You are on page 1of 16

Autentic Assesment (Penilaian Autentik)

A. Konsep Penilaian Autentik (Autentic Assesment)


Penilaian autentik (authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan,
pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti
autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum,
2009).
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Tujuan penilaian autentik:
a. Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.
b. Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,
efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya.
c. Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatif.
Penilaian autentik mencakup tiga ranah hasil belajar yaitu ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Terminologi autentik merupakan sinonim dari
asli, nyata atau sebenarnya, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian
autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda
terstandar sekali pun (Kemendikbud, 2013). Atas dasar tersebut, guru dapat
mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa
pula kegiatan remidial harus dilakukan.
Intinya penilaian autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan
penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu
metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik
yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu,
memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat
juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk
belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu
menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau
belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya.
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik merupakan proses asesmen
yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar
siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Elemen perubahan dan penilaian pada kurikulum 2013 seperti pada tabel
berikut ini (Kunandar, 2013:36).

B. Bentuk Penilaian Autentik


1. Penilaian Unjuk Kerja
Tujuan proses dalam pembelajaran matematika dievaluasi dengan
menggunakan berbagai macam teknik. Tes dan teknik-teknik penilaian hanya
diperlukan untuk menunjukkan bagaimana siswa mengerjakan tugas-tugas yang
sebenarnya. Bila kita menginginkan siswa menjadi pemecah masalah yang baik,
maka tes tentang kompetensi pemecahan masalah harus secara logis menilai unjuk
kerja siswa dalam tugas pemecahan masalah. Tes tertulis (paper and pencil test)
yang nilainya didasarkan pada benar atau salah tidak dapat menilai unjuk kerja
siswa secara teliti. Sebagai contoh, seorang siswa diminta melukis garis tinggi
sebuah segitiga. Hasil pekerjaannya dinilai berdasar unjuk kerjanya dalam
menggunakan jangka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penilaian unjuk
kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati siswa dalam
melakukan sesuatu. Untuk mendemontrasikan apa yang diketahui siswa, mereka
tidak dinilai dengan paper and pencil test, tetapi bagaimana unjuk kerjanya.
Standar yang sama diperlukan untuk menerapkannya dalam pembelajaran
matematika, jika guru menginginkan mereka menjadi pemecah masalah, siswa
harus diajarkan bagaimana menganalisis, merumuskan dan memecahkan masalah
non-rutin dan sulit, dan perlu menilai unjuk kerjanya sebagai pemecah masalah.
Penilaian unjuk kerja merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran
dan membantu untuk mengarahkan pembelajaran selanjutnya. Melalui proses
penilaian ini siswa belajar tentang hasil-hasil kegiatan dan pembelajaran yang
telah dilalui. Keuntungan lain dari penilaian unjuk kerja adalah membuat
pembelajaran lebih relevan dengan kehidupan siswa dan dunia nyata (Jack Ott).
Melalui penilaian ini akan membantu guru-guru memusatkan pada hasil-hasil
pendidikan secara nyata. Sebagai siswa yang sedang belajar, hal itu akan
menjadikan mereka kompeten dalam pemecahan masalah, yakin dengan
kemampuannya dalam berpikir logis dan dapat mengkomunikasikan ide-idenya
dengan jelas. Mereka akan mengakui bahwa mereka telah menerima
pembelajaran dan mengakui bahwa pendidikan itu bermanfaat untuk kehidupan
mereka.
Penilaian unjuk kerja digunakan guru untuk melihat apakah siswa
mendapat pemahaman yang nyata tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang
dapat mereka kerjakan. Menurut Jack Ott, penilaian unjuk kerja tidak seperti
paper and pencil test dan juga tidak memberikan ancaman bagi siswa. Hal ini
dikarenakan tidak ada jawaban benar atau salah pada penilaian unjuk kerja.
