You are on page 1of 47

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PDA (PATENT DUCTUS ARTERIOSUS) PADA


ANAK

MAKALAH

Oleh

Putri Hidayatur Rochmah NIM 152310101074


Mochammad Bayu Affandi NIM 152310101165

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PDA (PATENT DUCTUS ARTERIOSUS) PADA


ANAK

MAKALAH

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
pengampu Ns. Ratna Sari Hardiani.,S.Kep., M.Kep

Oleh

Putri Hidayatur Rochmah NIM 152310101074


Mochammad Bayu Affandi NIM 152310101165

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada Anak”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih Kepada:

1. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember yang telah


memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan benar serta tepat pada waktunya.
2. Ns. Lantin Sulistyorini.,S.Kep.,M.Kes. selaku dosen penanggungjawab mata
kuliah keperawatan anak.
3. Ns. Ratna Sari Hardiani.,S.Kep., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan anak.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima kritik maupun saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhinya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Jember, Oktober 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ................................................................... 3
2.1 Pengertian ................................................................................ 3
2.2 Epidemiologi............................................................................. 5
2.3 Etiologi ..................................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................... 8
2.5 Patofisiologi .............................................................................. 10
2.6 Komplikasi ............................................................................... 12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................... 13
2.8 Penatalaksanaan Medis .......................................................... 13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ....................................... 16
3.1 Pengkajian ............................................................................... 16
3.2 Diagnosa ................................................................................... 21
3.3 Intervensi ................................................................................. 21
3.4 Implementasi ........................................................................... 34
3.5 Evaluasi .................................................................................... 37
BAB 4. PENUTUP .................................................................................. 41
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 41
4.2 Saran ......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses
embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen.
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat
ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua
pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi
mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya
(Ethel, 2003: 228). Pembuluh darah berasal dari bahan mesoderm saat embrio
berusia 3 minggu. Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang membentuk
seperti tuba tunggal yang akhirnya berpisah. Hal ini untuk memisahkan darah
oksigenasi serta yang keluar dari paru-paru dan sirkulasi tubuh. Kemudian pada
akhir bulan kedua, ventrikel telah terpisah dan dua atrium juga secara parsial.
Keadaan ini tetap hingga setelah lahir dan pada saat di dalam uterus darah secara
bebas (mengingat paru belum berfungsi secara maksimal) yakni semua darah
masuk ke jantung embrio melalui atrium kanan ke dalam vena kava superior dan
inferior. Adanya pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah
menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara
ventrikel. Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan
perkembanganya arkus aorta, suatu arkus tunggal yang hingga dewasa tetap
menjadi aorta dana arkus yang terakhir menjadi aorta pulmonalis.
Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara
fungsional menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus,
normalnya terjadi segera setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir
premature, duktus paten biasanya mempunyai susunan anatomi yang normal dan
keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan imaturitas. Duktus yang tetap
terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang menutup secara
spontan.( Behrman dkk., 2000)
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima
yang paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung
koengenital. Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup

1
ditemukan 1 kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah
2:1, dan kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga
mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat
badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain
(Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi
cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada
bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya
suatu tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan
dan pembaca mengenai “ Asuhan Keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus)
pada Anak”.

1.2.2 Tujuan Khusus


Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan pembaca
mengenai :
1. Konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak
2. Konsep asuhan keperawatan stomatitis pada anak
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan
terkait konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak dan
konsep asuhan keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

2
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung
bawaan (PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan
penutupan secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk.,
2015)

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh


darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini
normal pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh
darah ini tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA
merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta
desendens, terletak distal dari percabangan arteri subklavia kiri. PDA sering
ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama
setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu pertama.
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan
pertama, tipis kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin,
2009).

Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA)


merupakan salah satu masalah jantung yang sering terjadi dalam beberapa minggu
pertama atau beberapa bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi
hubungan janin normal antara aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) yang harus masuk ke tubuh untuk disirkulasikan
melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi dilahirkan dengan hubungan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi berkembang di rahim, darah tidak
diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena oksigen diberikan
melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam
tubuh. Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.

Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas

3
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai
mengalir untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak
diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari
pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi
melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka
(paten) dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA).
Pembukaan antara aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen
(merah) menyebar ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali
lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford
Children’s Health, 2017)

Gambar 1.1 Patent Ductus Arteriosus


(Sumber: Stanford Children’s Health, 2017)

4
Gambar 1.2 Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus Paten
( Sumber: Wahab, 2009)

Gambar 1.3 Perbandingan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Pada Jantung
Normal Dan Paten Ductus Arteriosus
(Sumber : Wahab, 2009)
2.2 Epidemiologi

Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang
paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital.
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1

5
kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan
kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami
PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan <1200
gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain (Wahab,
2009).

Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi cukup bulan
dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang
bulan terutama dengan berat lahir rendah. Sedangkan insiden pada bayi cukup
bulan (BCB) lebih kecil yaitu, 1 per 2000 kelahiran. Di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
insiden PDA pada bayi kurang bulan (BKB) dilaporkan 32%, sedangkan di
Departemen IKA Rumah Sakit Moh.Hoesin (RSMH) Palembang dilaporkan
insiden pada bayi usia gestasi <37 minggu sebanyak 58,7% (Sari dkk., 2015).

