Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Mahasiswa mengetahui definis-penatalaksanaan terkait aspirasi mekonium.
Mahasiswa paham terkait aspirasi mekonium.
1
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome) adalah sekumpulan gejala disfungsi
pernafasan yang terjadi karena cairan amnion yang mengandung inhalasi oleh janin. Aspirasi
mekonium merupakan suatu keadaan serius yang menjadi salah satu penyebab kematian bayi
baru lahir.
2.2 Epidemiologi
Pada lebih dari 500.000 kelahiran/tahun yang mewakili 8%-20% dari semua kelahiran,
terdapat mekonium pada cairan amnion. Insidens meningkat sejalan pertambahan usia gestasi.
Insidensi lebih tinggi terjadi pada bayi Afrika Amerika (1,5 kali lebih tinggi daripada orang kulit
putih). Mekonium ditemukan dibawah pita suara pada 20%-30% kasus tanpa penghisapan dan
pada ketiadaan reapirasi spontan saat kelahiran. Antara 3% dan 33% bayi mengalami aspirasi
mekonium syndrom. Resiko aspirasi mekonium meningkat dengan adanya mekonium yang
kental dan depresi pernapasan saat kelahiran. Kematian terjadi pada 4%-19% bayi yang
mengalami aspirasi mekonium.
Kejadian aspirasi mekonium syndrom merupakan masalah yang paling sering dihadapi
spesialis anak dan spesialis kebidanan. Di amerika serikat diperkirakan 520.000(lebih dari 12 %
kelahiran hidup) dipersulit dengan adanya pewarnaan air ketuban keruh dan 35 % diantaranya
berkembang menjadi aspirasi mekonium syndrom. Sekitar 30 % neonatus dengan aspirasi
mekonium syndrom akan membutuhkan ventilasi mekanik, 10 % berkembangn menjadi
pneumotoraks, dan 4 % adalah meninggal. Sekitar 1,3 % dari seluruh populasi bayi lahir hidup
mempunyai komplikasi air ketuban keruh dan hanya 5 % bayi baru lahir dengan AKK
berkembang menjadi aspirasi mekonium syndrom. Dari penelitian Yoder dkk menyatakan bahwa
adanya penurunan insidens aspirasi mekonium dari 5.8 % sampai 1,5 % terjadi selama periode
tahun 1990-1997 yang mendukung penurunan insidens kematian 33 % pada bayi dengan umur
kehamilan lebih dari 41 minggu
Mekonium didalam air ketuban dapat juga secara sederhana menunjukkan maturasi fungsi
cerna janin. Insidensi jarang terjadi pada usia gestasi 37 minggu dan lebih meningkat sesudah 37
minggu.
2
2.3 Etiologi
- Asfiksia fetal
Prolonged labour
Peningkatan aktivitas usus janin.
Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar
(intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin.
Riwayat persalinan postmatur
Riwayat janin tumbuh lambat
Riwayat kesulitan persalinan, riwayat gawat janin
Riwayat persalinan dengan air ketuban bercampur mekonium
3
Obstruksi jalan napas akibat atelectasis dan pneumonitis dapat terjadi
Rontsen dada ditandai dengan bercak-bercak infiltrate, corakan kedua lapangan paru kasar,
diameter anteroposterior bertambah, diafragma mendatar
2.6 Patofisiologi
4
2.7 Komplikasi
Sindrom kehabisan udara (sekitar 20%-30% kasus)
Emfisema interstitial paru
Hemoragi paru
Edema paru
Hipertensi paru persisten
Pneumonia
Asfiksia berat
Infeksi (mekonium merupakan media terbaik untuk tumbuhnya bakteri)
Trombositopenia
Anemia
Gagal jantung kongestif
Hipotensi
Anemia
Asidosis metabolik
Retardari mental
Paralisis serebral
Kejang
Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orang tua
5
9. Pemeriksaan sitokinin, dan deteksi kuman patogen
10. Pemeriksaan sinar X menunjukkan hiperinflasi (dalam beberapa jam setelah melahirkan)
11. Penampilan dada dan/abdomen menggembung
12. Mekonium dalam cairan amniotik
13. Mekonium terlihat dibawah pita suara
2.9 Penatalaksanaan
Medis:
Saat kepala lahir ( sebelum pelahiran bahu bayi) , jalan napas harus dibersihkan dengan alat
isap DeLee.
Visualisasi dan pengisapan trakea dilakukan kemudian. Jika mekonium berada pada atau di
bawah pita suara, intubasi harus dilakukan berulang kali sampai penghisapan menghasilkan
cairan jernih. Tujuannya adalah membersihkan partikulat mekonium dari jalan napas,
idealnya sebelum bayi dapat menghirup napas pertama dan mengaspirasi mekonium ke
dalam paru-paru.
Mekonium yang di muntahkan ke dalam orofaring dari lambung yang terlalu merging akibat
ventilasi dengan kantong dan masker seringkali teraspirasi. Maka keadaan ini adalah contoh
bahwa tindakan mengosongkan isi lambung sangat berpengaruh.
Surfaktan eksogen, percobaan klinis telah menunjukan bahwa dengan menggunakan
sulfaktan untuk penanganan sindrom asfiksia mekonium telah mengakibatkan peningkatan
oksigenasi, memerlukan bantuan respirasi yang lebih sedikit dan atau waktu perawatan
dirumah sakit menjadi lebih pendek. Sirfaktan dapat menjadi suatu penanganan sindrom
aspirasi mekonium yang rutin bersamaan dengan alkalinisasi, nitrir oksida (NO) , ventilasi
frekuensi tinggi ( High- Frequency Ventilation, HFV) dan oksigenasi membrane
ekstrakorporeal ( Extracorporeal membrane oxygenation, ECMO)
Keperawatan:
Penghisapan pada hidung dan tenggorokan bayi, sebeluh pengambilan napas pertama
unutk menghindari aspirasi mekonium
Persiapkan unutk mengintubasi bayi dan isap mekonium dari trakea dan bronki segera
setelah lahir
Melakukan pengambilan specimen unutk analisis gas darah
Pemeriksaan radiograri
Monitoring penggunaan peralatan oksigenasi
6
Pantau dan pertahankan suhu tubuh unutk mencegah stress akibat kedinginana
Pantau tanda-tanda komplikasi
Persiapkan unutk memberikan terapi NO, HFV atau ECMO sesuai anjuran
Lakuakan drainase postural dan vibrasi unutk membantu meningkatkan pembeesihan
mekonium yang masih tersisa dari paru-paru
Dukunagn kepada orang rtua bati dan menjelaskan tindakan penanganan unutk
menghilangkan ketakutan dan ansietas mereka.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
Daftar Pustaka
Betz, Cecily Lynn. 2009. Edisi 5. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : EGC
Betx, Cecily Lynn. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.Edisi 5. Jakarta : EGC
Leveno,J Knneth., 2004, Obstetri Williams : Panduan Ringkas.Edisi 21. Jakarta: EGC
Bets, Cecili Lyn., 2004.Buku saku keperawatan pediatric. Edisi 5. Jakarta : EGC
Mandera, dr.Lydia, 1997. Buku saku dokter keluarga. Edisi 3. Jakarta : EGC
Ester, Monica, 1993. Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi.
Jakarta : EGC