You are on page 1of 226

LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

i
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah

selesainya penyusunan Laporan Tahunan Tahun 2017 edisi Tahun 2018 Dinas

Kesehatan Kota Padang ini. Dokumen ini memuat informasi Visi, Misi, Tupoksi,

indikator kinerja, capaian program dan kegiatan yang dilaksanakan Tahun 2017.

Laporan Tahunan Tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Padang ini masih

jauh dari sempurna, hal ini disebabkan adanya berbagai hambatan baik dari segi

data maupun sumber daya manusianya. Untuk itu kami mengharapkan tanggapan,

saran dan masukan dari berbagai pihak dalam penyempurnaannya di masa yang

akan datang.

Dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017 ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Mei 2018

i
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 3
2.1. Geografi .................................................................................................... 3
2.2. Demografi ................................................................................................. 4
2.3. Sarana Dan Prasarana Pelayanan Kesehatan ............................................ 4
BAB III VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI ...................................................... 7
3.1. Visi Dan Misi Pembangunan Kesehatan Kota Padang ............................. 7
3.2. Tujuan Dan Sasaran .................................................................................. 7
3.3. Strategi Dan Kebijakan ............................................................................. 8
BAB IV KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK
DAN FUNGSI ....................................................................................... 11
4.1. Kedudukan .............................................................................................. 11
4.2. Struktur Organisasi ................................................................................. 11
4.3. Tugas Pokok Dan Fungsi ........................................................................ 14
BAB V PROGRAM DAN INDIKATOR KESEHATAN ............................... 41
5.1. Program Kesehatan ................................................................................. 41
5.2. Indikator Kesehatan ................................................................................ 47
BAB VI PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2017 ............ 48
6.1. Pembiayaan Bersumber APBD Kota Padang ......................................... 48
6.2. Pembiayaan Bersumber Selain APBD Kota Padang .............................. 49
BAB VII PENCAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN ............................ 50
7.1. Sekretariat ............................................................................................... 51
7.2. Bidang Kesehatan Masyarakat.................................................................55
7.3. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit .....................................89
7.4. Bidang Pelayanan Kesehatan ................................................................. 126
7.5. Bidang Sumber Daya Kesehatan ........................................................... 164
BAB VIII MASALAH DAN UPAYA YANG DILAKUKAN ....................... 188
BAB IX PENUTUP ........................................................................................... 217

ii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Tabel Hal
Tabel
Tabel 3.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan 7
Anggaran Program Kesehatan Bersumber APBD Kota Padang
Tabel 6.1 48
Tahun 2017
Tabel 6.2 Sumber-sumber Lain Pembiayaan Kesehatan Tahun 2017 49
Tabel 7.1 Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan Tahun 2017 50
Tabel 7.2 Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2017 51
Tabel 7.3 Lokasi dan jadwal Pemicuan CLTS Kota Padang Tahun 2017 82

Tabel 7.4 Kegiatan Kesehatan Pekerja Tahun 2017 88

Tabel 7.5 Kegiatan Kesehatan Olah Raga Tahun 2017 89


Tabel 7.6 Gambaran kasus DBD Kota Padang Tahun 2012-2017 107
Tabel 7.7 Kasus DBD per Kecamatan Kota Padang Tahun 2012-2017 108
Sasaran dan Target Penduduk ≥15 Tahun Kota Padang Tahun
Tabel 7.8 117
2017
Jumlah Kasus dan Kunjungan Penderita Hipertensi Kota Padang
Tabel 7.9 118
Tahun 2017

Jumlah Kasus Dan Kunjungan Penderita Diabetes Mellitus Kota


Tabel.7.10 120
Padang Tahun 2017

Jumlah Kasus Dan Kunjungan Penderita Obesitas Kota Padang


Tabel.7.11 121
Tahun 2017

Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode Iva


Tabel 7.12 123
dan Deteksi Dini Kanker Payudara di Kota Padang Tahun 2017
Tabel 7.13 Kunjungan Kasus Gangguan Jiwa di Puskesmas Tahun 2017 124
Data Kunjungan Rawat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis
Tabel 7.14 127
Kunjungan Jalan Puskesmas sekota Padang Tahun 2017
Data Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas se Kota Padang
Tabel 7.15 128
berdasarkan Jenis Kepesertaan dan Jenis Kelamin tahun 2017
Data Kunjungan Rawat Inap Pada Puskesmas Rawat Inap
Tabel 7.16 129
Puskesmas se Kota Padang tahun 2017

iii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Data Cakupan Kunjungan Rawat Inap pada Puskesmas Rawat Inap


Tabel 7.17 129
Se Kota Padang Tahun 2017
Cakupan Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas se Kota
Tabel 7.18 130
Padang Tahun 2017

Cakupan Kunjungan Kasus Penyakit Indera Penglihatan di


Tabel 7.19 131
Puskesmas Kota Padang Tahun 2017

Cakupan Kunjungan Penyakit Indera Pendengaran di Puskesmas


Tabel 7.20 132
se Kota Padang tahun 2017

Cakupan Program Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Se Kota


Tabel 7.21 133
Padang Tahun 2017

Data Rasio Tumpatan Gigi Tetap dibanding Pencabutan Gigi


Tabel 7.22 134
Tetap Puskesmas se Kota Padang tahun 2017

Data Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Siswa SD dan


Tabel 7.23 135
Sederajat di Puskesmas se Kota Padang tahun 2017

Data Jumlah Keluarga Binaan dan Jumlah Kunjungan ke Keluarga


Tabel 7.24 136
Binaan Puskesmas se Kota Padang tahun 2017
Data Pencapaian Jumlah Kasus Dalam Keluarga Binaan Program
Tabel 7.25 Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas se Kota Padang 137
Tahun 2017

Data Cakupan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat


Tabel 7.26 137
Berdasarkan Indikator Penilaian Output Kegiatan Tahun 2017
Data Cakupan Kegiatan Laboratorium Puskesmas di Kota Padang
Tabel 7.27 138
Tahun 2017
Data Jumlah Kematian Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas dan
Tabel 7.28 140
Jenis Kelamin Tahun 2017
Data Kematian Berdasarkan Diagnosis Klinis Kemungkinan
Tabel 7.29 141
Penyebab Kematian di Puskesmas se Kota Padang tahun 2017
Data Rekapan Pemberian Rekomendasi Izin Klinik, Optik dan
Tabel 7.30 142
Laboratorium di Kota Padang tahun 2017
Data Rekapan Proses Pemberian Izin Klinik, Optik dan Laboratorium 142
Tabel 7.31 Berdasarkan Berkas Permohonan yang Diterima Tahun 2017

Data Pelayanan Kesehatan Tradisional di Puskesmas se kota


Tabel 7.32 144
Padang Tahun 2017

Tabel 7.33 Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan SPA di Padang tahun 2017 145

iv
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.34 Data Penyehat Tradisional Kota Padang Tahun 2017 146
Rekapitulasi Hasil Credensialing dan Rekredensialing RS Tahun
Tabel 7.35 148
2017
Tabel 7.36 Ketentuan Kelulusan Akreditasi Puskesmas 155
Nama Puskesmas, Tanggal Survei dan Status Akreditasi
Tabel 7.37 156
Puskesmas Tahun 2017
Tabel 7.38 Kegiatan Pendampingan Pasca Akreditasi Puskesmas Tahun 2017 157
Peserta Workshop Audit Internal dan Tinjauan Manajemen
Tabel 7.39 158
PuskesmasTahun 2017
Tabel 7.40 Peserta Workshop Keselamaatan Pasien Tahun 2017 159
Jumlah Sarana yang Dikunjungi Dalam Rangka Pemberian
Bimbingan Teknis Serta Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan di
Tabel 7.41 162
Bidang Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu pada
Tahun 2017
Tahapan Kegiatan Surveilance Audit ISO 9001:2008 Dinas
Tabel 7.42 163
Kesehatan Kota Padang Tahun 2017
Tahapan Kegiatan Penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga
Tabel 7.43 164
Kesehatan Teladan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017
Tabel 7.44 Kasus Keracunan di Kota Padang Tahun 2017 165

Data Pegawai yang Sedang Melanjutkan Pendidikan di


Tabel 7.45 170
Lingkungan DKK Padang Sampai Tahun 2017
Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Mengikuti Program RPL Tahun
Tabel 7.46 172
2017
Tabel 7.47 Jumlah Kepesertaan JKN Kota Padang Perbulan Tahun 2017 178
Jumlah Kunjungan dan Rujukan Peserta JKN Berdasarkan Jenis
Tabel 7.48 180
Kelamin Se Kota Padang tahun 2017
Kunjungan dan Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional Masyarakat
Tabel 7.49 182
Miskin Sekota Padang Tahun 2017

Kunjungan Peserta Baru PBI APBD dan PBI APBN Puskesmas


Tabel 7.50 184
se-Kota Padan Tahun 2017

Realisasi Kegiatan Berdasarkan Pembiayaan Bersumber APBD


Tabel 7.51 185
Kota Padang Tahun 2017
Realisasi Kegiatan Berdasarkan Pembiayaan Bersumber APBN
Tabel 7.52 186
Kota Padang Tahun 2017

v
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

DAFTAR GRAFIK

Nomor
Grafik Judul Grafik Hal

Grafik 7.1 Cakupan D/S Balita per Puskesmas Kota Padang Tahun 2017 56
Grafik 7.2 Cakupan ASI Eksklusif Di Puskesmas Kota Padang Tahun 2017 57
Cakupan Garam Beryodium Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun
Grafik 7.3 58
2017
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Di Puskesmas Kota Padang
Grafik 7.4 59
Tahun 2017
Balita Bawah Garis Merah (BGM) Dinas Kesehatan Kota Padang
Grafik 7.5 62
Tahun 2017
Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Baru Masuk Sekolah Dinas
Grafik 7.6 63
Kesehatan Kota Padang Tahun 2013 s/d 2017

Grafik 7.7 Cakupan K4 Ibu Hamil Puskesmas Kota Padang Tahun 2017 64

Cakupan Kunjungan KF3 dan KN Lengkap Kota Padang Tahun


Grafik 7.8 66
2013 – 2017
Grafik 7.9 Cakupan Peserta KB Aktif per Puskesmas Tahun 2017 66
Pencapaian KN 1 dan Neonatus Komplikasi yang tertangani di Kota
Grafik 7.10 67
Padang tahun 2013 – 2017
Pencapaian Kunjungan Bayi dan Kunjungan Balita ke Pelayanan
Grafik 7.11 68
Kesehatan di Kota Padang tahun 2013 – 2017
Cakupan SDIDTK Bayi Dan Balita Kontak I Puskesmas Se Kota
Grafik.7.12 69
Padang Tahun 2017
Persentase TTU Kota Padang Tahun 2017 Yang Memenuhi Syarat
Grafik 7.13 76
Kesehatan
Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Di Kota Padang
Grafik 7.14 78
Tahun 2017
Persentase Penduduk Yang Mengakses Air Minum Berkualitas Di
Grafik 7.15 79
Kota Padang Tahun 2017
Persentase Cakupan Rumah Sehat sesuai SPL Per Puskesmas Tahun
Grafik 7.16 84
2017

vi
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Persentase SPAL yang Memenuhi Syarat Per Puskesmas Tahun


Grafik 7.17 85
2017
Persentase Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Memenuhi
Grafik 7.18 86
Syarat Per Puskesmas Tahun 2017
Grafik 7.19 Tren Penemuan Kasus AFP Kota Padang 92
Grafik 7.20 Cakupan Imunisasi HB-0 Di Kota Padang Tahun 2017 93

Grafik 7.21 Cakupan Imunisasi BCG Di Kota Padang Tahun 2017 94


Grafik 7.22 Cakupan Imunisasi DPTHB-Hib3 Di Kota Padang Tahun 2017 95
Grafik 7.23 Cakupan Imunisasi Polio 4 Di Kota Padang Tahun 2017 95
Grafik 7.24 Cakupan Imunisasi Lengkap Campak Di Kota Padang Tahun 2017 96
Grafik 7.25 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Kota Padang Tahun 2017 96
Grafik 7.26 Cakupan Kelurahan UCI Di Kota Padang Tahun 2017 97
Grafik 7.27 Cakupan Imunisasi Batita DPTHBHib Kota Padang Tahun 2017 97
Grafik 7.28 Cakupan Imunisasi Batita Campak di Kota Padang Tahun 2017 98
Grafik 7.29 Cakupan BIAS Campak Kota Padang Tahun 2017 98
Grafik 7.30 Cakupan BIAS DT dan Td Kota Padang Tahun 2017 99
Grafik 7.31 Cakupan Imunisasi TT Bumil dan WUS Tahun 2017 99
Persentase Kasus TB Kota Padang Berdasarkan Pemeriksaan
Grafik 7.32 101
Mikroskopis Tahun 2017
Grafik 7.33 Gambaran kasus TB Kota Padang tahun 2011-2016 101
Grafik 7.34 Pencapaian Angka Kesembuhan TB Kota Padang Tahun 2017 102
Grafik 7.35 Succes Rate Program TB Kota Padang Tahun 2017 103

Grafik 7.36 Gambaran Kasus HIV dan AIDS Kota Padang Tahun 2011 – 2016 104
Grafik 7.37 Cakupan Testing HIV Kota Padang Tahun 2017 105
Perbandingan Kasus HIV AIDS Menurut Golongan Umur Kota
Grafik 7.38 105
Padang Tahun 2017
Perbandingan Kasus AIDS di Kota Padang Berdasarkan Pekerjaan
Grafik 7.39 106
Tahun 2016 dan 2017
Perbandingan Kasus Gigitan HPR dan yang Mendapat VAR di Kota
Grafik 7.40 109
Padang tahun 2012 S/D Tahun 2016
Kasus Gigitan HPR dan Pemberian VAR per Puskesmas Kota
Grafik 7.41 109
Padang Tahun 2017

vii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Penemuan Penderita Pneumoni per Puskesmas di Kota Padang


Grafik 7.42 110
Tahun 2017
Penemuan dan Penanganan Kasus Diare di Kota Padang Tahun
Grafik 7.43 111
2017
Grafik 7.44 Kasus Diare Kota Padang per Golongan Umur Tahun 2017 111
Grafik 7.45 Distribusi Kasus Malaria Kota Padang Tahun 2017 112
Grafik 7.46 Kasus Lama Filariasis di Kota Padang 113
Grafik 7.47 Capaian POMP Filariasis Kota Padang Tahun 2016 113

Grafik 7.48 Capaian Survey TAS Filarisis Kota Padang Tahun 2017 114

Grafik 7.49 Hasil Pemberian Obat Cacing Kota Padang Tahun 2017 115

Grafik 7.50 Data Gambaran Kasus Kusta Kota Padang Tahun 2012-2016 115

Grafik 7.51 Bed Occupancy Ratio Rumah Sakit Umum Tahun 2017 150
Grafik 7.52 Bed Occupancy Ratio RSIA Tahun 2017 150
Grafik 7.53 Average Length of Stay (Avlos) Rumah Sakit se Kota Padang 151

Grafik 7.54 Average Length of Stay (Avlos) RSJ di Kota Padang 151

Grafik 7.55 Average Length of Stay (Avlos) RSIA di Kota Padang 152

Jumlah Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional Dinas Kesehatan


Grafik 7.56 179
Kota Padang Tahun 2017
Grafik 7.57 Kunjungan Peserta JKN Per Puskesmas Tahun 2017 181

Rujukan Peserta JKN Per Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Padang


Grafik 7.58 181
tahun 2017

Sepuluh Penyakit Terbanyak Kunjungan Peserta JKN Puskesmas se


Grafik 7.59 183
Kota Padang Tahun 2017
Sepuluh Penyakit Terbanyak Rujukan Peserta JKN Puskesmas se-
Grafik 7.60 184
Kota Padang Tahun 2017

viii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud. Berkaitan dengan
hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Komitmen pemerintah untuk memenuhi hak atas kesehatan dan mencapai
sasaran MDGs yang dilanjutkan dengan SDGs telah diintegrasikan di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 yang dijabarkan dalam
RPJMN 2015 – 2019. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya
pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem
kesehatan.
Salah satu alat transformasi data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota
Padang adalah laporan tahunan, yang berisi data tahunan dari hasil pembangunan
kesehatan. Laporan Tahunan ini menampilkan capaian pelaksanaan Pembangunan
bidang Kesehatan dalam rangka menjawab Visi Pembangunan Kesehatan Kota
Padang yakni “Mewujudkan Masyarakat Kota Padang Sehat Tahun 2019”.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan penyediaan obat
dan perbekalan, upaya kesehatan masyarakat, pengawasan obat dan makanan,
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, perbaikan gizi masyarakat,
pengembangan lingkungan sehat, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular, standarisasi pelayanan kesehatan, pengadaan peningkatan dan perbaikan

1
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya, kemitraan


peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan anak balita,
peningkatan pelayanan kesehatan lansia, peningkatan keselamatan ibu melahirkan
dan anak, peningkatan pelayanan kesehatan anak sekolah dan asuransi kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
pendekatan, kebijakan, dan strategi program yang tepat serta sasaran yang jelas.
Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, maka
upaya-upaya pembangunan kesehatan diselenggarakan secara terintegrasi sejak
dari perencanaan sampai ke pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya. Upaya
yang diakukan tersebut dengan memperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) serta kerjasama lintas sektoral.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Laporan Tahunan disusun untuk memberikan gambaran dan informasi
tentang hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai oleh Pemerintah Kota
Padang khususnya Dinas Kesehatan Kota Padang selama tahun 2017. Laporan
tahunan Dinas Kesehatan ini di susun dari data-data laporan kegiatan yang didapat
dari masing-masing bidang dan bagian yang ada di Dinas Kesehatan Kota
Padang.

2
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 GEOGRAFI
Kota Padang memiliki luas keseluruhan 695,10 Km2, secara geografis
terletak pada bagian pantai Barat Sumatera pada posisi 000 44 „ 00„‟- 01‟08” 35”
Lintang Selatan dan 1000 05‟ 05” – 100‟ 34‟ 09” Bujur Timur.. Secara geogafis
Kota Padang merupakan perpaduan dataran rendah dan perbukitan serta aliran
sungai dan pulau – pulau, dengan uraian 21 buah sungai (5 sungai besar dan 21
sungai kecil) dengan sungai terpanjang yaitu batang kandis sepanjang 20 km.
Terdapat 19 buah pulau yang tersebar di beberapa kecamatan dengan pemanfaatan
lahan produktif 180 km2 sedangkan panjang pantai 68.126 Km.
Tingkat curah hujan Kota Padang selama tahun 2016 mencapai rata -rata
421,17 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 23 hari. Sementara itu temperatur
o
Kota Padang cukup rendah bila di bandingkan tahun sebelumnya yaitu antara 23,1 C –
o
31,8 C dengan kelembaban berkisar antara 71 – 97 persen (PDA, 2017).
Wilayah Kota Padang memiliki ketinggian yang bervariasi menurut
kecamatannya, yaitu antara 0 – 1853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi
adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan
wilayah yang paling luas yaitu 100,80 km2, diikuti dengan Kecamatan Koto
Tangah, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Lubuk Kilangan. Sedangkan
Kecamatan Padang Barat dengan luas wilayahnya yang relative kecil.
Kota Padang Secara administrasi terdiri dari 11 Kecamatan dan memiliki
104 kelurahan, sedangkan ecamatan yang memiliki paling banyak kelurahan
adalah Kecamatan Lubuk Begalung yaitu 15 Kelurahan. Batas Kota Padang di
sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Selatan
berbatas dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah timur berbatas dengan
Kabupaten Solok, sebelah barat berbatas dengan Samudra Indonesia (BPS Kota
Padang, 2017).

3
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

2.2 DEMOGRAFI
Proyeksi penduduk Indonesia yang dilakukan oleh BPS untuk tahun 2010-
2035, berdasarkan hal tersebut kemudian diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI dan
DKK Kota Padang maka jumlah penduduk Kota Padang pada tahun 2017
sebanyak 927.011 jiwa yang terdiri dari 463.116 jiwa laki-laki dan 463.895 jiwa
perempuan. Kecamatan Koto Tangah merupakan Kecamatan yang memiliki
penduduk terbanyak yaitu 181.804 jiwa dan Kecamatan Bungus memiliki
penduduk yang paling sedikit yaitu 25.495 jiwa.
Laju pertambahan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah
penduduk dimasa yang akan datang, sehingga pemerintah dapat membuat
kebijakan pembangunan sesuai keadaan kependudukan. Secara umum laju
pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir (tahun 2010 – 2015) adalah
sebesar 8,26 % (PDA 2016). Kecamatan yang tertinggi laju pertumbuhan
penduduknya adalah Kecamatan Pauh sebesar 15,59% disusul kecamatan Kuranji
yaitu sebesar 11,53% % sedangkan laju pertambahan penduduk yang paling
rendah adalah kecamatan Padang Barat sebesar 1,16%.
Menurut PDA 2017 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling
tinggi kepadatan pendudukya yaitu 9.732/km2 dan daerah terendah tingkat
kepadatan penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 245/ km2.

2.3 SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN KESEHATAN


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu merupakan hal
yang penting.
2.3.1 Sarana Kesehatan
2.3.1.1 Puskesmas
Fasilitas pelayanan yang tersedia di kota Padang saat ini, secara umum
sudah memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Pada tingkat
pelayanan dasar, saat ini terdapat 23 unit Puskesmas yang terletak pada 11
kecamatan di Kota Padang, tetapi terdapat satu Puskesmas yaitu Puskesmas

4
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Dadok Tunggul Hitam baru mendapatkan nomor registrasi pada Bulan November
Tahun 2017. Diantara 22 unit Puskesmas tersebut terdapat diantaranya 7 unit
Puskesmas rawatan dan 15 Puskesmas non rawatan.
2.3.1.2 Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu didirikan untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan
kesehatan sampai ke daerah yang sulit dijangkau dan juga memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan. Total Puskesmas Pembantu yang ada pada tahun 2017
adalah 61 buah.
2.3.1.3 Poskeskel
Jumlah Poskeskel tahun 2017 berjumlah 82 buah, tetapi yang memiliki
bangunan sampai tahun 2017 adalah sebanyak 29 buah, sedangkan Poskeskel
yang belum mempunyai bangunan berjumlah 63 unit. Poskeskel yang belum
mempunyai bangunan dan yang telah mempunyai bangunan beroperasi dan
menyebar pada Kelurahan di Kota Padang. Poskeskel yang telah mempunyai
bangunan dibangun dengan dana APBD, Swadaya masyarakat dan PNPM
mandiri, sedangkan Poskeskel yang belum ada bangunannya untuk sementara
beroperasi pada pustu atau kantor lurah yang ada di Kota Padang.
2.3.1.4 Puskesmas Keliling
Sarana transportasi pendukung pelayanan Puskesmas antara lain Puskesmas
keliling (kendaraan roda 4) hingga tahun 2017 berjumlah 25 unit. Artinya setiap
Puskesmas sudah didukung fasilitas Puskesmas keliling roda 4 sebanyak 1 unit.
2.3.1.5 Sarana dan prasaran lain
a. Rumah Sakit Umum : 13 buah.
b. Rumah Sakit Khusus : 14 buah
c. Balai Pengobatan/ Klinik : 124 buah
d. Praktek Dokter Perorangan : 152 buah (Memiliki SIP)
e. Posyandu Aktif : 739 buah
f. Apotek : 207 buah
g. Toko Obat : 21 buah
h. GFK : 1 buah

5
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

2.3.1.6 Tenaga Kesehatan


Jumlah tenaga di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun
2017 adalah 1.240 orang yang terdiri dari 1.107 orang PNS, tenaga kontrak /honor
Pemko 25 orang, tenaga PTT 34 orang dan tenaga volunter sebanyak 74 orang.

6
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI

3.1 Visi Dan Misi Pembangunan Kesehatan Kota Padang


Visi Pembangunan Kesehatan Kota Padang yakni ” Mewujudkan
Masyarakat Kota Padang Sehat 2019 ” yang mengacu pada RPJK-K Tahun
2005-2025 dan RPJMD Kota Padang Tahun 2014-2019, dengan misi
”Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna”

3.2 TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan adalah meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat dengan indikator “Angka Harapan Hidup”.
Untuk memberikan arah dan tolok ukur yang jelas dari tujuan yang telah
dirumuskan, serta agar dapat menggambarkan secara spesifik hasil yang akan
dicapai, maka tiap tujuan tersebut ditetapkan sasarannya, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan
Indikator Indokator Target
No Tujuan Sasaran Satuan
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Angka
derajat kesehatan Harapan Th 73,19 73,19 73,19 73,19 73,19
masyarakat Hidup
Persentase
1. Menurunkan kasus
kematian ibu saat % 0,10 0,10 0,10
kematian ibu
melahirkan
2. Menurunkan angka
Incident rate % 80 75 70
kesakitan
3. Menurunkan kasus Persentase kasus
% 6,50 6,40 6,30
kematian bayi kematian bayi
4. Meningkatnya
Org/hr
layanan kesehatan Visite rate 2,5 2,8 2,8
/pusk
pada masyarakat
5. Pemenuhan obat Persentase
dan perbekalan ketersediaan obat % 91 92 93
kesehatan di Puskesmas
6. Meningkatnya
akuntabilitas Nilai LAKIP
Skor Baik Baik Baik
keuangan dan DKK Padang
kinerja

7
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

3.2 STRATEGI DAN KEBIJAKAN


3.3.1 Strategi
Tujuan dan sasaran akan terlaksana jika didukung oleh sasaran dan
kebijakan yang tepat. Dinas Kesehatan sebagai unit kerja Pemerintah Kota
Padang memiliki strategi pembangunan kesehatan dengan mengoptimalkan
kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang- peluang yang ada, mengatasi
berbagai kelemahan dan meminimalkan faktor-faktor yang mengancam, Strategi
tersebut antara lain :
a. Penurunan ibu hamil resiko tinggi
b. Persalinan dengan tenaga kesehatan
c. Penurunan ibu hamil KEK
d. Peningkatan Pencegahan penyebaran penyakit menular yang tepat waktu
e. Penurunan kasus penyakit tidak menular
f. Peningkatan cakupan sanitasi dasar masyarakat yang mandiri
g. Penurunan penyakit infeksi pada bayi
h. Meningkatnya Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Balita
i. Peningkatan layanan kunjungan ke kelompok masyarakat
j. Meningkatnya Kepuasan Masyarakat Kota Padang
k. Peningkatan kualitas Fasilitas Kesehatan Dasar dan rujukan sesuai standar
l. Keamanan Obat dan Pangan dikonsumsi masyarakat aman
m. Kebutuhan Obat dan perbekalan kesehatan sesuai standar
n. Kompetensi SDMK di DKK Padang
o. Meningkatkan kapasitas lembaga DKK
p. Meningkatnya kualitas kinerja DKK Padang

3.3.2 Kebijakan
Untuk melaksanakan strategi tersebut diperlukan arah kebijakan
pembangunan yang meliputi :
a. Meningkatnya kunjungan pertama bumil
b. Konsumsi tablet Fe pada ibu hamil
c. Peningkatan Kemampuan tenaga bidan dalam menolong persalinan

8
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

d. Meningkatnya Audit Maternal Perinatal


e. Meningkatnya asupan gizi dengan PMT pada ibu hamil KEK
f. Rendahnya pengetahuan ibu hamil
g. Penyelidikan Epidemiologi yang tepat waktu
h. Meningkatnya cakupan imunisasi
i. Pelacakan kasus penyakit menular
j. Cakupan pelayanan Penyakit Tidak Menular
k. Menurunnya Perilaku merokok
l. Meningkatnya perilaku sanitasi masyarakat
m. Meningkatnya akses air bersih
n. Meningkatnya manajemen terpadu balita sakit
o. Meningkatnya ASI Ekslusif
p. Ditemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang balita
q. Pelayanan neonatal lengkap
r. Meningkatnya layanan kesehatan kesehatan anak sekolah
s. Meningkatnya Posyandu lansia aktif
t. Meningkatnya layanan kesehatan peserta jaminan kesehatan
u. Meningkatanya kesehatan kerja pada kelompok pekerja
v. Berkurangannya pengaduan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
w. Meningkatkan kunjungan Puskesmas
x. Meningkatnya cakupan pendampingan Puskesmas
y. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
z. Fasiltas Pelayanan Kesehatan Rujukan yang ada izin
aa. Menurunnya kasus keracunan obat dan makanan
bb. Meningkatnya jumlah Pangan Industri Rumah Tangga yang memenuhi
syarat
cc. Penggunaan obat rasional
dd. Meningkatnya SDMK sesuai kompetensi
ee. Meningkatnya ketersedian sarana dan prasarana
ff. Meningkatnya layanan administrasi perkantoran
gg. Meningkatan ASN dalam pembuatan SKP yang tepat waktu

9
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

hh. Meningkatan ketersedian dokumen perencanaan dan data kesehatan yang


tepat waktu
ii. Meningkatnya pertanggungjawaban keuangan yang akuntabel
jj. Meningkatnya persentase Barang Milik Daerah yang jelas kepemilikannya
kk. Meningkatnya Barang Milik Daerah yang terpelihara dengan baik
ll. Meningkatnya penegendalian internal

10
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB IV
KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK
DAN FUNGSI

4.1 KEDUDUKAN
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 6 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Padang. Dalam Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Dinas Kesehatan merupakan Dinas
Daerah yang dikepalai oleh seorang kepala Dinas.
4.2 STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Perwako Padang Nomor 67 Tahun 2016, susunan organisasi
dinas terdiri atas :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, teridiri atas :
a. Sub bagian umum
b. Sub bagian keuangan
c. Sub bagian program
3. Bidang kesehatan masyarakat, terdiri dari :
a. Seksi kesehatan keluarga dan gizi
b. Seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
c. Seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
4. Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, terdiri dari :
a. Seksi surveilan dan imunisasi
b. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
c. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatan
jiwa, narkotika, psikosomatik dan zat aditif
5. Bidang pelayanan kesehatan, terdiri dari :
a. Seksi pelayanan kesehatan primer dan tradisional
b. Seksi pelayanan kesehatan rujukan
c. Seksi fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu
6. Bidang sumber daya kesehatan, terdiri dari :
a. Seksi kefarmasian
11
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. Seksi alat kesehatan dan sarana prasarana kesehatan


c. Seksi sumber daya manusia kesehatan dan jaminan kesehatan
8. Unit pelaksana teknis dinas; dan
9. Kelompok jabatan fungsional

12
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KOTA PADANG


(Berdasarkan Perda Kota Padang Nomor 6 Tahun 2016)
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA

SEKRETARIAT

Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian


Program Keuangan Umum

KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG


PENCEGAHAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT PENGENDALIAN PENYAKIT PELAYANAN KESEHATAN SUMBER DAYA KESEHATAN

Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi


Kesehatan Keluarga dan Gizi Surveilan dan Imunisasi Pelayanan Kesehatan Primer Kefarmasian
dan Tradisional

Kepala Seksi Kepala Seksi


Promosi Kesehatan dan Pencegahan dan Pengendalian
Kepala Seksi Kepala Seksi
Pemberdayaan Masyarakat Penyakit Menular Pelayanan Kesehatan
Rujukan Sarana & Alat Kesehatan

Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi


Kesehatan Lingkungan, Pencegahan & Pengendalian Fasilitas Pelayanan Kesehatan 13
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kesehatan Kerja dan Olah Penyakit Tidak Menular, & Peningkatan Mutu
Kesehatan Jiwa dan NAFZA & Jaminan Kesehatan
Raga
Kesehatan

Unit Pelaksana Teknis (UPT)


BLUD Puskesmas, Puskesmas & Instalasi Farmasi
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

4.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Sesuai dengan Peraturan Walikota Padang Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan, maka tugas pokok dan
fungsi struktur organisasi Dinas Kesehatan sebagai berikut :
4.3.1 Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan dan tugas perbantuan yang diberikan kepala
daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas, Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a. Menetapkan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, sarana
prasarana kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya
kesehatan
b. Menyelenggarakan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, sarana
prasarana kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya
kesehatan
c. Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi, pelaporan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,
sarana prasarana kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya
kesehatan
d. Menyelenggarakan dukungan substantive kepada seluruh unsure organisasi
di lingkungan dinas
e. Pengguna anggaran dinas
f. Pengguna barang dinas
g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.2 Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan
14
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan


dinas
Untuk menyelenggarakan tugas, Sekretarus mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan koordinasi perumusan kegiatan dinas
b. Melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran
dinas
c. Melaksanakan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan dan aset, kerumahtanggaan,
kerja sama, hubungan masyarakat, arsip dan dokumentasi dinas;
d. Melaksanakan pembinaan dan penataan organisasi dan tatalaksana
e. Melaksanakan kkordinas dan perumusan penyusunan peraturan serta
pelaksanaan advokasi
f. Melaksanakan pengelolaan barang milik negara atau daerah
g. Mengelola layanan informasi dan dokumentasi publik
h. Mengelola layanan pengaduan masyarakat
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

4.3.2.1 Sub Bagian Umum


Sub Bagian Umum dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris.
Sub Bagian Umum mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam
melaksanakan penyiapan dan penyusunan peraturan dan pelaksanaan advokasi,
pengelolaan urusan umum, kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip,
dokumentasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Penjabaran tugas Sub Bagian Umum adalah :
a. Menyusun rencana kegiatan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan

15
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. Menghimpun dan mempelajari peratruan perundang-undangan, kebijakan


teknis, pedoman, serta bahan lain yang berhubungan dengan urusan umum
dan kepegawaian
c. Melakukan penyiapan konsep dan tata naskah dinas di bidang administrasi
perkantoran dan kepegawaian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang ditetapkan atasan
d. Melakukan penyiapan konsep dan tata naskah dinas di bidang administrasi
perkantoran dan kepegawaian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang ditetapkan atasan
e. Melakukan pengadaan kebutuhan peralatan atau perlengkapan kantor
f. Melakukan pengumpulan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi
permasalahan serta melaksanakan pemecahan masalah yang berhubungan
dengan urusan umum dan kepegawaian
g. Melakukan pemeliharaan dan perawatan ruang kerja, ruang rapat, ruang
pertemuan, sarana dan prasarana kantor dan barang habis pakai
h. Melakukan pengurusan perjalanan dinas, kendaraan dinas, keamanan kantor,
serta pelayanan kerumahan tanggaan lainnya
i. Melakukan fasilitasi dan pelaksanaan penyusunan analisis jabatan, peta
jabatan, analisis beban kerja dan evaluasi jabatan
j. Mengerjakan perencanaan dan melaksanakan serta memfasilitasi pelatihan
yang terkait dengan fungsional kesehatan untuk mencapai persyaratan
kompetensi teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tenaga
kesehatan sesuai persyaratan kompetensi, jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing
k. melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor dalam
menganalisajabatan serta kebutuhan sumber daya tenaga kesehatan;
l. melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian, membuat daftar
urut pegawai;
m. melakukan koordinasi dan melaporkan kehadiran pegawai;
n. menyusun penerbitan surat keputusan dalam jabatan fungsional dan
mengurus urusan kepegawaian pada jabatan tersebut;
16
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

o. mengerjakan fasilitasi usulan pengangkatan, kesejahteraan pegawai,


pemberian penghargaan, pemberian sanksi dan atau hukuman, dan
pelatihan penjenjangan pegawai;
p. memproses keperluan dan kebutuhan administrasi kepegawaian
dalam hal penataan kinerja pegawai serta pengurusan administrasi
angka kredit dan pelayanan lainya;
q. menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas staf sub bagian umum dan
kepegawaian pada atasan; dan
r. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.3.2.2 Sub Bagian Keuangan


Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Sekretaris
dalam melaksanakan pengelolaan urusan keuangan dan barang milik
negara dan daerah, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Penjabaran tugas Suba Bagian Keuangan adalah :
a. menyusun dan mengelola keuangan dinas berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. mempelajari dan menelaah peraturan tentang keuangan dinas;
c. menyusun rencana penclapatan dan belanja tidak langsung dinas;
d. melakukan koordinir pengadministrasian keuangan dinas terhadap
belanja administrasi umum, belanja operasional dan pemeliharaan,
serta belanja modal, belanja aparatur dan publik;
e. melakukan pertanggungjawaban pencairan dana;
f. melakukan verifikasi anggaran pendapatan belanja dinas;
g. mengerjakan dan menyiapkan laporan pertanggungjawaban
keuangan atau anggaran pendapatan dan belanja dinas termasuk
perhitungan anggaran;
17
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. melakukan pembinaan dan pengendalian satuan pemegang kas;


melaksanakan pengendalian administrasi barang, aset, dan
perlengkapan dinas;
i. melakukan koordinir dan menindaklanjuti laporan hasil
pemeriksaan keuangan dan asset;
j. melakukan pemantauan, pencatatan barang dan pelaksanaan
administrasi aset, barang inventaris, kendaraan dinas, rumah dinas
serta menyelenggarakan usulan penghapusan asset;
k. menyusun laporan terkait urusan keuangan, penganggaran, dan aset
dinas; dan
l. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.3.2.3 Sub Bagian Program


Sub Bagian Program dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Program mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam
melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran, dan
pengelolaan data dan informasi, monitoring dan evaluasi, dokumentasi
dan pelaporan.
Penjabaran tugas Sub Bagian Program adalah :
a. menyusun rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang untuk program dan kegiatan dinas;
b. melakukan penyusunan program dengan menyiapkan bahan
penyusunan rencana umum jangka pendek, jangka menengah,
c. dan jangka panjang;
d. melakukan penghimpunan dan fasilitasi penyusunan perencanaan
program dan kegiatan di lingkungan dinas;
e. melakukan penghimpunan, menganalisa, dan menyusun laporan
evaluasi program dan kegiatan dinas;
18
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

f. melakukan pengelolaan sistim informasi kesehatan;


g. melakukan pengelolaan informasi lintas program dan lintas sektor;
h. menyusun kebijaksanaan teknis, pengembangan sistem informasi,
pengelolaan teknologi informasi dan pengelolaan data;
i. melakukan pelaksanaan pelayanan informasi dan pengaduan
masyarakat serta hubungan masyarakat;
j. melakukan rekapitulasi laporan pencapaian program dan kegiatan
dinas;
k. melakukan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan dinas;
l. menyusun laporan sub bagian progran dan informasi untuk
disampaikan kepada atasan; dan
m. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.3.3 Bidang Kesehatan Masyarakat


Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan dibidang kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah
raga.
Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat
mempunyai fungsi :
a. menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional di bidang
kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah,
kesehatan kerja dan olah raga;

19
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. menyiapkan bahan perumusan pelaksanaan kebijakan operasioanal


kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah,
kesehatan kerja dan olah raga;
c. menyiapkan bahan bimbingan teknis di bidang kesehatan keluarga,
gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan olah
raga;
d. menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah,
kesehatan kerja dan olah raga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
e. memantau, evaluasi, dan pelaporan di hidang kesehatan keluarga,
gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan olah
raga;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas/kegiatan
bidang kesehatan masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;dan
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.3.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi mempunyai tugas membantu
Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan
kebijakan operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi.
Penjabaran tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi adalah :

20
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

a. Melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan


maternal dan neonatal, balita dan anak pra sekolah, usia sekolah
dan remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, gizi lanjut
usia serta perlindungan kesehatan keluarga, peningkatan mutu dan
kecukupan gizi, kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi,
dan pengelolaan konsumsi gizi dan upaya kesehatan sekolah;
b. melakukan pembinaan pelayanan kesehatan ibu, anak, keluarga
berencana, upaya kesehatan sekolah dan gizi masyarakat;
c. melakukan pembinaan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin atau
nifas, menyusui, anak dan gizi di fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan jejaringnya;
d. melakukan pembinaan tenaga kesehatan penolong persalinan;
e. melakukan audit maternal dan perinatal;
f. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang kesehatan keluarga, peningkatan mutu dan kecukupan gizi,
kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan
konsumsi gizi;
g. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang kesehatan
keluarga, gizi dan peningkatan mutu dan kecukupan gizi,
kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan
konsumsi gizi;
h. melakukan pemantauan status gizi anak balita dan ibu hamil di
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan jejaringannya, serta
posyandu;
i. melakukan pemantauan pendistribusian vitamin A kepada balita,
ibu nifas dan masalah gizi lainnya;
j. merancang perencanaan dan melaksanakan penberian makanan
tambahan pada kasus kekurangan energi protein dan
kekurangan energi kronis pada ibu hamil;
k. melakukan pembinaan pemberian ASI ekslusif dan klinik laktasi:

21
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

l. melakukan pembinaan kegiatan peningkatan gizi usaha kesehatan


sekolah di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas dan kejuruan, panti, lembaga
pemasyarakatan;
m. melakukan bimbingan teknis ke Puskesmas dan rumah sakit; dan
n. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.3.2 Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dipimpin
oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat.
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan
penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional, dan pemberian
bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Penjabaran tugas Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
adalah :
a. Menyiapkan serta pelaksanaan kebijakan dibidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi
sumber daya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b. membuat rencana dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan;
c. melakukan pengelolaan produksi komunikasi publik tentang
program, dan evaluasi produksi komunikasi kesehatan;
d. melakukan peliputan, pendokumentasian, dan pengolahan bahan
publikasi program kesehatan;
e. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan

22
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

kemitraan, potensi sumber daya promosi kesehatan, dan


pemberdayaan masyarakat;
f. memantau, evaluasi, dan pelaporan dibidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi
sumber daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat;
g. mengkoordinir dan melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat;
h. menyebarluaskan informasi kesehatan melalui poster, radio,
televisi, billboard, "leaflet, teknologi informasi dan media lainnya;
i. menyediakan data yang berhubungan dengan seksi promosi
kesehatan dan peran serta masyarakat;
j. melakukan koordinasi dan pembinaan, pelaksanaan kegiatan
peningkatan peran serta masyarakat dibidang kesehatan;
k. menggerakkan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan melalui
organisasi kemasyarakatan, generasi muda, pramuka melalui Saka
Bhakti Husada dan lembaga swadaya masyarakat;
l. membina dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, Polindes, Pos Kesehatan Kelurahan, Pos Pembinaan
Terpadu, Pos Lanjut Usia, Tanaman Obat Keluarga, Pos Upaya
Kesehatan Kerja, Pos Kesehatan Pesantren, dan Saka Bhakti
Husada;
m. mengumpulkan bahan serta mengolah laporan dan evaluasi
pelaksanaan bimbingan penyuluhan kesehatan pada masyarakat;
n. melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan bimbingan
penyuluhan kesehatan dengan instansi terkait;
o. menjalin kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor:
p. menyusun dan menganalisa data untuk laporan kegiatan seksi
promosi kesehatan dan peran serta masyarakat;
q. Melakukan pencatatan dan memberikan laporan kepada atasan; dan
r. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
23
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

4.3.3.3 Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga


Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga.
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat.
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan
penyiapan bahan pelaksana kebijakan penyehatan lingkungan operasional,
dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan dan pengawasan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan olah raga.
Penjabaran tugas Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga adalah:
a. Melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan penyehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, hygiene, dan sanitasi pangan dan sanitasi
tempat tempat umum/tempat pengelolaan makanan;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan kesehatan okupasi dan
survailens, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olah
raga;
c. merancang rencana pelaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
d. melakukan penyiapan penyusunan bahan kegiatan dan bimbingan
teknis serta supervisi kapasitas kerja pekerja dan institusi;
e. melakukan penyiapan pelaksanan kegiatan dan bimbingan teknis
supervise kegiatan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah
raga, okupasi dan survailans kapasitas kerja, lingkungan kerja;
f. melakukan kegiatan, pembinaan, pemantauan, pengawasan, evaluasi
dan pelaporan penyehatan air dan sanitasi dasar penyehatan pangan,
dan penyehatan udara dan kawasan, serta pengawasan limbah dan
radiasi;

24
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

g. melakukan pengendalian lingkungan kerja dan perlindungan


ergonomi;
h. melakukan kegiatan kesehatan keolahragaan masyarakat;
i. melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kualitas air,
Perusahaan Daerah Air Minum, depot air minum isi ulang, dan
sumber air lainnya serta air badan air, kolam renang, pemandian
umum;
j. melakukan pembinaan terhadap kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat dan Kader Kesehatan Lingkungan;
k. melakukan pengawasan hygiene dan sanitasi di tempat-tempat
umum dan tempat pengolahan atau penyediaan makanan;
l. melakukan pengawasan dan pembinaan sanitasi pada lingkungan
pemukiman, pembinaan kota sehat dan pengawasan sampah medis;
m. melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program yang
menyangkut analisis dampak lingkungan, upaya pengelolaan
lingkungan hidup, dan upaya pemantauan lingkungan hidup;
n. memproses penerbitan rekomendasi laik sehat bagi sarana tempat
umum, tempat pengelolaan makanan, dan pestisida;
o. melakukan pengelolaan laboratorium air pada dinas;
p. menyusun laporan tahunan kesehatan lingkungan; dan
q. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.3.4 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional serta pemantauan, evaluasi surveilen
dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
25
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan


jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA.
Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi:
a. melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan operasional di
bidang surveilans dan imunisasi, pencegaan dan pengendalian
penyakit menular, p encegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular, kesehatan jiwa, kesehatan lanjut usia dan narkotika
psikosomatik zat adiktif;
b. melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional di
bidang surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular dan kesehatan jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA;
c. melakukan penyiapan bahan Bimbingan teknis di bidang surveilans
dan imunisasi, pencegaan dan pengendalian penyakit
menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA;
d. melakukan pertemuan evaluasi, dan pelaporan di bidang surveilans
dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA;
e. melakukan koordinasi dalam pengendalian wabah, bencana,
imunisasi pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA; dan
f. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.4.1 Seksi Surveilan dan Imunisasi
Seksi Surveilan dan Imunisasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
26
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Seksi Surveilan dan lmunisasi mempunyai tugas membantu Kepala Bidang


dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di Bidang
Surveilan Imunisasi, Bencana.
Penjabaran tugas Seksi Surveilan dan Imunisasi adalah :
a. melakukan penyiapan pelaksanaan kegiatan surveilans wabah dan
bencana, penyakit infeksi emerging, kesehatan haji dan imunisasi;
b. melakukan penyiapan, pelaksanaan kegiatan surveilans wabah dan
bencana, penyakit infeksi emerging, kesehatan haji, dan imunisasi;
c. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
kegiatan surveilans wabah dan bencana, penyakit infeksi emerging,
kesehatan haji dan imunisasi;
d. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan surveilans
wabah dan bencana, penyakit infeksi emerging, kesehatan haji,
imunisasi;
e. melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi kegiatan
kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa dan wabah;
f. merancang rencana kegiatan sebelum, saat, dan setelah terjadi
bencana;
g. melakukan penyelidikan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dan penyakit yang berpotensi wabah serta keracunan;
h. melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap calon
jamaah haji;
i. Melakukan penghimpunan dan menganalisa data surveilans, kejadian
luar biasa, wabah dan bencana dari rumah sakit dan Puskesmas;
j. melakukan koordinir penanggulangan kejadian luar biasa;
k. dan melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.4.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dipimpin
oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
27
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai
tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan
bahan pelaksanaan kebijakan operasional, dan bimbingan teknis, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular.
Penjabaran tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular adalah:
a. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan
dan pengendalian tuberkolosis, infeksi saluran pernapasan akut,
HIV AIDS dan penyakit infeksi menular seksual, hepatitis dan
penyakit infeksi saluran pencernaan, dan penyakit tropis menular
langsung;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan
dan pengendalian menular langsung, penyakit bersumber binatang
dan vektor;
c. merancang rencana kegiatan pemberantasan penyakit menular;
d. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pencegahan dan pengendalian tuberkulosis, infeksi saluran
pemapasan akut, HIVAIDS, infeksi saluran pencernaan, dan
penyakit tropis menular langsung;
e. merancang rencana kebutuhan obat dan sarana program penyakit
menular;
f. melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan pengendalian dan
pemberantasan penyakit menular ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut beserta jaringannya;
g. melakukan monitoring dan bimbingan teknis program pengendalian
dan pemberantasan penyakit menular ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas tingkat lanjut beserta jejaringnya;

