strategis
menjual lahannya untuk berpindah ke daerah pinggiran kota. Yang kemudian akan memicu
tumbuhnya perkampungan baru yang biasanya padat dan kumuh. Keadaan ini
dikawatirkan memicu munculnya ciri dualisme kota yang terlihat secara fisik, yang
mampu mendesak yang pemilik lahan pemukiman dijadikan gedung perkantoran, pusat
perbelanjaan oleh pemilik modal besar. Dan inilah gejala yang mengarah pada
marginalisasi ruang kota.

Gejala marginalisasi terhadap kota merupakan indikasi untuk hal ini, seperti
persaingan kapital dalam memperebutkan lahan strategi perkotaan sebagai tempat usaha.
Laju pertumbuhan modal/kapital dan perekonomian menginfasi di sebagian kota-kota
besar di negara-negara berkembang, sehingga membuat struktur dan kewilayahan ruang
kota berubah secara dramatis. Perubahan ini ditandai dengan pertumbuhan vertikal,
kepadatan yang semakin tinggi, meluasnya ruang wilayah kota, pembangunan gedung-
gedung bertingkat dan hal-hal yang memicu tingginya nilai lahan. Disisi lain kebutuhan
akan perumahan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, baik
karena factor kelahiran maupun faktor urbanisasi. Kebutuhan akan hunian menjadi beban
persoalan, terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah.

2
Keadaan ini, akan menimbulkan persaingan dengan kelompok masyarakat yang
memiliki kemampuan finansial lebih untuk membeli tanah/lahan, sehingga membuat
masyarakat yang tidak mampu bersaing semakin terpinggirkan keberadaanya. Penyediaan
kebutuhan hunian dengan menghadirkan komplek-komplek perumahan telah diupayakan
pemerintah dan swasta untuk memenuhi salah satu kebutuhan manusia, sekaligus usaha
meningkatkan mutu lingkungan hidup. Namun program pembangunan perumahan yang
telah dijalankan oleh pemerintah selama ini ternyata masih jauh untuk dapat memenuhi
kecakupan akan kebutuhan perumahan yang terus meningat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk. Dan sepertinya kebijaksanaan pemerintah untuk perumahan
masih mengakomodir kalangan menengan keatas (diangap sebagai investasi lahan).

Untuk itu dibutuhkan suatu kebijaksaan yang mampu menghadirkan penciptaan


pemukiman bagi kalangan ekonomi lemah yang berorientasi pada lingkungan dan
penyediaan fasilitas pendukung yang baik. Salah satu upaya pemerintah yaitu dengan
pembangunan rumah – rumah susun. Di Indonesia, sejarah rumah susun telah dimulai
sejak tahun 1980, berawal dengan didirikannya rumah susun di Kelurahan Kebon Kacang,
Kecamatan Tanah Abang Jakarta, letaknya benar-benar di pusat kota. Pembangunan rumah
susun ini kemudian menyebar ke berbagai kota besar lainnya di Indonesia seperti kota
Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta dan kota-kota lainnya. Ide dasar
membangun rumah susun ini adalah merombak kampung-kampung kota yang sangat padat
penduduknya yang dinilai sudah tidak memenuhi syarat lagi untuk dihuni, sementara lahan
yang ada sangat terbatas.

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota yang padat penduduk dengan luas wilayah
yang tidak terlalu besar. Luas kota Balikpapan sekitar 503.305,7 hektare (503,3 km2),
dengan jumlah penduduk saat ini diperkirakan mencapai 600 ribu jiwa lebih. Ini berarti
jumlah penduduk Balikpapan diperkirakan telah mengalami penambahan sebanyak 13 ribu
jiwa. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan memiliki kebijakan
perumahan yang mengarah ke perumahan vertikal atau lebih akrab disebut Rumah Susun.
Pembangunan Rusun sewa sederhana merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota untuk
mengurangi keberadaan pemukiman kumuh, khususnya di wilayah Balikpapan Timur.