2.3 Etiologi

Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum


diketahui secara pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. Faktor-
faktor tersebut, yaitu:

1. Faktor Prenatal, seperti:


a. Ibu menderita penyakit infeksi, seperti Rubella
b. Ibu dengan riwayat sering minum-minuman beralkohol
c. Umur ibu saat hamil berusia lebih dari 4 tahun
d. Ibu yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
e. Ibu yang sering meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik, seperti:
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah ataupun ibu menderita penyakit jantung bawaa.
c. Kelainan pada kromosom, seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109).

6
Sedangkan menurut Wahab (2009), prematuritas dianggap sebagai penyebab
terbesar timbulnya patent duktus arteriosus (PDA). Pada bayi prematur, gejala
cenderung timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress
pernafasan. Paten duktus arteriosus (PDA) juga lebih sering terdapat pada anak
yang lahir di tempat yang tinggi atu di daerah peguungan. Hal ini terjadi karena
adanya hipoksia dan hipoksia ini menyebabkan duktus gagal menutup. Selain itu
penyakit rubella yang terjadi pada trimester I kehamilan juga dihubungkan dengan
terjadinya duktus arteriosus paten. Bagaimana infeksi rubella pada ibu dapat
menganggu proses penutupan duktus ini belum jelas diketahui, tetapi diduga
bahwa infeksi rubella ini mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus.

Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah

1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu
(terkait dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri
pulmonalis), sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat,
termasuk ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan
paru-paru yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar

7
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin,
ketinggian tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.

2.4 Manifestasi Klinis

Menurut Muttaqin (2009), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus


Arteriosus) umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:

1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak


memberikan gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan pebandingan aliran
pulmonal dengan aliran sistemis <1,5 : 1. Jantung tidak membesar. Diagnosis
sangat mudah ditegakkan karena pada auskultasi terdapat bising kontinu di
garis sternal kiri atas. Foto rontgen paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang
mungkin terjadi ialah endokarditis, kasifikasi duktus, dan gagal jantung kiri;
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi biasanya
tidak berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makankali mender,
seringkali menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya
masih tergolong dalam batas normal. PDA juga sering muncul dengan tekanan
arteri pulmonal <1/2 tekanan aorta. Perbandingan aliran pulmoner dan aliran
simpatis adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1. Umumnya klien asimptomatik, kecuali
pada anak kecil dapat ditemukan dispnea dan gagal jantung kiri. Bising
kontinue, bising machinery, sama seperti PDA kecil, tetapi foto Rontgen toraks
memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, dan
vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan
minum sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien
akan tampak dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan

8
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau
usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2009).

Menurut Children National Health System (2017) ukuran sambungan antara


aorta dan arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat
keparahan gejala, dan juga usia di mana patent duktus arteriosus itu pertama kali
terjadi. Semakin besar lubang, maka akan semakin besar jumlah darah yang
melewati dan membebani paru-paru. Seorang anak dengan duktus arteriosus paten
kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun untuk bayi lain dengan PDA
yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang berbeda. Berikut adalah
gejala yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami gejala
secara berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:

1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk

2.5 Patofisiologi PDA

a. Patofisiologi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran

9
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S. 2009 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2009)

b. Pathway PDA
Menurut Ganes dkk.,(2011):
Setelah Lahir Gannguan Pertukaran gas

c. cacat duktus arteriosus


Adanya Tekanan jantung kiri meningkat
d. terbuka

e. Resirkulasi darah
f. Aliran darah beroksigenasi tinggi Kebocoran jantung dari
g.
langsung dari aorta meningkat mengalir ke kiri ke kanan
ke arteri pulmoner paru
Makin besar cacat
h.
Ventrikel kiri berespon Beban jantung kiri
Tekanan meningkat
memenuhi kebutuhan meningkat
Dapat terjadi kebocoran
10 (pirau) kanan ke kiri
i. Penurunan curah
Pelebaran
j. dan hipertensi jantung
pada atrium kiri

Darah berkurang
Aliran ke paru ke tubuh
meningkat

Tekanan vena Edema paru Bila tidak


ISPA
dan kapiler dapat terapi
pulmonal Eksteremitas
meningkat dingin, tampak Gangguan
kelelahan, pertumbuhan
Difusi oksigen Gagal jantung dan
tampak anak
menurun dan kanan atau perkembangan
Terengah- tidak aktif
engah saat hipoksia hipertensi
menyusui pulmoner
Pola nafas tidak Intoleransi aktivitas
Ketidak Kontriks
efektif
seimbangan arteriol paru
nutrisi

11
2.6 Komplikasi

1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)


Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama
melalui PDA dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Selain
itu hipertensi paru juga dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru
secara permanen.
2. Gagal Jantung
Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah
dan menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu
kondisi kronis dimana jantung tidak dapat memompa jantung secara
efektif.
3. Endokarditis (infeksi jantung)
Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki resiko
tinggi untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak
memiliki masalah PDA. Endokarditis merupakan suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia (detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA dapat meningkatkan risiko terjadinya
arithmia. Peningkatan risiko arithmia ini biasanya terjadi pada PDA yang
besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa
atau submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.
9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan
Misalnya sindrom gawat nafas.
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit.
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF
Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh (Ebbersole, Hess 1998). CHF ini akan menjadi kronik apabila
disertai dengan penyakit-penyakit seperti hipertensi, penyakit katub

12
jantung kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut
dan berkembang secara tiba-tiba pada infark miokard.
13. Kegagalan pertumbuhan ( Ganes dkk., 2011)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto Thorax, Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan


(kardiomegali), gambaran vaskuler pada paru meningkat.
2. Ekhokardiografi, Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi preterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke
kanan).
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi(EKG), bervariasi sesuai tingkat keparahan pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
5. Kateterisasi jantung, hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau jika ada kecurigaan defek
tambahan lainnya (Betz & Sowden, 2002)

2.8 Penatalaksanaan Medis

PDA dapat mengalami endokarditis, kalsifikasi, dan gagal jantung, sehingga


semua PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah
operasi jantung yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%).
Saat terbaik untuk operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat
dilakukan pada setiap umur. PDA besar dengan kelainan vaskuler paru obstruktif
berat, mempunyai resistensi vaskular paru 1µm² , selalu disertai kelainan vaskular
paru obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontraindikasi untuk operasi pada
orang dewasa (Muttaqin, 2009)

Menurut Wahab (2009) tujuan dari penatalaksanaan PDA yang tidak


terkomplikasi adalah untuk menghentikan shunt kiri-ke-kanan. Pada penderita

13
dengan PDA kecil, penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
endokarditis, sedangkan pada PDA sedang dan besar untuk menangani gagal
jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonar.
Penatalaksanaan ini dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah.

1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan
tujuan terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup. Jenis
obat yang sering diberikan adalah
a. Golongan obat-obatan steroid anti-inflamasi (indometasin/indosin).
Berfungsi untuk menekian produksi prostaglandin dengan cra menurunkan
aktivitas cyclo-oksigenase.
Dosis yang bisa diberikan yaitu 0,2 mg/kg IV pada 12 jam I, di ikuti 0,1 mg/kg IV
pada 12 jam berikutnya.
Kontraindikasinya: hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal, dan insufisiensi
ginjal.
Efek samping: nefritis, gagal ginjal, dan leukopenia.
b. Prostaglandin E1 (Alprostil, Prostin VR)
Berfungsi untuk mempertahankan patensi duktus arteriosus, terutama jika sudah
ada shunt dari kanan-ke-kiri (Sindrom Eisenmenger). Obat ini diberikan sebelum
tindakan operasi penutupan duktus dilakukan, dan efektif pada bayi prematur
Dosis awal: 0,05-0,1 mcg/kg/min IV
Dosis rumatan: 0,01-004 mcg/kg/min IV
Kontraindikasi: hipersensitivitas dan sindrom distress penafasan.
Efek samping: apnea, kejang, demam, hipotensi, dan penegangan aggregasi
trombosit.
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi.
Mortalitas tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara
umur beberapa bulan sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini
menyebabkan banyak dokter lebih aktif melakukan operasi pada umur muda
karena menunggu penutupan spontan mempunyai resiko lebih besar daripada
operasi.
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat
ditunda 3 bulan lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara

14
spontan. Indikasi untuk melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada
terapi medikamentosa, trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa
tehnik operasi yang dipakai untuk menutup duktus, seperti penutupan dengan
menggunakan tehnik cincin dan metode ADO (Amplatzer Duct Occlluder).

BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PDA

3.1 Pengkajian
I. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic
menutup dalam 4 minggu pertama. Insidens PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering pada bayi perempuan yaitu 2 x lebih banyak
terjadi daripada bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan insidennya sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.
II. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
III. Riwayat Kesehatan

15
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat
lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea (sesak), takipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya hidup
(diet, latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol,
stress, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta riwayat
penyakit kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan PDA.
Faktor kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit jantung
congenital, di dalam keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat
penyakit genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien PDA, karena
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
IV. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi,
penyakit virus maternal (misalnya: influenza, gondongan atau rubella)
atau usia ibu di atas 40 tahun saat hamil.
V. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi
perkembanganya.
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara
pemberian ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama
pemberian asi berapa tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan
anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

16
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan
kepada anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
VII. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
VIII. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas
aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta
mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu.
IX. Riwayat Spiritual
Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan bagaimana cara
keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada anak.
X. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi orang tua mengenai alasan mereka membawa anaknya ke
rumah sakit, bagaimana perasaan orang tua mengenai kondisi anak
saat ini apakah cemas, takut, khawatir atau biasa saja. Tanyakan juga
kepada orang tua apakah orang tua apakah selalu menemani saat di
rumah sakit.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi perasaan anak saat berada di rumah sakit apakah senang,
cemas, takut dll. Dan apakah anak selalu menangis saat di rumah
sakit.
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan Umum Klien
Pada anak dengan PDA biasanya lemah dan tidak bergairah.
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
b. Nadi : Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit);
(pada anak-anak : 80-90x/menit)

17
c. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak : 20-
30x/menit)
d. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas normal
(bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)

4. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.