Kenyataannya, penilaian ini dapat mengatasi ketakutan siswa dalam belajar
matematika. Siswa tidak akan takut mengeluarkan pendapat di kelas dan tidak
takut memberikan jawaban yang salah.
Menurut Airisian, terdapat empat faktor mendasar dalam mengembangkan
penilaian unjuk kerja, yaitu:
a. Mempunyai tujuan yang jelas
b. Mengidentifikasi aspek-aspek yang dapat diamati
c. Menyiapkan setting yang cocok, artinya tugas yang diberikan harus dikerjakan
secara individu atau secara berkelompok.
d. Menilai performens.
Tujuan penilaian unjuk kerja adalah untuk mengetahui apa yang diketahui
siswa dan apa yang dapat mereka lakukan. Tugas penilaian unjuk kerja harus
bermakna, realistis atau sesuai dengan kehidupan nyata dan dapat mengukur
penguasaan siswa.
Karena model penilaian ini merupakan penilaian baru, maka
bagaimanakah seorang guru memulai menggunakan tugas penilaian unjuk kerja
ini? Berikut ini diberikan petunjuk-petunjuk untuk memulai menggunakan tugas
unjuk kerja:
a. Pertama, akan bijaksana bila memulainya secara perlahan dan teratur.
b. Kedua, tidak perlu menilai unjuk kerja siswa setiap hari atau tidak
melaksanakan sama sekali.
c. Ketiga, tidak perlu semua materi pembelajaran dievaluasi dengan unjuk kerja.
Pemilihan materi yang tepat akan menghasilkan penilaian unjuk kerja yang
efektif sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Bagaimanakah penilaian unjuk kerja pada mata pelajaran matematika?
Berikut ini diberikan beberapa petunjuk yang dapat membantu guru dalam
melaksanakan penilaian unjuk kerja pada mata pelajaran matematika, yaitu:
1. Dikenalkan secara bertahap dengan menggunakan beberapa tugas yang
sederhana, tetapi berguna.
2. Memusatkan pada tujuan proses dalam penalaran.
3. Melibatkan perluasan dalam metodologi pembelajaran matematika.
4. Tidak kompleks dan tidak sulit untuk diterapkan.
5. Menjadi bagian yang terpadu dalam proses-proses penilaian.
6. Meminta guru untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran.
7. Digunakan pada semua tingkatan kelas.
8. Mengarahkan pada pengembangan tugas penilaian yang disesuaikan
dengan kurikulum.
9. Memberikan pemahaman yang realistis dan mendalam tentang apa yang
diketahui siswa dan apa yang dapat dilakukan siswa.
Dalam menyusun tugas penilaian unjuk kerja, perlu diperhatikan beberapa
kriteria seperti berikut.
a) Mengarah kepada standart kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin
dicapai.
b) Memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan pikiran dan
pemahamannya serta tidak hanya meminta jawaban tunggal.
c) Memberikan kesempatan untuk menilai proses-proses yang ada dalam
tugas.
d) Realistik, menarik dan merangsang untuk berpikir.
e) Menekankan kedalaman dan pengusaan materi.
f) Open-ended. Tugas yang diberikan merupakan soal terbuka yang
mempunyai jawaban yang tidak tunggal.
g) Tidak algoritmik, yaitu tidak mempunyai satu alur yang jelas dalam
penyelesaiannya yang nampak pada awal tugas.
h) Menimbulkan pertanyaan baru, yaitu menuntun siswa untuk mengetahui
lebih jauh tentang masalah yang diberikan.
Dalam penilaian unjuk kerja, evaluasi terhadap hasil kerja siswa
dibandingkan dengan kriteria-kriteria pencapaian unjuk kerja. Tujuan guru dalam
menilai adalah untuk melihat perkembangan intelektualnya atau kekurangannya.
Dalam penilaian ini harus diperhatikah dua hal yaitu standar unjuk kerja dan tugas
unjuk kerja. Standar unjuk kerja harus ditetapkan lebih dahulu sehingga dapat
digunakan untuk menentapkan tugas unjuk kerja yang diberikan pada siswa.
Standart unjuk kerja dapat dikembangkan sendiri oleh guru dalam bentuk
sederhana..
Untuk menentukan standar penilaian, pertama kali guru harus menentukan
apakah prosesnya atau hasilnya yang akan dinilai. Jika prosesnya yang akan
dinilai, maka standar dipakai untuk menilai siswa ketika melakukan
penampilannya. Jika hasilnya yang akan dinilai, maka standar diperlukan untuk
menilai hasil dari proses tersebut. Namun pada kenyataannya, baik proses maupun
hasil dapat dinilai bersama-sama. Yang terpenting dalam menentukan standar
unjuk kerja adalah menguraikan seluruh penampilan atau hasilnya menjadi
komponen-komponen, yang akan memandu pembuatan standar penilaian unjuk
kerja.
Penilaian unjuk kerja tergantung pada standar penilaian yang diamati dan
dinilai. Untuk memudahkan guru dalam menentukan standar penilaian unjuk
kerja, berikut ini diberikan panduan untuk memudahkan penyusunan.
