You are on page 1of 295

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318014132

GEREJA PECAH (CHURCH BREAKS)

Book · April 2015

CITATIONS READS
0 1,405

2 authors, including:

Dermawan Waruwu
Universitas Dhyana Pura Bali
104 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

leadership View project

Spiritual Tourism View project

All content following this page was uploaded by Dermawan Waruwu on 29 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
(PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA)

Ga
GEREJA PECAH !

ur
if
a
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
GEREJA PECAH !

a
(PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA)

if
ur
Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De

Dermawan Waruwu, S.Th.,M.Si


Suardin Gaurifa, M.Th
a
if
ur
Ga
GEREJA PECAH !

66 ar AL
© Penulis

28 n
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Right Re-

50 di
38 Su JU
served,Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit
13 & DI

Cetakan Pertama, Oktober 2014

14.5 x 21 cm; xxiv +192 hlm.


08 wu NI

ISBN:
Hp ru I

Penulis: Dermawan Waruwu, S.Th.,M.Si


Suardin Gaurifa, M.Th
Wa KU

Perancang Sampul : SunRise Studio


BU

Dicetak di Sun Rise Offset

Diterbitkan oleh:
an
aw
rm
De
Persembahan Buku v

Persembahan Buku

a
if
Buku ini dipersembahkan kepada

ur
para pemimpin gereja dan seluruh orang Kristen
agar terus berjuang mempersatukan gereja Tuhan.

Ga
Selain itu penulis persembahkan kepada

66 ar AL
28 n
dosen Universitas Kristen, Sekolah Tinggi Teologi, dan

50 di
38 Su JU
guru Pendidikan Agama Kristen di seluruh Indonesia
13 & DI

yang sedang bergelut untuk mempersiapkan calon pemimpin gereja.


08 wu NI

Akhirnya buku ini dipersembahkan


Hp ru I

kepada rekan-rekan pambaca yang sedang mengabdikan diri


Wa KU

bagi pembangunan karakter generasi muda.


BU

Betapa mengagumkan dan sucinya tugas pelayanan


yang sedang Anda kerjakan sampai saat ini.
Semoga Allah Tritunggal memberkati pelayanan Anda
an

dalam rangka mewujudkan keesaan gereja-Nya.


aw

Ini merupakan sebuah petualangan bersama.


rm

Saya sangat mengasihi Anda semua.


De

AMIN

v
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
Prakata vii

a
if
ur
PRAKATA

Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa,
Yesus Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) atas
08 wu NI

terselesaikannya buku ini. Tanpa pertolongan-Nya segala


usaha akan menjadi sia-sia dan tentu buku ini tidak akan
Hp ru I

bisa sampai di hadapan pembaca sekalian. Oleh karena


Wa KU

itu, hanya kepada Allah saja segala pujian, hormat, dan


kemuliaan sampai selama-lamanya.
BU

Ketika memulai menulis buku ini, penulis sangat


menyadari sepenuhnya akan keterbatasan karena
minimnya pengetahuan tentang sejarah pertumbuhan
an

gereja sertasejarah perjalanan kehidupan orang Kristen


aw

di seluruh dunia.Selain itu, penulis menyadari sebagai


pribadi yang paling berdosa sehingga merasa sangat tidak
rm

pantas untuk menulis buku ini. Dalam keterbatasan


De

itulah penulis meminta hikmat pengetahuan dari Allah


dan berusaha merenungkan kondisi gereja yang telah
mengalami pasang surutnya sampai detik ini.

vii
viii Gereja Pecah

Buku ini berisi tentang fenomena yang terjadi dalam


gereja dan kehidupan orang Kristen secara keseluruhan.
Dalam faktanya gereja telah mengalami perpecahan yang

a
signifikan dalam berbagai aliran dan denominasi. Buku

if
ini menguraikan sebab-sebab terjadinya perpecahan

ur
dalam gereja yang sudah berlangsung lama serta beberapa
strategi untuk mencegah berlanjutnya perpecahan

Ga
tersebut.Oleh karena itu, buku ini sangat baik dibaca dan

66 ar AL
dijadikan referensi oleh oleh pendeta, dosen, mahasiswa

28 n
teologi, pengurus gereja,dan seluruh umat Kristen dalam

50 di
38 Su JU
melaksanakan pelayanannya. Dengan demikian, semakin
13 & DI
hari imannya bertumbuh sehingga memiliki kerinduan
dan kemampuan untuk menyatukan gereja Tuhan di
08 wu NI

Indonesia dan seluruh dunia.


Bila kita meyakini bahwagereja belum mengalami
Hp ru I

perpecahan maka marilah tetap menjaganya agar tetap


Wa KU

utuh selamanya. Sebaliknya, jika kita mengakui bahwa


gereja telah pecah dalam berbagai aliran dan denominasi,
BU

maka kita harus bertanggungjawab untuk menyatu-


kannya kembali.Kondisi gereja saat ini dapat diibaratkan
seperti minyak dan air tidak mungkin bersatu lagi. Akan
an

tetapi, gereja sangat diharapkan bisa berdampingan


aw

satu dengan lainnya dalam berbagai perbedaan.Betapa


mulianya jika kita bersatu dalam kepelbagaian sebelum
rm

Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya.


De

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini


masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh sebab itu,
kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak
Prakata ix

sehingga buku ini pada akhirnya menjadi sempurna sesuai


yang diharapkan oleh semua pembaca. Dalam rangka
penyempurnaan itu dapat disampaikan secara langsung

a
melalui Hp. 081338665028 atau E.mail: waruwu28@

if
ymail.com.Hal ini bertujuan demi kemajuan gereja di

ur
Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Marilah berdoa serta berjuang agar gereja Tuhan bersatu

Ga
kembali sebagaimana doa dan harapan Tuhan Yesus.

66 ar AL
Tuhan Yesus memberkati kita semua.

28 n
50 di
38 Su JU
Denpasar-Bali, Oktober 2014
13 & DI
08 wu NI

Penulis
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
Kata Sambutan Dirjen Bimas Kristen xi

KATA SAMBUTAN DIRJEN BIMAS KRISTEN

a
if
ur
Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De

xi
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
Daftar Isi xiii

a
if
ur
DAFTAR ISI

Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
PERSEMBAHAN BUKU .......................................... i
PAKATA ................................................................. vii
08 wu NI

KATA SAMBUTAN DIRJEN BIMAS KRISTEN ....... xi


Hp ru I

DAFTAR ISI ........................................................... xiii


Wa KU

BAB I PENDAHULUAN ................................... 1


BABII EKSISTENSI GEREJA .......................... 9
BU

Selayang Pandang Gereja ....................... 9


Polemik Israel Rohani ............................ 10
Bersentuhan Dengan Sejarah Dunia ...... 15
an

Kondisi Gereja Mula-Mula ...................... 17


BAB III GEREJA YANG MEMBUMI ....................
aw

21
Gereja dan Hakikatnya .......................... 21
rm

Gereja Bersifat Gedung ......................... 28


De

Gereja Yang Melawan ........................... 31


Gereja Tempat Orang Berdosa ............... 34
Gereja Yang Berubah ............................. 38

xiii
xiv Gereja Pecah

Gereja Yang Bertumbuh ........................ 42


Gereja Yang Melayani ............................ 47
Gereja Yang Rohani ............................... 52

a
BAB IV SISTEM KEPEMIMPINAN GEREJA ....... 57

if
Kepemimpinan Pendeta ......................... 58

ur
Kepemimpinan Majelis Jemaat .............. 68
Kepemimpinan Majelis Sinode ............... 77

Ga
BAB V KEKUASAAN DALAM GEREJA ............. 81

66 ar AL
Konsep Kekuasaan ................................ 81

28 n
50 di
Pemimpin Gereja Memiliki Kuasa ...........
38 Su JU 84
Kekuasaan Yang Otoriter ...................... 89
13 & DI

Hegemoni Pemimpin Kepada Jemaat ...... 91


Kekuasaan Rohani vs Sekuler ................ 101
08 wu NI

BAB VI HUKUM DAN PEMERINTAHAN GEREJA 111


Hp ru I

Pengertian Hukum Gereja ...................... 111


Rancangan Hukum Gereja .................... 113
Wa KU

Penerapan Hukum Gereja ..................... 115


BU

Sistem Pemerintahan Gereja .................. 118


BAB VII DOKTRIN DALAM GEREJA .................. 135
Sejarah Doktrin Gereja .......................... 135
Doktrin Keselamatan ............................. 138
an

Doktrin Baptisan ................................... 142


aw

Ideologi Baptisan ................................... 156


rm

BAB VIII ALIRAN-ALIRAN DALAM GEREJA ........ 159


Aliran Lutheran ..................................... 159
De

Aliran Calvinis ....................................... 162


Aliran Anglican ...................................... 165
Daftar Isi xv

Aliran Mennonit ..................................... 168


Aliran Baptis ......................................... 172
Aliran Methodist .................................... 175

a
Aliran Pentakosta .................................. 177

if
Aliran Kharismatik ................................ 181
Aliran Injili ........................................... 183

ur
Aliran Bala Keselamatan ....................... 184

Ga
Aliran Adventis ..................................... 187

66 ar AL
Aliran Saksi Jehovah ............................. 189

28 n
Aliran Mormon ..................................... 193

50 di
38 Su JU
Aliran Christian Science ......................... 196
13 & DI
Aliran Scientology .................................. 199
Aliran Gerakan Zaman Baru .................. 201
08 wu NI

Aliran-Aliran Lainnya ............................ 202


BAB IX AMANAT AGUNG ................................. 207
Hp ru I

Yesus Berkuasa Atas Sorga dan Bumi .... 208


Wa KU

Semua Bangsa Murid Yesus .................. 210


Membaptiskan Semua Bangsa ............... 214
BU

Pelayanan Misionaris ............................ 218


Amanat Agung Vs Perpecahan Gereja ..... 226
BAB X GEREJA YANG BERSATU ..................... 231
an

Doa Tuhan Yesus .................................. 231


aw

Berbeda Tetapi Oikumene ...................... 237


Bersatu Dalam Misi Bersama ................. 243
rm

Bersatu Itu Mutlak ................................ 245


De

Bertumbuh Tetapi Bersatu .................... 248


BAB XI KESIMPULAN ........................................ 253
xvi Gereja Pecah

DAFTAR ISTILAH .................................................. 259


DAFTAR SINGKATAN ............................................ 265
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 269

a
RIWAYAT PENULIS ............................................... 277

if
ur
Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De
BAB I | Pendahuluan 1

a
if
ur
BAB I

Ga
PENDAHULUAN

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Berdasarkan sejarah perjalanan bangsa ini menun-
jukkan bahwa tidak ada satu pun agama yang telah
08 wu NI

diakui oleh pemerintah merupakan hasil ciptaan orang


Indonesia secara langsung. Semua agama yang sudah
Hp ru I

ada saat ini seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,


Wa KU

dan Kong Hu Chu merupakan produk dari negara-negara


Eropa, Amerika, Australia, Arab, dan sebagainya. Dalam
BU

penyebarannya di Indonesia tentu dilakukan oleh orang-


orang pribumi yang dibantu oleh para tokoh-tokoh agama
dari negara tersebut. Jumlah agama ini kemungkinan
an

akan terus bertambah.


aw

Agama Kristen yang dahulu disebut Kristen


Pro­
testan merupakan hasil pelayanan para misionaris
rm

dari beberapa negara seperti Belanda, Jerman, Amerika,


De

Inggris, Korea, dan Australia yang sengaja datang ke


Indonesia. Keberadaan gereja Tuhan ini merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gere-

1
2 Gereja Pecah

ja-gereja yang ada di luar negeri. Hal ini tidak terlepas


dari peran para misionaris dari berbagai aliran, deno­
minasi, yayasan kristiani, dan lembaga sosial lainnya

a
yang terbeban menunaikan misi Amanat Agung Tuhan

if
Yesus yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia.

ur
Semua agama di Indonesia bukan hasil

Ga
peradaban bangsa ini, melainkan hasil
impor dari beberapa negara di seluruh

66 ar AL
28 n
dunia. Agama Kristen merupakan ha­

50 di
38 Su JU
sil pelayanan para ­ misionaris yang
­sengaja datang ke Indonesia.
13 & DI

Di balik penjajahan Belanda selama kurang lebih


08 wu NI

350 tahun tentunya memberi pengaruh yang besar atas


Hp ru I

perkembangan agama Kristen di Indonesia. Sebelum


peristiwa penjajahan itu berlangsung, agama Kristen
Wa KU

sudah ada khususnya di daerah Barus, Sumatera Utara


BU

pada abad ke-7 yang dibawa oleh pedagang Nestorian


dari Timur Tengah (Aritonang, 2000:11). Bisa dikatakan
bahwa agama Kristen merupakan agama pertama dan
tertua, selain agama-agama suku lainnya.
an

Selain pengaruh di atas, agama Kristen juga masuk


aw

dan berkembang melalui destinasi pariwisata. Negara


rm

kita yang dikenal sebagai negara kepulauan, keaneka­


ragaman budaya, adat istiadat, dan kekayaan sumber
De

daya alam, sehingga memiliki daya Tarik bagi wisatawan


mancanegara. Dalam kondisi ini terjadi asimilasi dan
BAB I | Pendahuluan 3

akulturasi kebudayaan. Dapat dipastikan para wisa-


tawan yang agama Kristen pun ikut memberi andil serta
nuansa kekristenan dalam pertumbuhan pariwisata.

a
Perkembangan agama Kristen selanjutnya tentu

if
tidak terlepas dari peran serta orang Indonesia yang

ur
beragama Kristen. Jerih payah mereka penting untuk
diperhitungkan. Mereka yang pergi keluar negeri untuk

Ga
melanjutkan studi baik pendidikan sekuler maupun

66 ar AL
pendidikan teologi ikut ambil bagian dalam misi pembe­

28 n
ritaan Injil ini. Tak terkecuali mereka yang bekerja selama

50 di
38 Su JU
beberapa tahun di luar negeri. Ketika mereka kembali
13 & DI
sebagian besar terpengaruh dengan kehidupan di sana
serta membawa aliran dan denominasi gereja baru.
08 wu NI

Perkembangan kekristenan tidak terlepas dari jerih


lelah orang-orang Kristen terdahulu. Kita perlu belajar
Hp ru I

dari semangat mereka serta memberikan apresiasi atas


Wa KU

perjuangannya dalam memberitakan Injil. Tuhan Yesus


sangat mengharapkan agar semua orang mendengar
BU

kabar sukacita dari-Nya dan mereka beroleh keselamatan


kekal.
Di balik perkembangan gereja saat ini, ternyata
an

segudang permasalahan pun ikut mengalami pening-


aw

katan. Tingkat kepercayaan masyarakat Kristen terhadap


gereja sebagai lembaga spiritual semakin menurun.
rm

Kesatuan dan persatuan di antara para pemimpin gereja


De

sangat sulit terwujud. Ditambah lagi, ada beberapa dari


pemimpin ini tidak memiliki integritas sebagai pelayan
dan teladan bagi umat Tuhan.
4 Gereja Pecah

Berbagai aliran dan denominasi gereja bermunculan


pada setiap wilayah di Indonesia. Fenomena ini menun-
jukkan bahwa sesungguhnya gereja telah mengalami

a
perpecahan. Pada awal kekristenan hanya dikenal adanya

if
satu agama atau gereja Katolik. Kemudian terbagi menjadi

ur
agama Kristen Katolik dan Kristen Pro­
testan. Dalam
perjalanan waktu yang panjang, agama Kristen Protestan

Ga
terbagi-bagi dalam berbagai aliran dan denominasi gereja

66 ar AL
sampai saat ini. Berdasarkan fakta itu gereja menun-

28 n
jukkan dirinya telah terpecah-pecah dalam beberapa

50 di
38 Su JU
aliran dan denominasi gereja yang berbeda-beda.
13 & DI

Gereja Katolik Roma terpecah menja­


di agama Katolik dan agama Kristen.
08 wu NI

­Agama Kristen terpecah dalam ­berba­


Hp ru I

gai aliran dan denominasi.


Wa KU

Sebagian besar pemimpin gereja menganggap


BU

bahwa pertambahan aliran dan denominasi gereja tidak


dapat dikategorikan sebagai perpecahan gereja. Dengan
banyaknya aliran dan denominasi gereja adalah sebuah
strategi penginjilan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau
an

jiwa-jiwa baru dalam rangka meningkatkan jumlah orang


aw

Kristen. Pendapat ini tentu sangat tidak relevan apabila


rm

melihat pertambahan jumlah orang Kristen di Indonesia


saat ini. Jumlah orang Kristen yang baru percaya belum
De

mengalami peningkatan yang signifikan. Dapat dika-


takan bahwa jumlah orang Kristen masih sedikit.
BAB I | Pendahuluan 5

Ada beberapa aliran dan denominasi gereja


yang mengklaim bahwa gereja yang dipimpinya telah
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan yang dimaksud

a
hanya dilihat secara kuantitas dan bukan kualitas.

if
Pertumbuhan semacam ini biasanya diukur dengan

ur
bertambahnya jumlah orang yang beribadah di gerejanya.
Secara jujur harus diakui bahwa pertambahan jumlah

Ga
anggota dalam sebuah gereja sebagian besar berasal dari

66 ar AL
aliran atau denominasi gereja lain yang ada di sekitarnya.

28 n
Orang Kristen kembali menjadi orang Kristen. Dengan

50 di
38 Su JU
perkataan lain, “memancing di kolam atau aquarium
13 & DI
gereja lain”.
Perpecahan gereja yang terjadi sampai saat ini tentu
08 wu NI

tidak terlepas dari pengaruh setiap pemimpin gereja dan


anggotanya. Sebagian besar pemimpin gereja haus dengan
Hp ru I

kekuasaan, kedudukan, dan bahkan melakukan korupsi


Wa KU

dalam gereja. Sebagai lembaga dan pemimpin rohani


tentu sikap semacam ini tidak dibenarkan. Akibatnya ada
BU

jemaat yang kritis kemudian keluar dari gereja tersebut.


Dalam kondisi ini biasanya baik pemimpin gereja ataupun
jemaatnya berusaha membentuk aliran dan denominasi
an

gereja baru.
aw

Dalam menyingkapi realitas semacam ini maka


beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab dan
rm

direnungkan kembali oleh setiap pemimpin gereja di


De

dunia ini. Apakah penginjilan dalam rangka menjalankan


tugas Amanat Agung Tuhan Yesus hanya dapat dicapai
dengan membuat aliran dan denominasi gereja seba­
6 Gereja Pecah

nyak-banyaknya? Mengapa Tuhan Yesus terus mendokan


gereja-Nya sampai kini agar tetap bersatu sebelum Dia
datang kembali? Mengapa aliran dan denominasi gereja

a
tidak saling menerima padahal Yesus Kristus, Alkitab,

if
dan agamanya sama? Untuk dapat menjawab semua

ur
pertanyaan di atas perlu kerendahan hati dari setiap
pemimpin gereja dan orang Kristen secara keseluruhan.

Ga
Apakah yang dilakukan selama ini sesuai dengan

66 ar AL
kehendak Kristus atau kehendak diri sendiri!

28 n
50 di
38 Su JU
Gereja pecah karena sikap pemim­ pin
13 & DI
dan anggota jemaat yang haus ke­
kuasaan, kedudukan, dan tin­­­da­kan
korupsi.
08 wu NI
Hp ru I

Melalui buku yang berjudul “Gereja Pecah!” ini dapat


memberikan informasi dan pencerahan tentang kondisi
Wa KU

gereja saat ini. Konsep “Gereja Pecah” merupakan sesuatu


BU

yang baru dan menarik untuk dibaca dalam rangka mere-


fleksikan kembali kisah perjalanan kekristenan hingga
kini. Meskipun perpecahan gereja sudah berlangsung
sejak jaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan sampai
an

pada era globalisasi saat ini. Dalam buku ini menyajikan


aw

berbagai konsep dan ide dalam rangka menyatukan gereja


rm

di seluruh Indonesia dan dunia.


Topik ini diangkat sebagai bentuk keprihatinan
De

penulis terhadap kondisi gereja-gereja yang sudah dan


sedang berkembang di Indonesia pada khususnya dan
BAB I | Pendahuluan 7

dunia secara keseluruhan. Perpecahan gereja semacam


ini telah jauh dari harapan dan tujuan Tuhan Yesus yang
telah berkorban di atas kayu salib untuk menyelamatkan

a
umat-Nya dari dosa mereka. Yesus menghendaki agar

if
adanya persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya

ur
sampai Dia datang kembali.
Berdasarkan realita di atas, maka buku ini ditulis

Ga
dengan tujuan untuk memamparkan faktor-faktor dan

66 ar AL
berbagai aspek penting lainnya yang membuat gereja

28 n
mengalami perpecahan. Dalam menyelesaikan masalah

50 di
38 Su JU
agama sangat diperlukan pendekatan sosial-budaya.
13 & DI
Pendekatan ini jangan dianggap tabu dan merasa mence-
markan agama atau persoalan perpecahan gereja ini.
08 wu NI

Selain itu, beberapa konsep dan teori dari para teolog


ikut ambil bagian dalam membedah persoalan ini. Akan
Hp ru I

tetapi, solusi praktis yang alkitabiahlah yang menjadi


Wa KU

prioritas utama. Dengan demikian, doa Agung Tuhan


Yesus tentang persatuan dan kesatuan gereja-Nya dapat
BU

diwujudkan melalui pribadi pemimpin gereja, para teolog,


para ilmuan sosial, pemerintah terkait, organisasi oiku-
menis, dan orang Kristen di seluruh dunia.
an
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB II | Eksistensi Gereja 9

a
if
ur
BAB II

Ga
EKSISTENSI GEREJA

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI

A. Selayan Pandang Gereja


Belajar tentang kehidupan gereja tidaklah lepas dari
08 wu NI

benang merah yang menghubungkan kita dengan sejarah


Hp ru I

awal kehadiran gereja dalam iman Kristen. Sejarah keha­


Wa KU

diran gereja merupakan modal penting untuk menelusuri


akar dari persoalan yang timbul pada zaman modern ini
BU

dalam kehidupan gereja. Peristiwa lampau tersebut menjadi


petunjuk yang berharga untuk kita dalam memahami
secara bijak hal-hal yang akhir-akhir ini menimpa perjala-
an

nan sejarah gereja.


Mengingatkan kita dengan tokoh proklamator dan
aw

pendiri bangsa Indonesia Soekarno, yang pernah menge-


rm

mukakan pernyataan terkenal yang disingkat dengan “JAS-


De

MERAH” artinya “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”


memberi dorongan bagi kita untuk berbalik kepada sejarah
sebagai gudang informasi yang adalah cikal bakal segala

9
10 Gereja Pecah

sesuatu yang terjadi pada masa kini. Senada dengan apa


yang Allah nyatakan kepada Musa untuk menyaksikan
bagaimana kuasa dan kebesaran-Nya didemonstrasikan

a
kepada Firaun Raja Mesir. Sebagai salah satu tujuan­nya

if
adalah supaya Musa dan Harun menceritakan kepada

ur
keturunan mereka bagaimana Allah melakukan mu-
jizat-mujizat supaya dengan demikian mereka percaya

Ga
bahwa Dia adalah Tuhan (Keluaran 10:1-2).

66 ar AL
Dengan demikian, selayang pandang kehadiran gereja

28 n
50 di
38 Su JU
merupakan gerbang yang indah bagi kita untuk menjejaki
isu-isu eklesiologi yang sedang berkembang hingga masa
13 & DI

kini. Sebab di dalam sejarah awal keberadaan gereja ter-


simpan catatan yang melimpah lika-liku perkembangan ke-
08 wu NI

hidupan gereja yang dampaknya sampai pada gereja jaman


Hp ru I

ini.
Wa KU

B. Polemik Israel Rohani


Polemik tentang keberadaan gereja saat ini dapat ter-
BU

jembatani dengan memahami sejarah keberadaan gereja


pada masa lalu secara khusus pada jaman Perjanjian Baru.
Tuhan Yesus berfirman dalam Matius 16:18 “di atas batu
an

karang ini aku akan mendirikan jemaatku” teks Yunanin-


ya mencatat demikian “kavgw. de, soi le,gw o[ti su. ei= Pe,troj( kai.
aw

evpi. tau,th| th/| pe,tra| oivkodomh,sw mou th.n evkklhsi,an kai. pu,lai a[d| ou ouv
rm

katiscu,sousin auvth/jÅ” Kata oikodomeso (to build) adalah kata


De

kerja yang berbentuk indikatif futur.


Untuk menjelaskan maksud ayat firman Tuhan di
atas harus dipahami secara utuh. Makna yang terkan­
BAB II | Eksistensi Gereja 11

dung dari kata itu menjelaskan sesuatu yang akan diba-


ngun atau didirikan dan sifatnya memang belum pernah
dibangun. Selanjutnya pengertian berkembang sebagai ek­

a
klesian (jemaat/gereja) yang berarti gereja akan dibangun.

if
Tepat­nya pada masa para rasul sebagaimana direalisasikan

ur
dalam peristiwa Pentakosta (Walvoord, 1984:18). Dengan
demi­kian, tidak tepat kalau gereja adalah kesinambungan

Ga
Israel. Apabila gereja berkedudukan sebagai kelanjutan

66 ar AL
Israel, maka bahasa yang dipakai bukanlah futur, tetapi

28 n
lebih kepada renovasi program Israel yang diwujudkan

50 di
38 Su JU
dalam kehadiran gereja saat ini.
13 & DI
Istilah gereja secara rohani yang kita kenal saat ini
tentu tidak sama dengan pemahaman pada jaman Perjan-
08 wu NI

jian Lama (PL). Kendati Bait Allah selalu menjadi sentral


peribadatan umat Israel pada waktu itu. Dalam pandangan
Hp ru I

Thiessen (2003:479) bahwa kelihatannya sesuatu yang sulit


Wa KU

untuk dipercayai bahwa Yesus hanya bermaksud menga-


dakan awal yang baru dalam perkembangan gereja sebab
BU

sangat jelas dinyatakan bahwa yang Yesus sedang bicara-


kan adalah mendirikan gereja dan bukan membangunnya
kembali.
an

Dalam Septuaginta yaitu Alkitab Perjanjian Lama


aw

yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani dan dipakai pada


abad pertama menegaskan bahwa kata qahal diterjemah-
rm

kan dengan kata ekklesia. Penggunaan ekklesia sebagai ter-


De

jemahan kata qahal dalam bahasa Ibrani merujuk kepada


pe­
ngertian sebagai suatu perkumpulan jasmani. Kata
ini tidak pernah digunakan untuk menekankan sebuah
12 Gereja Pecah

gagasan mengenai gabungan mistik para orang kudus


sebagai kumpulan rohani dari orang-orang yang terpisah
secara geografis.

a
Gagasan tentang jemaat atau gereja yang adalah

if
ekkle­sia sebagai perkumpulan orang-orang kudus secara

ur
geografis tidak pernah ditemukan dalam PL. Meskipun
dalam pengertian tertentu Israel adalah masyarakat rohani,

Ga
tetapi lebih bersifat rasial dan politis dari pada kondisi

66 ar AL
rohani. Sekalipun pemahaman tentang gereja dalam PL

28 n
dapat berarti masyarakat rohani dan hal ini sesuatu yang

50 di
38 Su JU
lazim dalam teologia. Akan tetapi, peristilahan dalam PL
13 & DI

tidak mendukung gagasan tersebut. Istilah ekklesia yang


diterapkan kepada tubuh Kristus yaitu semua orang percaya
08 wu NI

dalam segala jaman adalah merupakan sebuah kekhusu-


san atau keunikan Perjanjian Baru (PB). Hal ini memberi
Hp ru I

isyarat akan pola baru dari Allah yang membedakannya


Wa KU

dengan program ilahi bagi bangsa Israel dengan program­


BU

nya bagi bangsa-bangsa lain (Walvoord, 1984:15).


Penggunaan konsep umat yang dikhususkan bagi
Allah menjadi polemik bagi kalangan pemimpin gereja
selama perjalanannya di dunia ini. Dalam penyelidikan
an

Chris Marantika (2004:41) menegaskan:


aw

Semua teolog konservatif mengakui bahwa Perjanji-


an Baru merupakan dasar untuk anugerah pengam-
rm

punan dan berkat-berkat yang mengikutinya yang


semuanya diperoleh oleh darah Yesus Kristus. Bagi
De

golongan Amilenium, berpendapat bahwa nubuatan


itu dipenuhi secara simbolik oleh gereja, sedangkan
golongan premilenium berpendapat bahwa Perjan-
BAB II | Eksistensi Gereja 13

jian itu akan dipenuhi secara literal di masa depan


bagi Israel sebagaimana dinubuatkan oleh Perjan­jian
Lama (Yer.31:31-34) dan Perjanjian Baru (Rm.11:26-
27). Golongan kedua ini juga percaya bahwa ada

a
sebuah Perjanjian Baru yang lain yang berhubu­

if
ngan khusus dengan gereja seperti dinyatakan oleh
Lukas 22:20 dan 1 Korintus 11:25. Dan Perjanjian ini

ur
kepada Gereja (Ibr.8)

Ga
Setiap orang yang berada dalam Kristus selanjutnya

66 ar AL
adalah sama seperti umat Israel sebelumnya. Dinyatakan

28 n
sebagai umat pilihan Allah, kendatipun gereja tidak berada

50 di
38 Su JU
di bawah Perjanjian Musa dan Hukum taurat seperti bangsa
13 & DI
Israel namun bukan berarti bahwa kita harus menga­
baikannya. Perjanjian Lama harus dilihat sebagai catatan
08 wu NI

dari karya Allah yang secara historis mempersiapkan ke-


datangan Yesus dan membawa orang percaya masuk dalam
Hp ru I

keluarga Allah. Pentakosta merupakan waktu yang tepat


Wa KU

bagi Allah untuk menetapkan komunitas dalam Perjan­


jian Baru yang adalah gereja. Petrus mengawalinya dalam
BU

pelayanan khotbah yang luar biasa dan diresponi dengan


iman oleh orang-orang yang mendengarkannya. Pada saat
itu terjadilah pertobatan besar yang berujung kepada pem-
an

baptisan ribuan orang. Mulailah terjadi penghayatan ke-


aw

hidupan iman yang baru dan inilah cikal bakal dari gereja
(Lawson, 2008:29).
rm

Kecenderungan untuk menolak pemahaman akan


De

kesamaan antara gereja dan Israel dalam PL juga dilatar-


belakangi oleh kesulitan kita pada penempatan keturunan
Israel yang masih eksis sampai hari ini. Keberadaan bangsa
14 Gereja Pecah

Israel masa kini menjadi kesulitan tersendiri untuk meya­


kini bahwa gereja adalah kelanjutan dari Israel sebelum-
nya. Fakta lain menyatakan bahwa sampai hari ini yang

a
namanya keturunan Israel masih ada sebagai sebuah

if
bangsa yang kuat dan berkembang. Fakta ini tentu menjadi

ur
pertimbangan yang serius bagi kelompok-kelompok yang
mempertahankan pandangannya sehubungan dengan asal-

Ga
usul gereja yang diyakini sebagai cerita bersambung dari

66 ar AL
bangsa Israel dalam PL.