2) Adanya deformitas dada

3) Bunyi jantung (murmur)

4) Titik impuls maksimum


b. Tampilan umum
1) Tingkat aktivitas
2) Perilaku (atau ketakutan)
3) Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki
c. Kulit
1) Pucat
2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,
konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis.
d. Edema
Periorbital dan ekstremitas
6. Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan.
2) Pola napas (dispnea atau takipnea), khususnya setelah kerja fisik
seperti makan, menangis, mengejan.
3) Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular).
4) Pernapasan cuping hidung.
5) Posisi yang nyaman.

18
b. Hasil auskultasi toraks

1) Bunyi napas merata


2) Bunyi napas abnormal (bising, ronki, mengi)
3) Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang.
4) Serak, batuk, dan stridor
c. Hasil pemeriksaan toraks
Lingkar dada dan bentuk dada
d. Tampilan umum
1) Warna (merah muda, pucat, sianosis, akrosianosis)
2) Tingkat aktivitas
3) Perilaku (apatis, tidak aktif, gelisah, dan/atau ketakutan)
7. Status Hidrasi
Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan
banyak keringat.
B. Pemeriksaan fisik (ROS : Review of System)
1. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery murmur),
adanya otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan
darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

19
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan
dalam paru.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


1. Domain 4: Kriteria Hasil: 4040 Perawatan
Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan Jantung
Kelas 4. Respons tindakan Definisi: Keterbatasan
Kardivaskular/Pulmonal keperawatan 3 kali dan komplikasi sebagai
(00029) Penurunan 24 jam penurunan hasil dari
Curah Jantung curah jantung pada ketidakseimbangan
Definisi: Ketidakadekuatan klien dapat teratasi. antara suplai oksigen
darah yang di pompa oleh 0400 Kefektifan pada otot jantung dan
jantung untuk memenuhi Pompa Jantung kebutuhan seorang
kebutuhan metabolik Definisi: pasien yang memiliki
tubuh. Kecukupan volume gejala gangguan fungsi
darah yang jantung.
dipompakan dari 1. Secara rutin
ventrikel k mengecek pasien
mendukung baik secara fisik dan
tekanan perfusi psikologis sesuai
sistemik. dengan kebijakan tiap
1. Demyut agen/penyedia
jantung apikal layanan.

20
dari skala 1 2. Pastikan tingkat
(Deviasi berat aktivitas pasien yang
dari kisaran tidak membahayakan
normal) curah jantung atau
ditingkatkan memprovokasi
menjadi 3 serangan jantung.
3. Lakukan penilaian
(Deviasi sedang
komprehensif pada
kisaran normal)
sirkulasi pitmia
2. Indeks
jantung, termasuk
Jantung dari
gangguan ritme
skala 1 (Deviasi
perifer (misalnya cek
berat dari kisaran
nadi perifer, edema,
normal)
pengisian ulang
ditingkatkan
kapiler, warna dan
menjadi 3
suhu ekstremitas)
(Deviasi sedang
secara rutin sesuai
kisaran normal)
kebijakan agen.
3. Suara
4. Monitor tanda-tanda
jantung
vital secara rutin.
abnormal dari 5. Monitor disritmeia
skala 1 (Deviasi jantung, termasuk
berat dari kisaran gangguan ritme dan
normal) konduksi jantung.
6. Catat tanda dan
ditingkatkan
gejala penurunan
menjadi 3
curh jantung.
(Deviasi sedang
7. Monitor status
kisaran normal)
pernafasan terkait
4. Denyut nadi
denga adanya gejala
perifer dari skala
gagal jantung
1 (Deviasi berat
dari kisaran

21
normal)
ditingkatkan
menjadi 3
(Deviasi sedang
kisaran normal)
5. Suara
Jantung
abnormal dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 4
(ringan).
6. Intoleransi
aktivitas dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(sedang).

2. Domain 4: Kriteria Hasil: 3140 Manajemen


Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan Jalan Nafas
Kelas 4. Respons tindakan Definisi: Kepatenan
Kardiovaskular/Pulmonal keperawatan 3 kali jalan nafas
(00032) Ketidakefektifan 24 jam Aktivitas-aktivitas:
Pola Nafas ketidakefektifan 1. Posisikan pasien
Definisi: Inspirasi dan / pola nafas pada ada untuk
atau ekspirasi yang tidak klien dapat teratasi. memaksimalkan
memberi ventilasi adekuat. 0415 Status ventilasi
2. Identifikasi
Pernafasan
kebutuhan
Definisi: Proses
aktual/potensial

22
keluar masuknya pasien untuk
udara ke paru-paru memasukkan alat
serta pertukaran membuka jalan nafas
3. Gunakan tehnik
karbondioksida.
yang menyenangkan
1. Frekuensi
untuk memotivasi
pernafasan dari
bernafas dalam
skala 1 (deviasi
kepada anak-anak
berat dari kisaran
(misalnya meniup
normal)
gelembung, meniup
ditingkatkan
kincir, peluit,
menjadi skala 4
harmonika, balon,
(deviasi ringan
meniup bulu, dan
dari kisaran
sebagainya)
normal).
4. Kelola udara atau
2. Kepatenan jalan
oksigen yang di
nafas dari skala 1
lembabkan
(deviasi berat dari
sebagaimana
kisaran normal)
mestinya
ditingkatkan
5. Posisikan untuk
menjadi skala 4
meringankan sesak
(deviasi ringan
nafas.
dari kisaran 6. Monitor status
normal). pernafasan dan
3. Saturasi oksigen
oksigenasi
dari skala 1
sebagaimana
(deviasi berat dari
mestinya.
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).

