Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh
MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
pengampu Ns. Ratna Sari Hardiani.,S.Kep., M.Kep
Oleh
ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada Anak”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih Kepada:
Penulis
iii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ................................................................... 3
2.1 Pengertian ................................................................................ 3
2.2 Epidemiologi............................................................................. 5
2.3 Etiologi ..................................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................... 8
2.5 Patofisiologi .............................................................................. 10
2.6 Komplikasi ............................................................................... 12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................... 13
2.8 Penatalaksanaan Medis .......................................................... 13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ....................................... 16
3.1 Pengkajian ............................................................................... 16
3.2 Diagnosa ................................................................................... 21
3.3 Intervensi ................................................................................. 21
3.4 Implementasi ........................................................................... 34
3.5 Evaluasi .................................................................................... 37
BAB 4. PENUTUP .................................................................................. 41
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 41
4.2 Saran ......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
ditemukan 1 kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah
2:1, dan kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga
mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat
badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain
(Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi
cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada
bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya
suatu tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan
dan pembaca mengenai “ Asuhan Keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus)
pada Anak”.
2.1 Pengertian
2
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung
bawaan (PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan
penutupan secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk.,
2015)
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas
3
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai
mengalir untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak
diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari
pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi
melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka
(paten) dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA).
Pembukaan antara aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen
(merah) menyebar ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali
lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford
Children’s Health, 2017)
4
Gambar 1.2 Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus Paten
( Sumber: Wahab, 2009)
Gambar 1.3 Perbandingan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Pada Jantung
Normal Dan Paten Ductus Arteriosus
(Sumber : Wahab, 2009)
2.2 Epidemiologi
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang
paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital.
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1
5
kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan
kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami
PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan <1200
gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain (Wahab,
2009).
Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi cukup bulan
dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang
bulan terutama dengan berat lahir rendah. Sedangkan insiden pada bayi cukup
bulan (BCB) lebih kecil yaitu, 1 per 2000 kelahiran. Di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
insiden PDA pada bayi kurang bulan (BKB) dilaporkan 32%, sedangkan di
Departemen IKA Rumah Sakit Moh.Hoesin (RSMH) Palembang dilaporkan
insiden pada bayi usia gestasi <37 minggu sebanyak 58,7% (Sari dkk., 2015).
2.3 Etiologi
6
Sedangkan menurut Wahab (2009), prematuritas dianggap sebagai penyebab
terbesar timbulnya patent duktus arteriosus (PDA). Pada bayi prematur, gejala
cenderung timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress
pernafasan. Paten duktus arteriosus (PDA) juga lebih sering terdapat pada anak
yang lahir di tempat yang tinggi atu di daerah peguungan. Hal ini terjadi karena
adanya hipoksia dan hipoksia ini menyebabkan duktus gagal menutup. Selain itu
penyakit rubella yang terjadi pada trimester I kehamilan juga dihubungkan dengan
terjadinya duktus arteriosus paten. Bagaimana infeksi rubella pada ibu dapat
menganggu proses penutupan duktus ini belum jelas diketahui, tetapi diduga
bahwa infeksi rubella ini mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus.
Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah
1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu
(terkait dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri
pulmonalis), sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat,
termasuk ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan
paru-paru yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar
7
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin,
ketinggian tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.
8
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau
usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2009).
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk
a. Patofisiologi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
9
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S. 2009 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2009)
b. Pathway PDA
Menurut Ganes dkk.,(2011):
Setelah Lahir Gannguan Pertukaran gas
e. Resirkulasi darah
f. Aliran darah beroksigenasi tinggi Kebocoran jantung dari
g.
langsung dari aorta meningkat mengalir ke kiri ke kanan
ke arteri pulmoner paru
Makin besar cacat
h.
Ventrikel kiri berespon Beban jantung kiri
Tekanan meningkat
memenuhi kebutuhan meningkat
Dapat terjadi kebocoran
10 (pirau) kanan ke kiri
i. Penurunan curah
Pelebaran
j. dan hipertensi jantung
pada atrium kiri
Darah berkurang
Aliran ke paru ke tubuh
meningkat
11
2.6 Komplikasi
12
jantung kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut
dan berkembang secara tiba-tiba pada infark miokard.