28
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program


pengendalian dan pemberantasan penyakit menular ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan fasilitas tingkat lanjut beserta
jejaringnya;
i. menyusun laporan program penyakit menular; dan
j. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.4.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Aditif
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan
Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif mempunyai tugas membantu
Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan
operasional, dan bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA,dan kesehatan lanjut usia.
Penjabaran tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif adalah :
a. melakukan penyiapan bahan kebijakan tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung
dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes melitus
dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung
dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes melitus
dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

29
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. melakukan penyiapan pernberian bimbingan teknis dan supervisi


tentang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan
gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan
kelainan darah, diabetes melitus dan gangguan metabolik, dan
gangguan indera dan fungsional;
d. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan
imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah,
diabetes melitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan
fungsional;
e. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan tentang pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa anak dan remaja, kesehatan
jiwa dewasa dan lanjut usia dan penyalahgunaan NAPZA;
f. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
tentang pencegahan dan pengendalian masalah keseahtan jiwa anak
dan remaja, kesehatan jiwa dewasa dan lanjut usia dan
penyalahgunaan NAPZA;
g. Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan tentang
pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa anak dan
remaja, kesehatan jiwa
h. dewasa dan lanjut usia dan penyalahgunaan NAPZA; dan
i. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.3.5 Bidang Pelayanan Kesehatan


Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan operasional
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
30
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

primer dan tradisioanal, pelayanan kesehatan rujukan, fasilitas pelayanan


kesehatan dan peningkatan mutu.
Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud pada ayat (2), Bidang
Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi:
a. merumuskan kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan
primer dan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan, fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu;
b. merumuskan pelaksanaan dan kebijakan operasional di bidang
pelayanan kesehatan primer dan tradisional, pelayanan
kesehatan rujukan, dan fasilitas pelayanan kesehatan dan
peningkatan mutu;
c. merumuskan bimbingan teknis di bidang pelayanan kesehatan
primer dan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu;
d. melaksanakan pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan primer dan tradisional, pelayanan kesehatan
rujukan, dan fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu;
dan
e. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.5.1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan urusan perencanaan program
dan kegiatan dinas.
Penjabaran tugas Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional adalah :
a. menyusun kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer dan
tradisional meliputi upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan

31
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

perorangan pada pusat kesehatan masyarakat, perkesmas, serta


kesehatan primer pada klinik dan praktik perorangan;
b. merancang pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan
primer dan tradisional meliputi upaya perawatan kesehatan
masyarakat, upaya kesehatan perorangan pada pusat kesehatan
masyarakat, perkesmas serta kesehatan primer pada klinik dan
praktik perorangan;
c. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelayanan kesehatan primer dan tradisional meliputi upaya
perawatan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
pada pusat kesehatan masyarakat, perkesmas serta kesehatan primer
pada klinik dan praktik perorangan;
d. memproses pemberian rekomendasi izin klinik, pengobatan
tradisional, dan atau pelayanan kesehatan primer lainnya;
e. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan primer dan tradisional meliputi upaya
kesehatan masyarakat, upaya kesehatan perorangan pada pusat
kesehatan masyarakat, perkesmas serta kesehatan primer pada klinik
dan praktik perorangan;
f. mengerjakan laporan pelayanan kesehatan primer dan tradisional
melalui sistim informasi kesehatan yang berlaku;
g. merancang pelaksanaan bahan kebijakan dibidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan integritas;
h. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang
pelayanan kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan
integritas;
i. melakukan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan tradisional
di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan fasilitas kesehatan
lainnya;

32
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

j. melakukan pembinaan dalam perencanaan program pelayanan


kesehatan primer dan tradisional melalui rencana strategis dan
rencana kerja Puskesmas;
k. melakukan monitoring dan evaluasi capaian kinerja pelayanan
primer dan tradisional tingkat pertama melalui lokakarya mini,
laporan bulanan, dan laporan tahunan;
l. mengerjakan dan mengkoordinir kegiatan Pertolongan Pertama pada
kecelakaan, baik dalam kegiatan pemerintah maupun swasta;
m. melakukan pengawasan pelaksanaan standar pelayanan minimal di
fasilitas kesehatan tingkat pertama; dan
n. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.5.2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai tugas membantu Kepala
Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Terpadu di Rumah Sakit Rujukan.
Penjabaran tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan adalah :
a. menyusun bahan pelaksana kebijakan dibidang pelayanan medik
dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan
rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan
medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan
pengelolaan rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta rumah
sakit pendidikan;
c. melakukan penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria dibidang pelayanan medik dan keperawatan, penunjang,

33
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

gawat darurat terpadu, dan pengelolaan rujukan dan pemantauan


rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
d. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang
pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat
terpadu, dan pengelolaan rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta
rumah sakit pendidikan;
e. memproses rekomendasi izin rumah sakit kelas C, D;
f. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat
terpadu, dan pengelolaan rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta
rumah sakit pendidikan; dan
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.5.3 Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu
Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan.
Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan
pelaksanaan kebijakan, operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan peningkatan mutu.
Penjabaran tugas Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan
Mutu adalah:
a. melakukan penyiapan bahan pelaksana kebijakan dibidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan
primer, rujukan, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang mutu dan
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
34
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang


mutu dan akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan,
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
d. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang mutu dan
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
e. melakukan perencanaan kebutuhan sarana prasarana dan peralatan
pada pelayanan kesehatan primer dan rujukan;
f. merancang rencana dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
dengan akreditasi sarana pelayanan kesehatan;
g. melakukan pemantauan dan pembinaan mutu secara terpadu
bersama tim terkait;
h. melakukan pengumpulan data dan analisa data yang berhubungan
dengan kegiatan seksi fasilitas pelayanan kesehatan dan
peningkatan mutu;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
akreditasi sarana kesehatan;
j. melakukan kegiatan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan berprestrasi;
k. melakukan registrasi dan rekomendasi sarana kesehatan yang
meliputi Puskesmas, rumah sakit kelas C dan kelas D, praktek
berkelompok, klinik umum dan spesialis, rumah bersalin, klinik
dokter keluarga atau dokter gigi keluarga, kedokteran komplementer,
optikal, tukang gigi, laboratorium kesehatan, pengobatan tradisional,
serta sarana penunjang yang setara; dan
l. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

35
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

4.3.6 Bidang Sumber Daya Kesehatan


Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang kefarmasian, serta pengadaan sarana dan prasarana
kesehatan, alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber daya manusia
kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Sumber Daya Kesehatan
mempunyai fungsi:
a. merumuskan kebijakan operasional di bidang kefarmasian, sarana
prasarana kesehatan, alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber
daya manusia kesehatan;
b. merumuskan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
kefarmasian, sarana prasarana kesehatan, alat kesehatan, jaminan
kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan;
c. melaksanakan bimbingan teknis di bidang kefarmasian, sarana
prasarana kesehatan alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber
daya manusia kesehatan;
d. Melaksanakan pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang
kefarrnasian, sarana prasarana kesehatan, alat kesehatan, jaminan
kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan; dan
e. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.6.1 Seksi Kefarmasian
Seksi Kefarmasian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.

36
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Seksi Kefarmasian mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam


melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pelayanan kefarmasian.
Penjabaran tugas Seksi Kefarmasian adalah:
a. melakukan perencanaan, pengadaan, pengawasan obat;
b. melakukan pembinaan manajemen pengelolaan obat di Puskesmas
dan Puskesmas pembantu;
c. melakukan perencanaan dan pendistribusian obat;
d. melakukan pemeriksaan, monitoring obat pada Puskesmas,
Puskesmas pembantu, dan pos kesehatan keliling;
e. melakukan pengelolaan kegiatan laik sehat pangan, Industri
Pangan Rumah Tangga dan rekomendasi apotik, toko obat, dan
perbekalan kesehatan;
f. melakukan pengawasan dan registrasi obat, makanan dan minuman
produksi rumah tangga, apotik, toko obat;
g. melakukan pembinaan, menitoring, pengawasan, dan evaluasi,
penanggung jawab peredaran obat atau sediaan farmasi, napza,
kosmetik, obat tradisional di Puskesmas, Puskesmas pembantu,
apotik, toko obat, dan toko obat tradisional;
h. melakukan pembinaan, menitoring, pengawasan, dan evaluasi,
terhadap pengelola toko makanan, minuman, dan sarana produksi
industri rumah tangga;
i. melakukan pengambilan sampel atau contoh sediaan farmasi di
lapangan;
j. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan seksi kefarmasian untuk
disampaikan kepada atasan; dan
k. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

37
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

4.3.6.2 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan


Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan kebijakan operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan
dan Jaminan Kesehatan.
Penjabaran tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan adalah :
a. menyusun kebijakan teknis tenaga kesehatan dan jaminan kesehatan;
b. merancang rencana dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
dengan upaya pendayagunaan sumber daya tenaga kesehatan;
c. menyusun kebijakan teknis dibidang pendidikan berkelanjutan
sumber daya manusia kesehatan dan profesi kesehatan;
d. merancang rencana dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
dengan registrasi tenaga kesehatan seta melakukan penerbitan
registrasi dan praktek tenaga kesehatan (Surat Izin Kerja dan
Surat Izin Praktek);
e. merancang rencana program jaminan kesehatan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. melakukan pengelolaan jaminan kesehatan nasional atau jaminan
kesehatan masyarakat;
g. melakukan pengelolaan jaminan kesehatan daerah dan atau jaminan
kesehatan lainnya;
h. melakukan penghimpunan data kepersertaan dan pembiayaan
jaminan kesehatan nasional;
i. melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait;
j. melakukan sosialisasi jaminan kesehatan;
38
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

k. melakukan koordinasi dan pembinaan kepada institusi


penyelengaraan pendidikan di bidang kesehatan dalam rangka
optimalisasi pendayagunaan sumber daya tenaga kesehatan;
l. melakukan pengelolaan izin belajar dan tugas belajar tenaga
kesehatan;
m. melakukan koordinasi pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan yang terkait dengan pendayagunaan sumber daya
tenaga kesehatan;
n. melakukan koordinasi pendayagunaan sumber daya tenaga
kesehatan, pendidikan, dan pelatihan serta melakukan pencatatan
dan pelaporan;
o. menyusun laporan registrasi tenaga kesehatan dan jaminan
kesehatan;
p. melakukan pembinaan, menitoring, pengawasan, dan evaluasi
sumber daya manusia kesehatan dan jaminan kesehatan; dan
q. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.3.6.3 Seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana Kesehatan
Seksi Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Kesehatan mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan kebijakan
operasional, perencanaan dan pengadaan alat kesehatan dan sarana prasarana
kesehatan dan bimbingan teknis untuk mendukung pelayanan kesehatan.
Penjabaran tugas Seksi Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Kesehatan
adalah:
a. melakukan perencanaan, pengadaan dan rehabilitasi alat kesehatan
dan sarana prasarana kantor kesehatan, Puskesmas, Puskesmas
pembantu dan pos kesehatan keliling;

39
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. melakukan perencanaan, pengadaan dan pendistribusian alat


kesehatan;
c. melakukan pemeriksaan, monitoring dan pengawasan terhadap alat
kesehatan diPuskesmas, Puskesmas pembantu dan Pos Kesehatan
Keliling;
d. Melakukan inventarisasi, monitoring dan pengawasan terhadap
kerusakan pada Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan
Keliling;
e. melakukan perencanaan dan pengadaan alat transportasi roda dua dan
roda empat berupa Ambulance atau Puskesmas Keliling sesuai
dengan kebutuhan;
f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan seksi alat kesehatan dan
sarana prasarana kesehatan untuk disampaikan kepada. atasan; dan
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.3.7 Unit Pelaksana Teknis Dinas


Pada dinas dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan organisasi,
tugas dan fungsi UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Walikota.

4.3.8 Jabatan Fungsional


Pada dinas dapat ditempatkan Pegawai Negeri Sipil dalam Kelompok
Jabatan Fungsional berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas teknis dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok jabatan
fungsional dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.

40
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB V
PROGRAM DAN INDIKATOR KESEHATAN

5.1 Program Kesehatan


Tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Padang telah menyusun dan menetapkan
21 program dan 92 kegiatan sebagai strategi kebijakan, dengan rincian sebagai
berikut :
5.1.1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Tujuan program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan administrasi
perkantoran dan pelayanan umum dilingkungan Dinas Kesehatan. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam program ini antara lain :
a. Penyediaan jasa surat menyurat
b. Penyedian jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
c. Penyedian jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional
d. Penyedian jasa kebersihan kantor
e. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja
f. Penyedian Alat Tulis kantor
g. Penyedian barang cetakan dan penggandaan
h. Penyedian komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
i. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
j. Penyediaan peralatan rumah tangga
k. Penyedian bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
l. Penyedian makanan dan minuman
m. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
n. Penyedian jasa pelayanan publik
o. Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran
p. Penyediaan jasa pengamanan kantor
5.1.2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Tujuan program ini adalah untuk pemeliharaan gedung, peralatan dan
kendaraan dinas dilingkungan dinas Kesehatan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini antara lain :

41
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

a. Pengadaan Mebeuler
b. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
c. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
d. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
e. Pemeliharaan rutin/ berkala alat listrik, air dan telepon
f. Penyediaan jasa perkantoran
5.1.3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas aparatur
negara melalui pertemuan dan bimbingan teknis bagi tenaga kesehatan di
lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini antara lain :
a. Pembinaan aset dan manajemen keuangan di Puskesmas
b. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur kesehatan
c. Penilaian angka kredit jabatan fungsional kesehatan
5.1.4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program ini sebagai penunjang kegiatan pengolahan data keuangan untuk
melihat capaian kinerja dan keuangan, sehingga laporan keuangan Dinas
Kesehatan Kota Padang dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatannya adalah
Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD.
5.1.5 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersedian obat di Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu di Kota Padang. Kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu:
a. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
b. Pengadaan bahan logistic (Bahan habis pakai medis)
c. Perencanaan serta pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan
d. Pengadaan obat dan vaksin (DAK)
e. Distribusi obat dan E-logistik (DAK Non Fisik)
5.1.6 Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
42
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

kesehatan dasar dan rujukan.


Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah:
a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
b. Skrining Narkoba
c. Peningkatan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas)
d. Penilaian Puskesmas dan tenaga kesehatan berprestasi
e. Pelaksanaan kegiatan/ pelayanan P3K
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
g. Sosialisasi dan pembinaan perizinan bidang kesehatan
h. BOK UKM (DAK Non Fisik)
i. BOK Puskesmas (DAK Non Fisik)
5.1.7 Program Pengawasan Obat dan makanan
Program ini bertujuan untuk memantau peredaran obat, kosmetik dan
makanan di masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan adalah Peningkatan
pengawasan peredaran obat serta keamanan pangan dan bahan berbahaya.
5.1.8 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan dari program ini adalah untuk merubah perilaku masyarakat agar
berperilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui pemberdayaan masyarakat dan
memanfaatkan media promosi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
b. Peningkatan fungsi pokjanal posyandu
c. Pengembangan ORSOS kemasyarakatan (kelurahan siaga)
d. Penerapan kawasan tanpa rokok
e. Pembinaan pengobatan tradisional
f. Penyelenggaraan hari kesehatan nasional
5.1.9 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program ini bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi di kota Padang.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan program adalah :
a. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan
zat gizi mikro lainnya
43
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. Pembentukan klinik laktasi


c. Pemerdayaan untuk mencapai keluarga sadar gizi
d. Penyediaan PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil KEK
e. Penanggulangan balita gizi buruk rawat inap
5.1.10 Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
menurunkan kasus penyakit yang berbasis lingkungan. Kegiatan untuk mencapai
tujuan program tersebut adalah :
a. Pengawasan kualitas air dan lingkungan.
b. Pengawasan tempat-tempat umum/ tempat pengolahan makanan
(TTU/TPM)
c. Penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas)
d. Sosialisasi dan pembinaan penyehatan lingkungan
5.1.11 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena penyakit menular. Kegiatan yang dilaksanakan dalam program
ini adalah :
a. Penyemprotan / fogging sarang nyamuk
b. Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging
c. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
d. Pencegahan penularan penyakit endemik/ epidemik
e. Peningkatan imunisasi
f. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah
g. Pelayanan kesehatan jemaah haji
5.1.12 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Tujuan program ini untuk mengevaluasi dan menyusun laporan bidang
kesehatan dan standarisasi pelayanan bidang kesehatan, dimana kegiatannya
meliputi:
a. Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan
b. Rapat kerja kesehatan daerah (RAKERKESDA)
c. The international organization of standarization (ISO) Puskesmas
44
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

d. Akreditasi Puskesmas (DAK Non Fisik)


e. Pembinaan dan pengelolaan Sistem Data Kepegawaian Dinas Kesehatan
5.1.13 Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu dan Jaringannya
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar melalui kegiatan pengadaan
alat, pembangunan dan rehabilitasi fasilitas kesehatan yang rusak sedang/berat.
Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan program adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan Puskesmas
b. Pembangunan Puskesmas Pembantu
c. Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas
d. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas Pembantu
e. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas
f. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas (DAK)
g. Pengadaan Instalasi Pengolah Limbah (DAK)
h. Rehabilitasi Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)
i. Pengadaan sarana gudang farmasi dan Pelet Penyimpanan Obat (DAK)
j. Pengadaan alat-alat Kesehatan
k. Pembangunan Puskesmas (DAK)
l. Pengadaan Puskesmas Keliling (DAK Reguler)
m. Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas kesehatan
n. DED Puskesmas
5.1.14 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin Kota Padang, terutama yang memiliki jaminan kesehatan.
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah kegiatan
kemitraan asuransi kesehatan jamkes sumbar sakato.
5.1.15 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu
balita tentang tumbuh kembang anak dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan anak balita. Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang pencapaian
45
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

tujuan program adalah kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan anak balita.


5.1.16 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Kegiatan
yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan lansia
5.1.17 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan ibu
yang melahirkan dan anak. Kegiatannya adalah peningkatan pelayanan kesehatan
ibu dan AMP.
5.1.18 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi anak sekolah dengan melihat status gizi anak sekolah serta absensi
sesuai dengan SKB 4 menteri dan Permenkes No 741/Menkes/PER/VII/2008.
Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang program tersebut adalah peningkatan
jangkauan pelayanan kesehatan anak sekolah.
5.1.19 Program Asuransi Kesehatan
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan penatalaksanaan kasus
resiko tinggi dan pencegahan komplikasi pada ibu hamil dalam rangka
menurunkan jumlah kasus kematian ibu dan bayi melalui kegiatannya adalah :
a. Jaminan persalinan (Jampersal) (DAK non fisik)
b. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Puskesmas Lubuk Begalung
c. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Puskesmas Kuranji
5.1.20 Pengembangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
di Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan program adalah
kegiatan pengembangan dan peningkatan pelayanan BLUD.
5.1.21 Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Aset
Tujuan dari program ini adalah meningkatnya kinerja dan penatalaksanaan
aset negara melalui pertemuan dan bimbingan teknis ke Puskesmas. Kegiatan
yang dilakukan adalah validasi data aset.

46
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

5.2 Indikator Kesehatan


Agar keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diketahui dan terukur,
ada beberapa indikator yang dijadikan acuan dalam melaksanakan program dan
kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Padang. Indikator tersebut merupakan
indikator kunci pelayanan kesehatan yang terkandung dalam tujuan Sustainable
Development Goals (SDGs) yaitu :
5.2.1 Kasus kematian bayi dan balita
Kasus kematian neonatal tahun 2017 adalah sebanyak 52 kasus, kematian
bayi sebanyak 89 kasus, dan kematian anak Balita sebanyak 19 kasus. Jadi jumlah
kematian Balita tahun 2017 adalah sebanyak 108 kasus.
5.2.2 Kasus kematian ibu
Kasus kematian Ibu yang ditemukan pada tahun 2017 sebanyak 16 kasus.
Jumlah ini turun dari tahun 2016 sebanyak 20 kasus. Kematian ibu ini terdiri dari
ibu hamil 4 orang, ibu bersalin 4 orang dan ibu nifas 8 orang. Jika dilihat dari sisi
umur maka ibu yang meninggal terbanyak adalah ibu yang berumur 20-34 tahun.
5.2.3 Prevalensi Gizi buruk
Kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2017 terdapat 66 orang dari
sebelumnya tahun 2016 adalah 68 orang. Semua kasus gizi buruk tersebut
mendapat perawatan.
5.2.4 Kasus HIV dan AIDS, Malaria
Pada tahun 2017 ditemukan kasus HIV sebanyak 370 kasus, AIDS sebanyak
93 kasus dengan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 3 kasus. Sementara
untuk Malaria suspek yang ditemukan sebanyak 60 kasus di Puskesmas dan dari
sediaan yang diperiksa semuanya positif malaria, namun tidak ada penderita yang
meninggal karena penyakit ini.
5.2.5 Umur harapan hidup
Umur harapan hidup tahun 2017 adalah 73,19 tahun

47
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB VI
PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2017

6.1 Pembiayaan Bersumber APBD Kota Padang


Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan pada Dinas Kesehatan Kota
Padang yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota
Padang untuk tahun 2017 dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 6.1
Anggaran Program Kesehatan Bersumber APBD Kota Padang
Tahun 2017

No. Kegiatan Belanja Jumlah (Rp) Realisasi Persentase (%)


Anggaran (Rp)
1. Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai 75.261.183.617 73.931.284.977 98,23
2. Belanja Langsung
a. Belanja Pegawai 1.769.345.000 1.669.921.000 94,38
a. Belanja Barang dan Jasa 77.055.904.427 63.486.616.531 82,39
b. Belanja Modal 38.572.362.890 34.969.902.227 90,66
Sumber : DKK Padang

Berdasarkan tabel di atas menggambarkan jumlah anggaran belanja bidang


kesehatan untuk Dinas Kesehatan Kota Padang secara umum terjadi peningkatan
anggaran. Pada realisasi belanja tidak langsung cukup tinggi yaitu 98,23%, namun
untuk realisasi belanja barang dan jasa terdapat 82,39%. Hal ini disebabkan
karena rendahnya realisasi kegiatan Pengadaan Obat dan Vaksin, kegiatan
Penyediaan PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil KEK dan Jampersal.
Rendahnya realisasi keuangan kegiatan Pengadaan Obat dan Vaksin hanya
44,21% disebabkan karena kontrak obat tidak terentri pada OMSPAN (Online
Monitoring Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara) per 31 Agustus 2017,
sementara itu aturan melewati tanggal tersebut tidak akan dibayarkan. Rendahnya
realisasi keuangan kegiatan Penyediaan PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil
KEK (31,15%) disebabkan karena PMT harus menggunakan keluaran dari
Kemenkes RI, sementara harga pasar yang dianggarkan pada lebih tinggi dari
harga Kemenkes. Sedangkan rendahnya realisasi kegiatan Jampersal karena
pencairan anggaran dilakukan realcost.
48
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

6.2 Pembiayaan Bersumber Selain APBD Kota Padang


Pembiayaan untuk kesehatan pada Kota Padang, selain anggaran dari APBD
Kota Padang terdapat anggaran yang bersumber selain APBD seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel 6.2
Sumber-sumber Lain Pembiayaan Kesehatan Tahun 2017

No Sumber Kegiatan Belanja 2017

Pinjaman/Hibah Luar Negri 134.335.500,-


1. GF TB
(PHLN)
GF AIDS 305.869.670,-
2. APBN Dana Dekosentrasi 32.020.000,-

Sumber :Profil Kesehatan Kota Padang

49
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB VII
PENCAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator


pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan dengan menggunakan tolok
ukur target. Tabel berikut ini menggambarkan capaian indikator Standar
Pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 7.1
Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan Tahun 2017
TARGET TARGET CAPAIAN
No INDIKATOR DEVIASI
SPM PROGRAM PROGRAM
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil 100 95 95,61 +0,61
2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin 100 100 96,71 -3,28
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir 100 90 96,51 +6,51
4. Pelayanan kesehatan balita 100 92 85,35 -6,64
Pelayanan kesehatan pada usia
5. 100 95 92,43 -2,57
pendidikan dasar
6. Pelayanan kesehatan usia produktif 100 30 10,07 -19,93
7. Pelayanan kesehatan usia lanjut 100 65 26,52 -38,48
8. Pelayanan kesehatan hipertensi 100 Prev 24,28 20,23 -4,05
Pelayanan kesehatan Diabetes Melitus
9. 100 Prev 6,48 5,19 -1,29
(DM)
Pelayanan kesehatan orang dengan
10. 100 100 100 0
dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat
Pelayanan kesehatan orang dengan
11. 100 46 54,85 +8,85
Tuberkulosis (TB)
Pelayanan kesehatan orang dengan
12. 100 60 78,04 +18,04
resiko terinfeksi HIV

Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari pencapaian standar


pelayanan minimal (SPM bidang kesehatan) yang telah ditetapkan oleh masing-
masing kota sesuai dengan kemampuan daerah. Untuk tahun 2017 Dinas
Kesehatan Kota Padang mengacu kepada indikator SPM bidang kesehatan tahun
2017 yang baru ditetapkan. Pada tabel diatas dapat dillihat bahwa masih
rendahnya capaian pelayanan kesehatan usia lanjut disebabkan karena usia lanjut
memerlukan bantuan orang lain ke sarana pelayanan kesehatan dan masih
rendahnya kepedulian untuk memeriksakan kesehatan sendiri. Sedangkan
50
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Rendahnya capaian pelayanan kesehatan usia produktif disebabkan karena


kurangnya sarana Posbindu seperti Posbindu Kit, sehingga tidak banyak
masyarakat yang datang berkunjung karena tidak tersedianya alat pemeriksaaan
labor di lapangan/ Posbindu.
Pencapaian program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2017
berdasarkan bidang membawahinya dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut :

7.1 Sekretariat
7.1.1 Sub Bagian Umum
7.1.1.1 Administrasi Umum
Pelaksanan kegiatan Subbag Umum pada tahun 2017 mempunyai dana dari
APBD kota Padang sebanyak Rp. 5.376.351.425,- (lima milyar tiga ratus tujuh
puluh enam juta tuga ratus lima puluh satu ribu empat ratus dua puluh lima
rupiah) dan terealisasi sebanyak Rp. 4.909.139.084,- (91.3 %). Kegiatan
pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah :
Tabel 7.2
Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2017
Tanggal Realisasi
No Nama Kontrak Pagu Dana Nilai Kontrak Penyedia/Pelaksana
Kontrak Pekerjaan
Penyediaan Jasa
CV. Karya
Pengamanan 222,024,000 193,824,000 1 Maret 2017
1 Pamungkas Ksatria 100%
kantor

Pengadaan roller
78,796,800 78,227,000 CV. Kanza Putra 6 Febuari 2017
2 blind GFK 100%

Pengadaan
Computer /
171,250,000 170,775,000 CV.Chips Computer 6 Febuari 2017
3 PC/Laptop/ 100%
Printer

7.1.1.2 Administrasi Kepegawaian


Subbag Umum juga bertugas mengurus administrasi kepegawaian di
lingkungan Dinas Kesehatan. Adapun hasil kegiatan selama Tahun 2017 :
1) Sumber Daya Kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Padang
Tahun 2017 adalah 1.240 orang yang terbagi atas :
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1.107 orang.
51
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b) Pegawai Honor Daerah sebanyak 25 orang.


c) Pegawai Volunteer sebanyak 74 orang
d) Pegawai Tidak Tetap ( PTT ) sebanyak 34 orang
2) Administrasi kepegawaian yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah :
a) Pengurusan kenaikan gaji berkala sebanyak 488 orang
b) Pengurusan kenaikan pangkat sebanyak 131 orang yang terbagi
atas dua periode yaitu periode April 2017 sebanyak 50 orang
dimana fungsional umum sebanyak 17 orang dan fungsional
tertentu 33 orang. untuk periode Oktober 2017 terdapat 81 orang
yang terdiri dari 24 orang kenaikan pangkat fungsional umum dan
sebanyak 51 orang kenaikan pangkat fungsional tertentu.
c) Pengurusan mutasi/pindah pegawai, yaitu 37 orang masuk ke Kota
Padang dan 13 orang keluar Kota Padang.
d) Pengurusan proses pensiun sebanyak 24 orang
e) Pindah tugas sebanyak 7 orang
f) Terdapat sebanyak 695 orang yang terdiri dari cuti tahunan sebanyak 607
orang, cuti bersalin sebanyak 39 orang, cuti alasan penting sebanyak 43
orang dan cuti sakit sebanyak 6 orang.
g) Pengurusan Penetapan Angka Kredit (PAK) Fungsional tertentu
h) Pengurusan perceraian pegawai sebanyak 3 orang
i) Pembuatan Daftar Urut Kepegawaian (DUK) dan Bezetting/
semester
j) Melaksanakan administrasi penegakan disiplin pegawai di
lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang
k) Melaksanakan proses pelanggaran disiplin berdasarkan PP No.53
Tahun 2010 sebanyak 5 orang
l) Melaksanakan pertemuan dengan Tata Usaha Puskesmas se Kota
Padang dalam rangka pembinaan kepegawaian

7.1.2 Sub Bagian Keuangan


Pada tahun 2017 subbag keuangan mempunyai total dana program sebesar

52
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Rp. 166.599.750, yang terealisasikan sebesar Rp 164.421.950,- (98,63% ). Sub


Bagian Keuangan juga melaksanakan manajemen keuangan sesuai dengan bidang
tugasnya. Bendaharawan di bawah lingkungan Dinas kesehatan telah melakukan
pembukuan/administrasi keuangan serta pembuatan SPJ setiap bulan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Subbag Keuangan dalam rangka melaksanakan
kegiatannya telah melakukan administrasi keuangan baik kegiatan langsung dan
kegiatan tak langsung dengan perincian sebagai berikut :
a. Pendapatan / Penerimaan
Tahun 2017 pendapatan/penerimaan dikelola oleh BLUD Puskesmas dan
terealisasi sebesar Rp.30.840.141.486,- (89,37%) dari target sebesar Rp.
34.510.000.000,-. Sumber pendapatan tersebut berasal dari dana pendapatan
dari pelayanan kesehatan (SKK, SKK haji, imunisasi calon pengantin/Catin,
visum hidup, jasa giro dan dana non kapitasi) dan dana kapitasi FKTP
Puskesmas serta jasa pelayanan pasien umum.
b. Belanja /Pengeluaran yang Berasal Dari :
1) APBD Kota Padang
Belanja / pengeluaran yang berasal dari APBD Kota Padang yang
dialokasikan ke Dinas Kesehatan Kota Padang sebanyak
Rp.82.906.173.317 dan terealisasi sebesar Rp. 71.843.537.268,- (86,66%).
Anggaran ini alokasikan untuk kegiatan – kegiatan belanja tidak langsung
dan belanja langsung.
2) Dana APBN
Dana APBN untuk Dinas Kesehatan Kota Padang bersumber dari
dana alokasi khusus (DAK) dan dana dekonsentrasi yang berjumlah
Rp.34.491.439.000,-.
3) Dana – Dana Lainnya
Pada tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Padang juga mendapatkan
dana pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang berjumlah Rp.
438.126.860,-, dengan rincian :
 GF TB : Rp. 134.335.500,-
 GF AIDS : Rp. 305.869.670,-
53
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. Belanja Tidak Langsung


Belanja tidak langsung (BTL) dialokasikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Dinas
Kesehatan Kota Padang yang meliputi gaji pokok PNS, tunjangan keluarga,
tunjangan jabatan, tunjangan fungsional, tunjangan fungsional umum,
tunjangan beras, tunjangan PPh / tunjangan khusus, tambahan penghasilan
berdasarkan beban kerja dan tunjangan penghasilan berdasarkan tempat kerja.
Pada tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Padang mendapat alokasi BTL
sebanyak Rp. 75.261.183.617,- dan terealisasi sebanyak Rp. 73.931.284.977,-
(98,83%).
d. Aset
Pada tahun 2017 Subbag Keuangan melakukan kegiatan pembinaan,
pendataan dan penghapusan aset. Jumlah aset Dinas Kesehatan Kota Padang
yang dilakukan penghapusan sebesar Rp.2.085.292.587,02,- yang terdiri dari
peralatan dan mesin serta jalan irigasi dan jaringan, sehingga jumlah aset Dinas
Kesehatan Kota Padang tahun 2017 menjadi Rp.156.748.380.427,05 yang
terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan
jaringan, asset tetap lainnya serta kontruksi dalam pengerjaan. Selain itu dalam
rangka tertib manajemen aset telah dilakukan pemasangan kartu inventaris
ruangan (KIR) disetiap ruangan yang ada di DKK dan di Puskesmas sesuai
dengan inventaris barang yang ada dan labelisasi inventaris. Pembinaan aset
yang dilakukan diharapkan dapat mewujudkan WTP bagi Kota Padang.

7.1.3 Sub Bagian Program


Sub Bagian Program selama tahun 2017 telah melaksanakan kegiatan yang
bersifat perencanaan dan pelaporan. Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan
antara lain mengikuti Musrenbang dan forum SKPD, revisi Rencana Strategis
(RENSTRA) Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014-2019, pembuatan
Rencana Kerja (Renja), pembuatan Dokumen Pelaksanaan Anggaran/Perubahan
Anggaran (DPA/DPPA) melalui proses entry Rencana Kerja dan
Anggaran/Perubahan Anggaran (RKA/RKPA) ke aplikasi SIPKD, Perjanjian
54
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Kinerja (PK) dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU). Kegiatan pelaporan
yang dilaksanakan antara lain pembuatan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan,
buku Profil Kesehatan Kota Padang, penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP), laporan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (EKPPD) bidang kesehatan, Laporan Keterangan
PertanggungJawaban Walikota (LKPJ), laporan Realisasi Fisik dan Keuangan
(RFK) atau Sistem Pembangunan Daerah (Simbangda), laporan evaluasi renja
triwulan atau e-monev, pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) secara
online, laporan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP) dan evaluasi
penerapan aplikasi pelayanan kesehatan berbasis teknologi E-Puskesmas ke
Puskesmas.
Dinas Kesehatan Kota Padang sejak tahun 2010 telah menerapkan sistem
satu pintu untuk manajemen data. Hal ini berarti kegiatan pengolahan data,
pendistribusian data dan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa
untuk penelitian maupun data untuk lintas program dan sektoral yang terkait
dilakukan melalui Subbag Program.

7.2 Bidang Kesehatan Masyarakat


7.2.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
a. Penatalaksanaan Kasus Balita Gizi Buruk yang Memerlukan Perawatan
Dinas Kesehatan Kota Padang mempunyai 2 Puskesmas perawatan kasus
gizi buruk yaitu Puskesmas Nanggalo dan Bungus. Untuk kasus yang perlu
dirujuk ke rumah sakit, maka Dinas Kesehatan Kota Padang telah bekerjasama
dengan RSUD dr. Rasidin Padang dalam menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan gizi buruk.
Kasus balita gizi buruk nyata dengan indikator BB/TB < -3 SD selama
tahun 2017 dilaporkan sebanyak 66 orang. Sampai akhir Desember 2017
diperoleh data balita yang membaik artinya dari status gizi kurus sekali membaik
menjadi normal sebanyak 22 orang, status gizi kurus 29 orang, dan yang masih
menderita gizi buruk 10 orang. Kasus gizi buruk pada tahun 2017 menurun
dibandingkan pada tahun 2016 sebanyak 68 orang.

55
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Intervensi yang dilakukan adalah promosi dan edukasi ke masyarakat baik


pada waktu pelayanan di Puskesmas, pelaksanaan posyandu ataupun acara
tertentu yang bisa dilakukan penyuluhan, pelaksanaan Pos Gizi dan pemberian
PMT Pemulihan bagi balita gizi buruk dari keluarga miskin, berupa pemberian
susu dan MP-ASI berupa biscuit dan bubur, minimal selama 90 hari makan anak
dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dan pelatihan akselerasi
penurunan kasus gizi buruk bagi kader dan petugas Puskesmas juga untuk tokoh
masyarakat yang peduli kesehatan, juga diadakan pelatihan Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA) bagi petugas gizi Puskesmas dan bidan.
Pos Gizi merupakan kegiatan pemberian makanan anak untuk balita gizi
kurang yang tempatnya di pusatkan pada suatu tempat yang dikelola oleh kader
dan ibu balita dengan didampingi oleh petugas gizi Puskesmas. Untuk tahun 2017
khusus daerah mandiri pangan yang mendapatkan bantuan dana dari APBD
Propinsi yaitu wilayah kerja Puskesmas Pemancungan di Kelurahan Bukit Gado-
Gado dan di wilayah kerja Puskesmas Bungus yaitu di Kelurahan Sungai Pisang.
b. Penimbangan balita
Hasil penimbangan balita yang dilakukan setiap bulannya di posyandu, di
Puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya di Kota Padang, dari 22
Puskesmas yang tertinggi yaitu Puskesmas Ambacang 91,2 %, sedangkan yang
terendah di Puskesmas Anak Air yaitu sebesar 47,6 % seperti terlihat pada grafik
dibawah ini:
Grafik 7.1
Cakupan D/S Balita per Puskesmas Kota Padang Tahun 2017

100.0 91.2
90.0 78.1 79.1
82.4 83.1
80.0 72.9 75.0 75.2
66.7 67.4 69.2 69.6 69.7 71.1 71.4 71.5 72.0
70.0 61.8 63.1 64.4 64.5
53.8 55.7
60.0 47.6
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
Pemancun…

Lubeg
PADANG

Bungus
Pauh

Luki
L.Buaya

Kuranji

Belimbing
Alai

A.Dingin

Lapai
KPIK
Ulak Karang
Anak Air

Ambacang
Seb.Padang
DTH

Rawang
Andalas
Pagambiran
Nanggalo
Padang Pasir

Air Tawar

56
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita ini telah dilaksanakan


pelatihan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) bagi kader. Pokok kegiatan Kadarzi ini
adalah memantau berat badan secara teratur, makan beraneka ragam,
mengkonsumsi garam beryodium, memberikan hanya ASI kepada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan dan mendapatkan suplementasi gizi bagi anggota keluarga
yang membutuhkan.
c. Pemberian ASI Eksklusif
Cakupan ASI Eksklusif di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang adalah
74,8 %, cakupan ASI Eksklusif pada Puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut
ini:
Grafik 7.2
Cakupan ASI Eksklusif Di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2017
120.0
96.8100.0
100.0 87.8 89.9 91.5
83.0 86.5
82.1
74.8 76.8 76.8 78.5 81.3 81.5 82.3 82.4
80.0 67.7 69.5 69.8 70.0 71.2
59.8 62.3 64.2
60.0
40.0
20.0
0.0
Dadok T.Hitam

Lapai
Bungus

Alai
Pauh
PADANG
Andalas

Anak air

Ambacang

Nanggalo

Kuranji
Belimbing

Pagambiran
Air Dingin
Ikur Koto

Seberang Padang

Ulak Karang
Pemancungan
Padang Pasir

Air Tawar
Lubuk Kilangan

Lubuk Buaya
Lubuk Begalung
Rawang Barat

Untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif ini telah dilaksanakan


beberapa kegiatan seperti promosi dan edukasi masyarakat melalui posyandu,
pemberdayaan masyarakat melalui Kelompok Pendukung ASI, hampir semua
Puskesmas sudah membentuk kelompok pendukung ASI. Rendahnya cakupan
ASI Eksklusif ini disebabkan karena ibu bekerja, kurangnya pengetahuan ibu dan
kurangnya dukungan keluarga. Selain itu, untuk mendukung pencapaian cakupan
ASI Eksklusif di Kota Padang, maka sudah lahir Perwako No 7 tahun 2015
tentang Penyediaan Ruang Menyusui dan atau Memerah ASI maka Dinas
Kesehatan Kota Padang perlu mensosialisasikan kepada semua SKPD terkait,
57
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

tempat-tempat pelayanan publik seperti Rumah Sakit, Hotel, Plaza, Sekolah dan
Universitas yang ada di Kota Padang.
d. Pemantauan Garam Beryodium
Masalah kekurangan gizi mikro yang masih dihadapi adalah kekurangan
yodium atau lebih di kenal dengan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
Tujuan umum kegiatan ini adalah terlaksananya pemantauan garam untuk
memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beryodium yang
memenuhi syarat di masyarakat. Cakupan garam beryodium di Kota Padang pada
tahun 2017 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 7.3
Cakupan Garam Beryodium
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017
102 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 99 99 99 99 100 99
98
98 97 97
96 97 97
96
96
94 93

92
90
88
Rawang

Seb Padang
Pauh
Andalas

Kuranji

Bungus

Nanggalo
Lb. Buaya

Alai

Lapai
PADANG

Pdg Pasir

Ulak Karang

Ikur Koto
Anak Air

Ambacang

Pegambiran
Belimbing

Lubuk Begalung
Lubuk Kilangan

Pemancungan
Dadok T H
Air Dingin
Air Tawar

Pemeriksaan garam beryodium dilakukan pada bulan Februari dan Agustus.