23
4. Tes faal paru
dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
3. Domain 3: Eliminasi dan Kriteria Hasil: 3320 Terapi Oksigen
Pertukaran Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Kelas 4. Fungsi Respirasi tindakan oksigen dan
(00030) Gangguan keperawatan 3 kali pemantauan mengenai
Pertukaran Gas 24 jam gangguan efektivitasnya.
Definisi: Kelebihan atau pertukaran gas pada 1. Pertahankan
defisit oksigenasi dan atau klien dapat teratasi. kepatenan jalan
eliminasi karbondioksida 0402 Status nafas.
2. Berikan oksigen
pada membran alveolar- Pernafasan:
tambahan seperti
kapiler. Pertukaran Gas
yang diperintahkan.
Definisi:
3. Monitor aliran
Pertukaran
oksigen hipoventilasi
karbondioksida dan
induksi oksigen.
oksigen di alveoli 4. Konsultasi
untuk dengan tenaga
mempertahankan kesehatan lain
konsentrasi darah mengenai
arteri. penggunaan oksigen
1. Tekanan Parsial tambahan selama
oksigen di darah kegiatan dan atau
arteri (PaO2) tidur.
dari skala 1
3350 Monitor

24
(Deviasi berat Pernafasan
dari kisaran Definisi: Sekumpulan
normal) data dan analisis
ditingkatkan keadaan pasien untuk
menjadi 3 memastikan kepatenan
(Deviasi sedang jalan nafas dan
kisaran normal). kecukupan pertukaran
2. Tekanan Parsial
gas.
karbondioksida
1. Monitor kecepatan,
di darah arteri
irama, kedalaman,
(PaCO2) dari
dan kesulitasn
skala 1 (Deviasi
bernafas.
berat dari kisaran 2. Monitor suara nafasa
normal) tambahan seperti
ditingkatkan ngorok atau mengi.
3. Monitor pola nafas
menjadi 3
(misalnya bradipneu,
(Deviasi sedang
takipneu,
kisaran normal).
3. pH arteri dari hiperventilasi, dan
skala 1 (Deviasi lain-lain)
4. Monitor saturasi
berat dari kisaran
oksigen pada pasien
normal)
yang tersedasi
ditingkatkan
(seperti SaO2,
menjadi 3
SvO2, SpO2) sesuai
(Deviasi sedang
protokol yang ada.
kisaran normal).
5. Catat perubahan
4. Keseimbangan
pada saturasi
ventilasi dari
oksigen, volume
skala 1 (Deviasi
tidal akhir
berat dari kisaran
karbondioksida, dan
normal)
perubahan nilai
ditingkatkan

25
menjadi 3 analisa gas darah
(Deviasi sedang dengan tepat.
6. Berikan bantuan
kisaran normal).
5. Sianosis dari resusitasi jika
skala 1 (sangat diperlukan.
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
6. Dispnea saat
istirahat dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
7. Dispnea dengan
istirahat dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
4. Domain 2: Nutrisi Kriteria Hasil: 1100 Manajemen
Kelas 1. Makan Setelah dilakukan Nutrisi
(00002) tindakan Definisi: Menyediakan
Ketidakseimbangn keperawatan 2 kali dan menigkatkan intake
Nutrisi: Kurang dari 24 jam nutrisi yang seimbang.
Kebutuhan Tubuh ketidakseimbangan Aktivitas-aktivitas:
Definisi: Asupan nutrisi nutrisi:kurang dari 1.Tentukan apa yang
tidak cukup untuk kebutuhan tubuh menjadi preferensi
memenuhi kebutuhan pada pasien dapat makanan pada

26
metabolik. teratasi. pasien)
2.Tentukan jumlah
10004 Status
kalori dan jenis
Nutrisi
nutrisi yang
Definisi: Sejauh
dibutuhkan untuk
mana nutrisi
memenuhi
dicerna dan diserap
persyaratan gizi.
untuk memenuhi
3.Monitor kalori dan
kebutuhan
asupan makana.
metabolik. 4.Bantu pasien untuk
1. Asupan gizi, mengakses program-
makanan dan program gizi
cairan dari skala komunitas, misalnya
1 ( sangat perempuan, bayi, dan
menyimpang anak, dan lain-lain)
dari rentang
normal) menjadi 1160 Monitor Nutrisi
skala 5 (tidak Definisi: Pengumpulan
menyimpang dan analisa data pasien
dari rentang yang berkaita dengan
normal) asupan nutrisi.
2. Energi dari skala
1. Monitor
1 ( sangat
pertumbuhan dan
menyimpang
perkembangan.
dari rentang 2. Monitor turgor
normal) menjadi kulit dan mobilitas.
3. Lakukan
skala 4 (sedikit
pemeriksaan
menyimpang
laboratorium ,
dari rentang
monitor hasilny
normal)
(misalnya serum
1020 Status Nutrisi: albumin, Hb, Ht,
Bayi imunitas, dan lain-