13. Kegagalan pertumbuhan ( Ganes dkk., 2011)
13
dengan PDA kecil, penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
endokarditis, sedangkan pada PDA sedang dan besar untuk menangani gagal
jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonar.
Penatalaksanaan ini dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan
tujuan terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup. Jenis
obat yang sering diberikan adalah
a. Golongan obat-obatan steroid anti-inflamasi (indometasin/indosin).
Berfungsi untuk menekian produksi prostaglandin dengan cra menurunkan
aktivitas cyclo-oksigenase.
Dosis yang bisa diberikan yaitu 0,2 mg/kg IV pada 12 jam I, di ikuti 0,1 mg/kg IV
pada 12 jam berikutnya.
Kontraindikasinya: hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal, dan insufisiensi
ginjal.
Efek samping: nefritis, gagal ginjal, dan leukopenia.
b. Prostaglandin E1 (Alprostil, Prostin VR)
Berfungsi untuk mempertahankan patensi duktus arteriosus, terutama jika sudah
ada shunt dari kanan-ke-kiri (Sindrom Eisenmenger). Obat ini diberikan sebelum
tindakan operasi penutupan duktus dilakukan, dan efektif pada bayi prematur
Dosis awal: 0,05-0,1 mcg/kg/min IV
Dosis rumatan: 0,01-004 mcg/kg/min IV
Kontraindikasi: hipersensitivitas dan sindrom distress penafasan.
Efek samping: apnea, kejang, demam, hipotensi, dan penegangan aggregasi
trombosit.
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi.
Mortalitas tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara
umur beberapa bulan sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini
menyebabkan banyak dokter lebih aktif melakukan operasi pada umur muda
karena menunggu penutupan spontan mempunyai resiko lebih besar daripada
operasi.
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat
ditunda 3 bulan lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara
14
spontan. Indikasi untuk melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada
terapi medikamentosa, trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa
tehnik operasi yang dipakai untuk menutup duktus, seperti penutupan dengan
menggunakan tehnik cincin dan metode ADO (Amplatzer Duct Occlluder).
3.1 Pengkajian
I. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic
menutup dalam 4 minggu pertama. Insidens PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering pada bayi perempuan yaitu 2 x lebih banyak
terjadi daripada bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan insidennya sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.
II. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
III. Riwayat Kesehatan
15
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat
lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea (sesak), takipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya hidup
(diet, latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol,
stress, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta riwayat
penyakit kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan PDA.
Faktor kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit jantung
congenital, di dalam keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat
penyakit genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien PDA, karena
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
IV. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi,
penyakit virus maternal (misalnya: influenza, gondongan atau rubella)
atau usia ibu di atas 40 tahun saat hamil.
V. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi
perkembanganya.
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara
pemberian ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama
pemberian asi berapa tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan
anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
16
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan
kepada anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
VII. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
VIII. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas
aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta
mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu.
IX. Riwayat Spiritual
Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan bagaimana cara
keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada anak.
X. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi orang tua mengenai alasan mereka membawa anaknya ke
rumah sakit, bagaimana perasaan orang tua mengenai kondisi anak
saat ini apakah cemas, takut, khawatir atau biasa saja. Tanyakan juga
kepada orang tua apakah orang tua apakah selalu menemani saat di
rumah sakit.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi perasaan anak saat berada di rumah sakit apakah senang,
cemas, takut dll. Dan apakah anak selalu menangis saat di rumah
sakit.
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan Umum Klien
Pada anak dengan PDA biasanya lemah dan tidak bergairah.
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
b. Nadi : Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit);
(pada anak-anak : 80-90x/menit)
17
c. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak : 20-
30x/menit)
d. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas normal
(bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
4. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.
18
b. Hasil auskultasi toraks
19
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan
dalam paru.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
20
dari skala 1 2. Pastikan tingkat
(Deviasi berat aktivitas pasien yang
dari kisaran tidak membahayakan
normal) curah jantung atau
ditingkatkan memprovokasi
menjadi 3 serangan jantung.
3. Lakukan penilaian
(Deviasi sedang
komprehensif pada
kisaran normal)
sirkulasi pitmia
2. Indeks
jantung, termasuk
Jantung dari
gangguan ritme
skala 1 (Deviasi
perifer (misalnya cek
berat dari kisaran
nadi perifer, edema,
normal)
pengisian ulang
ditingkatkan
kapiler, warna dan
menjadi 3
suhu ekstremitas)
(Deviasi sedang
secara rutin sesuai
kisaran normal)
kebijakan agen.