Berdasarkan grafik di atas, hasil pemantauan garam beryodium yang dilaksanakan
oleh Puskesmas rata-rata cakupan garam beryodium lebih dari 90 %.
e. Distribusi Vitamin A pada balita 6-59 bulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat di
perlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh) untuk
melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain. Selain itu
vitamin A juga salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Untuk bayi
58
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

berusia 6 - 11 bulan, diberikan kapsul vitamin A bewarna biru dengan dosis


100.000 IU dan untuk usia 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna
merah dengan dosis 200.000 IU.
Capaian distribusi vitamin A paling rendah adalah pada Puskesmas Air Tawar
dan yang paling tinggi adalah Puskesmas Lubuk Kilangan. Capaian distribusi
vitamin A dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 7.4
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Di Puskesmas
Kota Padang Tahun 2017
250.0

200.0

150.0 100.0 99.4 95.6


93.6 97.2 95.1
82.0 85.6 75.3 85.6 84.9 85.3 86.9 87.2 82.4
70.6 86.9 74.6 83.7 100.0 68.6 84.5
100.0 77.4
60.1

50.0 87.1 86.4 90.9 88.4100.0 76.6 84.6 100.0 96.6 82.6 79.0 87.0 85.5 95.8 91.9
70.2 86.4 84.3 57.7 78.8 91.9 76.8 65.8 63.4
0.0

Alai
Kuranji
Andalas

Lapai
Ambacang

Lubuk Begalung
PADANG

Seberang Padang
Air Dingin
Belimbing

Pemancungan
Pauh

Bungus
Lubuk Kilangan

Lubuk Buaya
Ikur Koto
Padang Pasir

Rawang Barat

Ulak Karang
Air Tawar

Nanggalo

Pagambiran
Anak air
Dadok T.Hitam

** Ket gambar : Biru (bawah) = 6-11 bulan ; Merah (atas) = 12-59 bulan
f. Distribusi Tablet Tambah Darah (TTD)/Fe pada Ibu Hamil
Tablet tambah darah diberikan kepada ibu hamil minimal 1 tablet 1 hari
selama 90 hari selama kehamilan. TTD ini berfungsi untuk mencegah kejadian
anemia defisiensi besi pada ibu hamil. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil
merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia
terutama dinegara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami
defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak
jarang keduanya saling berinteraksi.
59
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pemberian TTD ini belum maksimal karena masih tingginya angka anemia
besi pada ibu hamil yaitu sebesar 31,7 % berdasarkan Riskesdas 2013 dan masih
ada kasus abortus dan BBLR. Hal ini disebabkan karena ibu hamil yang sudah
mendapatkan TTD tidak mengkonsumsi TTD ini secara rutin dan sampai habis.
Untuk tahun 2017 capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Lubuk Kilangan Fe1
(101,38%) dan Fe3 (100,46%) sementara capaian terendah terdapat di Puskemas
Lubuk Buaya dengan Fe1 (85,5%) dan Fe3 (83,8%).
g. Ibu Hamil KEK yang Mendapat Makanan Tambahan
Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan ukuran LILA (lingkar lengan atas)
< 23,5 cm dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah. Makanan
tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan asupan zat gizi di
luar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau makanan
tambahan lokal yang diberikan minimal selama 90 HMI (hari makanan ibu).
Makanan tambahan ini diberikan untuk ibu hamil dari keluarga miskin. Makanan
tambahan ibu hamil KEK di Kota Padang diberikan dalam bentuk biskuit dan susu
ibu.
Tahun 2017 kasus ibu hamil KEK yang diberikan PMT adalah 1121 ibu
hamil KEK yang ada. Kasus tertinggi ibu hamil KEK yang diberikan PMT
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan (136 orang) dan yang
terendah terdapat di wilayah kerja Puskemas Ulak Karang ( 12 orang).
h. Ibu nifas mendapatkan kapsul vitamin A
Vitamin A adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem penglihatan,
fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi. Vitamin A perlu diberikan
dan penting bagi ibu selama dalam masa nifas. Pemberian kapsul vitamin A bagi
ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga
pemberian kapsul vitamin A (200.000 unit) pada ibu nifas selain bermanfaat bagi
ibu juga bermanfaat pada bayi, karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya
sehingga secara tidak langsung bayi pun juga memperolehnya. Manfaat vitamin A
selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat juga meningkatakan
kelangsungan hidup anak serta membantu pemulihan kesehatan ibu nifas yang

60
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

erat kaitanya dengan anemia dan mengurangi resiko buta senja pada ibu menyusui
ini sering terjadi karena kurang vitamin A.
Ibu nifas mendapatkan 2 kapsul vitamin A, satu kapsul segera setelah
melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal 24 jam setelah pemberian
pertama. Cakupan Ibu nifas yang mendapatkan Vitamin A di Kota Padang tahun
2017 sebanyak 95,9%, dimana 6 Puskesmas capaiannya melebihi 100 %, yaitu
Puskesmas Padang Pasir, Ikur Koto, Dadok Tunggul Hitam, Ambacang, Pauh dan
Lubuk Kilangan. Capaian terendah pada Puskesmas Lubuk Buaya sebesar 75,1%.
i. Balita yang mempunyai KMS/Buku KIA
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks berat badan menurut umur yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin. KMS digunakan untuk mencatat berat badan,
memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media penyuluhan gizi
dan kesehatan balita. Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu
(hamil, bersalin, nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta
berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
Untuk tahun 2017 persentase balita yang mempeunyai KMS/Buku KIA
sebesar 85,58%. Persentase terendah balita yang mempunyai buku KIA terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang (25,09%) dan yang tertinggi
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir, Rawang, Pauh, dan
Pagambiran (100%).
j. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan
gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi
perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah
dibawah garis merah. Naik-Turunnya berat badan balita selalu mengikuti pita
warna pada KMS. Gizi buruk atau gizi kurang dapat dilihat dari status gizi balita
yang dideteksi melalui kurva berat badan pada KMS. Balita sehat jika berat badan
selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna di atasnya.
Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus bila berat
badan balita di bawah garis merah (BGM). Cakupan BGM tertinggi terdapat di
61
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

wilayah kerja Puskemas Air Dingin (4,55%) dan yang terendah terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Belimbing (0.07%). Berat Badan di Bawah Garis Merah
(BGM) di Kota Padang dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.5
Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017
5.00 4.55 4.51

4.00
2.83
3.00 2.42 2.40
2.16 2.32
1.67
2.00 1.60
1.36
1.15
0.95 1.03
0.75
1.00 0.42 0.52 0.48 0.46 0.37
0.57
0.30
0.07 0.07
-

Lubuk…
Lubuk…
Seberang…

Lubuk Buaya
Andalas

Alai

Anak Air

Pauh

PADANG
Nanggalo

Kuranji
Lapai

Bungus
Ulak Karang

Ikur Koto

Ambacang
Rawang Barat

Belimbing
Air Tawar

Pagambiran
Air Dingin
Padang Pasir

Pemancungan

Keadaan BGM yang tinggi di Puskesmas Air Dingin memerlukan


pemantauan agar jangan sampai balita BGM jatuh kedalam kondisi gizi buruk.
k. Pelaksanaan Program Kesehatan Lansia
Jumlah posyandu lansia di Kota Padang sebanyak 196 pos dengan jumlah
kader 585 orang. Setiap pos dengan 3 orang kader. Cakupan pelayanan lansia di
Kota Padang pada tahun 2017 sebanyak 50% . Cakupan ini meningkat dari tahun
2016 (17,85 %). Peningkatan cakupan ini karena meningkatnya partisipasi lansia
dalam memanfaatkan posyandu lansia dan pelayanan kesehatan lansia di
Puskesmas yang berbasis Puskesmas santun lansia sangat berpengaruh terhadap
cakupan pelayanan. Penyakit terbanyak pada lansia diantaranya adalah Hipertensi,
Diabetes Mellitus, anemia dan gangguan ginjal.
l. Pelaksanaan Program UKS
Peningkatan pelayanan kesehatan anak sekolah bertujuan untuk memantau
status kesehatan dan status gizi anak sekolah melalui kegiatan screening kesehatan
anak baru masuk sekolah (SD, SMP, SMU). Masalah pada anak sekolah baru
masuk ini antara lain: caries, anemia dan tajam penglihatan. Cakupan pelayanan
anak sekolah tahun 2013-2017 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

62
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.6
Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Baru Masuk Sekolah
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2013 s/d 2017

100
2017 100
100
98.9
2016 100
100
100 SMA
2015 100
100 SMP
70.7
2014 100 SD
93.2
90.8
2013 100
95.5

0 20 40 60 80 100 120

** Ket gambar : hijau (atas) = SMA ; Merah (tengah) = SMP;biru (bawah) = SD

m. Kunjungan Ibu Hamil Kefasilitas Kesehatan ( K1 dan K4)


Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan kesehatan ibu hamil (K1,
K4) Deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh tenaga kesehatan/masyarakat. Cakupan
pelayanan Ibu Hamil K1 adalah Kunjungan Ibu Hamil yang pertama kali pada
masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan. Cakupan pelayanan ibu
hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit empat kali. Pelayanan ibu hamil yang dianjurkan adalah minimal
satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada
triwulan ketiga umur kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
yaitu 10T yang mencakup :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Pemeriksaan Tekanan darah
3) Nilai status gizi (LILA)
4) Tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan bila diperlukan
7) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8) Tes laboratorium (triple E)
9) Tatalaksana kasus
63
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

10) Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan


pencegahan komplikasi serta KB pasca salin.
Cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1) di Kota Padang tahun 2017
sebesar 97,8%, dimana capaian kunjungan tertinggi terdapat pada Puskesmas
Lubuk Kilangan (101,38%) dan pencapaian terendah terdapat pada Puskesmas
Lubuk Buaya (84,6%). Untuk Kunjungan K4, pencapaian tertinggi terdapat pada
Puskesmas Dadok Tunggul Hitam (102 %) dan pencapaian terendah terdapat pada
Puskesmas Lubuk Buaya (82,2%) yang dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 7.7
Cakupan K4 Ibu Hamil Puskesmas Kota Padang Tahun 2017
120.00 100.46
97.62 99.18 92.31 96.30 98.84 97.64 97.48 97.02 97.45 99.80
95.19 96.53 95.25 92.57 95.60 95.76 95.05 98.53 96.01 101.95
100.00 82.17
91.53 95.61
80.00
60.00
40.00
20.00
-
Ambacang
Air Tawar

Belimbing
Lapai

Bungus

Padang
Alai

Air Dingin

Pegambiran
Andalas

Anak Air

Kuranji
Pdg. Pasir

Seb. Padang

Rawang

Pauh
Ikur koto
Nanggalo
Ulak Karang

Pemancungan

Lb. Buaya

Lb. Kilangan
Lb. Begalung

Dadok TH

n. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi dan Penanganan Komplikasi


Kebidanan
Deteksi ibu hamil risiko tinggi adalah ibu hamil yang beresiko terhadap
kehamilan dan terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Tujuan dilakukan deteksi ibu
hamil resiko tinggi agar dapat mengetahui apakah ibu hamil pada saat hamil,
bersalin maupun nifas tidak dalam kondisi komplikasi dan aman dalam
persalinan. Sesuai dengan definisi operasional bahwa perhitungan ibu hamil
resiko tinggi ibu 20% dari sasaran ibu hamil.
Tahun 2017 deteksi dini resti bumil oleh tenaga kesehatan mencapai 99,3 %,
dengan capaian terendah pada Puskesmas Pemancungan (49,1%). dan 11
Puskesmas yang pencapaiannya belum mencapai target yaitu : Puskesmas Padang
64
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pasir, Andalas, Ulak Karang, Pemancungan, Air Tawar, Rawang, Anak Air, Ikur
Koto, Nanggalo, Lapai, Pauh.
o. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan se Kota Padang tahun 2017
sebesar 96,7%. Capaian ini belum mencapai target 100%. Puskesmas yang sudah
mencapai target yaitu Puskesmas Padang Pasir, Alai, Air Dingin, Ikur Koto,
Lubuk Kilangan dan Dadok Tunggul Hitam.
p. Kunjungan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas dan Neonatus
Cakupan Pelayanan Nifas (KF) dan Cakupan Pelayanan Neonatus (KN)
adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan sesuai standar. Pelayanan Nifas sesuai standar adalah pelayanan
kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3
hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian Vitamin A 2
kali serta persiapan dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan.
Cakupan kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus
pada masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah kelahiran sesuai standar yakni,
mendapatkan suntikan Vit K, Hb 0 dan ASI Eksklusif di fasilitas kesehatan,
posyandu maupun kunjungan rumah. Standar Pelayanan Minimalnya adalah satu
kali pada 6 - 48 jam (KN 1), satu kali pada 3 - 7 hari (KN 2), satu kali pada 8 - 28
hari (KN 3). Pencatatannya dengan memakai Formulir Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) dan Register Kohort Bayi. Cakupan kunjungan ibu nifas lengkap
(KF3) dan neonates lengkap (KN lengkap) Kota Padang dapat dilihat pada grafik
berikut :

65
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.8
Cakupan Kunjungan KF3 dan KN Lengkap
Kota Padang Tahun 2013 – 2017

** Ket gambar : Biru (kiri) = KF ; Merah (kanan) = KN


q. Keluarga Berencana
Pelayanan Keluarga Berencana berkualitas adalah pelayanan KB sesuai
standar dengan menghormati hak individu dalam merencanakan Kehamilan,
sehingga diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angka kematian Ibu dan
menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah memiliki 2 anak.
Walaupun program Berencana sudah lama mulai di Indonesia namun pasangan
yang ber KB masih jauh dari target program. Pencapaian pelayanan KB Kota
Padang tahun 2017 adalah 64,24% dari target 75%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.9
Cakupan Peserta KB Aktif per Puskesmas Tahun 2017
90 71.18 79.48 79.92 79.2
80 69.2
68.99 70.06 70.43 67.77 75.56 64.79
60.22 64.52 64.24
70 57.76 60.36 56.39 67.49 58.49 64.77 56.95 59.1858.99
60
50
40
30
20
10
0
KB aktif
Seberang…

Padang
Ulak Karang
Alai

Lapai

Bungus
Pauh
Andalas

Lubuk Buaya

Ikua Koto
Anak Air

Ambacang
Rawang

Nanggalo

Belimbing

Lubuk Begalung
Padang pasir

Air Dingin
Pemancungan
Air Tawar

Lubuk Kilangan

Pegambiran
Kuranji

Pada grafik diatas dari 22 Puskesmas di Kota padang hanya 4 Puskesmas


yang mencapai target peserta Aktif KB. Pencapaian tertinggi adalah Puskesmas

66
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Ambacang dan yang paling rendah adalah Puskesmas Lubuk Buaya. Hal ini
disebabkan karena belum terlaksananya pemantauan wilayah oleh pemegang
wilayah dan belum terdokumentasinya pelayananan KB diwilayah Puskesmas
Kota Padang.
r. Kunjungan Neonatus I dan Neonatus Komplikasi
Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan neonatus pertama (KN1) adalah
cakupan kunjungan neonatal yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6
jam sampai dengan 48 jam setelah lahir. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), pemeriksaan dan perawatan BBL,
pemeriksaan tanda bahaya, pemberian imunisasi, memastikan bayi mendapatkan
injeksi vitamin K, salep mata antibiotika, konseling dengan menggunakan buku
KIA serta penanganan dan rujukan kasus. Sedangkan Penanganan Neonatus
Komplikasi adalah neonatus dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada satu
tahun yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di
seluruh sarana pelayanan kesehatan. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (bayi
berat lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital
maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada MTBS.
Grafik 7.10
Pencapaian KN 1 dan Neonatus Komplikasi yang tertangani
di Kota Padang tahun 2013 – 2017
120
97 96.6 99 97 99.53
100
80 61.9 66.38
55.1
60 KN1
39.1
40 21.6 NEO KOMP
20
0
2013 2014 2015 2016 2017

** Ket gambar : Biru (kiri) = KN1 ; Merah (kanan) = neonates komplikasi


Dari Grafik diatas dapat dilihat cakupan kunjungan pelayanan kesehatan
neonatus pertama (KN1) tahun 2013-2017 sudah mencapai target > 90%. Untuk
neonatus komplikasi targetnya adalah 15% dari sasaran bayi. Bila diperhatikan
67
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

capaian pelayanan neonatus komplikasi yang tertangani setiap tahun terjadi


peningkatan walaupun masih jauh dari target yang ditetapkan yakni 80 %.
s. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Balita
Upaya Kesehatan Anak dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di
dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya yang ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup
anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental, emosional
maupun sosial serta memiliki intelegensia majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya. Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi post neonatal yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan
perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan yang harus didapatkan oleh
bayi antara lain mendapatkan Imunisasi dasar lengkap, SDIDTK, Vit A 100.000
IU, Konseling ASI Eksklusif, Perawatan bayi dengan Buku KIA, Penanganan dan
rujukan kasus bila diperlukan. Sedangkan Kunjungan Pelayanan kesehatan Anak
Balita Adalah Cakupan pelayanan anak balita adalah anak usia 12 – 59 bulan yang
memperoleh pelayanan sesuai standar, pemantauan pertumbuhan minimal 8 x
setahun. Pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2
x setahun dan pelayanan balita sakit sesuai standar menggunakan pendekatan
MTBS.
Grafik 7.11
Pencapaian Kunjungan Bayi dan Kunjungan Balita ke Pelayanan
Kesehatan di Kota Padang tahun 2013 – 2017
95 91.7 92.9 92.7 92.95
90.6 89.7 90.6
88.9
90
85 81.3
77.7 bayi
80
75 balita

70
2013 2014 2015 2016 2017

** Ket gambar : Biru (kiri) = bayi ; Merah (kanan) = balita


Grafik diatas memperlihatkan pencapaian kunjungan bayi ke pelayanan
kesehatan terendah terjadi pada tahun 2014 (77,7%) dan capaian kunjungan balita
68
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

ke pelayanan kesehatan terendah terjadi pada tahun 2014 dan 2016 (90,6%). Pada
tahun 2017 cakupan pelayanan kesehatan balita mencapai target 90%, sedangkan
cakupan kunjungan bayi masih belum mencapai target 95%.
t. Diteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Program Kesehatan Anak tahun 2013 – 2017 masih berfokus kepada
kunjungan neonatus, pelayanan kesehatan bayi dan balita, Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita, pelaksanaan kelas ibu balita,
serta meningkatkan derajat kesehatan anak usia prasekolah dan usia sekolah.
Hasil cakupan SDIDTK anak balita Kota Padang dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :
Grafik 7.12
Cakupan SDIDTK Bayi Dan Balita Kontak I Puskesmas
Se Kota Padang Tahun 2017

** Ket gambar : Biru (kiri) = DDTK 1 ; Merah (kanan) = DDTK lengkap


Grafik di atas menunjukkan cakupan SDIDTK Balita Kontak I tertinggi
pada Puskesmas Belimbing (137,4%) sedangkan cakupan terendah yakni
Puskesmas Lubuk Buaya (72,8%). Cakupan SDIDTK Balita Kontak I Lengkap
tertinggi pada Puskesmas Pegambiran (106,3%) sedangkan cakupan terendah
yakni Puskesmas Lubuk Buaya (65,4%).
u. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Pada tahun 2017 Puskesmas di Kota Padang sudah melaksanakan MTBS
sesuai target, namun masih ada 2 Puskesmas yang belum melaksanakan 100%

69
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

MTBS pada balita, yaitu Puskesmas Padang Pasir dan Belimbing. Oleh sebab itu
kedepannya diharapkan tenaga kesehatan di Puskesmas menggunakan MTBS
dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada semua balita sakit.
r. Pemantauan Kasus Kematian Ibu dan Anak
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
keberhasilan derajat kesehatan suatu wilayah. Untuk itu pemerintah berupaya
bahu membahu membuat berbagai strategi untuk akselerasi penurunan Angka
Kematian Ibu. Sejalan dengan tingginya akses pelayanan, seharusnya kualitas
asuhan antenatal juga harus dimantapkan. Ibu hamil perlu mendapatkan
perlindungan secara menyeluruh, baik mengenai kehamilan dan komplikasi
kehamilan. Pelayanan yang berkualitas dan sesuai standar juga penting serta
dukungan kemampuan manajerial bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Setiap ibu hamil pertama kali berkunjung ke fasilitas kesehatan harus
dilakukan asuhan kebidanan yang adekwat sesuai dengan standar 10 T. Ibu yang
berisiko tinggi saat hamil harus tertatalaksana dengan baik dan benar selama masa
kehamilan, bersalin dan dirujuk secara berjenjang sesuai dengan jenjang rujukan
sehingga angka kematian ibu oleh penyebab langsung dapat diminimalkan.
Selanjutnya untus kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal maka rujukan
kasus melalui aplikasi Sijari Emas.
Jumlah kematian ibu pada tahun 2017 adalah 16 kasus. Jumlah ini
mengalami penurunan dari tahun 2016 (20 kasus). Untuk tahun 2017 penyebab
kematian ibu adalah preeklamsia 6 kasus, perdarahan 5 kasus, asma bronchial 2
kasus, sepsis 1 kasus, karsinoma recti 1 kasus, dan hiperemesis gravidarum 1
kasus. ANC yang tidak berkualitas, kelas ibu hamil yang tidak sesuai standar,
P4K yang tidak terencana dengan baik, ibu hamil resiko tinggi dan persalinan
yang tidak aman masih menjadi penyumbang tingginya angka kematian Ibu.
Selain AKI, AKB juga merupakan salah satu indikator keberhasilan derajat
kesehatan suatu wilayah. Penurunan AKB menunjukkan kualitas pelayanan
kesehatan karena pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor kritis yang
diharapkan menghasilkan keluaran dan dampak yang berarti, terutama jika akses
dan kualitas pelayanan kesehatan ditingkatkan. Angka kematian bayi (kematian
70
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

bayi pada 1000 kelahiran hidup), tidak berubah banyak dalam satu dekade
terakhir.
Pada tahun 2017 jumlah kematian bayi Kota Padang sebanyak 89 kasus.
Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 111 kasus. Penyebab
kematian terbanyak pada tahun 2017 masih sama dengan pada tahun 2016 yaitu
BBLR (27%) dan asfiksia (22 %). Untuk itu peningkatan akses pelayanan berupa
peningkatan kapasitas petugas dalam penangan kegawatdarutan bayi baru lahir
serta penatalakasaan rujukan merupakan hal yang sangat penting untuk ditindak
lanjuti.

7.2.2 Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Kelurahan Siaga
Kelurahan Siaga adalah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan
sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Kelurahan Siaga dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor:564/Menkes/SK/VIII/2006. Pengembangan Kelurahan Siaga dilaksanakan
melalui pembentukan Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) yaitu salah satu
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk dalam
rangka menyediakan/mendekatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
meliputi kegiatan peningkatan hidup sehat (promotif), pencegahan penyakit
(preventif) dan pengobatan (kuratif) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
terutama bidan dengan melibatkan kader dan tenaga sukarela lainnya.
Semua kelurahan yang ada di Kota Padang (104 kelurahan) sudah
membentuk kelurahan siaga. Tingkat perkembangan (strata) kelurahan siaga Kota
Padang tahun 2017 adalah pratama sebanyak 29 kelurahan (27,88%), madya 32
kelurahan (30,77%), purnama 22 kelurahan (21,15%) dan mandiri 21 kelurahan
(20,19%). Perkembangan kelurahan siaga di Kota Padang adalah ditandai dengan
dibangunnya 27 Poskeskel dari dana Pemerintah (APBN, APBD), PNPM dan
swadaya masyarakat, sehingga pada tahun 2017 dari 104 kelurahan yang ada di
Kota Padang 82 kelurahan (78,84%) sudah memiliki Poskeskel. Poskeskel yang
71
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

memiliki gedung permanen untuk kegiatan Poskeskel berjumlah 27 Poskeskel


(32,93%), sedangkan 55 Poskeskel (67,07%) masih menumpang pada Pustu,
kantor lurah dan balai pemuda.
b. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Pondok Pesantren merupakan kelompok masyarakat yang perlu dibina,
yang mempunyai warga belajar yang disebut santri. Kelompok ini juga rawan
dengan masalah kesehatan, oleh sebab itu perlu dibentuk Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren). Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok
pesantrean dalam bidang kesehatan.
Jumlah Pesantren yang ada di Kota Padang sebanyak 9 unit dengan jumlah
santri sebanyak 3.062 orang. Pada tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Padang
telah melakukan pertemuan tentang Pos Kesehatan Pesantren berdasarkan acuan
dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren. Acara tersebut
dihadiri oleh peserta sebanyak 26 orang yang berasal dari pesantren yang ada di
Kota Padang dan pembina wilayah Puskesmas.
Adapun kegiatan yang dilakukan di pesantren yaitu kegiatan penyuluhan
kesehatan, pemeriksaan kesehatan santri, pemeriksaan kesehatan lingkungan
pesantren serta pembinaan PHBS di pesantren. Perkembangan strata Poskestren
Kota Padang tahun 2016 adalah strata pratama 2 pesantren (22,2%), madya 3
pesantren (33,3%) dan mandiri 4 pesantren (44,5%).
c. Satuan Karya Bakti Husada (SBH)
Satuan Karya Bakti Husada (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi
muda khususnya pramuka didalam bidang kesehatan. SBH merupakan bentuk
wadah pramuka untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman
dan kesempatan untuk membaktikan diri pada masyarakat dalam rangka mencapai
masyarakat yang sehat.
Pada tahun 2015 Dinas Kesehatan Kota Padang melakukan pelantikan
pengurus Saka Bakti Husada periode 2015 – 2019 pada tanggal 13 Desember
2015 dan pelantikan dilakukan oleh ketua kwarcab Padang. Pengurus SBH

72
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

dengan melibatkan semua tenaga kesehatan baik di Puskesmas, Dinas Kesehatan


Kota Padang dan pengurus kwarcab Padang.
Pada tahun 2016 Puskesmas Lubuk Kilangan melakukan pelantikan
pengurus Saka Bakti Husada di SMA 14, SMK Semen Padang dan SMA Semen
Padang yang pelantikannya langsung dilakukan oleh Kwartir Cabang Padang.
Pada tahun 2017 ini Kecamatan Padang Timur melakukan pertemuan dan
Pelantikan pengurus Saka Bhakti Husada yang pelantikannya langsung di lakukan
oleh Kwarcab Kota Padang.
d. Tanaman Obat Keluarga (Toga)
Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan sebuah lahan atau pekarangan
yang dimanfaatkan untuk mananam tanaman yang berkhasiat sebagai obat. TOGA
merupakan wujud peran aktif masyarakat dalam peningkatan kesehatan dan
pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisionil.
Fungsi utama TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat
dipergunakan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, mengobati gejala dan
beberapa penyakit ringan, memperbaiki gizi masyarakat, memperindah
pemandangan dan dapat menambah penghasilan keluarga. Hasil pendataan
tanaman obat Kota Padang tahun 2017 didapat jumlah TOGA sebanyak 26.847.
e. Posyandu
Posyandu merupakan bentuk UKBM yang paling populer dan memberikan
konstribusi terhadap percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kegiatan
Posyandu dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh kader-kader
Posyandu. Pada tahun 2017 jumlah Posyandu Kota Padang 905 Posyandu dengan
perkembangan strata Posyandu adalah strata pratama sebanyak 4 Posyandu
(0,44%), madya 162 Posyandu (17,90 %), purnama 565 Posyandu (62,43%) dan
mandiri 174 Posyandu (19,23 %). Posyandu aktif sebanyak 739 Posyandu
(81,66%) dan kader aktif sebanyak 2.952 orang dengan capaian D/S 71,10%.
Capaian D/S ini masih belum mencapai target 85%.
f. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Pembinaan PHBS dilaksanakan dibeberapa tatanan antara lain : tatanan
rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja dan tatanan
73
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

fasilitas kerja. Namun Dinas Kesehatan Kota Padang lebih memfokuskan pada
tatanan rumah tangga. PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat, dengan tujuan terciptanya rumah tangga sehat.
Pada tahun 2017 jumlah rumah tangga Kota Padang sebanyak 203.702
rumah tangga. Jumlah rumah tangga yang dipantau PHBS sebanyak 100.652
rumah tangga (49,41%) dan didapat rumah tangga yang berPHBS sebanyak
42.346 rumah tangga (42,07%).
g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan kepada masyarakat
terbagi 2 lokasi yaitu dalam gedung dan luar gedung baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kegiatan penyuluhan dalam gedung di Puskesmas se Kota Padang
dilaksanakan sebelum jam pelayanan dimulai, dengan sasaran seluruh masyarakat
yang berkunjung ke Puskesmas minimal 2 kali dalam seminggu disesuaikan
dengan hari dimana pasien ramai berkunjung ke Puskesmas. Topik penyuluhan
disesuaikan dengan masalah atau kondisi yang ada di wilayah kerja masing-
masing Puskesmas dan dikoordinir oleh tenaga promosi kesehatan di masing-
masing Puskesmas. Pada tahun 2017 Puskesmas melaksanakan 2.320 kali
penyuluhan dalam gedung dengan jumlah masyarakat yang diberi penyuluhan
64.794 orang.
Kegiatan penyuluhan kesehatan luar gedung adalah penyuluhan kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti di Posyandu
Balita, Posyandu Usila, kegiatan UKS , Mushalla, Mesjid, Kantor Lurah dan lain-
lain. Pada tahun 2017 penyuluhan luar gedung dilakukan oleh semua Puskesmas
sebanyak 15.346 kali dengan jumlah masyarakat yang diberi penyuluhan
sebanyak 552.217 orang.
Penyuluhan juga dilakukan dengan penyebarluasan informasi kesehatan
melalui penyuluhan keliling yang dilaksanakan oleh Puskesmas maupun seksi
Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang dengan frekwensi kegiatan
penyuluhan keliling sebanyak 973 kali. Penyuluhan tidak langsung dilakukan oleh
74
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

seksi promosi kesehatan melalui media cetak berupa poster, spanduk, leaflet,
stiker dan media elektronik berupa dialog interaktif dan liputan kegiatan kawasan
tanpa rokok (KTR).
Khusus untuk penyebaran informasi kesehatan tentang HIV – AIDS
dilaporkan satu kali per triwulannya, kegiatan penyuluhan dilaksanakan di dalam
dan di luar gedung baik itu oleh petugas Puskesmas maupun dari bagian Promosi
Kesehatan Dinas kesehatan Kota Padang. Sasaran penyuluhan adalah masyarakat
usia 15 tahun sampai 25 tahun dengan jumlah yang disuluh 26.613 orang. Lokasi
penyuluhan dilakukan di Puskesmas, sekolah (SLTP/MTsN dan SLTA), mesjid,
kelurahan, mushala dan tempat lain.

7.2.3 Seksi Kesling, Kesehatan Kerja dan Olah Raga


a. Pengawasan Sanitasi TTU dan TPM
Dalam rangka penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat
Pengolahan Makanan (TPM), maka Dinas Kesehatan Kota Padang melaksanakan
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan TTU dan TPM yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan. Adapun indikator pemeriksaan TTU adalah:
adanya jamban sehat, sarana air bersih, tempat sampah dan lingkungan bersih.
Sedangkan bagi TPM yang menjadi indikator pemeriksaan adalah : adanya tempat
air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan
makanan siap saji, penyimpanan peralatan bebas pencemaran, ada tempat cuci
tangan, ada tempat sampah, bebas lalat, tikus, dan binatang lainnya, ada SPAL
dan lingkungan yang bersih.
Tempat–tempat umum (TTU) adalah merupakan suatu tempat dimana
masyarakat banyak berkumpul dan melaksanakan aktifitas/kegiatannya dan oleh
karena itu perlu dikelola untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif
secara sosial ekonomis. Penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di
luar kewenangan Dinas Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut
harus memenuhi persyaratan kesehatan yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan
75
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan


terjadinya kecelakaan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
Pengawasan sanitasi TTU bertujuan untuk mewujudkan kondisi TTU yang
memenuhi syarat agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya
penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat. Selain itu diharapkan agar pengunjung TTU menggunakan dan
memelihara fasilitas sanitasi yang tersedia di TTU tersebut, dan
pengelola/penanggung jawab TTU dengan upaya sendiri mampu menciptakan
sanitasi TTU.
Di Kota Padang terdapat sebanyak 768 TTU yang terdiri dari sarana
pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Kegiatan rutin pengawasan pada TTU
dilakukan oleh Puskesmas sesuai dengan target dan jumlah sarana yang ada.
Jumlah sarana TTU terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir,
disusul oleh Puskesmas Andalas. Disamping pengawasan rutin oleh Puskesmas
juga ada kegiatan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan secara bersama
dengan lintas program dan lintas sektor terkait sehubungan adanya permintaan
pengurusan perizinan terhadap sarana dimaksud. Selama tahun 2017 telah
dilakukan pemeriksaan terhadap 768 (100%) TTU dan diketahui bahwa 521
sarana TTU (67,84%) memenuhi syarat kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.13
Persentase TTU Kota Padang Tahun 2017
yang Memenuhi Syarat Kesehatan

76
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Hal yang membuat tidak memenuhi syarat kesehatan umumnya adalah


kurangnya sarana sanitasi dasar seperti tidak tersedianya jamban yang memenuhi
syarat, kurangnya air bersih dan lingkungan sarana yang kotor.
Selain TTU, TPM (tempat pengolahan makanan) merupakan salah satu jenis
tempat pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan bagi
masyarakat banyak. Hal ini berarti TPM memiliki potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari
makanan yang dihasilkannya. Oleh sebab itu kualitas makanan yang dihasilkan,
disajikan dan dijual oleh TPM harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah
satu syarat kesehatan TPM yang penting dan mempengaruhi kualitas hygiene
sanitasi makanan tersebut adalah faktor lokasi dan bangunan TPM. Lokasi dan
bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya
kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus dan
parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan risiko terhadap
kesehatan. Indikator pemeriksaan TPM adalah adanya tempat air bersih, tempat
penyimpanan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan makanan siap saji,
penyimpanan peralatan bebas pencemaran, ada tempat cuci tangan, ada tempat
sampah,
Di Kota Padang terdapat sebanyak 3375 TPM yang terdiri dari rumah
makan, restoran, jasa boga, warung kopi, kantin dan sebagainya yang menyebar
diseluruh wilayah kerja Puskesmas. Kegiatan rutin pengawasan pada TPM
dilakukan oleh Puskesmas sesuai dengan target dan jumlah sarana yang ada.
Jumlah sarana TPM terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir,
disusul oleh Puskesmas Lubuk Buaya. Disamping pengawasan rutin oleh
Puskesmas juga ada kegiatan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan secara
bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait sehubungan adanya
permintaan pengurusan perizinan terhadap sarana dimaksud. Selama tahun 2017
telah dilakukan pemeriksaan terhadap 3375 (100%) TPM dan diketahui bahwa
2544 TPM (75,4 %) memenuhi syarat. Hal yang membuat tidak memenuhi syarat
umumnya adalah kurangnya sarana sanitasi dasar seperti tidak tersedianya air
bersih dalam jumlah yang cukup, tidak tersedianya saluran pembuangan limbah
77
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

dapur yang memenuhi syarat, kebersihan peralatan serta lingkungan sarana yang
kotor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.14
Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Di Kota Padang Tahun 2017

Disamping pengawasan rutin, pada bulan ramadhan dilakukan pengawasan


terhadap penjual pabukoan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat selaku
konsumen dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan selama bulan puasa. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh
Puskesmas dan juga secara terpadu antara lintas program dan lintas sektoral
dengan berkoordinasi dengan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Satu Pintu
(BPMPTSP) yang memiliki kewenangan untuk memberikan perizinan dalam
wilayah Kota Padang. Hal yang dijadikan item pengawasan mulai dari sumber air
yang digunakan, bahan pewarna makanan, kondisi bahan mentah, kebersihan diri
pribadi penjual pabukoan dan cara penyajian penjualan pabukoan. Bagi makanan
yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan kesehatan dilakukan sampling dan uji
labor. Terhadap jenis makanan yang diperiksa dan diketahui tidak memenuhi
syarat kesehatan di berikan penyuluhan dan pembinaan terhadap penjual
pabukoan tersebut.
b. Pengawasan Kualitas Air
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan hanya bisa diminum apabila sudah
dimasak, yaitu air yang bersumber dari air PDAM, SGL, mata air dan lain

78
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

sebagainya. Air minum adalah air dengan pengolahan ataupun tanpa pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan bisa langsung diminum seperti air isi ulang
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dan air kemasan.
Dinas Kesehatan Kota Padang bersama dengan Puskesmas secara rutin
selalu melakukan pengawasan yang terus menerus dan berkesinambungan
terhadap air bersih masyarakat. Tujuannya adalah agar air yang digunakan oleh
penduduk terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
telah disebutkan dalam Permekes 416 tahun 1990. Persyaratan kualitas bersih
tersebut meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Kegiatan
pengawasan yang dilakukan tersebut meliputi pengamatan lapangan/inspeksi
sanitasi dan pengambilan sampel
Cakupan masyarakat Kota Padang yang mengakses air minum yang
berkualitas tahun 2017 adalah sebanyak 70,54% seperti terlihat pada grafik
berikut :
Grafik 7.15
Persentase Penduduk yang Mengakses Air Minum Berkualitas
Di Kota Padang Tahun 2017
120.00
94.18 93.63 96.62 95.77 95.19
100.00 81.76 85.18 80.87
75.61 78.44 77.53 78.31 73.73
80.00 66.90 70.01 70.54

60.00 52.26
34.75
40.00 29.32 24.28
17.15 18.99
20.00 9.08

0.00
Alai

Kuranji
Lapai
Andalas

Ambacang

PADANG
Lubuk Begalung
Air Dingin

Belimbing

Pauh

Bungus
Padang Pasir

Lubuk Kilangan
Rawang Barat
Seberang Padang

Ikur Koto
Lubuk Buaya

Anak Air
Air Tawar
Ulak Karang

Nanggalo

Pagambiran
Pemancungan

Sumber air bersih terbanyak yang digunakan oleh masyarakat adalah dari
PDAM 63,76%. Untuk tahun 2017 target pengambilan sampel air bersih adalah
sebanyak 1000 sampel, tetapi yang terealisasi sebanyak 771 (77,1 %) sampel yang
terdiri dari PDAM sebanyak 199 sampel, SGL/SPT sebanyak 389 sampel, sumur
bor sebanyak 116 sampel dan PMA sebanyak 67 sampel. Pengambilan dilakukan

79
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

secara random pada sarana yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas se kota
Padang.
Disamping melakukan sampling pada air bersih di Kota Padang, juga
dilakukan sampling terhadap Depot Air Minum (DAM) yang ada di Kota Padang.
Jumlah DAM yang ada di Kota Padang adalah sebanyak 646 depot dengan
jumlah depot terbanyak terdapat di wilayah kerja Kecamatan Koto Tangah yaitu
sebanyak 164 depot, disusul Kecamatan Kuranji 138 depot dan Kecamatan Lubuk
Begalung sebanyak 127 depot.
Selama tahun 2017 telah dilakukan pengawasan dan sampling terhadap 569
(88%) DAM. Pengawasan dan sampling ini tidak terealisasi 100% karena adanya
depot yang tutup dan tidak beroperasi lagi.
c. Penyelenggaraan STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) atau Community Led Total
Sanitation (CLTS) merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan
sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan
perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C,
yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap
air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Tahun 2014 Kepmenkes ini diganti
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang STBM.
Penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa
mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat sebagaimana tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.
Program STBM merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka
menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan layanan air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen
Pemerintah Indonesia untuk mencapai 100% akses masyarakat terhadap air

80
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

minum yang aman dan sanitasi yang layak secara berkelanjutan pada tahun 2019
atau disebut juga dengan Universal Akses 2019.
Adapun tujuan penyelenggaraan Program STBM adalah untuk
mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi tingginya, dengan 5 pilar
STBM yaitu : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), 2. Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, 4.
Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan 5. Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program STBM tahun 2017
di Kota Padang adalah :
1) Pemicuan CLTS di 17 kelurahan yang masih kurang dari 80% cakupan
SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan )
2) Sosialisasi 5 Pilar STBM ke 23 sekolah dasar
3) Workshop pemicuan CLTS bagi komite STBM
4) Sosialisasi STBM dengan lintas sektor.
5) Monitoring dan bimbingan teknis Program Pamsimas /STBM ke
Puskesmas dan lokasi yang telah dilakukan pemicuan CLTS.
6) Penyelenggaraan lomba tari CTPS tingkat sekolah dasar seKota Padang.
7) Monitoring dan evaluasi Program Pamsimas / STBM bagi sanitarian
Puskesmas se Kota Padang.
8) Evaluasi kinerja STBM Kota Padang
Kegiatan pemicuan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pemicuan masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan Community Led Total
Sanitation (CLTS) yang dilakukan untuk mengubah perilaku hidup tidak bersih
dan sehat, khususnya mengubah perilaku buang air besar sembarangan menjadi
tidak di sembarang tempat dan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun).
Pelaksanaan kegiatan pemicuan harus segera dimulai setelah dilakukan
pemetaan sarana sanitasi awal dan perilaku Buang Air Besar masyarakat pada
tahap kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi. Pemicuan dilakukan oleh
tim CLTS yang terdiri dari sanitarian Puskesmas, Kasi Kesling, pemegang
81
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

program Pamsimas serta Fasilitator CLTS yang telah mendapat pelatihan CLTS.
Pada tahun 2017 kegiatan pemicuan dilaksanakan di 17 kelurahan yang didanai dari
dana APBD, dimana kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat yang masih buang air besar
sembarangan (BABS) seperti di kolam, sungai, kebun bahkan ke pantai. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7.3
Lokasi dan jadwal Pemicuan CLTS Kota Padang Tahun 2017
Jumlah
No Kecamatan Puskesmas Lokasi KK yang tidak KK di KK
punya jamban Picu Terpicu
sehat
1 Lubuk Lubuk Kel. Koto 13 20 7
Begalung Begalung Baru
2 Lubuk Lubuk Cengkeh 13 20 14
Begalung Begalung
3 Nanggalo Nanggalo Surau Gadang 7 20 10
4 Kuranji Ambacang Lubuk Lintah 24 20 7
5 Koto Tangah Lubuk Buaya Lubuk Buaya 30 20 14
6 Padang Rawang Mata Air 16 20 9
Selatan
7 Padang Andalas Jati 22 20 14
Timur
8 Padang Andalas Kubu Dalam 9 20 20
Timur Parak Karakah
9 Padang Air Tawar Air Tawar 13 20 9
Utara Surau Kalawi
10 Koto Tangah Anak Air Padang Sarai 35 20 7
11 Pauh Pauh Koto Luar 115 20 8
12 Lubuk Lubuk Baringin 85 20 20
Kilangan Kilangan
13 Pagambiran Pagambiran Kampung Jua 68 20 11
14 Padang Seberang Alang Laweh 145 20 11
Selatan Padang
15 Nanggalo Lapai Lapai 20 20 3
16 Bungus Bungus Barat Bungus Barat 45 20 13
17 Koto Tangah KPIK KPIK 146 20 10

Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga dilaksanakan di lokasi


pemicuan tersebut diatas dimana ditemui masyarakat yang masih rendah
mengadopsi cuci tangan pakai sabun. Hasil kegiatan CTPS yang dilaksanakan
diketahui bahwa masih rendahnya kemauan masyarakat untuk melakukan cuci
tangan pakai sabun karena masyarakat telah terbiasa mencuci tangan hanya

82
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

dengan menggunakan air dan menjadikan tidak adanya sumber air yang bersih
sebagai alasan mereka untuk tidak mencuci tangan pakai sabun.
Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat)
pada tahun 2017 sebanyak 82,15%, dimana 10,57 Kelurahan yang Open
Defecation Free (ODF) dengan akses terhadap sarana sanitasi sebesar 100%,
sedangkan 3 desa persiapan ODF dengan akses terhadap sarana sanitasi > 90 %,
75 Kelurahan > 80 % dan 29 Kelurahan di bawah 80 % yang masih memiliki
akses rendah (< 80%).
d. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah segala upaya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman beserta
lingkungannya serta pengaruhnya terhadap manusia. Perumahan sehat merupakan
kebutuhan mendasar bagi manusia yang harus dapat meningkatkan standar
kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan
teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di
lingkungan sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat
diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik sehingga
perlu menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk
kesehatan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan
penyehatan lingkungan pemukiman di Kota Padang adalah :
1) Survey Perumahan dan Lingkungan (SPL)/Rumah Sehat
Jumlah seluruh rumah yang ada di kota Padang adalah 169.558 rumah
yang merupakan sasaran/target pemeriksaan secara kumulatif dalam lima
tahun kedepan secara bertahap. Target SPL yang dilakukan adalah 88 % dari
target perumahan dalam tahun berjalan. Jumlah rumah sehat sampai tahun
83
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

2016 sebanyak 103.574 rumah (61,08%). Tahun 2017 target pemeriksaaan


SPL adalah sebanyak 33.911 rumah dan jumlah rumah yang dilakukan SPL
adalah sebanyak 24.331 (72%). Jumlah rumah SPL yang memenuhi syarat
tahun 2017 sebanyak 17.062 rumah, sehingga total rumah sehat sampai
tahun 2016 menjadi 120.636 rumah (71,15%).
Item pemeriksaan minimal yang dilakukan dalam melaksanakan SPL
ini adalah sumber air bersih, jamban keluarga, ventilasi, pengelolaan
sampah, pencahayaan, dan pengelolaan limbah rumah tangga. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 7.16
Persentase Cakupan Rumah Sehat sesuai SPL
Per Puskesmas Tahun 2017
120.00 98.28
86.30 92.52
100.00 82.42 83.55
78.99
78.76 77.72
75.66 74.92 79.64
73.07 72.95
68.93 74.43 72.17 71.15
80.00 58.60
54.81 50.61 48.03
60.00 42.46 40.85
40.00
20.00
0.00
Seberang Padang

Pagambiran
Ulak Karang
Alai

Lapai

Bungus
Andalas

Pauh

PADANG
Anak Air

Ambacang
Nanggalo

Kuranji
Belimbing
Air Dingin

Ikur Koto
Padang Pasir

Air Tawar

Lubuk Buaya

Lubuk Kilangan
Rawang Barat

Lubuk Begalung
Pemancungan

Cakupan rumah sehat tahun 2017 yang tertinggi adalah Puskesmas


Alai sebesar 98,28 % dan paling rendah adalah Puskesmas Lubuk Begalung
sebesar 40,85%. Cakupan rumah yang masih dibawah cakupan Kota Padang
yaitu <71,15% sebanyak 7 Puskesmas. Rendahnya cakupan rumah sehat
karena masih banyak rumah yang belum mempunyai jamban sebanyak
8.141 rumah, jamban tanpa septik tank sebanyak 14.659 rumah, rumah yang
tidak memenuhi syarat saluran pembuangan air limbah sebanyak 17.462
rumah dan pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat sebanyak
17.940 rumah.

84
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

2) Pembuangan Air Limbah


Pengawasan terhadap sarana pembuangan air limbah rumah tangga
masyarakat juga dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan SPL. Sistem
saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat mencerminkan
tingginya kualitas sanitasi lingkungan pemukiman dan perumahan,
sebaliknya buruknya kualitas sanitasi akan tercermin dari rendahnya
persentase penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah
(sewerage system).
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Lingkungan mempunyai
daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaraan air limbah. Namun demikian, alam mempunyai kemampuan
yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu dibuang.
Untuk tahun 2017 diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang
mempunyai sistem pengolahan saluran pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat baru sebanyak 74,25%. Memenuhi syarat disini adalah
SPAL dengan riol tertutup dan mempunyai septik tank. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 7.17
Persentase SPAL yang Memenuhi Syarat Per Puskesmas Tahun 2017

Grafik diatas menunjukkan bahwa Puskesmas Belimbing dan


Pegambiran mempunyai persentase tertinggi dalam SPAL yang memenuhi
syarat yaitu 100%, dan yang terendah terdapat pada Puskesmas Seberang
Padang yaitu 12 %. Hasil SPL yang dilakukan masih banyak ditemui rumah
85
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

tangga yang membuang limbah nya pada riol terbuka, air riol tidak mengalir
dengan lancar/tergenang, masih banyak sampah didalam riol dan tidak
mempunyai septik tank.
3) Pembuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia yang keberadaannya
banyak menimbulkan masalah jika tidak dikelola dengan baik dan dapat
menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara. Sampah yang
dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan jika dibakar akan menimbulkan
pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah di sungai dapat
mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga menimbulkan banjir. Untuk
tahun 2017 diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang mempunyai sistem
pengolahan sampah yang memenuhi syarat sudah 73,34%. Memenuhi
syarat disini adalah pembuangan sampah yang ditanam dan yang dibuang
ke TPS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel grafik dibawah ini :
Grafik 7.18
Persentase Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
yang Memenuhi Syarat Per Puskesmas Tahun 2017

Grafik diatas memperlihatkan Puskesmas Pagambiran mempunyai


persentase tinggi dalam pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu
sebanyak 100%, % dan yang terendah Puskesmas Ambacang sebanyak 34
%. Tahun 2017 masih banyak masyarakat yang melakukan pemusnahan
sampah dengan cara dibakar dan dibuang ke sungai.