3
Pembangunan Rusun sewa sederhana yang dibangun Pemkot Balikpapan berada di
kawasan Manggar dan Sepinggan, wilayah Balikpapan Timur.

1.2 Tujuan
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan rumah susun.
Pembangunan Rumah Susun ini bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan Rumah layak huni
dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di kawasan perkotaan

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penulisan makalah yang berjudul
“Rumah Susun” ini adalah:
1. Dapat mengetahui mengenai efisiensi pembangunan tanah, ruang dan daya
tampung kota.
2. Dapat memberikan solusi bagi masyarakat menengah kebawah mengenai tempat
tinggal yang layak.
3. Serta dapat mengetahui solusi pencegahan adanya kawasan kumuh di daerah
perkotaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah Susun

4
Rusunami adalah singkatan dari rumah susun sederhana milik yaitu bangunan
bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan tempat hunian yang memiliki wc dan
dapur baik menyatu dengan unit maupun bersifat publik dan diperoleh melalui kredit
kepemilikan rumah dengan subsidi maupun tanpa subsidi.

Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun. Kerap dikonotasikan sebagai apartemen
versi sederhana, walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan
sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di
daerah perkotaan. Karena mahalnya harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa
membeli rumah di luar kota, Hal ini adalah pemborosan. Pemborosan terjadi pada :

 pemborosan waktu
 pemborosan biaya

 pemborosan lingkungan (karena pencemaran)

 pemborosan sosial (karena tersitanya waktu untuk bersosialisasi)

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

5
Gambar 1.1 Rumah Susun di wilayah Manggar, Balikpapan

Menurut UU no.16 Tahun 1985 dan PP no.4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun,
disebutkan bahwa Rumah Susun adalah gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian-bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Sedangkan yang
dimaksud rumah susun sederhana sewa (rusunawa) adalah rumah susun sederhana yang
kepemilikannya dengan sistem sewa.

2.2 Standar Kelayakan Rumah Susun


Adapun beberapa standar kelayakan rumah susun yang harus diperhatikan pihak
pengelola sebagai berikut :

1) Kepadatan Bangunan
Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan
yang tepat meliputi luas lahan peruntukan dan kepadatan bangunan

2) Lokasi
Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang,rencana tata bangunan
dan lingkungan, terjangkau layanan transportasi umum, serta dengan
mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

3) Tata Letak

6
Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan, lingkungan,
kawasan dan ruang, serta dengan memperhatikan faktor-faktor kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan dan keserasian.

4) Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian


Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan
terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara secara
alami,kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota.

5) Jenis Fungsi Rumah Susun


Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dandimungkinkan dalam
satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi
usaha.

6) Luasan Satuan Rumah Susun


Luas sarusun minimum 21 m2, dengan fungsi utama sebagai ruang tidur/ruang
serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi dan dapur.

7) Kelengkapan Rumah Susun


Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang menunjang
kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam menjalankan
kegiatan sehari-hari.

8) Transportasi Vertikal
 Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6 lantai,
menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal.
 Rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai,
menggunakan lift sebagai transportasi vertikal. Agar dapat menurunkan
harga sewa dan jual Rusun,pembangunan Rusun juga menerapkan
teknologi bahan bangunan dan konstruksi yang memenuhi standar
pelayanan minimal dari aspek keamanan konstruksi, kesehatan, dan
kenyamanan, yang berbasis potensi sumber daya dan kearifan lokal.
Pemanfaatan potensi sumber daya dan kearifan lokal ini diharapkan
dapat mengurangi beban biaya sosial yang terjadi pada saat persiapan,
pelaksanaan pembangunan, serta biaya operasi dan pemeliharaan
Rusun.