3. Suara
4. Monitor tanda-tanda
jantung
vital secara rutin.
abnormal dari 5. Monitor disritmeia
skala 1 (Deviasi jantung, termasuk
berat dari kisaran gangguan ritme dan
normal) konduksi jantung.
6. Catat tanda dan
ditingkatkan
gejala penurunan
menjadi 3
curh jantung.
(Deviasi sedang
7. Monitor status
kisaran normal)
pernafasan terkait
4. Denyut nadi
denga adanya gejala
perifer dari skala
gagal jantung
1 (Deviasi berat
dari kisaran
21
normal)
ditingkatkan
menjadi 3
(Deviasi sedang
kisaran normal)
5. Suara
Jantung
abnormal dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 4
(ringan).
6. Intoleransi
aktivitas dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(sedang).
22
keluar masuknya pasien untuk
udara ke paru-paru memasukkan alat
serta pertukaran membuka jalan nafas
3. Gunakan tehnik
karbondioksida.
yang menyenangkan
1. Frekuensi
untuk memotivasi
pernafasan dari
bernafas dalam
skala 1 (deviasi
kepada anak-anak
berat dari kisaran
(misalnya meniup
normal)
gelembung, meniup
ditingkatkan
kincir, peluit,
menjadi skala 4
harmonika, balon,
(deviasi ringan
meniup bulu, dan
dari kisaran
sebagainya)
normal).
4. Kelola udara atau
2. Kepatenan jalan
oksigen yang di
nafas dari skala 1
lembabkan
(deviasi berat dari
sebagaimana
kisaran normal)
mestinya
ditingkatkan
5. Posisikan untuk
menjadi skala 4
meringankan sesak
(deviasi ringan
nafas.
dari kisaran 6. Monitor status
normal). pernafasan dan
3. Saturasi oksigen
oksigenasi
dari skala 1
sebagaimana
(deviasi berat dari
mestinya.
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
23
4. Tes faal paru
dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
3. Domain 3: Eliminasi dan Kriteria Hasil: 3320 Terapi Oksigen
Pertukaran Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Kelas 4. Fungsi Respirasi tindakan oksigen dan
(00030) Gangguan keperawatan 3 kali pemantauan mengenai
Pertukaran Gas 24 jam gangguan efektivitasnya.
Definisi: Kelebihan atau pertukaran gas pada 1. Pertahankan
defisit oksigenasi dan atau klien dapat teratasi. kepatenan jalan
eliminasi karbondioksida 0402 Status nafas.
2. Berikan oksigen
pada membran alveolar- Pernafasan:
tambahan seperti
kapiler. Pertukaran Gas
yang diperintahkan.
Definisi:
3. Monitor aliran
Pertukaran
oksigen hipoventilasi
karbondioksida dan
induksi oksigen.
oksigen di alveoli 4. Konsultasi
untuk dengan tenaga
mempertahankan kesehatan lain
konsentrasi darah mengenai
arteri. penggunaan oksigen
1. Tekanan Parsial tambahan selama
oksigen di darah kegiatan dan atau
arteri (PaO2) tidur.
dari skala 1
3350 Monitor
24
(Deviasi berat Pernafasan
dari kisaran Definisi: Sekumpulan
normal) data dan analisis
ditingkatkan keadaan pasien untuk
menjadi 3 memastikan kepatenan
(Deviasi sedang jalan nafas dan
kisaran normal). kecukupan pertukaran
2. Tekanan Parsial
gas.
karbondioksida
1. Monitor kecepatan,
di darah arteri
irama, kedalaman,
(PaCO2) dari
dan kesulitasn
skala 1 (Deviasi
bernafas.
berat dari kisaran 2. Monitor suara nafasa
normal) tambahan seperti
ditingkatkan ngorok atau mengi.
3. Monitor pola nafas
menjadi 3
(misalnya bradipneu,
(Deviasi sedang
takipneu,
kisaran normal).
3. pH arteri dari hiperventilasi, dan
skala 1 (Deviasi lain-lain)
4. Monitor saturasi
berat dari kisaran
oksigen pada pasien
normal)
yang tersedasi
ditingkatkan
(seperti SaO2,
menjadi 3
SvO2, SpO2) sesuai
(Deviasi sedang
protokol yang ada.
kisaran normal).