86
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

4) Pembuangan Sampah Medis


Pembuangan sampah medis seluruh Puskesmas di Kota Padang
dimusnahkan dengan pihak ke-3 melalui kerjasama dan perjanjian (MOU)
antara BLUD Puskesmas dengan PT. Biuteknika Bina Prima. Setiap tahun
MOU ini diperbaharui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Selama tahun 2017 telah dimusnahkan sebanyak 5.594 kg sampah
medis yang berasal dari seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Jenis sampah medis terbanyak adalah jarum suntik bekas pakai, baik dari
imunisasi rutin maupun dari pelayanan BP dan KIA Puskesmas.
e. Kegiatan Tambahan Kesehatan Lingkungan
Disamping kegiatan rutin program kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan olah raga juga melaksanakan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan
tambahan yang berintegrasi dengan lintas program dan lintas sektoral, yaitu
pembinaan adipura. Seksi Kesling DKK Padang bersama-sama dengan lintas
sektoral maupun SKPD terkait juga berperan aktif dalam upaya pengawasan dan
pembinaan kebersihan kota untuk mempertahankan Adipura. Adipura adalah
sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta
pengelolaan lingkungan perkotaan. Penilaian Adipura ini diselenggarakan oleh
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan pada tahun 2017 Kota Padang
berhasil meraih penghargaan Adipura. Pembinaan Adipura dilakukan ke
Puskesmas yang meliputi beberapa indikator seperti Kebersihan lingkungan area
perkantoran, Kebersihan drainase lingkungan kantor, Keteduhan dan
penghijauan, TPS / tempat sampah dan Pemilahan dan pengolahan sampah.
f. Pembinaan Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja dasar adalah upaya pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pekerja yang diberikan secara sempurna dan paripurna. Pos UKK
adalah wadah upaya kesehatan berbasis masyarakat pekerja sektor informal,
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk masyarakat pekerja melalui
pemberian pelayanan kesehatan dengan pendekatan utama promotif, perventif
disertai kreatif dan rehabilitatif sederhana/terbatas. Pos UKK terintegrasi adalah
Pos UKK yang dalam pelaksanaan kegiatan dan substansinya dipadukan dengan
87
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

program dan kegiatan kesehatan lainnya. Tujuan pembentukan Pos UKK adalah
mewujudkan masyarakat pekerja yang sehat dan produktif melalui:
1) Peningkatan pengetahuan masyarakat pekerja tentang kesehatan kerja dan
menerapkan PHBS dalam bekerja
2) Peningkatan pengetahuian kemampuan masyarakat pekerja untuk
menolong dirinya sendiri
3) Mendekatkan pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh kader,
masyarakat pekerja dan tenaga kesehatan yang terlatih kesehatan kerja
4) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat pekerja terhadap
risiko dan bahaya akibat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
Pos UKK yang sudah terbentuk di Kota Padang sebanyak 7 Pos, dengan
rincian Puskesmas Lubuk Buaya 3 Pos, Puskesmas Air Tawar 1 Pos, Puskesmas
Andalas 1 Pos, Puskesmas Ulak Karang 1 Pos dan Puskesmas Lubuk Kilangan 1
Pos, dengan hasil kegiatan sebagai berikut :
Tabel 7.4
Kegiatan Kesehatan Pekerja Tahun 2017
No Uraian Jumlah
1 Pekerja sakit yang dilayani 45437
2 Kasus penyakit umum pada pekerja 30185
3 Kasus diduga penyakit akibat kerja 5889
4 Kasus penyakit akibat kerja 2274
5 Kasus kecelakaan akibat kerja 307

g. Pembinaan Kesehatan Olah Raga


Kesehatan Olahraga adalah Upaya Kesehatan yang memanfaatkan olahraga
atau latihan fisik yang tujuannya agar masyarakat segar, bugar dan produktif
untuk meningkatkan derajat kesehatan.

88
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.5
Kegiatan Kesehatan Olah Raga Tahun 2017
No Uraian Jumlah Jenis kelamin
1 Pendataan Kelompok Clup OR 791
2 Pemeriksaan Kesehatan 1437
3 Penyuluhan Kesehatan OR 350
1192 L
4 Konsultasi Kesorga
160 P
586 L
5 Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani
167 P
6 Penanganan Cidera OR Akut 6 L

Pengukuran tingkat kebugaran jasmani, termasuk pemeriksaan terhadap


calon jemaah haji Kota Padang, meliputi pemeriksaan tekanan darah, berat badan
dan tinggi badan. Penyuluhan kesehatan olah raga tentang penyakit menular dan
penyakit tak menular, PHBS, kaidah olahraga BBTT ( baik, benar, teratur dan
terukur). Konsultasi kesehatan olah raga dilaksanakan oleh masyarakat kepada
petugas kesehatan kerja dan olah raga di Puskesmas.

7.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


7.3.1 Seksi Survelan dan Imunisasi
a. Surveilans
Kegiatan pengamatan penyakit (surveilans) difokuskan kepada penyakit
menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dan penyakit menular yang
endemis di Kota Padang serta beberapa penyakit menular lainnya dalam bentuk
laporan mingguan. Hasilnya dilihat dari rekapan dalam kurun waktu setahun dari
minggu 1 sampai dengan minggu ke 52 serta pengamatan secara aktif ke rumah
sakit di Kota Padang. Adapun rincian kegiatan dan hasilnya adalah sebagai
berikut :
1) Ketepatan dan Kelengkapan
Ketepatan dan kelengkapan dalam pelaporan pengamatan penyakit
merupakan hal yang harus diperhatian karena ini merupakan indikator
dalam kerja program survailans. Tahun 2017 kelengkapan laporan SKDR
89
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

seluruh Puskesmas 98%. Puskesmas yang paling rendah kelengkapan


laporan SKDR adalah Puskesmas Bungus (50%) dan Belimbing (52%).
Untuk ketepatan waktu SKDR Puskesmas adalah 88%. Puskesmas yang
paling rendah ketepatannya adalah Puskesmas Bungus, Lapai, Belimbing
dan Anak Air.
2) Surveilans Aktif Rumah Sakit
Kegiatan surveilans aktif rumah sakit pada sebelas rumah sakit yang ada di
Kota Padang, yaitu RSUP M Djamil, RSUD, RST Reksodiwiryo, RSI Siti
Rahmah, RS Selaguri, RS Bhayangkara, Semen Padang Hospital, RS Ibnu
Sina, RS BMC dan RS Aisyiah. Surveilans aktif rumah sakit dilakukan
dengan mendatangi rumah sakit oleh petugas surveilans DKK setiap
minggu untuk mengumpulkan data penyakit menular (DBD, malaria) dan
PD3I, yaitu DBD, malaria, difteri,AFP,campak dan tetanus.
3) Penanggulangan KLB
Pada tahun 2017 kejadian luar biasa ( KLB) di Kota Padang adalah
kejadian 2 Keracunan Makanan dan kasus Difteria sebanyak 16 kasus
setelah dilakukan penanganan kasus dan pemeriksaan kontak dari 70 orang
ditemukan 1 kontak yang Positif. Setelah di lakukan investigasi ke lokasi
diketahui bahwa kontak bekerja di Toko Bangunan dan toko tersebut
pelanggan pada umumnya berasal dari Painan.
4) Penemuan Kasus PD3I
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang selanjutnya di singkat
dengan PD3I adalah TBC, Tetanus, Diptheri, Pertusis (batuk 100 hari),
Polio, Campak dan Hepatitis B dapat meningkatkan angka kesakitan ,
kecacatan bahkan kematian. Salah satunya upaya pencegahan yang
menyeluruh hanya dengan pemberian imunisasi. Penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi hanya bisa berhasil jika cakupan imunisasi bisa
mencapai diatas 80 % sasaran. Keberhasilan ini memberikan gambaran
status kelangsungan hidup yang dapat memberikan gambaran keberhasilan
pembangunan kesehatan kedepan terhadap kelangsungan hidup anak /
generasi yang akan datang. Penyakit PD3I ini bersifat sangat menular
90
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

sehingga apabila tidak di lakukan tatalaksana yang tepat dapat


mengakibatkan Kejadian Luar Biasa penyakit PD3I. Berikut ini kasus
PD3I yang ditemukan di Kota Padang tahun 2017:
a) Difteri
Difteri adalah penyakit menular Akut yang disebabkan oleh
Corynebacterium Difteri pada tonsil atau laring, faring dan hidung,
kadang-kadang pada selaput mukosa dan kulit. Difteri dapat
menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan. Gejala Difteri :
o
Demam +38 C, sakit waktu menelan, pseudomembran putih keabu-
abuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah difaring, tonsil, leher
membengkak seperti leher sapi (Bullneck), karena pembengkakan
kelenjer leher dan sesak nafas disertai bunyi (Stridor).
Pada tahun 2015 ditemukan 86 kasus difteri yang tersebar di Kota
Padang. Hasil pemeriksaan kultur di laboratorium 4 kasus dinyatakan
positif dan satu kasus meninggal. Untuk tahun 2016 kasus difteria
nihil. Pada tahun 2017 kasus difteri ditemukan kembali 16 kasus,
namun setelah dilakukan pemeriksaan konfirmasi laboratorium tidak
ditemukan kasus yang positif.
b) Acute Flaccid Paralysis(AFP)
Acute Flaccid Paralysis(AFP) adalah penyakit pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan,
yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Secara klinis penyakit polio
menyerang anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu
akut (acute flaccid paralysis/AFP). Penyebaran penyakit adalah
melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan
dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada
minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani. Untuk mendeteksi ada tidaknya
penyakit polio maka dilakukan pelacakan kasus Akut Flaccid Paralisis
(AFP). Berikut tren penemuan kasus AFP di Kota Padang sejak tahun
2013 :
91
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.19
Tren Penemuan Kasus AFP Kota Padang

Pada tahun 2017 ditemukan 8 kasus AFP, yaitu di wilayah kerja


Puskesmas Air Dingin 2 kasus, Lubuk Kilangan 3 kasus, Lubuk
Buaya 1 kasus, Pauh 1 kasus dan Nanggalo 1 kasus
c) Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles,
disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala
awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan
leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki. Penularan
campak sangat efektif dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak
terjadi melalui percikan ludah yang keluar dari batuk, bersin, atau
pilek. Pasien campak tanpa komplikasi/ penyulit dapat berobat jalan,
tanpa perawatan dirumah sakit. Anak harus diberi cukup cairan dan
kalori sedangkan pengobatan bersifat simptomatik dengan
pemberian antipiretik untuk menurunkan demam, batuk/pilek,
sedangkan campak dengan komplikasi perlu dirawat inap dirumah
sakit. Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi
aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Jumlah kasus kliniks
campak pada tahun 2017 sebanyak 190 kasus dengan pengambilan
spesimen 83 buah. Jumlah ini turun jika dibandingkan dengan tahun
2016, dimana pada tahun 2016 jumlah kasus kliniks campak 371
kasus dengan 170 buah pengambilan spesimen.
92
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. Imunisasi
Imunisasi merupakan upaya pemerintah untuk memberikan perlindungan
terhadap anak Indonesia melalui pemberian vaksin tertentu agar anak memiliki
imunitas yang baik sehingga terhindar dari penyakit, terutama penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Imunisasi terdiri dari 3 jenis, yaitu imunisasi dasar, imunisasi lanjutan dan
imunisasi tambahan. Imunisasi tambahan diberikan untuk memberikan imunitas
tambahan kepada setiap anak sehingga dapat meningkatkan imunitas kelompok
tertentu (herd imunity). Selain itu juga ada imunisasi TT untuk ibu hamil dan
Wanita Usia Subur (WUS).
Jumlah sasaran program imunisasi untuk bayi adalah 16.969 orang, batita 18
– 36 bulan 46.172 orang, ibu hamil 38.076 orang, murid SD kelas 1 berjumlah
16.258 orang, murid kelas 2 berjumlah 15.768 orang dan murid kelas 3 berjumlah
15.458 orang. Target program imunisasi Kontak I = 95 %, Kontak Lengkap = 93
%, Cakupan UCI 93% dari imunisasi dasar lengkap, UCI kelurahan 85%, TT 2+ =
80% dan BIAS = 95%.
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar terdiri dari imunisasi HB0, BCG, DPTHBHib1, 2, 3,
Polio1, 2, 3, 4 dan campak yang diberikan pada bayi. Capaian HB0 dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.20
Cakupan Imunisasi HB-0 Di Kota Padang Tahun 2017

Tahun 2017 capaian HB-0 Kota Padang melebihi target 95% yaitu
99,87%. Capaian HB-0 tertinggi pada terdapat pada Puskesmas Anak Air
93
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

(128%) terendah pada Puskesmas Lubuk Buaya (80,7%).


Capaian BCG Kota Padang tahun 2017 adalah 94,5%. Capaian ini kurang
dari target 95%. Capaian BCG tertinggi pada Puskesmas KPIK (104,6%)
terendah Puskesmas Lubuk Buaya (74,1%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.21
Cakupan Imunisasi BCG Di Kota Padang Tahun 2017

Capaian DPTHB-Hib1 Kota Padang tahun 2017 adalah 95.3%. Capaian ini
melebihi target 95%, dengan capaian tertinggi pada Puskesmas Kuranji
(110,6%). Namun masih ada Puskesmas yang tidak mencapai target, yaitu
Puskesmas Lubuk Buaya (72,1%), Puskesmas Bungus (95,3%) dan
Puskesmas Air Dingin (94,9%).
Capaian DPTHB-Hib3 Kota Padang tahun 2017 adalah 93%. Capaian ini
sudah mencapai target 93%, dimana capaian tertinggi pada Puskesmas
Pemancungan (100,3%) dan terendah pada Puskesmas Lubuk Buaya
(62%), seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :

94
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.22
Cakupan Imunisasi DPTHB-Hib3 Di Kota Padang Tahun 2017

Capaian imunisasi polio 1 tahun 2017 Kota Padang sebesar 94,4%, capaian
ini dibawah target 95%. Capaian tertinggi pada Puskesmas Lubuk
Kilangan (104%) dan Puskesmas yang tidak mencapai target adalah
Puskesmas Ulak Karang (94,2%), Puskesmas Rawang (89,8%) dan
Puskesmas Lubuk Buaya (70%). Untuk imunisasi polio 4 capaiannya juga
dibawah target, yaitu 92% dari target sebesar 93%. Capaian tertinggi pada
Puskesmas Pemancungan (100,3%) dan terendah pada Puskesmas Lubuk
Buaya (59,6%), seperti yang terlihat pada grafik berikut :
Grafik 7.23
Cakupan Imunisasi Polio 4 Di Kota Padang Tahun 2017

Target imunisasi lengkap campak yang diberikan yaitu 93%, dimana pada
tahun 2017 capaian cakupan imunisasi Kotak lengkap campak Kota
Padang lebih dari target yaitu sebesar 94.5%. Capaian tertinggi pada

95
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Puskesmas Kuranji (100%) terendah Puskesmas Lubuk Buaya (66.6%),


seperti yang terlihat pada grafik berikut :
Grafik 7.24
Cakupan Imunisasi Lengkap Campak Di Kota Padang Tahun 2017

Target imunisasi dasar lengkap yang diberikan yaitu 93%, dimana capaian
cakupan imunisasi dasar lengkap bayi Kota Padang Tahun 2017 lebih dari
target yaitu sebesar 94.8%. Capaian tertinggi pada Puskesmas Ulak
Karang (107%) terendah Puskesmas Lubuk Buaya (67.4%), seperti yang
terlihat pada grafik berikut :
Grafik 7.25
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Kota Padang Tahun 2017

Capaian kelurahan UCI Kota Padang tahun 2017 sebesar 95%. Capaian ini
berasal dari 99 kelurahan UCI dari 104 kelurahan yang ada di Kota
Padang, dimana yang terendah capaianya adalah Puskesmas Lubuk Buaya
(66,3%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :

96
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.26
Cakupan Kelurahan UCI Di Kota Padang Tahun 2017

2) Imunisasi Batita
Imunisasi batita adalah imunisasi lanjutan yang diberikan kepada anak usia
dibawah tiga tahun atau yang dikenal dengan boster pada anak usia <3
tahun. Untuk sasarannya adalah separoh dari jumlah batita, sedangkan
target cakupan adalah 30% sasaran. Imunisasi batita perlu ditingkatkan
lagi karena imunitas anak akan berkurang seiring dengan waktu, sehingga
perlu diberi imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan terdiri dari imunisasi
boster DPTHBHib dan campak yang diberikan pada anak batita (18-36
bulan). Capaian imunisasi boster DPTHBHib Kota Padang tahun 2017
sebesar 28,7%, seperti yang terlihat pada grafik berikut :
Grafik 7.27
Cakupan Imunisasi Batita DPTHBHib Kota Padang
Tahun 2017

Capaian imunisasi boster DPTHBHib tertinggi Puskesmas Kuranji (84%)


dan terendah Puskesmas Andalas (2,9%). Capaian imunisasi batita campak
97
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Kota Padang tahun 2017 sebesar 22%, seperti yang terlihat pada grafik
berikut :
Grafik 7.28
Cakupan Imunisasi Batita Campak di Kota Padang Tahun 2017

Capaian imunisasi batita campak tertinggi pada Puskesmas Belimbing


(61,2%) dan terendah pada Puskesmas Alai (1,3%).
3) Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Pelaksanaan BIAS sudah merupakan program rutin nasional yang
dilaksanakan setiap tahun. BIAS dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu BIAS
Campak dan DT yang diberikan hanya untuk murid kelas 1 SD dan yang
sederajat, BIAS Td diberikan untuk kelas II s/d klas III yang dilaksanakan
setiap Bulan Agustus setelah awal tahun ajaran baru anak sekolah. Sasaran
untuk BIAS Campak tahun 2017 sebanyak 16.258 murid dengan hasil
pencapaian 87,8%. Berikut ini tabel cakupan BIAS Campak Kota Padang
Tahun 2017 :
Grafik 7.29
Cakupan BIAS Campak Kota Padang Tahun 2017

Capaian imunisasi BIAS DT dan Td tahun 2017 dengan sasaran 15.768


murid adalah 86,83% seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :
98
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.30
Cakupan BIAS DT dan TD Kota Padang Tahun 2017

4) Imunisasi TT Bumil dan WUS


Imunisasi TT bumil dan WUS adalah imunisasi yang dilakukan untuk
membangun kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Adapun capaian imunisasi TT2+ pada bumil tahun 2017 sebesar 75,6%
dengan capaian tertinggi pada Puskesmas Lubuk Begalung (190,6%) dan
terendah pada Puskesmas Alai (8,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.31
Cakupan Imunisasi TT Bumil dan WUS Tahun 2017

c. Pelayanan Kesehatan Haji


Undang-undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya
kepada jemaah haji agar jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan

99
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

ketentuan ajaran agama Islam. Pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang


diberikan kepada jemaah haji, bukan hanya untuk yang bersifat umum, tetapi
juga yang bersifat kesehatan sejak di tanah air dan selama di Arab Saudi.
Ibadah haji adalah ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut mampu
secara fisik dan rohani agar dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan
baik dan lancar. Salah satu kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji yang sangat
penting dan strategis adalah serangkaian upaya kegiatan melalui program
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji agar terpenuhinya kondisi istithaah
kesehatan (kemampuan kesehatan jemaah haji untuk melakukan serangkaian
aktivitas rukun dan wajib haji) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes) Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah
Kesehatan Jemaah Haji.
Jumlah jemaah haji Kota Padang tahun 2017 sebanyak 1246 orang dengan
rincian yang memenuhi syarat 904 orang, yang memenuhi syarat dengan
pendamping 339 orang, hamil 1 orang dan tidak memenuhi syarat (skizopren
dan GGK+HD) 2 orang. Jumlah jemaah haji sesuai kuota yang terdaftar di
Siskohat. Puskesmas yang paling banyak melayani pemeriksaan CJH adalah
Puskesmas Lubuk Buaya (181 jemaah) dan diikuti oleh Puskesmas Andalas,
dan Puskesmas yang paling sedikit adalah Puskesmas Anak Air. Penyakit yang
diderita oleh jemaah haji adalah hiperlipidemia (terbanyak), hipertensi,
dislipidemia, DM, kardiomegali, gastritis, lansia, TB Paru, GGK+HD dan
skizophrenia. Jumlah jemaah haji Kota Padang yang meninggal sebanyak 7
jemaah dengan CFR 0,5%.

7.3.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


a. TB Paru
Perkiraan penderita TB Paru BTA (+) awalnya dari 160/100.000
penduduk, namun pada tahun 2017 Insiden Rate kasus TB meningkat menjadi
399/100.000. Untuk CDR TB paru sebelumnya menggunakan BTA positif,
namun tahun 2017 CDR adalah semua kasus TB yang diobati. Adapun target
penemuan kasus TB Kota Padang Tahun 2017 adalah 3.699 kasus dengan target
100
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

46% atau sejumlah 1.701 kasus. Cakupan penemuan suspect TB tahun 2017
adalah 13.397 orang, sedangkan penemuan kasus TB sebanyak 2.029 orang
(54,85%) yang terdiri dari 961 orang BTA positif, 590 orang BTA negatif, 191
orang TB Ektra Paru, 190 orang TB anak dan 97 orang pengobatan ulang.
Berikut adalah persentase kasus TB Kota Padang tahun 2017 :
Grafik 7.32
Persentase Kasus TB Kota Padang Berdasarkan Pemeriksaan Mikroskopis
Tahun 2017

Semenjak tahun 2011 terjadi peningkatan penjaringan suspect TB, karena


Puskesmas sudah mulai aktif ke masyarakat, termasuk ke sekolah dengan
melakukan perkesmas dan ketuk pintu. Namun untuk kesembuhan masih rendah
dan perlu menjadi perhatian, terutama bagi tim pemantau minum obat yaitu
keluarga terdekat dan kader kesehatan. Berikut grafik gambaran kasus TB Kota
Padang Tahun 2011-2016 :
Grafik 7.33
Gambaran kasus TB Kota Padang tahun 2011-2016

101
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Target CDR TB Kota Padang tahun 2017 adalah 46% dengan capaian
yang melebih target yaitu 55%. Puskesmas yang mencapai target adalah Air
Dingin dan Pemancungan, Pegambiran dan Andalas masuk zona kuning
sedangkan yang lainnya masuk zona merah. Penemuan kasus TB di Kota Padang
sebagian berasal dari Puskesmas dan sebagian dari rumah sakit, dimana 52%
penemuan kasus di rumah sakit. Hal ini mempengaruhi capaian Puskesmas yang
agak rendah karena secara wilayah kerja rumah sakit tidak punya wilayah tapi
Puskesmas. Puskesmas menemukan kasus sebanyak 11% dari kunjungan ke
lapangan dengan ketuk pintu menjaring kasus TB dan 89% yang ditemukan di
layanan.
Konversi TB Paru Kota Padang tahun 2017 belum mencapai target karena
dari 23 Puskesmas yang ada belum semua mempunyai mikroskopis sehingga ada
Puskesmas yang menjadi rujukan, pasien tidak datang periksa dahak pada jadwal
yang ditentukan, petugas dan kader TB juga loss dalam pemantauan pasien serta
jumlah petugas analis di sebagian Puskesmas hanya 1 orang sehingga tugasnya
agak menumpuk yang berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. Angka
kesembuhan TB Kota Padang tahun 2017 sebesar 77,5%, dengan rincian per
Puskesmasnya sebagai berikut :
Grafik 7.34
Pencapaian Angka Kesembuhan TB Kota Padang Tahun 2017

Angka keberhasilan pengobatan (succes rate) Kota Padang tahun 2017


sebesar 82,6%, dengan rincian per Puskesmasnya sebagai berikut :

102
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.35
Succes Rate Program TB Kota Padang Tahun 2017

Tingkat keberhasilan program TB ditentukan oleh kesembuhan pasien


dengan tuntas minum obat. Untuk hasil Kota Padang belum mencapai target,
karena masih adanya yang putus minum obat atau drop out (DO) dan juga ada
yang meninggal. Angka kematian TB Kota Padang tahun 2016 yaitu sebanyak
34 orang. Disamping itu juga ditemukan kasus TB MDR di Kota Padang dari
tahun 2015 sampai 2017 sebanyak 32 kasus, dengan rincian 6 orang meninggal,
1 orang DO, 2 orang gagal, 3 orang sembuh, 1 orang pindah, 19 orang dalam
pengobatan. Kasus meninggal karena pasien tidak mengakses layanan kesehatan
sehingga terlambat mendapatkan pengobatan.
b. HIV AIDS dan IMS
Berbagai upaya untuk memerangi merebaknya HIV/AIDS dan
penyakit menular lainnya di Kota Padang terus dilakukan. Upaya tersebut antara
lain dengan mengoptimalkan peran dan fungsi Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) dengan mengintegrasikan lintas sektor dan LSM Peduli AIDS,
mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS
(ODHA), mempercepat pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada
kelompok resiko tertular, ibu dan anak, memudahkan ODHA untuk memperoleh
obat Anti Retroviral (ARV) melalui pelayanan di Klinik Voluntary Counseling
and Testing (VCT) dan perawatan, dukungan serta pengobatan ( Care, Support
and Treatment) baik di rumah sakit maupun di komunitas. Pada tahun 2012 juga

103
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

dilakukan penambahan layanan yang dikenal dengan Puskesmas LKB (Layanan


Komprehensif Berkesinambungan) di 7 Puskesmas Kota Padang, yaitu
Puskesmas Seberang Padang, Pauh, Bungus, Air Tawar, Lubuk Buaya, Andalas
dan Lubuk Begalung, berupa pelayanan IMS (Infeksi Menular Seksual).
Data kasus yang didapat menunjukkan peningkatan jumlah kasus HIV
dan AIDS setiap tahunnya. Kelompok beresiko terinfeksi pada kelompok kunci
(ponci) yaitu WPS, LSL, TG/waria, IDU dan lainnya seta kelompok khusus
seperti ibu hamil, pekerja pelabuhan serta penghuni Lapas. Berikut gambaran
kasus HIV AIDS Kota Padang 2011-2016 :
Grafik 7.36
Gambaran Kasus HIV dan AIDS Kota Padang Tahun 2011 – 2016

Tes HIV bisa dilakukan disemua Puskesmas Kota Padang dan pada bulan
Oktober tahun 2017 sudah mulai dilakukan jejaring dan mitra dengan Klinik dan
RSIA dengan membuat kerjasama, sehingga cakupan tes HIV di Puskesmas
mulai meningkat Untuk Puskesmas Bungus dan Seberang Padang akhir tahun
2017 menjadi satelit dalam pengobatan HIV dengan kerjasama melalui RS Yos
Sudarso. Jumlah tes HIV yang dilakukan pada tahun 2017 sebanyak 17.576
orang seperti yang terlihat pada grafik berikut :

104
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.37
Cakupan Testing HIV Kota Padang Tahun 2017

Tes HIV terbanyak dilakukan di RSUP M.Djamil dan paling sedikit di


Puskesmas Alai. Penemuan kasus di Kota Padang cukup tinggi karena rumah
sakit yang ada di Kota Padang terutama RSUP M.Djamil merupakan layanan
rujukan, sehingga banyak orang yang dari daerah lain/luar Kota Padang di rawat
di M Djamil ditemukan positif tetap masuk laporan Kota Padang. Hal ini terjadi
karena sistem pelaporan mengakomodir tempat layanan. Tahun 2017 ditemukan
370 kasus HIV dengan rincian kelompok LSL 170 orang, kelompok lain-lain 68
orang, pasangan resiko tinggi (Resti) 46 orang, pelanggan penjaja seks (PS) 36
orang, penderita TB 18 orang, waria 12 orang, wanita penjaja seks (WPS) 8
orang, pelanggan penjaja seks (PPS) 5 orang, IDU (injecting drug users) 4 orang
dan Ibu hamil 3 orang. Berikut perbandingan kasus HIV AIDS menurut
golongan umur :
Grafik 7.38
Perbandingan Kasus HIV AIDS Menurut Golongan Umur
Kota Padang Tahun 2017

**Keterangan : Biru/kiri : HIV, merah/kanan : AIDS

105
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Kasus HIV AIDS paling banyak pada kelompok umur 25-49 tahun dan
paling sedikit pada kelompok umur 5-14 tahun. Jika dilihat dari jenis kelamin,
maka kasus HIV AIDS paling banyak pada laki-laki (297 orang) dan sisanya (71
orang) perempuan, karena faktor resiko yang tertinggi juga pada kelompok laki-
laki. Berikut perbandingan kasus HIV AIDS berdasarakan pekerjaan :
Grafik 7.39
Perbandingan Kasus AIDS di Kota Padang Berdasarkan Pekerjaan
Tahun 2016 dan 2017

**Keterangan : Biru/bawah : HIV, merah/atas : AIDS


Untuk kasus IMS (infeksi menular seksual) pada tahun 2017 terjadi
kesenjangan antara yang ditemukan dan yang diobati. Kesenjangan ini juga
terjadi pada tahun 2016, dimana kasus IMS yang ditemukan pada tahun 2016
sebanyak 1.464 kasus dan tahun 2017 sebanyak 1.043 kasus dengan jumlah IMS
yang diobati pada tahun 2016 sebanyak 1.434 dan tahun 2017 sebanyak 1.025
kasus. Sementara untuk kasus IMS sifilis dilakukan tes sebanyak 4.602 kali
dengan hasil 72 kasus sifilis dini dan 58 orang sifilis lanjut, sedangkan untuk
penyakit IMS lainnya hanya berupa klinis seperti radang panggul, Duh vagina
dan Duh urethra.
c. DBD
Kota Padang merupakan daerah yang endemis terhadap penyakit DBD
karena dari 104 kelurahan semuanya sudah ada kasus DBD. Berdasarkan data
yang dikumpulkan seluruh rumah sakit Kota Padang, tahun 2015 kasus DBD
dan kasus kematian terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014, dimana pada

106
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

tahun 2014 sebanyak 666 kasus dengan 6 kasus kematian, sedangkan tahun 2015
sebanyak 998 kasus dengan 8 kasus kematian. Untuk tahun 2016 berjumlah 911
kasus dengan angka kematian 11 orang, CFR DBD adalah 1,2%. Untuk tahun
2017 jumlah kasus DBD sebanyak 608 kasus dengan angka kematian 4 orang,
berarti CFR DBD adalah 0,66%. Untuk lebih jelasnya perkembangan kasus
DBD 5 tahun 2012-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.6
Gambaran Kasus DBD Kota Padang Tahun 2012-2017

DATA 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah penderita 1.626 998 666 1.126 911 608


Jumlah kematian 10 9 6 8 11 4

Incidence rate 180 109 100 123 99 65

Case fatality rate 0,6 0,9 0,9 0,7 1,2 0,66

Jumlah Kelurahan 104 104 104 104 104 104


terjangkit

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kasus DBD


berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini juga dipengaruhi oleh iklim dan
perilaku masyarakat serta kepedulian terhadap kebersihan lingkungan.
Sedangkan untuk IR kasus DBD kota Padang terjadi penurunan kasus, hal ini
dikarenakan sebagaian dari masyarakat sudah mengerti dan memahami tentang
penularan penyakit DBD. CFR terjadi karena masih ada sebagian masyarakat
yang belum paham dengan siklus penyakit DBD, sehingga terjadi keterlambatan
pertolongan kesehatan, dimana pasien terkadang masuk rumah sakit sudah
dalam kondisi shock, yang dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Target IR DBD Kota Padang berdasarkan jumlah penduduk yang harus
dicapai adalah 507 kasus. Tahun 2012 semua kecamatan belum mencapai target.
Sedangkan untuk Kecamatan Bungus kasus terjadi penurunan dan kenaikan
secara drastis terutama tahun 2012 dan 2015. Untuk tahun 2017 sudah 7
kecamatan mencapai target IR. Hanya 4 Kecamatan lagi yang belum mencapai

107
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

IR yaitu Kecamatan Padang Timur, Koto Tangah, Kuranji dan Pauh. Distribusi
kasus DBD Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.7
Kasus DBD per Kecamatan Kota Padang Tahun 2012-2017
TARGET IR
KECAMATAN 2012 2013 2014 2015 2016 2017
<55/100.000
Padang barat 26 94 40 41 30 42 18
Padang timur 46 162 108 62 100 106 48
Padang utara 41 161 112 61 93 67 28
Padang selatan 35 91 26 28 53 43 21
Koto tangah 100 325 234 123 222 206 140
Nanggalo 35 153 73 61 78 59 34
Kuranji 78 360 253 151 213 186 140
Pauh 37 62 46 51 99 59 70
Luki 30 42 28 35 93 40 29
Lubeg 65 143 76 49 103 83 65
Bungus 14 33 2 4 42 20 15
PADANG 507 1626 998 666 1126 911 608
Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan
fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping
itu tetap dianjurkan pada masyarakat untuk melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) di rumah maupun kelurahan masing–masing. Untuk tahun 2017
dilakukan sebanyak 206 focus. Sehubungan dengan terjadi penurunan kasus
maka fogging focus yang terealisasi hanya 193 fokus. Pada tahun 2017 Kota
Padang juga mengeluarkan kebijakan terhadap penyakit DBD yaitu Surat Edaran
Walikota Padang No 443/01.98/DKK/2017 tentang Edaran pencegahan kasus
DBD dan Peraturan Walikota Padang Nomor 46 tahun 2017 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan DBD. Disamping itu dibentuk juga bundo
peduli jentik di kelurahan dan tim serdadu jentik pada anak sekolah.
d. Rabies
Kasus HPR (Hewan Penular Rabies) dan yang di VAR (Vaksin Anti
rabies) dari tahun ke tahun tidak begitu fluktuatif. Tahun 2015 kasus gigitan
HPR ada 497 kasus dan yang diberikan VAR sebanyak 259 kasus. Untuk Tahun
2016 jumlah kasus gigitan HPR sebanyak 556 kasus dan yang diberikan VAR

108
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

sebanyak 304 kasus karena 252 kasus hewannya masih hidup selama diobservasi
sehingga tidak perlu diberikan VAR. Untuk melihat gambaran kasus Gigitan
HPR dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 7.40
Perbandingan Kasus Gigitan HPR dan yang Mendapat VAR di Kota
Padang tahun 2012 S/D Tahun 2016

**Keterangan : biru/kiri : kasus, merah/kanan : VAR


Grafik 7.41
Kasus Gigitan HPR dan Pemberian VAR per Puskesmas
Kota Padang Tahun 2017

**Keterangan : biru/kiri : kasus, merah/kanan : VAR


e. ISPA
Pneumonia merupakan penyakit menular langsung pada saluran
pernapasan atas yang terdiri dari pnemonia dan bukan pnemonia. Penanganan
kasus Pneumonia dan ISPA di Puskesmas disesuaikan dengan protap atau
Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan yang sudah baku dan rasional.
109
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Seharusnya pnemonia itu adalah 10% dari kasus ISPA. Untuk Puskesmas
Seberang Padang laporannya hanya mengirimkan kasus pnemonia saja,
sementara yang bukan pnemonia nihil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
ketelitian petugas dalam mendiagnosa atau merekap data kasus. Jumlah
kunjungan kasus ISPA yang paling tinggi tahun 2017 adalah Puskesmas Air
Tawar, Lubuk Kilangan, Ikur Koto dan Rawang (>100%), sedangkan yang
rendah adalah Puskesmas Belimbing dan Anak Air (< 5%). Untuk pencapaian
cakupan pneumonia tahun 2017 Kota Padang belum mencapai target 90%,
karena secara kota baru 75% dengan total kasus 2.719 orang, seperti yang
terlihat pada grafik berikut :
Grafik 7.42
Penemuan Penderita Pneumoni per Puskesmas di Kota Padang
Tahun 2017

**Keterangan : biru/kiri : target, merah/kanan : realisasi


f. Hepatitis
Capaian tes HbsAg pada ibu hamil di Kota Padang masih 37,6% dari
jumlah ibu hamil yang ada. Hal ini disebabkan oleh reagen untuk testing
diterima pada triwulan II, sehingga Puskesmas aktif pada bulan Mei dan Juni
2017. Tahun 2017 dilaksanakan tes sebanyak 6.964 orang dan hasilnya 79 orang
reaktif, sehingga Insident Rate Hepatitis adalah 1,1% dengan prevalensi kasus
hepatitis di Kota Padang adalah 11/1000 ibu hamil.

110
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

g. Diare
Cakupan pelayanan diare pada balita di Kota Padang tahun 2016 adalah
9213 kasus, semua kasus ditangani 100% yang ditargetkan. Untuk target
penemuan kasus diare pada tahun 2016 adalah 10-20% dari jumlah balita.
Sedangkan untuk tahun 2017 penemuan kasus diare Kota Padang berjumlah
7800 kasus, semuanya ditangani dan mendapatkan oralit 100%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Grafik 7.43
Penemuan dan Penanganan Kasus Diare di Kota Padang Tahun 2017

Grafik 7.44
Kasus Diare Kota Padang per Golongan Umur Tahun 2017

**Keterangan : biru/kiri : <1 tahun, merah/tengah : 1-4 tahun, hijau/kiri : >5 tahun

Untuk Kota Padang Penanganan kasus diare 100%, pemberian oralit juga
100%, sedangkan untuk pemakaian zink sekitar 21-50% kasus. Capaian zink
Kota Padang menjadi 29% dari kasus diare yang ditemukan dan diobati.

111
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. Malaria
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Puskesmas dan rumah sakit pada
tahun 2015 terdapat 125 kasus malaria positif. Untuk Tahun 2016 jumlah kasus
malaria positif sebanyak 57 kasus, dimana kasus ditemukan dari laporan rumah
sakit di Kota Padang. Semua kasus diberikan obat ACT sesuai standar. Untuk
tahun 2017 penemuan kasus malaria juga masih bersumber dari data rumah
sakit. Jumlah kasus malaria yang ditemukan dan diobati adalah sebanyak 60
kasus. Setiap kasus yang positif dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan
pemeriksaan kontak. Semua kasus yang di PE tidak ada ditemukan kontak yang
positif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 7.45
Distribusi Kasus Malaria Kota Padang Tahun 2017

Kasus malaria tertinggi di Kota Padang adalah di Kecamatan Kuranji


(Puskesmas Belimbing, Ambacang dan Kuranji) sebanyak 25 kasus (41%) dan
Kecamatan Koto Tangah (Puskesmas Lubuk Buaya, Anak Air, Air Dingin, Ikur
Koto) sebanyak 19 kasus (31,6%). Kecamatan Pauh tidak ditemukan kasus
malaria tahun 2017. Semua kasus malaria ditangani dan mendapat pengobatan
sehingga tidak ada kasus kematian akibat malaria.
i. Filariasis Kecacingan
Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh cacing
filaria yang ditularkan melalui gigitan vektor yaitu nyamuk. Jumlah kasus
filariasis di Kota Padang masih 33 kasus lama dan tidak ada penambahan kasus
baru. Kota Padang sudah melakukan POMP Filariasis selama 5 tahun di mulai
tahun 2008, namun tidak dilakukan serentak tapi bertahap per kecamatan
112
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

dengan hasil SDJ <1%. Untuk mendapatkan keberhasilan program eliminasi


filariasis maka Kota Padang dianjurkan Kementerian Kesehatan melaksanakan
POMP Filariasis ulang pada tahun 2016 secara serentak, karena berdasarkan
hasil tes antibodi pada anak sekolah Bulan Agustus 2015 sudah ada mengandung
cacing filariasis sebanyak 7 orang anak.
Grafik 7.46
Kasus Lama Filariasis di Kota Padang
33
35
30
25
20
15
10 7 6 5
3 3 2 2 2
5 1 1 1
0

Kota Padang tidak ada lagi menemukan kasus baru karena sudah
melakukan POMP Filariasis selama 5 tahun. Pada saat ini kasus lama yang
masih ada 29 kasus, karena yang 4 orang sudah meninggal (total seharusnya 33
orang). Sehubungan dengan Kota Padang melakukan POMP Filariasis secara
bertahap per kecamatan yang akhirnya tuntas pada tahun 2014, maka disarankan
melakukan lagi POMP filariasais tambahan pada tahun 2016
Grafik 7.47
Capaian POMP Filariasis Kota Padang Tahun 2016

Pada tahun 2017, Kota Padang melanjutkan kegiatan filariasis dengan


survey darah jari (SDJ) pada 2 lokasi kelurahan sentinel yang ditentukan oleh

113
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

tim Kementerian Kesehatan yaitu pada Puskesmas Andalas dengan lokasi


Kelurahan Andalas, dan Puskesmas Lubuk Begalung di Kelurahan Parak Laweh
Pulau Aia. Jumlah Sampel masing-masing lokasi adalah 310 sampel dengan total
sampel 620. Pengambilan sampel melibatkan kader, tokoh masyarakat, tim
Puskesmas, tim Dinas Kesehatan Kota, tim Dinas Kesehatan Propinsi dan Tim
Litbang dari Kemenkes RI. Waktu pelaksanaan adalah Minggu 2 Bulan April
2017 selama 3 hari pengambilan sampel dan 3 hari pemeriksaan sampel.
Pemeriksaan sampel SDJ dilakukan oleh tim Litbang dari Kementerian
Kesehatan RI dimana dari 620 sampel hasinya negatif.
Kegiatan dilanjutkan dengan Survey TAS (transmission Asessment
Survey) pada anak Sekolah Dasar usia 6-7 tahun. Pemilihan sampel dilakukan
secara acak, dari 419 sekolah yang dikirim maka terpilih 32 sekolah yang
menjadi sampel dengan total sampel 1599 murid. Tim pemeriksa terdiri dari Tim
kemenkes, Propinsi, Kota dan Puskesmas. Semua sampel yang diperiksa
hasilnya negatif. Berikut hasil TAS Filariasis Kota Padang Tahun 2017:
Grafik 7.48
Capaian Survey TAS Filarisis Kota Padang Tahun 2017

Program kecacingan adalah kegiatan pemberian obat cacing 1 dosis dalam


setahun. Sasaran minum obat cacing adalah anak usia 1 tahun dengan dosis 0,5
tablet albendazol dan usia 2-12 tahun 1 tablet albendazol. Adapun sasaran
POMP (Pemberian Obat Masal Pencegahan) kecacingan Kota Padang adalah
sebagai berikut:

114
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.49
Hasil Pemberian Obat Cacing Kota Padang Tahun 2017

**Keterangan : biru/kiri : sasaran, merah/kanan : hasil


j. Kusta
Berdasarkan data kasus yang dikumpulkan Dinas Kesehatan Kota Padang,
kasus kusta tahun 2012 sampai tahun 2014 terjadi peningkatan, namun tahun
2015 terjadi penurunan kasus. Untuk Tahun 2016 penemuan kasus kusta ada 5
kasus dengan kategori 2 kasus PB dan 3 kasus MB. Jika ditinjau dari tempat
domisilinya maka distribusi kasus adalah 1 kasus MB di Puskesmas Andalas, 1
kasus MB di Puskesmas Air Tawar, 1 kasus PB di Puskesmas Pemancungan 1
kasus MB di Puskesmas Lapai dan 1 kasus PB di Puskesmas Lubuk Kilangan.
Perkembangan kasus dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 7.50
Data Gambaran Kasus Kusta Kota Padang Tahun 2012-2016

Tahun 2017 jumlah kasus kusta sebanyak 2 kasus, yang ditemukan di


wilayah kerja Puskesmas Pauh 1 kasus kusta type MB dan 1 kasus Puskesmas
115
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Dadok Tunggul Hitam dengan type kasus MB. Semua kasus sudah
ditindaklanjuti dan diobati. Terhadap kedua penderita dilakukan pemeriksaan
kontak erat pada keluarganya dengan hasil belum ada terjadi penularan terhadap
anggota keluarga.
k. Influenza Like Illness (ILI)
Untuk program ILI, tidak semua Puskesmas yang menjadi objek atau
target dari program. Program ILI dilakukan oleh Puskesmas yang sudah terlatih
dengan tim pengelola program dan analis. Jumlah sampel yang dikirim tahun
2017 adalah 144 sampel dengan hasil negatif.