1. Tentukan penampilan atau tugas yang akan dinilai:
a. Langkah-langkah apa saja yang harus dikerjakan siswa untuk
menyelesaikan tugas?
b. Aspek mana saja yang perlu bagi penampilan atau hasilnya?
c. Temukan unsur-unsur penting dalam penampilan siswa.
d. Karya apa saja yang mungkin dihasilkan siswa
2. Susun aspek-aspek penting dari penampilan atau karya siswa:
a. Langkah-langkah penting diambil untuk terselesainya tugas.
b. Langkah apa yang ditekankan dalam pembelajaran?
c. Langkah khusus yang dapat ditemukan siswa untuk menyelesaikan
tugas.
3. Batasi jumlah standar penilaian sehingga semuanya dapat teramati
selama penampilan siswa. Namun hal ini tidak begitu penting jika yang
diamati hasil atau karyanya.
4. Nyatakan Standar penilaian dalam bentuk tindakan atau karya yang dapat
diamati.
5. Susun urutan standar penilaian sesuai dengan urutan pengamatan.
Dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan panduan standar
penilaian, maka dihasilkanlah suatu rubrik penskoran. Rubrik penskoran adalah
seperangkat standar penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi kerja siswa
dan mengakses kinerja siswa. Rubrik harus menekankan penilaian pada tujuan
proses pembelajaran.
Tahap awal dalam menilai tugas unjuk kerja adalah dengan menetapkan
suatu sistem untuk mendokumentasi (mengumpulkan) unjuk kerja siswa. Standart
unjuk kerja harus ditetapkan lebih dahulu dan standar-standar tersebut ditetapkan
dalam suatu rubrik. Dalam rubrik penskoran digunakan kriteria-kriteria tertentu
untuk menilai tugas unjuk kerja siswa. Dalam rubrik, kriteria tugas unjuk kerja
siswa bergerak dari umum ke khusus. Rubrik yang digunakan memuat 4 skala
peringkat dari superior sampai tidak memuaskan. Skala itu dapat dimodifikasi
dengan mudah untuk menambah butir-butir penilaian yang sesuai. Karena
penilaian ini menggunakan rubrik, maka siswa harus tahu apakah arti dari masing-
masing tingkatan yang ada. Jadi kriteria unjuk kerja khusus harus berkaitan
dengan masing-masing tugas unjuk kerja yang diberikan pada siswa. Komentar-
komentar khusus dapat ditambahkan pada kertas pekerjaan siswa dan dicatat guru
pada kolom tersendiri dalam rubrik.
Saat siswa telah menyelesaikan tugas unjuk kerja, hasilnya dibandingkan
dengan rubrik khusus dan penskorannya secara holistik berdasarkan tingkatan
terbaik yang dicapai siswa. Berikut ini contoh rubrik penskoran umum untuk
penilaian unjuk kerja.
Rubrik Penskoran Umum
Tingkatan Kriteria Umum Kriteria
(Level) Khusus
4  Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep-
Superior konsep.
 Menggunakan strategi-strategi yang sesuai.
 Komputasinya benar
 Tulisan penjelasannya patut dicontoh.
 Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai dengan
penerapannya)
 Melebihi permintaan masalah yang diinginkan.
3  Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep.
Memuaskan  Menggunakan strategi yang sesuai.
dengan  Komputasi sebagaian besar benar.
sedikit  Tulisan penjelasannya efektif.
kekurangan  Diagram/tabel/grafik sebagaian besar tepat .
 Memenuhi semua permintaan masalah yang diinginkan.
2  Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar
Cukup konsep-konsep.
memuaskan  Tidak menggunakan strategi yang sesuai.
dengan  Komputasi sebagaian besar benar.
banyak  Tulisan penjelasannya memuaskan.
kekurangan  Diagram/tabel/grafik sebagaian besar tepat.
 memenuhi sebagian besar permintaan masalah yang
diinginkan.
1  Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman
Tidak terhadap konsep-konsep.
memuaskan  Tidak menggunakan strategi yang sesuai.
 Komputasi tidak benar.
 Tulisan penjelasannya tidak memuaskan.
 Diagram/tabel/grafik tidak tepat (Tidak sesuai).
 Tidak memenuhi permintaan masalah yang diinginkan.
Kriteria khusus untuk rubrik tertentu, dikembangkan oleh guru
berdasarkan standar-standar unjuk kerja yang akan dinilai dalam satu kegiatan.
Untuk menilai unjuk kerja siswa, selain menggunakan rubrik dapat pula seorang
guru dapat melakukan dengan cara yang lebih sederhana, yaitu dengan
menggunakan bantuan kartu penilaian. Dalam kartu penilaian berisi komponen-
komponen unjuk kerja yang akan dinilai. Setiap komponen dinilai dengan
menggunakan skala penilaian, misal 1: tidak benar, 2: kurang benar, 3: benar
tetapi kurang sempurna, dan 4: sempurna. Bentuk kartu penilaian seperti berikut:
Kartu Penilaian
Penilaian
No. Standar Unjuk Kerja 4 3 2 1
Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-
1.
konsep.
2. Menggunakan strategi-strategi yang sesuai.