28 n
Pada akhirnya menjadi sesuatu yang bukan polemik

50 di
38 Su JU
ketika pemahaman ini diuji dengan konteks Alkitab yang
13 & DI
sebenarnya secara jujur membedakan antara gereja dan
Israel. Membangun sebuah pengertian yang tegas bahwa
08 wu NI

memang gereja bukanlah pembaharuan dari instrument


sebelumnya atau kelanjutan dari bangsa sebelumnya.
Hp ru I

Pola pandang eklesiologi ini dapat diresapi melalui gambar


Wa KU

formasi nubuatan berikut:


an BU
aw
rm
De
BAB II | Eksistensi Gereja 15

Mencermati ilustrasi nubuatan para nabi terse-


but, maka kita diberitahu bahwa sesungguhnya para nabi
menubuatkan tentang kelahiran Kristus sampai kepada

a
Surga baru, Bumi baru dan Yerusalem baru. Akan tetapi,

if
gereja merupakan misteri yang tidak diketahui dalam

ur
nubuatan para nabi. Artinya tidak ada indikasi bahwa para
nabi pada PL berbicara mengenai eksistensi gereja. Namun

Ga
Gereja hadir dalam nubuatan yang dimulai pada era Perjan-

66 ar AL
jian Baru. Jadi gereja adalah sesuatu yang betul-betul baru

28 n
50 di
38 Su JU
muncul dalam Perjanjian Baru yang hal itu masuk dalam
program Allah yang kekal, akan tetapi tidak dalam pengeta-
13 & DI

huan para nabi-nabi Perjanjian Lama.

C. Bersentuhan Dengan Sejarah Dunia


08 wu NI

Sekalipun gereja adalah organisme rohani, namun


Hp ru I

tidaklah berarti semua kisah dan keberadaannya bersifat


Wa KU

rohani. Gereja dalam keberadaannya adalah merupakan


bagian dari sejarah dunia. Perkembangan kehidupan gereja
BU

sejak awal kehadirannya sampai pada masa kini menoreh-


kan sejarah yang indah untuk dikenang sebagai pembelaja-
ran yang indah bagi kehidupan gereja masa kini. Selain itu
an

dapat menjadi teladan dalam ide-ide positif bagi perkem-


bangan dan perbaikan kondisi-kondisi yang berhubungan
aw

dengan benturan organisatoris, doktrinal, liturgis, dan se-


rm

bagainya.
De

Tentunya tak seindah yang dibayangkan sebagaima-


na seharusnya organisme rohani memproduksi hal-hal
rohani. Harus diakui kejujuran sejarah tidak bisa diban-
16 Gereja Pecah

tah. Meskipun gereja adalah gudang hal-hal rohani namun


keberadaan manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas
dari kelemahan-kelemahan, menjadi alasan yang harus

a
disadari sehingga sejarah kehidupan gereja mengalami

if
pasang surut dalam perkembangannya. Pelayan-pelayan

ur
dalam gereja masih mengalami proses perubahan ke arah
yang baik, benar, dan sempurna. Mereka masih bergelut

Ga
dengan keinginan diri sendiri, pengaruh lingkungan, dan

66 ar AL
rongrongan iblis.

28 n
50 di
Pada permulaan gereja sebagaimana dicantumkan
38 Su JU
dalam Kisah Para Rasul, beranjak pada pendirian jemaat-je-
13 & DI

maat oleh rasul-rasul yang kemudian gereja semakin


berkembang ketika Saulus bertobat dan berubah menjadi
08 wu NI

Paulus. Pada saat itulah terjadi perkembangan gereja yang


Hp ru I

luar biasa. Di beberapa tempat mulai dari Yerusalem ke ko-


ta-kota sekitarnya hingga sampai ke asia kecil dan bahkan
Wa KU

menjangkau Eropa oleh karena semangat pelayanan rasul


BU

Paulus. Gereja mula-mula ini yang dalam kurun waktu ber-


langsung pada tahun 30 M sampai 590 M. Hal ini dapat
diklasifikasikan dalam 3 bagian waktu yaitu: Gereja abad
permulaan (tahun 30 M – 590 M), kemudian Gereja pada
an

abad pertengahan (tahun 590-1500), dan Gereja pada Abad


aw

Modern (tahun 1500-masa kini). Gereja mengalami perkem-


bangan kendati berhadapan dengan penganiayaan dan tan-
rm

tangan pengajaran sesat di sekitarnya.


De

Sebagai gereja awal yang terbentuk dalam konteks


tiga bangsa yaitu Romawi, Yahudi dan Yunani. Gereja ber-
tumbuh dalam keunikan di mana pada kelahiran Yesus
BAB II | Eksistensi Gereja 17

bangsa Roma telah menduduki Palestina yang memung­


kinkan kedamaian tercipta pada masa kekuasaannya.
Kondisi ini merupakan peluang bagi perkembangan gereja.
Dalam hubungannya dengan bangsa Yahudi, sifat keper-

a
if
cayaan monoteistik yang kuat dan teologi Yahudi yang
menantikan kedatangan Mesias.

ur
Selain itu Alkitab Perjanjian Lama Yahudi yang

Ga
menjadi kitab suci orang Kristen pada abad pertama sebelum
terbentuk Perjanjian Baru menjadi peluang tersendiri bagi

66 ar AL
gereja dalam mengembangkan sayapnya memberitakan

28 n
50 di
38 Su JU
Injil. Peranan kekuasaan Yunani juga berdampak tersendiri
bagi kehadiran gereja abad permulaan. Jika Roma mengua-
13 & DI
sai dunia secara politik, maka Yunani menguasainya secara
intelektual (Indra, 2011:23).
08 wu NI

Pengaruh filsafat Yunani yang berkembang menjadi


tantangan berat bagi teologia Kristen, namun disisi lain
Hp ru I

filsafat Yunani telah menolong membuka jalan bagi pene­


Wa KU

rimaan gereja Kristen pada saat itu. Sebagai salah satu


contoh adalah kemunculan rasionalis menjadikan konsep
BU

berpikir politeisme tidak bertahan lama dan pada akhir­


nya monoteisme semakin nyata keberadaannya. Terjadilah
perubahan situasi pada saat itu dimana lambat laun filsa-
fat-filsafat yang terkenal mengalami keruntuhan, sehingga
an

menjadi pintu keterbukaan kepada kekristenan.


aw

D. Kondisi Gereja Mula-Mula


rm

Pada awalnya gereja hanyalah merupakan sebuah


De

kelompok kecil yang didominasi oleh orang Yahudi. Akan


tetapi, setelah terjadinya penganiayaan terhadap orang
Kristen maka menyebabkan penyebaran mereka di seluruh
18 Gereja Pecah

daerah pada saat itu. Situasi itulah yang membuat perkem-


bangan yang pesat dalam kehidupan gereja, dimana dalam
beberapa tempat itu pemberitaan Injil terbuka (Kisah Para

a
Rasul 8-11). Tentunya ini salah satu realisasi dari perintah

if
pemberitaan Injil yang disampaikan oleh Yesus sebelum ke-

ur
naikan-Nya (Mat.28:18-20; Mark. 16:15-18; Kis.1:8).
Semula orang-orang yang baru percaya kepada

Ga
Tuhan Yesus bersekutu dan beribadah di rumah mereka

66 ar AL
masing-masing dan belum ada gedung khusus untuk ke-

28 n
50 di
38 Su JU
baktian pada saat itu. Sehubungan dengan kebangkitan
Kristus yang bertepatan dengan hari minggu, maka per-
13 & DI

himpunan jemaat Kristen pada saat itu dilakukan pada


hari-hari minggu (Kis.20:7). Menurut Kuhl (1998:44) bahwa
08 wu NI

pada saat itu jemaat beribadah dengan tanpa adanya


Hp ru I

liturgi yang tersusun rapi. Yang dilakukan adalah berdoa


bersama, kemudian penyembahan dengan nyanyian dan
Wa KU

pujian, belajar tentang pengajaran rasul-rasul dan menga-


BU

dakan perjamuan kudus dalam setiap kebaktian.


Model peribadatan semacam ini berlangsung hingga
sebelum terjadinya peralihan dari para rasul kepada orang-
orang berikutnya. Perubahan besar mulai terjadi setelah
an

kepemimpinan para rasul (tahun 70-140) baik secara lahi-


aw

riah maupun secara batiniah, diantaranya skema organi-


rm

sasi mulai terbentuk sebagaimana sistem yang terdapat


dalam sinagoge. Gereja dipimpin oleh episkopos (penilik),
De

presbuteros (penatua) dan diakonos (pelayan).


Gereja mengalami perluasan yang bertolak dari
daerah Palestina ke Siria, dan dari daerah tersebutlah
BAB II | Eksistensi Gereja 19

gereja tersebar di berbagai penjuru. Ke sebelah barat diker-


jakan oleh Paulus (Kis.18:24-25), kesebelah Timur dikerja-
kan oleh orang-orang Yahudi Kristen dari Siria dan Palesti-

a
na dengan pusat penginjilan di kota Edessa dan ke wilayah

if
selatan dibawa oleh rasul Bartolomeus dan Rasul Thomas

ur
ke India (Indra, 2011:25).
Dalam perkembangan selanjutnya gereja mulai men-

Ga
galami tantangan yang berat. Bukan hanya tantangan

66 ar AL
lingkungan tetapi juga tantangan terhadap berbagai penga­

28 n
jaran yang menjamur. Gereja mulai mendapat pengham-

50 di
38 Su JU
batan dan penganiayaan dari kaisar-kaisar Roma berikut-
13 & DI
nya terutama pada masa kekaisaran Nero (tahun 64 M),
Kaisar Domitianus (Tahun 81-96), Kaisar Trayanus (tahun
98-117). Penganiayaan ini mengakibatkan beberapa bapa
08 wu NI

gereja harus mati syahid pada masa-masa kelam itu, seperti


Hp ru I

Policarpus dan Justin Martyr. Sedangkan dari sisi pengaja-


ran gereja ditantang dengan berbagai ajaran miring seperti
Wa KU

Gnostisisme, Marcion, dan Montanisme.


BU

Reaksi yang muncul dari kekristenan selain dari


apologet-apologet yang dibangun oleh bapa-bapa gereja
dalam bentuk tulisan, dibentuklah kanon Perjanjian Baru
(tahun 100 M) dan diikrarkannya Pengakuan Iman sebagai
an

ketetapan ajaran gereja. Selanjutnya, ditetapkan jabatan


aw

uskup untuk menggantikan posisi para rasul sampai pada


penamaan jemaat yaitu Gereja Katolik. Seiring pertumbu-
rm

han gereja, maka segala bentuk kekuasaan dan kepen­


De

tingan semakin tak terkendalikan. Pada akhirnya gejolak


dalam gereja di berbagai wilayah semakin panas, sehingga
gereja terpecah menjadi dua yaitu Gereja Katolik dan Gereja
Protestan.
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB III | Gereja yang Membumi 21

a
if
ur
BAB III

Ga
GEREJA YANG MEMBUMI

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI

A. Gereja dan Hakikatnya


Pemberian nama gereja tidak terlepas pada konteks
08 wu NI

budaya atau bahasa setempat. Istilah “gereja” yang kita ke-


Hp ru I

nal saat ini pada awalnya berasal dari bahasa Portugis ya­
Wa KU

itu “igreja” yang berarti berkumpul. Dalam bahasa Yunani


disebut ekklhsiα (ekklesia) yang berarti sidang, jemaat,
BU

atau kumpulan. Kata “ekklesia” itu sendiri adalah terjemah-


an dari kata “qahal” (kahal) atau “qahal YHWH yang berarti
umat, jemaat, atau massa. Dalam Perjanjian Lama (PL) isti­
an

lah “qahal” berarti Israel sebagai umat yang dikasihi oleh


Allah yang dipanggil supaya menjadi terang dan berkat bagi
aw

bangsa-bangsa lain di sekitarnya (Ulangan 7:6).


rm

Pemanggilan Allah yang istimewa ini bagi umat-Nya


De

dimulai dari pribadi Abraham, Ishak, dan selanjutnya ke-


pada kedua belas suku Israel. Mereka dipanggil oleh Allah
sebagai umat yang berbakti kepada-Nya. Setelah Allah me-

21
22 Gereja Pecah

lihat manusia telah berdosa dan terus berbuat dosa, maka


Allah Bapa mengutus Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus
Kristus ke dalam dunia untuk menebus dosa-dosa umat-

a
Nya. Pada posisi ini Yesus seratus persen adalah Allah dan

if
seratus persen sebagai manusia.

ur
Keberadaan Yesus di dunia adalah Allah sejati dan
manusia sejati. Sebagai manusia sejati, Dia lahir melalui

Ga
keturunan Yusuf dan Maria dari Nazaret. Kelahiran Yesus

66 ar AL
sangat ajaib karena tidak melalui hubungan suami-istri pa-

28 n
da umumnya, melainkan oleh kuasa Roh Kudus. Kelahi-

50 di
38 Su JU
ran-Nya menunjukkan bahwa Allah Bapa sangat mengasihi
13 & DI
setiap manusia yang telah berdosa kepada-Nya. Mereka di-
panggil dan dipilih untuk memperoleh pembaharuan hi­dup
08 wu NI

dan pertobatan yang benar dalam rencana penggenapan


karya keselamatan kekal dari-Nya. Setiap manusia yang su-
Hp ru I

dah ditebus dosanya dikenal sebagai orang Kristen.


Wa KU

Komunitas orang Kristen dipanggil oleh Allah dari


berbagai suku, agama, ras, etnis, bahasa, budaya, dan
BU

ber­
bagai bangsa di seluruh dunia. Mereka dikumpul-
kan menjadi sebuah komunitas yang saling mengasihi
dan membangun. Dalam uraian Riemer (2002:60) bahwa
an

komunitas ini dipanggil oleh Firman Tuhan. Kuasa Firman


aw

Tuhan dapat mengubahkan seluruh kehidupan manusia


yang berdosa. Jadi, komunitas yang sudah dipanggil oleh
rm

Allah ini se­cara istimewa berkumpul dalam suatu tempat


De

yang dise­­but ­gereja.


BAB III | Gereja yang Membumi 23

Gereja adalah komunitas manusia


yang dipanggil oleh Allah dari berbagai
suku, ras, etnis, bahasa, budaya,

a
if
agama, dan bangsa di seluruh dunia.

ur
Dalam percakapan sehari-hari, hampir semua orang

Ga
Kristen mengartikan “gereja” pada gedungnya sema-
ta. Pemahaman ini tentu tidak salah, tetapi juga tidak

66 ar AL
28 n
seluruhnya benar. Sekali pun melalui keberadaan gereja

50 di
38 Su JU
dapat dilihat identitas dan ciri khas orang Kristen. Orang
Kristen tidak sama dengan gedung gereja. Yesus sendiri ti-
13 & DI

dak pernah berbicara tentang gedung gereja untuk meng­


identikkan orang Kristen itu sendiri. Istilah gereja lebih
08 wu NI

menekankan pada pengertian persekutuan spritual atau


Hp ru I

rohani.
Keberadaan Bait Allah pada Perjanjian Lama tidak
Wa KU

mungkin terlepas dengan keberadaan gereja yang kita ke-


BU

nal selama ini. Pada umumnya orang Kristen cenderung


berpendapat istilah gereja  lahir pada hari Pentakosta.
Hari Pentakosta ini terjadi sekitar sepuluh hari setelah
kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Tetapi tidak boleh kita
an

lupakan bahwa gereja yang lahir pada hari Pentakosta itu


aw

merupakan kesinambungan dengan umat Allah yang te­


rm

lah ada sejak pemilihan Abraham pada saat itu. Perwu-


judan umat Allah dapat dilihat dalam gereja sekarang ini.
De

Memang berbagai argumentasi yang muncul dari


para teolog tentang hakikat gereja. Kerumitan dalam
24 Gereja Pecah

konteks kehidupan gereja bukan saja terletak pada ke-


pelbagaian aliran, denominasi, dan doktrin yang selalu
ditonjolkan, tetapi juga perdebatan sehubungan dengan

a
asal-usul gereja itu sendiri. Ada yang berpendapat bah-

if
wa gereja adalah kesinambungan dari kehidupan bangsa

ur
Israel atau biasa disebut sebagai Israel rohani. Pada sisi
yang lain ada yang mengatakan bahwa gereja adalah ins­

Ga
trument baru yang tidak ada kaitannya dengan bangsa

66 ar AL
Israel.

28 n
50 di
38 Su JU
Salah satu argumentasi yang diringkaskan oleh
Walvoord (1984:18) dengan berkata:
13 & DI

Ada yang berpendapat bahwa gereja hanyalah


perkembangan lanjut dari rencana Allah bagi Israel
08 wu NI

dalam Perjanjian Baru, kemudian berusaha menya-


makan gereja dengan Israel. Yang lainnya lagi men-
Hp ru I

ganggap gereja sebagai suatu fase penggenapan tu-


juan wasiat Allah tentang penyelamatan. Ada pula
Wa KU

yang berpendapat bahwa gereja adalah satu aspek


dari keseluruhannya kerajaan Allah, dimana gere-
BU

ja merupakan satu lapisannya. Masih ada lagi yang


menggabungkan berbagai aspek dari gagasan-ga-
gasan di atas.
an

Konsep gereja sebagai kesinambungan dari Israel


akan berbenturan dengan beberapa nubuatan yang tidak
aw

tepat dengan keberadaan gereja pada saat atau setelah


rm

pentakosta. Hal ini ditegaskan oleh Thiessen (2003:479)


dengan mengatakan:
De

Mereka yang beranggapan bahwa gereja hanya me­


ru­pakan Israel rohani dari Perjanjian Baru, dengan
kata lain, gereja adalah kelanjutan dari Israel Per-
BAB III | Gereja yang Membumi 25

janjian Lama, mau tidak mau percaya bahwa gere-


ja sudah didirikan dalam zaman Perjanjian Lama.
Pihak lain beranggapan bahwa gereja mulai didiri-
kan pada saat Kristus mulai ber­ khotbah. Namun

a
pandangan-pandangan ini ternyata tidak alkitabi-

if
ah berdasarkan penyataan Kristus sendiri. Kristus

ur
menyatakan di Kaisarea Filipi bahwa pada saat itu
gereja masih belum berdiri, karena Ia mengatakan,

Ga
“di atas batu karang ini Aku akan membangun je-
maatKu” (Matius16:18).

66 ar AL
28 n
Momentum hari Pentakosta dan sesudahnya me­

50 di
38 Su JU
rupakan waktu yang tepat menemukan istilah gereja.
Kendati demikian, secara tersirat sebenarnya istilah ge-
13 & DI

reja sudah identik dengan keberadaan bait Allah dan ke-


beradaan umat Tuhan yang taat kepada-Nya. Oleh sebab
08 wu NI

itu, apapun argumentasinya tetap pada keyakinan bah-


Hp ru I

wa Yesus Kristus adalah Kepala atas gereja-Nya. Gereja


Kristus sudah ada sejak Perjanjian Lama dan terus dilan-
Wa KU

jutkan pada masa Perjanjian Baru sampai saat ini. Sekali


BU

pun banyak aliran dan denominasi gereja yang berbeda


pandangan tentang hal ini. Siapa pun pendetanya dan
apapun nama gerejanya, sesungguhnya gereja adalah mi-
lik Kristus.
an
aw

Gereja Kristus sudah ada sejak jaman


rm

Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan


sampai saat ini. Oleh sebab itu, siapa pun
De

pendetanya gereja adalah milik Kristus.


26 Gereja Pecah

Kristus membina hubungan yang intim dengan je-


maat-Nya sebagai bentuk kesatuan yang utuh dan tak
terpisahkan dari diri-Nya. Hubungan yang hidup itu dapat

a
dilukiskan melalui perumpamaan-perumpamaan-Nya,

if
yaitu: Kawanan domba dan gembala (Yoh. 10:11; Yeh.

ur
34); umat Allah (1 Petrus 2:9; Yehezkiel 37:27); pokok an-
ggur dengan ranting-rantingnya (Yohanes 15:1-15); Tubuh

Ga
­Kristus (Efesus 4:11-12; Roma 12:4; 1 Korintus 12:12-18),

66 ar AL
dan seterusnya.

28 n
Bentuk perumpamaan di atas menunjukkan relasi

50 di
38 Su JU
hubungan yang akrab dengan gereja-Nya. Dalam panda­
13 & DI
ngan Packer (1991:68) mengatakan bahwa gereja ada-
lah persekutuan seluruh dunia dari orang-orang percaya
08 wu NI

yang kepalanya adalah Kristus. Gereja berarti kumpulan


orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Allah. Gere-
Hp ru I

ja dipimpin dan dikhususkan oleh Allah dalam rangka


Wa KU

memberitakan karya keselamatan dari-Nya. Mereka beri-


man kepada Kristus dan dipanggil dari segala bangsa,
BU

budaya, bahasa, etnis, serta berbagai latar belakang ke-


hidupan sosialnya.
Pemanggilan dan pemilihan setiap orang Kristen se-
an

cara khusus didasarkan atas kasih dan anugerah Allah


aw

semata. Rasul Petrus menguraikan hal ini dengan ber-


pusat pada skema kerajaan sorga: “Tetapi kamulah bang-
rm

sa yang terpilih, imamat am rajani, bangsa yang kudus,


De

umat kepunyaan Allah sendiri; supaya kamu memberita-


kan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu ke luar dari kegelapan kepada terang-
BAB III | Gereja yang Membumi 27

Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9).

Allah memanggil dan memilih setiap orang

a
menjadi Kristen hanya oleh karena ka­­sih

if
dan anugerah-Nya. Allah memberikan ke­
selamatan kepada seseorang berdasar­

ur
kan otoritas dan kedaulatan-Nya sebe­­­lum

Ga
dunia dijadikan.

66 ar AL
28 n
Berdasarkan Firman Tuhan di atas ada dua aspek

50 di
38 Su JU
penting yang menjadi rujukan bagi setiap pribadi orang
13 & DI
Kristen, yaitu:
1. Anugerah sebagai aspek rohani atau spiritual
08 wu NI

yaitu terpilih, imamat am, dan kepunyaan Allah. 


2. Melaksanakan tugas misi  pemberitaan Injil ke-
Hp ru I

pada semua orang dalam dunia ini. Apabila ge-


Wa KU

reja le­pas dari misinya, maka pribadi-pribadi orang


Kristen tersebut tidak dapat disebut gereja.
BU

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa istilah qa-


hal, ekklesia, dan gereja pada dasarnya menunjuk pada
persekutuan orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah
an

dari berbagai suku, agama, ras, bahasa, bangsa, etnis,


aw

dan budaya yang berbeda-beda. Mereka memiliki keyaki­


nan yang kuat bahwa hanya Yesus Kristus satu-satunya
rm

Allah serta juru selamatnya. Oleh sebab itu, seluruh as-


De

pek dan pola kehidupannya harus sesuai dengan kehen-


dak Allah. Hidup dalam persekutuan dengan Allah serta
meminta kekuatan dari Dia agar mampu melakukan sega-
28 Gereja Pecah

la perintah-Nya yang tertulis di dalam Alkitab.

B. Gereja Bersifat Gedung


Setiap negara di dunia memiliki istilah yang berbe-

a
if
da-beda dalam menamai gereja. Penamaan gereja tentu­
nya tidak terlepas pada konteks bahasa, budaya, dan tra-

ur
disi negara atau daerah setempat. Beberapa contoh negara

Ga
yang dimaksud antara lain: Inggris disebut Chruch, Belan-
da disebut Kerk, Scotlandia disebut Kirk, Indonesia dise-

66 ar AL
28 n
but gereja. Setiap daerah di Indonesia menyebut gereja

50 di
38 Su JU
sesuai dengan bahasa daerahnya masing-masing. Misal-
nya di Nias gereja dikenal dengan istilah gosali, di Jawa
13 & DI

dikenal istilah grejo, dan lain-lain. Apapun istilah gereja


yang dipakai saat ini tidak terlepas dari istilah Yunani ya­
08 wu NI

itu Kuriakon. Kuriakon adalah Rumah Allah atau gedung


Hp ru I

gereja. Gereja yang bersifat gedung berbeda maknanya


dengan ekklesia. Ekklesia lebih menunjuk pada pribadi
Wa KU

orang Kristen.
BU

Istilah kuriakon berbeda dengan ekklesia.


Kuriakon berarti rumah Allah, sedangkan
ekklesia berarti seseorang yang dipanggil
an

Allah untuk masuk ke dalam rumah-Nya.


aw

Jumlah gedung gereja dari berbagai aliran dan de-


rm

nominasi di seluruh dunia mengalami peningkatan. Apa-


De

bila dilihat secara seksama menunjukkan bahwa per-


tambahan jumlah orang Kristen tidak sebanding dengan
pertambahan gedung gereja yang semakin tidak terken-
BAB III | Gereja yang Membumi 29

dalikan. Apakah pertambahan gedung gereja seperti ini


menunjukkan peningkatan kuantitas dan kualitas orang
Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus? Untuk menja­

a
wab pertanyaan ini tentu harus memiliki hati yang bijak-

if
sana serta penuh kejujuran pada setiap pribadi pemimpin

ur
gereja maupun orang Kristen secara keseluruhan.
Bertambahnya aliran dan denominasi gereja mem-

Ga
beri peluang penambahan gedung gereja baru. Berdasar-

66 ar AL
kan data dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

28 n
Kristen, Kementerian Agama Republik Indonesia pada

50 di
38 Su JU
tahun 1993 menemukan 275 organisasi gereja Kristen
13 & DI
Protestan dan sekitar 400-an yayasan Kristen Protestan
yang bersifat gerejawi (Aritonang, 2000:1). Dari data ini
08 wu NI

menunjukkan bahwa pertambahan aliran dan denomi-


nasi gereja semakin meningkat. Jumlah organisasi gereja
Hp ru I

semakin bertambah, tetapi jumlah orang Kristen sangat


Wa KU

sedikit peningkatannya atau bisa dikatakan jumlahnya


masih tetap.
BU

Berdasarkan hasil pengamatan dan data dari Lu-


mintang (2011:76) menegaskan bahwa sesungguhnya ti-
dak bertambah jumlah orang Kristen di Indonesia bahkan
an

cenderung menurun. Selanjutnya, data resmi dari Badan


aw

Pusat Statistik Departemen Agama Republik Indonesia


menunjukkan bahwa persentase pemeluk Kristen tahun
rm

1990 sekitar 5,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pa-


De

da tahun 2000 terjadi penurunan menjadi 5,7%. Kemu­


dian pendataan kembali terjadi tahun 2005 menunjukkan
persentase jumlah orang Kristen masih tetap 5,7% dari
30 Gereja Pecah

jumlah penduduk Indonesia (Nurdi, 2005).


Jumlah orang Kristen tidak bertambah, namun
jumlah aliran dan denominasi gereja semakin mening-

a
kat. Peningkatan jumlah organisasi atau denominasi ge-

if
reja seperti ini juga diungkapkan Makkelo (2010:153) da-

ur
lam bukunya yang berjudul “Kota Seribu Gereja”, di mana
tahun 1999 telah ada sekte aneh di Kota Manado yaitu

Ga
The Satanic Church yang sering disebut gereja setan. Dia

66 ar AL
menambahkan, pada tahun 2004 jumlah gereja dari ber­

28 n
50 di
38 Su JU
bagai aliran dan denominasi di Kota Manado sebanyak 437
gereja yang terdata (2010:200). Tentu masih banyak lagi
13 & DI

gereja yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang su-


dah terdaftar maupun yang belum terdaftar secara res­mi
08 wu NI

di Dirjen Kristen Kementerian Agama Republik I­ ndonesia.


Hp ru I

Bertambahnya gedung gereja disebabkan oleh tiga


faktor, yaitu: bertambahnya aliran gereja; bertambahnya
Wa KU

denominasi gereja, dan bertambahnya jumlah orang Kris-


BU

ten. Pertambahan gedung gereja sebagai akibat dari pe­


ningkatan jumlah orang Kristen dapat dikatakan adalah
keberhasilan sesuai dengan Amanat Agung Yesus Kristus.
Akan tetapi, bertambahnya aliran dan denominasi gereja
an

merupakan bentuk perpecahan gereja. Tuhan Yesus be-


aw

lum pernah memerintahkan untuk menambah jumlah ali-


rm

ran dan denominasi gereja, tetapi justru Dia meng­ingatkan


agar umat-Nya pergi memberitakan Injil de­ngan menjun-
De

jung tinggi persatuan dan kesatuan di dalam ­gereja-Nya.