7.3.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,


Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik dan Zat Aditif
a. Program Penyakit Tidak Menular
Pada tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan seminar Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), Pelatihan Kader Posbindu sebanyak 3 kali,
Workshop UBM, Workshop PTM bagi Kader Posbindu, Pertemuan Evaluasi
Pengelola Program sebanyak 2 kali, Skrining PTM dan Pemeriksaan IVA pada
masyarakat Kota Padang. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1) Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar pada Posbindu PTM. Hal ini sebagai bentuk
peran serta masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri,
kampus, instansi, sekolah dll) dalam upaya promotif dan preventif untuk
mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor resiko penyakit tidak
menular secara terpadu. Jumlah posbindu yang ada di wilayah kerja Kota
Padang Tahun 2017 sebanyak 128 Pos, yang terdiri dari Posbindu umum
121 Pos dan Posbindu khusus 7 Pos. Kunjungan tertinggi Posbindu
Puskesmas Ambacang (28.926 orang) dan terendah Puskesmas Lubuk
Begalung (140 orang), seperti yang terlihat pada tabel berikut :

116
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.8
Sasaran dan Target Penduduk ≥15 Tahun Kota Padang
Tahun 2017
Jumlah Penduduk ≥ 15 Tahun Kunjungan Tahun 2017
No Kecamatan Puskesmas
Laki- Laki-
Laki-Laki Pr Laki-Laki Pr
Laki+Pr Laki+Pr
1 Padang Barat Padang Pasir 17,791 18,059 35,850 286 917 1,203
2 Padang Timur Andalas 31,246 31,717 62,963 287 1,631 1,918
3 Padang Utara Ulak Karang 7,513 7,626 15,139 26 131 157
4 Alai 9,049 9,186 18,235 108 276 384
5 Air Tawar 11,338 11,508 22,846 120 1,415 1,535
6 Padang Selatan Seberang Padang 6,761 6,863 13,624 10 167 177
7 Pemancungan 7,001 7,106 14,107 557 595 1,152
8 Rawang Barat 9,562 9,706 19,268 2,101 2,436 4,537
9 Koto Tangah Lubuk Buaya 166 2,484 2,650
Dadok Tunggul 39,578 40,176 79,754
10 17 231 248
Hitam
11 Air Dingin 9,630 9,775 19,405 3,893 6,762 10,655
12 Anak Air 12,259 12,444 24,703 136 241 377
13 Ikur Koto 5,498 5,581 11,079 78 225 303
14 Nanngalo Nanggalo 14,479 14,699 29,178 74 560 634
15 Lapai 8,877 9,012 17,889 60 205 265
16 Kuranji Kuranji 10,517 10,676 21,193 147 391 538
17 Belimbing 23,118 23,468 46,586 60 235 295
18 Ambacang 18,918 19,203 38,121 8,099 20,827 28,926
19 Pauh Pauh 24,792 25,165 49,957 519 564 1,083
20 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 20,182 20,486 40,668 3,109 7,994 11,103
21 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 24,382 24,749 49,131 41 99 140
22 Pegambiran 19,567 19,862 39,429 73 191 264
23 Bungus Bungus 9,391 9,533 18,924 105 271 376
Jumlah (Kab/Kota) 341,449 346,600 688,049 20,072 48,848 68,920

2) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan
darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini
dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala
yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah. Tekanan darah terbagi menjadi
dua angka. Tekanan sistolik adalah angka atas, dan tekanan diastolik
adalah angka bawah. Keduanya tercatat sebagai mm Hg (milimeter
117
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

merkuri), yang memberitahu tinggi kolom merkuri yang meningkat karena


tekanan. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung
berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah antara
kontraksi (jantung beristirahat). Nilai normal biasanya 120/80. Hipertensi
pada orang dewasa berkisar 140 mm Hg sistolik atau lebih dan/atau 90 mm
Hg diastolik atau lebih. Angka ini hanya berguna sebagai panduan. Jumlah
kasus dan kunjungan penderita hipertensi pada wilayah kerja Kota Padang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7.9
Jumlah Kasus dan Kunjungan Penderita Hipertensi
Kota Padang Tahun 2017
Kasus Baru Tahun 2017 Kunjungan Tahun 2017
No Kecamatan Puskesmas Laki- Laki- Laki- Laki-
Pr Pr
Laki Laki+Pr Laki Laki+Pr
1 Padang Barat Padang Pasir 223 372 595 1,109 1,686 2,795
2 Padang Timur Andalas 683 1,345 2,028 726 1,700 2,426
3 Padang Utara Ulak Karang 165 154 319 833 1,740 2,573
4 Alai 42 91 133 647 1,375 2,022
5 Air Tawar 21 42 63 480 771 1,251
Seberang
6 Padang Selatan 80 141 221 485 958 1,443
Padang
7 Pemancungan 185 163 348 701 618 1,319
8 Rawang Barat 250 331 581 426 565 991
9 Koto Tangah Lubuk Buaya 258 341 599 2,507 3,324 5,831
Dadok Tunggul
10 64 78 142 329 404 733
Hitam
11 Air Dingin 139 350 489 919 2,234 3,153
12 Anak Air 135 112 247 482 395 877
13 Ikur Koto 28 45 73 111 149 260
14 Nanngalo Nanggalo 225 332 557 3,259 3,906 7,165
15 Lapai 33 38 71 428 689 1,117
16 Kuranji Kuranji 191 342 533 1,471 3,250 4,721
17 Belimbing 110 221 331 547 1,110 1,657
18 Ambacang 139 210 349 139 210 349
19 Pauh Pauh 84 99 183 936 1,829 2,765
20 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 207 272 479 538 1,092 1,630
Lubuk Lubuk
21 238 468 706 859 1,627 2,486
Begalung Begalung
22 Pegambiran 136 291 427 753 1,871 2,624
23 Bungus Bungus 42 71 113 229 391 620
Jumlah (Kab/Kota) 3,678 5,909 9,587 18,914 31,894 50,808
118
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus penderita hipertensi paling
tinggi ditemukan pada wilayah kerja Puskesmas Andalas (2.028 orang)
dan kasus terendah di Puskesmas Air Tawar (63 orang). Sementara angka
kunjungan tertinggi pada Puskesmas Nanggalo (7.165 orang) dan
kunjungan terendah pada Puskesmas Ikur Kota (260 orang).
3) Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis
yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat
adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ
pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan
tubuh. Diabetes melitus atau penyakit kencing manis setiap tahunnya
selalu dan terus mengalami kenaikan jumlah penderita, penyakit ini tidak
bisa disembuhkan namun masih bisa untuk dikendalikan dengan penerapan
diet yang ketat dan kebiasaan hidup sehat untuk mengontrol kadar gula
dalam darah agar selalu berada pada kondisi normal. Pada tahun 2017
jumlah kasus baru DM sebanyak 3.514 kasus dengan total jumlah
kunjungan sebesar 18.973 orang. Kasus tertinggi penderita Diabetes
Mellitus berada pada wilayah kerja Puskesmas Andalas (527 orang) dan
kasus terendah ditemukan pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang (20
orang). Sementara angka kunjungan penderita Diabetes Mellitus tertinggi
pada Puskesmas Lubuk Buaya (2.703 orang) dan kunjungan terendah pada
Puskesmas Bungus (41 orang). Data penderita Diabetes Mellitus per
Puskesmas pada wilayah kerja Kota Padang dapat dilihat pada tabel
berikut :

119
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.10
Jumlah Kasus Dan Kunjungan Penderita Diabetes Mellitus
Kota Padang Tahun 2017
Kasus Baru Tahun 2017 Kunjungan Tahun 2017
No Kecamatan Puskesmas Laki- Laki- Laki- Laki-
Pr Pr
Laki Laki+Pr Laki Laki+Pr
1 Padang Barat Padang Pasir 38 46 84 498 784 1,282
2 Padang Timur Andalas 212 315 527 362 839 1,201
3 Padang Utara Ulak Karang 46 63 109 275 599 874
4 Alai 21 60 81 280 797 1,077
5 Air Tawar 7 23 30 18 26 44
Padang Seberang
6 15 6 21 56 57 113
Selatan Padang
7 Pemancungan 37 47 84 185 163 348
8 Rawang Barat 42 48 90 82 104 186
9 Koto Tangah Lubuk Buaya 167 231 398 1,136 1,567 2,703
Dadok
10 11 28 39 50 130 181
Tunggul Hitam
11 Air Dingin 140 259 399 491 913 1,404
12 Anak Air 23 20 43 124 145 269
13 Ikur Koto 17 58 75 47 132 179
14 Nanngalo Nanggalo 136 186 322 548 856 1,404
15 Lapai 15 28 43 53 170 223
16 Kuranji Kuranji 64 118 182 310 1,000 1,310
17 Belimbing 81 122 203 339 507 846
18 Ambacang 4 16 20 293 432 725
19 Pauh Pauh 25 30 55 672 1062 1,734
Lubuk Lubuk
20 138 180 318 346 441 787
Kilangan Kilangan
Lubuk Lubuk
21 98 176 274 611 898 1,509
Begalung Begalung
22 Pegambiran 30 59 89 162 372 534
23 Bungus Bungus 10 18 28 15 26 41
Jumlah (Kab/Kota) 1,377 2,137 3,514 6,953 12,020 18,973

4) Obesitas
Obesitas adalah kondisi kronis pada tubuh dimana terjadinya penumpukan
lemak berlebih dalam tubuh, melebihi batas yang baik untuk kesehatan.
Obesitas merupakan kelebihan berat badan dapat ditentukan dengan
perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan IMT dengan
menghitung berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan
dalam satuan meter. IMT yang sehat berada dalam rentang 18,5–24,9

120
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

kg/m2. IMT yang berada di angka 25–29,9 disebut “overweight”, 30–34,9


disebut “obesitas kelas I”, 35,0–39,9 disebut “obesitas kelas II”, dan di
atas 40 disebut “obesitas kelas III”. Orang yang obesitas berisiko lebih
tinggi untuk penyakit seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung,
stroke, diabetes, penyakit kandung empedu, dan kanker. Berikut data
obesitas masyarakat Kota Padang:
Tabel 7.11
Jumlah Kasus Dan Kunjungan Penderita Obesitas
Kota Padang Tahun 2017
Kasus Baru Tahun 2017 Kunjungan Tahun 2017
No Kecamatan Puskesmas Laki- Laki- Laki- Laki-
Pr Pr
Laki Laki+Pr Laki Laki+Pr
1 Padang Barat Padang Pasir 12 31 43 21 44 65

2 Padang Timur Andalas 90 125 215 292 1,510 1,802

3 Padang Utara Ulak Karang 3 6 9 13 20 33

4 Alai 382 765 1,147 1,274 2,549 3,823

5 Air Tawar 14 42 56 28 282 310


Padang Seberang 15 38 53 40 151 191
6
Selatan Padang
7 Pemancungan 18 30 48 144 240 384

8 Rawang Barat 12 15 27 39 51 90

9 Koto Tangah Lubuk Buaya 7 11 18 197 308 505


Dadok 56 93 149 9 173 182
10
Tunggul Hitam
11 Air Dingin 34 57 91 265 1,188 1,453

12 Anak Air 17 168 185 19 215 234

13 Ikur Koto 12 53 65 96 424 520

14 Nanngalo Nanggalo 146 156 302 488 522 1,010

15 Lapai 19 96 115 85 555 640

16 Kuranji Kuranji 28 58 86 324 989 1,313

17 Belimbing 47 57 104 161 197 358

18 Ambacang 1,419 2,011 3,430 1,568 2,104 3,672

19 Pauh Pauh 38 40 78 130 326 456


Lubuk Lubuk 124 157 281 135 170 305
20
Kilangan Kilangan
Lubuk Lubuk 19 41 60 264 574 838
21
Begalung Begalung
22 Pegambiran 3 46 49 27 184 211
23 Bungus Bungus 17 45 62 102 315 417
Jumlah (Kab/Kota) 2,532 4,141 6,673 5,721 13,091 18,812

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus tertinggi penderita Obesitas
berada pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang (3.430 orang) dan kasus
terendah ditemukan pada wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang (9 orang).
121
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Sementara angka kunjungan penderita Obesitas tertinggi pada Puskesmas


Alai (3.823 orang) dan kunjungan terendah pada Puskesmas Ulak Karang
(33 orang).
5) Deteksi Dini Kanker Serviks dan Kanker Mamae
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita yaitu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim. Semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks.
Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang aktif secara
seksual. Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala oleh
karena itu untuk dianjurkan melakukan deteksi dini kanker serviks melalui
tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama/Puskesmas dan tes pap smear di rumah sakit dan labor kesehatan
setiap satu tahun sekali. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya
hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala kanker
serviks tingkat lanjut :
a) Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
b) Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c) Perdarahan di luar siklus menstruasi
d) Penurunan berat badan drastis.
e) Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung juga hambatan dalam berkemih,
serta pembesaran ginjal.
Kanker payudara adalah jenis lain dari kanker yang terjadi pada jaringan
sel payudara. Ketika sel abnormal membagi dan tidak terkontrol, mereka
dapat menjadi besar dengan membentuk jaringan ekstra, atau tumor, yang
dapat menjadi jinak atau ganas. Tanda dan gejala kanker payudara yang
sering dirasakan :
a) Benjolan pada payudara atau terasa menebal dan berbeda dari jaringan
di sekitarnya
b) Keluar darah pada puting susu
122
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c) Perubahan ukuran atau bentuk payudara


d) Perubahan pada kulit payudara, contohnya lesung
e) Bentuk puting susu yang terbalik
f) Pengelupasan kulit puting susu
g) Kemerahan pada kulit payudara, seperti kulit jeruk
Data cakupan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim melalui iva tes
dan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara melalui sadanis pada
wilayah kerja Puskesmas Kota Padang Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7.12
Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode Iva
Dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Kota Padang Tahun 2017
Wanita Target / Capaian Curiga % Iva
No Puskesmas
Usia 30-50 Tahun 2017 Ca.Mamae Capaian Positif
Tahun
1 Padang Pasir 6,717 1,209 711 3 58.83 55
2 Andalas 11,796 2,123 456 24 21.48 1
3 Ulak Karang 2,836 510 194 17 38.01 3
4 Alai 3,416 615 337 - 54.82 3
5 Air Tawar 4,280 770 155 2 20.13 8
6 Seberang Padang 2,553 459 280 - 60.96 1
7 Pemancungan 2,643 476 179 - 37.64 5
8 Rawang Barat 3,610 650 68 - 10.47 0
9 Lubuk Buaya 483 18 17.97 10
14,942 2,689
10 Dadok Tunggul 64 1 2.38 0
11 Hitam
Air Dingin 3,636 654 45 23 6.88 1
12 Anak Air 4,628 833 62 - 7.45 0
13 Ikur Koto 2,076 373 149 - 39.90 2
14 Nanggalo 5,467 984 123 12.50 7
15 Lapai 3,352 603 215 - 35.65 15
16 Kuranji 3,971 714 64 11 8.96 8
17 Belimbing 8,728 1,570 370 7 23.56 4
18 Ambacang 7,142 1,285 331 - 25.76 1
19 Pauh 9,360 1,684 213 - 12.65 0
20 Lubuk Kilangan 7,619 1,371 5,843 - 426.20 3
21 Lubuk Begalung 9,205 1,656 139 36 8.39 11
22 Pegambiran 7,387 1,329 107 - 8.05 28
23 Bungus 3,545 638 82 - 12.85 0
Jumlah (Kab/Kota) 128,909 23,195 10,670 142 46.00 166

123
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk capaian tertinggi


adalah Puskesmas Lubuk Kilangan (426,2%) dan terendah Puskesmas
Dadok Tunggul Hitam (2,38%). Sementara Iva positif tertinggi ditemukan
di Puskesmas Padang Pasir karena menjadi pusat rujukan Puskesmas di
Kota Padang untuk krioterapi. Pasien curiga Kanker Payudara paling
banyak ditemukan pada Puskesmas Lubuk Begalung.
b. Program Kesehatan Jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
didukung oleh peran serta masyarakat dalam rangka mencapai derajat
kesehatan jiwa masyarakat yang optimal. Kegiatan dilaksanakan melalui
kegiatan promotif dan preventif berupa deteksi dini gangguan jiwa,
pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa serta kuratif dengan
kepatuhan minum obat.
Untuk meningkatkan pemahaman petugas mengenai masalah kesehatan
jiwa telah dilaksanakan kegiatan Pertemuan Peningkatan Kapasitas Petugas
Kesehatan Jiwa Puskesmas dan Pertemuan Pengelola Program Kesehatan Jiwa
Puskesmas sebanyak 2 kali. Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
orang dengan masalah kesehatan jiwa petugas Puskesmas telah melaksanakan
kunjungan dan penyuluhan ke rumah pasien dengan masalah kesehatan jiwa.
Tabel 7.13
Kunjungan Kasus Gangguan Jiwa di Puskesmas
Kota Padang Tahun 2017

Total
No Jenis Penyakit Total
Baru Lama
Kunjungan
L P L P
1 Neurotik 37 60 447 476 1020
2 Psikotik 156 140 3091 1871 5258
3 Epilepsi 28 26 250 248 552
4 Retardasi Mental 9 3 11 4 27
5 Penyalahgunaan Napza 1 3 1 5
6 Gangguan Belajar 162 95 121 108 468
7 Gangguan Jiwa Lainnya 22 31 167 128 348
Jumlah 415 355 4090 2836 7696

124
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan jumlah kunjungan sebesar 7.696


dengan jumlah kunjungan kasus baru sebesar 770 (L= 415, P= 355) dan kasus
lama sebesar 6.926 (L=4090, P=2836). Untuk kasus tertinggi adalah psikotik
dengan jumlah kasus baru sebanyak 296 (L=156, P=140) dan kasus lama
sebanyak 4.962 (L=3.091, P=1871). Data ini memberikan gambaran bahwa
kasus gangguan jiwa berat masih tinggi dan perlu perhatian lebih.
c. Program Narkotika, Psikosomatik dan Zat Adiktif
Berdasarkan data tiga tahun terakhir hasil skrining narkoba yang dilakukan
oleh petugas narkoba DKK Padang didapatkan hasil di tahun 2014 diperiksa
sebanyak 1000 orang, positif menggunakan narkoba sebanyak 14 orang. Tahun
2015 diperiksa sebanyak 822 orang, positif menggunakan narkoba sebanyak 23
orang. Di tahun 2016 dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan data 10
orang positif. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan stick 3 parameter.
Seluruh sasaran yang positif menggunakan narkoba tersebut telah di
ditangani oleh BNNP dan dirujuk langsung ke IPWL terdekat. Instistusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL) merupakan sistem kelembagaan yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang pelaksanaan
wajib lapor bagi pecandu narkotika. Upaya preventif dan rehabilitatif lebih
baik untuk pengguna narkoba daripada dipenjara. Lembaga ini merupakan
implementasi Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
khususnya pasal 55.
Berdasarkan hasil kegiatan pemeriksaan/ skrining narkoba pada pelajar
dan sopir tahun lalu, maka Dinas Kesehatan Kota Padang melakukan kembali
skrining narkoba pada kelompok yang beresiko tinggi serta institusi terkait
dengan jumlah sasaran di tahun 2017 sebanyak 1000 orang. Sebelum
melakukan kegiatan pemeriksaan skrining narkoba dilakukan pertemuan lintas
sektor dalam persiapan skrining penyalahgunaan narkoba. Kegiatan skrinning
napza sebanyak 12 kali dan hasil yang didapatkan ada 9 orang yang positif,
dengan rincian 6 orang positif amphetamine, 2 orang positif marijuana dan 1
orang positif morphine. Sasaran yang dinyatakan positif pada pemeriksaan ini

125
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

ditindak lanjuti oleh IPWL yang ada di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Padang dengan teknik assessment.
Untuk meningkatkan pengawasan terhadap penyalahgunaan napza pada
anak sekolah pada tahun 2017 dilakukan kegiatan Workshop Kesehatan Jiwa
dan Napza. Workshop diikuti oleh Guru Bimbingan Konseling SMP dan SMA
serta guru kelas SD diwilayah kerja Kota Padang dengan jumlah peserta
sebanyak 50 orang.

7.4 Bidang Pelayanan Kesehatan


7.4.1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
a. Kunjungan Puskesmas
Puskesmas dan jajarannya merupakan ujung tombak dari sistem
kesehatan di Indonesia yang berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Masyarakat Kota Padang sudah
memanfaatkan pelayanan yang ada di Puskesmas.
Pada tahun 2017 total kunjungan di Puskesmas se kota Padang adalah
1.877.780, dengan jumlah penduduk sebanyak 927.011 maka visit rate rata-rata
adalah 2,03. Total jenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding laki-laki
(57% : 43%). Begitu juga dengan kunjungan baru dan lama.
Jumlah visit rate tertinggi adalah di Puskesmas Seberang Padang
sebesar 2,68, sedangkan vist rate terendah terdapat di Puskesmas Anak Air
yaitu 1,48. Puskesmas Dadok belum bisa dihitung karena jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas masih termasuk dalam jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas se Kota Padang tahun 2017 berikut :

126
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.14
Data Kunjungan Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis
Kunjungan Jalan Puskesmas sekota Padang Tahun 2017

Jenis kunjungan
Jumlah Total Visit
No Puskesmas Baru Lama
Penduduk Kunjungan Rate
L P L P
1 2,12
Padang Pasir 48.302 11.210 16.499 31.191 43.683 102.583
2 2,22
Andalas 84.830 39.559 48.429 36.631 63.380 187.999
3 Ulak Karang 20.397 3.306 4.163 16.008 24.679 48.156 2,36
4 2,58
Alai 24.568 5.094 6.513 22.463 29.380 63.450
5 1,66
Air Tawar 30.780 4.462 6.716 17.662 22.193 51.033
6 Seberang Padang 18.357 3.141 9.579 16.079 20.427 49.226 2,68
7 2,46
Pemancungan 19.006 2.442 4.234 14.561 25.500 46.737
8 1,67
Rawang Barat 25.959 2.446 3.343 15.895 21.683 43.367
9 Lubuk Buaya 107.451 22.468 22.593 82.130 88.560 215.751 2,01
10 2,50
Air Dingin 26.144 6.629 9.043 20.165 29.526 65.363
11 1,48
Anak Air 33.283 8.613 11.337 12.164 17.100 49.214
12 Ikur Koto 14.926 10.221 11.847 5.006 7.832 34.906 2,34
13 2,06
Nanggalo 39.312 7.912 11.291 26.591 35.057 80.851
14 2,05
Lapai 24.103 5.222 7.074 16.032 21.006 49.334
15 Kuranji 28.554 1.988 3.614 22.633 29.024 57.259 2,01
16 1,93
Belimbing 62.765 14.648 21.073 33.025 52.442 121.188
17 1,72
Ambacang 51.361 9.732 13.344 27.458 37.754 88.288
18 Pauh 67.308 8.036 13.374 41.494 59.644 122.548 1,82
19 1,72
Lubuk Kilangan 54.792 3.487 4.918 36.998 49.030 94.433
20 1,97
Lubuk Begalung 66.195 8195 12.605 49.617 60.018 130.435
21 Pegambiran 53.123 9.022 11.960 27.542 31.603 80.127 1,51
22 2,47
Bungus 25.495 10.931 13.205 16.015 22.772 62.923
23 0,00
Dadok 8.231 9.273 6.505 8.600 32.609
Total 927.011 206.995 276.027 593.865 800.893 1.877.780 2,03

Sejak diberlakukannya sistem Jaminan Kesehatan Nasional bidang


kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) pada 1 Januari 2014, maka pengunjung Puskesmas dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu kategori Umum dan BPJS. Pengunjung dengan kategori Umum
adalah masyarakat yang belum mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS.

127
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Di bawah ini tertera data kunjungan rawat jalan Puskesmas berdasarkan


kategori Umum dan BPJS dan angka rujukan dari Puskesmas ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan. Kunjungan rawat jalan Puskesmas berdasarkan
kategori kepesertaan di Puskesmas se Kota Padang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 7.15
Data Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas se Kota Padang
berdasarkan Jenis Kepesertaan dan Jenis Kelamin tahun 2017
Jumlah Kunjungan
No Puskesmas Umum BPJS
Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
1 Seb Padang 4.762 5.569 10.331 15.950 22.945 38.895
2 Pemancungan 11.391 17.736 29.127 5.574 12.036 17.610
3 Rawang 13.003 15.815 28.818 5.025 9.524 14.549
4 Padang Pasir 13.105 17.460 30.565 29.494 42.524 72.018
5 Ulak Karang 8.549 12.093 20.642 11.252 16.262 27.514
6 Alai 19.912 25.099 45.011 7.286 11.153 18.439
7 Air Tawar 18.387 20.690 39.077 4.642 7.314 11.956
8 Andalas 62.171 85.349 147.520 14.034 26.445 40.479
9 LB Buaya 49.867 53.367 103.234 62.459 50.058 112.517
10 Air Dingin 13.056 17.818 30.874 12.859 21.630 34.489
11 Nanggalo 25.723 29.702 55.425 8.780 16.646 25.426
12 Lapai 12.229 13.706 25.935 8.901 14.498 23.399
13 Kuranji 15.428 19.954 35.382 9.536 12.341 21.877
14 Belimbing 45.199 54.668 99.867 7.872 13.449 21.321
15 Pauh 31.234 43.965 75.199 20.060 27.289 47.349
16 Lb Kilangan 33.068 37.725 70.793 6.922 16.718 23.640
17 Lb Begalung 43.900 49.719 93.619 15.048 21.768 36.816
18 Pegambiran 24.711 28.258 52.969 11.574 15.584 27.158
19 Bungus 16.024 21.617 37.641 9.802 15.480 25.282
20 Ambacang 21.192 25.381 46.573 15.939 25.776 41.715
21 Anak Air 15.996 23.345 39.341 3.516 6.357 9.873
22 Ikur Koto 8.858 12.147 21.005 5.068 8.833 13.901
23 Dadok 12.727 12.920 25.647 2.306 4.656 6.962
Total 520.492 644.103 1.164.595 293.899 418.786 713.185

128
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kunjungan Puskesmas tahun 2017 untuk


kategori pasien umum adalah 1.164.595, sedangkan kunjungan pasien BPJS
sebesar 713.185. Untuk 19 Puskesmas jenis kunjungan pasien umum lebih
tinggi secara signifikan dibanding kunjungan BPJS.
Tabel 7.16
Data Kunjungan Rawat Inap Pada Puskesmas Rawat Inap
Kota Padang tahun 2017
JUMLAH
NO PUSKESMAS
L P L+P
1 Padang Pasir - 37 37
2 Seberang Padang 28 141 169
3 Lubuk Buaya - 68 68
4 Air Dingin - 40 40
5 Nanggalo - 13 13
6 Pauh 34 124 158
7 Bungus 10 39 49
JUMLAH 72 462 534

Tabel diatas memperlihatkan Kunjungan Rawat Inap Tahun 2017


sebanyak 534 orang. Kunjungan Rawat Inap yang terbanyak pada Puskesmas
Seberang Padang (169 orang) dan yang terendah adalah Puskesmas Nanggalo
(13 orang). Pada umumnya Puskesmas dengan fasilitas rawat inap melayani
terutama untuk persalinan kecuali Puskesmas Nanggalo dan Bungus yang juga
disertai dengan perawatan pasien gizi buruk. Tahun 2017 Puskesmas Seberang
Padang, Pauh dan Bungus juga melayani rawat inap untuk pasien laki-laki.
Tabel 7.17
Data Cakupan Kunjungan Rawat Inap pada Puskesmas Rawat Inap
Se Kota Padang Tahun 2017

No Puskesmas Jumlah TT Rawat Inap Hari Perawatan BTO


1 Padang Pasir 9 37 71 7,9
2 Seberang Padang 5 169 236 47
3 Lubuk Buaya 6 68 120 20
4 Air Dingin 4 40 72 18
5 Nanggalo 8 13 22 2,8
6 Pauh 4 158 348 87
7 Bungus 6 49 56 9,3
Jumlah 42 534 925

129
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan Kunjungan Rawat Inap Tahun


2017 sebanyak 534 orang. Kunjungan Rawat Inap yang terbanyak adalah pada
Puskesmas Seberang Padang sebanyak 169 orang dan yang terendah adalah
Puskesmas Nanggalo sebanyak 13 orang. Pada umumnya Puskesmas dengan
fasilitas rawat inap ini melayani khusus untuk persalinan kecuali Puskesmas
Nanggalo dan Bungus juga disertai dengan perawatan untuk pasien gizi buruk.
Jumlah hari perawatan untuk 7 Puskesmas adalah sebanyak 925 hari, dengan
rata-rata hari rawatan (BTO) sebanyak 22 kali. BTO adalah Bed Turn Over
yaitu jumlah hari perawatan dibagi jumlah kapasitas tempat tidur. Angka ini
menunjukkan tingkat penggunaan sebuah tempat tidur, rata-rata jumlah pasien
yang menggunakan setiap tempat tidur dalam tahun yang bersangkutan. BTO
ideal adalah > 30 kali. Dari tabel di atas terlihat BTO Puskesmas Pauh
sebanyak 87, jauh melebihi angka ideal.
b. Data Jenis Penyakit Terbanyak
Sejak tahun 2017 Puskesmas telah menggunakan e-Puskesmas dalam
beberapa kegiatan pencatatan dan pelaporan, seperti LB1, LB4 dan beberapa
lainnya. Jenis penyakit terbanyak pada Puskesmas se Kota Padang dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 7.18
Cakupan Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas
se Kota Padang Tahun 2017
No Jenis Penyakit Jumlah Kunjungan
1 ISPA tidak Spesifik 87.413
2 Hipertensi primer/ essensial 52.825
3 Dispepsia 17.879
4 Nasofaringitis Akut 17.581
5 Gastritis tidak spesifik 15.366
6 Fever unspesified 14.590
7 NIDDM tanpa komplikasi 13.795
8 Nekrosis of pulp 13.686
9 Sakit kepala 10.540
10 Faringitis Akut tidak spesifik 10.401

Penyakit Infeksi Akut lain pada saluran nafas menempati urutan terbanyak
dari total kunjungan yaitu sebesar 87.413 dan urutan yang ke sepuluh adalah
Faringitis Akut tidak spesifik yaitu 10.401.
130
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. Program Kesehatan Indera


Program Kesehatan Indera meliputi indera penglihatan dan indera
pendenganarn merupakan salah satu bentuk program pengembangan yang
dilaksanakan di Puskesmas. Program ini dilaksanakan terutama dalam rangka
mengurangi angka kesakitan yang berhubungan dengan organ penglihatan dan
pendengaran di masyarakat dengan melakukan preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Tabel 7.19
Cakupan Kunjungan Kasus Penyakit Indera Penglihatan
di Puskesmas Kota Padang Tahun 2017

INDERA PENGLIHATAN
NO PUSKESMAS Katarak Kel. Refraksi Glukoma Xeroptalmia
Kunj Ops Rjk Kunj Pgb Rjk Skr Pgb Rjk Skr Rjk
1 Seb. Padang 40 0 37 633 0 570 0 0 0 0 0
2 Pemancungan 40 0 40 241 0 241 3 0 3 0 0
3 Andalas 126 90 126 3.992 1.085 1.642 7 7 2 0 0
4 Rawang 14 0 6 112 0 112 1 0 1 0 0
5 Bungus 7 0 7 25 0 25 0 0 0 0 0
6 Pdg,Pasir 84 0 84 478 0 478 0 0 0 0 0
7 Ulak Karang 105 31 95 617 2 615 19 0 18 0 0
8 Air Tawar 28 0 28 432 0 432 3 0 2 0 0
9 Lb,Buaya 320 0 320 1831 0 1831 11 0 11 0 0
10 Air Dingin 99 0 99 611 0 611 11 0 11 0 0
11 Anak Air 14 2 10 57 0 57 0 0 0 0 0
12 KPIK 52 0 52 110 0 110 0 0 0 0 0
13 Ambacang 139 0 139 813 0 813 13 1 12 0 0
14 Kuranji 25 0 25 332 84 283 23 1 23 0 0
15 Pauh 52 0 49 626 0 626 3 0 3 0 0
16 Belimbing 44 0 44 213 0 213 7 1 7 0 0
17 Lb,Kilangan 123 1 123 631 22 631 9 0 9 0 0
18 Lb,Begalung 123 2 117 1090 8 1071 16 2 13 0 0
19 Pagambiran 89 0 89 87 0 87 8 0 6 0 0
20 Nanggalo 33 0 33 249 0 249 2 0 2 0 0
21 Lapai 50 0 50 346 0 346 1 0 1 0 0
22 Alai 118 1 117 406 0 406 4 0 4 0 0
23 Dadok 3 1 2 3 2 3 0 0 0 0 0
TOTAL 1.778 128 1.692 13.935 1.203 11.452 141 12 128 0 0

131
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pada tabel diatas menggambarkan jumlah kunjungan penyakit kelainan


refraksi menempati urutan terbanyak pada penyakit indera penglihatan yaitu
13.935 kunjungan. Kelainan refraksi terbanyak terdapat di Puskesmas Andalas
sebanyak 3.992 kunjungan, diikuti oleh Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak
1.831 kunjungan. Jumlah kunjungan kedua terbanyak adalah penyakit katarak
yaitu 1.778, sama seperti tahun 2016 sebesar 3.432. Tahun 2017 sudah
dilakukan operasi sebanyak 128 kasus atau 7% dari total kasus katarak di
Puskesmas.
Tabel 7.20
Cakupan Kunjungan Penyakit Indera Pendengaran
di Puskesmas se Kota Padang tahun 2017

Indera Pendengaran
NO PUSKESMAS Tuli Hantaran Tuli Permanen
SKR PG OPS RJK SKR PG OPS RJK
1 Seberang Padang 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Pemancungan 3 0 0 3 0 0 0 0
3 Andalas 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Rawang 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Bungus 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Padang Pasir 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Ulak Karang 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Air Tawar 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Lubuk Buaya 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Air Dingin 7 0 0 7 0 0 0 0
11 Anak Air 0 0 0 0 0 0 0 0
12 KPIK 17 0 0 17 0 0 0 0
13 Ambacang 284 172 7 104 0 0 0 0
14 Kuranji 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Pauh 14 0 0 14 22 0 18 4
16 Belimbing 6 2 2 11 0 0 0 0
17 Lb. Kilangan 3 0 0 3 0 0 0 0
18 Lb. Begalung 3 0 0 3 2 0 0 2
19 Pegambiran 27 16 0 8 0 0 0 0
20 Nanggalo 7 0 0 7 0 0 0 0
21 Lapai 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Alai 5 0 0 5 3 0 0 3
23 Dadok 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 376 190 9 182 27 0 18 9

132
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Berdasarkan tabel diatas, untuk penyakit Indera pendengaran, dilakukan


skrining terhadap 376 kasus tuli hantaran dan sebanyak 182 kasus dirujuk.
d. Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Program Kesehatan Gigi dan Mulut yang dilaksanakan di semua
Puskesmas se kota Padang memiliki tujuan agar masyarakat Kota Padang
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu dengan
kegiatan program seperti : Pelayanan BP Gigi di Puskesmas, Upaya Kesehatan
Gigi anak Sekolah (UKGS) dan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa
(UKGMD) yang dilaksanakan di luar gedung seperti di posyandu, kelas ibu
hamil, dan lain-lain. Data cakupan program kesehatan gigi dan mulut dapat
dilihat pada table berikut ini :
Tabel 7.21
Cakupan Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Puskesmas Se Kota Padang Tahun 2017
Cakupan
No Puskesmas Kunjungan Integrasi Ibu Hamil
( 5% ) ( 50% )
1 Padang Pasir 6,86 66,56
2 Andalas 10,36 41,93
3 Ulak Karang 7,61 46,78
4 Alai 10,42 16,42
5 Air Tawar 4,76 80,65
6 Seb,Padang 11,00 61,53
7 Pemancungan 8,26 14,05
8 Rawang 5,20 9,92
9 Lb,Buaya 5,49 14,01
10 Air Dingin 14,68 44,01
11 Anak Air 3,90 8,49
12 Ikur Koto 11,01 61,48
13 Dadok 0,54 1,90
14 Nanggalo 6,18 54,04
15 Lapai 6,01 25,42
16 Kuranji 8,34 75,44
17 Belimbing 4,20 11,98
18 Ambacang 5,66 24,45
19 Pauh 4,42 2,40
20 Lb,Kilangan 4,49 31,70
21 Lb,Begalung 4,65 10,06
22 Pagambiran 3,30 31,08
23 Bungus 23,75 17,62
DKK 7,14 32,10

133
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel di atas memperlihatkan bahwa cakupan program pelayanan


kesehatan gigi dan mulut mencapai 7,14%, melebihi target yang ditetapkan
yaitu 5% . Hal ini menunjukkan bahwa program kesehatan gigi dan mulut
sudah menyentuh masyarakat di Kota Padang. Pencapaian tertinggi terdapat di
Puskesmas Bungus (23,75%), dan terendah di Puskesmas Dadok (0,54%).
Cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terintegrasi dengan KIA
baru mencapai 32,1% dari target 50%. Pencapaian tertinggi terdapat di
Puskesmas Air Tawar (80,65%) dan yang terendah terdapat di Puskesmas
Dadok (1,9%). Hal ini disebabkan Puskesmas belum memiliki sarana
penunjang yang memadai seperti dental unit dan lainnya untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Tabel 7.22
Data Rasio Tumpatan Gigi Tetap dibanding Pencabutan Gigi
Tetap Puskesmas se Kota Padang tahun 2017
Rasio
No Puskesmas Tumpatan Pencabutan
1:1
1 Padang Pasir 178 466 1 : 2,7
2 Andalas 344 381 1 : 1,1
3 Ulak Karang 4 216 1 : 4,4
4 Alai 9294 367 1 : 1,2
5 Air Tawar 156 95 1 : 0,6
6 Seberang Padang 72 177 1 : 2,4
7 Pemancungan 57 182 1 : 3,1
8 Rawang Barat 93 180 1: 1,9
9 Lubuk Buaya 359 720 1 : 2,0
10 Air Dingin 337 190 1 : 0,6
11 Anak air 260 367 1 : 1,4
12 Ikur Koto 149 205 1 : 1,4
13 Dadok - - -
14 Nanggalo 148 129 1 : 0,9
15 Lapai 180 45 1 : 0,25
16 Kuranji 212 389 1 : 1,8
17 Belimbing 398 238 1 : 0,6
18 Ambacang 146 267 1 : 1,8
19 Pauh 263 397 1 : 2,6
20 Lubuk Kilangan 146 384 1 : 1,3
21 Lubuk Begalung 256 354 1 : 1,4
22 Pegambiran 129 152 1 : 1,2
23 Bungus 247 255 1:1
TOTAL 4473 6156 1 : 1,3
134
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel diatas terlihat rasio Tumpatan : Pencabutan sebesar 1 : 1 telah


tercapai di beberapa Puskesmas yaitu Puskesmas Bungus , Andalas, Rawang
Barat, Anak Air, Ikur Koto, Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Pegambiran.
Sedangkan rasio dibawah 1 : 1 telah tercapai di Puskesmas Lapai, Air Dingin,
Air Tawar, Belimbing dan Nanggalo. Rasio tertinggi terdapat di Puskesmas
Ulak karang yaitu 1 : 4,4.
Tabel 7.23
Data Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Siswa SD dan Sederajat
di Puskesmas se Kota Padang tahun 2017
Jlh Jlh Murid SD/MI yang Jlh Murid yang
SD/MI Jlh Murid SD/MI Dapat Perawatan
Diperiksa
Jlh Dgn DHE
No Pusesmas Skrining
SD/MI Sikat %
Gigi L P L+P L P L+P L P L+P
Massal
1 Padang Pasir 35 9 90,1 93,8 2.966 2.841 5.807 2.026 2.333 4.359 0 0 0
2 Andalas 51 6 48,1 92,4 5.903 6.237 12.140 1.011 1.203 2.214 61 80 141
3 Ulak Karang 12 3 43,6 90,4 1.126 1.106 2.232 579 669 1.248 56 69 125
4 Alai 8 7 21 100 1.266 1.374 2.640 210 220 430 129 155 284
5 Air Tawar 15 3 24,4 89,8 1.270 1.430 2.700 359 339 698 118 104 222
6 Seb.Padang 14 4 40,8 94,5 1.448 1.576 3.024 248 279 527 37 60 97
7 Pemancungan 11 5 28,2 97 915 957 1.872 292 276 568 142 124 266
8 Rawang Barat 14 14 100 93,9 1.546 1.456 3.002 482 511 993 207 144 351
9 Lubuk Buaya 14 4 32,9 95,3 2.296 2.281 4.577 756 734 1.490 0 0 0
10 Air Dingin 20 9 49,3 92,8 1.878 1.797 3.675 439 551 990 34 47 81
11 Anak Air 13 10 97 93,5 1.978 2.214 4.192 322 289 611 13 10 23
12 Ikur Koto 10 9 98,8 94 730 764 1.494 300 350 650 85 95 180
13 Dadok 13 12 0 97,5 1.430 1.297 2.727 238 201 439 0 0 0
14 Nanggalo 17 0 25,4 93,2 1.799 1.888 3.687 490 450 940 0 0 0
15 Lapai 12 11 100 91,6 1.576 1.374 2.950 1.500 1.278 2.778 9 17 26
16 Kuranji 14 2 19,3 86 1.653 1.585 3.238 185 191 376 61 92 153
17 Belimbing 26 2 71,6 96,2 2.319 2.516 4.835 603 625 1.228 603 625 1228
18 Ambacang 21 2 16,6 99,5 1.932 2.276 4.208 733 722 1.455 25 36 61
19 Pauh 25 3 12,6 97,8 2.851 2.878 5.729 430 430 860 0 0 0
20 Lb Kilangan 24 5 2,2 100 2.891 2.570 5.461 624 704 1.328 6 7 13
21 Lb Begalung 22 15 72,4 95 2.685 2.535 5.220 330 441 771 199 246 445
22 Pegambiran 19 0 26,6 95,8 2.798 2.922 5.720 141 171 312 71 78 149
23 Bungus 19 16 100 100 1.642 1.585 3.227 300 224 524 0 0 0
TOTAL 429 151 46.898 47.459 94.357 12.598 13.191 25.789 1.856 1.989 3.845

135
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

e. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)


Program Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat) dilaksanakan
disetiap Puskesmas yang ada di Kota Padang dengan mengoptimalkan fungsi
keluarga dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam menangani masalah
kesehatan dan mempertahankan status kesehatan anggotanya
Puskesmas memiliki struktur organisasi yag baku dalam melaksanakan
kegiatan Perkesmas ini, dan menunjuk 1 (satu) orang koordinator sebagai
penanggung jawab kegiatan.
Tabel 7.24
Data Jumlah Keluarga Binaan dan Jumlah Kunjungan
ke Keluarga Binaan Puskesmas se Kota Padang tahun 2017
Jumlah
No Puskesmas
Keluarga Binaan Kunjungan ke Kel Binaan
1 Padang Pasir 121 363
2 Andalas 297 1174
3 Ulak Karang 235 723
4 Alai 166 640
5 Air Tawar 167 566
6 Seberang Padang 380 1612
7 Pemancungan 144 573
8 Rawang Barat 136 494
9 Lubuk Buaya 305 1290
10 Air Dingin 41 100
11 Anak air 70 144
12 Ikur Koto 160 594
13 Dadok 113 457
14 Nanggalo 218 630
15 Lapai 246 1048
16 Kuranji 168 676
17 Belimbing 175 385
18 Ambacang 293 978
19 Pauh 283 849
20 Lubuk Kilangan 286 1136
21 Lubuk Begalung 561 1947
22 Pegambiran 166 777
23 Bungus 374 1468
TOTAL 5.105 18.624

136
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Dari tabel di atas, jumlah keluarga binaan tahun 2017 adalah 5.105 KK,
dan jumlah kunjungan Puskesmas melaksanakan pembinaan ke KK binaan
adalah 18.624. Rata-rata kunjungan Puskesmas ke keluarga binaan adalah
3,65 kali / tahun.
Tabel 7.25
Data Pencapaian Jumlah Kasus Dalam Keluarga Binaan
Program Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
se Kota Padang Tahun 2017
Jumlah
No Jumlah Kasus dalam Keluarga Binaan
2016 2017
1 Keluarga dengan kasus Maternal Risti/ Rawan kesehatan 113 164
2 Keluarga dengan kasus Anak Risti/ Rawan kesehatan 154 263
3 Keluarga dengan Masalah Gizi 113 232
4 Keluarga dengan kasus Penyakit Menular 464 705
5 Keluarga dengan Usia Lanjut Risti/ Rawan kesehatan 872 1605
6 Keluarga dengan Penyakit Tidak Menular 1.363 2855

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2017 terjadi peningkatan
jumlah kunjungan ke keluarga binaan bila dibandingkan dengan tahun 2016
sebanyak lebih dari 100%. Sedangkan jenis kasus yang terbanyak adalah
keluarga dengan penyakit tidak menular (PTM) yaitu 2855 keluarga.
Tabel 7.26
Data Cakupan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Indikator Penilaian Output Kegiatan Tahun 2017

Tingkat Kemandirian
No Sebelum Dibina Setelah Dibina
Keluarga
1 KM-I 3043 0
2 KM-II 2056 225
3 KM-III 6 2615
4 KM-IV - 2265

Pada tabel di atas, dapat dilihat setelah dilakukan pembinaan maka tingkat
kemandirian keluarga berubah dari tingkat kemandirian I ke arah tingkat
kemandirian II, III, dan IV. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan ke
keluarga binaan yang dilakukan oleh Puskesmas sangat berpengaruh positif

137
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

terhadap tingkat kemandirian dan derajat kesehatan masyarakat di wilayah


kerjanya.

f. Laboratorium
Pelayanan laboratorium yang dilaksanakan di Puskesmas adalah pelayanan
laboratorium sederhana dasar yang merupakan pelayanan dasar esensial di
bidang laboratorium kesehatan yang diperlukan di tingkat Puskesmas dan
diselenggarakan secara khusus atau terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas
lainnya, dilaksanakan oleh tenaga analis laboratorium dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat baik di dalam maupun di luar gedung.
Fungsi laboratorium sederhana di Puskesmas antara lain untuk
melaksanakan pemeriksaan laboratorium sederhana mencakup darah rutin d,
mengumpulkan dan merujuk spesimen, melaksanakan pen darah lengkap,
kimia klinik, meriksaan penyaringan (screening) ibu hamil, melaksanakan
pemeriksaan laboratorium untuk mendukung program lain (TB, malaria),
melaksanakan pencatatan dan pelaporan, serta melaksanakan penyuluhan
kesehatan.
Tabel 7.27
Data Cakupan Kegiatan Laboratorium Puskesmas
di Kota Padang Tahun 2017
HASIL POSITIF HASIL JUMLAH
NO PEMERIKSAAN KLINIK TOTAL
L P LNEGATIFP L P
A MIKROBIOLOGI (Pemeriksaan Penyakit Menular) 21.484
1 HIV 74 18 2.810 7.506 2.884 7.524 10.439
112 Gonorhae - 9 41 9 41 50
2 33 Klamidia - - - -
4
33 Syphilis - 67 13 1.559 1.492 - 1.626 - 1.505 - 3.131
5 BTA : - Tuberkulosis 263 170 3.632 3.718 3.895 3.888 7.783
34
5 - Leprae - 4 5 4 5 9
6 Difteria - - - -
76 Kandida - 1 23 48 - 23 - 49 - 72
8 Trichomonas vaginalis - - - -
B PARASITOLOGI - - - - 171
1 Malaria 1 26 35 26 36 62
112 Filariasis - - 51 58 51 58 109
C
22 PEMERIKSAAN KLINIK - 192.149
I DARAH RUTIN 11.054 35.818 46.872
a. Haemoglobin - - - 2.305 11.465 13.770
b. Leukosit - - - - 1.943 5.178 7.121
c. Eritrosit - - - - 1.588 4.628 6.216
d. Trombosit - - - - 1.924 5.116 7.040
-
138
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

e. Hematokrit - - - 1.986 6.033 8.019


f. Hitung Jenis Darah - - - - 1.177 3.073 4.250
g. LED - - - - 131 325 456
II KIMIA KLINIK - 17.949 45.352 63.301
a. Gula Darah - - - 8.408 20.059 28.467
b. Total Cholesterol - - - - 1.275 3.847 5.122
- cholesterol - - - - 2.968 7.821 10.789
- HDL - - - - 120 293 413
- LDL - - - - 120 293 413
- Trigliserida - - - - 235 729 964
e. Asam Urat - - - - 4.823 12.310 17.133
URINALISA - 12.472 62.819 75.291
III a. Makroskopis
- Warna 998 4.904 5.902
- Kejernihan 998 4.950 5.948
b. Albumin 177 756 1.314 8.845 1.491 9.601 11.092
c. Reduksi 567 1.377 1.629 9.129 2.196 10.506 12.702
d. Bilirubin 29 51 1.328 6.061 1.357 6.112 7.469
e. Uroblin 308 851 678 2.967 986 3.818 4.804
f. Keton 5 133 618 2.622 623 2.755 3.378
g. Nitrit 6 25 614 2.615 620 2.640 3.260
i. PH 3 4 611 2.904 614 2.908 3.522
j. Berat jenis 5 5 584 2.283 589 2.288 2.877
h. Asam askorbit 8 36 47 655 55 691 746
j. Sedimen 2 22 48 584 50 606 656
- Leukosit 57 248 532 2.356 589 2.604 3.193
- Eritrosit 36 83 526 2.282 562 2.365 2.927
- Silinder 1 1 369 1.147 370 1.148 1.518
- Epitel 3 15 371 1.274 374 1.289 1.663
h. Plano test / GM test 1.967 - 1.667 3.634 3.634
FESES - - 5
IV a. Amuba - 1 3 1 3 4
b. Ascaris - - - -
c. Ancylostoma - - - 1 - - 1 - 1
d. Trichuriasis - - - - -
V Serologi - - - - 6.488
a. Widal 12 9 59 68 71 77 148
b. Golongan darah - - - 566 4.034 4.600
c. HbSAg - 1 20 45 1.640 46 1.660 1.706
d. Campak 2 11 21 11 23 34
VI RAPID TEST - 192
VI a. DBD 1 - 39 43 40 43 83
b. Malaria 1 - 48 49 49 49 98
JUMLAH A + B + C 213.804

Tabel diatas menunjukkan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas yang


terbanyak adalah pada jenis kelamin perempuan yaitu 99.719 sedangkan laki-
laki sebanyak 36.675 orang.
g. Laporan Kematian
Jumlah kematian di wilayah kerja Puskesmas se Kota Padang pada Tahun
2017 adalah 1.258 orang dengan perincian sebagai berikut:
139
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.28
Data Jumlah Kematian Berdasarkan
Wilayah Kerja Puskesmas dan Jenis Kelamin Tahun 2017

Kematian
No Puskesmas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Padang pasir 8 8 16
2 Andalas 36 37 73
3 Ulak Karang 23 23 46
4 Alai 29 18 47
5 Air Tawar 24 29 53
6 Seb Padang 22 15 37
7 Pemancungan 17 14 31
8 Rawang 55 22 77
9 Lubuk Buaya 4 9 13
10 Air Dingin 0 0 0
11 Anak Air 10 8 18
12 KPIK 18 5 23
13 Dadok 15 15 30
14 Nanggalo 3 1 4
15 Lapai 35 36 71
16 Kuranji 29 25 54
17 Belimbing 31 32 63
18 Ambacang 35 38 73
19 Pauh 30 23 53
20 Lubuk Kilangan 40 43 83
21 Lubuk Begalung 60 65 125
22 Pegambiran 13 4 17
23 Bungus 11 17 28
Jumlah 548 487 1.035

Dari tabel di atas terlihat jumlah kematian tahun 2017 sebanyak 1.035
dengan perincian 548 orang laki-laki dan 487 orang perempuan. Kematian
terbanyak terdapat di Puskesmas Lubuk Begalung dengan jumlah 60 orang
laki-laki dan 65 orang perempuan dan total kematian sebanyak 125 orang.