5. Catat perubahan
4. Keseimbangan
pada saturasi
ventilasi dari
oksigen, volume
skala 1 (Deviasi
tidal akhir
berat dari kisaran
karbondioksida, dan
normal)
perubahan nilai
ditingkatkan
25
menjadi 3 analisa gas darah
(Deviasi sedang dengan tepat.
6. Berikan bantuan
kisaran normal).
5. Sianosis dari resusitasi jika
skala 1 (sangat diperlukan.
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
6. Dispnea saat
istirahat dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
7. Dispnea dengan
istirahat dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
4. Domain 2: Nutrisi Kriteria Hasil: 1100 Manajemen
Kelas 1. Makan Setelah dilakukan Nutrisi
(00002) tindakan Definisi: Menyediakan
Ketidakseimbangn keperawatan 2 kali dan menigkatkan intake
Nutrisi: Kurang dari 24 jam nutrisi yang seimbang.
Kebutuhan Tubuh ketidakseimbangan Aktivitas-aktivitas:
Definisi: Asupan nutrisi nutrisi:kurang dari 1.Tentukan apa yang
tidak cukup untuk kebutuhan tubuh menjadi preferensi
memenuhi kebutuhan pada pasien dapat makanan pada
26
metabolik. teratasi. pasien)
2.Tentukan jumlah
10004 Status
kalori dan jenis
Nutrisi
nutrisi yang
Definisi: Sejauh
dibutuhkan untuk
mana nutrisi
memenuhi
dicerna dan diserap
persyaratan gizi.
untuk memenuhi
3.Monitor kalori dan
kebutuhan
asupan makana.
metabolik. 4.Bantu pasien untuk
1. Asupan gizi, mengakses program-
makanan dan program gizi
cairan dari skala komunitas, misalnya
1 ( sangat perempuan, bayi, dan
menyimpang anak, dan lain-lain)
dari rentang
normal) menjadi 1160 Monitor Nutrisi
skala 5 (tidak Definisi: Pengumpulan
menyimpang dan analisa data pasien
dari rentang yang berkaita dengan
normal) asupan nutrisi.
2. Energi dari skala
1. Monitor
1 ( sangat
pertumbuhan dan
menyimpang
perkembangan.
dari rentang 2. Monitor turgor
normal) menjadi kulit dan mobilitas.
3. Lakukan
skala 4 (sedikit
pemeriksaan
menyimpang
laboratorium ,
dari rentang
monitor hasilny
normal)
(misalnya serum
1020 Status Nutrisi: albumin, Hb, Ht,
Bayi imunitas, dan lain-
27
Definisi: Jumlah lain)
4. Tentukan
nutrisi dicerna dan
rekomendasi energi
diserap untuk
berdasarkan faktor
memenuhi
pasien (misalnya
kebutuhan
umur, berat badan,
metabolisme serta
tinggi badan, gender,
meningkatkan
dan tingkat aktivitas
petumbuhan bayi.
fisik).
1. Intake nutrisi
5. Tinjau ulang
dari skla 1 (tidak
sumber lain terkait
adekuat)
data status nutrisi
ditingkatkan 6. Mulai tindakan
menjadi skala 3 atau rujukan sesuai
(cukup adekuat). kebutuhan
2. Hidrasi dari skla
1 (tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3. Intake albumin,
kalori, protein,
lemak,
karbohidrat,
vitamin, mineral,
zat besi, kalsium,
sodium ari skla 1
(tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
28
Domain 4: Setelah dilakukan Energi
Aktivitas/Istirahat tindakan Definisi: Pengaturan
Kelas 4. Respons keperawatan 2 kali energi yang digunakan
Kardivaskular/Pulmonal 24 jam Intoleran untuk menangani atau
(00092) Intoleran pada pasien dapat mencegah kelelahan
Aktivitas teratasi. dan mengoptimalkan
Definisi: Ketidakcukupan 0005 Toleransi fungsi.
energi psikologis atau Terhadap 1. Kaji status
fisiologis untuk Aktivitas fisiologis pasien yang
mempertahankan atau 1. Saturasi menyebabkan
menyelesaikan aktivitas oksigen ketika kelelahan sesuai
kehidupan sehari-hari yang beraktivitas dari dengan konteks usia
harus atau ingin dilakukan. skala 1 (sangat dan perkembangan.