7
Berikut adalah contoh-contoh arsitektur atau desain rumah susun yang layak huni dan
memenuhi sdandar kelayakan yang ditentukan :

Gambar 1.2 Rumah Susun Marunda Jakarta

Gambar 1.3 Rumah Susun Rorotan Jakarta

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Rumah Susun Di Balikpapan


Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada ditambah laju urbanisasi yang
mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin
meningkat, sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini
menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di pusat kota, sehingga mendorong
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang
jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya transportasi, waktu
tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan produktivitas masyarakat.
Sedangkan sebagian masyarakat tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat aktivitas
ekonomi, sehingga menyebabkan ketidakteraturan tata ruang kota dan dapat
menumbuhkan kawasan kumuh baru.

Untuk mendekatkan kembali masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah ke pusat


aktivitas kesehariannya dan mencegah tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan, maka
dibangunlah suatu pembangunan hunian secara vertikal, berupa Rumah Susun (Rusun).

9
Dengan pembangunan rusun di pusat-pusat kota, dengan intensitas bangunan tinggi
diharapkan dapat mendorong pemanfaatan lahan yang lebih efisian dan efektif.
Pembangunan rusun ini diharapkan dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan rumah
yang layak dan terjangkau bagi masyarakat, peningkatan efisiensi penggunaan tanah
sesuai peruntukan dan tata ruang, serta dapat meningkatkan daya tampung, mobilitas,
produktivitas dan daya saing kota.

Kota Balikpapan merupakan kota metropolis dan pembangunan sangat pesat, rumah
susun dan bangunan bertingkat juga semakin bertambah. Sehingga perlu aturan yang
mengatur tentang bangunan tersebut. Ketua DPRD Kota Balikpapan Andi Burhanuddin
Solong mengatakan, peraturan daerah (Perda) tentang rumah susun sudah digodok
beberapa bulan terakhir. Perda tersebut hampir rampung dan diprediksi April mendatang
bisa disahkan dan langsung diberlakukan. Saat ini kata Burhanuddin, Kementerian
Perumahan Rakyat tengah mengkaji dan menganalisis draft Perda Rusun yang telah
diserahkan pada Maret lalu. Dia berharap draf rancangan tersebut tidak mengalami
perubahan sehingga segera disahkan.

3.2 Perbedaan Rumah Susun dengan Rumah Biasa


Sebelum memutuskan untuk memilih rumah susun, maka para konsumen harus dapat
memahami perbedaan hunian rumah susun dan rumah biasa. Bila kita kaji lebih detil,
perbedaan tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-undang no. 14 Tahun 1985 mengenai
Rumah susun dan ada 2 hal yang membedakan secara mendasar yaitu :
 Kepemilikan
Jika Anda membeli unit satuan rumah susun atau apartemen, maka ada dua jenis
kepemilikan, antara lain :
1. Kepemilikan Bersama, yang dimiliki bersama-sama secara proporsional
dengan pemilik rumah susun lainnya, yang terdiri dari :
a) Tanah bersama, adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak
bersama secara tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun dan
ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin bangunan. Yang dapat
dijadikan tanah bersama dalam pembangunan rumah susun adalah
tanah-tanah yang berstatus/bersertifikat hak milik, HGB atau hak pakai.
Mengingat penyelenggara pembangunan (pengembang) berbadan
hukum, maka tanah bersama itu akan bersertifikat induk HGB, yang
nantinya HGB tersebut tidak dipecah tetapi akan diberi keterangan

10
bahwa HGB tersebut telah melahirkan beberapa Sertifikat Hak Milik
Satuan Rumah Susun (SHM Sarusun) dan tidak dapat dialihkan atau
dijaminkan.

b) Bagian bersama, adalah bagian rumah susun (melekat pada struktur


bangunan) yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam satu kesatuan fungsi dengan satuan rumah susun.
Contoh: fondasi, atap, lobi, lift, saluran air, jaringan listrik, gas, dan
telekomunikasi.

c) Benda bersama, adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah


susun (tidak melekat pada struktur bangunan), tetapi dimiliki bersama
secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama. Contoh: tanah, tempat
parkir, kolam renang yang di luar struktur, dan lain-lain.