140
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.29
Data Kematian Berdasarkan Diagnosis Klinis Kemungkinan
Penyebab Kematian di Puskesmas se Kota Padang tahun 2017
Bulan
No Penyebab
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jlh
1 Asma Bronkial 4 4 4 1 4 0 3 4 4 4 1 4 37
2 Brokopnemonia 0 0 1 0 2 0 0 0 2 0 0 0 5
3 Ca Mammae 2 3 1 4 1 4 0 4 1 2 0 0 22
4 Ca Serviks 1 1 3 2 0 0 1 1 0 1 0 0 10
5 DBD 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5
6 DM 17 11 8 7 5 11 0 8 5 17 9 8 106
7 Gastritis 4 2 1 1 1 0 0 2 1 4 0 1 17
8 Hipertensi 13 6 10 9 5 6 13 8 5 13 7 10 105
9 Jantung/PJK 23 9 13 9 9 8 6 10 9 23 12 13 144
10 Kecelakaan 5 7 2 4 4 3 2 7 4 5 2 6 51
11 Tb Paru 0 2 0 1 1 3 4 2 1 0 2 2 18
12 Lansia 22 20 31 33 12 11 7 15 12 22 18 14 217
13 Obs demam 3 2 1 0 1 0 0 2 1 3 1 0 14
15 Sirosis 3 6 3 1 0 0 1 5 0 3 0 0 22
16 Stroke 4 13 5 10 7 5 7 13 7 4 6 6 87
17 Tifus 2 1 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 6
21 Diare 0 1 2 2 3 1 0 1 3 0 0 1 14
22 Kel Darah 0 0 6 1 0 0 0 8 0 6 0 0 21
23 Aspirasi 3 4 1 2 1 1 3 4 1 3 0 0 23
24 Ginjal 2 1 4 1 2 0 2 1 2 2 1 0 18
26 Dll 7 9 0 6 5 5 4 0 5 0 4 6 51
JUMLAH 116 103 97 94 63 58 53 97 63 115 63 71 993

Tabel di atas menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab kematian


terbanyak adalah karena faktor usia (Lansia) sebanyak 217, diikuti dengan
penyakit Jantung (Penyakit Jantung Koroner) sebanyak 144 orang dan Diabetes
Mellitus sebanyak 106 orang. Adapun kemungkinan penyebab kematian
dengan kriteria Dan lain-lain diantaranya termasuk PPOK, Asfiksia, Leukimia,
Napfza, Infeksi.

h. Pemberian Rekomendasi Izin Sarana/ Fasilitas Kesehatan meliputi


Klinik, Optik dan Laboratorium
Proses perizinan beberapa objek layanan publik bidang kesehatan, seperti
klinik mandiri yang dikelola baik perorangan maupun kelompok/ badan usaha,
optik dan laboratorium serta pelayananan kesehatan tradisional merupakan
tugas pokok dan fungsi dari seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional.
Dinas Kesehatan Kota Padang berperan sebagai tim Tekhnis yang menerbitkan

141
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

rekomendasi, sedangkan izin dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal dan


Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).

Tabel 7.30
Data Rekapan Pemberian Rekomendasi Izin Klinik,
Optik dan Laboratorium di Kota Padang tahun 2017
Sarana kesehatan
No Bulan Klinik Optik Labor Jumlah
IMK IOK
1 Januari 0 0 0 0 0
2 Februari 0 1 2 1 4
3 Maret 2 7 1 0 10
4 April 3 1 0 0 4
5 Mei 1 1 2 0 4
6 Juni 1 4 0 0 5
7 Juli 0 0 0 0 0
8 Agustus 0 0 0 0 0
9 September 0 1 0 0 1
10 Oktober 0 1 0 1 2
11 November 4 2 1 1 8
12 Desember 0 0 1 1 2
JUMLAH 11 18 7 4 40

Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2017 terdapat 40 berkas permohonan
perizinan yang diajukan yaitu 29 berkas untuk klinik, 7 berkas untuk optik dan
4 berkas untuk laboratorium
Tabel 7.31
Data Rekapan Proses Pemberian Izin Klinik, Optik dan Laboratorium
Berdasarkan Berkas Permohonan yang Diterima Tahun 2017

Rekomendasi
Berkas yang
NO Sarana Kesehatan Dapat Tidak Dapat
Diterima
Diberikan Diberikan
1 Klinik Pratama 25 23 2
2 Klinik Utama 4 4 0
3 Optik 7 6 1
4 Laboratorium 4 2 2
JUMLAH 40 35 5

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh berkas permohonan


perizinan sebanyak 40 buah telah dilakukan proses sesuai dengan ketentuan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku. Dari

142
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

keseluruhan berkas yang diajukan, sebanyak 35 berkas (87,5%) dapat diberikan


rekomendasi izin, sedangkan 5 berkas (12,5%) tidak dapat diberikan
rekomendasi izin karena belum memenuhi persyaratan yang ada.

i. Pembinaan ke Puskesmas Pembantu


Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan unit pelayanan kesehatan
terdepan yang berfungsi untuk menunjang dan membantu memperluas
jangkauan Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi
pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang
tersedia.
Puskesmas dan Pustu berperan penting dalam meningkatkan akses
peningkatan pelayanan kesehatan yang merata, seperti pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, pusat
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi; pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods),
Dengan berbagai hambatan seperti letak geografis dan sarana transportasi
yang ada seharusnya Pustu menjadi pilihan masyarakat untuk dimanfaatkan
karena merupakan satu-satunya pelayanan kesehatan yang bisa di jangkau oleh
masyarakat yang berada di pelosok.
Hasil Pembinaan yang dilakukan di Puskesmas Pembantu selama Tahun
2017 dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Jumlah Puskesmas Pembantu yang aktif sebanyak 61 unit
b) Kondisi fisik bangunan dan sarana prasarana pada beberapa Pustu
sangat butuh perhatian seperti lokasi rawan banjir, keterbatasan atau
ketiadaan sumber air bersih, keterbatasan alat kesehatan, bangunan
yang sudah tidak layak pakai
c) Keterbatasan jumlah petugas kesehatan (1 orang), terutama bidan
d) Pemanfaatan alat kesehatan yang belum optimal sesuai kegunaanya
(partus set dan bed ginecology)

143
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

e) Rendahnya jumlah kunjungan pasien pada beberapa Pustu (1 - 10 orang


per hari)
f) Tidak adanya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga dokter
pada sebahagian besar Pustu. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah
dokter umum di Puskesmas Induk
g) Belum lengkapnya data sasaran di wilayah kerja masing-masing Pustu,
pencatatan dan pelaporan yang belum rapi pada beberapa Puskesmas
Pembantu
h) Kebersihan yang sangat kurang pada beberapa Pustu
j. Program Penyehatan Tradisional

Data pelayanan tradisional di Puskesmas se Kota Padang dapat dilihat


pada tabel berikut ini:
Tabel 7.32
Data Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Puskesmas se kota Padang Tahun 2017
Pelayanan Dalam Gedung Pelayanan Luar Gedung
No Puskesmas Herbal/ Konseling Pemb Kel Pendataan
Akupunktur Akupressur
Ramuan Asman Asman Hatrra
1 Padang Pasir - 1 - - - 1
2 Andalas - 1 - - - 1
3 Ulak Karang - - - - - 1
4 Alai - - 1 - - 1
5 Air Tawar - - - - - 1
6 Seb Padang - - - - - 1
7 Pemancungan - - - - - 1
8 Rawang Barat - - - - - 1
9 Lb Buaya - 1 1 1 1 1
10 Air Dingin - - - - - 1
11 Anak Air - - - - - 1
12 Ikur Koto - - - - - 1
13 Dadok - - - - - 1
14 Nanggalo - 1 - 1 1 1
15 Lapai - - - - - 1
16 Kuranji - 1 - - - 1
17 Belimbing - - - - - 1
18 Ambacang - 1 - - - 1
19 Pauh - - - - - 1
20 Lb Kilangan - - - - - 1
21 Lb Begalung - - - - - 1
22 Pegambiran - - - - - 1
23 Bungus - - - - - 1
JUMLAH - 6 2 2 2 23
144
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.33
Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan SPA di Padang tahun 2017
JUMLAH FASILITAS MEMILIKI IZIN
NO NAMA PUSKESMAS
PELAYANANAN SPA ( STPT)
1 Padang pasir 7 1

2 Andalas 1 1

3 Ulak Karang 2 -

4 Alai - -

5 Air Tawar 4 -

6 Seb Padang 1 1

7 Pemancungan - -

8 Rawang - -

9 Lubuk Buaya 2 -

10 Air Dingin - -

11 Anak Air 1 -

12 KPIK - -

13 Dadok 2 -

14 Nanggalo 4 -

15 Lapai 4 1

16 Kuranji - -

17 Belimbing - -

18 Ambacang - -

19 Pauh - -

20 Lubuk Kilangan - -

21 Lubuk Begalung - -

22 Pegambiran - -

23 Bungus - -
JUMLAH 28 4

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 10 Puskesmas yang mengirimkan


data, terdapat 28 buah fasilitas pelayanan Spa dan hanya 4 buah fasilitas yang
memiliki izin STPT bagi tenaga penyehatnya. Data penyehat tradisional Kota
Padang tahun 2017 adalah sebagai berikut :

145
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.34
Data Penyehat Tradisional Kota Padang Tahun 2017

Hattra dengan metode Hattra Jumlah


yang kelompok
No Puskesmas Keterampilan
Memiliki Asman
Ramuan
Terapi Olah STPT
Manual
Energi Pikir
1 Nanggalo 1 3 0 0 0
2 Lubuk Buaya 42 18 0 0 0 1
3 Lapai 6 13 0 0 0 0
4 Air Dingin 27 30 0 0 0 0
5 Pemancungan 3 24 0 0 0 0
6 Koto Panjang Ikur 1 13 0 0 0 0
7 Koto
Padang Pasir 3 19 0 0 0 0
8 Air Tawar 6 0 0 0 0
9 Lubuk Begalung 5 6 0 0 0 0
10 Lubuk Kilangan 22 61 0 0 0 0
11 Seb. Padang 1 4 0 0 0 0
12 Anak Air 1 13 0 0 0 0
13 Pegambiran 0 0 0 0
14 Bungus 1 5 0 0 0 0
15 Dadok Tunggul 1 11 0 0 0 0
16 Hitam
Rawang 19 0 0 0 0
17 Kuranji 2 22 0 1 0 0
18 Alai 9 37 0 0 0 0
19 Ambacang 7 36 0 0 0 0
20 Andalas 0 0 0 0
21 Belimbing 9 19 0 0 0 0
22 Pauh 8 0 0 0 0
23 Ulak Karang 3 10 0 0 0 0
JUMLAH
JUMLAH 144 377 0 1 0 1

7.4.2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan


a. Pertemuan Pengelola Rumah Sakit
Pada tahun 2017 ini telah dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu:
1) Pertemuan Koordinasi Rumah Sakit dengan peserta 2 orang perwakilan
dari rumah sakit yaitu tenaga ADM dan Rekam Medik. Pertemuan ini
bertujuan untuk untuk mengetahui permasalahan pelaporan Rumah
Sakit, mengevaluasi pelaporan rumah sakit tahun 2016 dan awal 2017

146
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

serta membuat komitmen dengan rumah sakit untuk pelaporan ke Dinas


Kesehatan Kota Padang.
2) Pertemuan Rumah Sakit dengan mengundang Pimpinan/Direktur dan 1
orang Pengelola Sarana Prasarana Rumah Sakit. Pertemuan ini
bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman peserta
tentang pentingnya sarana prasana yang terstandar dalam mendukung
pelayanan yang bermutu.
3) Pertemuan Rumah Sakit yang difasilitasi oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia bersama Komisi IX DPR RI. Pertemuan ini
menyampaikan regulasi yang berkaitan dengan rumah sakit.
b. Pembinaan Langsung ke Rumah Sakit
Setiap bulan dilakukan pembinaan ke Rumah Sakit yang ada di Kota
Padang, pembinaan yang dilakukan menyangkut perizinan Rumah Sakit,
persyaratan izin Rumah Sakit, SDM Rumah Sakit, pelayanan Rumah Sakit,
pelayanan rujukan di Rumah Sakit dan sarana dan prasarana rumah sakit.
c. Pemberian Rekomendasi Rumah Sakit
Pada tahun 2017 ini ada 6 Rumah Sakit yang melakukan perpanjangan Izin
Operasional Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Kota Padang dalam hal ini
bertugas dalam pemberian rekomendasi izin operasional. Rumah sakit yang
telah diberikan izin operasional adalah: RSI Siti Rahmah, RSUD dr Rasidin,
RSIA Bunda, RSIA Mutiara Bunda, RSI Ibnu Sina dan RSIA Lenggogeni
Proses pemberian rekomendasi untuk masing-masing rumah sakit berbeda
lamanya tergantung kepada pemenuhan persyaratan yang dituntut sesuai
dengan aturan yang berlaku. Beberapa rumah sakit terkendala dengan
pemenuhan persyaratan administrasi seperti Surat Izin Kerja (SIP) dokter,
Surat Izin Kerja (SIK) tenaga kesehatan lainnya, ada juga terkendala dengan
sarana dan prasarana yang harus ada di sebuah rumah sakit. Ada juga rumah
sakit yang terkendala dengan pemenuhan tenaga baik dokter maupun tenaga
kesehatan lainnya sesuai kelas rumah sakit. Berdasarkan Permenkes Nomor 56
tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

147
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

d. Credensialing Rumah Sakit


Dinas Kesehatan merupakan bagian dari tim penilaian ataupun
credensialing rumah sakit yang diadakan oleh BPJS Kesehatan. Pada tahun
2017 ini telah dilakukan credensialing untuk Rumah Sakit yang akan
bekerjasama untuk pertama kalinya dan Rumah Sakit yang akan melakukan
perpanjangan kerjasama dengan BPJS Kesehatan di tahun 2018. Berikut rumah
sakit yang akan melaksanakan kerjasama untuk pertama kalinya yaitu: RSU
Unand, RSKM Regina Eye Center, RSIA Restu Ibu, RSKB Kartika Dokta.
Untuk tahun 2017 ini dari 27 rumah sakit yang ada di Kota Padang, 21 rumah
sakit sudah melakukan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Tabel 7.35
Rekapitulasi Hasil Credensialing dan Rekredensialing RS
Tahun 2017
No Nama RS Type Kepemilikan Kelas Skor
1 RSUP M Jamil Umum Kemenkes A 65
2 RSJ HB Saanin Khusus Kemenkes A 84
3 RS Unand Umum Kemenristek C 78
4 RST Umum TNI C 89
5 RS Y Sudarso Umum Swasta C 92
6 RSI Ibnusina Umum Swasta C 81
7 SPH Umum Swasta C 93
8 RSI S. Rahmah Umum Swasta C 90
9 RSUD Rasidin Umum Pemko C 78
10 RS Bhayangkara Umum Polri D 84
11 RSI Aisyiyah Umum Swasta C 87
12 RS Selaguri Umum Swasta D 88
13 RSU BMC Umum Swasta C 85
14 RS Naili DBS Umum Swasta C 88
15 RSKM PEC Khusus Swasta C 86
16 RSKM Regina Khusus Swasta C 88
17 RSKB Ropanasuri Khusus Swasta C 88
18 RS Kartika Dokta Khusus Swasta C 77
19 RSIA Siti Hawa Khusus Swasta C 85
20 RSIA Cicik Khusus Swasta C 86
21 RSIA Restu Ibu Khusus Swasta C 76

Penilaian credensialing ataupun recredensialing mengacu kepada


persayaratan atau pelayanan yang tertuang di dalam Permenkes No 56 tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

148
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Rumah sakit yang hasil credensialingnya yang berkisar antara 60 sampai


70 masih diberikan kesempatan untuk melengkapi dokumen ataupun
persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Pelaporan Rumah Sakit
Pada tahun 2017 ini tingkat kepatuhan rumah sakit dalam mengirimkan
laporan ke Dinas Kesehatan Kota Padang meningkat dari tahun tahun
sebelumnya. Hal ini bisa terjadi karena Dinas Kesehatan Kota Padang selalu
melakukan pembinaan ke rumah sakit, juga dilakukan melalui pertemuan
koordinasi dengan membuat kesepakatan bahwa setiap rumah sakit harus
mengirimkan laporan kunjungannya ke Dinas Kesehatan Kota Padang paling
lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya. Disamping itu antara Rumah Sakit
dan Dinas Kesehatan Kota Padang mempunyai wadah koordinasi melalui
media social berupa WA yang sangat membantu dalam berkoordinasi maupun
memberikan informasi.
Beberapa rumah sakit ada yang mengirimkan laporan tepat waktu, ada
yang digabung beberapa bulan dan ada yang mengirim di akhir tahun, namun
demikian secara umum pelaporan ataupun data yang diminta dapat terealisasi
dengan baik.
Di era BPJS, rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
data kunjungan rawat jalan maupun rawat inap dari bulan ke bulan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan angka kunjungan rumah sakit yang belum
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Dari pelaporan rumah sakit dapat dilihat Indikator Pelayanan Rumah Sakit.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-
indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
1) Bed Occupancy Ratio (BOR) atau Angka penggunaan tempat tidur
Bed Occupancy Ratio (BOR) adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
149
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Untuk BOR di Kota Padang tahun 2017 adalah 56 %. Secara umum


untuk rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, angka
BORnya sudah mendekati ideal, namun ada beberapa rumah sakit seperti
RSKM Regina Eye Center yang pelayanan rawat inapnya rendah sekali,
RSU Unand baru bekerjasama, RSIA Mutiara Bunda dan RSIA Bunda
belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Grafik 7.51
Bed Occupancy Ratio Rumah Sakit Umum Tahun 2017

Dari grafik di atas dapat dilihat BOR tertinggi di RS Bhayangkara


(85,90 %), BOR terendah RS Unand (11.53 %), karena RS Unand mulai
beroperasional di pertengahan tahun 2017 dan baru bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan pada bulan Oktober 2017.
Grafik 7.52
Bed Occupancy Ratio RSIA Tahun 2017

Bed Occupancy Ratio RSIA Cicik tertinggi (74%) hal ini terjadi
karena ada kesalahan dalam merekap data dari rumah sakit. BOR terendah

150
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

di RSIA Bunda yang beroperasional juga pada pertengahan tahun 2017


namun belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

2) Average Length of Stay (AVLOS) atau Rata-rata lamanya pasien dirawat


Average Length of Stay (AVLOS) menurut Depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang
ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Untuk AVLOS di Kota Padang tahun 2017 dapat dlihat pada grafik
berikut ini:
Grafik 7.53
Average Length of Stay (Avlos) Rumah Sakit se Kota Padang

Grafik 7.54
Average Length of Stay (Avlos) RSJ di Kota Padang

151
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.55
Average Length of Stay (Avlos) RSIA di Kota Padang

3) Turn Over Interval (TOI) atau Tenggang perputaran


Turn Over Interval (TOI) menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata
hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
Turn Over Interval (TOI) rata-rata rumah sakit di Kota Padang adalah
5 hari, bahkan ada yang 360 hari yaitu di RSKM Regina Eye Center,
karena tidak banyak pasien mata yang di rawat inapkan.
4) Bed Turn Over (BTO) atau Angka perputaran tempat tidur
Bed Turn Over (BTO) menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
5) Net Death Rate (NDR)
Net Death Rate (NDR) menurut Depkes RI (2005) adalah angka
kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Angka NDR untuk Kota Padang adalah 3.

152
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

6) Gross Death Rate (GDR)


Gross Death Rate (GDR) menurut Depkes RI (2005) adalah angka
kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Angka GDR untuk
Kota Padang adalah 3.

7.4.3 Seksi Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu


a. Kegiatan Akreditasi Puskesmas
Untuk meningkatkan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
khususnya Puskesmas, Klinik Pratama dan Tempat Praktik Mandiri Dokter/
Dokter Gigi kepada masyarakar, dilakukan berbagai upaya peningkatan mutu dan
kinerja yang berkesinambungan. Untuk menjamin bahwa upaya perbaikan mutu
dan peningkatkan kinerja dilaksanakan secara berkesinambungan di FKTP, maka
perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang
ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Akreditasi adalah pengakuan terhadap fasilitas yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai
bahwa FKTP tersebut telah memenuhi standar akreditasi. Di masa transisi,
penyelenggaraan akreditasi FKTP dilakukan oleh Komisi Akreditasi FKTP yang
dibentuk oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.HK
02.02/Menkes/59/2105.
Unsur yang dinilai dalam pelaksanaan Akreditasi Puskesmas meliputi :
Admintrasi dan Manajemen Puskesmas, Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat, dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan. Untuk
mempersiapkan FKTP dalam pelaksanaan akreditasi perlu difasilitasi melalui
proses pendampingan oleh Tim Pendamping Akreditasi Kabupaten/ Kota.
Dinas Kesehatan Kota Padang telah melaksanakan secara bertahap untuk
Akreditasi Puskesmas dari 23 Puskesmas yang ada di Kota Padang. Pada tahun
2016 sebagai tahun pertama telah dilaksanakan Akreditasi 5 (lima) Puskesmas.
Tahun 2017 merupakan tahun kedua dalam proses Akreditasi Puskesmas yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang terhadap 10 (Sepuluh)
Puskesmas.
153
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Puskesmas yang akan diakreditasi ditetapkan oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota. Pelaksanaan penyiapan akreditasi dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Tim
Pendamping Akreditasi Puskesmas yang ditunjuk dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Lokakarya di Puskesmas minimal selama satu hari efektif untuk
menggalang komitmen dan pengenalan awal tentang Standar dan Instrumen
Akreditasi, pembentukan Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas, dan
pembentukan Kelompok Kerja, yaitu Kelompok Kerja Administrasi dan
Manajemen, Kelompok Kerja Upaya Kesehatan Masyarakat, dan Kelompok
Kerja Upaya Kesehatan Perseorangan.
2) Pendampingan di Puskesmas berupa workshop pemahaman standar dan
instrument yang diikuti oleh seluruh karyawan Puskesmas untuk memahami
secara rinci standar dan instrument Akreditasi Puskesmas dan persiapan Self
Assesment.
3) Pelaksanaan self-assessment oleh Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas.
Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas melakukan pembahasan hasil self-
assesment bersama Tim Pendamping Akreditasi dan menyusun Rencana
Aksi untuk persiapan Akreditasi.
4) Penyiapan Dokumen Akreditasi dengan tahapan :
a) Identifikasi dokumen-dokumen yang diprasyaratkan oleh standar
akreditasi
b) Penyiapan tata naskah penulisan dokumen termasuk di dalamnya
pengendalian dokumen akreditasi yang meliputi pengaturan tentang
kewenangan pembuatan, pemanfaatan dan penyiapan dokumen
Puskesmas
c) Penyiapan dokumen akreditasi yang meliputi dukumen internal dan
eksternal. Penyiapan dokumen sebagai regulasi internal tersebut
membutuhkan waktu lebih kurang 4 bulan. Selama penyiapan dokumen
dilakukan pendampingan lebih kurang 3 sampai 5 kali dengan waktu
masing-masing 2 hari.
154
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

5) Penataan sistem manajemen dan sistem penyelenggaraan UKM, dan UKP.


6) Setelah dokumen yang merupakan regulasi internal disusun berikut dengan
program-program kegiatan yang direncanakan, maka dilakukan implentasi
sesuai dengan kebijakan, manual mutu, pedoman/panduan, kerangka acuan
dan SOP yang direncanakan. Pelaksanaan kegiatan implementasi tersebut
diperkirakan dilaksanakan dalam kurun waktu 3 sampai 4 bulan dengan
pendampingan 4 kali, masing-masing 2 hari.
7) Penilaian Pra-sertifikasi oleh Tim Pendamping Akreditasi, untuk
mengetahui kesiapan Puskesmas diusulkan dilakukan penilaian akreditasi.
8) Pengusulan Puskesmas yang siap diakreditasi dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan rekomendasi hasil Penilaian Pra-
Sertifikasi oleh Tim Pendamping Akreditasi
Setelah minimal 6 (enam) bulan persiapan Akreditasi Puskesmas, baik
persiapan dokumen, persiapan implementasi kegiatan, persiapan kematangan tim,
persiapan internal dan eksternal, persiapan dokumentatif, persiapan
“memperindah” tampilan Puskesmas yang mengacu kepada elemen penilaian
yang ada, maka Puskesmas akan di survei oleh Surveior dari Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Komisi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menilai kelayakan
Puskesmas untuk diberikan sertifikat akreditasi Puskesmas.
Tahun 2017 merupakan tahun kedua dalam pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas di Kota Padang. Untuk ketentuan kelulusan Akreditasi Puskesmas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.36
Ketentuan Kelulusan Akreditasi Puskesmas
No Status Akreditasi Ketentuan Kelulusan
1 Tidak Terakreditasi Bab I,II ≤75%; Bab IV,V,VII ≤60%;
Bab III,VI,VIII,IX ≤20%.
2 Terakreditasi Dasar Bab I, II ≥75%; Bab IV,V,VII ≥60%;
Bab III,VI,VIII,IX ≥20%.
3 Terakreditasi Madya Bab I, II, IV, V ≥75%; Bab VII,VIII
≥60%; Bab III,VI,IX ≥40%.
4 Terakreditasi Utama Bab I,II,IV,V,VII,VIII ≥80%, Bab
III,VI,IX ≥60%.
5 Terakreditasi Paripurna Semua Bab ≥ 80%

155
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tahun 2017 pelaksanaan Akreditasi Puskesmas di Kota Padang dengan


target 10 Puskesmas yang dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 7.37
Nama Puskesmas, Tanggal Survei dan Status Akreditasi Puskesmas
Tahun 2017

No Nama Puskesmas Tanggal Survei Kelulusan Akreditasi


Akreditasi
1 Seberang Padang 27-31 Agustus 2017 Dasar
2 Pauh 27-31 Agustus 2017 Dasar
3 Alai 27-31 Agustus 2017 Dasar
4 Andalas 27-31 Agustus 2017 Dasar
5 Lubuk Begalung 27-31 Agustus 2017 Utama
6 Bungus 24-28 September 2017 Madya
7 Ambacang 27 September -1 Oktober 2017 Madya
8 Anak Air 19-23 November 2017 Madya
9 Air Dingin 19-23 November 2017 Madya
10 Nanggalo 22-26 November 2017 Madya

Pendampingan pasca akreditasi akan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali


selama tiga tahun. Mengingat per tiga tahun Puskesmas akan dilakukan penilaian
akreditasi kembali. Jika terjadi penurunan kualitas pelayanan maupun sarana dan
pra sarana, Dinas Kesehatan Kota Padang akan terus membantu dan mendorong
agar seluruhnya senantiasa bisa bekerja kembali untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang bersangkutan.
Upaya dalam menjaga komitmen 5 (lima) Puskesmas yang telah di
akreditasi tahun 2016 selalu diperhatikan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang.
Salah satunya dengan melakukan pendampingan pasca akreditasi dengan tujuan
agar tidak terjadi penurunan kinerja. Adapun 5 (lima) Puskesmas yang telah
dilakukan kegiatan Pendampingan Pasca Akreditasi Puskesmas Tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel berikut:

156
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.38
Kegiatan Pendampingan Pasca Akreditasi Puskesmas
Tahun 2017

No Nama Puskesmas Status Akreditasi


1 Padang Pasir Madya
2 Air Tawar Madya
3 Lubuk Buaya Dasar
4 Lapai Dasar
5 Lubuk Kilangan Dasar

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas perlu


dilakukan Audit Internal dan Tinjauan Manajemen. Audit Internal merupakan
kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui interaksi secara
sistematis (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada penarikan
kesimpulan), objektif dan terdokumentasi dengan cara membandingkan antara
standar yang telah disepakati bersama dengan apa yang dilaksanakan/ diterapkan
di lapangan. Dengan adanya audit internal akan dapat diidentifikasi kesenjangan
kinerja dan dijadikan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan baik pada
sistem pelayanan maupun sistem manajemen. Hasil Audit Internal di bahas dalam
Rapat Tinjauan Manajemen yang dihadiri oleh seluruh staf Puskesmas.
Untuk itu Dinas Kesehatan Kota Padang telah mengadakan Workshop
Audit Internal dan Tinjauan Manajemen bagi unsur manajemen, unsur pelayanan
dan mutu Puskesmas. Workshop dilaksanakan dalam 3 (tiga) Angkatan yang
dapat dilihat pada Tabel berikut:

157
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.39
Peserta Workshop Audit Internal dan Tinjauan Manajemen
PuskesmasTahun 2017

Angkatan Tanggal Kegiatan Peserta Jumlah Peserta


I 2,3,4 November Puskesmas Belimbing, 46 orang
2017 Kuranji,Dadok Tunggul
Hitam, Bungus, Seberang
Padang, Anak Air, Air
Dingin, dan Nanggalo
II 6,7,10 November Puskesmas Padang Pasir, 48 orang
2017 KPIK, Rawang,
Pemancungan, Lapai, Alai,
dan Ulak Karang
III 13,14,15 Puskesmas Lubuk Buaya, 42 orang
November 2017 Lubuk Kilangan, Lubuk
Begalung, Ambacang,
Pauh, Pagambiran dan Air
Tawar

Selain Audit Internal dan Tinjauan Manajemen, keselamatan pasien


merupakan komponen penting dari mutu pelayanan kesehatan. Mengingat
masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, maka perlu standar keselamatan pasien
yang merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk melaksanakan
kegiatannya.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
pasien, menyatakan bahwa Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan
Instrument Akreditasi. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh
standar, yaitu hak pasien, mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan
kesinambungan pelayanan, penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, peran
kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang
keselamatan pasien dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

158
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kota Padang telah mengadakan Workshop
Keselamatan Pasien kepada petugas kesehatan yang terdiri dari Dokter
Umum/Gigi, Pokja UKP, PJ KIA, PJ IGD, PJ Rawat Inap, Pj Laboratorium dan PJ
Farmasi. Workshop dilaksanakan 3 (tiga) angkatan yang dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7.40
Peserta Workshop Keselamaatan Pasien Tahun 2017

Angkatan Tanggal Kegiatan Peserta Jumlah Peserta


I 16-17 November Puskesmas Belimbing, 51 orang
2017 Kuranji, Rawang, Bungus,
Seberang Padang, Anak Air,
Air Dingin, Puskesmas
Nanggalo
II 20-21 November Puskesmas Pemancungan, 51 orang
2017 Ulak Karang, Lubuk Buaya,
Dadok Tunggul Hitam, Alai,
Lubuk Kilangan, Padang
Pasir dan Lapai
III 22-23 November Puskesmas Air Tawar, 44 orang
2017 Pegambiran, Andalas,
Ambacang, Lubuk Begalung,
Pauh dan KPIK

b. Sosialisasi dan Pembinaan Perizinan Sarana Kesehatan


1) Sosialisasi Pertemuan Tenaga Kesehatan dalam Rangka Peranan
Organisasi Profesi dalam pemberian rekomendasi izin Tenaga Kesehatan
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
terhadap pengaturan, pembinaan, pengawasaan dan peningkatan mutu
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik di bidang
pelayanan kesehatan wajib memiliki izin yang diberikan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
159
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan


praktiknya dalam bentuk Surat Izin Praktek (SIP). Untuk mendapatkan SIP
tersebut, tenaga kesehatan harus memiliki STR yang masih berlaku,
Rekomendasi dari Organisasi Profesi dan tempat Praktik.
Organisasi Profesi sebagai salah satu unsur yang terlibat dalam
pembinaan praktik terhadap tenaga kesehatan bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan sesuai
dengan kewenangannya masing-masing.
Untuk itu Dinas Kesehatan Kota Padang telah mengadakan Pertemuan
Tenaga Kesehatan dalam Rangka Peranan Organisasi dalam Pemberian
Rekomendasi Izin Tenaga Kesehatan di Kota Padang demi meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Peserta
pertemuan adalah tenaga Kesehatan yang bekerja di Sarana Kesehatan di
Kota Padang sebanyak 30 orang yang diadakan pada tanggal 26 April
2017 di Hotel Axana Padang Jl.Bundo Kanduang No 14-16 Padang
2) Sosialisasi Pertemuan Rumah Sakit Bagi Pimpinan dan Pengelola Sarana
dan Prasarana Kesehatan
Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pratama (FKTP)
dapat dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Swasta.
Keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh FKTP memberikan
konstribusi yang besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Klinik sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
(FKTP) selain Puskesmas merupakan ujung tombak (gate keeper) dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Masyarakat
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan aman baik pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif. Untuk itu Klinik diharapkan dapat mengacu
kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No 9 Tahun 2014 tentang Klinik
sehingga Klinik dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
yang memenuhi persyaratan yang berlaku.

160
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Berdasarkan kepada Permenkes RI No 9 Tahun 2014 bab III tentang


Persyaratan Klinik yang terdiri dari Lokasi, Bangunan, Prasrana,
Ketenagaan, Peralatan, Kefarmasian dan Laboratorium. Semenjak tahun
2014-2016 terjadi peningkatan sarana FKTP khususnya Klinik di Kota
Padang yang berjumlah lebih kurang 102 klinik. Untuk itu Dinas
Kesehatan Kota Padang telah mengadakan Pertemuan FKTP khususnya
Klinik Bagi Pimpinan dan Pengelola Sarana dan Prasarana Kesehatan
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman
kepada masyarakat. Pertemuan FKTP (Klinik) Bagi Pimpinan dan
Pengelola Sarana dan Prasarana Kesehatan diadakan pada tanggal 16 Mei
2017 di Hotel Axana Padang Jl.Bundo Kanduang No 14-16 Padang yang
berjumlah 65 orang.
3) Pembinaan Sarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan menurut Undang-undang


Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat (Undang-undang No 36, 2009).
Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata oleh masyarakat. Berdasarkan Peraturan Walikota
Padang Nomor 67 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang bahwa Seksi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu melaksanakan
penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, operasional, dan pemberian
bimbingan teknis serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu.
Jumlah sarana yang dikunjungi dalam rangka pemberian bimbingan
teknis serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Fasilitas

161
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pelayana Kesehatan dan Peningkatan Mutu pada tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 7.41
Jumlah Sarana yang Dikunjungi Dalam Rangka Pemberian Bimbingan
Teknis Serta Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan di Bidang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu pada Tahun 2017
No Jenis Sarana Jumlah dikunjungi
1 Puskesmas 64
2 Klinik 31
3 Rumah Sakit 14
Total 109

c. The Internasional Standar of Organization (ISO) 9001:2008


Dinas Kesehatan Kota Padang sebagai salah satu organisasi pemerintah telah
mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu yang berstandar internasional
dengan meraih sertifikast ISO 9001: 2008 yang diberikan oleh BSI (British
Standar International) pada tahun 2015. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001 :2008 ini dilakukan sebagai wujud komitmen Dinas Kesehatan Kota Padang
dalam peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Setelah organisasi dinyatakan layak mendapatkan sertifikasi ISO 9001: 2008
maka organisasi akan terus dinilai dengan adanya Audit Surveilans setiap 6 bulan
sekali atau setahun sekali oleh lembaga sertifikasi. Audit Surveilance ini akan
dilaksanakan secara terus menerus selama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jangka
waktu berlakunya sertifikasi ISO 9001:2008 habis. Selain audit surveilans oleh
lembaga sertifikasi, organisasi juga diharuskan untuk mengadakan audit internal
yang sebaiknya dilaksakan sebelum audit sertifikasi dan audit surveilance.
Oleh karena itu untuk menjamin konsistensi penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 dan terjadinya proses perbaikan terus menerus dipandang
perlu untuk melakukan pemeliharan dan pendampingan penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang telah diraih oleh Dinas Kesehatan Kota
Padang.

162
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Adapun tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan Surveilance Audit ISO


9001:2008 Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 7.42
Tahapan Kegiatan Surveilance Audit ISO 9001:2008
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017

No Tahapan Kegiatan Tanggal


1 Rapat ISO 9001:2008 25 April 2017
2 Pertemuan Persiapan Audit Internal 18 Oktober 2017
3 Audit Internal ISO 9001:2008 23 Oktober 2017
4 Rapat Tinjauan Manajemen 26 Oktober 2017
5 Audit Eksternal 30 Oktober 2017
6 Rapat Pasca Audit Eksternal 31 Oktober 2017

d. Penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan


Penilaian Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Berprestasi
merupakan salah satu bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan secara
terintegrasi dan berjenjang untuk memberikan pengakuan dan penghargaan secara
institusi maupun perorangan atas prestasi dan peran aktif FKTP dalam
mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.
Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan instrumen penilaian yang
mengacu pada standar akreditasi FKTP untuk menilai proses penyelenggaraan
kegiatan. Di samping menilai proses, dilakukan penilaian hasil kerja dengan
menggunakan indikator kinerja, serta inovasi yang dilaksanakan oleh FKTP
terutama dalam melaksanakan kegiatan promotif dan preventif serta upaya
meningkatkan peran serta masyarakat.
Pemilihan Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan di
Puskesmas Kota Padang diharapakan dapat menjadi satu motivasi untuk
meningkatkan minat tenaga kesehatan untuk bekerja di Puskesmas sehingga dapat
menjadi pendorong terciptanya tenaga kesehatan yang mempunyai sikap
Nasionalis, Etis dan Profeisonal, memiliki semangat pengabdian yang tinggi,
berdisiplin, kreatif, berilmu, terampil berbudi luhur serta dapat memegang teguh
etika profesi.

163
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tujuan dilaksanakannya penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga


Kesehatan Teladan adalah untuk terlaksananya pemberian penghargaan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia kepada Tenaga Kesehatan di Puskesmas sebagai
pengakuan atas ketaladanan dalam pembangunan kesehatan di Puskesmas yang
dilaksanakan secara objektif dan transparan.
Adapun tahapan dalam penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga
Kesehatan Teladan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.43
Tahapan Kegiatan Penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan
Teladan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017

No Tahapan Kegiatan Tanggal


1 Rapat persiapan penilaian Puskesmas dan 10 Februari 2017
Tenaga Kesehatan Berprestasi
2 Ujian Tulis Penilaian Puskesmas dan Tenaga 23 Februari 2017
Kesehatan Berprestasi
3 Ujian Presentasi Puskesmas dan Tenaga 27 Februari 2017
Kesehatan Berprestasi
4 Rapat evaluasi penilaian Puskesmas dan 2 Maret 2017
Tenaga Kesehatan Berprestasi

7.5 Bidang Sumber Daya Kesehatan


7.5.1 Seksi Kefarmasian
Seksi Kefarmasian mempunyai Program Pengawasan Obat dan Makanan,
dengan 1 (satu) kegiatan yaitu Peningkatan Pengawasan Peredaran Obat serta
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Kegiatan pada Seksi Kefarmasian Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan
melaksanakan kegiatan bersifat pengawasan dan pembinaan terhadap sarana
pelayanan kefarmasian dan juga kegiatan rutin.
Kegiatan rutin yang dilaksanakan pada seksi kefarmasian adalah sebagai
berikut :
a. Pemantauan penulisan Penggunan Obat Rasional (POR) dan peresepan Obat
Generik di Puskesmas dan jaringannya
Pada umumnya di Puskesmas dan jaringannya telah melakukan Peresepan
Obat secara Rasional yaitu Rerata Jumlah R/ Dalam Resep 2,36, penggunaan

164
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Injeksi Pada Myalgia 0,0 %, penggunaan antibiotik pada Diare Non Spesifik
kurang dari 4,9 %, dan penggunaan antibiotik pada Ispa Non Phnemoni 3,55%,
dan peresepan obat generik 94,63%, sementara target nasional yang disebut POR
apabila rerata R/ 2,60, Ispa Non Phnemoni 8%, Diare Non Spesifik 6% dan
Peresepan Obat Generik 95 %, artinya POR telah terlaksana dengan baik.
b. Pemantau dan Penyuluhan Peredaran Obat Keras dan Narkoba
Kegiatan ini berupa penyuluhan di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar
sampai tingkat SMA, yang bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan obat
seperti yang baru-baru ini terjadi di luar Provinsi Sumatera Barat dengan adanya
kasus penyalagunaan obat PCC (Paracetamol Cofein Carisopradol) yang menelan
korban jiwa.
c. Pemantauan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas.
Di Puskesmas se-Kota Padang Obat Narkotika sudah tidak diresepkan lagi,
sementara Obat Golongan Psikotropika yang banyak digunakan di Puskesmas
adalah Clobaza 10 mg tablet, dan Alprazolam 0,5 mg
d. Penyuluhan dan Investigasi Keracunan Pangan
Kasus keracunan pangan di Kota Padang Tahun 2017 terdapat 2 kasus yang
terjadi, kasus tersebut adalah:
Tabel 7.44
Kasus Keracunan di Kota Padang Tahun 2017

No Tanggal Lokasi Jlh. Korban Keterangan

1 25 Januari 20171. - Kemenkumham - 5 orang S.Aureus


2. - PMI Padang - 6 orang dan
S.Cereus
2 24 Agustus 2017 Andalas 3 orang Histamin

Jumlah 14 orang

Berdasarkan kasus diatas, KLB Pangan pada Tahun 2017 ada 2 (dua)
kasus, sementara pada Tahun 2016 terjadi 3 (tiga) kasus, artinya kasus KLB
Pangan Tahun 2017 sudah ada penurunan sebesar 33,33 %.

165
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

e. Pembinaan dan Pengawasan Pangan Pasar Pabukoan


Menjelang dan selama bulan puasa kegiatan ini dilakukan di 11 (sebelas)
Pasar Tradisional terhadap penjaja makanan-minuman (Pelataran Parkir Lapangan
Imam Bonjol, Pasar Alai, Pasar Nanggalo, Pasar Tabing, Pasar Simpang Haru,
Pasar Lubuk Buaya, Pasar Pagi Raden Saleh, Pasar Banda Buek, Pasar Belimbing,
Pasar Baru Pauh, dan Pasar Tanah Kongsi ).
Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap peredaran
makanan-minuman/pangan pabokoan dari bahaya bahan kimia berbahaya yang
tidak boleh dikonsumsi, sehingga makanan-minuman/pangan pabukoan yang
dikonsumsi masyarakat sehat, hygienis, bersih dan terbebas dari penyakit atau
pangan tersebut laik untuk dikonsumsi, dan masyarakat dapat terhindar dari
berbagai penyakit yang disebabkan oleh makanan-minuman.
Pembinaan dan pengawasan terhadap makanan pabukoan ini dilaksanakan
dengan Tim Terpadu, yang terdiri dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makan
Padang, Dinas Kesehatan Kota Padang dan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Perdagangan Kota Padang, Disperindag Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja,
serta dari Kepolisian Daerah Sumatera Barat.
f. Pembinaan dan Pengawasan Kosmetika
Pembinaan dan pengawasan dilakukan terhadap pedagang/distributor/penjual
kosmetik yang disinyalir mengandung bahan berbahaya (Air Raksa, Hydroquinon
diatas 2 %), juga pengawasan terhadap Izin Edar Kosmetik, Legalitas Kosmetik
(yang telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan), dengan dilakukan
kegiatan pembinaan dan pengawasan terhadap kosmetik ini, diharapkan kosmetik
yang beredar terbebas dari bahan berbahaya
g. Pembinaan dan Pengawasan Obat Tradisional
Pembinaan dan pengawas ini dilakukan terhadap pedagang Obat Tradisional,
dimana disinyalir masih ada obat tradisional yang beredar di pasaran masih
mengandung bahan kimia obat (Metampiron, Paracetamol, Dexamethason,
Prednison, Glibenclamid, Sildenafil, Surbutamin), dan obat tradisional yang tidak
memiliki izin edar atau tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
166
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. Memberikan Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga


Sasarannya difokuskan kepada produsen makanan-minuman Industri Rumah
Tangga yang belum dan yang telah mengikuti pelatihan, serta menerbitkan
Sertifikat P-IRT. Penerbitan Sertifikat ini dikeluarkan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat & Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal 05 April 2012 tentang Sertifikat Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT).
Selama tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Padang telah menerbitkan
Sertifikat P-IRT untuk 323sarana P-IRT (120 sarana P-IRT dianggarkan melalui
APBD Kota Padang dan 70 sarana P-IRT APBD- P, 45 sarana kerjasama
dengan Dinas Perkoperasian & UMKM Kota Padang serta 88 sarana merupakan
Perpanjangan P-IRT), jumlah yang ikut penyuluhan keamananan pangan (di luar
perpanjanan) ada 235 orang, dari hasil postestnya dan survey kesarana
kesemuanya memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertifikat P-IRT dan PKP
Total Sertifikat P-IRT yang telah dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota
Padang dari Tahun 2013 sampai Tahun 2017 sudah 1013 sesuai dengan Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Nomor:
HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal 05 April 2012 atau yang telah 15 Digit sudah
1013 sarana (868 sarana I-RTP baru dan 145 sarana merupakan perpanjangan dari
tahun-tahun sebelumnya), dengan rincian sebagai berikut:
1) Tahun 2013 : 020 sarana (perpanjangan 29 sarana)
2) Tahun 2014 : 157 sarana (perpanjangan 1 sarana)
3) Tahun 2015 : 148 sarana (perpanjangan 1 sarana)
4) Tahun 2016 : 220 sarana (perpanjangan 14 sarana)
5) Tahun 2017 : 323 sarana
i. Melakukan penyuluhan dan uji laboratorium sederhana
Melalui rapid test terhadap pedagang kaki lima sebanyak 8 pedagang,
bekerjasama dengan Balai Besar Obat dan Makanan di Padang, dilakukan
terhadap pedagang makanan yang berjualan di luar pekarangan sekolah (selalu
berpindah-pindah) tanpa anggaran. Dari hasil uji tersebut, ditemukan 2 (dua)

167
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

pangan yang positif mengandung Rhodamin B (minuman bewarna) dan Boraks


(kerupuk nasi).
j. Melakukan Konseling Informasi dan Edukasi (KIE)
Seksi Melakukan KIE (Konseling Informasi dan Edukasi) tentang Keamanan
Pangan melalui Lomba Lagu bagi anak didik tingkat SD dengan “Judul Sipompi”.
Kegiatan ini terlaksana adanya kerja sama Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) Padang dengan Dinas Kesehatan Kota Padang serta orang tua
murid, dan ini merupakan program baru dari BBPOM Padang, tujuan
pelaksanaan kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada
anak didik dan orang tua murid agar lebih memperhatikan pangan yang akan
dikonsumsi untuk mencegah terjadinya keracunan pangan atau hal yang tidak kita
inginkan.
k. Melakukan Pembinaan
Dinas Kesehatan Kota Padang dengan Tim Terpadu Kota Padang (BBPOM,
Disperindag, Dinas Pasar) melakukan pembinaan terhadap Pasar Aman (Pasar
Alai, Pasar Tanah Kongsi, Pasar Ulak Karang, Pasar Lubuak Buayo, dan Pasar
Banda Buek), Pasar tersebut diatas telah dicanangkan menjadi Pasar Aman,
artinya pedagang/penjual yang ada di pasar tersebut tidak lagi menyediakan atau
menjual pangan yang mengandung bahan kimia berbahaya (Rhodamin B, Boraks,
Formalin, dan Methanyl Yellow), yang bertujuan untuk melindungi masyarakat
dari bahaya pangan yang tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi.
l. Melakukan Pengawasan dan Pembinaan terhadap Sarana Pelayanan
Kefarmasian
Seksi Farmasi juga melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap sarana
pelayanan kefarmasian, dalam pengawasan dan pembinaan ini juga telah
memberikan sanksi ke apotek berupa:
1) Peringatan : 12 sarana
2) Peringatan Keras : 6 sarana
3) Penghentian Sementara Kegiatan : 2 sarana
Selain terhadap apotek, sanksi administrasi juga telah diberikan terhadap
pemilik toko obat 3 (tiga) sarana dan toko herbal 1 (satu) sarana.
168
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

m. Rekomendasi untuk pengurusan izin operasional


Survey ke sarana dan menerbitkan rekomendasi untuk pengurusan izin
operasional sarana kefarmasian berupa:
1) Apotek : 80 surat rekomendasi
2) Toko Obat : 9 surat rekomendasi
3) Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) : 1 surat rekomendasi
Sementara untuk Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dinas
Kesehatan Kota Padang telah menerbitan Sertifikat PKRT untuk 2 (dua) sarana.
Sanksi administrasi juga telah diberikan kepada I-IRT dan PJAS dengan rincian
PJAS terdapat 4 pelaku usaha dan P-IRT terdapat 6 sarana.