27
Definisi: Jumlah lain)
4. Tentukan
nutrisi dicerna dan
rekomendasi energi
diserap untuk
berdasarkan faktor
memenuhi
pasien (misalnya
kebutuhan
umur, berat badan,
metabolisme serta
tinggi badan, gender,
meningkatkan
dan tingkat aktivitas
petumbuhan bayi.
fisik).
1. Intake nutrisi
5. Tinjau ulang
dari skla 1 (tidak
sumber lain terkait
adekuat)
data status nutrisi
ditingkatkan 6. Mulai tindakan
menjadi skala 3 atau rujukan sesuai
(cukup adekuat). kebutuhan
2. Hidrasi dari skla
1 (tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3. Intake albumin,
kalori, protein,
lemak,
karbohidrat,
vitamin, mineral,
zat besi, kalsium,
sodium ari skla 1
(tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).

5. Intoleransi Aktivitas Kriteria Hasil: 0180 Manajemen

28
Domain 4: Setelah dilakukan Energi
Aktivitas/Istirahat tindakan Definisi: Pengaturan
Kelas 4. Respons keperawatan 2 kali energi yang digunakan
Kardivaskular/Pulmonal 24 jam Intoleran untuk menangani atau
(00092) Intoleran pada pasien dapat mencegah kelelahan
Aktivitas teratasi. dan mengoptimalkan
Definisi: Ketidakcukupan 0005 Toleransi fungsi.
energi psikologis atau Terhadap 1. Kaji status
fisiologis untuk Aktivitas fisiologis pasien yang
mempertahankan atau 1. Saturasi menyebabkan
menyelesaikan aktivitas oksigen ketika kelelahan sesuai
kehidupan sehari-hari yang beraktivitas dari dengan konteks usia
harus atau ingin dilakukan. skala 1 (sangat dan perkembangan.
2. Monitor sistem
terganggu)
kardiorespirasi pasien
ditingkatkan
selama pasien selama
menjadi skala 4
selama kegiatan
(Sedikit
(misalnya takikardia
terganggu).
2. Frekuensi disritmia, dyspea,
nadi ketika diaphoresis, pucat,
beraktivitas dari tekanan
skala 1 (sangat hemodinamik,
terganggu) frekuensi
ditingkatkan pernafasan).
3. Berikan
menjadi skala 4
kegiatan pengalihn
(Sedikit
yang menenangkan
terganggu).
3. Frekuensi untuk meninkatkan
pernafasan relaksasi.
4. Monitor respon
ketika
oksigen pasien
beraktivitas dari
(misalnya tekanan
skala 1 (sangat

29
terganggu) nadi, tekanan darah,
ditingkatkan respirasi) saat
menjadi skala 4 perawatan.
(Sedikit 4046 Perawatan
terganggu). Jantung: Rehabilitatif
4. Kemudahan
Definisi: Peningkatan
bernafas saat
tingkat fungsi aktivitas
beraktivitas dari
paling maksimum pada
skala 1 (sangat
pasien yang telah
terganggu)
mengalami episode
ditingkatkan
ganggun fungsi jantung
menjadi skala 3
yang terjadi karena
(cukup
ketidakseimbangan
terganggu).
suplai oksigen ke otot
5. Kekuatan
jantung dan
tubuh bagian atas
kebutuhannya
dan bawah dari
1. Monitor
skala 1 (sangat
toleransi pasien
terganggu)
terhadap aktivitas.
ditingkatkan
2. Pertahankan
menjadi skala 4
jadwal amulasi,
(Sedikit
sesuai toleransi
terganggu).
pasien.
3. Beri dukungan
dan harapan yang
realistis pada pasien
dan keluarga.
6. Domain 13: Kriteria Hasil: 1120 Terapi Nutrisi
Pertumbuhan/ Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Perkembangan tindakan makanan dan cairan
Keterlambatan keperawatan 2 kali untuk membantu proses
Pertumbuhan dan 24 jam metabolik pada pasien

30
Perkembangan keterlambatan malutrisi atau pasien
Definisi: Penyimpangan/ pertumbuhan dan yang beresiko tinggi
kelainan dari aturan perkembangan pada mengalami malnutrisi.
kelompok usia. pasien dapat Aktivitas-aktivitas:
teratasi. 1. Lengkapi pengkajian
1006 Berat Badan: nutrisi sesuai
Massa Tubuh kebutuhan
2. Pilih supl emen
Definisi: Tingkatan
nutrisi sesuai
dimana berat
kebutuhan
badan, otot, dan
3. Kaji kebutuhan
lemak kongruen
nutrisi parenteral
dengan tinggi, 4. Berikan nutrisi
tulang, jenis enteral sesuai
kelamin dan usia. kebutuhan
5. Ciptakan lingkungan
Berat badan dari
yang membawa
skala 1 (deviasi
suasana yang
berat dari kisaran
menyanagkan dan
normal)
menenagkan
ditingkatkan
6. Berikan perawatan
menjadi skala 4
mulut sebelum
(deviasi ringan dari
makan sesuai
kisaran nor
kebutuhan
mal). 7. Rujuk untuk
Persentil lingkar mendapatkan
kepala (anak) dari pendidikan kesehatan
skala 1 (deviasi terkait diet dan
berat dari kisaran perencanaan diet
normal) sesuai kebutuhan
8. Berikan pasien dan
ditingkatkan
keluarga contoh
menjadi skala 4
tertulis mengenai
(deviasi ringan dari