BAB III | Gereja yang Membumi 31

Jumlah aliran dan denominasi gereja


bertambah, tetapi orang Kristen masih
stagnan.

a
if
Adanya perbedaan aliran dan denominasi gere-

ur
ja di atas terus dipertentangkan sampai saat ini. Per-

Ga
bedaan semacam ini dimulai dari hal yang paling kecil
sampai ke hal yang paling mendasar. Diawali dari perbe-

66 ar AL
28 n
daan pendapat antara pemimpin gereja, pemimpin gereja

50 di
38 Su JU
­de­ng­an jemaat, perbedaan liturgis, dan selanjutnya ke hal
yang paling krusial mengenai perbedaan doktrin. Hal ini
13 & DI

kembali diingatkan oleh Makkelo (2010:155) bahwa bera­


gamnya aliran yang muncul ini sebagai akibat perbedaan
08 wu NI

dalam menafsirkan Alkitab, perbedaan dalam menerap-


Hp ru I

kan tata ibadah, dan perbedaan dalam metode Pekabaran


Injil. Semua perbedaan ini pada akhirnya berujung pada
Wa KU

perpecahan gereja yang melahirkan adanya berbagai ben-


BU

tuk aliran dan denominasi gereja baru, sehingga pertam-


bahan gedung gereja pun tidak mungkin dielakkan.

C. Gereja Yang Melawan


an

Pada umumnya bentuk gedung gereja pada setiap


aw

negara dan daerah memang berbeda-beda. Di wilayah


Indonesia bentuk gedung gereja lebih mengikuti nuansa
rm

budaya daerah setempat. Hal ini dilakukan sebagai wu-


De

jud dalam melestarikan budaya. Selain itu, ada juga yang


mengikuti bentuk atau model gereja yang ada di beberapa
negara Eropa dan Amerika. Kondisi ini tidak terlepas dari
32 Gereja Pecah

pengaruh para misionaris yang berasal dari latar bela­


kang budaya serta negara yang berbeda-beda.
Dalam beberapa tahun terakhir bentuk dan mo­del

a
gedung gereja telah mengalami perubahan yang sangat

if
signifikan. Setiap aliran dan denominasi gereja menggu-

ur
nakan ruko, rumah, hotel, mall, dan fasilitas sosial lain-
nya untuk melaksanakan kegiatan ibadah. Berubahnya

Ga
bentuk dan model gereja ini disebabkan oleh sikap pe-

66 ar AL
merintah yang mengeluarkan Surat Keputusan Bersama

28 n
(SKB) tentang syarat dan pembatasan pembangunan tem-

50 di
38 Su JU
pat ibadah. Lokasi ini dipilih sebagai bentuk perlawanan
13 & DI
orang Kristen terhadap kebijakan pemerintah.
Ada tiga kementerian yang harus bertanggung jawab
08 wu NI

dalam mengembalikan keharmonisan umat ber­


agama
yang sudah terjalin dengan baik selama ini, yaitu Kemen-
Hp ru I

terian Agama, Kementerian Dalam Negeri, serta Kemen-


Wa KU

terian Hukum dan HAM. Keharmonisan interumat be-


ragama, antarumat beragama, dan antarumat ber­agama
BU

dengan pemerintah terganggu atas kebijakan peme­rintah


tersebut. Diperparah lagi adanya sebagian anggota ma­
syarakat yang tidak menyetujui pembangunan gedung ge-
an

reja di daerah tersebut. Mereka menggunakan berbagai


aw

cara untuk menghalangi pembangunan gedung gereja.


rm

Gereja berubah bentuk dan modelnya


merupakan sebuah sikap perlawanan
De

terhadap kebijakan pemerintah yang


membatasi ijin pembangunan gereja.
BAB III | Gereja yang Membumi 33

Lebih ironisnya lagi, ada beberapa gereja yang su-


dah memiliki ijin dan telah mendirikan gedung gereja se-
lama bertahun-tahun pada akhirnya ditutup. Tidak jarang

a
orang Kristen mengalami penganiayaan dari orga­
nisasi

if
kemasyarakatan yang mengatasnamakan agama tertentu.

ur
Kenyataan ini seakan-akan ada yang melegi­timasi tinda-
kan mereka. Pemerintah pun terkesan lepas tangan ke-

Ga
tika terjadi konflik seperti ini dan pada akhirnya orang

66 ar AL
Kristen dituding sebagai biangnya.

28 n
Pemerintah mengeluarkan berbagai syarat sehing-

50 di
38 Su JU
ga secara tidak langsung melarang umat beragama atau
13 & DI
orang Kristen pada khususnya untuk membangun ge-
dung gereja. Umat beragama tidak bebas lagi beribadah
08 wu NI

sesuai dengan agama dan keyakinannya yang dijamin


oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Peme­
Hp ru I

rintah harus mengkaji kembali SKB ini serta tidak boleh


Wa KU

mencampuri secara mendalam tentang keyakinan atau


agama seseorang. Bangsa ini tidak akan maju serta tidak
BU

bermartabat jika hanya ada satu agama yang mendiami


bumi pertiwi ini.
Kehidupan orang Kristen pada dasarnya tidak bisa
an

dilepaskan dari keberadaan gedung gereja. Gedung ge-


aw

reja merupakan sebuah identitas bagi orang Kristen. Ge-


dung gereja juga berperan penting dalam pertumbuhan
rm

kualitas imannya. Gedung gereja atau rumah ibadah se-


De

bagai simbol agama yang kuat (Makkelo, 2010:142). Ge-


dung gereja sangat penting dalam rangka melaksanakan
seluruh kegiatan gerejawi serta memberikan kegairahan
34 Gereja Pecah

bagi umat Kristen dalam melayani sesamanya.

Gedung gereja sangat penting bagi orang

a
Kristen. Gedung gereja sebagai identitas

if
dan sarana untuk membangun keber­
samaan serta menguatkan iman orang

ur
Kristen. Gedung gereja sama pentingnya

Ga
dengan tempat ibadah agama lain.

66 ar AL
28 n
Kehadiran gedung gereja menjadi sarana dalam

50 di
38 Su JU
mempersatukan berbagai latar belakang kehidupan sosial
13 & DI
umat Kristen seperti orang miskin dengan kaya, orang
cacat dengan normal, orang berpendidikan dengan buta
08 wu NI

huruf, orang tidak berbudaya menjadi berbudaya, dan


sebagainya. Keberadaan gedung gereja sama pentingnya
Hp ru I

dengan keberadaan tempat ibadah bagi agama lain. Se-


Wa KU

tiap agama di seluruh wilayah Indonesia harus diijinkan


untuk mendirikan tempat ibadah yang dilindungi oleh
BU

Pancasila, UUD 1945, serta pemerintah pusat dan daerah.

D. Gereja Tempat Orang Berdosa


an

Keberadaan orang Kristen bukan hanya dilihat dari


aw

gedungnya saja tetapi juga menyangkut ­


pribadi-priba­
di
anggota jemaat yang beribadah di dalamnya. Gereja
rm

yang bersifat jemaat berarti sebuah organisasi manu-


De

sia yang bisa berbuat salah, berdosa kepada Allah (Grif-


fiths, 1995:36). Oleh sebab itu, setiap pribadi orang Kris-
ten yang telah dikumpulkan dalam gedung gereja perlu
BAB III | Gereja yang Membumi 35

diajar dan dibimbing oleh pemimpin gereja yaitu pende-


ta atau penginjil. Walaupun sudah menjadi orang Kris-
ten kemung­kinan besar masih bisa berbuat dosa. Mereka

a
senantiasa tetap diingatkan, diajar secara terus-menerus

if
agar kembali pada tatanan hidup yang benar, beriman

ur
teguh, dan melayani Allah dengan cara yang benar.
Untuk membentuk karakter hidup orang Kristen

Ga
yaitu gereja sejati harus didasarkan pada prosesnya ­Al­ lah.

66 ar AL
Hal ini dikatakan oleh Sproul (2002:285) bahwa gereja

28 n
menunjuk pada semua orang yang menjadi milik Tuhan,

50 di
38 Su JU
yaitu mereka yang telah dibeli oleh darah Kristus. Menjadi
13 & DI
milik Tuhan berarti menunjuk kepada orang-orang yang
dipanggil keluar dari rumah-rumah mereka untuk datang
08 wu NI

ke suatu tempat yaitu gereja (Riemer, 2002:60). Setiap


orang yang mengaku Kristen sesungguhnya merupakan
Hp ru I

kumpulan orang-orang berdosa yang dipanggil oleh Allah


Wa KU

melalui kuasa darah Yesus Kristus dengan tujuan dise-


lamatkan.
BU

Orang Kristen adalah pribadi yang sudah dipang-


gil dari dosa mereka dan dibenarkan oleh Yesus Kristus
melalui karya penebusan di atas kayu salib. Karya kese-
an

lamatan ini dimulai dari kelahiran, pelayanan, sengsara,


aw

kematian, kebangkitan, kenaikan, dan kedatangan Yesus


kembali. Setiap orang yang telah diselamatkan oleh ­Yesus
rm

dipersatukan di dalam gereja-Nya serta menggunakan


De

Alkitab sebagai pedoman hidup dalam melaksanakan


seluruh aktifitasnya.
36 Gereja Pecah

Gereja adalah tempat orang yang baru


bertobat. Gereja adalah tempat orang
untuk berbuat dosa. Gereja adalah

a
tempat orang-orang berdosa kepada

if
Allah dan sesamanya.

ur
Ga
Pengetahuan seseorang tentang isi Alkitab tidak
menjamin dia tidak berbuat dosa. Para pemimpin gere-

66 ar AL
28 n
ja seperti Pendeta, penginjil, majelis jemaat, serta orang

50 di
38 Su JU
Kristen secara keseruhan bisa jatuh dan terjebak untuk
berbuat dosa. Tanpa disadari pemimpin gereja dan orang
13 & DI

Kristen pada umumnya melakukan dosa lewat pelayanan


mereka. Pelayanan sosial gereja yang paling ngetren saat
08 wu NI

ini yaitu pengobatan dan pemeriksaan kesehatan secara


Hp ru I

gratis, pembagian sembako, mendirikan rumah sakit,


mendirikan sekolah, dan sebagainya. Pada konteks pe-
Wa KU

layanan ini biasanya gereja bisa terjebak untuk berbuat


BU

dosa. Oleh karena, mereka melakukan pelayanan itu


­hanya untuk kepentingan pribadi atau golongannya.
Segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh gere-
ja pada dasarnya tidak salah. Akan tetapi, sebagian be-
an

sar pemimpin gereja melakukan kegiatan pelayanan so-


aw

sial mereka hanya untuk ambisi tertentu, kekuasaan, dan


rm

popularitas pribadi semata. Pada akhirnya organisasi ge-


reja yang tidak bisa melakukan kegiatan yang sama se­
De

ring dianggap bukan gereja. Setiap orang yang melakukan


pelayanan untuk tujuan popularitas, maka dipastikan
BAB III | Gereja yang Membumi 37

adanya unsur-unsur atau sifat manusia yang lebih diton-


jolkan daripada kemuliaan Tuhan. Ketika realita semacam
ini dipertontonkan maka gereja sudah kehilangan identi-

a
tasnya sebagai lembaga kerohaniaan. Setiap gereja seha-

if
rusnya mencerminkan dirinya sebagai garam dan terang

ur
di tengah-tengah komunitas Kristen maupun masyarakat
yang belum percaya.

Ga
Setiap orang yang sudah menjadi Kristen kemung­

66 ar AL
kinan masih bisa berbuat dosa. Ada tiga aspek penting

28 n
50 di
38 Su JU
yang harus diwaspadai oleh setiap orang Kristen, yaitu:
1. Kita bisa berdosa karena keinginan diri sendiri.
13 & DI

2. Kita bisa berdosa karena pengaruh lingkungan.


3. Kita bisa berdosa karena pengaruh iblis.
08 wu NI

Ketiga hal di atas dapat menjadi sumber kejatuhan


Hp ru I

manusia dalam dosa secara keseluruhan dan orang Kris-


ten pada khususnya. Tidak mengherankan jika kita dapat
Wa KU

menemukan orang Kristen yang dipenjara karena melaku-


BU

kan perbuatan dosa. Kendati mereka menggunakan na-


ma-nama yang terdapat dalam Alkitab seperti Matius,
Yohanes, Lukas, Paulus, dan lain-lain. Bukan hanya itu
an

saja, pendeta, penginjil, dan majelis-majelis jemaat bisa


berbuat dosa dalam pelayanan mereka. Biasanya dosa
aw

mereka tidak selalu mencuat kepermukaan. Dosa mereka


rm

selalu tertutupi oleh jubah kebesaran dan kedudukannya


De

dalam gereja. Oleh sebab itu, siapa pun kita harus se-
lalu bersandar dan memohon pengampunan dari Tuhan
sepanjang nafas hidup kita di dunia ini.
38 Gereja Pecah

E. Gereja Yang Berubah


Keberadaan gereja dewasa ini tentu tidak bisa dile-
paskan dari sejarah awalnya. Walaupun sifat-sifat gereja

a
sudah ada sejak Allah menciptakan Adam dan Hawa di

if
Taman Eden, namun secara kelembagaan wujud gereja

ur
baru terlihat ketika para rasul mulai memberitakan Injil
secara besar-besaran setelah Yesus Kristus naik ke sor-

Ga
ga. Keberadaan gereja sangat jelas terlihat pada peristiwa

66 ar AL
Pentakosta di mana 3000 orang lebih yang percaya kepa-

28 n
da Yesus Kristus, kemudian mereka dibaptis dan tetap

50 di
38 Su JU
menjaga persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya (Ki-
13 & DI
sah Para Rasul 2:41-47).
Dalam perjalanan yang panjang inilah gereja masih
08 wu NI

terus mengalami perubahan sesuai konteksnya. Gereja


terus belajar membenahi diri sebagai lembaga kerohanian
Hp ru I

yang ada di tengah-tengah dunia ini. Berdasarkan penga­


Wa KU

laman ini membawa gereja untuk melihat jelas apa yang


sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi ke depan.
BU

Gereja harus belajar dari semua pengalaman yang sudah


dialaminya serta mengevaluasi apa saja yang sudah diker-
jakan bagi dunia yang terus mengalami perubahan yang
an

radikal dalam setiap lini kehidupan manusia.


aw

Perubahan radikal semacam ini terjadi karena


dilatarbelakangi oleh faktor yang timbul dari luar gereja
rm

maupun dalam gereja itu sendiri. Faktor dari luar gereja


De

yaitu adanya tekanan-tekanan dari orang-orang yang ti-


dak senang atas kehadiran gereja di sekitarnya. Mereka
menganggap gereja sebagai lembaga yang mengancam ko-
BAB III | Gereja yang Membumi 39

munitasnya, yang didasari atas adanya perbedaan a


­ gama
dan keyakinan. Berbagai cara yang dilakukan untuk
menghambat pertumbuhan gereja. Melarang pembangu-

a
nan gedung gereja, serta melarang orang Kristen melak-

if
sanakan kegiatan ibadah di rumahnya seperti perseku-

ur
tuan doa, ibadah rumah tangga, dan berbagai kegiatan
lainnya.

Ga
66 ar AL
Berbagai masalah dalam gereja su­

28 n
dah berlangsung lama. Adanya faktor

50 di
38 Su JU
internal dan eksternal. Internal mun­
13 & DI
cul dari pemimpin dan warga jemaat.
Eks­ternal berarti adanya tekanan dan
intimidasi dari orang-orang di luar ag­
08 wu NI

ama Kristen.
Hp ru I

Sementara faktor yang timbul dari dalam gereja


Wa KU

diawali oleh orang-orang Kristen itu sendiri secara khu-


BU

sus para pemimpinnya. Mereka ingin merubah tatanan


kehidupan gereja yang sudah ada sebelumnya. Kadang
perubahan ini berdampak positif tetapi tidak sedikit ju-
ga dampak negatifnya. Dampak positif yaitu pertumbu-
an

han jumlah orang Kristen meningkat, sedangkan dampak


aw

negatifnya yaitu adanya sikap saling tidak menerima an-


rm

tara aliran dan denominasi gereja yang sudah ada. Oleh


sebab itu, gereja terus mengalami perpecahan yang mela-
De

hirkan berbagai ajaran, aliran, dan denominasi gereja ba-


ru (Makkelo, 2010:156).
40 Gereja Pecah

Selain perubahan yang ditimbulkan oleh para pe­


mimpin gereja, maka simpati warga jemaat terhadap lem-
baga gereja juga mengalami perubahan yang signifikan.

a
Berbagai macam alasan yang diutarakan sebagai bentuk

if
protes terhadap lembaga gereja maupun para pemimpin-

ur
nya. Warga jemaat sering mengatakan bahwa dalam ge-
reja terlalu banyak masalah, tidak memiliki waktu untuk

Ga
pergi ke gereja, pemimpin gereja lebih tertarik pada uang

66 ar AL
daripada diri mereka, liturgi ibadah gereja sangat mem-

28 n
bosankan, dan lebih para lagi gereja dianggap bukan lem-

50 di
38 Su JU
baga rohani lagi sehingga tidak ada Tuhan di dalamnya.
13 & DI
Paradigma orang Kristen di atas didasarkan pada
pengalaman-pengalaman mereka di dalam gereja selama
08 wu NI

bertahun-tahun. Lembaga gereja diasumsikan sebagai sa-


rana untuk memuaskan batin mereka yang sedang haus
Hp ru I

dan ditindas oleh jaman ini. Ketika pemimpin gereja ti-


Wa KU

dak mampu menjawab pergumulannya, maka mereka ke-


hilangan arah serta berubah sesuai konsep berpikirnya
BU

masing-masing. Tidak sedikit orang Kristen sering ber-


pindah ke aliran dan denominasi gereja lain hanya untuk
memenuhi segala kebutuhannya baik spiritual maupun
an

jasmaninya. Inilah bentuk-bentuk tantangan gereja saat


aw

ini yang terus berubah sesuai konteks jamannya.


Perubahan paradigma gereja dewasa ini telah dipe­
rm

ngaruhi oleh sekularisme dan kapitalisme. Setiap aliran


De

dan denominasi gereja berlomba-lomba memenuhi per-


mintaan jemaat sebagai langkah antisipasi agar tidak pin-
dah ke gereja lain. Yang paling mencolok lagi adanya daya
BAB III | Gereja yang Membumi 41

tarik untuk “memancing” anggota gereja lain untuk pin-


dah ke gerejanya. Gereja berusaha menyediakan berbagai
fasilitas yang sangat memanjakan jemaat, seperti ada­nya

a
sarana transportasi antar jemput, bagi-bagi sembako,

if
beribadah di hotel mewah atau mall, membangun gereja

ur
super megah, full musik, dan lain-lain. Semua fasilitas ge-
reja ini disiapkan dengan terpaksa untuk memenuhi ke-

Ga
butuhan psikologis jemaat dan bukan membentuk kuali-

66 ar AL
tas serta karakter kerohaniannya kepada Allah.

28 n
Melihat kembali awal kekristenan menunjuk-

50 di
38 Su JU
kan­­bahwa jemaat dipanggil oleh Allah sehingga mereka
13 & DI
datang beribadah ke gereja. Jemaat membutuhkan gere-
ja untuk memulihkan hubungannya yang rusak de­ngan
08 wu NI

Allah. Justru saat ini warga jemaat jual mahal kepada


­
gereja atau pemimpinnya. Terlihat jelas bahwa gereja
Hp ru I

yang membutuhkan jemaat, sehingga jemaat merasa bi-


Wa KU

sa memilih gereja sesuai kebutuhan psikologis maupun


keinginan hatinya. Ketika gereja sudah kehilangan jati di-
BU

ri serta tugas pokok utamanya, maka jemaat bisa menga-


tur gereja sesukanya. Mengkritik pemimpin gereja karena
punya pengaruh di dalam gereja tersebut.
an

Ketika pemimpin gereja berusaha mengakomodir


aw

segala bentuk tuntutan jemaat kendati bertentangan de­


ngan Firman Tuhan, maka pada saat itulah gereja telah
rm

kehilangan jati dirinya. Gereja dapat diidentikan dengan


De

pasar gelap yang menjual berbagai kebutuhan manusia


yang murah meriah. Dahulu gereja adalah lembaga ro-
hani, tetapi sekarang menjadi lembaga duniawi yang di-
42 Gereja Pecah

hias dengan unsur kerohanian tentunya. Perubahan


cara pandang gereja seperti ini menjadi tanggung jawab
semua orang Kristen untuk memperbaharuinya kembali

a
agar sesuai dengan rencana agung Tuhan Yesus dalam

if
­gereja-Nya.

ur
Bukan jemaat yang mencari gereja

Ga
tetapi pemimpinnya. Gereja bukan la­
gi lembaga rohani melainkan sebagai

66 ar AL
28 n
lembaga sosial yang dibungkus de­

50 di
38 Su JU
ngan jubah kerohanian.
13 & DI

F. Gereja Yang Bertumbuh


08 wu NI

Tujuan akhir keberadaan gereja di dunia ini ialah


Hp ru I

menghadirkan kerajaan Allah. Melihat perkembangan ge-


reja dewasa ini bisa dikatakan mengalami pertumbuhan
Wa KU

secara kualitas maupun kuantitas. Kendati kedua aspek


BU

pertumbuhan ini diperlukan waktu khusus untuk menge­


valuasinya serta melakukan penelitian secara mendalam
sejauhmana peningkatan kualitas dan kuantitas tersebut.
Secara kasat mata menunjukkan gereja telah ber-
an

tumbuh dengan sangat pesat dan luar biasa dimana ham-


aw

pir semua suku, bahasa, etnis, budaya, dan bangsa te­


rm

lah memiliki gereja atau pernah mendengar kekristenan.


Sebagian mereka telah mendengar berita sukacita dari
De

Allah yaitu Yesus Kristus Sang Juru Selamat umat ma-


nusia. Keberadaan gereja ada yang dapat dilihat secara
BAB III | Gereja yang Membumi 43

langsung, namun tidak sedikit juga mereka yang men-


galami penganiayaan karena percaya Yesus dipastikan
beribadah secara diam-diam dan bersembunyi.

a
Orang Kristen tidak perlu cemas dan takut dengan

if
segala medan pelayanan. Ada kuasa tangan Tuhan yang

ur
tidak terlihat yang selalu menopang. Gereja semakin di­
babat semakin merambat. Gereja semakin ditindas justru

Ga
semakin bertumbuh karena pertolongan-Nya. Oleh sebab

66 ar AL
itu, gereja bukan tujuan manusia melainkan milik dan tu-

28 n
juan Allah. Orang Kristen diutus oleh Allah untuk meng­

50 di
38 Su JU
hadirkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ialah pemerin-
13 & DI
tahan Allah atas seluruh kehidupan di dunia ini. Gereja
tidak memiliki tujuan untuk dirinya sendiri. Kerajaan itu
08 wu NI

telah diawali melalui diri Yesus Kristus. Perjuangan itulah


yang memungkinkan gereja bertumbuh. Gereja yang tidak
Hp ru I

berjuang adalah gereja yang tidak bertumbuh. Pertumbu-


Wa KU

han itu mengarah ke dalam dan ke luar gereja itu sendiri.


BU

Gereja semakin dibabat semakin


merambat. Gereja semakin ditindas
jutru semakin bertumbuh di dalam
an

Kristus.Gereja bukan milik manusia


tetapi milik Allah. Gereja bukan tujuan
aw

manusia tetapi tujuan Allah. Orang


rm

Kristen diutus oleh Allah untuk meng­


hadirkan Kerajaan Allah.
De
44 Gereja Pecah

1. Pertumbuhan Gereja Ke Dalam


Pertumbuhan ke dalam berarti gereja makin be-
rakar pada Kristus. Pertumbuhan ke luar berarti gereja

a
makin mengembangkan kesaksian hidup dan pelayanan­

if
nya di tengah-tengah masyarakat. Sering ada gereja yang

ur
berpendapat bahwa untuk melaksanakan tugasnya ke­
luar harus terlebih dulu membereskan masalah-masalah

Ga
di dalam. Konsep berpikir demikian tidak ada salahnya,

66 ar AL
tetapi alangkah indahnya jika dilakukan secara bersama-

28 n

ama. Lebih baik lagi gereja menghindari diri dari ber­

50 di
38 Su JU
bagai masalah di dalam gereja itu sendiri. Karena sudah
13 & DI
pasti kita tidak mungkin menjadi berkat bagi orang lain,
apabila kita sendiri belum menjadi orang Kristen yang be-
08 wu NI

nar di rumah kita sendiri.


Pertumbuhan ke dalam mengarah pada kedewasaan
Hp ru I

iman setiap orang Kristen di dalam Yesus Kristus. Mereka


Wa KU

tidak mudah diombang-ambingkan oleh angin pengaja-


ran atau disesatkan oleh manusia yang mencari keuntu­
BU

ngan dan popularitas semata. Pengetahuan mereka ten-


tang Kristus pun makin bertambah-tambah setiap saat.
Jemaat yang tumbuh ke dalam seperti ini juga hidupnya
an

dilimpahi dengan ucapan syukur dalam suka maupun du-


aw

ka untuk kemuliaan Allah (1 Tesalonika 5:18; Kolose 2:6).


Pertumbuhan ke dalam gereja merupakan langkah
rm

awal pertumbuhan gereja selanjutnya. Dalam setiap ge-


De

reja pasti ada masalah besar atau pun kecil. Sering ada
warga gereja yang rewel karena masalah kecil, kemudian
pindah gereja atau membuat aliran dan denominasi gereja
BAB III | Gereja yang Membumi 45

baru. Orang yang suka pindah-pindah gereja, memberi-


kan kesan bahwa bergereja bagaikan lembaga sosial atau
perusahaan. Di dalam gereja segala masalah dapat disele-

a
saikan. Tidak ada satupun masalah di dunia yang berdo-

if
sa ini yang tidak bisa diselesaikan oleh gereja.

ur
2. Pertumbuhan Gereja Ke Luar

Ga
Pertumbuhan ke luar yaitu memiliki tanggung jawab
atas Amanat Agung Tuhan Yesus. Tuhan menyuruh setiap

66 ar AL
28 n
jemaat-Nya supaya mewartakan Injil dan melayani orang

50 di
38 Su JU
lain. Bersama-sama dengan Tuhan, gereja membuktikan
13 & DI
bagaimana mengasihi sesama manusia dan cinta lingku­
ngannya masing-masing. Setiap gereja dipanggil supaya
menjadi kawan sekerja-Nya dalam rencana penyelamatan
08 wu NI

manusia dan dunia ini. Untuk tugas ini kebanyakan ge-


Hp ru I

reja bersikap introvert. Artinya, gereja hanya berwawasan


Wa KU

dan bersikap mementingkan diri sendiri.


Pertumbuhan gereja keluar dapat kita lihat dalam
BU

kehidupan jemaat mula-mula. Dalam situasi keterbatasan


biaya serta menghadapi berbagai penganiayaan, mereka
justru bertumbuh secara luar biasa. Mulai dari kesaksian
an

para murid sehingga bertambah jumlah orang percaya


manjadi tiga ribu orang, lima ribu orang, dan terus ber-
aw

tambah sampai saat ini. Mereka tidak memberitakan Injil


rm

dengan dasar aliran dan denominasi gereja tertentu, teta-


De

pi didasari oleh keteladanan di dalam Yesus Kristus. Ti-


dak ada aliran dan denominasi, hanya gereja Kristus yang
diagungkan.
46 Gereja Pecah

Beberapa sikap yang ditujukan oleh orang Kristen


atau gereja mula-mula sebagai hasil pertumbuhan gereja
yang dapat dilihat secara nyata, yaitu:

a
1. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul

if
yaitu mendengar dan melakukan Firman Tuhan.

ur
Ketekunan inilah yang menjadikan mereka kuat
dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh

Ga
pengajaran sesat kendati mereka menderita.

66 ar AL
2. Mereka bertekun bersekutu, berdoa, dan ­­saling

28 n
membantu dalam kelebihan dan kekurangan

50 di
38 Su JU
masing-masing. Mereka tidak menunjukkan
13 & DI
kekayaan mereka, melainkan kebersamaan di
dalam Tuhan.
08 wu NI

3. Mereka bertekun mengikuti Perjamuan Kudus


dan perjamuan kasih.
Hp ru I

4. Mereka disukai oleh semua orang atau ma­


Wa KU

syarakat di sekitarnya. Masyarakat mengagumi


persekutuan dan cara hidup mereka. Mereka se-
BU

hati sepikir. Para pemimpinnya pun bersikap


tidak saling menjegal, melainkan bekerjasama.
5. Mereka semakin bertambah banyak, sehingga
an

Kristus dimuliakan.
aw

Pertumbuhan gereja dapat diukur melalui


ketekunan belajar Firman Tuhan, berse­
rm

kutu, berdoa, sikap saling menolong, si­


De

kap saling berbagi, makan b­ ersama, men­


jadi berkat bagi masyara­­kat, dan juml­ah
anggota gereja bertambah ­banyak.
BAB III | Gereja yang Membumi 47

Berdasarkan sikap-sikap jemaat pertama di atas


setidaknya memberikan kita harapan bahwa gereja saat
ini pasti lebih baik dan bertumbuh lebih banyak lagi pada

a
masa yang akan datang. Pertumbuhan yang diharapkan

if
bukan pertambahan aliran dan denominasi gereja, melain-

ur
kan pertumbuhan secara kualitas iman dalam mewujud-
kan kesatuan gereja-Nya. Selain itu, pertumbuhan secara

Ga
kuantitas bisa tercapai jika kesatuan gereja-Nya tercipta.