7.5.2 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan


7.5.2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)
a. Pemberian Surat Rekomendasi Tugas Belajar dan Izin Belajar
Berdasarkan Undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 27
ayat (2) menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki sehingga mampu memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan pengetahuan dan teknologi baru.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan ditempuh
melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal ditempuh melalui
pendidikan berkelanjutan. Bagi tenaga kesehatan Indonesia telah diatur
ketentuan tentang program Tugas Belajar SDM Kesehatan yang ditetapkan
dengan Permenkes nomor 54 Tahun 2013 dan Permenkes tentang Izin Belajar
nomor 43 tahun 2012.
Selama tahun 2017 BPPSDM Kemenkes RI memberikan kesempatan
kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Kesehatan dan
jajarannya untuk mengikuti pendidikan melalui jalur beasiswa untuk jenjang SI
dan S2. Tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan sampai tahun 2017 di
lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang ke jenjang yang lebih tinggi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
169
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.45
Data Pegawai yang Sedang Melanjutkan Pendidikan
di Lingkungan DKK Padang Sampai Tahun 2017

Izin Tugas
No Strata Pendidikan Jumlah
Belajar Belajar
1 Spesialis 0 5 5
2 S2 Kesehatan Masyarakat 0 3 3
3 S2 Teknik Lingkungan 2 - 2
4 S2 Manajemen Rumah Sakit 1 - 1
5 S2 Manajemen 1 - 2
6 S-1 Keperawatan 5 2 7
7 S2 Kebidanan 0 0 0
8 S2 Biomed 2 - 2
9 S1 Keperawatan 15 4 19
10 S1 Farmasi 0 3 3
11 Apoteker 1 - 1
12 S1 Kesehatan Masyarakat 11 3 14
13 S1 Gizi 4 0 4
14 Profesi Ners 5 0 5
15 D IV Analis Kesehatan 4 0 4
16 D IV Kebidanan 13 0 13
18 D III Kebidanan 17 0 17
19 D III Gigi 3 2 5
20 D III Analis Kesehatan 5 0 2
Jumlah 89 orang 22 orang 111 orang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pegawai yang melanjutkan


pendidikan sebanyak 111 orang dengan status izin belajar sebanyak 89 orang
dan tugas belajar sebanyak 22 orang.
b. Pemberian Izin Praktek Kuliah Lapangan, Izin Pengambilan Data dan
Penelitian bagi Mahasiswa
Dinas Kesehatan Kota Padang, Instalasi Farmasi Kota (IFK) dan 23
Puskesmas se Kota Padang merupakan tempat lahan Praktek Kuliah

170
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Lapangan, pengambilan data dan penelitian bagi Institusi Pendidikan


Kesehatan (negeri maupun swasta) dan Institusi Non Kesehatan yang ada di
Kota Padang. Institusi pendidikan yang melakukan kerja sama berdasarkan
MOU dengan Dinas Kesehatan Kota Padang yang masih berlaku di tahun 2017
sebanyak 18 Institusi dan yang memperbaharui MOU di tahun 2017 sebanyak
5 Institusi.
Sepanjang tahun 2017 seksi SDMK dan Jaminan Kesehatan telah
memproses dan menerbitkan sebanyak 1.448 surat izin pengambilan
data/penelitian, 170 surat izin praktek kuliah lapangan/magang, 9 surat selesai
penelitian dan 6 surat tidak sedang Tubel/Ibel. Pemberian izin praktek kerja
lapangan/magang, dibagi berdasarkan kebutuhan institusi pendidikan dan
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
c. Data Peserta Pendidikan dan Pelatihan PNS di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Padang
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
Padang maka perlu dilakukan peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan
pelatihan baik yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat maupun Dinas Kesehatan Kota Padang. Seksi SDMK dan Jaminan
Kesehatan tahun 2017 melaksanakan pelatihan Pelayanan Prima sebanyak 30
orang dan Komunikasi Organisasi sebanyak 30 orang. Adapun tujuan pelatihan
ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga Kesehatan
dalam melaksanakan pelayanan di bidang kesehatan
d. Recovery Pendidikan Lampau (RPL)
Tahun 2017 peningkatan pendidikan tenaga kesehatan yang berpendidikan
dibawah Diploma III dilakukan dengan sistem pendidikan khusus yang disebut
program Recovery Pendidikan Lampau (RPL). Adapun sistem pembiayaannya
50% disubsidi dari PPSDM Kementerian Kesehatan RI. Untuk jadwal
perkuliahan tidak mengganggu jam kerja. Tenaga kesehatan yang mengikuti
program RPL ini dapat dilihat dari tabel berikut :

171
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.46
Jumlah Tenaga Kesehatan yang Mengikuti Program RPL
Tahun 2017
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Perawat 22 orang
2 Perawat Gigi 7 orang
3 Analis Kesehatan 8 orang
4 Bidan 17 orang

Program RPL ini dilaksanakan di beberapa Sekolah Tinggi Kesehatan


yaitu Politeknik Kesehatan Kemenkes RI, STIKes YPAK, STIKes
Mercubaktijaya, STIKes Perintis dan Kebidanan Universitas Baiturrahmah.
e. Registrasi Tenaga Kesehatan
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan keprofesiannya (Undang-undang No 46 Tahun 2013). Pemerintah
saat ini telah melakukan upaya strategis dalam penguatan pembinaan dan
pengawasan mutu SDM Kesehatan yang dilakukan melalui proses registrasi
tenaga kesehatan yang meliputi standarisasi, sertifikasi dan lisensi.
Registrasi disamping sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat, juga
merupakan perlindungan bagi tenaga kesehatan. Setiap Tenaga Kesehatan
yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib
memiliki izin dari Pemerintah. Dalam Perwako Nomor 67 Tahun 2016 pasal
24 menyatakan bahwa tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang adalah Merancang rencana
dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan registrasi tenaga
kesehatan serta melakukan penerbitan registrasi dan praktek tenaga kesehatan.
1) Registrasi Surat Izin Praktek Dokter
Jumlah Dokter Umum yang mengurus SIP di Dinas Kesehatan Kota
Padang pada tahun 2017 adalah 662 orang dan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 508 orang.

172
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Sedangkan jumlah Dokter Gigi yang mengurus SIP di Dinas Kesehatan


Kota Padang adalah 148 orang dan mengalami penurunan dari Tahun
2016 sebanyak 169 orang. Tahun 2017 jumlah Dokter Spesialis yang
mengurus SIP di Dinas Kesehatan Kota Padang adalah 865 orang dan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 349
orang.
2) Registrasi Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Pada tahun 2017 jumlah perawat yang mengurus Surat Praktek Perawat
(SIPP) di praktik mandiri adalah sebanyak 19 (sembilan belas) orang
dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak
3 (tiga) orang. Sedangkan jumlah perawat yang mengurus SIPP di luar
praktek mandiri/di faskes pada tahun 2017 adalah sebanyak 2.003 orang
yang mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2016 sebanyak 620
orang.
3) Registrasi Surat Izin Praktek Perawat Gigi (SIPPG)
Jumlah Perawat Gigi yang mengurus SIPPG di Dinas Kesehatan Kota
Padang pada tahun 2017 adalah 23 orang dan mengalami peningkatan
dari tahun 2016 sebanyak 17 orang.
4) Registrasi Surat Izin Praktek Bidan (SIPB)
Pada tahun 2017 jumlah Bidan yang mengurus Surat Izin Praktik Bidan
(SIPB) Mandiri sebanyak 52 orang dan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB)
di Fasyankes adalah sebanyak 285 orang, mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 408 orang.
5) Registrasi Surat Izin Praktek Tenaga Kefarmasian
Pada tahun 2017 jumlah apoteker yang mengurus Surat Izin Praktek
Apoteker (SIPA) di Dinas Kesehatan Kota Padang adalah sebanyak 138
orang dan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2016
sebanyak 236 orang. Sedangkan apoteker yang mengurus Surat Izin
Kerja Apoteker (SIKA) sebanyak 12 orang.
Sedangkan Jumlah Tenaga Teknik Kefarmasian yang mengurus Surat
Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian (SIPTTK) di Dinas Kesehatan
173
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Kota Padang Tahun 2017 adalah 353 orang yang mengalami


peningkatan dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 217 orang.
6) Registrasi Surat Izin Praktek Tenaga Gizi (SIP TGz)
Pada tahun 2017 terdapat tenaga gizi yang mengurus SIPTGz sebanyak
76 orang yang mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
tahun 2016 berjumlah 20 orang.
7) Registrasi Surat Izin Praktik Rekam Medis (SIPRM)
Pada tahun 2017 jumlah petugas Rekam Medis yang mengurus SIP
Rekam Medis adalah berjumlah 60 orang dan mengalami peningkatan
apabila dibandingkan dengan tahun 2016 berjumlah 8 orang.
8) Registrasi Surat Izin Praktek Fisioterapis
Pada tahun 2017 jumlah Fisioterapis yang mengurus SIPF di Dinas
Kesehatan Kota Padang sebanyak 12 orang mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2016 berjumlah 5 orang.
9) Registrasi Surat Izin Praktek Refraksionis Optisien (SIP-RO)
Jumlah tenaga Refraksionis Optisien yang mengurus SIPRO di Dinas
Kesehatan Kota Padang Tahun 2017 adalah sebanyak 14 orang dan
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2016 adalah
sebanyak 21 orang.
10) Registrasi Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Lingkungan (SIP-
Kesling)
Pada tahun 2017 jumlah SIPTS yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Padang adalah 33 orang yang mengalami peningkatan
apabila dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 9 orang.
11) Registrasi Surat Izin Praktik Radiografer (SIP-Rad)
Jumlah Radiografer yang mengurus SIPR di Dinas Kesehatan Kota
Padang pada tahun 2017 adalah sebanyak 67 orang dan mengalami
peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 10
orang.
12) Registrasi Surat Izin Praktik Ahli Teknologi Laboratorium (Analis
Laboratorium)
174
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pada tahun 2017 jumlah tenaga ahli teknologi laboratorium yang


mengurus SIP-ATLM di Dinas Kesehatan Kota Padang adalah
sebanyak 53 orang dan mengalami penurunan apabila dibandingkan
dengan tahun 2016 sebanyak 74 orang.
13) Registrasi Surat Izin Praktik Penata Anastesi
Surat Izin Praktik Penata Anestesi (SIPPA) adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keprofesian Penata
Anestesi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pada tahun 2017 tenaga
peñata anestesi yang mengurus SIPPA di Dinas Kesehatan Kota Padang
sebanyak 20 orang.
14) Registrasi Surat Izin Praktik Terapi Wicara (SIPTW)
Surat Izin Terapis Wicara merupakan bukti tertulis atas kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan terapis wicara di seluruh wilayah
Indonesia. Terapis wicara yang mengurus Surat Izin Praktik Terapis
Wicara (SIPTW) di Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2017
hanya 1 orang.
15) Registrasi Surat Izin Praktik Akupuntur Terapis
Tenaga Akupunktur merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
masuk dalam kelompok keterapian fisik. Pada tahun 2017 tenaga
akupuntur yang mengurus Surat Izin Praktik Akupuntur Terapis di
Dinas Kesehatan Kota Padang hanya 1 orang.
f. Kegiatan Peningkatan Kualitas SDMK
1) Pertemuan Pelayanan Prima
Pelayanan prima (excellent service) merupakan suatu pelayanan
yang telah memenuhi standar kualitas, artinya pelayanan yang telah
sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan. Pelayanan prima di
bidang kesehatan sangat berarti karena merupakan faktor kunci dalam
keberhasilan pencapaian tujuan program kesehatan, khususnya dalam
bidang pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelatihan pelayanan prima dilaksanakan pada tahun 2017 yang
diikuti oleh 30 orang. Peserta Pelatihan diikuti oleh Staf Dinas
175
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Kesehatan dan 5 Puskesmas yaitu Puskesmas Nanggalo, Air Dingin,


Bungus, Pauh, Andalas dan Anak Air.
2) Pertemuan Komunikasi Organisasi
Memandang begitu pentingnya komunikasi dalam organisasi maka
perlu diadakan suatu pelatihan khusus tentang komunikasi organisasi
ini terutama dalam dunia kesehatan dalam hal pemberian pelayanan
langsung ke masyarakat, dimana dengan diadakannya pelatihan
komunikasi organisasi ini diharapkan seluruh pegawai Puskesmas yang
melayani langsung masyarakat yang datang ke pelayanan Puskesmas di
kota Padang terpapar dengan komunikasi yang baik dan benar dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
Tahun 2017 Pelatihan Komunikasi dilaksanakan pada tahun 2017
di dengan Peserta Pelatihan Komunikasi Organisasi ini berjumlah 30
orang yang terdiri dari dokter gigi fungsional di 23 Puskesmas, BLUD
Puskesmas dan 1 orang staf dari masing masing bidang di Dinas
Kesehatan Kota Padang.
3) Pertemuan dengan Institusi Pendidikan
Peran institusi pendidikan kesehatan dalam menghasilkan tenaga-
tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat dalam menjamin kualitas pelayanan dan perlindungan bagi
masyarakat (penerima pelayanan) dengan berbgai upaya yang
dilakukan.
Dalam memenuhi kurikulum pendidikan, institusi pendidikan
kesehatan memerlukan lahan tempat praktek lapangan yaitu di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kab/ Kota. Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman
belajar bagi mahasiswa, merupakan wujud relevansi antara teori yang
didapat selama di perkuliahan dengan praktek yang ditemui baik dalam
dunia usaha swasta maupun pemerintah. Praktek Kerja Lapangan (PKL)
memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengabdikan ilmu-ilmu
yang telah diperoleh di kampus.
176
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pertemuan dengan Institusi Pendidikan ini dilaksanakan pada tahun


2017 yang dilaksanakan di ruang pertemuan Gudang Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Padang dengan mengundang 30 Institusi Pendidikan.
Institusi yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 27 orang.
4) Pertemuan SDMK
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang
tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus
ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,
sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa
keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Peserta pertemuan ini terdiri dari 23 Orang Tata Usaha Puskesmas,
1 orang dari RSUD Rasyidin dan 2 orang dari Dinas Kehehatan Kota
Padang. Pertemuan ini akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7
Juni 2017 mulai jam 10.00 WIB pagi sampai jam 18.00 wib dan
diakhiri dengan buka bersama bertempat di Pangeran Beach Hotel
Padang.
5) Pertemuan Analisa Beban Kerja (ABK)
Tahun 2017 pelaksanaan Workshop langsung dikelola oleh Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Barat yang dilaksanakan di Hotel IBIS
tanggal 2 – 4 Oktober 2017. Dalam rangka mendukung kegiatan
perhitungan kebutuhan Tenaga Berdasarkan ABK dilakukan rapat awal
yang dilaksanakan sebelum Workshop dan rapat akhir setelah
pelaksanaan workshop. Rapat awal dan rapat akhir ini di kelola oleh
Dinas Kesehatan Kota Padang.
Dalam rangka perhitungan Kebutuhan tenaga kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Padang berdasarkan Aplikasi Analisa Beban Kerja
(ABK), maka perlu dilakukan rapat awal. Rapat ini mempersiapkan hal
hal yang di perlukan pada saat dilakukan workshop perhitungan SDM
177
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Kesehatan. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah adanya Dokumen


Rencana Kebutuhan Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang
Tahun 2017. Dokumen ini diharapkan bisa sebagai bahan acuan dalam
penataan pengawai dilingkungan Dinas kesehatan kota Padang.
7.5.2.2 Jaminan Kesehatan
a. Kepesertaan
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi Penerima Bantuan
Iuran (PBI) dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut Peserta PBI
Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu dan Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir
miskin.
Peserta Program Jaminan Kesehatan Kota Padang yang terdaftar pada
Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, setiap bulan ditetapkan dengan
Keputusan Kepala BPJS Kesehatan Cabang Padang, yang mana jumlah
pesertanya meningkat setiap bulan. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
Kota Padang terdiri dari Peserta Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato/Jamkesda,
Jamkesmas, ASN, TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Pekerja Penerima Upah
(PPU) dan Mandiri.
Adapun jumlah peserta JKN penduduk Kota Padang yang terdaftar di
BPJS Kesehatan sebagai berikut :
Tabel 7.47
Jumlah Kepesertaan JKN Kota Padang Perbulan Tahun 2017
PBI
No Bulan Non PBI Panti Jumlah
Jamkesmas/KIS JKSS
Sosial
1 Januari 398.225 197.829 76.061 150 672.265
2 Februari 400.914 199.273 76.925 150 677.262
3 Maret 403.574 199.264 77.051 150 680.039
4 April 407.296 199.257 76.807 150 683.510
5 Mei 411.198 199.233 76.903 150 687.484
6 Juni 413.277 199.213 75.947 150 688.587
7 Juli 412.572 199.178 76.273 150 688.173
8 Agustus 417.720 199.833 76.381 150 694.084
9 September 413.451 200.359 77.067 150 691.027
10 Oktober 415.009 200.309 76.902 150 692.370
11 Nopember 410.895 200.775 77.067 150 688.887
12 Desember 409.978 200.693 77.039 154 687.864
178
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah Peserta JKN yang terdaftar di
BPJS Kesehatan naik turun setiap bulannya, hal ini disebabkan karena adanya
peserta mandiri yang menunggak langsung di non aktifkan, jika peserta
tersebut membayarkan tunggakan maka kartu JKN peserta tersebut langsung
aktif. Awal Januari jumlah peserta JKN 672.265 jiwa dan pada bulan
Desember menjadi 687.864 jiwa
Peserta JKN yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) Milik Pemerintah di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang setiap
bulannya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.56
Jumlah Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017

415000 411.697 411.996 410.981


408.706 409.988
410000 411.440 411.096 412.607 406.032
411.255 408.706
405000
400000 396.299
395000
390000
385000

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah peserta Jaminan


Kesehatan Nasional yang terdaftar di FKTP Milik Pemerintah (Puskesmas)
setiap bulan tidak sama, kadang-kadang mengalami kenaikan dan kadang
mengalami penurunan (tidak stabil).
b. Kunjungan Peserta JKN
Jumlah kunjungan dan rujukan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
berdasarkan jender perbulan se Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut :

179
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tabel 7.48
Jumlah Kunjungan dan Rujukan Peserta JKN
Berdasarkan Jenis Kelamin Se Kota Padang tahun 2017

Kunjungan Rujukan Rujukan


Bulan
L P Jumlah L P Jumlah %
Januari 15.282 25.239 40.521 2.604 3.907 6.511 16.07
Februari 13.793 23.480 37.273 2.341 3.671 6.012 16.13
Maret 15.564 26.810 42.374 2.526 4.162 6.688 15.78
April 13.818 23.542 37.360 2.356 3.488 5.844 15.64
Mei 15.158 25.670 40.828 2.355 3.528 5.883 14.41
Juni 10.754 18.090 28.844 1.277 2.156 3.433 11.90
Juli 16.996 25.354 42.350 2.931 4.689 7.620 17.99
Agustus 16.110 24.888 40.998 2.767 4.101 6.868 16.75
September 15.315 23.445 38.760 2.438 3.912 6.350 16.38
Oktober 16.472 27.896 44.368 2.660 4.500 7.160 16.14
November 15.341 24.749 40.090 2.371 4.120 6.497 16.21
Desember 14.707 22.976 37.683 2.352 3.676 6.028 16.00
JUMLAH 179.310 292.139 471.449 28.984 45.910 78.894 16.52

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan peserta


JKN perempuan 292.139 lebih banyak dibanding kunjungan peserta laki laki
yaitu 179.310. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 ada sedikit penurunan
kunjungan di tahun 2017 ini, dimana kunjungan pada tahun 2016 untuk peserta
perempuan 316.802 dan kunjungan peserta laki-laki yaitu 184.340. Untuk
rujukan di tahun 2017 tetap peserta parempuan lebih banyak (45.910) jika
dibandingkan dengan peserta laki laki (28.984). Rujukan ditahun 2017 lebih
sedikit dibanding tahun 2016, yaitu rujukan peserta perempuan (55.831)
rujukan peserta laki-laki (39.690) kali. Sementara itu persentase rujukan
spesialistik sebanyak 16.52 % menurun dari tahun 2016 yaitu 19.06 %.
Kunjungan peserta JKN tahun 2017 ke Puskesmas sebagai berikut :

180
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.57
Kunjungan Peserta JKN Per Puskesmas Tahun 2017
50000 42.375
40000 26.897 42.152 28.572 31.354
23.763 24.953
30000 16.596 20.194 18.032 24.633
19.940
20000 12.358 14.513 23.316 16.977 11.816
18.872
10000 16.414 16.880 11.438 9.404
0

Pemancung…
Rawang Barat

Ambacang
Pegambiran
Andalas
Padang Pasir

Air Tawar

Pauh
Nanggalo

Kuranji
Lapai
Alai

Lb. Buaya

Bungus
Ulak Karang

Lb. Begalung

Air Dingin

Ikur Koto
Belimbing

Anak Air
Seb. Padang

Lb. Kilangan
Grafik diatas menggambarkan kunjungan peserta JKN per Puskesmas,
dimana urutan teratas adalah Puskesmas Lubuk Buaya 42.375 kunjungan,
disusul Puskesmas Andalas 42.152 kunjungan dan Puskesmas Pauh 31.354
kunjungan. Tingginya kunjungan di 3 (tiga) Puskesmas tersebut sangat
berpengaruh terhadap besarnya jumlah kapitasi yang ada di masing-masing
Puskesmas. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, kunjungan tertinggi
Puskesmas Lubuk Buaya, Andalas dan Pauh mengalami sedikit penurunan
kunjungan.
c. Rujukan Peserta JKN
Jumlah rujukan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada
Puskesmas se Kota Padang tahun 2017 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.58
Rujukan Peserta JKN Per Puskesmas
Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2017

7.529
8000 6.199 7.088
6000 3.744 4.005
3.416 3.477 3.544 2.793 3.087 3.544
4000 2.987 2.183 4.185 1.873 1.436
2000 1726 3.320 2.538
3.027
1.189
1.974
0

181
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Pada tahun 2017 ini, Puskesmas yang terbanyak memberikan rujukan pada
peserta JKN adalah Puskesmas Andalas sebanyak 7.529 rujukan, meningkat
dibanding tahun 2016 sebanyk 5.591 rujukan dan disusul oleh Puskesmas
Lubuk Buaya 7.088 rujukan, meningkat juga dibanding tahun 2016 sebanyak
5.282 rujukan dan Puskesmas Padang Pasir sebanyak 6.199 rujukan.
Untuk kunjungan dan rujukan masyarakat miskin perbulan di Kota Padang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.49
Kunjungan dan Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional
Masyarakat Miskin Sekota Padang Tahun 2017

Kunjungan Rujukan Rujukan


Bulan (%)
Jamkesmas Jamkesda Jumlah Jamkesmas Jamkesda Jumlah
Januari 14.844 6.023 20.867 1.641 970 2.611 4.6
Februari 12.174 7.078 19.252 1.580 915 2.495 12.9
Maret 15.213 7.770 22.983 1.782 855 2.637 11.3
April 13.133 7.693 20.826 1.644 742 2.386 11.5
Mei 14.282 8.059 22.341 1.553 783 2.336 10.5
Juni 10.282 5.034 15.316 906 480 1.386 9.1
Juli 15.012 6.922 21.934 2.149 1064 3.213 14.6
Agustus 14.947 6.756 21.703 1.957 924 2.881 13.3
September 13.396 7.404 20.800 1.789 961 2.750 13.2
Oktober 16.338 7.311 23.649 2.050 1059 3.109 13.1
November 13.636 7.558 21.194 1.850 917 2.767 13.1
Desember 13.959 6.259 20.218 1.635 981 2.616 12.9
Jumlah 167.216 83.867 251.083 20.536 10.651 31.187 12.4

Jika dilihat dari tabel di atas, kunjungan masyarakat miskin terbanyak pada
bulan Oktober 2017 dan untuk rujukan terbanyak pada bulan Juli 2017. Untuk
total kunjungan masyarakat miskin Kota Padang tahun 2017 sebanyak 251.083
kunjungan dan total rujukannya sebanyak 31.187 rujukan. Persentase
kunjungan dibanding rujukan masyarakat miskin di tahun 2017 adalah 12.4%.

182
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

d. Sepuluh Penyakit Terbanyak Kunjungan


Rekapitulasi sepuluh penyakit terbanyak kunjungan pada Puskesmas se
Kota Padang tahun 2017 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.59
Sepuluh Penyakit Terbanyak Kunjungan Peserta JKN
Puskesmas se Kota Padang Tahun 2017

7174 Acute upper respiratory


7028 4667 infection, unspecified
4736
7792 Essential (primary) hypertension
8652
58136 Acute nasopharingitis (commond
cold)
Dyspepsia

Fever, unspecified
36857
Disorder of refraction
9076
Necrosis of pulp
10271
Gastritis, unspecified

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa penyakit yang paling


banyak pada kunjungan peserta JKN Puskesmas se-Kota Padang adalah Acute
upper respiratory infection, unspecified sebanyak 58.136 kasus, naik jika
dibanding tahun 2016 yaitu sebanyak 46.887 kasus, penyakit terbanyak ke dua
adalah Essential (primary) Hypertensi sebanyak 36.857 kasus, ada peningkatan
dibanding tahun 2016 yaitu sebanyak 28.175 kasus dan terbanyak ketiga adalah
Acute nasopharingitis (commond cold) sebanyak 10.271 kasus..
e. Sepuluh Rujukan Terbanyak Rujukan
Penyakit yang paling banyak di rujuk pada Puskesmas se Kota Padang
untuk peserta JKN tahun 2017 adalah disorders of refraction yaitu 10.842
kasus, jika dibanding tahun 2016 ada peningkatan kasus yaitu 8.357 kasus.
Rekapitulasi sepuluh penyakit terbanyak rujukan pada Puskesmas se -Kota
Padang tahun 2017 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

183
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Grafik 7.60
Sepuluh Penyakit Terbanyak Rujukan Peserta JKN
Puskesmas se-Kota Padang Tahun 2017
854 566 561 477 Disorder of refraction
Presbyopia
885 Myopia
1099 Pulpitis
10.842 Senile Cataract
1222 Cataract, unspecified
Other Disorders of refraction
3.078 Arthrosis
1863 Schizoprenia
Hypermetropi

f. Kunjungan Baru Masyarakat Miskin


Jumlah masyarakat miskin yang menggunakan kartu (PBI APBD dan PBI
APBN) yang berkunjung ke Puskesmas pada tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 7.51
Kunjungan Peserta Baru PBI APBD dan
PBI APBN Puskesmas se-Kota Padan Tahun 2017
Kunjungan Baru
No Puskesmas PBI APBN PBI APBD Total
L P Jumlah L P Jumlah
1 Padang Pasir 1729 2863 4592 838 1643 2481 7073
2 Ulak Karang 337 361 698 220 258 478 1176
3 Alai 143 170 313 73 95 168 481
4 Air Tawar 114 188 302 103 109 212 514
5 Seb. Padang 20 24 44 7 12 19 63
6 Pemancungan 99 168 267 37 68 105 372
7 Rawang Barat 754 1517 2271 322 518 840 3111
8 Lb. Begalung 191 268 459 106 142 248 707
9 Pegambiran 978 1358 2336 413 579 992 3328
10 Andalas 746 1663 2409 683 1379 2062 4471
11 Lubuk Buaya 459 790 1249 386 728 1114 2363
12 Air Dingin 66 99 165 28 29 57 222
13 Nanggalo 1545 2976 4521 669 1134 1803 6324
14 Lapai 66 102 168 43 54 97 265
15 Kuranji 1557 2794 4351 760 1479 2239 6590
16 Belimbing 265 448 713 99 155 254 967
17 Ambacang 160 270 430 123 166 289 719
18 Pauh 318 376 694 360 573 933 1627
19 Bungus 222 732 954 132 243 375 1329
20 Lb. Kilangan 52 94 146 29 88 117 263
21 Anak Air 333 376 709 43 47 90 799
22 Ikur Koto 140 206 346 138 159 297 643
Total 10294 17843 28137 5612 9658 15270 43407

184
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kunjungan peserta baru PBI APBN
paling banyak pada Puskesmas Padang Pasir yaitu sebanyak 4.592 orang dan
kunjungan baru PBI APBD paling banyak juga pada Puskesmas Padang Pasir
yaitu sebanyak 2.481 orang, sedangkan kunjungan peserta baru PBI APBN
yang paling sedikit terdapat pada Puskesmas Seberang Padang sebanyak 44
orang dan kunjungan baru PBI APBD paling sedikit juga pada Puskesmas
Seberang Padang sebanyak 19 orang.

7.5.3 Seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana Kesehatan


Pelaksanaan kegiatan pada seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana
Kesehatan Tahun 2017 didukung oleh APBD Kota Padang Tahun 2017 dan
APBN Kementerian Kesehatan (DAK) Tahun 2017.
a. Program yang Bersumber APBD Kota Padang
Adapun pencapaian program yang bersumber APBD Kota Padang tahun
2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 7.51
Realisasi Kegiatan Berdasarkan Pembiayaan Bersumber APBD
Kota Padang Tahun 2017
Anggaran Realisasi
No Kegiatan APBD Kota (Rp) Keuangan (Rp)
Fisik %
1 Pembangunan: 5 unit
1. Puskesmas Lapai 718.775.000,- 100
2. Puskesmas Alai 239.860.000,- 100
3. Puskesmas Ambacang 227.153.000,- 100
4. Puskesmas Andalas 1.150.890.000,- 100
5. Puskesmas Nanggalo 88.583.000,- 100
2 Rehabilitasi Puskesmas:11 unit
1. Puskesmas Lubuk Begalung 179.498.000,- 100
2. Puskesmas Padang Pasir 204.993.000,- 100
3. Puskesmas Lubuk Buaya 190.007.000,- 100
4. Puskesmas Belimbing 189.243.000,- 100
5. Puskesmas Air Dingin 191.293.000,- 100
6. Puskesmas Air Tawar 189.268.000,- 100
7. Puskesmas Nanggalo 166.091.000,- 100
8. Puskesmas Bungus Teluk Kabung 131.436.000,- 100
9. Puskesmas Anak Air 131.014.000,- 100
10. Puskesmas Ikur Koto 130.760.000.- 100
11. Puskesmas Seberang Padang 193.493.000.- 100
3 Pembangunan PUSTU: 3 unit
1. Pustu Air Manis 460.582.000,- 100
185
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Anggaran Realisasi
No Kegiatan APBD Kota (Rp) Keuangan (Rp)
Fisik %
2. Pustu Koto Bungus 165.657.000,- 100
3. Pustu Seberang Padang 142.687.000,- 100
4 Rehabilitasi PUSTU: 7 unit
1.Pustu Ganting Pd.Timur 198.900.000,- 100
2. Pustu Ganting Kt.Tangah 199.455.000,- 100
3. Pustu Pasie Nan Tigo 191.203.000,- 100
4. Pustu Air Pacah 69.710.000,- 100
5. Pustu Air Tawar Barat 1 179.959.000,- 100
6. Pustu Nipah 198.500.000,- 100
7. Pustu Pampangan 197.924.000,- 100
5 Rehabilitasi Poskeskel : 6 unit
1.Poskeskel Pisang 181.080.000,- 100
2.Poskeskel Sei.Lareh 169.401.000,- 100
3.Poskeskel KPIK 182.469.000,- 100
4.Poskeskel Kampung Tangah 182.600.000,- 100
5.Poskeskel Sei. Sapih 138.452.000,- 100
6.Poskeskel Rimbo Kaluang 137.284.000,- 100
6 Rehabilitasi Rumah Dinas: 4 unit
1. Puskesmas Pemancungan 211.190.000,- 100
2. Puskesmas Bungus 266.940.000,- 100
3. Puskesmas Pegambiran 247.693.000,- 100
4. Puskesmas Seberang Padang 255.905.000,- 100
5. Puskesmas Kuranji 199.052.000,- 100
7 PENGADAAN SARANA
1.Pengadaan Alat-alat Kesehatan (alat 2.886.709.061 100.
Kedoktean umum) Puskesmas 1 pkt

2.Pengadaan IPAL : 2 unit (PKM.Pauh dan 1.047.596.000,- 100


PKM.Lb.Begalung)
3.Pengadaan Prasarana AC Puskesmas 192.063.300.- 100

b. Program yang Bersumber APBN


Adapun pencapaian program yang bersumber APBN Kementrian Kesehatan
tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 7.52
Realisasi Kegiatan Berdasarkan Pembiayaan Bersumber APBN
Kota Padang Tahun 2017
Anggaran Realisasi/
No DAK REGULER 2017 (Rp) Keuangan (Rp)
Fisik %
Pembangunan: 1 unit Puskesmas :
1 Pegambiran (Peningkatan Status menjadi 4.833.616.900.- 100
rawatan)
Rehabilitasi Puskesmas:1.unit
2 Puskesmas: Pauh Kec.Pauh 1.352.637.000,- 100
Pengadaan Sarana IFK: 1 pkt

186
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

3 Sarana / Prasarana / Palet obat Penyimpanan 2.407.769.050,- 95 %


dan Sarana /Prasarana Kantor Terpotong OMSPAN
Pengadaan IPAL Puskesmas: 9 Unit 4.563.900.000,- 100%
4 1.Anak Air,
2.Air Dingin,
3.Air Tawar,
4.PKM.Alai,
5.Andalas,
6.PKM.Bungus,
7.Ambacang,
8.Belimbing, 9.PKM.Nanggalo.
5 Pengadaan PUSKEL: 6 Unit
Puskesmas Keliling Roda 4 1.934.289.600,- 100%
6 Pengadaan Kendaraan Roda 2 51.975.000.- 100%
Sepeda Motor IFK 3 unit
Pengadaan Obat dan Vaksin; 1 pkt 80%
7 Pengadaan Obat dan Vaksin untuk 18 bulan 1.986.087.367 Terpotong OMSPAN
TOTAL NILAI PISIK (di luar kontrak konsultan) 23.643.187.550,-

Total Anggaran pada Seksi Sarana dan Alat Kesehatan yang dapat di
Realisasikan Tahun 2017 adalah Rp. 29.884.815.378.-
Pelaksanaan kegiatan pada seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan Tahun 2017
secara keseluruhan yang didukung oleh APBD Kota Padang Tahun 2017 dapat
terealisasi 100% (Pisik dan Keuangan), sedangkan untuk APBN Kementerian
Kesehatan (DAK) Tahun 2017 tidak dapat terealisasi 100% disebabkan adanya
aturan Menteri Keuangan No.50 Tahun 2016 jo PMK No.112 Tahun 2017, yang
menetapkan keuangan baru dapat dicairkan (dibayarkan) jika Laporan Pengadaan
(Kontrak kerja) dengan pihak ke tiga (3), terkontrak sampai dengan tanggal 31
Agustus 2017, sedang untuk pengadaan sebahagian besar tidak dapat terkontrak
disebabkan pengadaan melalui e-katalog LKPP, dimana harga barang yang akan
diadakan /dibeli belum ada harga perubahan terbaru (th.2107), Addendeum harga
dari penyedia, sementara harga yang tertera pada e-katalog adalah harga jual
tahun 2015-2016.

187
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB VIII
MASALAH DAN UPAYA YANG DILAKUKAN

1.1 Sekretariat
1.1.1 Sub Bagian Umum
1.1.1.1 Masalah
a. Masih ada PNS yang membuat usulan DUPAK persemester/sesuai dengan
aturan sehingga ada berkas kenaikan pangkat ASN DKK Padang yang
tidak bisa diproses dan dikembalikan oleh BKPSDM Kota Padang
b. Masih belum tepat waktunya pegawai membuat dan memasukkan
realisasi SKP per bulan
c. Masih adanya PNS di lingkungan DKK Padang yang belum memahami
nama jabatan nya sesuai dengan Permenpan nomor 25 tahun 2016
d. Masih ada PNS yang terlambat dalam memberikan berkas untuk pensiun
sesuai dengan BUP
e. Tidak semua jabfung yang ada di DKK Padang ada tim penilai jabfungnya
karena jumlah PNS dengan jabfung tersebut kurang
f. Adanya kekurangan anggaran untuk pelaksanaan service sehingga
terkendala dalam pelaksanaan service kendaraan dan keterlambatan dalam
menaikkan SPJ
1.1.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Pemberitahuan kembali dan penegasan ulang kepada seluruh ASN yang
naik pangkat dengan angka kredit bahwa untuk kenaikan pangkat harus
membuat PAK sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor :
153/Menkes/SK/III/2006 bahwa masa penilaian angka kredit dilaksanakan
2 kali dalam setahun ( persemester )
b. Mengingatkan agar seluruh PNS agar memasukkan PAK nya sesuai
dengan ketentuan tersebut diatas yaitu Januari – Juni dan Juli – Desember
setiap tahun nya

188
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. Upaya-upaya pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan


kegiatan diupayakan untuk melaksanakan koordinasi terlebih dahulu
dengan SKPD terkait dengan kegiatan terutama dengan BKPSDM
d. Penegasan pada seluruh ASN untuk segera membuat SKP masing –
masing dan entri realisasi kegiatan SKP per bulan tepat waktu karena akan
berkaitan dengan penilaian dan tunjangan kinerja
e. Peningkatan pembinaan dan sosialisasi pada ASN dilingkungan DKK dan
Puskesmas terkait nama jabatan fungsional yang sesuai dengan
Permenpan nomor 25 tahun 2016
f. Menyurati PNS yang sudah memasuki BUP agar segera memasuki berkas
pensiun agar proses pensiun yang bersangkutan bisa diproses tepat waktu.
g. Bagi jabfung yang tidak ada tim penilainya di DKK terutama jabfung
Epidemiologi, melakukan kerjasama dengan kota lain yang mempunyai
tim penilai jabfung epidemiologi yaitu Kota Payakumbuh
h. Mengupayakan penyelesaian pertanggungjawaban anggaran dapat selesai
tepat waktu dan aspek akuntabilitas diperhatikan sehingga tidak timbul
permasalahan dikemudian hari.