2. Monitor sistem
terganggu)
kardiorespirasi pasien
ditingkatkan
selama pasien selama
menjadi skala 4
selama kegiatan
(Sedikit
(misalnya takikardia
terganggu).
2. Frekuensi disritmia, dyspea,
nadi ketika diaphoresis, pucat,
beraktivitas dari tekanan
skala 1 (sangat hemodinamik,
terganggu) frekuensi
ditingkatkan pernafasan).
3. Berikan
menjadi skala 4
kegiatan pengalihn
(Sedikit
yang menenangkan
terganggu).
3. Frekuensi untuk meninkatkan
pernafasan relaksasi.
4. Monitor respon
ketika
oksigen pasien
beraktivitas dari
(misalnya tekanan
skala 1 (sangat
29
terganggu) nadi, tekanan darah,
ditingkatkan respirasi) saat
menjadi skala 4 perawatan.
(Sedikit 4046 Perawatan
terganggu). Jantung: Rehabilitatif
4. Kemudahan
Definisi: Peningkatan
bernafas saat
tingkat fungsi aktivitas
beraktivitas dari
paling maksimum pada
skala 1 (sangat
pasien yang telah
terganggu)
mengalami episode
ditingkatkan
ganggun fungsi jantung
menjadi skala 3
yang terjadi karena
(cukup
ketidakseimbangan
terganggu).
suplai oksigen ke otot
5. Kekuatan
jantung dan
tubuh bagian atas
kebutuhannya
dan bawah dari
1. Monitor
skala 1 (sangat
toleransi pasien
terganggu)
terhadap aktivitas.
ditingkatkan
2. Pertahankan
menjadi skala 4
jadwal amulasi,
(Sedikit
sesuai toleransi
terganggu).
pasien.
3. Beri dukungan
dan harapan yang
realistis pada pasien
dan keluarga.
6. Domain 13: Kriteria Hasil: 1120 Terapi Nutrisi
Pertumbuhan/ Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Perkembangan tindakan makanan dan cairan
Keterlambatan keperawatan 2 kali untuk membantu proses
Pertumbuhan dan 24 jam metabolik pada pasien
30
Perkembangan keterlambatan malutrisi atau pasien
Definisi: Penyimpangan/ pertumbuhan dan yang beresiko tinggi
kelainan dari aturan perkembangan pada mengalami malnutrisi.
kelompok usia. pasien dapat Aktivitas-aktivitas:
teratasi. 1. Lengkapi pengkajian
1006 Berat Badan: nutrisi sesuai
Massa Tubuh kebutuhan
2. Pilih supl emen
Definisi: Tingkatan
nutrisi sesuai
dimana berat
kebutuhan
badan, otot, dan
3. Kaji kebutuhan
lemak kongruen
nutrisi parenteral
dengan tinggi, 4. Berikan nutrisi
tulang, jenis enteral sesuai
kelamin dan usia. kebutuhan
5. Ciptakan lingkungan
Berat badan dari
yang membawa
skala 1 (deviasi
suasana yang
berat dari kisaran
menyanagkan dan
normal)
menenagkan
ditingkatkan
6. Berikan perawatan
menjadi skala 4
mulut sebelum
(deviasi ringan dari
makan sesuai
kisaran nor
kebutuhan
mal). 7. Rujuk untuk
Persentil lingkar mendapatkan
kepala (anak) dari pendidikan kesehatan
skala 1 (deviasi terkait diet dan
berat dari kisaran perencanaan diet
normal) sesuai kebutuhan
8. Berikan pasien dan
ditingkatkan
keluarga contoh
menjadi skala 4
tertulis mengenai
(deviasi ringan dari
31
kisaran nor diet yang dianjurkan
mal).
Persentil tinggi dari
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran nor
mal).
Persentil berat
badan dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran nor
mal).
32
3.4 Implementasi Keperawatan
33
kelebihan cairan kepada anak-anak (misalnya
dalam paru. meniup gelembung, meniup
kincir, peluit, harmonika,
balon, meniup bulu, dan
sebagainya)
9. Memposisikan untuk
meringankan sesak nafas.
10. Memonitor status
pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya.