2. Kepemilikan Perseorangan, adalah hak kepemilikan atas unit Sarusun


ruangan dalam bentuk geometrik tiga dimensi yang dibatasi oleh dinding
dan digunakan secara terpisah atau tidak secara bersama-sama. Adapun
dinding yang menopang struktur bangunan merupakan bagian bersama, hak
ini akan tergambar dalam pertelaan rumah susun tersebut dan luas/ukuran
unit Sarusun akan diuraikan dalam SHM Sarusun-nya. Pada poin ini, Anda
harus berhati-hati karena untuk pre- project selling luas ukuran belum
diketahui secara pasti.

 Pengelolaan
Menurut peraturan perundangan, para pihak yang terlibat dalam pembangunan dan
pengelolaan rumah susun adalah:

1. Penyelenggaraan pembangunan, dalam hal ini adalah pengembang.


2. Perhimpunan penghuni, yang akan dibentuk para penghuni (owner unit)
dengan dibantu oleh penyelenggara pembangunan dan dituangkan dalam suatu
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang wajib dipatuhi oleh para
penghuni/pemilik.

11
3. Badan Pengelola, yang akan ditunjuk oleh perhimpunan penghuni untuk
mengelola Rumah susun tersebut dengan upah dan biaya-biaya yang akan
disetujui oleh Rapat Umum Anggota Perhimpunan penghuni. Badan pengelola
ini dapat saja dibentuk oleh perhimpunan sendiri, tetapi lazimnya pengelolaan
diserahkan kepada properti manajemen yang profesional.

4. Penghuni, dalam hal ini para pemilik unit Sarusun yang akan menjadi anggota
Perhimpunan Penghuni dan memiliki hak suara dalam menentukan jalannya
pengelolaan.

Konsekuensi dari adanya hak bersama, tentunya ada pula kewajiban bersama untuk
menjaga, merawat, dan mengoperasikan benda-benda/bagian-bagian bersama tersebut.
Oleh karenanya, kewajiban para penghuni untuk menanggung biaya yang meliputi Biaya
Pengelolaan (Service Charge) untuk pembayaran operasional bulanan berupa pembayaran
listrik, air, keamanan dan lainnya yang bersifat pengeluaran bulanan dan Dana Cadangan
(Sinking Fund), yang akan dipergunakan untuk perbaikan-perbaikan besar rumah susun.
Contoh, pengecatan (repainting), lift atau penggantian/up grade M/E, dan lain-lain.

Hal-hal semacam di atas tidak dikenal dalam kepemilikan/pengelolaan Single House,


dan tentu saja apa yang dirasakan sungguh berbeda dengan rumah tinggal biasa. Terutama
faktor yang terpenting adalah saling pengertian antara pemilik satuan unit rumah susun
yang satu dengan yang lain. Karena dengan adanya pengertian tersebut, maka hidup
berdampingan dalam satu gedung yang hanya dibatasi oleh dinding pembatas dapat tetap
dirasakan kenyamanannya

3.3 Tujuan Pembangunan Rumah Susun Di Balikpapan


Jumlah penduduk Balikpapan makin lama makin meningkat, hal ini dipicu beberapa
faktor diantaranya sebagai kota terbuka yang mengandalkan jasa, perdagangan dan
pariwisata sehingga membuat warga pendatang tertarik untuk melakukan kegiatan usaha
atau mencari nafkah.

Rumah susun dibangun bukan tanpa tujuan. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
dalam pembangunan rumah susun. Pembangunan Rusun bertujuan untuk pemenuhan

12
kebutuhan Rusun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-
bawah di kawasan perkotaan, sehingga akan berdampak pada:
1) Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya tampung kota;
2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan menengah-bawah dan
pencegahan tumbuhnya kawasan kumuh perkotaan;
3) Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas perkotaan;
4) Peningkatan produktivitas masyarakat dan daya saing kota;
5) Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah.
6) Peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Tapi yang menjadi titik permasalahan mengenai rumah susun ini, disebabkan karena
tidak terlaksananya tujuan-tujuan di atas dan terkadang terjadi pergeseran. Pergeseran
dalam arti, rumah susun yang seharusnya diperuntukkan bagi kalangan penduduk
menengah ke bawah malah digunakan oleh penduduk golongan atas untuk kepentingan
bisnis. Artinya, pembangunan rumah susun ini salah sasaran. Serta harga yang seharusnya
murah dan terjangkau seringkali dinaikkan oleh oknum-oknum tertentu demi kepentingan
komersial.