66 ar AL
Tugas untuk memenangkan jiwa bagi Kristus akan lebih

28 n
50 di
38 Su JU
banyak lagi karena dilakukan secara bersama-sama tan-
pa melihat perbedaan aliran dan denominasi gereja.
13 & DI

G. Gereja Yang Melayani


Pada umumnya orang Kristen setidaknya memiliki
08 wu NI

tiga tugas pokok pelayanan dalam dunia ini. Tugas pokok


Hp ru I

yang dimaksud antara lain: pelayanan marturia (bersaksi),


Wa KU

pelayanan koinonia (bersekutu), dan pelayanan diakonia


(pelayanan sosial). Apabila gereja sudah mampu mewu-
BU

judkan tugas pokok ini dengan benar maka gereja sudah


menjadi bagian penting di tangah-tangah masyarakat dan
mampu memberi warna bagi dunia. Kehadiran gereja ha-
an

rus menghadirkan kasih Kristus kepada semua orang.


Sungguh disayangkan tugas pokok ini belum terwujud
aw

secara maksimal sampai detik ini. Hal ini disebabkan ge-


rm

reja masih berkutat pada persoalan perdebatan atas per-


De

bedaan aliran dan denominasinya masing-masing.


Pertama, pelayanan marturia merupakan sikap
orang Kristen (gereja) yang telah menerima anugerah ke-
48 Gereja Pecah

selamatan dari Allah. Mereka dipanggil untuk bersaksi di


tengah-tengah dunia ini. Pelayanan kesaksian ini harus
sesuai dengan keteladanan Kristus. Orang Kristen tidak

a
boleh hidup untuk dirinya sendiri, melainkan dipanggil

if
di tengah-tengah bangsa yang memiliki corak dan karak-

ur
ter yang beragama. Orang Kristen dipanggil dan diper-
intahkan oleh Allah untuk berada di lingkungan orang-

Ga
orang yang membenci Yesus dan dirinya. Kehadiran orang

66 ar AL
Kristen di tengah masyarakat harus membawa berita

28 n
su­
kacita melalui kesaksian hidupnya. Jadi, gereja yang

50 di
38 Su JU
sehat secara rohani tidak hanya memikirkan diri sendi-
13 & DI
ri, melainkan menjadi alat bagi Allah untuk menyatakan
­visi-misi-Nya dalam dunia ini.
08 wu NI

Kedua, pelayanan gereja yang bersifat koinonia me­


rupakan perwujudan dari persekutuan antara Allah de­
Hp ru I

ngan orang Kristen, antara sesama orang Kristen, dan


Wa KU

orang Kristen dengan agama lain. Dalam persekutuan


inilah setiap orang saling menerima sebagai saudara se­
BU

iman, sehati sepikir, dan satu di dalam Kristus tentu­


nya. Istilah persekutuan ini lebih dalam dimaknai oleh
rasul Paulus dalam bahasa simbolisnya yang menga-
an

takan: “persekutuan dalam darah dan tubuh Kristus”


aw

(1 Kor. 10:16; bnd. 1 Kor. 1:9). Semua orang percaya itu


mendapat bagian di dalam Kristus.
rm

Terakhir pelayanan diakonia berarti gereja harus


De

mampu melaksanakan tugasnya sebagai pribadi yang


melayani orang lain. Tuhan Yesus memberi keteladanan
dalam hal melayani. Dia datang ke dalam dunia bukan
BAB III | Gereja yang Membumi 49

untuk dilayani melainkan melayani (Markus 10:45). Jadi,


setiap orang yang meyakini dirinya sebagai umat pilihan
Allah terpanggil untuk melayani orang lain sesuai dengan

a
talentanya. Akan tetapi, seberapa banyak orang Kristen

if
yang sudah memahami tugas pelayanan ini? Harus ju-

ur
jur mengakui hanya segelintir orang saja yang telah dan
berusaha menjadi pribadi-pribadi pelayan. Sebagian be-

Ga
sar orang Kristen memiliki keinginan besar untuk dilayani

66 ar AL
oleh sesamanya.

28 n
50 di
38 Su JU
Orang Kristen diselamatkan oleh Allah
13 & DI
bertujuan untuk melaksanakan tiga tu­
gas gereja yaitu: Bersaksi, Bersekutu,
dan Melayani.
08 wu NI
Hp ru I

Kita dipanggil dan diselamatkan agar menjadi berkat


Wa KU

bagi seluruh lapisan masyarakat. Alkitab bersaksi bah-


wa Abraham dipanggil oleh Allah dan menjadi berkat bagi
BU

masyarakat sekitarnya pada waktu itu. Hal inilah yang


ditegaskan oleh Calvin bahwa manusia diselamatkan bu-
kanlah untuk dirinya sendiri tetapi menjadi berguna bagi
an

orang lain (Sagala, 2011:36). Maka hidup orang Kristen


aw

hendaknya menjadi hidup yang berbagi dengan orang lain


kendati memiliki latar belakang sosial yang berbeda de­
rm

ngan dirinya sendiri.


De

Menjadi Kristen atau menjadi warga gereja berarti


hidupnya senantiasa bersekutu dengan orang lain. Kristus
memberikan berkat rohani dan jasmani, tidak bertujuan
50 Gereja Pecah

untuk dimakan sendiri. Sifat Allah yang pemurah mem-


bentuk umat-Nya menjadi umat yang pemurah. Sifat pelit
atau kikir bukan sifat Kristiani, melainkan sikap orang

a
egoistis. Kumpulan orang semacam ini pada prinsipnya

if
hidupnya tidak mengucap syukur atas ­berkat-berkat yang

ur
diterimanya dari Allah. Mereka selalu merasa kekurangan
sampai dia meninggal dunia.

Ga
Kebanyakan orang mengikuti konsep gereja yang

66 ar AL
eksklusif. Konsep ini cenderung mengakibatkan gereja

28 n
menutup diri baik kepada sesama orang Kristen terlebih

50 di
38 Su JU
lagi terhadap masyarakat umum. Bagaimana kita men-
13 & DI
jadi berkat, garam, dan terang di tengah-tengah dunia
ini? Gereja yang tertutup adalah gereja yang melarikan
08 wu NI

diri dari panggilan-Nya. Ketika gereja memiliki sikap eks­


klusif bagi masyarakat, sesungguhnya gereja itu bukan
Hp ru I

milik Kristus. Kita harus terbuka sebab Kristus mengasi-


Wa KU

hi semua orang (Yohanes 3:16). Oleh karena itu, orang


Kristen dan jemaat hendaknya berwawasan dunia sentris,
BU

tidak berwawasan gereja sentris semata. Kita berwawasan


dunia sentris untuk bisa memahami dan menerapkan
dunia spiritualitas kepada semua orang.
an

Bagaimana mungkin kita mengharapkan orang lain


aw

mengerti kebenaran dan kebaikan jika kita sendiri be-


lum melakukannya. Paulus mengingatkan semua orang
rm

Kristen secara khusus pemimpin-pemimpin gereja yang


De

mengetahui kebenaran Allah agar selalu berbuat baik ke-


pada semua orang. Firman Tuhan berkata: “Hendaklah
kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah
BAB III | Gereja yang Membumi 51

dekat!” (Filipi 4:5, bnd. Galatia 6:10; Kejadian 12:2). Ke-


baikan adalah buah-buah Roh (Galatia 5:22). Kita dipang-
gil supaya “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat

a
juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5). Yesus Kristus selalu

if
memasyarakat dan blusukan mulai sejak kelahiran sam-

ur
pai kenaikan-Nya ke sorga.

Ga
Gereja yang benar adalah gereja yang

66 ar AL
bisa hadir dan terbuka bagi seluruh

28 n
umat manusia. Gereja harus bisa melin­

50 di
38 Su JU
tasi segala bangsa, budaya, bahasa, et­
nis, berbagai latar belakang kehidupan
13 & DI

sosial, dan sebagainya. Gereja harus


bisa menjadi garam, terang, dan kota
08 wu NI

yang memberi petunjuk bagi kehidupan


umat manusia.
Hp ru I
Wa KU

Untuk menjadi gereja yang benar, tidak tersedia pi-


BU

lihan lain kecuali menjadi gereja yang memasyarakat dan


melayani sesuai dengan teladan Kristus Yesus. Demiki-
an juga orang Kristen harus menjadi pribadi-pribadi yang
mewartakan kasih Kristus di dalam seluruh lapisan mas-
an

yarakat. Tugas ini sesuai dengan panggilan kita supaya


aw

menjadi garam dunia, terang dunia, dan kota di atas


rm

gunung (Matius 5:13-16). Membangun hubungan yang di-


alogis dengan semua pihak di dalam masyarakat sebagai
De

strategi dalam memberitakan Injil. Tujuan utama Yesus


Kristus menyelamatkan kita yaitu untuk menyelamatkan
52 Gereja Pecah

orang lain yang belum percaya kepada-Nya melalui tiga


tugas pokok panggilan pelayanan gereja yaitu marturia,
koinonia, dan diakonia.

a
H. Gereja Yang Rohaniah

if
Gereja yang bersifat rohani sering diidentikan de­

ur
ngan gereja yang tidak kelihatan (Invisible Church). Ba-

Ga
gi kalangan gereja reformed istilah ini bukan hal yang
baru. Gereja tidak kelihatan menunjuk pada kumpulan

66 ar AL
28 n
orang-orang pilihan Allah secara khusus yang tidak bisa

50 di
38 Su JU
ditentukan oleh mata jasmani yang berdosa. Sementara
13 & DI
gereja kelihatan lebih bersifat manusia yang terdiri dari
ke­
seluruhan orang Kristen, sedangkan gereja tidak ke­
lihatan lebih berorientasi pada konsep orang Kristen se-
08 wu NI

cara rohani atau umat pilihan Allah itu sendiri.


Hp ru I

Dalam pandangan Prime (2001:150) gereja ini terdi-


Wa KU

ri dari orang-orang dari tiap bangsa, tiap negeri dan tiap


abad, yang sudah dipilih oleh Allah Bapa, diperoleh de­
BU

ngan darah Kristus dan dikuduskan oleh Roh Kudus. Hal


senada juga dikemukakan oleh Tong (1999:41) dengan
mengutip pendapat Calvin yang menekankan bahwa ge-
an

reja adalah kumpulan atau komunitas orang-orang yang


dipilih. Setiap orang yang dipilih oleh Allah sepakat untuk
aw

mengikuti kehendak Allah dan Firman-Nya.


rm

Di dalam gereja yang kelihatan secara organisasi di


De

sanalah terdapat juga warga gereja yang tidak kelihatan


yang disebut umat pilhan Allah. Mereka beribadah sambil
mengenal diri sebagai orang yang tidak layak memuliakan
BAB III | Gereja yang Membumi 53

Allah. Dalam analisis Berkhof (1997:26) mengatakan bah-


wa baik Calvin maupun Luther sama-sama menekankan
kenyataan bahwa ketika mereka berbicara tentang gereja

a
yang nampak (kelihatan) dan tidak nampak (tidak keliha-

if
tan), mereka tidak menunjuk kepada dua macam gereja

ur
yang berbeda, tetapi kepada dua aspek dari satu Gereja
Yesus Kristus. Umat pilihan Allah ini tidak dapat ditentu-

Ga
kan oleh mata jasmani manusia. Allah sendiri yang memi-

66 ar AL
lih mereka sehingga setiap pribadi yang dipilih-Nya pasti

28 n
merasakan serta menjawab panggilan Allah yang dasyat

50 di
38 Su JU
tersebut.
13 & DI
Pemilihan Allah atas umat-Nya tidak didasarkan
pada perbuatan baik seseorang, melainkan oleh anuge­
08 wu NI

rah Allah semata. Allah memilih sebelum mereka lahir di


dunia yang penuh dosa ini. Dalam kitab Efesus 1:3-4 me-
Hp ru I

negaskan: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus


Wa KU

Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepa-


da kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di da-
BU

lam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,


supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
Gereja dikatakan tidak kelihatan karena pada
an

dasarnya bersifat spiritual. Oleh sebab itu, gereja ini ter-


aw

diri atas sejumlah orang pilihan Allah, yang telah, sedang,


dan akan dihimpun menjadi satu persekutuan sejati di
rm

bawah pemerintahan Kristus. Dialah yang menjadi pe­


De

mimpin atas semua umat pilihan-Nya. Dengan demikian,


persekutuan orang percaya dengan Kristus merupakan
sebuah persekutuan rohani yang membentuk satu ikatan
54 Gereja Pecah

yang tidak kelihatan secara jasmani. Berkat keselamatan


seperti kelahiran kembali, pertobatan yang murni, iman
yang benar, dan persekutuan spiritual, semuanya menja-

a
di identitas baru bagi umat pilihan Allah.

if
Selanjutnya, Hoeksema (1985:567) menjelaskan

ur
dengan mengutip Pengakuan Iman Belgia: We believe and
profess, one catholic or universal church , which is an holy

Ga
congregation, of true Christian believers, all expecting their

66 ar AL
salvation in Jesus Christ, being washed by his blood, sanc­

28 n
50 di
tified and sealed by the Holy Ghost. This church hath been
38 Su JU
from the beginning of the world, and will be to the end. (Kita
13 & DI

percaya dan mengaku satu Gereja yang Katolik atau Am,


yang mana adalah sebuah jemaat yang kudus, dari orang-
08 wu NI

orang yang sungguh percaya, semuanya mengharap­kan


Hp ru I

keselamatan mereka di dalam Kristus, yang dicuci oleh


darah-Nya, yang dikuduskan dan dimateraikan oleh Roh
Wa KU

Kudus. Gereja ini sudah ada sejak awal dunia dan akan
BU

ada sampai akhir zaman).


Dalam Pengakuan Iman Rasuli dikatakan juga bah-
wa setiap orang Kristen mengakui adanya gereja. Penga­
kuan tentang gereja dalam hal ini bukan hanya gereja
an

yang kelihatan secara organisasi atau sekumpulan orang


aw

yang ada di dalam gereja itu, tetapi juga menunjuk semua


rm

orang pilihan Allah, termasuk juga mereka yang sudah


mati (Calvin, 2003:226). Keyakinan inilah yang membuat
De

Tong (1999:41) berani berkata bahwa baik Luther mau-


pun Calvin menegaskan bahwa gereja adalah gereja yang
BAB III | Gereja yang Membumi 55

kelihatan dan yang tidak kelihatan (Visible Church and


­Invisible Church).

a
Di dalam gereja terdapat dua golongan

if
yaitu orang Kristen yang taat dan ti­

ur
dak taat. Orang Kristen yang taat ada­
lah pribadi yang menyadari dirinya

Ga
diselamatkan oleh anugerah Allah dan
menghadirkan buah-buah pertobatan.

66 ar AL
28 n
Orang Kristen tidak taat adalah priba­

50 di
38 Su JU
di yang hanya memiliki identitas Kris­
ten, sehingga pola hidupnya selalu ber­
13 & DI

tentangan dengan kehendak Allah.


08 wu NI

Gereja ini bersifat rohani karena terdiri dari bebe­


Hp ru I

rapa pribadi manusia berdosa yang telah tebus dan dise-


lamatkan oleh Tuhan Yesus. Pada dasarnya gereja yang
Wa KU

benar sampai saat ini sangat sulit untuk ditentukan. Na-


BU

mun yang pasti bagi kita bahwa gereja yang benar adalah
gereja Yesus Kristus. Tanpa pengorbanan Yesus Kristus di
atas kayu salib maka gereja yang benar tidak pernah ada
di dunia ini. Jadi, gereja yang ada di tengah-tengah dunia
an

sekarang ini adalah gereja yang kelihatan dan sekaligus


aw

tidak kelihatan. Di dalam gereja yang kelihatan terdapat


rm

umat pilihan Allah atau gereja yang tidak kelihatan.


De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 57

a
if
ur
BAB IV

Ga
SISTEM KEPEMIMPINAN GEREJA

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI

Setiap gereja di Indonesia merupakan “produk”


08 wu NI

dari gereja luar negeri, seperti Eropa, Amerika, Korea,


Australia, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sistem
Hp ru I

kepemim­
pinan gereja selalu disesuaikan dengan aliran
Wa KU

dan denominasi gerejanya. Perbedaan dalam sistem


BU

kepemimpinan ini membuat gereja sulit menerima gereja


yang berbeda aliran atau denominasi dengan dirinya.
Indikasi ini menunjukkan gereja akan mengalami
an

perpecahan. Perpecahan gereja yang terjadi di Indonesia


sebagai miniatur atas perpecahan gereja-gereja besar
aw

di luar negeri. Para pemimpin gereja selalu mengklaim


rm

sistem kepemimpinannya yang alkitabiah. Pada tataran


De

ini kekuasaan menjadi alat yang ampuh untuk mempe­


ngaruhi anggota jemaat. Pemimpin gereja yang dimaksud
antara lain Pendeta, Majelis Jemaat, dan Majelis Sinode.

57
58 Gereja Pecah

A. Kepemimpinan Pendeta
Salah satu pemimpin tertinggi dalam lembaga
agama yang paling dikenal adalah pendeta. Istilah pendeta

a
merupakan sebutan bagi pemimpin agama Hindu,

if
Budhha, Konghucu, Katolik, dan agama Kristen tentunya.

ur
Kata pendeta berasal dari kata pandita (bahasa Sanse­
kerta), berarti orang yang telah mencapai kesempurnaan

Ga
di bidang kerohanian dan dianggap “mumpuni” untuk

66 ar AL
mengurus anggotanya (Wiyanto, 2010:24). Secara khusus

28 n
di Indonesia istilah pendeta digunakan untuk sebutan

50 di
38 Su JU
pemimpin agama Kristen yang bertugas untuk memimpin
13 & DI
umat agar cara hidupnya sesuai dengan kehendak Allah.
Istilah pendeta juga berpadanan dengan pastor
08 wu NI

yang berasal dari bahasa Latin pastōr berarti gembala.


Gembala dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yaitu bahasa
Hp ru I

Ibrani menggunakan kata ‫( הער‬ra’ah). Dalam kitab


Wa KU

Perjanjian Baru (PB) yaitu bahasa Yunani menggunakan


kata ποιμην (poimēn). Penggunaan istilah gembala dalam
BU

Alkitab menunjukkan tindakan memberi makan kepada


domba-domba (Kejadian 9:7), sedangkan peranannya
kepada manusia sebagai pribadi yang menggembalakan
an

agar jemaat memperoleh pengetahuan dan pengertian


aw

tentang Allah (Yeremia 3:15). Setiap nabi, rasul, gembala,


pendeta, atau penginjil dipanggil oleh Tuhan untuk
rm

memimpin umat-Nya (Efesus 4:11). Contoh sikap hidup


De

seorang gembala sejati ditujukan oleh Yesus Kristus


(Yohanes 10:11).
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 59

Gembala, Pendeta, dan Penginjil dipang­


gil oleh Allah untuk memimpin umat-Nya
hidup kudus. Pemimpin berkualitas yai­

a
if
tu pemimpin yang tidak menyalahgu­
nakan kekuasaan yang diberikan Allah

ur
kepadanya. Se­tiap pemimpin gereja ha­
rus menjadi teladan dalam gereja dan

Ga
masyarakat.

66 ar AL
28 n
Kebanyakan gereja Protestan di luar negeri menggu-

50 di
38 Su JU
nakan istilah pastor. Penggunaan istilah pastor merujuk
13 & DI
pada jabatan pemimpin gereja pada masa Yohanes
Calvin dan Ulrich Zwingli. Pendeta, pastor, gembala, dan
08 wu NI

penginjil memiliki pengertian yang sama yaitu pemimpin


umat Kristen yang bertugas untuk menyampaikan
Hp ru I

pesan Tuhan kepada umat-Nya karena secara kualitas


Wa KU

bisa menjadi teladan, memiliki kepandaian, dan sikap


bijaksana. Menjadi seorang pendeta merupakan sebuah
BU

tanggung jawab yang besar serta tugas mulia yang diper-


cayakan Allah kepadanya.
Kepemimpinan gereja berbeda dengan cara
an

memimpin perusahaan. Dalam pandangan Octavianus


aw

(1991:1) melihat kepemimpinan suatu lembaga Kristen


tidak dapat dilepaskan dari cara penanganan tugas
rm

yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Allah yang


De

memanggil setiap pendeta dalam memimpin gereja-Nya.


Seorang pemimpin harus memiliki karakter ilahi dalam
60 Gereja Pecah

menjalankan setiap tugas kepemimpinannya.


Dewasa ini tidak sedikit pendeta menyalahi arti
dari panggilannya sebagai pemimpin gereja. Kekuasaan

a
seorang pendeta sangat dominan dalam membuat peru-

if
bahan dogma serta terlibat langsung pada pertambahan

ur
setiap aliran dan denominasi gereja di Indonesia. Seha-
rusnya pendeta menjadi teladan yang mewujudkan doa

Ga
Agung Tuhan yang mengharapakan gereja-Nya untuk tetap

66 ar AL
bersatu. Bukan sebaliknya, pendeta menjadi pemberontak

28 n
dan perusak gereja. Dengan melihat kondisi ini maka

50 di
38 Su JU
dipastikan para pendeta sebagian besar menyim­­
pang
13 & DI
dari tugas panggilan Allah yang sesungguhnya. Mereka
mementingkan diri sendiri, kelompoknya, maupun aliran
08 wu NI

dan denominasi gerejanya masing-masing.


Para pendeta sering memposisikan dirinya lebih baik
Hp ru I

dari pemimpin gereja yang lain, bahkan memposisikan


Wa KU

ajaran maupun gerejanya yang paling benar dibanding­


kan dengan aliran dan denominasi gereja lain. Segala
­­
BU

bentuk kekuasaan menjadi bahan yang dipertontonkan.


Mereka berusaha dengan segala cara agar gereja yang
dipimpinnya tetap eksis dalam lingkungan agama Kristen,
an

sekalipun gereja lain mengalami penurunan kualitas dan


aw

kuantitas. Mereka menggunakan hukum “rimba” yaitu


siapa yang kuat itulah yang tetap ada dan meneruskan
rm

paham dari aliran gereja tersebut.


De

Jabatan seorang pendeta dalam gereja seringkali


menjadi kekuatan untuk menghancurkan segala rintangan
yang mengahalanginya. Apabila ketegangan ini terjadi
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 61

di dalam satu aliran dan denominasi gereja, maka jalan


yang sering ditempuh adalah pemimpin yang tidak kuat
akan keluar dari gereja tersebut kemudian membentuk

a
aliran dan denominasi gereja baru. Memang jarang diper-

if
lihatkan peperangan fisik tetapi peperangan intelektual

ur
menjadi langkah yang ditempuh untuk mempertahankan
gereja yang dipimpinnya.

Ga
Peperangan intelektual semacam ini bukanlah hal

66 ar AL
yang baru dalam pertempuran ideologis bagi seorang

28 n
pemimpin gereja. Dalam pemikiran Gramsci membedakan

50 di
38 Su JU
dua aspek peperangan intelektual pada sebuah kepemi-
13 & DI
mpinan, yaitu intelektual tradisional dan intelektual
organik. Intelektual tradisional adalah orang yang
08 wu NI

mengisi posisi ilmiah, sastra, filosofis, dan keagamaan


dalam masyarakat, termasuk gereja di mana status,
Hp ru I

posisi, dan fungsi mereka mengarahkan untuk melihat


Wa KU

diri mereka sendiri secara independen dari segala perse-


kutuan kelas atau peran ideologis. Sedangkan intelektual
BU

organik adalah bagian konstitutif dari perjuangan kelas


pekerja. Mereka memikirkan dan mengorganisasi unsur-
unsur kelas kontra hegemoni dan sekutunya. Ketika
an

kelas baru berkembang, akan tercipta satu atau lebih


aw

strata intelektual yang memberikannya hegemonitas dan


kesadaran tentang fungsinya sendiri (Barker, 2006:370).
rm

Kedua aspek di atas telah berkembang dalam setiap


De

aliran dan denominasi gereja selama ini. Keberadaan


pendeta dalam suatu gereja bertugas untuk memimpin
umat dalam menegakkan disiplin gereja. Ketika disiplin
62 Gereja Pecah

ini ditegakkan maka sesungguhnya ada kekuasaan yang


melekat pada pribadi pemimpin tersebut. Hal ini diakui
oleh Calvin (Hall, 2009:457-462) bahwa di dalam gereja

a
ada kekuasaan yang berasal dari Allah melalui kasih

if
Yesus Kristus bagi jemaat-Nya untuk memimpin dan

ur
berkuasa atas umat dalam menegakkan disiplin gereja,
doktrin, dan mempertahankan kemurniaan pemberitaan

Ga
Firman Tuhan. Kekuasaan dapat berfungsi secara positif

66 ar AL
apabila sesuai dengan tujuan Allah, sebaliknya kekuasaan

28 n
untuk kepentingan diri serta menguasai orang lain pasti

50 di
38 Su JU
berdampak negatif.
13 & DI
Walaupun demikian positifnya sebuah kekuasaan,
tetapi kepribadian dan motivasi pendeta jaman sekarang ini
08 wu NI

sudah tidak alkitabiah lagi. Sistem kepemimpinan mereka


lebih bermuara pada kekuasaan sekuler dan kepentingan
Hp ru I

diri sendiri. Setelah kedudukan tampuh kepemimpinan itu


Wa KU

tercapai, tak segan-segan mereka menyalahgunakannya


demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Seorang
BU

pemimpin tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan


utama dari tugas seorang pendeta yaitu mensejahterakan
umat, mendisplinkan umat, dan menegakkan ajaran
Firman Tuhan secara benar dalam gereja.
an

Setiap pemimpin gereja pasti memiliki


aw

kekuasaan. Pemimpin gereja dipanggil


rm

oleh Allah untuk mensejahterakan


umat-Nya, mendisplinkan umat, serta
De

menegakkan ajaran firman Tuhan


secara benar dan jelas di dalam gereja.
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 63

Kerapuhan tampuh kepemimpinan seorang pendeta


telah mengalami kemerosotan moralitas. Sesungguhnya
seorang pendeta harus mampu menjalankan fungsinya

a
sebagai pembawa kedamaian di antara komunitasnya

if
dan masyarakat secara keseluruhan. Jabatan pendeta

ur
melekat erat dengan seluruh kepribadiannya. Artinya,
seorang pendeta harus dapat menjunjung citra yang baik

Ga
di mana pun ia berada. Kepribadian pendeta bagaikan

66 ar AL
ikan di aquarium yang dapat diamati dan dinilai dalam

28 n
berbagai sudut pandang manusia.

50 di
38 Su JU
Umumnya pendeta diselimuti oleh berbagai kemu-
13 & DI
nafikan. Pada satu sisi terlihat sebagai rohaniwan, tetapi
di sisi lain menjadi ‘kanibal’. Secara kasat mata pendeta
08 wu NI

dalam pertemuan tertentu dapat memperlihatkan


keakraban dan keharmonisan dengan pendeta lain. Keli-
Hp ru I

hatannya seperti orang suci dan tidak berdosa sama


Wa KU

sekali. Dosa mereka tertutup oleh jubah kebesarannya.


Pada kesempatan kebersamaan inilah justru mereka
BU

merancang berbagai strategi untuk mengadakan perla-


wanan atau menjatuhkan pemimpin gereja yang lain.
Segala trik yang dirancang oleh pendeta dilalarbe-
an

lakangi oleh perbedaan doktrin, aliran, denominasi, atau


aw

ada akar kepahitan karena pernah anggota jemaatnya


“dicuri” oleh pendeta yang bersangkutan. Pada saat yang
rm

sama dalam hatinya ingin menguasai anggota jemaat dari


De

salah satu pendeta tersebut. Ada usaha untuk mengambil


anggota gereja lain secara sengaja sehingga jumlah
anggota jemaatnya bertambah. Ungkapan yang paling
64 Gereja Pecah

populer yaitu “memancing di aquarium” gereja lain.


Apabila ditelusuri kebanyakan anggota jemaat
berasal dari gereja yang ada di sekitarnya. Sebagian besar

a
para pendeta beranggapan bahwa ukuran gereja yang

if
bertumbuh dengan memiliki jumlah anggota jemaat yang

ur
banyak. Mereka membanggakan model gedung gereja
serta fasilitas yang ada dalamnya. Metode penginjilan

Ga
seperti ini sangat menyakitkan hati Tuhan Yesus. Inilah

66 ar AL
fenomena yang sedang terjadi dalam kekristenan di Indo-

28 n
nesia saat ini.