3 Senin, 30 Gangguan 5. Memonitor aliran
3. Oktober 2017 pertukaran gas oksigen.hipoventilasi induksi
10.00 – 11.00 berhubungan oksigen.
6. Melakukan konsultasi
WIB dengan kongesti
dengan tenaga kesehatan lain
pulmonal.
mengenai penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan dan
atau tidur.
7. Memonitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas.
8. Memonitor suara nafas
tambahan seperti ngorok atau
mengi.
9. Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, dan lain-lain)
4. Senin, 30 Ketidakseimbang 5.Menentukan apa yang menjadi
Oktober 2017 an nutrisi kurang preferensi makanan pada
13.00 – 14.00 dari kebutuhan pasien.
6.Menentukan jumlah kalori dan
WIB tubuh
jenis nutrisi yang dibutuhkan
berhubungan
untuk memenuhi persyaratan
dengan kelelahan
gizi.
34
pada saat makan 7.Memonitor kalori dan asupan
dan makana.
8.Membantu pasien untuk
meningkatnya
mengakses program-program
kebutuhan kalori.
gizi komunitas, misalnya
perempuan, bayi, dan anak, dan
lain-lain
9.Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan.
35
WIB perkembangan sesuai kebutuhan
3. Menciptakan lingkungan yang
berhubungan
membawa suasana yang
dengan tidak
menyanagkan dan menenagkan
adekuatnya
4. Memberikan perawatan mulut
suplai oksigen
sebelum makan sesuai
dan zat nutrisi ke
kebutuhan
jaringan.
3.5 Evaluasi
Hari, Diagnosa
No. Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
1. Senin, 30 Penurunan curah S : Orangtua klien
Oktober jantung berhubungan mengatakan bahwa
2017 dengan malformasi klien sudah tidak
jantung. rewel, gelisah, dan
menangis
O : Masih terdapat
suara jantung tambahan
(Machinery mur-mur
persisten).
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
2. Senin, 30 Ketidakefektifan pola S : Orang tua klien
Oktober nafas berhubungan mengatakan sering
2017 dengan adanya nafas terengah-engah
kelebihan cairan pada klien sedikit
36
dalam paru. berkurang
O : Tidak ada irama
gallop, namun suara
paru rales masih ada
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi, pantau
intake-out put cairan
dan penhitungan
balance cairan.
3. Senin, 30 Gangguan pertukaran S : Orang tua klien
Oktober gas berhubungan mengatakan kesulitan
2017 dengan kongesti bernafas pada klien
pulmonal mulai berkurang.
O : Ada nafas cuping
hidung
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
4. Senin, 30 Ketidakseimbangan S : Orang tua klien
Oktober nutrisi kurang dari mengatakan bahwa
2017 kebutuhan tubuh klien sudah tidak rewel
berhubungan dengan dan sering menagis.
kelelahan pada saat O : Berat badan masih
makan dan belum stabil, Hb dan
meningkatnya Albumin menurun
kebutuhan kalori. A : Masalah tertasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
37
5. Senin, 30 Intoleransi aktivitas S : Orangtua klien
Oktober berhubungan dengan mengatakan bahwa
2017 ketidakseimbangan klien sudah bisa
antara pemakaian melakukan permainan
oksigen oleh tubuh dan aktivitas ringan.
dan suplai oksigen ke O : Tampak kelelahan
sel. dan berkeringat serta
nafas masih terengah-
engah.
A : Masalah pasien
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
6. Senin, 30 Keterlambatan S : Orangtua klien
Oktober pertumbuhan dan mengatakan bahwa
2017 perkembangan klien mulai aktif
berhubungan dengan dengan pergerakan
tidak adekuatnya yang sederhana.
suplai oksigen dan zat O : BB masih belum
nutrisi ke jaringan. normal
A : Masalah pasien
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
38
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
39
4.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, &Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2, Editor,
Prof.DR.dr.A.Samik Wahab,sp.A(k),EGC:Jakarta.
Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3). https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/99/80 [diakses pada 03 Oktober 2017].
41
Kim, L.K. 2016. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#a6 [diakses pada 29
Oktober 2017]
Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri. 17(4).
WWW.saripediatri.org [diakses pada 01 Oktober 2017].
42
KHd9nDMgQ6AEIJjAA#v=onepage&q=DUKTUS%20ARTERIOSUS
%20PERSISTEN%20ADALAH%20adalah&f=false [diakses pada 03
Oktober 3017].
43