Rusun sewa sederhana yang dibangun Pemkot Balikpapan saat ini masih terkendala
fasilitas pendukung yakni belum adanya fasilitas listrik yang saat ini masih diupayakan
kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN), serta masih menunggu sambungan air dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pembangunan rusun sewa sederhana untuk
merelokasi masyarakat di pemukiman kumuh, dimana rusun sewa sederhana yang
dibangun di Manggar memiliki 84 kamar, serta 96 kamar di Sepinggan.

Rusun sewa sederhana akan diprioritaskan untuk masyarakat yang berpenghasilan


rendah dan belum memiliki tempat pemukiman yang layak, tambahnya. Terutama untuk
masyarakat berpenghasilan Rp2 juta ke bawah, juga akan diberi kesempatan untuk bisa
mendapatkan kamar di rusun sewa sederhana.

Namun syarat utama bagi masyarakat yang ingin memiliki salah satu kamar di rusun
sewa sederhana yang dibangun oleh pemkot adalah telah berkeluarga. "Kami tidak
membebankan biaya sepeserpun kepada peminat rusun sewa sederhana yang telah
memenuhi persyaratan, hanya saja akan dibebankan biaya pengelolaan yang akan ditarik

13
setiap bulan, mengenai nilai nominalnya belum dapat ditentukan, namun diperkirakan
Rp300 ribu.

3.4 Manfaat Pembangunan Rumah Susun Di Balikpapan

Keberadaan rumah susun membuat para penduduk golongan menengah ke bawah bisa
bernapas lega karena tersedianya hunian yang murah yang pada dasarnya memang
diperuntukkan bagi mereka. Rumah susun memiliki banyak manfaat dan keuntungan
untuk dijadikan pilihan sebagai tempat tinggal. Adapun manfaat rumah susun adalah
sebagai berikut:

 Untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan


rendah di pusat kota dengan melihat keterbatasan lahan dan harga lahan yang
tinggi.
 Untuk pemukiman kembali atau peremajaan permukiman kumuh dan
penertiban perumahan kumuh ilegal.
 Meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam usaha pemenuhan kebutuhan
pokok akan perumahan yang layak dengan harga yang murah serta terjangkau
oleh daya beli masyarakat golongan menengah ke bawah.
 Satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan
fungsi usaha. Fungsi hunian artinya rumah susun dapat dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal yang layak huni. Sedangkan fungsi usaha yang dimaksud
disini, rumah susun dapat dijadikan tempat tinggal sekaligus tempat berusaha
dalam bentuk bisnis kecil- kecilan,contohnya: ruko (untuk usaha dagang),dsb.

3.5 Fenomena Perilku Penyesuaian Penghuni Terhadap Lingkungan


 Penghuni cenderung lebih menyenangi bergerak secara Horizontal. Keberadaan
fasilitas ruang publik pada setiap lantai seperti tangga,selasar,tempat jemur,teras
dan ruang komunal ,cukup berperan dalam mengarahkan penghuni lebih banyak
bergerak dan berhubungan social.
 Fasilitas Ruang Publik pada setiap lantai mendorong penghuni untuk
memanfaatkan kepemilikan pribadi (Intervensi dan Territori pada Ruang Publik)
 Fasilitas Ruang publik pada lantai dasar (ruang komunal) kurang optimal
,menjadikan daerah ini lebih sepi dan mendorong penghuni untuk berperilaku
kurang baik.