50 di
38 Su JU
Pertumbuhan jumlah anggota jemaat dan pemban-
13 & DI
gunan gedung gereja bukan berarti tidak penting. Rujukan
yang benar apabila pertumbuhan itu merupakan hasil
08 wu NI

penginjilan kepada orang yang belum percaya kepada


Yesus Kristus serta bertujuan untuk memuliakan Allah.
Hp ru I

Lebih penting lagi, dalam sebuah gereja kasih semakin


Wa KU

nyata dan semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Para


pemimpin gereja tidak harus berlomba-lomba mendirikan
BU

aliran dan denominasi gereja baru sebagai legitimasi


dalam perwujudan tugas Amanat Agung Tuhan Yesus.
Dengan melihat konteks pertumbuhan gereja dewasa
an

ini Lie (2010:35-36) selalu mengingatkan dan menasi-


aw

hatkan seluruh pendeta yang memimpin suatu gereja


dengan mengatakan bahwa banyak gereja salah sasaran
rm

pertumbuhan, berusaha memiliki gedung yang baru dan


De

lebih besar, direnovasi, berusaha memiliki jumlah warga


lebih banyak, puas, dan bangga dengan semua hasil fisik
tersebut. Semua itu sungguh sebuah hasil yang meng-
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 65

gembirakan, tetapi bukan yang utama! Tujuan gereja yang


paling mendasar pertumbuhan iman jemaat yang makin
makin erat pada Tuhan, makin erat dengan sesama, dan

a
kasih yang semakin mesra kepada semua orang.

if
Pada kenyataannya, para pendeta biasanya ingin

ur
menguasai aliran dan denominasi gereja lain. Sikap
pemimpin gereja yang demikian tidak perlu ditiru, karena

Ga
gereja lama-kelamaan menjadi batu sandungan bagi orang

66 ar AL
lain yang sudah percaya maupun yang belum percaya

28 n
kepada Yesus Kristus. Dapat ditegaskan bahwa perpin-

50 di
38 Su JU
dahan anggota ke dalam salah satu aliran dan denominasi
13 & DI
gereja yang lain sesungguhnya bukanlah sebuah pertum-
buhan gereja. Fenomena ini membuktikan gereja telah
08 wu NI

gagal mewujudkan tugas Amanat Agung yang sebenarnya.


Kondisi agama Kristen di Indonesia dan termasuk
Hp ru I

gereja di seluruh dunia telah mengalami perpecahan


Wa KU

karena faktor “mencuri” dari anggota gereja lain. Oleh


sebab itu, setiap pendeta perlu merenungkan kembali
BU

perkataan Warren (1999:56) yang menegaskan: “Perpin-


dahan anggota gereja dari satu gereja ke gereja lain
bukanlah tujuan dari Tuhan Yesus ketika Dia memberi
an

Amanat Agung ini. Tuhan memanggil kita untuk menjadi


aw

penjala manusia, bukan memindahkan ikan dari akuarium


yang satu ke akuarium yang lain. Sebuah gereja yang
rm

bertambah besar karena perpindahan anggota dari gereja


De

lain, sebenarnya gereja itu tidak mengalami pertumbuhan


seperti yang diharapkan oleh Tuhan.
66 Gereja Pecah

Pertumbuhan gereja tidak bisa diukur


dari banyaknya jumlah jemaat, me­
lainkan dari kualitas imannya kepada

a
Tuhan. Pendeta yang mencuri anggota

if
jemaat gereja lain menunjukkan gereja

ur
tersebut belum dewasa dan bertumbuh
dalam imannya kepada Tuhan.

Ga
Perpecahan gereja yang ditimbulkan oleh sikap

66 ar AL
28 n
pendeta yang arogan dan merasa berkuasa bukanlah

50 di
38 Su JU
suatu rahasia lagi dalam sejarah kemerosotan moral
kepemimpinan Kristen akhir-akhir ini. Pendeta yang satu
13 & DI

mengambil anggota gereja lain dan kemudian membap-


tiskannya kembali untuk dijadikan sebagai anggota yang
08 wu NI

sah dalam gereja yang dipimpinnya. Sudah pasti gereja


Hp ru I

yang menerima perlakuan semacam ini akan melakukan


perlawanan balik baik secara terbuka maupun tertutup.
Wa KU

Perlawanan terbuka bisa langsung merebut kembali


BU

anggota jemaat tersebut, sedangkan perlawanan tertutup


yaitu pendeta berusaha melakukan hal yang sama atas
gereja itu atau pun gereja lain di sekitarnya.
Strategi lainnya dengan membeli alat musik lengkap
an

agar ada daya tarik orang masuk ke gerejanya, menga-


aw

dakan bakti sosial, mengadakan perkunjungan pada


rm

anggota gereja lain, berusaha menyanyikan lagu kontem-


porer, plagiat liturgis dari gereja lain, dan sebagainya.
De

Segala cara dilakukan untuk mempertahankan anggota


jemaatnya sekaligus menginjili orang yang sudah Kristen.
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 67

Pada akhirnya, aliran dan denominasi gereja yang tidak


kuat dan tidak mampu secara ekonomi akan tersingkir
dan gereja tutup.

a
Bentuk kepemimpinan yang sering ditunjukan oleh

if
para pendeta dewasa ini adalah bagaimana seseorang

ur
mampu meningkatkan kualitas dirinya pada satu pihak
dan menghegemoni orang lain pada sisi yang lain.

Ga
Padahal kualitas seorang pendeta tidak terletak pada saat

66 ar AL
membuat orang lain terpengaruh dan takluk kepadanya,

28 n
apalagi muncul ketergantungan terhadap dirinya sebagai

50 di
38 Su JU
orang yang berkuasa. Kualitas seorang pendeta dapat
13 & DI
terlihat ketika menghargai perbedaan yang ada, sikap
bijaksana, mengerti kesusahan orang lain, selalu meng-
08 wu NI

hormati orang yang lebih tua, menyokong kebersamaan,


dan melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin gereja
Hp ru I

sesuai panggilan Allah.


Wa KU

Pendeta yang berkualitas adalah pen­


BU

deta yang menghargai perbedaan,


sikap bijaksana, tidak mencuri anggota
jemaat lain, mendukung kebersamaan,
an

menghormati orang lain, serta melak­


sanakan tugas Amanat Agung secara
aw

benar dan berbudaya.


rm
De
68 Gereja Pecah

B. Kepemimpinan Majelis Jemaat


Majelis jemaat merupakan salah satu bentuk
struktur organisasi yang diakui oleh gereja secara umum,

a
kendati sebagian gereja di Indonesia tidak menganut

if
sistem ini. Unsur-unsur majelis jemaat terdiri dari

ur
pendeta, penatua, dan diaken. Namun yang akan dibahas
dalam point ini hanya jabatan penatua dan diaken saja,

Ga
karena jabatan pendeta telah diuraikan pada point sebel-

66 ar AL
umnya.

28 n
50 di
1) Penatua
38 Su JU
13 & DI
John Calvin (Hall, 2009:455) mengakui adanya
beberapa jabatan dalam pemerintahan gereja yaitu:
doktor (guru/pengajar), gembala (pendeta/penginjil),
08 wu NI

penatua, dan diaken. Pada dasarnya, jabatan penatua


Hp ru I

merupakan suatu jabatan yang strategis dalam struktur


Wa KU

organisasi gereja karena bertugas untuk memerintah


dan mendisplinkan jalannya pelayanan gereja. Setiap
BU

penatua harus memiliki integritas, berhikmat, dan bijak-


sa­
na dalam melaksanakan segala tugas yang diberikan
Allah kepadanya. Seorang penatua dipilih oleh jemaat.
an

Penatua haruslah orang-orang yang saleh dan rela


berkorban mendampingi pendeta dalam menegakkan
aw

serta mendisplinkan moral anggota jemaat.


rm

Dengan melihat tugas penatua sebagai salah satu


De

pemberi disiplin dalam gereja selain pendeta, maka jabatan


ini disebut juga sebagai penilik jemaat. Dalam Kisah Para
Rasul 20:17, 28 rasul Paulus menegaskan bahwa jabatan
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 69

penatua memiliki pengertian dan fungsi yang sama dengan


penilik jemaat yang bertugas untuk menegakkan disiplin
dan menjaga kemurnian iman serta pengajaran kitab

a
suci di dalam gereja. Jabatan penilik dalam masyarakat

if
Yunani Kuno merupakan sebuah jabatan yang digunakan

ur
secara luas karena bertugas sebagai mandor, pengurus,
pengawas, pengawal, pengatur, inspektur, dan penguasa.

Ga
Orang Kristen mula-mula memilih istilah penilik yang

66 ar AL
sama dengan penatua untuk fungsi dan tugas tersebut.

28 n
Penggunaan istilah penatua atau penilik dalam

50 di
38 Su JU
kemajelisan gereja merupakan bagian integral pada
13 & DI
sebuah ranah kebudayaan masyarakat Kristen setempat.
Hal ini ditegaskan oleh Strauch (2008:55) bahwa meskipun
08 wu NI

kedua istilah itu menunjukkan badan yang terdiri dari


orang-orang yang sama, penatua (elder) mencerminkan
Hp ru I

keturunan orang Yahudi yang menekankan martabat,


Wa KU

kematangan, kehormatan, dan kebijaksanaan, sementara


penilik (overseer) mencerminkan keturunan orang yang
BU

berbahasa Yunani yang menekankan tugas kepenilikan


atau penggembalaan.
Secara umum peran penatua dalam gereja
an

berdasarkan Alkitab terdiri atas 3 (tiga) bagian penting,


aw

yaitu:
1. Melindungi jemaat. Rasul Paulus dengan
rm

sukacita selalu mengingatkan para penatua


De

di Efesus tentang tugas dan fungsi mereka di


jemaat Efesus. Mereka harus melindungi diri
dan jemaat dari berbagai pengajaran guru-guru
70 Gereja Pecah

palsu atau pun nabi-nabi palsu. Dalam Kisah


Para Rasul 20:28 berkata: “Karena itu jagalah
dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena

a
kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi

if
penilik untuk menggembalakan jemaat Allah

ur
yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya
sendiri.”

Ga
2. Berkhotbah dan Mengajar Jemaat. Jumlah

66 ar AL
pengkhotbah pada zaman para rasul tentu tidak

28 n
sebanyak pendeta atau penginjil pada saat ini.

50 di
38 Su JU
Rasul Paulus yang medan penginjilannya yang
13 & DI
sangat luas sehingga posisinya tidak menetap
pada salah satu jemaat. Oleh sebab itu,
08 wu NI

peranan penatua dapat mengambil alih tugas


rasul atau pendeta pada saat itu. Penatua yang
Hp ru I

baik kepemimpinannya patut dihormati dua kali


Wa KU

lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah


berkhotbah dan mengajar (1 Timotius 5:17).
BU

3. Menggembalakan Jemaat. Sebelum memimpin


dan menggembalakan jemaat terlebih dahulu
harus mampu memimpin diri sendiri maupun
an

keluarganya. Suksesnya pelayanan seorang


aw

penatua sangat ditentukan oleh pengaruh dan


peran serta anggota keluarganya seperti istri
rm

dan anak-anaknya. Dalam 1 Timotius 3:5 mene-


De

gaskan: “Jikalau seorang tidak tahu mengepalai


keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat
mengurus Jemaat Allah?”
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 71

Ketiga tugas penatua di atas menunjukkan bahwa


jabatan ini tidak sama kedudukannya dengan pendeta.
Penatua bukan menjadi boss atas pendeta, melainkan

a
rekan sepelayanan. Akan tetapi, posisi penatua dewasa

if
ini sesungguhnya sudah melampaui peran dan tugas yang

ur
diamanatkan oleh Allah secara alkitabiah. Mereka sering
memposisikan dirinya sebagai penguasa gereja. Mereka

Ga
memiliki kuasa untuk mengatur bahkan berani member-

66 ar AL
hentikan pendeta atau penginjil dari gereja apabila tidak

28 n
sesuai dengan tujuan yang diharapkannya. Padahal

50 di
38 Su JU
penatua bisa dikatakan sebagai “pembantu” pendeta
13 & DI
dalam melaksanakan pelayanan gerejawi.

Pendeta yang berkualitas adalah pen­


08 wu NI

deta yang menghargai perbedaan,


Hp ru I

sikap bijaksana, tidak mencuri anggota


jemaat lain, mendukung kebersamaan,
Wa KU

menghormati orang lain, serta melak­


BU

sanakan tugas Amanat Agung secara


benar dan berbudaya.

Akibat penyalahgunaan peran penatua dalam gereja,


an

sebagian gereja tidak menggunakan sistem ini. Mereka


aw

menganggap pemimpin gereja dipegang oleh pendeta.


Untuk membantu tugas-tugas pelayanan gereja lainnya
rm

maka dipilih beberapa pengurus gereja yang dikoordinir


De

langsung oleh pendeta atau penginjil yang bersangkutan.


Segala keputusan yang menyangkut pelayanan gereja
berada dalam kendali kekuasaan pendeta. Bila dilihat
72 Gereja Pecah

dari aspek keberhasilannya maka gereja yang menga-


dopsi paham ini justru mengalami pertumbuhan dalam
pelayanan gerejanya. Pendeta sebagai ketua mejelis

a
jemaat atau pemimpin tertinggi dalam organisasi gereja

if
tersebut. Konflik kepentingan dalam gereja pun sangat

ur
minim karena diatur oleh satu orang, sehingga fokus
pelayanan lebih terarah dan berhasil.

Ga
Dalam melaksanakan tugas pelayanan gereja

66 ar AL
tentunya tidak ada yang tinggi dan rendah. Semua

28 n
50 di
pelayanan 38 Su JU
yang dilakukan harus bertujuan untuk
memuliakan Allah. Fungsi dan perannya saja yang berbe-
13 & DI

da-beda sesuai dengan talenta serta panggilan Allah atas


mereka masing-masing. Seringkali fungsi dan peran ini
08 wu NI

dilupakan oleh setiap penatua. Kerancuan akan tugas


Hp ru I

penatua membawa dampak negatif bagi gereja, sehingga


gereja tidak berkembang dan seringkali terjadi perpecahan.
Wa KU

2) Diaken
BU

Secara etimologi kata diaken berasal dari bahasa


Yunani yaitu diakonos, diakonoi, diakonia, diakoneo, dan
episkopos yang berarti para pelayan atau hamba. Dengan
an

melihat kembali sejarah perjalanan gereja pada awalnya


menunjukkan bahwa pemilihan diaken pertama sekali
aw

dilakukan oleh para rasul di Yerusalem. Selama masa


rm

pelayanan rasul Paulus kata diakonos sering dipakai


De

untuk menyebut para pekerja dalam pelayanan kepada


Kristus, tugas para rasul, pengajar, pemberita injil, atau
pembantu gereja lainnya.
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 73

Secara jujur harus diakui bahwa latar belakang


pembentukan jabatan diaken ini karena adanya sung-
ut-sungut di antara orang Kristen Yahudi berbahasa

a
Yunani terhadap orang Kristen Ibrani. Orang Kristen

if
Ibrani melalaikan pembagian bantuan kepada janda-

ur
janda miskin pada waktu itu. Alkitab mencatat diaken
yang pertama dalam gereja berjumlah 7 orang, yaitu:

Ga
Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas,

66 ar AL
dan Nikolaus (Kisah Para Rasul 6:5). Ketujuh diaken

28 n
ini bertugas untuk membantu para rasul di dalam

50 di
38 Su JU
membagikan bantuan kepada janda-janda miskin. Jadi,
13 & DI
tugas diaken adalah membantu pelayanan pendeta atau
penginjil dalam hal diakonia atau bantuan sosial.
08 wu NI

Kata diakonos di atas lebih menunjuk pada tugas


para diaken karena orang Kristen mula-mula lebih sering
Hp ru I

memakai kata ini untuk jabatan baru di dalam gereja


Wa KU

khususnya dalam membantu orang-orang miskin atau


menderita. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh
BU

Hall (2009:456) seorang profesor sejarah gereja di America


Reformed Seminaries bahwa diaken-diaken dipanggil oleh
Kristus untuk memelihara orang miskin dalam gereja. Oleh
an

sebab itu, syarat menjadi seorang diaken yang alkitabiah


aw

adalah: terkenal baik, penuh Roh Kudus, berhikmat,


orang terhormat, tidak bercabang lidah (pembohong),
rm

bukan peminum anggur (pemabuk), tidak serakah, tidak


De

bercacat, setia pada satu istri, pengurus keluarga yang


baik, tidak cinta uang, dan sebagainya (Kisah Para Rasul
6:3; 1 Timotius 3:8-13).
74 Gereja Pecah

Apakah setiap diaken sudah memenuhi syarat-


syarat yang sudah ditentukan oleh Allah dalam gereja-Nya
dewasa ini? Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat

a
sulit apabila melihat proses pemilihan para diaken dalam

if
setiap gereja. Seringkali persyaratan ini tidak begitu

ur
penting karena pemilihan diaken selalu melihat sisi kema-
nusiaannya daripada rohaninya. Biasanya diaken yang

Ga
terpilih dalam gereja adalah pribadi-pribadi yang berpen-

66 ar AL
garuh karena kekuasaannya ataupun memiliki uang yang

28 n
banyak.

50 di
38 Su JU
13 & DI
Pada umumnya, diaken lebih banyak
dari penatua. Diaken bertugas mem­
bantu pendeta dalam melaksanakan
08 wu NI

tugas pelayanan sosial dan bagian lain


Hp ru I

yang berkaitan dengan tugas itu. Dia­


ken sering merasa berkuasa untuk me­
Wa KU

mecat dan memindahkan pendeta atau


penginjil dalam gereja.
BU

Dampak negatif yang ditimbulkan atas kesalahan


pemilihan ini membuat para diaken tidak mengerti akan
an

tugas dan perannya di dalam gereja. Tidak mengherankan


aw

prioritas pelayanan utamanya sebagai pelayan (hamba)


yang membantu pendeta tidak terlaksana dengan baik.
rm

Ketimpangan tugas para diaken ini ditegaskan oleh Alex-


De

ander Strauch (2008:69) dalam bukunya yang berjudul


“Diaken Dalam Gereja: Penguasa atau Pelayan?” Dia menga-
takan bahwa para diaken hanya berperan sebagai dewan
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 75

eksekutif dan pengambil keputusan. Mereka menjadi para


eksekutif yang menilai seberapa baik pelayanan orang lain.
Mereka menjadi diaken-dewan, bukan diaken pelayan.

a
Kebanyakan para diaken di Indonesia tidak mengerti

if
peran dan fungsi mereka di tengah-tengah jemaat. Mereka

ur
identik dengan penguasa dan pemilik gereja.
Dalam beberapa gereja penyebutan diaken identik

Ga
dengan pengurus gereja. Gereja yang menganut sistem

66 ar AL
presbiteri sinodal lebih banyak diaken daripada penatua.

28 n
Sehingga tugas dan fungsi penatua seringkali diambil alih

50 di
38 Su JU
oleh diaken dengan tujuan untuk memerintah gereja atau
13 & DI
memerintah pendeta dan penginjil. Ketika fungsi diaken
tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka konflik antara
08 wu NI

diaken dengan penatua dan diaken dengan pendeta atau


penginjil tidak dapat dihindari. Gereja pun mengalami
Hp ru I

perpecahan di mana para diaken ngambek dan akhirnya


Wa KU

mereka keluar dari gereja.


Yang lebih ironis lagi diaken yang semestinya
BU

membantu pendeta untuk tugas pelayanan diakonia


justru berubah fungsi sebagai pemegang kekuasaan,
sehingga mereka dapat memecat pendeta dan penginjil
an

seenaknya. Sikap ini timbul akibat punya pengaruh dalam


aw

gereja, misalnya sebagai penyumbang pembangunan


gereja, sering membantu pendeta atau penginjil dalam
rm

hal keuangan, dan lain-lain. Dalam kondisi ini biasanya


De

pendeta dan penginjil sering “diam” atau bersikap asal


bapak senang. Pendeta dan penginjil takut kehilangan
jabatan atau sumber pendapatan. Fungsi diaken yang
76 Gereja Pecah

sebenarnya sudah melenceng dari rancangan dan pang-


gilan Allah tentang pelayanan diakonia.
Ketika hubungan diaken dengan pendeta tidak

a
harmonis maka gereja mengalami kemerosotan moral.

if
Segala bentuk praktek kekuasaan menjadi senjata ampuh

ur
untuk mempertahankan posisinya masing-masing.
Pendeta berusaha mempertahankan diri sesuai argu-

Ga
mentasi yang dianggap benar. Begitu pula dengan diaken

66 ar AL
mencari pendukung dengan berbagai macam cara untuk

28 n
menarik simpati jemaat. Penerapan praktek kekuasaan

50 di
38 Su JU
terlihat jelas ketika berada dalam posisi ini. Mereka saling
13 & DI
mempengaruhi jemaat untuk berpihak kepada yang lebih
berkuasa. Mereka mempergunakan segala daya upaya
08 wu NI

mulai dari kedudukannya, kekayaannya, dan sebagainya.


Hp ru I

Untuk menduduki jabatan Pendeta,


Wa KU

Penginjil, Penatua, dan Diaken harus se­


suai dengan syarat yang ditetapkan oleh
BU

Allah. Mereka tidak boleh bercacat ce­lah,


harus hidup kudus, menjadi teladan,
dan melayani dengan sepenuh hati.
an

Hal inilah yang ditegaskan oleh Susabda (2006:104)


aw

dalam berbagai kasus yang dihadapi oleh gereja dewasa


rm

ini khususnya di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa


persoalan-persoalan gereja seringkali menimbulkan
De

pertengkaran-pertengkaran bahkan perpecahan di antara


majelis gereja sendiri. Hasilnya seringkali justru perteng-
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 77

karan dan perpecahan bahkan Kristus kepala Gereja


tidak dipermuliakan. Selanjutnya, Strauch (2008:69)
kembali menambahkan sehubungan konflik yang biasa

a
terjadi antara gembala (pendeta) dan diaken mengatakan

if
bahwa organisasi apa pun yang terdiri dari dua atau lebih

ur
kelompok yang bertanggung jawab resmi akan mengh-
adapi ketegangan.

Ga
Diaken dan pendeta menganggap memiliki ke­
we­

66 ar AL
nangan dan kedudukan yang sama atau pun lebih tinggi

28 n
50 di
38 Su JU
dalam gereja tersebut. Diaken tidak memahami tugasnya
dengan baik di dalam jemaat, justru mengambil alih
13 & DI

tugas pendeta. Sebaliknya, pendeta juga merasa berkua­


sa sehingga mencampuri tugas diaken. Semakin kita
­­
08 wu NI

memahami perbedaan fungsi antara pendeta dan diaken,


Hp ru I

justru semakin kita dapat menghindari konflik yang akan


mungkin terjadi. Jika kita tidak memahami perbedaannya
Wa KU

maka pertikaian dan kesalahpahaman yang ruwet akan


BU

bermunculan, sehingga perpecahan gereja pun menjadi


kenyataan.

C. Kepemimpinan Majelis Sinode


an

Pada umumnya gereja-gereja di Indonesia secara


organisasi dipimpin oleh majelis sinode. Kata sinode atau
aw

sinodal berasal dari kata Yunani sunhodos. Memang kata


rm

sunhodos secara harafiah tidak ditemukan dalam Alkitab,


De

tetapi akar katanya yakni sunodeuo atau sunodia masih


bisa kita temukan dibeberapa bagian kitab khususnya
dalam Perjanjian Baru. Misalnya kata  sunodeuo  (Kisah
78 Gereja Pecah

Para Rasul 9:7) dan Sunodia (Lukas 2:44) yang berarti


seperjalanan. Jadi, sinode berarti berjalan bersama,
berpikir bersama, dan bertindak bersama demi kemajuan

a
gereja.

if
Berdasarkan pengertian di atas, majelis sinode

ur
merupakan bagian penting dalam memimpin orga­
nisasi gereja. Secara struktur majelis sinode merupakan

Ga
pemimpin tertinggi dalam sebuah denominasi gereja yang

66 ar AL
menganut sistem ini. Anggota majelis sinode terdiri dari

28 n
pendeta, penatua, dan diaken dari gereja lokal. Keang-

50 di
38 Su JU
gotaan ini terbentuk setelah mengadakan pemilihan pada
13 & DI
sidang sinode. Pada bidang tertentu kemungkinan para
penatua dan diaken bisa menjadi anggota majelis sinode
08 wu NI

sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang mereka


miliki. Bidang yang dimaksud seperti bendahara, tata
Hp ru I

usaha, hukum, pendidikan, dan sebagainya.


Wa KU

Gereja-gereja yang menganut sistem sinodal biasanya


segala keputusan dan teknis dalam pelayanan gerejawi
BU

ditentukan oleh majelis sinode. Mulai dari peraturan


gereja, liturgi, keuangan, administrasi, dan sebagainya.
Seluruh gereja lokal harus tunduk serta melaksanakan
an

segala ketentuan sinode tersebut. Tidak mengherankan


aw

dalam setiap gereja yang sistem sinodenya teratur dan


ketat maka bahan-bahan khotbah yang disampaikan
rm

pada setiap kebaktian minggu dan ibadah lainnya hampir


De

semua sama dalam satu wilayah atau seluruh Indonesia.


Bentuk sistem pemerintahan gereja seperti ini
tidak menjadi masalah apabila dilakukan dengan dasar
BAB IV | Sistem Kepemimpinan Gereja 79

yang benar sesuai Alkitab serta tujuannya untuk hormat


kemuliaan Allah. Akan tetapi, jika sistem ini dilakukan
hanya dengan keadaan terpaksa atau “asal bapak

a
senang” karena melihat sinode sebagai atasan dari gereja

if
lokal maka dapat dipastikan pelayanan gereja tidak

ur
akan pernah maksimal. Segala bentuk pelayanan gereja
dilakukan sesuai aturan-aturan yang sudah ditetapkan

Ga
oleh majelis sinode.

66 ar AL
28 n
Semua manusia tidak ada yang sem­

50 di
38 Su JU
purna termasuk pemimpin gereja. Ti­
dak sempurnanya pemimimpin gereja
13 & DI

tidak bertujuan untuk menindas dan


menguasai anggota jemaat dan sesa­
08 wu NI

manya manusia.
Hp ru I

Pelayanan gereja yang tidak maksimal biasanya


Wa KU

terjadi karena hanya untuk memenuhi tuntutan atau


target yang ditentukan oleh majelis sinode. Ditambah lagi
BU

setiap pendeta di gereja lokal biasanya berpindah-pindah


dalam periode tertentu. Pendeta tidak merasakan
secara mendalam kebutuhan-kebutuhan gereja lokal.
an

Akibatnya gereja tidak pernah mengalami perubahan ke


aw

arah yang lebih baik. Pelayanan gereja hanya bersifat


stagnan, bahkan bisa memungkinkan pelayanan gereja
rm

semakin merosot baik secara kualitas maupun kuan-


De

titas. Tidak maksimalnya pelayanan pendeta dalam gereja


sering dijadikan alasan oleh penatua dan diaken untuk
memindahkan dan memecatnya.
80 Gereja Pecah

Sistem kemajelisan sinode memiliki kelebihan dan


kelemahannya masing-masing. Kelebihannya segala
keputusan dilakukan secara demokrasi, sedangkan keku-

a
rangannya proses pelayanan gereja sering terlambat

if
karena selalu mengadakan rapat untuk meminta

ur
persetujuan bersama. Memang tidak ada manusia yang
sempurna termasuk para pemimpin gereja. Apapun

Ga
bentuk kewenangan yang dimiliki oleh pelayan gereja baik

66 ar AL
pendeta, penginjil, majelis jemaat, dan majelis sinode,

28 n
sebaiknya harus dilakukan untuk hormat dan ­­­­kemulian

50 di
38 Su JU
Allah.
13 & DI

Apapun bentuk kewenangan yang dimi­


liki oleh Pendeta, Penginjil, Majelis Je­
08 wu NI

maat, dan Majelis Sinode tidak akan per­


Hp ru I

nah berhasil dan diberkati oleh Allah jika


dilakukan untuk kepentingan diri sendiri
Wa KU

atau kelompoknya. Segala kewenangan


BU

dan kekuasaan harus dijalankan sesuai


dengan koridornya Allah.
an
aw
rm
De
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 81

a
if
ur
BAB V

Ga
KEKUASAAN DALAM GEREJA

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI

A. Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan dalam pandangan Barker
08 wu NI

(2006:10) yaitu kekuasaan bukan hanya perekat yang


Hp ru I

menyatukan kehidupan sosial atau kekuatan koersif


Wa KU

sekumpulan orang atas orang lain, melainkan proses


yang membangun dan membuka jalan bagi adanya segala
BU

bentuk tindakan. Definisi ini hampir sama dengan Harold


D. Laswell dan Abraham Kaplan yang memaparkan bahwa
kekuasaan adalah suatu hubungan di mana seseorang
an

atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan


seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak
aw

pertama (Budiardjo, 2008:60). Pihak pertama yang


rm

dimaksud yaitu semua pemilik atau penentu kekuasaan


De

termasuk lembaga agama.


Pemimpin lembaga agama secara langsung dan
tidak langsung pasti memiliki kekuasaan. Kekuasaan

81
82 Gereja Pecah

secara langsung dapat dilihat pada diri seorang pemimpin


yang otoriter, sedangkan kekuasaan yang tidak langsung
dapat dilihat dari pribadi seorang pemimpin yang meng-

a
gunakan perangkat-perangkat keagamaan sebagai cara

if
untuk memuluskan tindakan kekuasaannya. Perangkat

ur
keagamaan ini berupa kitab suci, hukum agama, jabatan,
tata cara keagamaan, doktrin, dan sebagainya.

Ga
Dengan mencermati konsep kekuasaan di atas

66 ar AL
sesungguhnya praktek-praktek kekuasaan seperti itu

28 n
sering ditemukan dalam gereja sebagai lembaga keroha-

50 di
38 Su JU
niaan. Penerapan praktek kekuasaan yang menyimpang
13 & DI
ini seringkali dilakukan oleh pemimpin gereja. Oleh sebab
itu, Hall (2009:457) mengingatkan semua pemimpin gereja
08 wu NI

dan orang Kristen dengan mengatakan bahwa kekuasaan


pada dasarnya merusak; kekuasaan mutlak merusak
Hp ru I

secara mutlak.
Wa KU

Kendati kekuasaan itu pada dasarnya merusak,


namun kekuasaan Allah berbeda dengan kekuasaan
BU

manusia. Allah berkuasa atas umat-Nya agar selalu


hidup benar. Kekuasaan Allah adalah sempurna dalam
kebenaran mutlak, keadilan, kemurahan, hikmat yang
an

sempurna. Kekuasaan Allah selalu bertujuan untuk


aw

mendidik, mengajar, dan memberi keadilan bagi seluruh


umat-Nya. Kekuasaan Allah harus bisa direfleksikan oleh
rm

setiap pemimpin dalam pelayanan gereja.