31
kisaran nor diet yang dianjurkan
mal).
Persentil tinggi dari
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran nor
mal).
Persentil berat
badan dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran nor
mal).

32
3.4 Implementasi Keperawatan

No Hari, Diagnosa Implementasi Paraf


Tanggal/ Keperawatan
Jam
1 Senin, 30 Penurunan 1. Memastikan tingkat aktivitas
Oktober 2017 Curah jantung pasien yang tidak
07.00 – 08.00 berhubungan membahayakan curah jantung
WIB dengan atau memprovokasi serangan
malformasi jantung.
2. Melakukan penilaian
jantung.
komprehensif pada sirkulasi
pitmia jantung, termasuk
gangguan ritme perifer
(misalnya cek nadi perifer,
edema, pengisian ulang kapiler,
warna dan suhu ekstremitas)
secara rutin sesuai kebijakan
agen.
3. Memonitor tanda-tanda vital
secara rutin.
4. Memonitor disritmeia jantung,
termasuk gangguan ritme dan
konduksi jantung.
5. Mencatat tanda dan gejala
penurunan curah jantung.
6. Monitor status pernafasan
terkait dengan adanya gejala
gagal jantung
2. Senin, 30 Ketidakefektifan 7. Memposisikan pasien untuk
Oktober 2017 pola nafas memaksimalkan ventilasi
8. Menggunakan tehnik yang
09.00 – 10.00 berhubungan
menyenangkan untuk
WIB dengan adanya
memotivasi bernafas dalam

33
kelebihan cairan kepada anak-anak (misalnya
dalam paru. meniup gelembung, meniup
kincir, peluit, harmonika,
balon, meniup bulu, dan
sebagainya)
9. Memposisikan untuk
meringankan sesak nafas.
10. Memonitor status
pernafasan dan oksigenasi
sebagaimana mestinya.
3 Senin, 30 Gangguan 5. Memonitor aliran
3. Oktober 2017 pertukaran gas oksigen.hipoventilasi induksi
10.00 – 11.00 berhubungan oksigen.
6. Melakukan konsultasi
WIB dengan kongesti
dengan tenaga kesehatan lain
pulmonal.
mengenai penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan dan
atau tidur.
7. Memonitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas.
8. Memonitor suara nafas
tambahan seperti ngorok atau
mengi.
9. Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, dan lain-lain)
4. Senin, 30 Ketidakseimbang 5.Menentukan apa yang menjadi
Oktober 2017 an nutrisi kurang preferensi makanan pada
13.00 – 14.00 dari kebutuhan pasien.
6.Menentukan jumlah kalori dan
WIB tubuh
jenis nutrisi yang dibutuhkan
berhubungan
untuk memenuhi persyaratan
dengan kelelahan
gizi.

34
pada saat makan 7.Memonitor kalori dan asupan
dan makana.
8.Membantu pasien untuk
meningkatnya
mengakses program-program
kebutuhan kalori.
gizi komunitas, misalnya
perempuan, bayi, dan anak, dan
lain-lain
9.Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan.

5. Senin, 30 Intoleransi 1. Mengkaji status fisiologis


Oktober 2017 aktivitas pasien yang menyebabkan
15.00 – 16.00 berhubungan kelelahan sesuai dengan
WIB dengan konteks usia dan
ketidakseimbang perkembangan.
2. Memonitor sistem
an antara
kardiorespirasi pasien selama
pemakaian
pasien selama selama kegiatan
oksigen oleh
(misalnya takikardia disritmia,
tubuh dan suplai
dyspea, diaphoresis, pucat,
oksigen ke sel.
tekanan hemodinamik,
frekuensi pernafasan).
3. Monitor respon oksigen
pasien (misalnya tekanan nadi,
tekanan darah, respirasi) saat
perawatan.
4. Memonitor toleransi
pasien terhadap aktivitas.
5. Memberi dukungan dan
harapan yang realistis pada
pasien dan keluarga.
6. Senin, 30 Keterlambatan 1. Melengkapi pengkajian nutrisi
Oktober 2017 pertumbuhan sesuai kebutuhan
2. Memilih suplemen nutrisi
18.00 – 19.00 dan

35
WIB perkembangan sesuai kebutuhan
3. Menciptakan lingkungan yang
berhubungan
membawa suasana yang
dengan tidak
menyanagkan dan menenagkan
adekuatnya
4. Memberikan perawatan mulut
suplai oksigen
sebelum makan sesuai
dan zat nutrisi ke
kebutuhan
jaringan.