1.1.2 Sub Bagian Keuangan


1.1.2.1 Masalah
a. Masih ada SPJ yang diajukan belum sesuai dengan perencanaan triwulan
yang ada di POA
b. Masih ditemukan penumpukan SPJ diakhir tahun
c. Pembuatan Kwitansi masih terdapat kesalahan penulisan
1.1.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Diharapkan kepada pemegang Program maupun Puskesmas agar
memasukan SPJ sesuai triwulan sehingga pada akhir tahun SPJ tidak
menumpuk
b. Sebelum memasukan SPJ agar diperiksa dengan telilti sehingga tidak ada
lagi kesalahan dalam pembuatan kode rekening, tanggal, penulisan uang
dan lain sebagainya dalam kwitansi
189
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

1.1.3 Sub Bagian Program


1.1.3.1 Masalah
a. Masih ada beberapa bidang memasukkan data komdat tidak sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan yaitu sebelum tanggal 10 setiap bulannya
b. Tidak tepat waktunya bidang memasukkan laporan tahunan dan profil
kesehatan
c. Tidak sinkronnya data profil Puskesmas dan data pada seksi
1.1.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Menetapkan komitmen waktu penyerahan data, laporan tahunan dan profil
kesehatan dengan kasi dilingkungan DKK
b. Data yang diberikan oleh Puskesmas ke seksi harus lengkap dan tepat
waktu
b. Melakukan monitoring dan evaluasi program dengan masing- masing
program pada masing- masing bidang

1.2 Bidang Kesehatan Masyarakat


1.2.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
1.2.1.1 Masalah
a. Perkembangan berat badan balita gizi buruk yang diberikan PMT
Pemulihan tidak terpantau secara maksimal karena ibu balita tidak rutin
menjemput ke Puskesmas sesuai jadwal yang telah disepakati
b. Ketidaksinambungan pelaksanaan Pos Gizi karena keterbatasan dana
c. Perkembangan berat badan anak tidak maksimal karena ibu balita sering
absen mengikuti kegiatan pos gizi
d. Rendahnya partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu dalam
penimbangan bulanan
e. Cakupan ASI Eksklusif masih di bawah target dan hanya beberapa
Puskesmas yang belum membentuk kelompok pendukung ASI (KP-ASI)
f. Masih ditemukan garam berlabel mengandung yodium, tetapi setelah diuji
ternyata tidak mengandung yodium
g. Cakupan Vitamin A masih dibawah target yang ditetapkan
190
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. Cakupan pelayanan lansia rendah disebabkan karena menurunnya


partisipasi lansia ke posyandu lansia dengan alasan mereka tidak
mendapatkan pengobatan di posyandu lansia
i. Belum maksimalnya pelaksanaan ANC yang berkualitas karena pelayanan
ANC belum dilakukan secara terpadu dan terintegrasi di semua fasilitas
kesehatan
j. Belum maksimalnya pelayanan Ibu hamil, bersalin dan nifas ditempat
rujukan
k. Kurang maksimalnya supervisi fasilitatif yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ibu - anak serta pemantauan
sarana prasarana yang ada di Puskesmas, Pustu, Poskeskel dan BPM
l. Belum terdokumentasinya pelayanan kesehatan ibu dan anak, kasus
komplikasi di fasilitas kesehatan seperti kohor dan buku KIA
m. Tingkat kepatuhan petugas yang masih rendah terhadap penerapan SOP di
fasilitas kesehatan
n. Kurangnya kerja sama dan dukungan lintas program dan lintas sektor
dalam pelayanan KIA dan KB
o. Tenaga kesehatan belum maksimal dalam menggunakan MTBM sehingga
masalah yang ada pada bayi baru lahir (neonatus) tidak terdeteksi dengan
baik
p. Masih adanya tenaga kesehatan yang belum mengetahui dan memahami
definisi operasional pelayanan kesehatan
q. Belum terlaksananya penatalaksanaan kegawatdaruratan bayi baru lahir,
P4K, serta Sistem rujukan maternal dan neonatal dengan baik
r. Masih rendahnya pencairan dana jampersal disebabkan belum
maksimalnya pemanfaatan RTK bagi masyarakat
1.2.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Petugas gizi ataupun petugas lain mengantarkan PMT Pemulihan langsung
ke rumah sasaran, untuk pemantauan berat badan selalu diberikan edukasi
kepada ibu untuk mau menjemput PMT ke Puskesmas sekaligus
melakukan pemantauan perkembangan berat badan anak
191
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. Petugas kesehatan membuat proposal baik ke perusahaan yang ada di


wilayah kerja Puskesmas, bekerjasama dengan perguruan tinggi dan PKPU
Kota Padang
c. Selalu memberikan edukasi kepada masyarakat, meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan petugas maupun kader sebagai pelaksana
kegiatan posyandu
d. Mendorong petugas Puskesmas untuk segera membentuk KP-ASI
e. Memberikan edukasi kepada masyarakat dan pedagang agar selalu
menggunakan garam berlabel yodium
f. Mengkampanyekan bulan pendistribusian vitamin A yaitu bulan Februari
dan Agustus
g. Beberapa Puskesmas melaksanakan pelayanan terintegrasi antara lain
bekerjasama dengan Promkes, PTM, Laboratorium, Dr Gizi dan Jiwa
h. Melaksanakan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak untuk seluruh sasaran
sesuai standar masing-masing indikator
i. Memaksimalkan pelayanan di Puskesmas PONED dan Rumah Sakit
Rujukan
j. Memaksimalkan superfisi fasilitatif dengan melibatkan tim di Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kota Padang
k. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak mengacu kepada SPM yang ada
melalui Kohor dan Buku KIA merupakan standar dokumentasi pelayanan
yang harus diisi lengkap
l. Pembina posyandu, Bikor serta pembina wilayah bertanggung jawab
terhadap pemantauan wilayah setempat dengan dokumentasi lengkap
m. Petugas dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan Ibu
dan anak mengacu dan mematuhi standar pelayanan yang ad.
n. Meningkatkan kepedulian Lintas Sektor terhadap Program KIA melalui
pendekatan dan sosialisasi yang berkelanjutan
o. Melaksanakan MTBM kepada seluruh bayi baru Lahir yang merupakan
standar yang harus dilaksanakan

192
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

p. Melaksanakan rujukan Ibu Hamil dan bayi resiko dan resiko tinggi sesuai
dengan jenjang rujukan
q. Meningkatkan penjaringan sasaran Kesehatan Ibu Hamil dan anak melalui
kunjungan rumah oleh pembina Posyandu / wilayah serta volunter
r. Meningkatkan kualitas Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita di wilayah kerja
masing- masing
s. Bekerjasama dengan Lintas Sektor dan petugas PPKBD masing-masing
kecamatan untuk pendataan awal peserta KB aktif
t. Melaksanakan komitmen kesepakatan antara Dinas Kesehatan Kota
Padang dengan Rumah Sakit Rujukan dalam Penanganan Kasus
Kegawatdaruratan maternal dan Neonatal
u. Melaksanakan Sosialisasi program Jampersal ke tokoh masyarakat dan
melaksanakan evaluasi pelaksanaan program

1.2.2 Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


1.2.2.1 Masalah
a. Kegiatan kelurahan siaga belum tergambar di Poskeskel, kegiatannya
masih lebih berorientasi kepada pelayanan kesehatan dasar atau kegiatan
dalam gedung
b. Pada umumnya forum kepengurusan kegiatan kelurahan siaga yang sudah
terbentuk belum berjalan sesuai yang diharapkan
c. Masih ada petugas Poskeskel yang tidak tinggal diwilayah kerja poskeskel
dan tugas rangkap di Puskesmas
d. Pada umumnya belum ada pendanaan dari pemerintah kelurahan untuk
kegiatan kelurahan siaga
e. Belum semua Puskesmas yang ada Pesantrennya membentuk Pos
Kesehatan Pesantren karena dari 9 Pesantren yang ada di Kota Padang
baru 5 Pesantren yang terbentuk poskestrennya
f. Belum seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan terhadap SBH di
wilayah kerjanya

193
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

g. Masih kurangnya koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas


dengan pengurus kwarcab maupun kwartir tentang kegiatan SBH
h. Pelantikan atau pengurus SBH berdasarkan kecamatan baru di 2
kecamatan yaitu di Lubuk Kilangan dan Padang Timur
i. Pendataan tentang jumlah KK yang mempunyai Toga belum optimal
j. Masih minimnya pemanfaatan Toga bagi rumah tangga
k. Cakupan D/S 71,10 % dari target 85 %
l. Masih banyak Posyandu yang masih menumpang atau tempat yang tidak
representatif
m. Jumlah kader aktif dibeberapa posyandu masih kurang disebabkan
kurangnya reward terhadap kader posyandu
n. Persentasi beberapa indikator PHBS masih rendah yaitu tidak merokok di
dalam rumah
o. Kurangnya anggaran untuk melakukan survey PHBS rumah tangga
p. PHBS masih terfokus pada PHBS rumah tangga sedangkan PHBS sekolah
belum berjalan dengan optimal
q. Frekuensi penyuluhan terutama di luar gedung belum merata di setiap
Puskesmas
r. Masih kurangnya pengadaan media penyuluhan baik media cetak maupun
elektronik
s. Materi penyuluhan masih terpokus pada yang ada belum sesuai dengan
kondisi dan permasalahan di Puskesmas atau kasus surveilans
1.2.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Melakukan bimbingan teknis langsung ke petugas di Poskeskel
b. Mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus kelurahan siaga yang
ada bangunan Poskeskelnya yang terdiri dari : Lurah, LPM dan bidan
Poskeskel, serta membuat kesepakatan secara tertulis untuk mengaktifkan
forum keluraha siaga yang ditanda tangani oleh perwakilan dari Lurah,
LPM dan bidan yang ada bangunan poskeskelnya

194
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. Memberikan masukan kepada pimpinan Puskesmas agar bangunan


Poskeskel ditempati dan bidan penanggungjawab Poskeskel tidak
melakukan tugas rangkap
d. Memberikan masukan kepada Lurah agar membuat anggaran untuk
kegiatan kelurahan siaga
e. Perlu peningkatan advokasi dan motivasi terhadap penanggung jawab
Pesantren dan instansi terkait (Kemenag dan Dinas Pendidikan) oleh
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Padang dalam upaya pembentukan
Poskestren
f. Memberikan motivasi kepada petugas promosi kesehatan Puskesmas agar
melakukan pembinaan terhadap anggota pramuka (SBH) yang ada di
wilayah kerjanya
g. Perlu upaya untuk pembentukan pengurus SBH dari Dinas Kesehatan Kota
Padang
h. Meningkatkan koordinasi baik terhadap kwarcab maupun kwartir untuk
pembinaan SBH terhadap anggota pramuka yang ada di Kota Padang
i. Memberikan masukan serta arahan agar petugas Puskesmas melengkapi
data-data jumlah KK yang mempunyai Toga
j. Mengadakan sosialisasi tentang manfaat TOGA bagi kesehatan pada tahun
2018 serta melakukan pembinaan secara langsung ke kelurahan yang ada
TOGA percontohannya
k. Memotivasi petugas agar lebih pro aktif terhadap sasaran posyandu dengan
melakukan kunjungan rumah bersama kader dengan membuat kegiatan
inovatif di posyandu dan penekanan terhadap pelaksanaan kegiatan DDTK
serta memberikan penyuluhan di Posyandu setiap bulan
l. Puskesmas mengusulkan melalui Musrembang kelurahan atau kecamatan
agar menyediakan tempat yang representatif untuk kegiatan Posyandu
m. Mengusulkan melalui instansi terkait agar diajukannya anggaran untuk
pemberian reward kader posyandu setiap bulan serta melalui Puskesmas
agar memberikan reward kader pada anggaran BOK Puskesmas

195
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

n. Mengupayakan pelaksanaan pembinaan ke posyandu oleh tim dari Dinas


Kesehatan Kota Padang
o. Meningkatkan sosialisasi tentang PHBS baik terhadap lintas program
maupun lintas sektor
p. Meningkatkan penyuluhan terhadap rumah tangga tentang indikator PHBS
yang masih bermasalah, melalui penyuluhan individu maupun kelompok
serta menyebarluaskan leaflet-leaflet yang berhubungan dengan indikator
PHBS yang masih rendah cakupannya
q. Mengupayakan pengalokasian dana untuk mengadakan survey PHBS
r. Mengoptimalkan kegiatan PHBS khususnya untuk PHBS anak sekolah
s. Memberikan motivasi serta pembinaan melalui koordinator tenaga
promosi kesehatan Puskesmas agar frekuensi penyuluhan luar gedung
ditingkatkan
t. Membuat rencana penambahan anggaran untuk pengadaan media promosi

1.2.3 Seksi Kesling, Kesehatan Kerja dan Olah Raga


1.2.3.1 Masalah
a. Masih rendahnya kualitas air minum di penyelenggara air minum yang
memenuhi syarat kesehatan
b. Jumlah sampel air bersih yang diperiksa masih belum memenuhi target
dan belum semua Depot Air Minum yang bisa diambil sampel air olahan
depotnya untuk diperiksa
c. Masih ada rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan yang belum
dibina oleh sanitarian Puskesmas sehingga capaian rumah sehat masih
kurang dari target
d. Masih rendahnya rumah tangga yang memiliki SPAL yang memenuhi
syarat kesehatan
e. Masih rendahnya rumah yang memiliki pengolahan sampah yang
memenuhi syarat
f. Belum mencapai targetnya masyarakat yang menggunakan jamban sehat
dari target universal akses
196
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

g. Masih rendahnya cakupan TPM yang memenuhi syarat kesehatan


h. Masih rendahnya TTU yang memenuhi syarat kesehatan
1.2.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Meningkatkan pengawasan DAM dan pembinaan ke pada masyarakat
b. Meningkatkan komitmen dari petugas khususnya sanitarian Puskesmas
untuk bekerja sesuai targe terutama dalam pengambilan sampel
pemeriksaan air minum dan air bersih
c. Meningkatkan pembinaan kepada masyarakat dan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya SPAL yang sehat
d. Peningkatan pemicuan dan sosialisasi pada masyarakat dengan lintas
sektoral terkait untuk peningkatan penggunaan jamban keluarga yang
memenuhi syarat dan sosialisasi pola hidup yang higienis dan saniter /
PHBS kemasyarakat dengan meningkatkan akses masyarakat yang Buang
Air Besar di jamban sehat dan peningkatan stop BABS melalui kegiatan
MPA – PHAST dan pembangunan jamban sehat dengan tangki septik
e. Peningkatan pengawasan dan pemeriksaan ke TTU dan TPM yang ada di
Kota Padang dengan meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor terkait
f. Masih perlunya dilaksanakan peningkatan kapasitas sanitarian dan
pemantapan pengisian laporan pada sanitarian Puskesmas sehingga tidak
ditemui kesalahan dalam pengisian laporan
g. Pengalokasian anggaran pengawasan dan pembinaan Kesling terutama
untuk TPM, air bersih, SPL maupun TTU melalui dana BOK Puskesmas
sehingga kegiatan sanitarian kelapangan bisa berjalan lebih maksimal

1.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


1.3.1 Seksi Surveilan dan Imunisasi
1.3.1.1 Masalah
a. Masih ada kasus PD3I seperti campak dan difteri yang disebabkan oleh
cakupan imunisasi terutama Boster Batita dab BIAS Campak maupun DT
dan Td yang belum mencapai target

197
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

b. Cakupan imunisasi batita untuk vaksin Campak dan DPT-HB-HIB masih


rendah, karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat ataupun
ketakutan adanya efek samping imunisasi, dukungan lintas sektor yang
belum optimal, disamping masih banyak isu tentang halal dan haram
vaksin dan juga tentang efektifitas vaksin itu sendiri
c. Masih ada jemaah yang datang terlambat untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan haji sehingga terlambat dilakukan vaksinasi meningitis dan
jemaah tertunda keberangkatannya
d. Belum semua lintas sektor terkait dan jemaah yang memahami tentang
istitoah jemaah haji sehingga ada jemaah yang istitoah 4 (empat) yang
keluar pramanifesnya
e. Jemaah haji masih banyak yang belum mengembalikan K3JHnya
1.3.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Meningkatkan kordinasi untuk mendapatkan dukungan lintas sektor dalam
kegiatan program imunisasi disamping dengan meningkatkan pengetahuan
imunisasi ke sekolah dengan mengadakan pertemuan sosialisasi ke sekolah
yang tidak mencapai target dan ada kasus PD3I
b. Meningkatkan kordinasi dengan lintas sektor dengan mengirimkan surat
edaran dan surat untuk mendukung kegiatan program imunisasi dan
pertemuan untuk kordinasi dan sosialisasi ke lintas sector terkait terutama
dinas pendidikan dan kamenag
c. Melalukan evaluasi dan validasi data imunisasi serta melaksanakan
sweeping dan DOFU(Drop Out Follow Up) imunisasi oleh Puskesmas
d. Melibatkan sektor swasta seperti rumah sakit dan klinik dalam membantu
kegiatan imunisasi
e. Melakukan pertemuan sosialisasi serta koordinasi dan kesepakatan dengan
lintas sektor terkait tentang prosedur pemeriksaan jemaah haji
f. Melakukan sosilisasi ke calon jemaah haji tentang pelaksanaan
pemeriksaan jemaah haji dan melakukan pembinaan jemaah haji yang mau
berangkat

198
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

1.3.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


1.3.2.1 Masalah
a. Belum semua rumah sakit menjadi layanan DOTS, seperti Rumah Sakit
Selaguri. Untuk Klinik pratama dan Dokter Praktek Mandiri memang
belum semuanya menjalankan program DOTS
b. Belum tuntasnya pengisian SITT (Sistem Informasi TB Terpadu) yang
dientrikan pengelola program di layanan masing-masing
c. Losnya pengobatan lanjutan yang berasal dari rumah sakit, terutama
Rumah Sakit M Djamil
d. Petugas yang di layanan DOTS RSUP M Djamil belum membuat laporan
hasil masing-masing pasien yang diperiksa laboratoriumnya
e. Jarak rujukan untuk TB MDR yang jauh (RSAM Bukittinggi) sehingga
butuh biaya baik untuk yang sakit maupun untuk keluarga, sementara itu
Dinas Kesehatan hanya bisa membantu biaya merujuk pasien
f. Tidak semua ibu hamil melakukan pemeriksaan HIV di Puskesmas
padahal ibu hamil termasuk dalam target pemeriksaan HIV
g. Belum semua petugas di Puskesmas aktif menggunakan internet padahal
pelaporan HIV AIDS dilakukan secara online
h. Laporan dari RSUP M Djamil terlambat dientrykan karena konselornya
banyak dan mengakibatkan laporan kurang lengkap dari unit pelayanan
i. Pasien yang sudah pernah mengakses ARV tingkat kepatuhannnya hanya
60% terutama dari RSUP M Dajamil
j. Kota Padang daerah endemis DBD karena mobilisasi penduduk di Kota
Padang sangat tinggi baik dari dunia pendidikan maupun pariwisata
sehingga dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan di Kota Padang
k. Masih banyak hewan penular rabies yang berkeliaran bebas di Kota
Padang
l. Belum semua rumah sakit memahami tatalaksana kasus gigitan HPR
(Hewan Penular Rabies), sehingga ada rumah sakit merujuk pasien ke
Puskesmas Padang Pasir semua, padahal seharusnya dirujuk ke wilayah
tempat tinggalnya
199
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

m. Masih ada juga klinik dan BPS yang belum memahami tata laksana kasus
sehingga menjahit rapi luka gigitan, padahal prosedurnya jahit situasional
n. Tidak tercapainya target penemuan kasus pneumonia pada anak
o. Perubahan target sangat mempengaruhi capaian program terutama untuk
daerah yang jumlah penduduknya sedikit, karena untuk kunjungan berobat
ada sebagian yang dari luar wilayah kerja Puskesmas
p. Menegakkan diagnosa pnemonia juga perlu diperhatikan terutama yang
datang ke poliklinik KIA anak
q. Belum semua ibu hamil yang dilakukan tes hepatitis, karena sebagian
berkunjung ke klinik dan rumah sakit
r. Sebagian Puskesmas baru mulai menjalankan tes hepatitis pada Bulan Juli
2017 karena belum ada penunjukan yang jelas dari Puskesmas siapa yang
bertanggungjawab mengelola program
s. Untuk RSIA dan rumah sakit, penemuan positif dilakukan sebelum
persalinan sehingga tidak bisa distock vaksinnya. Seharusnya tes
dilakukan pada awal kehamilan, sehingga 2-4 minggu sebelum persalinan
vaksin hepatitis sudah bisa di stock
t. Belum semua Puskesmas mempunyai pojok oralit atau LROA (Layanan
Rehidrasi Oral Aktif) dan Puskesmas yang sudah punya juga sebagian
tidak jalan, sehingga alat yang diterima sebagian tidak lengkap lagi
u. Laporan dari rumah sakit belum bisa di akomodir karena untuk dehidrasi
sedang dan berat lebih banyak ke layanan rujukan
v. Dalam melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) di lapangan, tidak
semua orang yang tinggal dekat penderita berada di rumah sehingga butuh
waktu agak lama untuk pelaksanaannya
w. Puskesmas masih belum aktif dalam pemeriksaan malaria, sehingga data
yang ditemukan hanya pasien yang berkunjung ke rumah sakit.
x. SDJ (Survei Darah Jari) dilakukan pada malam hari sehingga butuh waktu
membangunkan 300 orang warga pada 2 lokasi. Disamping itu tidak
semua warga mau diambil darahnya pada malam hari diatas jam 10 malam

200
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

y. Untuk TAS (Transmission Asesment Survey) data dari beberapa sekolah


yang dikirimkan Puskesmas tidak valid dan tidak cocok dengan murid
yang ada. Di samping itu ada sekolah yang tingkat partisipasinya kurang
dari 60%, sehingga dari rencana awal 30 sekolah yang di survey menjadi
32 sekolah
z. Masih ditemukannya kasus kusta pada tahun 2017 sebanyak 2 kasus
aa. Belum semua Puskesmas di Kota Padang melaksanakan ILI, hanya
Puskesmas yang menjadi pilot project saja yaitu Puskesmas Lubuk Buaya
1.3.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Melatih petugas Puskesmas untuk menjalankan layanan DOTS dan melatih
tenaga DPM secara langsung melalui Persatuan Dokter Paru Indonesi
(PDPI) maupun melalui modul dengan cara Latihan Jarak Jauh (LJJ)
program TB dan
b. Meningkatkan koordinasi melalui pembuatan MOU dengan Puskesmas
setempat tentang pengobatan TB dan melakukan validasi data dengan unit
layanan setiap triwulan melalui penegelola program
c. Pemantauan minum obat TB dapat dilakukan oleh keluarga ataupun kader
kesehatan yang sudah dilatih tentang TB
d. Meningkatkan kerjasama baik lintas program maupun lintas sektor karena
masalah TB bukan saja selesai dengan pengobatan, namun juga perlu
diperhatikan lingkungan dan tempat tinggalnya karena banyak penderita
TB berasal dari ekonomi rendah dan bahkan tinggal di tempat yang
kuarang layak dalam hal kesehatan
e. Koordinasi dengan pengelola program KIA dan program HIV. Agar semua
pasien TB juga diperiksa HIV karena ada kemungkinan TB tidak mau
sembuh akibat pasien juga terinfeksi HIV
f. Untuk pengobatan TB MDR agar tidak jauh merujuk ke Bukittinggi
dilakukan advokasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar dan
organisasi PDPI serta tim sehinnga pada akhir tahun 2017 rujukan TB
MDR sudah bisa dilakukan ke RSUP Dr.M.Djamil

201
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

g. Untuk menguatkan diagnosa TB juga sudah dikoordinasikan dengan sektor


terkait sehingga Kota Padang mendapatkan bantuan Tes Cepat Molekuler
(TCM) TB dengan alat gen expert yang ditempatkan di RSUP M.Djamil
dan di RS Yos Sudarso
h. Surat Keputusan Walikota Padang Tentang Pokja TB dan HIV serta
Peraturan Walikota Padang Nomor 36 Tahun 2017 Tentang
Penanggulangan dan Pengendalian Tuberkulosis
i. Membentuk pokja TB HIV dengan sektor terkait untuk pencegahan
penualaran serta membuat kesepakatan kalau pencegahan HIV AIDS
merupakan tugas dari semua sektor sesuai dengan kompetensinya
j. Pemanfaaatan mobile VCT untuk menjaring kasus oleh petugas Puskesmas
baik pada kelompok bumil dan kelompok beresiko serta bekerjasama
dengan Pol PP, sehingga setiap razia Pol PP dilakukan tes HIV pada
pasangan yang tertangkap
k. Bantuan reagen tes HIV dari Kementerian Kesehatan melalui Dinas
Kesehatan Propinsi serta Obat ARV. Puskesmas juga mendapatkan dana
bantuan dari Global Fun baik untuk melakukan mobile VCT ke kelompok
resiko seperti WPS dan LSL serta waria diberikan apresiasi jasanya.
Sedangkan untuk tingkat kota hanya dibantu evaluasi yang dilakukan
setiap semester agar diketahui kinerja yang sudah dicapai
l. Pembentukan jejaring kerjasama dengan 29 rumah sakit dan klinik. Untuk
klinik merupakan jejaring Puskesmas, sedangkan rumah sakit diharapkan
bisa melakukan secara mandiri
m. Puskesmas Bungus mendapat bantuan dana dari Yayasan Kasih Suwitno
(YKS) khusus untuk layanan LSL dan kelompok resiko dengan kerjasama
antara Dinas Kesehatan dan RS Yos Sudarso sehingga tahun 2017
Puskesmas Bungus dan Seberang Padang menjadi layanan satelit ARV
dengan tim yang dilatih oleh YKS secara in house training untuk
pengobatan
n. Kordinasi lintas program dan lintas sektor terkait penurunan kasus DBD,
seperti dikeluarkannya Surat Edaran Pencegahan DBD ke semua kantor
202
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

dan badan serta camat dan lurah di Kota Padang dan Peraturan Walikota
Padang tentang Pengendalian dan Penanggulangan DBD
o. Melakukan aksi cepat dengan membentuk bundo peduli jentik tingkat
kelurahan dan tim serdadu jentik di sekolah
p. Memantau PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) dan melakukan fogging pada
sekolah yang ada jentik, dimana sebelum di fogging dilakukan goro
terlebih dahulu. Foging di sekolah dilakukan pada hari libur
q. Untuk pemberantasan hewan penular rabies maka dilakukan koordinasi
dengan dinas kehewanan setempat baik tingkat kota maupun tingkat
kecamatan
r. Penyuluhan kepada masyarakat tentang tatalaksana kasus gigitan HPR dan
pencegahannya
s. Sosialisasi dengan petugas rumah sakit dan klinik serta bidan swasta,
karena pertolongan pertama masyarakat untuk kasus gigitan HPR banyak
yang datang ke bidan atau klinik pratama
t. Sosialisasi dengan petugas Puskesmas dan dokter umum tentang
tatalaksana pnemonia dan target pnemonia yang baru
u. Dinas Kesehatan memberikan bantuan alat sound timer untuk membantu
hitung nafas anak sebagai deteksi pneumonia
v. Untuk dokter memperhatikan lagi gejala yang muncul dari pasien apakah
pnemonia atau bukan pnemonia. Begitu juga dengan petugas yang dinas di
Puskesmas pembantu jika tidak ada dokter maka konsulkan dan
koordinasikan dengan dokter yang ada di Puskesmas tentang diagnosa
pnemonia
w. Sosialisasi deteksi dini hepatitis pada tenaga kesehatan baik dengan kepala
Puskesmas, dengan petugas P2M dan petugas KIA
x. Dinas Kesehatan juga sudah menyediakan format pelaporan untuk kroscek
data ibu hamil yang dites dan memantau yang positif agar anaknya juga
dipantau sampai umur 9 bulan untuk di tes ulang lagi walaupun sudah
dapat vaksin HB 0 dan HbIg

203
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

y. Petugas harus menkonfirmasi laporan yang dikirim oleh Puskesmas setiap


bulan, jika ada yang tidak cocok segera diperbaiki. Disamping itu juga
penting disampaikan kepada petugas tentang penatalaksanaan kasus diare,
karena petugas yang piket di BP sering berganti, sehingga tidak semuanya
memahami protap diare. Begitu juga dengan petugas yang dinas di
Puskesmas pembantu dan layanan lainnya di wilayah kerja Puskesmas
z. penyelidikan epidemiologinya oleh petugas Puskesmas dengan koordinator
petugas dari Dinas Kesehatan
aa. Setiap kasus malaria positif maka dilakukan pemeriksaan kontak pada 25-
30 orang yang tinggal disekitar penderita termasuk anggota keluarganya
bb. Dilakukan koordinasi dengan petugas rumah sakit dan Puskesmas tentang
penatalaksanaan kasus malaria. Untuk obat malaria kebutuhannya diminta
ke Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, dan obat diberikan gratis
kepada pasien
cc. Melakukan sosialisasi tingkat kota dan Puskesmas tentang rencana
kegiatan survey, ikut terlibat langsung dalam kegiatan SDJ di lapangan
malam hari bersama Puskesmas.
dd. Menggerakkan peran lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas untuk
mengajak warga berpartisipasi untuk disurvey. Memberikan bantuan dana
operasional untuk petugas dan kader yang turun dari alokasi dana DKK
ee. Untuk sasaran yang tidak sekolah obat cacing diberikan di posyandu
ff. Untuk pencegahan penularan penyakit kusta dengan menjelaskan kepada
keluarga apa itu penyakit kusta dan cara penularannya dan memberikan
penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit kusta akan menular hanya jika
kontak dalam waktu lama, jika hanya bersalaman tidak akan menularkan.
Penyebaran informasi juga melalui pamflet atau selebaran lainnya di
bagian informasi Puskesmas yang bisa dibaca oleh pengunjung yang
datang ke Puskesmas
gg. Meningkatkan penjaringan kasus kusta melalui petugas surveilan
Puskesmas karena penyakit kusta biasanya kurang dimengerti oleh
masyarakat.
204
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

hh. Setiap sampel yang diambil untuk pemeriksaan ILI dikirimkan ke pusat
badan litbangkes kemudian hasilnya dikirimkan ke Dinas Kesehatan.
Penanggungjawab ILI di tingkat Kota merekap laporan sampel yang
dikirim setiap minggu melalui aplikasi dan dikirimkan melalui surat
elektronik

1.3.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,


Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Aditif
1.3.3.1 Masalah
a. Rendahnya pelaksanaan skrining pelayanan kesehatan usia produktif baik
di Puskesmas dan posbindu sehingga penderita penyakit tidak menular
tidak terjaring sesuai dengan target program. Hal ini juga disebabkan
keterbatasan posbindu kit di Puskesmas
b. Rendahnya capaian pemeriksaan iva pada wanita usia subur di 22
Puskesmas di Kota Padang sehingga capaian iva untuk Kota Padang tahun
2017 hanya sebesar 46,00 %
c. Sering berganti-gantinya pengelola PTM dan petugas IVA di Puskesmas
membuat pelatihan yang diberikan untuk kelancaran program tidak
berjalan sesuai dengan harapan
d. Masih adanya pengelola program penyakit tidak menular di Puskesmas
yang belum mengerti tentang pencacatan dan pelaporan kasus dan
kunjungan surveilans penyakit tidak menular, sehingga keterisian jenis
penyakit tidak menular belum maksimal
e. Masih rendahnya pelaporan secara online pada portal PTM sehingga data
online tidak dapat dipedomani sebagai data kasus PTM Kota Padang di
tingkat pusat
f. Masih kurangnya kunjungan rumah dan penyuluhan terhadap keluarga dan
pasien dengan masalah kesehatan jiwa
g. Masih ada petugas Puskesmas yang masih belum mengerti tentang
pencatatan dan pelaporan masalah kesehatan jiwa

205
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. Kegiatan program jiwa di Puskesmas masih terfokus pada pengobatan


pasien yang datang ke Puskesmas
i. Masih belum maksimalnya sosialisasi dengan lintas sektor terkait
j. Masih kurangnya pemahaman lintas sektor terkait tentang hasil
pemeriksaan yang positif tidak akan membawa dampak negative terhadap
instansinya
k. Masih kurangnya dana untuk penjangkauan dan sosialisasi untuk
perpanjangan tangan ke Puskesmas dalam pelaksanaan deteksi dini
penyalahgunaan napza
1.3.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Meningkatkan skrining PTM di Puskesmas dan posbindu kelurahan,
sekolah serta perkantoran guna menjaring penderita penyakit tidak
menular di masyarakat Kota Padang
b. Meningkatkan deteksi dini kanker leher rahim bagi wanita usia subur yang
telah menikah agar dapat mengurangi angka resiko kanker serviks di
Indonesia khususnya Kota Padang
c. Dibutuhkan kerjasama Pimpinan Puskesmas untuk dapat mempertahankan
pengelola program PTM dan petugas IVA yang telah terlatih minimal 5
tahun agar pelatihan yang telah diberikan dapat diaplikasikan dengan
maksimal
d. Dibutuhkannya kerjasama antara pengelola program PTM dengan petugas
yang ada di BP Umum dan BP Lansia agar angka kasus dan kunjungan
pada pasien penyakit tidak menular tidak tumpang tindih
e. Diharapkan pengelola program PTM untuk dapat mengentrikan pelaporan
PTM secara online pada portal PTM secara rutin baik di Puskesmas
maupun di posbindu
f. Meningkatkan kunjungan rumah dan penyuluhan terhadap keluarga dan
pasien dengan masalah kesehatan jiwa oleh petugas
g. Mengadakan rapat pengelola program kesehatan jiwa untuk membahas
mengenai pencatatan dan pelaporan masalah kesehatan jiwa serta masalah
lainnya
206
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

h. Mengadakan Pertemuan Peningkatan Kapasitas bagi Petugas Kesehatan


Jiwa Puskesmas untuk meningkatkan pemahaman petugas tentang deteksi
dini masalah kesehatan jiwa
i. Melakukan workshop tentang deteksi dini penyalahgunaan napza dengan
lintas sektor terkait
j. Melakukan Bimtek untuk petugas Puskesmas dalam rangka deteksi dini
penyalahgunaan napza di Kota Padang

1.4 Bidang Pelayanan Kesehatan


1.4.1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
1.4.1.1 Masalah
a. Rata-rata visit rate Puskesmas mencapai 2,03 yang menggambarkan
kurangnya pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat
b. Puskesmas belum secara optimal melaksanakan program yang menjadi
tugasnya dan belum melaksanakan manajemen Puskesmas dengan baik
c. Jumlah tenaga medis dokter umum sangat kurang di Puskesmas
d. Rendahnya angka kunjungan BPJS dibanding kunjungan umum
e. Pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas lebih banyak kuratif daripada
promotif dan preventif, dan untuk beberapa Puskesmas terdapat ratio cabut
: tambal jauh melebihi target
f. Program Perkesmas belum terlaksana secara maksimal. target 1 perawat 2
KK binaan setiap bulannya belum tercapai, begitu juga dengan dokumen
asuhan keperawatan yang belum lengkap
g. Pemeriksaan laboratorium sederhana di Puskesmas belum berjalan
maksimal
h. Pemanfaatan Puskesmas Pembantu oleh masyarakat masih rendah terlihat
dari jumlah kunjungan yang masih sedikit
1.4.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Melengkapi sarana dan prasarana Puskesmas terutama alat-alat dan bahan
laboratorium, serta melengkapi peralatan gigi Puskesmas
b. Melatih pemegang program berkaitan dengan penyakit khusus
207
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. Meningkatkan pelayanan di Puskesmas dan jaringannya


d. Menganjurkan pada rumah sakit, agar melengkapi kebutuhan dokter
spesialis tetap untuk penetapan kelas rumah sakit
e. Rehabilitasi sarana dan melengkapi prasarana di Puskesmas Pembantu
untuk kelancaran pelayanan

1.4.2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan


1.4.2.1 Masalah
a. Peserta yang diundang untuk acara tidak sesuai dengan yang diminta dan
transfer ilmu juga tidak sampai baik ke manajemen ataupun pengelola
langsung
b. Beberapa pengelola rumah sakit kadang tidak memahami dan tidak mau
tau dengan regulasi yang ada sehingga sering terjadi kesalahan persepsi
dalam pemenuhan persyaratan baik izin mendirikan maupun izin
operasional rumah sakit
c. Penilaian berdasarkan dokumen yang dikirim dengan dokumen yang ada
atau keadaan lapangan tidak sesuai, sehingga membutuhkan waktu lagi
untuk pemenuhan persyaratan credensialing sesuai aturan
d. Tingkat kepatuhan dan tingkat kebenaran dan keakuratan laporan rumah
sakit berbeda-beda sehingga pada waktu merekap laporan ada angka-angka
ganjil yang ditemui.
1.4.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai komunikasi melalui WA
dan telfon dengan rumah sakit, setiap ada kesempatan baik dalam
pembinaan langsung ataupun melalui WA menyampaikan informasi yang
berkaitan dengan rumah sakit
b. Melibatkan Kepala Bidang dan Kepala Dinas dalam memberikan
penjelasan, juga berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi maupun
dengan Kementerian Kesehatan
c. Secara persuasive meminta kepada rumah sakit untuk pemenuhan
persyaratan credensialing sesuai dengan aturan yang berlaku
208
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

d. Berkomunikasi aktif via WA ataupun telpon baik dengan pengelola


pelaporan rumah sakit maupun dengan manajemen

1.4.3 Seksi Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu


1.4.3.1 Masalah
a. Pelaksanaan survey akreditasi untuk Puskesmas tidak sesuai dengan
roadmap yang telah diusulkan, sehingga survei banyak dilakukan pada
triwulan ke IV
b. Kekurangan staf atau tenaga untuk golongan IV dan golongan III sehingga
pembinaan sarana kesehatan hanya dapat dilakukan sebanyak 109 sarana
dari target 120 sarana
c. Dalam penyelenggaran penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga
Kesehatan Teladan, masalah yang dihadapi antara lain masih sulitnya
untuk mengumpulkan dokumen persyaratan dan penilaian Puskesmas
Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan, keterbatasan jumlah juri
penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan
1.4.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
b. Mengajukan permohonan penambahan staf atau tenaga di seksi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu dan mengoptimalkan anggota
tim dalam melakukan sosialisasi dan pembinaan sarana bidang kesehatan
sehingga target dapat tercapai
c. Berupaya dengan melakukan advokasi dan komunikasi dengan Pimpinan
Puskesmas yang mengikuti penilaian dan didukung oleh dukungan Kepala
Dinas dan Pejabat Struktural Dinas Kesehatan Kota Padang

1.5 Bidang Sumber Daya Kesehatan


1.5.1 Seksi Kefarmasian
1.5.1.1 Masalah
a. Belum berjalannya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Kefarnasian, Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 73
209
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan


Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek,
karena pada jam buka Apotek tidak semua apoteker yang memberikan
pelayanan kefarmasian (konseling) langsung kepada pasien, dan masih
ada juga apotek tidak mempunyai tenaga teknis farmasi, bahkan
pelayanan kefarmasian dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai
wewenang (selain tenaga kefarmasian)
b. Masih ditemukan toko obat yang melanggar Kepmenkes No. 1331 Tahun
2002 Tentang Pedagang Eceran Obat, misalnya tidak mempunyai Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) sebagai penanggung jawab toko obat, menjual
obat keras dan tidak mempunyai izin operasional.
c. Manajemen pengelolaan obat di Puskesmas masih ada yang perlu
ditingkatkan dan ditertibkan misalnya cara penyimpanan obat (masih ada
yang belum menggunakan sisten FEFO- FIFO), suhu digudang obat masih
ada yang sesuai aturan, cara pemusnahan obat yang tidak memenuhi syarat
dengan benar, masih ditemukan obat yang telah expire date yang belum
dimusnahkan, dan di beberapa Puskesmas juga masih ada ditemukan
penyimpanan obat tanpa dialas dialas pallet tetapi langsung ditempat diatas
lantai
d. Masih ditemukan makanan minuman yang belum menganti nomor
Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga ( P-IRT) dengan 15 digit atau
belum sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat &
Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal 05
April 2012 tentang Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT).
e. Masih ada pangan jajanan yang disinyalir mengandung bahan berbahaya
yang dilarang untuk dikomsumsi (Rhodamin B), serta penambahan bahan
pemanis buatan yang melebihi takaran misalnya dengan menambahkan
Siklamat
f. Masih ditemukan toko makanan-minuman/swalayan/distributor menjual
makanan-minuman yang kurang memperhatikan tanggal kadaluarsa dan
rusak/tidak layak dikonsumsi ataupun makanan-minuman yang tidak
210
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

memenuhi syarat/tidak ada izin edar, yang izin edar P-IRT yang tidak
berlaku lagi
g. Di Pasar Aman, masih ditemukan pedagang/penjual pangan yang
menyediakan atau menjual pangan yang mengandung bahan kimia
berbahaya (Boraks dan Rhodamin) pada cabe giling dan kanji dalimo
1.5.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelola obat di apotek
swasta dan instalasi farmasi yang masih belum memenuhi ketentuan
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarnasian,
Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Peraturan Menteri Kesehatan RI.
Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek, karena pada jam buka Apotek
tidak semua apoteker yang memberikan pelayanan kefarmasian
(konseling) langsung kepada pasien, dan masih ada juga apotek tidak
mempunyai tenaga teknis farmasi, bahkan pelayanan kefarmasian
dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai wewenang (selain tenaga
kefarmasian)
b. Apotek sebagai tempat melakukan pekerjaan kefarmasian terus
diupayakan pengelolaan obatnya dilakukan oleh apoteker sebagai
penanggung jawab penuh atau oleh tenaga teknis kefarmasian . Setiap
mutasi obat harus selalu dipantau oleh apoteker. Pemesanan obat harus
menggunakan surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker,untuk
menghindari pemesanan obat palsu (obat yang tidak punya izin edar). Dari
hasil supervisi Seksi Kefarmasian, kurangnya kehadiran apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggung jawab dan pelaksana teknis
di apotek menyebabkan pengelolaan obat diambil alih oleh pemilik apotek
( PSA ) yang memiliki latar belakang non farmasi, terutama apotek yang
dulunya berstatus sebagai toko obat
c. Untuk pemantauan apotek tersebut perlu pengawasan secara berkala,
terutama menertibkan kehadiran apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
dan meningkatkan kinerja tenaga teknis farmasi tersebut agar membenahi
211
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

manejemen apotek yang dikelolanya. Bagi Apotek yang melanggar


ketentuan Kepmenkes tersebut diatas, diberikan Peringatan atau Peringatan
Keras yang akhirnya sampai pada Penghentian Sementara Kegiatan
(PSK).
d. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) /Asisten Apoteker sebagai penanggung
jawab toko obat tidak ada pada jam buka toko obat sehingga
pengelolaan toko obat diambil alih oleh pemiliknya. Hal ini
menyebabkan terjadinya pelanggaran yang tidak sesuai dengan
Kepmenkes No. 1331 Tahun 2002 tentang Pedagang Eceran
Obat, yaitu pemilik toko obat bahkan juga melayani penjualan
obat keras (Obat Daftar G). Pembinaan dan pengawasan dari Seksi
Kefarmasi terutama mendata toko obat yang tidak mempunyai izin
operasional dan memberikan Peringatan/Teguran pada toko obat yang
belum mempunyai izin serta melakukan pelanggaran dalam pengelolaan
obat, termasuk menegur Asisten Apoteker/TTK penanggung jawabnya,
supaya hadir ke toko obat untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian.
e. Upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap & motivasi
serta upaya manajerial dengan memberikan tuntunan kepada pemberi
pelayanan dalam melakukan praktek pengobatan. Misalnya dengan
memberlakukan pedoman pengobatan dasar, daftar obat esensial untuk
pemilihan obat, penggunaan obat yang rasional (POR) dengan menerapkan
sistem pemantauan dan supervisi serta umpan balik terhadap penggunaan
obat generik, dan POR
f. Melakukan pembinaan dan pengawasan serta menyarankan kepada
pengelola industri rumah tangga yang masih memiliki Sertifikat Industri
Rumah Tangga Pangan dengan kode SP-IRT agar ditukar/diganti dengan
(P-IRT), sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat
& Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal
05 April 2012 tentang Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT).
g. Melakukan penyuluhan dan menerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah
Tangga (P-IRT), bagi industri rumah tangga yang belum mempunyai label
212
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

tetapi telah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Surat Keputusan


Kepala Badan Pengawasan Obat & Makanan Republik Indonesia Nomor :
HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal 05 April 2012
h. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana distributor
makanan-minuman yang masih mengedarkan makanan-minuman yang
tidak memenuhi syarat untuk dikomsumsi misalnya telah kadaluarsa,
rusak/ ataupun makanan tidak ada izin edar.
i. Secara berkala melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pedagang/penjual pangan yang mengandung bahan kimia berbahaya
(Rhodamin B), khususnya di Pasar Aman (Pasar Alai, Lubuk Buayo,
Tanah Kongsi, Pasar Banda Buek) terhadap pedagang/penjual yang masih
menyediakan dan menjual kerupuk nasi dan kanji dalimo, dari hasil
pembinaan ini masih ditemukan kerupuk nasi yang diduga mengandung
borak dan rhodamin B dalam kanji dalimo
j. Pembinaan dan pengawasan terhadap pedagang PJAS di beberapa sekolah,
dan memberikan saksi administrasi terhadap PJAS yang tidak memenuhi
syarat
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap sarana P-IRT, dan menjatuhkan
sanksi terhadap penanggung jawab P-IRT yang tidak memenuhi syarat.

1.5.2 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan


Seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana Kesehatan
1.5.2.1 Masalah
a. Masih ada tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku, yaitu mengikuti pendidikan lebih dulu baru
mengurus SK izin belajar
b. Masih ada tenaga kesehatan analisis labor yang pendidikannya D1 tidak
bisa mengikuti program Recovery Pendidikan Lampau (RPL), disebabkan
karena jurusannya analisis kimia sedangkan program RPL
memprioritaskan analisis kesehatan

213
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

c. Jumlah masyarakat Kota Padang yang menjadi peserta JKN aktif hanya
74,17 % dari target 80 %.
d. Masih ditemukannya data Peserta Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato
(JKSS)/PBI APBD yang diusulkan dari kelurahan Ganda dengan PBI
APBN, Mandiri dan Pegawai Swasta
e. Jumlah kunjungan peserta JKN ke Puskesmas menurun dari tahun 2016
yaitu 501.142 kunjungan menjadi 471.449 kunjungan tahun 2017. Hal ini
disebabkan banyaknya peserta JKN mandiri yang menunggak sehingga
kartunya dinonaktifkan oleh BPJS kesehatan.
f. Persentase rujukan spesialistik lebih dari target 15 % yaitu 16,52%.
g. Masih ada tenaga kesehatan yang memperpanjang SIP setelah masa
berlaku STP/SIP habis
h. Masih ada tenaga analis labor di Puskesmas yang tidak bisa diterbitkan
SIP ATLM, karena pendidikan D1 analis kimia
i. Masih ditemukannya tenaga medis di Puskesmas yang habis masa berlaku
SIP sudah lebih dari satu tahun.
1.5.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Memberikan pembinaan serta arahan kepada Pegawai tersebut sebelum
mengikuti pendidikan agar mengurus SK izin belajar
b. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar agar D1
analisis kimia dapat diusulkan untuk mengikuti program RPL
c. Meningkatkan sosialisasi tentang JKN khususnya bagi masyarakat yang
belum berasuransi atau belum menjadi peserta JKN termasuk bagi
masyarakat yang non aktif karena menunggak agar melunasi tunggakannya
dan bagi peserta mandiri kelas III menunggak dengan kriteria
miskin/kurang mampu dipindahkan menjadi peserta PBI APBD atas
usulan pihak kelurahan tanpa harus melunasi tunggakannya
d. Melakukan rekonsiliasi data JKSS minimal 1 kali 3 bulan dengan Kasi PM
Kelurahan, TKSK dan PSM yang ada di kelurahan
e. Menginformasikan ke kelurahan agar mengingatkan warga yang
menunggak melunasi tunggakannya, dan melakukan koordinasi dengan
214
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

Baznas untuk dapat membantu membayarkan tunggakan peserta JKN


mandiri
f. Melakukan pembinaan ke Puskesmas agar meningkatkan KIE terhadap
pasien yang meminta rujukan atas permintaan sendiri bukan sesuai
indikasi medis
g. Memberikan edaran ke seluruh sarana yang ada serta melakukan
pembinaan bahwa perpanjangan STR diusulkan enam bulan sebelum
berakhir
h. Menganjurkan agar tenaga labor tersebut melanjutkan pendidikan ke
jenjang D3
i. Memberikan pembinaan serta mengingatkan kalau SIP tidak diperpanjang
maka nakes tersebut tidak boleh melakukan pelayanan dan tidak bisa
dibayarkan jasa medisnya sesuai arahan Kepala Dinas.

1.5.3 Seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana Kesehatan


1.5.3.1 Masalah
a. Pada pekerjaan pisik: Pembebasan lahan, pengurusan IMB masihmenjadi
masalah klasik untuk pembangunan Puskesmas maupun Puskesmas
pembantu
b. Pada pekerjaan Rehabilitasi: Persoalan addendum pekerjaan, permintaan
user, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskeskel, sesuai dengan tuntutan
kebutuhan
c. Pengadaan melalui e-Katalog: Penyusunan HPS yang tidak sesuai dengan
harga e-Katalog, karena terjadi perubahan harga pada e-katalog, disamping
itu adanya keterlambatan harga addendum e-katalog LKPP yang membuat
keterlambatan pemilihan pengadaan
d. Pengadaan secara e-tendering: Keterlambatan dalam penyusunan DED
yang menyesuaikan harga satuan PU dan asistensi dengan pihak terkait
(PU-Tarkim) untuk pengesahan dokumen perencanaan pisik

215
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

1.5.3.2 Upaya yang Dilakukan


a. Melakukan koordinasikan dengan Kepala Puskesmas untuk berpartisipasi
dalam pengamanan/ pembebasan lokasi pekerjaan
b. Menyusun Rancangan RAB, RSK, Spect, Gambar, pada saat pra DPA, dan
melakukan koordinas dengan Kepala Puskesmas dan tidak menampung
perubahan lagi pada saat pelaksanaan
c. Pada DPA tahun 2018 diharapkan harga satuan barang tidak lagi
dicantumkan sehingga mudah penyesuaian dengan hargab pada e-katalog
d. Penyusunan DED sebelum pelaksanaan pisik dilaksanakan sesuai dengan
arahan kepala Bappeda dan Kabag Pembangunan Kota Padang

216
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2017 EDISI 2018

BAB IX PENUTUP

Pada tahun 2017 Dinas Kesehatan telah melaksanakan 21 program yang


terdiri dari 92 kegiatan. Untuk tercapainya indikator yang telah ditetapkan dalam
program dan kegiatan, Dinas Kesehatan Kota Padang telah menyusun kebijakan
yang selanjutnya dirinci dalam bentuk kegiatan yang dilakukan pada tahun 2017.
Dalam mencapai tujuannya, Dinas Kesehatan Kota Padang melaksanakan
kegiatan dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik secara lintas
program maupun lintas sektor.
Pembangunan Kesehatan oleh Dinas Kesehatan tahun 2017 secara umum
dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan kegiatan tahun 2017 mempunyai kendala
dan hambatan dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan anggaran,
tenaga kesehatan dan sarana prasarana penunjang kegiatan, yang secara umum
dapat mengganggu pencapaian tingkat kinerja. Namun demikian Dinas Kesehatan
Kota Padang tetap berupaya semaksimal mungkin dengan mendayagunakan
anggaran, tenaga kesehatan dan sarana prasarana yang ada untuk mencapai kinerja
yang maksimal.
Demikianlah laporan tahunan 2017 Dinas Kesehatan ini disusun semoga
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

217

You might also like