De
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 83

Setiap lembaga agama di dunia ini pas­


ti memiliki kekuasaan. Segala bentuk
kekuasaan apabila dilakukan secara ti­

a
dak benar maka pasti merusak seluruh

if
sendi-sendi kehidupan manusia. Penggu­

ur
naan kekuasaan secara berlebihan iden­
tik dengan pemberontakkan.

Ga
66 ar AL
Gereja adalah lembaga kerohanian sekaligus

28 n
se­
bagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial berarti

50 di
38 Su JU
gereja menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasinya
13 & DI
sejumlah manusia yang berasal dari berbagai latar
belakang kehidupan sosial dan budayanya. Sementara
08 wu NI

sebagai lembaga kerohanian, gereja menunjukkan diri


sebagai tempat berkumpulnya sejumlah orang yang
Hp ru I

percaya kepada Yesus Kristus. Kedua unsur ini selalu ada


Wa KU

berdampingan dalam lembaga gereja.


Gereja berperan sebagai organisasi rohani yang ada
BU

di dunia ini selain di Surga. Pada saat gereja masih berada


di dunia ini kemungkinan besar kepemimpinan gereja
akan selalu berhadapan dengan sekularisme serta segala
an

bentuk kekuasaan yang bertentangan dengan Allah.


aw

Tidak heran jika ada sebagian pemimpin gereja yang


merasa berkuasa dan menjadikan hak milik atau warisan
rm

keluarga atas sebuah gereja.


De
84 Gereja Pecah

Sebagai lembaga kerohanian pada umumnya gereja


dipimpin oleh seorang pendeta, penginjil, majelis, ataupun
sinode. Setiap pemimpin gereja dipanggil oleh Allah sesuai

a
dengan tujuan-Nya yaitu agar menjadi berkat bagi semua

if
orang. Akan tetapi, sebagian pemimpin gereja dewasa ini

ur
menjalankan tugas panggilannya hanya untuk kepuasan
diri sendiri maupun kelompoknya. Pemimpin yang

Ga
mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya sudah

66 ar AL
pasti menggunakan segala bentuk kekuasaan untuk

28 n
50 di
38 Su JU
mencapai tujuan tersebut. Anggota jemaat selalu menjadi
korban dan sasaran kekuasaannya.
13 & DI

B. Pemimpin Gereja Memiliki Kuasa


Secara jujur harus diakui bahwa setiap pribadi
08 wu NI

pemimpin gereja pasti memiliki kekuasaan. Yesus sendiri


Hp ru I

memiliki kekuasaan bahkan disebut sebagai Allah Yang


Wa KU

Mahakuasa. Setiap orang percaya teristimewa para


pemimpin gereja pasti mendapatkan kekuasaan dari-Nya.
BU

Dia memberikan kuasa dengan tujuan untuk mengatur,


memelihara alam ciptaan, dan jemaat-Nya. Tidak ada
satu pun pemimpin gereja atau lembaga kekristenan
an

yang tidak memiliki kuasa. Apapun bentuk dan model


kekuasaan yang ada pada mereka seharusnya lebih ber­­
aw

orientasi untuk menunjang kegiatan pelayanan gerejawi.


rm

Hal ini diperlukan untuk membentuk karakter setiap


De

warga jemaat. Bentuk kekuasaan ini lebih bersifat rohani


dan alkitabiah.
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 85

Kekuasaan dapat diperoleh melalui


kedudukan, kekayaan, jabatan, popula­
ritas, dan status dalam pekerjaan. Men­

a
if
yalahgunakan kekuasaan pasti diperha­
dapkan pada murka Allah dan hukum

ur
yang berlaku di setiap negara.

Ga
Hampir setiap orang mengidentikkan pribadi

66 ar AL
pemimpin adalah kekuasaan atau kedudukan. Seorang

28 n
yang memiliki kekuasaan pasti bisa menentukan

50 di
38 Su JU
atau mengatur kebijakan-kebijakan atas orang lain.
13 & DI
Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan tentu akan
memperoleh begitu banyak kemudahan dalam berbagai
08 wu NI

hal. Menjadi pemimpin tentu suatu hal yang membang-


gakan karena selalu ingin dihormati.
Hp ru I

Bukan rahasia lagi jika begitu banyak orang ingin


Wa KU

menjadi seorang pemimpin. Ada yang berkeinginan menjadi


Presiden, Ketua DPR, Ketua MPR, pemimpin agama,
BU

pemimpin lembaga pemerintahan, pemimpin perusahaan,


dan sebagainya. Keinginan besar ini tentunya bukan
masalah. Umumnya pemimpin yang memiliki ambisi
an

dalam mencapai kedudukan itu selalu tujuannya untuk


aw

berkuasa, kebanggaan, kemudahan, kekayaan, korupsi,


asusila, dan sebagainya. Harus disadari bahwa menjadi
rm

seorang pemimpin harus memiliki kecakapan, integritas,


De

keahlian serta kelebihan dibandingkan dengan yang lain.


Pemimpin memiliki kemampuan dalam memprakarsai
86 Gereja Pecah

tingkah laku sosial serta mampu mengontrol setiap orang


di bawah kepemimpinannya.
Pendekatan yang sering dilakukan oleh seoerang

a
pemimpin untuk mencapai tujuannya yaitu secara

if
persuasif atau kekerasan. Adanya sebuah harapan agar

ur
setiap anggotanya dapat menerima berbagai kebijakan
serta keputusannya secara sukarela. Walaupun kepu-

Ga
tusan itu sering bertentangan dengan aturan yang sudah

66 ar AL
ada. Kewenangan seorang pemimpin tentu tidak habis

28 n
untuk diungkapkan pada topik ini, baik yang bersifat

50 di
38 Su JU
sekuler apalagi yang bersifat rohaniah seperti pemimpin
13 & DI
gereja saat ini.
Pada dasarnya setiap kekuasaan yang dipakai
08 wu NI

untuk menguasai sesamanya akan berdampak negatif


pada setiap level hubungan sosialnya. Kekuasaan dapat
Hp ru I

merusak setiap tatanan kehidupan sosial. Dalam analisis


Wa KU

Budiardjo (2008:62) bahwa sumber kekuasaan dapat


berupa kedudukan, kekayaan, kepercayaan. Selain itu
BU

juga kekuasaan bersumber lewat tingkatan pendidikan,


agama, gereja, dan sebagainya. Artinya, sepanjang pribadi
seseorang ada kesempatan untuk menguasai orang lain,
an

pada saat itu pula dia memiliki kekuasaan yang absolut


aw

untu diterapkan.
Apakah sebenarnya arti menjadi pemimpin gereja?
rm

Hampir semua gereja di dunia ini dapat kita mene-


De

mukan praktek-praktek kekuasaan. Ada kekuasaan yang


bertujuan positif, tetapi juga lebih banyak yang negatif.
Tujuan positifnya apabila pemimpin gereja memakai
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 87

fungsi kekuasaannya dalam membimbing anggota jemaat


agar taat kepada Tuhan. Dengan harapan setiap anggota
jemaat meningkat kualitas kerohaniannya. Sebaliknya,

a
ketika pemimpin gereja memaksa jemaat tunduk dan

if
taat kepada dia untuk kepentingan pribadi, kepentingan

ur
kelompok, kepentingan organisasi, dan kepentingan
sinodenya, maka hakikat kekuasaan semacam itu pasti

Ga
bertujuan negatif.

66 ar AL
Praktek kekuasaan yang bertujuan positif sejalan

28 n
dengan pandangan John Calvin yang diadopsi oleh Hall

50 di
38 Su JU
(2009:457) bahwa kekuasaan dalam gereja merupakan
13 & DI
dampak atas karya penebusan Kristus bagi gere-
ja-Nya, sehingga setiap anggota gereja dituntut untuk
08 wu NI

menyatakan kasih, kehormatan, dan ketaatan pada


Firman-Nya. Kristus yang berkuasa atas gereja-Nya.
Hp ru I

Kekuasaan-Nya bersifat rohani sehingga setiap pemimpin


Wa KU

gereja dituntut untuk rendah hati, membimbing anggota


gereja, memuliakan Allah, taat pada Firman, dan mense-
BU

jahterakan gereja-Nya. Kekuasaan rohani pasti berbeda


dengan kekuasaan sekuler.
an

Setiap pemimpin gereja mendapatkan


kekuasaan dari Allah. Kekuasaan ini
aw

bertujuan untuk menjalankan segala


rm

ketetapan Allah kepada umat-Nya de­


ngan penuh kasih dan ketulusan. Kekua­
De

saan yang merusak bukan berasal dari


Allah melainkan dari manusia atau iblis.
88 Gereja Pecah

Kekuasaan dalam gereja sebagian besar terletak


pada pemimpin gereja secara lokal yaitu pendeta,
penginjil, penatua, dan diaken. Kekuasaan yang lain juga

a
berada di tangan kepemimpinan dewan-dewan gereja

if
seperti Sinode, Bishop, dan Ephorus. Semua pemimpin

ur
gereja ini diberi kewenangan untuk menyandang “senjata
rohani” menurut tujuan Kristus. Hal ini bertujuan dalam

Ga
rangka membangun tatanan kehidupan orang Kristen

66 ar AL
agar lebih baik dan benar, tetapi bukan untuk menghan-

28 n
curkan mereka.

50 di
38 Su JU
Dengan melihat kewenangan para pemimpin
13 & DI
gereja di atas, maka kita diingatkan kembali oleh Calvin
(Hall, 2009:458) yang tetap mempertahankan tiga aspek
08 wu NI

kekuasaan dalam gereja, yaitu:


1. Kekuasaan untuk menghasilkan doktrin biblikal
Hp ru I

dengan setia.
Wa KU

2. Kekuasaan dalam mengimpletasikan yuridiksi.


3. Kekuasaan untuk melegislasi gereja.
BU

Perkembangan praktek kekuasaan dalam gereja


selama ini sudah tidak mencirikan kekuasaan Kristus
sebagaimana tiga aspek yang ditegaskan oleh Calvin di
an

atas. Kekuasaan gereja telah kehilangan arah dan makna


aw

teologisnya. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin gereja


saat ini justru lebih berorientasi untuk memenuhi kehen-
rm

daknya sendiri atau kepentingan golongannya. Kondisi ini


De

dapat diibaratkan seperti seorang pemimpin gereja yang


memakai “dua jas” sekaligus dengan warna yang berbe-
da-beda. Pribadi yang sama namun memiliki motivasi
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 89

ganda. Di satu sisi memakai “jas” sebagai pemimpin


gereja, tetapi di sisi lain mamakai “jas” dengan predikat
penguasa seperti pemimpin sekuler pada umumnya.

a
if
C. Kekuasaan Yang Otoriter
Pada umumnya manusia memiliki sifat rasa tidak

ur
pernah puas terhadap apa yang dimilikinya. Anggapan

Ga
semacam ini berlaku juga pada pribadi pemimpin gereja.
Mereka terus berusaha membuat terobosan baru atas

66 ar AL
28 n
gereja sesuai keinginannya. Ketika konsep ini diterapkan

50 di
38 Su JU
maka jalan yang paling cepat untuk merealisasikannya
13 & DI
yaitu menggunakan segala bentuk kekuasaan. Konsekuen-
sinya akan terjadi benturan antara pemimpin dengan
pemimpin atau pemimpin dengan jemaatnya. Ketika
08 wu NI

kondisi ini berlangsung maka kedamaian dalam gereja


Hp ru I

tidak akan terwujud. Gereja akan mengalami perpecahan


Wa KU

demi perpecahan.
Perpecahan yang terjadi selama ini sebagai akibat
BU

dari implementasi kekuasaan yang tidak Alkitabiah. Saya


yakin setiap pemimpin gereja pasti menyadari dan mampu
membedakan benar atau salah prinsip kepemimpinan
an

yang diterapkannya dalam gereja selama ini. Kendati


kesadaran akan hal itu ada, tetapi umumnya mereka
aw

tetap menyalahgunakan kekuasaan itu dengan asumsi


rm

untuk menjalankan perintah atasan ataupun lembaganya.


De

Mereka menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan dari


Tuhan. Mereka melayani untuk kepentingan diri sendiri
atau kepuasaan sementara bagi pemimpinnya yang lebih
90 Gereja Pecah

tinggi. Kita harus jeli dan berhati-hati terhadap gelagat


pemimpin seperti itu. Kita harus mengevaluasi setiap
pelayanan yang kita lakukan selama ini.

a
if
Gereja mengalami perpecahan disebab­
kan oleh penyalahgunaan kekuasaan

ur
dari pendeta, penginjil, penatua, dia­ken,

Ga
dan majelis sinode. Kekuasaan yang
membabi buta adalah kekuasaan yang

66 ar AL
bertentangan dengan kehendak Allah.

28 n
50 di
38 Su JU
Pemimpin gereja di seluruh dunia termasuk di Indo-
13 & DI

nesia memiliki kekuasaan dan kebebasan dalam membuat


suatu perubahan dalam gereja yang dipimpinnya. Setiap
08 wu NI

perubahan yang dilakukan biasanya menimbulkan konflik


Hp ru I

dalam gereja. Kembali kita melihat proses reformasi yang


dilakukan oleh Marthin Luther, Zwingli, Johanes Calvin,
Wa KU

dan beberapa tokoh gereja lainnya yang terus melakukan


BU

perubahan sampai saat ini. Perubahan yang hendak


dicapai biasanya sebagian orang menganggapnya positif,
tetapi sebaliknya tidak sedikit orang juga yang menilainya
negatif.
an

Reformasi adalah perubahan, tetapi perubahan


aw

tidak identik dengan perpecahan gereja. Secara jujur


rm

reformasi yang dilakukan oleh Luther tidak pernah


bertujuan untuk menambah aliran dan denominasi gereja.
De

Kendati demikian, sebagai akibat dari reformasinya justru


perpecahan gereja terus mengalami peningkatan sampai
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 91

saat ini. Reformasi awal ini sangat mempengaruhi pribadi


para pemimpin gereja di seluruh dunia. Mereka memiliki
keberanian untuk mengadakan perubahan demi terca-

a
painya keinginan hati dan kelompoknya.

if
Perubahan itu penting untuk dilakukan, tetapi

ur
bukan bertujuan untuk memisahkan diri dari aliran dan
denominasi gereja yang sudah ada sebelumnya. Jangan

Ga
menambah daftar panjang bertambahnya jumlah aliran

66 ar AL
dan denominasi gereja yang baru. Oleh sebab itu, setiap

28 n
50 di
38 Su JU
pemimpin gereja harus memiliki sikap rendah hati, penuh
kasih, menerima kritik yang membangun, dan tidak egois.
13 & DI

Apabila kekuasaan yang otoriter semata yang lebih diton-


jolkan daripada sikap kasih serta panggilan memberitakan
08 wu NI

Injil, maka gereja akan kehilangan jati dirinya sebagai


Hp ru I

lembaga kerohanian.
Wa KU

D. Hegemoni Pemimpin Kepada Jemaat


Konsep hegemoni biasanya hanya dapat ditemui
BU

pada bidang atau ruang lingkup ilmu politik, ilmu sosial,


ilmu hukum, dan bidang ilmu lainnya. Ilmu teologi
seakan menghindari diri dari konsep hegemoni seperti ini.
an

Walaupun pada bagian tertentu hal ini kadang bersing-


gungan, namun rasa dan dampaknya tidak seperti yang
aw

terlihat pada ilmu politik dan ilmu hukum di atas. Hal


rm

ini dikarenakan ilmu teologi lebih spesifik dalam menata


De

kehidupan rohani manusia, secara khusus kehidupan


orang Kristen dengan Tuhannya.
92 Gereja Pecah

Selama ini terkesan ilmu teologi terhindar dari segala


bentuk kekerasan, kekuasaan, dominasi, atau hegemoni
itu sendiri. Sementara ilmu sosial sering dicap atau lebih

a
dominan mengupas tentang fenomena-fenomena sosial

if
yang terjadi di masyarakat seperti kekerasan, kekuasaan,

ur
dan sebagainya. Pada kenyataannya, pemimpin dalam
gereja justru melakukan hegemoni terhadap anggota

Ga
jemaatnya dalam berbagai lini kebijakan.

66 ar AL
Untuk menegaskan area dan power konsep

28 n
50 di
38 Su JU
hegemoni ini, sangat perlu kita melihat sejenak pendapat
Gramsci (Barker, 2006:62) yang menggunakan centaur
13 & DI

mitologi Yunani yaitu setengah binatang dan setengah


manusia sebagai simbol ‘perspektif ganda’ suatu tindakan
08 wu NI

politik, otoritas, kekerasan, dan kekuatan. Hegemoni


Hp ru I

berarti situasi di mana suatu ‘blok historis’ faksi kelas


berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan
Wa KU

atas kelas-kelas subordinat melalui kombinasi antara


BU

kekuatan, dan terlebih lagi dengan konsensus. Dengan


demikian, area dan power hegemoni seorang pemimpin
gereja dapat ditelusuri pada beberapa aspek di bawah ini.
an

1. Hegemoni Dalam Aspek Ideologi


Objek kerja hegemoni berafiliasi pada sebuah
aw

ideologi yang dianut oleh seorang pemimpin pada bidang


rm

tertentu. Perangkat kerja ini biasanya dilakukan oleh


De

pranata masyarakat sipil (civil society) termasuk lembaga


agama yaitu gereja dan kelompok-kelompok kepen­­
tingan (interest groups). Dalam analisis Nyoman Kuta
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 93

Ratna (2005:136) menyatakan bahwa hegemoni terjadi


apabila cara berpikir kelompok tertindas, khususnya
kaum proletar telah terobsesi dan menerima cara berpikir

a
kolompok dominan. Perlu diketahui bahwa transformasi

if
dan pengambilan cara berpikir sebagaimana yang dimak-

ur
sudkan dalam teori ini tidak terbatas dalam bidang politik,
dan moral, melainkan juga dalam kepemimpinan gereja

Ga
baik yang ada di Indonesia dan luar negeri.

66 ar AL
Setelah mengamati sikap para pemimpin gereja

28 n
yaitu pendeta, penginjil, majelis gereja, dan majelis

50 di
38 Su JU
sinode terhadap anggota jemaatnya, maka konsep dan
13 & DI
teori hegemoni telah tertanam dalam suasana bergereja.
Dalam hal ini anggota jemaat menjadi kelas subordinat.
08 wu NI

Pemimpin gereja memiliki kewenangan dalam mengatur


anggota jemaat dengan tujuan agar hidup kudus dan benar
Hp ru I

sesuai kehendak Allah. Selain dari batasan wewenang itu


Wa KU

telah memasuki ranah ideologi sebagaimana dimiliki oleh


seorang pemimpin sehingga menjadi kekejian di hadapan
BU

Allah.
Para pemimpin saat ini sebagian besar telah
keluar dari jalur sebagai pemimpin gereja yang benar.
an

Setiap keputusan yang diambil justru bertujuan untuk


aw

memenuhi keinginannya atau demi terlaksananya paham


dari suatu aliran dan denominasi gereja yang dipim­
rm

pinnya. Misalnya, seorang pendeta dapat memutuskan


De

dan menetapkan suatu aturan tertentu walaupun anggota


jemaatnya merasa keberatan untuk melaksanakannya.
Mereka memiliki kapasitas sebagai pemimpin rohani,
94 Gereja Pecah

sehingga secara terpaksa anggota jemaat mengikuti segala


keputusan itu dengan hati yang penuh sungut-sungut.
Pemaksaan ini dapat dilakukan melalui hegemoni dalam

a
jabatan, hegemoni dalam penegakkan disiplin gereja,

if
hegemoni dalam pemaksaan memberi persembahan, dan

ur
berbagai bentuk hegemoni lainnya.

Ga
Sikap pemimpin gereja saat ini sebagian
besar telah keluar dari sikap kepemi­

66 ar AL
mpinan yang diharapkan oleh Tuhan Ye­

28 n
50 di
38 Su JU
sus. Mereka menggunakan kekuasaan
dan menghegemoni jemaat demi mencari
13 & DI

keuntungan diri sendiri. Mereka memak­


sa jemaat untuk mengikuti tuntutan dan
08 wu NI

perubahan yang dikehendakinya.


Hp ru I

2. Hegemoni Dalam Aspek Ekonomi


Wa KU

Orang Kristen yang memiliki uang banyak juga


BU

berpeluang untuk menduduki jabatan pendeta, majelis


gereja, atau pun majelis sinode. Dengan keuangan yang
dimilikinya berkesempatan untuk mempengaruhi anggota
gereja yang kemudian dipilih pada jabatan tertentu.
an

Jabatan dapat diraih dengan uang dan uang dianggap


aw

segala-galanya, kendati mereka tidak memiliki kompetensi


rm

dalam memimpin gereja. Sesungguhnya pada tataran ini


praktek hegemoni sudah mulai diterapkan dalam gereja.
De

Selain itu beberapa orang Kristen yang berpen-


didikan non-teologi berambisi menjadi pendeta demi
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 95

kekuasaan dan uang. Mereka berusaha memperoleh


pengetahuan teologi seadanya dengan mengikuti berbagai
seminar, atau mengikuti kuliah singkat di sekolah teologi

a
yang tidak resmi untuk memperoleh ijasah sarjana teologi.

if
Mereka menempuh cara ini untuk melegalkan kepemim­

ur
pinannya dalam gereja. Kemampuan finansial dapat
membeli jabatan spiritual yang selanjutnya membeli

Ga
gedung gereja sesuai aturannya sendiri. Kebiasaan ini

66 ar AL
sudah lama terjadi dalam gereja sebagaimana Kuhl

28 n
(1997:110) tegaskan bahwa pemimpin gereja pada waktu

50 di
38 Su JU
itu adalah kaum feodal yang memegang kendali ekonomi
13 & DI
dengan memeras keringat rakyat demi keuntungan besar.
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pelayanan gereja.
08 wu NI

Kemampuan finansial seorang pendeta juga dapat


mempengaruhi kehidupan orang lain. Biasanya memberi
Hp ru I

bantuan bagi orang kurang mampu berupa pekerjaan,


Wa KU

uang, atau tempat tinggal. Konsekuensi atas segala


bantuan itu mengharapkan imbalan dengan menjadi
BU

anggota gereja yang dipimpinnya. Kendati mereka sudah


memiliki tempat ibadah. Dalam konteks ini menunjukkan
adanya hegemoni pemimpin bagi anggota jemaat. Sikap
an

ini sangat bertentangan dengan Amanat Agung Tuhan


aw

Yesus yaitu melaksanakan tugas pemberitaan Injil secara


benar.
rm

Bila kita menggunakan uang dengan baik maka


De

sangat membantu pelayanan gereja. Akan tetapi, jika


uang menjadi penguasa dalam gereja termasuk untuk
mendapatkan kedudukan maka dipastikan lembaga
96 Gereja Pecah

spritual yang kita kenal selama ini berubah fungsi menjadi


arena bisnis belaka. Gereja tidak bisa berada pada posisi
seperti ini. Gereja harus mampu menunjukkan jati dirinya

a
sebagai lembaga anti korupsi yang alkitabiah.

if
3. Hegemoni Dalam Aspek Persembahan

ur
Uang sangat mempengaruhi seluruh sendi-sendi

Ga
kehidupan manusia. Hampir semua manusia takluk bila
melihat uang. Dengan uang bisa memutarbalikan kebe-

66 ar AL
28 n
naran. Kenyataan ini pula yang terjadi dalam beberapa

50 di
38 Su JU
gereja. Ada pendeta yang memaksakan anggota jemaat
13 & DI
untuk memberi persembahan. Berbagai dalil dilakukan
untuk “membius” anggota jemaat sehingga berani
memberikan persembahan.
08 wu NI

Alkitab memang menekankan kewajiban jemaat


Hp ru I

memberi persembahan kepada Tuhan untuk memajukan


Wa KU

pelayanan gereja. Ada persembahan syukur, persembahan


sukarela, persepuluhan, persembahan pembangunan,
BU

persembahan diakonia, dan sebagainya. Begitu banyak


nats dalam Alkitab tentang kewajiban memberi persem-
bahan, tetapi dua nats populer yang sering digunakan
an

oleh setiap pendeta yang orientasi pelayanannya hanya


pada persembahan.
aw

Dalam kitab Perjanjian Lama yaitu Maleakhi 3:10


rm

berkata: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan


De

itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada perse-


diaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman
TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 97

bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat


kepadamu sampai berkelimpahan.” Sementara dalam
kitab Perjanjian Baru berkata: “Hendaklah masing-masing

a
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan

if
sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi

ur
orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7).
Dari kedua nats Alkitab di atas menunjukkan

Ga
bahwa Allah menyuruh setiap umat memberi persem-

66 ar AL
bahan secara jujur, sukarela, dan penuh sukacita demi

28 n
kemajuan pelayanan gereja. Persembahan yang sering

50 di
38 Su JU
disoroti adalah persembahan persepuluhan. Persem-
13 & DI
bahan persepuluhan adalah persembahan yang diberikan
kepada Allah untuk dipergunakan dalam pelayanan
08 wu NI

gereja. Persembahan ini dapat diartikan sebagai persem-


bahan yang sempurna. Sistem pemberian persembahan
Hp ru I

ini tergantung pada bentuk pekerjaan jemaat seperti PNS,


Wa KU

karyawan swasta, profesional, buruh, petani, pembantu


rumah tangga, pengusaha, guru, pendeta, pemulung,
BU

dan lain-lain. Artinya, apapun bentuk pekerjaan anggota


jemaat yang sifatnya halal diwajibkan memberi persem-
bahan persepuluhan kepada Tuhan.
an

Memberi persembahan di dalam gereja ti­


aw

dak bertujuan untuk memperoleh berkat


yang lebih banyak dari Tuhan, melainkan
rm

suatu sikap mensyukuri berkat diterima.


De

Orang yang tidak memberi persembahan


adalah orang yang tidak mensyukuri ber­
kat Tuhan.
98 Gereja Pecah

Dalam memberi persembahan kepada Tuhan sering


menjadi masalah dalam gereja. Pemimpin yang memiliki
otoritas serta berkuasa dalam gereja biasanya menggu-

a
nakan nats Alkitab ini untuk menakut-nakuti sekaligus

if
memaksa anggota jemaat untuk memberi persembahan.

ur
Bagi gereja yang manajemennya sudah teratur dan gaji
pendeta sudah ditetapkan maka penerapan persembahan

Ga
ini tidak terlalu dipersoalkan. Sementara gereja yang

66 ar AL
memiliki aturan bahwa seluruh persembahan persepu-

28 n
luhan jemaat diserahkan kepada pendetanya tentu motif

50 di
38 Su JU
pemaksaan akan berlaku.
13 & DI
Motif pemaksaan secara langsung dan tidak
langsung dalam memberikan persembahan sudah lama
08 wu NI

terjadi dalam gereja di Indonesia. Bila jumlah persem-


bahan persepuluhan seluruh jemaat setiap bulannya
Hp ru I

seratus juta rupiah, maka dapat dipastikan pendetanya


Wa KU

menjadi orang kaya dan jemaatnya tetap miskin. Banyak


pendeta berlomba-lomba membuat aliran dan denominasi
BU

gereja untuk tujuan tersebut. Mereka melakukannya


untuk memperoleh uang yang banyak. Model dan motif
pelayanan seperti inilah yang membuat perpecahan
an

dalam gereja semakin meluas.


aw

Para pendeta memakai Firman Allah untuk menipu


anggota jemaat. “Bawalah seluruh persembahan perse­
rm

puluhan itu ... mencurahkan berkat kepadamu sampai


De

berkelimpahan.” Pendeta sering menafsirkan ayat


ini dengan menganjurkan jemaatnya: “Jika memberi
persemba­­­­
han persepuluhan yang banyak maka akan
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 99

ditam­­­­­­­­­­­­bah­­­­kan oleh Allah secara berlimpah-limpah kepa­


damu”. Jemaat memberi persembahan kepada Allah
hanya bertujuan untuk memperoleh berkat yang banyak.

a
Kebaikan Allah kepada manusia tidak dapat dinilai

if
dengan besarnya jumlah uang yang dipersembahkan.

ur
Prinsip ini telah menyimpang dari panggilannya sebagai
orang Kristen sejati.