3.5 Evaluasi

Hari, Diagnosa
No. Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
1. Senin, 30 Penurunan curah S : Orangtua klien
Oktober jantung berhubungan mengatakan bahwa
2017 dengan malformasi klien sudah tidak
jantung. rewel, gelisah, dan
menangis
O : Masih terdapat
suara jantung tambahan
(Machinery mur-mur
persisten).
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
2. Senin, 30 Ketidakefektifan pola S : Orang tua klien
Oktober nafas berhubungan mengatakan sering
2017 dengan adanya nafas terengah-engah
kelebihan cairan pada klien sedikit

36
dalam paru. berkurang
O : Tidak ada irama
gallop, namun suara
paru rales masih ada
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi, pantau
intake-out put cairan
dan penhitungan
balance cairan.
3. Senin, 30 Gangguan pertukaran S : Orang tua klien
Oktober gas berhubungan mengatakan kesulitan
2017 dengan kongesti bernafas pada klien
pulmonal mulai berkurang.
O : Ada nafas cuping
hidung
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
4. Senin, 30 Ketidakseimbangan S : Orang tua klien
Oktober nutrisi kurang dari mengatakan bahwa
2017 kebutuhan tubuh klien sudah tidak rewel
berhubungan dengan dan sering menagis.
kelelahan pada saat O : Berat badan masih
makan dan belum stabil, Hb dan
meningkatnya Albumin menurun
kebutuhan kalori. A : Masalah tertasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi

37
5. Senin, 30 Intoleransi aktivitas S : Orangtua klien
Oktober berhubungan dengan mengatakan bahwa
2017 ketidakseimbangan klien sudah bisa
antara pemakaian melakukan permainan
oksigen oleh tubuh dan aktivitas ringan.
dan suplai oksigen ke O : Tampak kelelahan
sel. dan berkeringat serta
nafas masih terengah-
engah.
A : Masalah pasien
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.
6. Senin, 30 Keterlambatan S : Orangtua klien
Oktober pertumbuhan dan mengatakan bahwa
2017 perkembangan klien mulai aktif
berhubungan dengan dengan pergerakan
tidak adekuatnya yang sederhana.
suplai oksigen dan zat O : BB masih belum
nutrisi ke jaringan. normal
A : Masalah pasien
teratasi sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi.

38
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital


(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering
ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah
bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila duktus
tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia
3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.

Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus


Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang
sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan
infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat
terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun
kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko
terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat
terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45
tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

39
4.2 Saran

Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi dari


diagnose yang muncul sehingga dpat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatan klien

40
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan


Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.

Behrman, Kliegman, &Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2, Editor,
Prof.DR.dr.A.Samik Wahab,sp.A(k),EGC:Jakarta.

Betz & Sowden. 2002. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Bulechek, G., H. Butcher. J. Dotcterman. dan C. Wagner. 2013. Nursing


Intervention Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh I. Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV.
Mocomedia.

Children’s National Health System. 2017. Pediatric Patent Ductus Arteriosus


(PDA). Washington DC : Children’s National Health System.
https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-and-
treatments/heart/patent-ductus-arteriosus-pda [diakses pada 30 Oktober
2017].

Ganes, S.M , M.Z. Wasilah, N. Juwita, R. Ekawati, I. Islamia, Y. L. Rahmy, I.


Zulfizarrahman, E. Rahayu, F. Shella, R. Nugra H., & I. Melati. 2011.
Asuhan Keperawatan Patent Ductus Arteriosus. Bandung: Fakultas
Keperawatan Universitas Padjajaran.
https://www.scribd.com/doc/54775068/Asuhan-Keperawatan-Patent-Ductus-
Arteriosus [diakses pada 27 Oktober 2017].

Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3). https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/99/80 [diakses pada 03 Oktober 2017].

41
Kim, L.K. 2016. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#a6 [diakses pada 29
Oktober 2017]

Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. https://books.google.co.id/books?
id=noWFt_QVOUMC&pg=PA186&dq=Penyebab+PDA+
(Patent+ductus+arteriosus)
+adalah&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Penyebab%20PDA
%20(Patent%20ductus%20arteriosus)%20adalah&f=false [diakses pada 02
Oktober 2017].

NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications


2015-2017. Jakarta : EGC

Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri. 17(4).
WWW.saripediatri.org [diakses pada 01 Oktober 2017].

Stanford Children’s Health. 2017. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Amerika


Serikat: Chidren’s Hospital Stanford.
http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=patent-ductus-
arteriosus-pda-90-P01811 [diakse pada 29 Oktober 2017].

Wahab, S. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak


Sianotik. Jakarta: EGC. https://books.google.co.id/books?
id=EBb7BlfficQC&pg=PA74&dq=DUKTUS+ARTERIOSUS+PERSISTEN
+ADALAH+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjS7_yvjtPWAhWMFZQ

42
KHd9nDMgQ6AEIJjAA#v=onepage&q=DUKTUS%20ARTERIOSUS
%20PERSISTEN%20ADALAH%20adalah&f=false [diakses pada 03
Oktober 3017].

43

You might also like