3. Komputasinya benar

4. Tulisan penjelasannya patut dicontoh.


Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai dengan
5.
penerapannya)
Data hasil tugas unjuk kerja digunakan untuk mendeskripsikan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah melalui kegiatan unjuk kerja.
Pada setiap standar unjuk kerja diberi skor 1 sampai dengan 4. Siswa yang gagal
melakukan unjuk kerja ditetapkan akan memperoleh skor minimum. Skor
minimum, median skor dan skor maksimum diperoleh dengan rumus (Kurikulum
2004):

Skor minimum = 1  banyaknya standar unjuk kerja

Skor maksimum = 4  banyaknya standar unjuk kerja

skor miinimum  skor maksimum


Median skor =
2

Pada kartu penilaian terdapat 5 standar unjuk kerja yang akan dinilai,
maka nilai minimum yang akan dicapai siswa adalah 5 dan nilai maksimum yang
dapat dicapai siswa adalah 20. Rentangan nilai 5 sampai dengan 20 dibagi dalam
4 tingkatan/level (sesuai dengan tingkatan yang ada pada kartu penilaian). Setelah
diketahui skor total, nilai tersebut dikonversikan dengan rentang nilai seperti
berikut:
6  10 : gagal
11  15 : kurang berhasil
16  20 : berhasil
21  24 : sangat berhasil
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu
tertentu. Kunandar (2012:279) mengemukakan bahwa “penilaian terhadap suatu
tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian
data”. Tugas tersebut dapat berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data.
Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan. Penilaian proyek dilakukan mulai
dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru
perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan
disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar
cek ataupun skala penilaian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian proyek
adalah:
1. Ide proyek, hendaknya berasal dari guru.
2. Pelaksanaan proyek tidak pada awal pembelajaran.
3. Proyek pertama yang diberikan pada siswa bersifat sederhana.
4. Proyek pertama hendaknya membuat siswa tidak bekerja pada masalah
rutin.
5. Masalah yang diberikan menantang berpikir siswa.
6. Proyek diberikan sebagai tugas yang harus diselesaikan secara
berkelompok.
Tujuan utama dari tugas penilaian proyek dan investigasi dalam
pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan matematika
siswa. Melalui kegiatan proyek dalam mata pelajaran matematika, hasil yang
diinginkan dari siswa adalah:
1. Menyelesaikan dan memformulasikan masalah dalam matematika dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
2. Menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasikan ide-ide.
3. Menggunakan kemampuan mereka untuk mengaplikasikan ketrampilan
penalaran dan ketrampilan analisis mereka.
4. Mendemonstrasikan pengetahuan dari konsep, keterampilan dan algoritma.
5. Membuat kaitan di dalam matematika sendiri maupun dengan disiplin
ilmu lain.
6. Mengembangkan pemahaman tentang hakekat matematika.
7. Mengintegrasikan pengetahuan matematika ke dalam suatu konsep yang
lebih bermakna.
8. Menalar untuk membuat kesimpulan dari investigasi.
Rubrik Penskoran Tugas Proyek
Tingkatan
Kriteria Khusus Catatan
(Level)
 Menunjukkan pemahaman dari permasalahan penyajian dan ukuran
tendensi sentral
 Data yang terkumpul sesuai dengan kesepakatan kelompok
4
 Cara penyajian data semuanya sesuai dan bervariasi
(Superior)  Membuat rangkuman
 Meyajikan kuartil atas dan bawah serta jangkauan.
 Ukuran tendensi sentral yang digunakan sesuai
 Selalu menggunakan tabel untuk memudahkan memperoleh data
 Bekerja sistematis dan akurat
 Selalu bekerjasama
 Pameran mendukung terhadap pemahaman konsep matematika
 Terampil menggunakan alat untuk menyajikan data
 Menunjukkan pemahaman dari permasalahan penyajian dan ukuran
3 tendensi sentral
(Memuaskan  Data yang terkumpul sesuai dengan kesepakatan kelompok
dengan sedikit  Cara penyajian data semuanya sesuai.
kekurangan)  Ukuran tendensi sentral yang digunakan sesuai
 Selalu menggunakan tabel untuk memudahkan memperoleh data
 Bekerja sistematis dan akurat
 Dapat bekerjasama
 Pameran mendukung terhadap pemahaman konsep matematika
 Terampil menggunakan alat untuk menyajikan data
 Menunjukkan pemahaman dari sebagian besar permasalahan penyajian
2 dan ukuran tendensi sentral
 Data yang terkumpul sesuai dengan kesepakatan kelompok
(Cukup
 Cara penyajian data sebagian sesuai.
memuaskan
 Ukuran tendensi sentral yang digunakan ada yang sesuai
dengan
banyak  Kadang-kadang menggunakan tabel untuk memudahkan memperoleh data
kekurangan)  Bekerja sistematis dan kadang-kadang tak akurat.
 Tidak dapat bekerjasama
 Pameran sebagian mendukung terhadap pemahaman konsep matematika
 Kurang terampil menggunakan alat untuk menyajikan data
 Menunjukkan pemahaman yang rendah atau tidak sama sekali, dari
1 pertanyaan-pertanyaan dan konsep yang dipelajari
 Data yang terkumpul tak sesuai dengan kesepakatan kelompok
(Tidak
 Cara penyajian data tidak sesuai.
memuaskan)
 Ukuran tendensi sentral yang digunakan tak sesuai
 Tidak menggunakan tabel untuk memudahkan memperoleh data
 Bekerja tidak sistematis
 Tidak dapat bekerjasama
 Pameran tidak mendukung terhadap pemahaman konsep matematika
 Tidak terampil menggunakan alat untuk menyajikan data