Ga
66 ar AL
Berilah persembahan dengan sukacita,

28 n
maka Tuhan pasti memberkatimu se­

50 di
38 Su JU
cara berlimpah-limpah. Orang yang ber­
sungut-sungut saat memberi persemba­
13 & DI

han, maka Tuhan pasti akan mengambil


harta­mu dengan cara-Nya sendiri.
08 wu NI
Hp ru I

Allah menghendaki setiap orang Kristen memberi


persembahan dengan motivasi yang benar. Persembahan
Wa KU

berguna bagi pelayanan gereja. Kita memberi persem-


BU

bahan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang


telah diterima dari-Nya. Memberi persembahan dalam
berbagai bentuk bukan bertujuan untuk menambah
harta, tetapi sebagai bentuk ketaatan dan penyerahan
an

diri. Dia sanggup memelihara hidup umat-Nya.


aw

Kelimpahan berkat yang Allah berikan kepada


rm

umat-Nya tidak tergantung pada jumlah persembahan


yang kita diberikan. Akan tetapi, melalui ketaatan, keju-
De

juran, dan keyakinan iman menjadi dasarnya. Apabila


motivasi kita salah dalam memberi persembahan, maka
100 Gereja Pecah

persembahan sebesar apapun bagi Tuhan tidak ada


artinya dan tentu tidak diberkati. Justru harta yang
masih ada pada kita, Allah akan “mengambilnya” dengan

a
cara-Nya sendiri. Allah yang memiliki segala-galanya di

if
dunia ini termasuk harta kita. Manusia hanya sebagai

ur
peminjam sementara.
Tanpa kita sadari praktek-praktek pelayanan yang

Ga
menyimpang selama ini telah ada di beberapa gereja di

66 ar AL
Indonesia. Kejujuran dan kerendahan hati dari setiap

28 n
pemimpin gereja diuji pada konteks ini. Komisi Pember-

50 di
38 Su JU
antasan Korupsi (KPK) yang gencar memberantas korupsi
13 & DI
di masyarakat umum, sebenarnya masalah korupsi juga
sudah ada di gereja yang sifatnya terselubung. Yudas
08 wu NI

Iskariot yang menjual Tuhan Yesus salah satu tindakan


korupsi yang tercatat di Alkitab.
Hp ru I

Apapun bentuk kekuasaan yang diterapkan di


Wa KU

dalam gereja telah melukai hati setiap jemaat, kendati


mereka tidak berani mengungkapkannya secara lang­
BU

sung. Saatnya kita mengintropeksi diri sebagai pemimpin


gereja dari berbagai aliran dan denominasi. Apakah
sikap dan praktek kekuasaan yang kita terapkan sesuai
an

dengan kewenangan yang diberikan oleh Tuhan? Jangan


aw

kita menghegomi anggota jemaat untuk tujuan kepen­


tingan pribadi dan kelompok. Marilah melayani jemaat
rm

Allah dengan benar sesuai kebenaran Firman Tuhan.


De
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 101

E. Kekuasaan Rohani vs Sekuler


Apa perbedaan pemimpin gereja dengan pemimpin
sekuler? Bila dilihat dari bentuk tugasnya memang

a
berbeda, tetapi penerapan nilai-nilai dari panggilan

if
pelayanan sesungguhnya hampir sama. Apapun jabatan

ur
atau tugas yang kita emban harus menjadi berkat bagi
orang lain dan demi kemuliaan nama Tuhan. Para

Ga
pemimpin sekuler bisa menjadi alat untuk menyatakan

66 ar AL
kasih Yesus. Hanya saja kebanyakan pemimpin ini lebih

28 n
mementingkan diri sendiri daripada orang lain.

50 di
38 Su JU
Seyogianya pemimpin gereja dan sekuler seha-
13 & DI
rusnya memiliki karakter kepemimpinan yang bijaksana.
Pada kenyataannya antara kedua pemimpin ini sulit
08 wu NI

dibedakan. Fungsi mereka sama-sama menggunakan


kekuasaan sebagai senjata ampuh untuk melemahkan
Hp ru I

bahkan “membunuh” lawan-lawanya sampai tidak


Wa KU

mampu bangkit lagi. Mereka mencari keuntungan di balik


kekuasaan dan kedudukan yang dimilikinya.
BU

Pemimpin gereja sudah mulai kehilangan inte­


gritasnya. Fakta ini dapat dilihat berdasarkan sejarah
perjalanan gereja setelah Tuhan Yesus naik ke Surga.
an

Apabila kita menelusuri lebih jauh lagi sebelum ada istilah


aw

gereja, kekuasaan telah berkembang di dalam agama


Yahudi. Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia kira-kira
rm

3 tahun, pengaruh kekuasaan agama Yahudi sangat


De

bertolak belakang dengan ajaran Tuhan Yesus. Jadi,


dapat dikatakan di mana ada gereja maka di sanalah
102 Gereja Pecah

tumbuh subur kekuasaan, baik kekuasaan yang sifatnya


rohani maupun secara sekuler.
Pemimpin gereja adalah pribadi yang dipanggil oleh

a
Allah secara khusus. Mereka harus memiliki kecakapan

if
dan kepribadian yang patut diteladani oleh seluruh

ur
anggota jemaat. Mereka harus menjadi figur tokoh agama
yang dihormati karena kebijaksanaan yang dimilikinya.

Ga
Berhasilnya seorang pemimpin tidak terletak pada tataran

66 ar AL
pengetahuan tentang konsep dan teori kepemimpinan

28 n
belaka, tetapi lebih penting lagi pada tindakan nyata

50 di
38 Su JU
melalui kasih, keadilan, kerukunan, kedamaian, dan
13 & DI
kesejahteraan semua orang.
Seseorang dipanggil oleh Allah bukan hanya untuk
08 wu NI

memimpin gereja, tetapi kehadirannya juga dapat menjadi


berkat bagi masyarakat umum. Oleh sebab itu, pemimpin
Hp ru I

gereja harus memiliki tanggung jawab yang besar


Wa KU

terhadap perkembangan anggota jemaat dan masyarakat


di sekitarnya. Lahirnya seorang pemimpin gereja maupun
BU

sekuler dapat ditinjau berdasarkan beberapa teori yang


dijabarkan oleh Lay (2006:84) dalam bukunya yang
berjudul “Manajemen Pelayanan”, yakni:
an

1. Teori genetis (hereditas), yaitu pemimpin yang


aw

memiliki bakat sejak dalam kandungan/dila-


hirkan (leaders are born and not made).
rm

2. Teori sosial, yaitu pemimpin disiapkan/dibentuk


De

oleh oleh orangtua atau pihak tertentu sehingga


menjadi pemimpin (leaders are made and not
born).
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 103

3. Teori ekologis (sintetis), yaitu seorang pemimpin


muncul melalui bakat-bakat yang ada sejak
kelahirannya, kemudian dipersiapkan melalui

a
pengalaman dan pendidikan formal.

if
ur
Berhasilnya seorang pemimpin apabi­
la dalam sikap dan tindakannya me­

Ga
nerapkan kasih, keadilan, kerukunan,

66 ar AL
kedamaian, dan kesejahteraan bagi

28 n
semua orang.

50 di
38 Su JU
13 & DI
Selain teori di atas, ada satu teori yang paling
mendasar munculnya seorang pemimpin yaitu teori
08 wu NI

Ilahi. Menurut hemat penulis bahwa teori inilah yang


paling awal dan utama dalam perjalanan hidup manusia.
Hp ru I

Sebagai umat beragama secara khusus orang Kristen


Wa KU

mengakui segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia


dan seluruh isi dunia ini berada dalam providensi Allah.
BU

Jadi, setiap pemimpin sejati terlebih dahulu dipersiapkan


oleh Allah, sehingga memiliki integritas kepemimpinan
yang baik pada setiap medan pelayanannya.
an

Kadang kita mendengar selintingan suara menya-


aw

takan pemimpin gereja lebih baik daripada pemimpin


sekuler. Pemimpin gereja tidak haus kekuasaan. Apakah
rm

benar anggapan itu? Apakah pemimpin gereja sejak


De

jaman Tuhan Yesus hingga sekarang ini sudah benar?


Kedudukan pemimpin dengan tujuan kekuasaan tidak
hanya terjadi di dunia sekuler saja? Justru penerapan
104 Gereja Pecah

kekuasan sangat terasa di gereja karena menganggap diri


mereka sebagai wakil Allah di dunia. Mereka mempunyai
legalitas untuk mengatur setiap orang yang berada di

a
bawah kekuasaannya.

if
Memang pemimpin gereja berdasarkan Alkitab

ur
berbeda fungsinya dengan pemimpin sekuler. Pemimpin
gereja berarti orientasi kepemimpinannya lebih kepada

Ga
memimpin umat Tuhan dalam organisasi gereja. Seorang

66 ar AL
pemimpin gereja harus memiliki ciri kepemimpinan

28 n
Kristus. Dalam hal ini mereka harus memiliki sikap

50 di
38 Su JU
mengenal Allah, menaati kehendak Allah, bergantung
13 & DI
kepada Allah, mengasihi Allah dan manusia, dan akhirnya
memuliakan Allah. Namun semua sikap ini belum
08 wu NI

dipenuhi oleh mereka yang berkecipung dalam pelayanan


gereja.
Hp ru I

Dalam organisasi gereja mana pun di dunia ini


Wa KU

keinginan seseorang menjadi pemimpin sangat banyak


peminatnya. Siapa yang menyangka jika murid-murid
BU

Yesus pun bertengkar karena ingin menjadi pemim­


pin yang terbesar di antara murid yang lain? Hal-hal
­
seperti inilah yang membuat Yesus begitu prihatin
an

atas kehidupan murid-murid-Nya yang tidak mengerti


aw

apa sebenarnya arti dan tugas dari seorang pemimpin


gereja. Setiap pemimpin bukan hanya sekedar jabatan
rm

dan kekuasaan, melainkan harus rela berkorban dalam


De

setiap aspek pelayanannya.


BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 105

Sikap para murid yang berusaha merebut


kedudukan di samping Tuhan Yesus menunjukkan
sebuah sikap kepemimpinan yang haus kekuasaan.

a
Yesus menegaskan bahwa adanya perbedaan esensial

if
antara pemimpin gereja dengan pemimpin sekuler.

ur
Dalam Injil Markus 10:40, 42-44 berkata: “Tetapi hal
duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku

Ga
tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada

66 ar AL
orang-orang bagi siapa itu telah disediakan. Tetapi

28 n
Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu,

50 di
38 Su JU
bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa
13 & DI
memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembe-
sar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras
08 wu NI

atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barang-


siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia
Hp ru I

menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang


Wa KU

terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba


untuk semuanya.”
BU

Perkataan Tuhan Yesus di atas menunjukkan


sebuah perbedaan mendasar tentang karakter pemimpin
gereja dengan pemimpin sekuler. Pemimpin agama seperti
an

gereja sangat berbeda dengan Presiden, MPR, DPR,


aw

DPRD, manager perusahaan, dan sebagainya. Seorang


pemimpin gereja tidak boleh menerapkan kekuasaan yang
rm

dimilikinya melewati norma dan fungsi seorang pemimpin


De

sejati sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan Yesus.


106 Gereja Pecah

Apabila fungsi kepemimpinan ini disalahgunakan maka


warga gereja mengalami kebimbangan dalam imannya
serta memicu sikap saling tidak percaya dalam gereja.

a
Salah pengertian tentang tugas pemimpin gereja

if
dapat menimbulkan konflik. Alkitab mencatat salah satu

ur
peristiwa perpecahan gereja yang terjadi di dalam jemaat
Korintus. Dalam konteks ini rasul Paulus menasihatkan

Ga
jemaat Korintus dengan berkata: “Tetapi aku menasi-

66 ar AL
hatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita

28 n
Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan

50 di
38 Su JU
ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya
13 & DI
supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Yang aku
maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata:
08 wu NI

Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos.


Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan
Hp ru I

Kristus” (1 Korintus 1:10, 12).


Wa KU

Keadaan jemaat Korintus menunjukkan sebuah


perpecahan yang disebabkan oleh pengaruh kekuasaan
BU

dari para pemimpinnya. Masih banyak lagi bentuk-bentuk


perpecahan yang terjadi seputar pelayanan gereja, baik
pada masa PL maupun PB. Perpecahan yang kita lihat
an

saat ini merupakan rentetan dari buah perpecahan gereja


aw

sebelumnya. Pada konteks ini kembali terlintas diingatan


kita tentang kekuasaan dalam Gereja Roma Katolik. Hal
rm

ini membuktikan di dalam gereja ada kekuasaan yang


De

terselubung.
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 107

Sebagai reaksi atas ketidakpuasaan kepemimpinan


Paus pada waktu itu maka perpecahan dalam gereja tidak
dapat terhindarkan. Pada awal abad ke-16 agama Kristen

a
menjadi dua aliran yaitu agama Kristen Katolik dan Kristen

if
Protestan. Perlawanan terhadap setiap keputusan Paus

ur
ini diawali oleh Marthin Luther pada tahun 1483-1546
dengan mengeluarkan 95 dalil. Kemudian sentralistis

Ga
dan hierarkisnya kepemimpinan gereja pada abad ke-19

66 ar AL
memutuskan bahwa “Sri Paus tidak bisa keliru, kalau dia

28 n
mengucapkan suatu keputusan di bidang aqidah atau

50 di
38 Su JU
etika.” Keputusan konsili Vatikan I pada tahun 1870 ini
13 & DI
sangat memperkuat kedudukan Paus dalam gereja Katolik
(Steenbrink, 1987:3).
08 wu NI

Walaupun demikian besar kekuasaan yang dimiliki


oleh Paus, namun dalam pandangan Ratna (2008:8) bahwa
Hp ru I

mobilitas agama Kristen Protestan diakui lebih memiliki


Wa KU

intensitas cukup kuat sesuai dengan etika Protestan


dibandingkan dengan Kristen Katolik pada waktu itu. Oleh
BU

sebab itu, dalam karya ini lebih memberi perhatian serius


dalam menganalisa kepemimpinan dalam gereja Protestan
daripada gereja Katolik. Perpecahan dalam gereja Kristen
an

Protestan sangat banyak.


aw

Setiap pemimpin gereja pasti memiliki kuasa dalam


mengatur kehidupan warga jemaatnya. Dalam agama
rm

Kristen Protestan sistem kepemimpinan gerejanya masih


De

agak rumit karena begitu banyak aliran dan denomi-


108 Gereja Pecah

nasinya. Sejauh ini telah banyak praktek kekuasaan yang


bertentangan dengan kehendak Allah. Kepemimpinan
mereka lebih banyak fokus untuk kepentingan diri

a
ataupun kelompoknya masing-masing. Apabila praktek

if
kekuasaan yang tidak alkitabiah terus dilakukan maka

ur
gereja dipastikan mengalami perpecahan yang besar pada
masa yang akan datang.

Ga
Tuhan Yesus murka terhadap seorang pemimpin

66 ar AL
yang haus akan kekuasaan. Kendati Dia memberi kuasa

28 n
untuk memimpin, tetapi bukan untuk tujuan menguasai

50 di
38 Su JU
orang lain dengan semena-mena demi terwujudnya
13 & DI
kepentingan pribadi atau alirannya. Pemimpin sejati
menurut Tuhan Yesus adalah bukan dalam hal kekuasaan,
08 wu NI

kedudukan, kebanggaan, tetapi menjadi semakin besar


dalam hal iman, kerendahan hati, watak yang benar,
Hp ru I

hikmat, penguasaan diri, sabar, dan mengasihi semua


Wa KU

orang tanpa terkecuali. Seorang pemimpin gereja harus


memiliki jiwa seorang pelayan! Fokus pemimpin sejati
BU

adalah menghasilkan buah dan bukan membesarkan diri


tetapi membesarkan orang lain.
Ciri pemimpin yang sejati yaitu terus memberi
an

kesempatan kepada orang lain untuk hidup lebih baik,


aw

bertumbuh, berkembang, dan berbuah lebih banyak dari


sebelumnya. Adanya pendelegasian tongkat kepemimpinan
rm

kepada orang lain, sehingga pada suatu saat akan meng-


De

hasilkan pemimpin gereja yang baru dan berkualitas. Dia


tidak pernah cemburu saat orang yang dipimpinnya dulu
menjadi pribadi yang berhasil atau menjadi pemimpin
BAB V | Kekuasaan dalam Gereja 109

kelak. Itulah yang Yesus lakukan! Tugas pemimpin sejati


adalah melayani dan membesarkan orang lain untuk
menjadi pemimpin yang berkarakter rohani, berintegritas,

a
dan mau melayani.

if
ur
Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 111

a
if
ur
BAB VI

Ga
HUKUM DAN PEMERINTAHAN GEREJA

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Dalam setiap gereja pasti ada sistem pemerintah-
annya. Pada umumnya, manfaat dari sistem ini untuk
08 wu NI

memberikan pelayanan yang maksimal bagi jemaat.


Namun sebelum kita mengerti lebih jauh sistem ini maka
Hp ru I

terlebih dahulu harus mengerti hukum gereja atau pera-


Wa KU

turan gereja di bawah ini. Setiap gereja memiliki hukum


BU

atau peraturannya masing-masing. Dengan perbedaan


hukum ini maka penerapan sistem pemerintahan pada
setiap aliran dan denominasi gereja sangat berbeda-beda.
an

A. Pengertian Hukum Gereja


Secara umum istilah peraturan kata dasarnya “atur”
aw

atau “aturan”. Kata “atur” berarti rapi, tertib, sedangkan


rm

“aturan” berarti ketentuan, patokan, atau perintah. Dalam


De

bahasa Inggris disebut regulation yang berarti peraturan.


Jadi, peraturan adalah tindakan untuk menjalankan
segala aturan-aturan yang dibuat oleh seseorang atau

111
112 Gereja Pecah

sekelompok masyarakat untuk mengatur segala sesuatu


menjadi tertib dan rapi.
Secara etimologi belum ada definisi yang disepakati

a
tentang hukum. Akan tetapi, secara umum hukum

if
dapat didefinisikan sebagai peraturan atau adat resmi

ur
yang dibuat oleh penguasa; segala undang-undang, dan
peraturan yang mengatur pergaulan hidup masyarakat.

Ga
Penerapannya dalam gereja dapat dikatakan bahwa

66 ar AL
hukum gereja adalah peraturan berkenaan dengan

28 n
kehidupan orang Kristen yang berdasarkan pada ajaran

50 di
38 Su JU
Yesus Kristus.
13 & DI
Menurut Bolkestein (1956:4) dalam bukunya:
“Asas-asas Hukum Gereja”, menjelaskan bahwa hukum
08 wu NI

gereja adalah bagian ilmu teologi, di mana kita mencari


peraturan tentang perbuatan dan hidupnya gereja,
Hp ru I

sehingga wujud gereja sebagai tubuh Kristus dapat dinya-


Wa KU

takan sebaik-baiknya. Selanjutnya, Gintings (2009:10)


menambahkan bahwa di dalam hukum gereja, kasih yang
BU

menjadi penekanannya. Secara garis besarnya hukum


gereja dibuat untuk mengatur tata laku kehidupan
umat Kristen sebagai tubuh Kristus serta dalam rangka
an

mengatur segala kegiatan gerejawi.


aw

Hukum gereja bertujuan untuk mengatur tata


cara beribadah kepada Tuhan serta melindungi kepent-
rm

ingan individu dan kelompok masyarakat Kristen secara


De

umum. Melalui penerapan hukum gereja diharapkan agar


setiap pemimpin gereja dan jemaat dapat hidup dengan
harmonis, saling mengasihi, dan menjadi berkat bagi
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 113

orang lain. Hukum gereja merupakan implementasi dari


segala bentuk hukum-hukum Tuhan yang ada dalam
Alkitab.

a
B. Rancangan Hukum Gereja

if
Kita harus sadari bahwa hukum gereja dibuat oleh

ur
manusia yang berdosa. Pemimpin gereja dan semua orang

Ga
Kristen adalah manusia berdosa. Para perancang atau
pembuat hukum gereja selalu dipenuhi oleh berbagai

66 ar AL
28 n
keterbatasan. Tidak mengherankan jika hukum gereja

50 di
38 Su JU
mengalami perbedaan dengan aliran dan denominasi
gereja lain. Padahal hukum gereja dibuat selalu mengacu
13 & DI

pada ayat-ayat Alkitab. Alkitab tidak salah tetapi manusia


yang salah dalam membaca serta menginterpretasinya.
08 wu NI

Semua manusia adalah orang berdosa.


Hp ru I

Hukum gereja dibuat oleh orang-orang


Wa KU

yang berdosa serta memiliki keterbatasan.


Hukum gereja pasti ada kekurangan dan
BU

bertentangan dengan Alkitab.

Alkitab berbeda dengan buku umum lainnya. Para


penafsir Alkitab yang memaksakan pikirannya untuk
an

mencapai tujuan tertentu pasti bertentangan dengan


aw

kehendak Tuhan. Termasuk dalam merumuskan hukum


rm

gereja harus ada sikap kehati-hatian. Memberikan makna


lain pada ayat-ayat Alkitab dapat menjadi bahan kontro-
De

versi bagi orang lain. Dalam hal ini penafsir harus dipimpin
oleh Allah serta mengikuti metode penafsiran yang telah
114 Gereja Pecah

ada. Walaupun hasil dari penafsiran ini tidak sempurna,


namun memiliki makna yang mendekati kebenaran yang
sesungguhnya.

a
Dalam menafsirkan teks Alkitab perlu memperha-

if
tikan pendapat Hayes (1999:164) yang terus mengingatkan

ur
setiap orang Kristen secara khusus para pemimpin gereja
bahwa kita harus tidak begitu saja memasukan tafsiran

Ga
kita sendiri ke dalam sebuah teks, bila demikian kita

66 ar AL
melakukan eisegese, bukan eksegese. Kata eksegesis

28 n
berarti “membaca atau menggali” arti tulisan-tulisan itu,

50 di
38 Su JU
sedangkan eisegesis berarti mencari ayat Alkitab untuk
13 & DI
membenarkan ide penafsir. Apabila prinsip ini tidak dilak-
sanakan dengan baik maka akan menimbulkan masalah
08 wu NI

baru dalam penerapan hukum gereja maupun pelayanan


gereja.
Hp ru I

Semua hukum gereja dibuat demi kepentingan


Wa KU

bersama serta tujuan yang hendak dicapai oleh setiap


aliran atau denominasi gereja tersebut. Hal inilah yang
BU

membuat aliran dan denominasi gereja di Indonesia


memiliki peraturan atau hukum gereja yang berbeda-beda.
Perbedaan hukum gereja pasti mengalami masalah dalam
an

pelayanan gereja. Tidak sedikit pemimpin gereja selalu


aw

menganggap hukum gereja yang dianutnya paling benar.

Kita tidak boleh menafsirkan isi Alkitab


rm

menurut kehendak dan kepentingan mas­


De

ing-masing. Menafsirkan Alkitab secara


benar dapat menghindari konflik dan per­
pecahan dalam gereja. Biarkanlah Alkitab
menafsirkan dirinya sendiri.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 115

Hukum gereja sangat penting, tetapi hukum gereja


yang ada pada setiap gereja saat ini biasanya warisan dari
nenek moyang sebelumnya. Hukum gereja dibuat dalam

a
waktu lama yang mengikuti tradisi dan kebudayaan pada

if
generasi itu. Hukum gereja yang sudah lama kadang

ur
dianggap masih relevan pada generasi sekarang. Kita tidak
boleh mengabaikan tata gereja atau hukum gereja yang

Ga
menjadi kesapakatan bersama. Namun, bagaimanapun

66 ar AL
berinovasi dalam hal struktur itu perlu (Lie, 2010:21).

28 n
50 di
38 Su JU
Hukum gereja memegang peranan penting dalam
melaksanakan berbagai kegiatan gerejawi serta mengatur
13 & DI

tata laku hidup berjemaat. Setiap hukum gereja perlu


dikoreksi dan dievaluasi oleh setiap pemimpin pada aliran
08 wu NI

dan denominasi gerejanya masing-masing dalam periode


Hp ru I

tertentu. Ada hukum gereja yang perlu diteruskan, tetapi


sebagiannya perlu direvisi atau ditiadakan. Dengan
Wa KU

demikian, hukum gereja tetap sesuai dengan kebutuhan


BU

orang Kristen pada setiap jamannya.

C. Penerapan Hukum Gereja


Maksud penerapan hukum gereja yaitu agar
an

kehidupan orang Kristen teratur secara alkitabiah, baik


pada saat beribadah maupun ketika melakukan segala
aw

aktivitas di luar gereja. Keberadan orang Kristen pada


rm

saat berada di dalam gereja harus sama bobot nilainya


De

ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Hukum


gereja berlaku pada setiap sendi kehidupan jemaat di
mana pun mereka berada. Penegakkan hukum gereja
116 Gereja Pecah

harus dilakukan dengan tujuan untuk mengasihi jemaat


serta menggembalakan mereka sesuai kehendak Yesus
Kristus Sang Gembala Agung.

a
Dimensi penerapan fungsi hukum gereja secara

if
implisit Abineno (2002:9) tegaskan dalam bukunya:

ur
“Garis-garis Besar Hukum Gereja” bahwa fungsi hukum
gereja itu diperlukan untuk mengatur hubu­
ngan-

Ga
hubungan lahiriah dalam gereja sebagai lembaga dan

66 ar AL
hubungan antara gereja yang satu dengan yang lain dan

28 n
juga antara gereja dan negara. Dengan demikian, hukum

50 di
38 Su JU
gereja adalah produk yang dibuat secara bersama-sama,
13 & DI
disepakati secara bersama-sama, dilaksanakan secara
bersama-sama. Muaranya agar setiap pemimpin gereja
08 wu NI

dan seluruh anggota jemaat membina hubungan yang


harmonis di dalam gereja dan masyarakat. Kehadiran
Hp ru I

gereja betul-betul membawa berita sukacita bagi seluruh


Wa KU

umat manusia.
Dengan adanya perbedaan hukum gereja pada
BU

masing-masing aliran dan denominasi gereja sekarang ini


dapat menjadi celah atau pemicu terjadinya perpecahan.
Misalnya, peraturan tentang pelaksanaan baptisan yang
an

diatur oleh masing-masing gereja ternyata berbeda-beda.


aw

Ada yang setuju dengan cara percik, sedangkan yang lain


menolaknya. Ada juga yang menerima kedua-duanya
rm

untuk menghindari konflik dalam gereja itu sendiri.


De
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 117

Perbedaan hukum dalam setiap aliran dan


denominasi dapat memicu konflik baru da­
lam gereja. Hukum gereja dibuat untuk

a
mempertahankan posisi aliran dan deno­

if
minasi gerejanya masing-masing dan bu­
kan semata-mata demi kemuliaan Allah.

ur
Ga
Untuk mencegah terjadinya perpecahan ini sangat
diperlukan kerendahan hati dari setiap tokoh-tokoh

66 ar AL
28 n
gerejawi dan para teolog-duduk bersama mencari selusi

50 di
38 Su JU
atas perbedaan itu. Lebih memungkin lagi melakukan
penelitian secara mendalam dan menyeluruh terhadap
13 & DI

setiap perbedaan yang ada tanpa harus terikat oleh aliran


dan denominasinya masing-masing. Dengan keyakinan di
08 wu NI

dalam Tuhan maka pasti akan menemukan makna dan


Hp ru I

peraturan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anggota


jemaat saat ini. Hukum gereja sebenarnya dapat menjadi
Wa KU

alat untuk menciptakan kebersamaan, kedamaian, dan


BU

kesatuan dalam gereja Tuhan.


Sebuah kerinduan yang agung jika kita dapat
wujudkan adanya hukum gereja yang oikumenis. Kendati
sudah terbentuk cukup lama lembaga oikumenis yaitu
an

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Seiring


aw

adanya semangat oikumene ini justru perbedaan dan


rm

perpecahan semakin mengalami peningkatan. Dengan


berat hati penulis menegaskan bahwa bagaimana
De

mungkin bisa mewujudkan doa Tuhan Yesus agar gere-


ja-Nya bersatu. Sebagian besar aliran dan denominasi
118 Gereja Pecah

gereja yang sudah ada di seluruh Indonesia belum menjadi


anggota PGI. Mereka malah membentuk persekutuan
atau wadah baru sesuai keinginannya. Fakta ini menun-

a
jukkan adanya sikap kesombongan rohani dari beberapa

if
organi­
sasi gereja, sengaja memisahkan diri, dan tidak

ur
mau bersatu dengan gereja yang berbeda dengannya.
Hukum gereja dibuat untuk mengatur tata cara

Ga
kehidupan berjemaat yang berkualitas dan rohaniah.

66 ar AL
Bukan pula untuk membuat perbedaan, perpecahan, dan

28 n
kesombongan. Sampai saat ini tidak ada satu pun aliran

50 di
38 Su JU
dan denominasi gereja memiliki hukum gereja yang sama.
13 & DI
Perlu kita merenungkan secara arif bahwa hukum gereja
yang tidak relevan dan tidak sesuai dengan Alkitab harus
08 wu NI

dibuang dari ranah pelayanan gerejawi.


Hp ru I

Hukum gereja dapat bersifat memaksa


dan sukarela. Pemimpin dan seluruh je­
Wa KU

maat melaksanakan hukum gereja demi


BU

kebaikan dan kemajuan pelayanan ke­


pada Tuhan.

D. Sistem Pemerintahan Gereja


an

Sistem pemerintahan gereja berbeda dengan sistem


aw

sekuler. Yang mutlak harus menjadi pertimbangan dalam


menentukan sebuah sistem organisasi gereja yaitu Kris-
rm

tokrasi dan relevansinya dalam menyatukan berbagai


De

aliran dan denominasi gereja. Dua hal ini tidak dapat


ditawar-tawar. Kristokrasi berarti pemerintahan Kristus
atas gereja, karena Dialah Raja dan Kepala Gereja. Rele-
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 119

vansinya harus siap menerima setiap perbedaan.