14
3.6 Teori Prilaku dan Lingkungan
 Heimsath memberikan pengertian perilaku :
Perilaku manusia didalam lingkungan merupakan proses interaksi antara manusia
dan lingkungan yang melibatkan motivasi dan kebutuhan-kebutuhan individual
maupun sosial.
 Rapoport dan O H.Summers memberikan pengertian perilaku sebagai :
Kemungkinan sikap yang diambil dalam menganalisis pengaruh lingkungan fisik
pada perilaku adalah:
 Environment Determinism, yaitu pandangan yang beranggapan lingkungan
fisik menentukan perilaku. Pada pandangan ini manusia dituntut
mempunyai kemampuan adaptasi yang besar.
 Possibilism, yaitu pandangan bahwa lingkungan fisik memungkinkan dan
membatasi manusia melakukan kegiatan yang terutama didasarkan pada
criteria
 Cognition(Pengenalan):merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan –
kegiatan persepsi , imajinasi, berpikir, nalar (reasoning),pengambilan
keputusan yang di pengaruhi oleh lingkungan fisik, lingkungan social,
kebudayaan,stratifikasi, pengalaman dan pendidikan individu.
 Perception merupakan hasil pengalaman (stimulus) lingkungan yang
langsung dikaitkan dengan suatu arti/makna.
 Motivation(alasan),yaitu sesuatu yang erat kaitannya dengan kondisi fisik
psikologis individu yang bersifat energetic, keterangsangan, keterarahan.
 Attitude, yaitu sikap atau pendirian hasil kognisi individu yang
mempengaruhi motivasi dan tindakan perilakunya terhadap lingkungan.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa keberadaan rumah susun adalah alternative yang tepat untuk
dijadikan sebagi hunian tempat tinggal bagi penduduk kelas ekonomi menengah ke bawah
yang mengalami permasalahan mengenai kurangnya lahan dan semakin mahalnya semua
kebutuhan. Rumah susun sangat membantu dan perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar
memang rumah susun ini tepat sasaran dan mampu mengurangi angka tunawisma
khususnya di daerah perkotaan serta menekan peningkatan jumlah gelandangan dan
pemukiman kumuh yang semakin lama terus bertambah. Rumah susun telah memenuhi
syarat-syarat ideal suatu hunian layak huni.

4.2 Saran

Rumah susun memang adalah pilihan yang tepat, hanya yang harus diperhatikan
adalah pemeliharaan dan pengelolaannya khususnya di bagian keamanan dan kebersihan,
serta standar kesehatannya.

Di bidang keamanan, pengawasan berupa adanya security sangat penting mengingat


kasus kriminalitas yang marak terjadi di lingkungan rumah susun.

Kebersihan menjadi syarat mutlak bagi suatu hunian jadi pengelolaan kebersihan harus
terus dilakukan agar menjadi kawasan tempat tinggal yang asri dan sesuai dengan standar
kesehatan. Jangan sampai rumah susun menjadi sumber penularan penyakit. Karena
mengingat jarak tempat tinggal yang cenderung berhimpitan bisa terjadi penularan
penyakit secara sangat cepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,2011,Dekorasi Rumah,
http://dekorasirumahkita.blogspot.com/2010/10/artikel-rumah-susun-2892007-
kilasan.html

Anonymous, 2011, Rumah Susun, http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_susun

Anonymous, 2011, Perbedaan Rumah Susun dan Rumah Biasa,


http://www.propertykita.com/articles-detail.html?artikel=164

Ayu, R., 2010, Analisa Manfaat Biaya Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
Kali Kedinding Surabaya, Institut Teknologi Sepoluh November, Surabaya

Dama, Alfred, 2010, Perda Rumah Susun Balikpapan Disahkan, Tribun Kaltim,
Balikpapan

Djunaidi, A., dan Karwur, H., 2009, Manfaat Rumah Susun, Fakultas Kedokteran
Program Studi Kedokteran Gigi, Universitas Sam Ratulangi, Manado

M.P., Nugroho, B.F., 2008, Rumah Susun Sewa Di Kawasan Industri Kabupaten
Karanganyar, Universitas Muhamadiyah, Surakarta

17

You might also like