3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan salah satu penilaian yang sesuai dengan PBK untuk
mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena salah satu prinsip
pelaksanaan PBK adalah berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara
berencana, bertahap, terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya. Selain itu melalui
penilaian portofolio, akan diketahui gambaran tentang apa yang diketahui dan apa
yang dapat dilakukan siswa. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan (tugas-tugas)
siswa yang representatif dalam periode waktu tertentu. Fokus portofolio pada
pemecahan masalah, berpikir dan pemahaman, komunikasi, hubungan
matematika, dan pandangan siswa sendiri terhadap dirinya sebagai pebelajar
matematika.
Rubrik Penskoran Portofolio
Tingkatan (Level) Deskripsi
4  Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang menonjol.
Super  Menunjukkan keterampilan berbahasa yang menonjol.
 Menunjukkan kemampuan berargumentasi yang menonjol.
 Menunjukkan kemampuan membuat hubungan yang menonjol.
 Pengorganisasian yang sangat baik dan bersih.
 Melebihi permintaan.
3  Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang baik
Memuaskan  Menunjukkan keterampilan berbahasa yang baik.
 Menunjukkan kemampuan berargumentasi yang baik.
 Menunjukkan kemampuan membuat hubungan yang baik.
 Pengorganisasian yang baik dan bersih.
 Memenuhi semua permintaan.
2  Kadang-kadang menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
Agak memuaskan yang baik.
 Kadang-kadang Menunjukkan keterampilan berbahasa yang baik.
 Kadang-kadang berargumentasi dengan baik.
 Pengorganisasian dapat diterima dan bersih.
 Memenuhi sebagian besar permintaan.
1  Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang sangat
Tidak memuaskan rendah.
 Menunjukkan keterampilan berbahasa yang sangat rendah.
 Menunjukkan kemampuan berargumentasi yang sangat rendah.
 Pengorganisasian dan kebersihan kurang.
 Tidak memenuhi permintaan.

4. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes
tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Tes tertulis berbentuk esai menuntut dua jenis pola jawaban, 1. jawaban
terbuka (extended-response) 2. jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini
sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini
memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik
pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

5. Penilaian Sikap
Kunandar (2013:105) membagi lima jenjang proses berpikir ranah sikap,
yaitu menerima atau memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau
menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter.
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah: 1) Sikap
terhadap mata pelajaran. 2) Sikap terhadap guru/ pengajar. 3) Sikap terhadap
proses pembelajaran. Cara atau teknik, yaitu teknik observasi perilaku, pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi. a) Observasi perilaku b) Pertanyaan langsung c)
Laporan pribadi.
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5. 1 = sangat
kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik 5 = amat baik.
6. Penilaian Diri
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang.
Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain: 1) dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri; 2) peserta didik menyadari kekuatan darri
kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan
introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; 3) dapat
mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Penilaian
diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan
melalui langkahlangkah sebagai berikut. a) Menentukan kompetensi atau aspek
kemampuan yang akan dinilai. b) Menentukan kriteria penilaian yang akan
digunakan. c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek, atau skala penilaian. d) Merminta peserta didik untuk melakukan
penilaian diri. e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk
mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara
cermat dan objektif. f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik
berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Format Penilaian Diri
Kompetensi Sikap Sosial

You might also like