Sistem organisasi gereja identik juga dengan
istilah sistem pemerintahan gereja (chruch government).

a
Penggunaan istilah ini berakar dalam sejarah serta pergu-

if
mulan gereja selama ini. Sistem pemerintahan gereja

ur
sering dicampuradukan dengan organisasi sekuler pada
umumnya. Diperparah lagi adanya perbedaan yang

Ga
signifikan sistem pemerintahan gereja di antara aliran

66 ar AL
dan denominasi yang sudah ada. Memang semakin rumit

28 n
dengan adanya berbagai macam model dan bentuk sistem

50 di
38 Su JU
organisasi gereja yang sudah berlaku selama ini.
13 & DI
Ada beberapa sistem atau tata pemerintahan gereja
yang kita kenal di Indonesia. Alkitab tidak pernah memuat
08 wu NI

atau menentukan sebuah sistem pemerintahan gereja


secara sistematis. Sistem yang harus dianut oleh setiap
Hp ru I

gereja adalah Yesus adalah pemilik gereja, pemerintah


Wa KU

gereja, dan Kepala gereja. Hanya Kristus yang mampu


memerintah gereja secara sempurna dan adil. Kebebasan
BU

pada tiap gereja untuk menata sistem organisasinya


harus sesuai dengan pola pemerintahan Kristus tentunya.
Di luar dari aspek itu pasti mengandung motivasi pribadi
an

yang akhirnya sebagai sumber konflik.


aw

Tidak ada satu pun sistem pemerinta­


han/organisasi gereja yang sesuai de­
rm

ngan kehendak Kristus. Setiap aliran


De

dan denominasi gereja membuat struk­


tur organisasi sesuai dengan kehendak
pemimpin gereja tersebut.
120 Gereja Pecah

Setiap gereja memiliki struktur organisasi dalam


mengatur serta mengembangkan pelayanan dalam gere-
janya masing-masing. Sangat sulit memang untuk

a
menentukan gereja mana saja yang menganut sistem

if
pemerintahan gereja secara murni. Ada gereja yang

ur
mengaku sebagai penerus dari salah satu sistem peme­
rintahan gereja yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi,

Ga
hampir semua gereja menerapkan sistem pemerintahan

66 ar AL
campuran. Berikut ini diuraikan beberapa sistem peme­

28 n
50 di
38 Su JU
rintahan gereja yang pernah ada Indonesia.

1. Sistem Papal
13 & DI

Sistem papal adalah sistem pemerintahan yang diter-


apkan oleh Gereja Roma Katolik (Agama Katolik). Istilah
08 wu NI

papal berasal dari kata papas yang artinya bapa. Dari


Hp ru I

pengertian papas inilah kemudian dikenal dengan istilah


Wa KU

Paus. Dalam sistem ini pula Paus sebagai pemimpin yang


tertinggi dan berkedudukan di Vatikan Roma. Kekuasaan
BU

Paus diakui secara definitif pada Konsili Vatikan tahun


1870 (Berkhof, 2007:37). Strukturnya berdasarkan
wilayah kekuasaan yaitu Paus di Roma, Kardinal di setiap
an

negara, Uskup di setiap propinsi, dan Pastor bertugas di


paroki atau gereja lokal.
aw

Pengaruh kekuasaan Paus pada saat itu berdampak


rm

pada setiap keputusan yang ditetapkannya dalam gereja.


De

Paus dianggap sebagai pengganti rasul Petrus dan wakil


Kristus di dunia ini. Paus merupakan pemimpin tert-
inggi yang menjadi pengantara antara manusia dengan
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 121

Kristus. Pandangan mereka didasarkan pada Injil Matius


16:13-19, di mana Paus diakui sebagai pengganti Petrus
dengan alasan bahwa Petrus itu kepala rasul-rasul.

a
Konsekuensi dari pemahaman ini menganggap Paus

if
tidak dapat bersalah bila menetapkan pengajaran. Penga-

ur
jarannya berlaku mutlak dan tak dapat diubah. Dalam
Keputusan Konsili Vatikan tahun 1870 menegaskan

Ga
bahwa siapa yang menyangkal setiap keputusan Paus

66 ar AL
akan dikutuk. Menurut Calvin (Hall, 2009:461) tindakan

28 n
ini sebagai bentuk penghinaan atas Firman Allah ketika

50 di
38 Su JU
mereka membangun doktrin-doktrin yang baru menurut
13 & DI
keinginan, kepentingan, dan keuntungan gereja yang
terorganisasi secara hierarkikal.
08 wu NI

Sistem papal berbentuk hierarkis atau susu-


nannya bertingkat. Hierarkis terdiri atas dua kata yaitu
Hp ru I

hieros berarti imam dan arhein berarti memerintah. Di


Wa KU

bawah Paus ada majelis Kardinal yang berjumlah 70


orang. Sepanjang sejarah gereja Katolik sampai saat ini
BU

jumlah Kardinal tidak pernah berubah. Ketujuh puluh


orang Kardinal disebut Majelis Kardinal yang salah satu
tugasnya memilih Paus di sebuah tempat tertutup yang
an

disebut Conclaaf.
aw

Sistem papal adalah sistem pemerin­


tahan yang dianut oleh Gereja Kato­
rm

lik Roma. Pemerintahan tertinggi bera­


De

da di tangan Paus seumur hidup yang


berkedudukan di Roma.
122 Gereja Pecah

2. Sistem Episkopal (Episcopal)


Kata episkopal (episcopal) berasal dari bahasa
Yunani episkopos yang berarti bishop atau pastor. Istilah

a
episkopos terdapat juga dalam Kisah Para Rasul 20:28

if
yang diartikan sebagai gembala atau penilik. Sistem epis-

ur
kopal adalah sistem pemerintahan gereja yang dipegang
oleh Bishop yang sama dengan jabatan uskup. Sistem ini

Ga
dimulai dalam gereja Roma Katolik sebagai kritik terhadap

66 ar AL
sistem pemerintahan kepausan atau papal sebelumnya.

28 n
50 di
38 Su JU
Menurut Bercot (1999:44) bahwa praktik pemisahan
jabatan antara pastor dan bishop terjadi sekitar abad
13 & DI

ke-2. Latar belakang timbulnya sistem ini ialah penolakan


kekuasaan Paus di Roma yang tanpa batas di atas. Sistem
08 wu NI

ini awalnya diterapkan oleh Gereja Anglikan yang ada di


Hp ru I

Inggris.
Gereja-gereja yang menganut sistem pemerin-
Wa KU

tahan episkopal menunjukkan bahwa kedudukan bishop


BU

berbeda dengan sekelompok penilik atau penatua yang


dimiliki gereja-gereja pada abad pertama. Bishop bertugas
mengawasi, mengatur, dan memimpin orang Kristen di
an

seluruh wilayah dan kota-kota tertentu. Seorang bishop


menjadi pemimpin tunggal dan tertinggi atas seluruh
aw

gereja lokal. Sementara gereja lokal dipimpin oleh seorang


rm

pendeta yang dibantu oleh beberapa majelis jemaat serta


De

bertanggung jawab langsung kepada bishop (Majelis


Sinode). Segala keputusan tertinggi ialah keputusan
persidangan sinode yang diketuai oleh seorang bishop.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 123

Sistem episcopal adalah sistem peme­


rintahan gereja dalam suatu wilayah
yang dipimpin oleh seorang Bishop dan

a
dibantu beberapa Majelis Sinode Hari­

if
an. Bishop dan jajarannya diganti da­
lam periode tertentu.

ur
Ga
3. Sistem presbiterial (prebyterian)
Istilah presbiterial dari kata Yunani presbuteroσ

66 ar AL
28 n
(presbuteros) dan bahasa Ibrani disebut Zaqen yang berarti

50 di
38 Su JU
pemimpin agama Yahudi atau pemimpin jemaat. Istilah
ini dalam bahasa Jawa disebut Pinisepuh, bahasa sunda
13 & DI

disebut Sesepuh, dan bahasa Indonesia disebut presbiter


atau majelis jemaat. Sistem Presbiterial, dimana gereja
08 wu NI

dipimpin oleh para presbiter yaitu penatua-penatua,


Hp ru I

sehingga keputusan tertinggi ada pada persidangan pres-


biter yang sering disebut sidang majelis jemaat.
Wa KU

Sistem presbiterial adalah sistem pemerintahan


BU

gereja yang dipegang oleh majelis jemaat yang terdiri


dari pendeta, penatua, dan diaken. Sehubungan dengan
sistem ini Calvin (Hall, 2009:453) mengenalkan empat
jabatan yang dapat melakukan pelayanan gereja, yaitu:
an

guru (the doctor), gembala (the pastor), penatua (the pres­


aw

byter), dan diaken (the deacon). Keempat jabatan di atas


rm

bertujuan untuk melayani Tuhan.


Penerapan sistem ini di mana setiap gereja lokal
De

adalah independen tetapi terikat pada suatu kepu-


tusan bersama dan strukturnya di mulai dari bawah ke
124 Gereja Pecah

atas (button up). Pendeta, penatua, dan diaken dipilih


oleh anggota jemaat gereja lokal. Sistem ini dianut oleh
beberapa gereja di lingkungan Protestan yang berakar

a
sejak gerakan reformasi pada abad ke-16 di Eropa Barat.

if
Ditinjau dari sudut pandang doktrin dan ajaran maka

ur
sistem presbiterian merupakan perkembangan serta
penerapan ajaran dari Johanes Calvin yaitu seorang tokoh

Ga
reformator dari Prancis.

66 ar AL
Secara kelembagaan sistem presbiterian muncul

28 n
dari gereja Skotlandia yang merupakan hasil pelayanan

50 di
38 Su JU
Jhon Knox yaitu salah seorang murid Calvin yang
13 & DI
paling terkenal. Oleh sebab itu, gereja presbiterian pada
umumnya berkembang dan dapat ditemukan di nega-
08 wu NI

ra-negara bekas jajahan Inggris, seperti Amerika Serikat,


Australia, Selandia baru, dan India. Selain itu, gereja
Hp ru I

yang menganut sistem ini pun dapat juga ditemukan di


Wa KU

beberapa negara seperti Korea, Filipina, sedangkan di Indo-


nesia dipengaruhi oleh gereja yang berasal dari Belanda.
BU

Mayoritas gereja protestan di Indonesia mengikuti tradisi


hervormd, yang merupakan tradisi utama protestanisme
di Belanda yang awalnya dipengaruhi oleh ajaran Johanes
an

Calvin.
aw

Kekuasaan tertinggi dalam sistem presbiterian


berada di tangan penatua. Dalam hal ini penatua terbagi
rm

dua golongan, yaitu penatua yang mengajar yaitu pendeta


De

dan penatua yang memimpin organisasi. Bersama kedua


golongan penatua ini merupakan majelis gereja yang
bertanggung jawab dalam menegakkan disiplin, meme-
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 125

lihara jemaat, dan menjalankan misi gereja. Sementara


diaken bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan
gedung, keuangan gereja, pelayanan kepada orang miskin,

a
kedukaan, dan berbagai pelayanan sosial lainnya.

if
Sistem prebisterial adalah sistem pe­

ur
merintahan gereja yang anut oleh be­

Ga
berapa gereja yang beraliran calvin­
is. Pemerintahan ini berada di tangan

66 ar AL
pendeta, penatua, dan diaken pada

28 n
seetiap gereja lokal. Setiap keputusan

50 di
38 Su JU
ditetapkan secara bersama-sama da­
13 & DI
lam musya­warah dan mufakat.
08 wu NI

4. Sistem sinodal (synod)


Istilah sinode berasal dari kata Yunani συνοδος
Hp ru I

(sunodos) yang berarti sidang atau pertemuan. Kata ini


Wa KU

juga bersinonim dengan kata dari bahasa Latin yaitu


Concilium (konsili). Kata sunodos secara utuh tidak
BU

terdapat di dalam Alkitab, tetapi akar katanya sunodeuo


atau sunodia dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul
9:7 dan Lukas 2:44 yang berarti seperjalanan. Dapat dika-
an

takan bahwa sinode adalah berjalan bersama, berpikir


aw

bersama, dan memutuskan secara bersama-sama demi


kepentingan bersama pula.
rm

Pada permulaannya, istilah sinode digunakan untuk


De

pertemuan para uskup, namun dalam perkembangan


selanjutnya dapat dilihat pada setiap pertemuan gere-
ja-gereja Kristen Protestan di Indonesia maupun Kristen
126 Gereja Pecah

Ortodoks. Sistem sinodal (synod) adalah sistem peme­


rintahan gereja yang berada dalam kekuasaan anggota
sinode yang anggotanya terdiri atas utusan-utusan dari

a
setiap gereja lokal yang pada dasarnya memiliki tujuan

if
bersama.

ur
Dengan demikian, sistem ini memberikan peluang
kepada para pemimpin gereja dan jemaat dari gereja

Ga
lokal untuk berpartisipasi langsung dalam pengambilan

66 ar AL
keputusan dalam melaksanakan segala keputusan dan

28 n
pelayanan pada organisasi gereja lokal. Persidangan

50 di
38 Su JU
sinode merupakan instansi tertinggi yang keputu-
13 & DI
sannya harus dilaksanakan oleh gereja-gereja lokal yang
dipimpim oleh majelis jemaat yang terdiri dari pendeta,
08 wu NI

penatua, dan diaken. Biasanya majelis jemaat pada setiap


gereja lokal diketuai oleh pendeta.
Hp ru I

Sistem sinodal yaitu sistem pemerin­


Wa KU

tahan gereja dalam satu negara dima­


BU

na setiap keputusan didasarkan pada


majelis sinode dan diteruska oleh gere­
ja lokal melalui pendeta, penatua, dan
diaken.
an

5. Sistem Presbiterial Sinodal


aw

Seiring perkembangan gereja, baik gereja yang ada


rm

di luar negeri maupun di Indonesia telah mengalami


De

perubahan pada sistem pemerintahan gerejanya masing-


masing. Ada beberapa gereja yang menganut dua sistem
pemerintahan sekaligus. Penggabungan antara sistem
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 127

presbiterial dengan sistem sinodal yang dikenal sebagai


sistem presbiterian sinodal. Dari dua sistem ini kita bisa
langsung tahu adanya penggabungan antara sistem pres-

a
biterial murni dan sinodal murni.

if
Dalam sistem presbiterial murni di mana kekuasaan

ur
cenderung terpusat pada para majelis jemaat di gereja
lokal. Sementara peran sinode terkesan kurang mendapat

Ga
tempat. Sebaliknya, pada sistem sinodal murni pemu-

66 ar AL
satan kekuasaan justru cenderung berada di tangan

28 n
sinode, sehingga majelis jemaat cenderung hanya sebagai

50 di
38 Su JU
perpanjangan tangan sinode semata. Karena pertim-
13 & DI
bangan itulah, untuk mencapai suatu kondisi yang tidak
timpang, kedua sistem tersebut disatukan atau “dikaw-
08 wu NI

inkan” menjadi presbiterial sinodal untuk mencapai


tujuan yang diinginkan oleh gereja yang bersangkutan.
Hp ru I

Penyebutan sistem presbiterial sinodal juga


Wa KU

mempunyai makna sendiri. Hal itu didasarkan pada


kesadaran bahwa suatu kondisi yang relatif balance
BU

antara jemaat setempat dan sinode. Namun pusat


kehidupan jemaat selalu berada di lingkup jemaat dan
bukan lagi di dalam sinode secara utuh. Dalam prak-
an

teknya, gereja-gereja yang menganut sistem presbiterial


aw

sinodal dipimpin oleh para majelis jemaat yaitu pendeta


atau penginjil, penatua, dan diaken yang diangkat dari
rm

anggota jemaat setempat.


De

Para presbiter dalam gereja lokal memimpin jemaat


dalam suatu board yang disebut majelis jemaat. Majelis
jemaat yang terdiri dari pendeta, penatua, dan diaken
128 Gereja Pecah

inilah yang mengambil keputusan dalam setiap rapat atau


sidang di gereja lokal tersebut. Biasanya segala keputusan
yang diambil merupakan keputusan secara demokrasi

a
yaitu dua pertiga atau 50 + 1 dari jumlah anggota sidang

if
majelis jemaat. Sistem ini hampir sama dengan voting

ur
dalam pengambilan keputusan di DPR-DPRD. Itulah
kepemimpin kolektif presbiterial sinodal, yang pada satu

Ga
sisi mencegah pemusatan kekuasaan pada satu orang,

66 ar AL
namun pada sisi lain proses pengambilan keputusan

28 n
sangat lama karena selalu mengadakan rapat dalam

50 di
38 Su JU
setiap masalah atau program gereja.
13 & DI

Sistem presbiterial sinodal yaitu peng­


gabungan dari sistem sinodal dan pres­
08 wu NI

biterial. Segala keputusan berada di


Hp ru I

tangan majelis jemaat yang beranggo­


takan pendeta, penginjil, penatua (ka­
Wa KU

lau ada), dan diaken.


BU

6. Sistem Kongregasional (Congregational)


Sistem kongregasional (congregational) adalah
sistem pemerintahan gereja yang independen. Menurut
an

Abineno (2002:75) bahwa sistem kongregasional


aw

merupakan paham yang dianut oleh Robert Parker berke-


bangsaan Inggris yang dipengaruhi oleh sekte Anabaptis.
rm

Pertama sekali orang-orang yang menganut paham ini


De

memisahkan diri dari gereja Anglican dengan membentuk


jemaat otonom.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 129

Dalam sistem ini kekuasaan tertinggi terletak pada


anggota jemaat. Karena itu hak para pejabat gerejawi ini
berasal dari anggota jemaat. Otoritas pemerintahan gereja

a
tidak terletak pada individu maupun perwakilan individu

if
melainkan seluruh jemaat lokal. Dua hal yang sangat

ur
ditekankan oleh sistem pemerintahan gereja ini adalah
otonomi dan demokrasi. Gereja yang menganut sistem

Ga
ini berdiri sendiri, walaupun ada ikatan dengan jemaat-

66 ar AL
jemaat lain yang seasas hanyalah berupa ikatan yang

28 n
sifatnya sukarela dan bukan struktural.

50 di
38 Su JU
Dalam perkembangannya, sistem kongregational
13 & DI
telah mengalami perubahan sebagai akibat dari konversi
atau penggabungan berbagai sistem pemerintahan gereja
08 wu NI

secara modern. Berdasarkan konversi tersebut maka


sistem kongregational dibedakan dalam tiga kategori,
Hp ru I

yaitu:
Wa KU

a. Kongregational murni merupakan penggabungan


lini dan staf. Pada umumnya, sistem ini diter-
BU

apkan oleh gereja-gereja baptis karena menolak


sistem sinodal di mana ketua sinode sebagai
pemimpin tertinggi pada tingkat nasional.
an

Walaupun adanya penggabungan gereja Baptis


aw

tetapi independensi (otonom) gereja lokal tetap


menjadi ciri utama yang harus dipertahankan.
rm

b. Kongregational sinodal merupakan pengga-


De

bungan lini dan fungsional. Gereja ini menerima


sistem kepengurusan gereja pusat, namun
130 Gereja Pecah

tetap mempertahankan otonomi masing-masing


gereja lokal.
c. Semi kongregational sinodal merupakan peng-

a
gabungan sistem tipe lini, staf, dan fungsional.

if
Sistem ini biasanya dipakai oleh gereja-gereja

ur
yang beraliran Pentakosta. Walaupun sistem ini
mendekati sistem kongregational sinodal tetapi

Ga
tidak memakai sinode. Sistem pemerintahannya

66 ar AL
selalu diserahkan kepada pengurus pusat dan

28 n
pengurus daerah.

50 di
38 Su JU
Dengan melihat beberapa katogori di atas, maka ciri
13 & DI
yang paling kental terlihat dalam sistem kongregational
adalah pendeta terkesan sebagai pemilik gereja. Pada
08 wu NI

awal terbentuknya sebuah gereja ini selalu diawali oleh


penginjilan pendeta atau penginjil. Segala kebutuhan dan
Hp ru I

kekurangan selama membuka gereja itu menjadi tanggung


Wa KU

jawabnya secara pribadi. Makan atau pun tidak makan


selama pelayanan menjadi resiko yang harus ditanggung
BU

oleh pendeta atau penginjil yang bersangkutan. Sifat


otonom terlihat jelas dalam setiap keputusan yang diambil
oleh gereja lokal yang dipimpin oleh seorang pendeta.
an

Sistem kongregasional yaitu sistem


aw

pemerintahan dimana segala keputu­


rm

san berada pada gereja lokal. Sistem


ini tidak terikat pada pusatnya tetapi
De

kepemimpinan yang kuat berada di ta­


ngan pendeta gereja lokal.
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 131

7. Sistem Caesar (Caesaropapal)


Sistem Caesar merupakan sebuah sistem pemerin-
tahan gereja yang berada di bawah kekuasaan seorang

a
raja. Model sistem ini dapat kita lihat di dalam gereja

if
Yunani yang Ortodoks. Dalam hal ini negara memberikan

ur
perlindungan kepada gereja, namun negara juga
mempunyai hak untuk mengatur dan mencampuri segala

Ga
urusan dalam gereja. Segala keputusan dalam gereja

66 ar AL
berada di tangan pemerintah. Orang yang pertama sekali

28 n
menerapkan sistem ini yaitu Caesar Constantinus Agung

50 di
38 Su JU
pada permulaan abad ke-4. Perkembangan sistem ini juga
13 & DI
sebagian gereja Anglican dan beberapa gereja Lutheran di
Norwegia menggunakannya.
08 wu NI

Sistem ini belum diterapkan secara mendalam di


Indonesia sampai saat ini. Kendati pada jaman penja-
Hp ru I

jahan Hindia Belanda yang pernah datang ke Indonesia


Wa KU

terkesan sistem ini terasa ada kesamaannya, namun


tidak berlangsung lama. Oleh sebab itu, kita harus yakin
BU

dan berdoa agar penerapan sistem ini mudah-mudahan


tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Keyakinan ini
dapat terwujud jika seluruh gereja dari berbagai aliran
an

dan denominasi tetap bersatu.


aw

Sistem Caesar yaitu sistem pemerintah­


rm

an di bawah kendali kaisar. Pemerin­


tahan gereja dan negara biasanya di­
De

satukan. Segala keputusan berada


dalam kekuasaan kaisar.
132 Gereja Pecah

8. Sistem Collegial
Sistem Collegial merupakan sistem gereja yang
didasarkan pada hubungan pertemanan. Istilah collega

a
sendiri dapat berarti teman atau persekutuan. Segala

if
kekuasaan terletak di tangan anggota gereja yang memilih

ur
pengurusnya, sehingga segala keputusan ditetapkan
dengan suara terbanyak dan demokrasi tentunya.

Ga
Walaupun keputusan yang dihasilkan bertentangan

66 ar AL
dengan kehendak Kristus, tetapi harus dilaksanakan

28 n
oleh semua anggotanya. Dasar keputusan yang diambil

50 di
38 Su JU
biasanya lebih bersifat sekuler dan bukan alkitabiah.
13 & DI
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setiap
aliran dan denominasi gereja memiliki sistem gereja yang
08 wu NI

berbeda-beda. Kedua sistem terakhir yaitu sistem Caes­


aropapal dan sistem Collegial merupakan tambahan
Hp ru I

yang diberikan oleh J.A.C. Rullmann (1953:31-32) dalam


Wa KU

bukunya yang berjudul Peraturan Gereja. Sistem ini


terbentuk berdasarkan sudut pandang pemimpin ataupun
BU

jemaat tersebut. Apabila ditelusuri lebih jauh lagi maka


semua sistem di atas belum diterapkan secara sempurna
sesuai dengan kaidah dan nilai dari setiap sistem tersebut.
an

Sistem kolegial yaitu sistem yang di­


aw

dasarkan pada pertemanan dan hubu­


rm

ngan sosial karena memiliki kesamaan


visi serta kebutuhan.
De
BAB VI | Hukum dan Pemerintahan Gereja 133

Sistem pemerintahan dalam sebuah gereja sangatlah


penting. Menurut Calvin (Hall, 2009:452) sistem pemer-
intahan gereja adalah ketetapan Allah bagi pendirian

a
dan kelanjutan gereja. Barangsiapa mengabaikannya

if
sebagai tidak perlu, sedang berusaha keras untuk

ur
membongkar, atau, meruntuhkan dan menghancurkan
gereja. Penegasan Calvin atas konsep ini bertujuan untuk

Ga
menciptakan keteraturan dalam sebuah organisasi gereja.

66 ar AL
Kendati demikian, sebaik apapun sistem pemerintahan

28 n
gereja tentu tidak bisa disamakan atau bahkan melebihi

50 di
38 Su JU
isi Alkitab. Kemungkinan besar setiap sistem ini dalam
13 & DI
penerapannya akan bertentangan dengan kehendak Allah.
Sistem pemerintahan gereja dirancang dan
08 wu NI

ditetapkan oleh oleh gereja untuk mencapai tujuan yang


diinginkan. Mengigat banyaknya sistem gereja yang berbe-
Hp ru I

da-beda, maka sangat sulit untuk menentukan manakah


Wa KU

dari antara sistem ini yang Alkitabiah. Tidak ada satu pun
organisasi gereja yang menggunakan secara murni dari
BU

salah satu sistem pemerintahan ini. yang ada. Apakah


melalui sistem ini akan mempermuliakan Yesus Kristus
sebagai pemilik Gereja? Jawabannya terletak pada motif
an

dan kepentingan setiap pemimpin gereja yang mener-


aw

apkan sistem tersebut.


rm

Sistem pemerintahan gereja sangatlah pen­ting.


Tidak ada satu pun sistem pemerintahan gere­
De

ja yang mengadopsi secara murni sistem yang


ada. Sistem ini ditentukan berdasarkan pada
cara pandang dan kebutuhan gereja setempat.
134 Gereja Pecah

Dalam prakteknya setiap pemimpin gereja berusaha


menggabungkan dua bentuk variasi dari setiap sistem
yang ada. Faktor inilah yang menyulitkan kita untuk

a
mengidentifikasi secara spesifik sistem apa yang diter-

if
apkan oleh suatu aliran dan denominasi gereja yang sudah

ur
ada di Indonesia. Bahkan secara mengejutkan terdapat
beberapa gereja yang menggunakan lebih dari dua sistem

Ga
sekaligus untuk memuluskan segala rencana pemerintah-

66 ar AL
annya dalam gereja tersebut.

28 n
Dengan kerendahan hati perlu kita mengakui bahwa

50 di
38 Su JU
semua sistem pemerintahan gereja selama ini merupakan
13 & DI
sebuah pilihan yang sulit. Sistem ini biasanya ditentukan
oleh pengalaman historis sebuah gereja. Pemilihan sistem
08 wu NI

ini berkaitan dengan konteks kesejarahan dan pengalaman


gereja itu sebelumnya. Semua sistem ini baik bagi gereja
Hp ru I

yang memilihnya sepanjang tidak bertentangan dengan


Wa KU

Alkitab. Jika bertentangan dengan Alkitab maka diper-


lukan revisi.
BU

Memang tidak ada satu pun sistem gereja yang


sempurna. Semua sistem organisasi gereja dibuat oleh
tangan manusia yang berdosa, memiliki keterbatasan,
keegoisan, dan kepentingannya masing-masing. Setiap
an

sistem pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya


aw

masing-masing. Yang penting untuk dicermati bahwa


bagaimana konsekuensi dari penggunaan sistem itu dalam
rm

kehidupan bergereja. Jujur atau tidaknya kita bahwa


De

dengan adanya perbedaan sistem pemerintahan gereja


sebenarnya menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
perpecahan gereja hingga saat ini.
Doktrin dalam Gereja 135

a
if
ur
BAB VII

Ga
DOKTRIN DALAM GEREJA

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI

A. Sejarah Doktrin Gereja


Bila kita melihat kembali sejarah perjalanan gereja
08 wu NI

ternyata telah membuktikan dirinya terbagi-bagi dalam


Hp ru I

beberapa aliran gereja. Suatu kesulitan untuk menen-


Wa KU

tukan mana yang lebih awal antara doktrin gereja dengan


aliran gereja. Jika doktrin lebih awal daripada aliran
BU

gereja, maka klaim yang sama pun bisa berlaku seba-


liknya. Munculnya suatu doktrin maupun aliran tentu
hanya pemimpin gereja itulah yang mengetahuinya secara
an

pasti.
Kehadiran doktrin pada sebuah gereja bisa saja
aw

muncul setelah adanya aliran gereja tersebut. Mungkin


rm

juga doktrin gereja dirancang lebih dahulu oleh seseorang


De

atau sekelompok orang yang kemudian keluar dari gereja


induknya dan membentuk aliran atau denominasi gereja
yang baru. Salah satu contoh reformasi yang dilakukan

135
136 Gereja Pecah

oleh Marthin Luther dalam Gereja Katolik Roma (GKR).


Doktrin yang dipahami dijadikan sebagai landasan
berpikir untuk mengadakan reformasi. Ketika doktrin ini

a
tidak diterima oleh GKR maka jalan yang ditempuh keluar

if
dari gereja itu lalu membentuk aliran gereja Lutheran.

ur
Reformasi Luther terhadap GKR pada awalnya tidak
bertujuan mendirikan aliran Lutheran. Dia mengeluar­

Ga
kan 95 pokok ajaran dengan harapan agar pengajaran
­­

66 ar AL
dalam GKR kembali sesuai Firman Allah. Pembaharuan

28 n
yang dilakukannya tentu tidak mendapat respon positif

50 di
38 Su JU
di dalam gereja pada waktu itu. Pada akhirnya dia dike-
13 & DI
luarkan dari gereja yang secara otomatis doktrin yang
dirumuskannya terus diterapkan dalam gereja yang
08 wu NI

dikenal aliran Lutheran atau agama Kristen saat ini.


Doktrin adalah ajaran tentang asas suatu aliran
Hp ru I

dalam agama Kristen. Pada hakekatnya, doktrin gereja


Wa KU

menekankan pada dasar-dasar pokok ajaran Kristen yang


dikembangkan oleh para pemimpin dalam setiap aliran
BU

dan denominasi gereja tersebut. Setiap pokok ajaran yang


mereka rumuskan diyakini akan kebenarannya. Dengan
adanya doktrin ini maka setiap gereja memiliki identi-
an

tasnya tersendiri serta pedoman dalam melaksanakan


aw

pelayanan gerejawi.

Perbedaan doktrin menjadikan perbedaan


rm

dalam melaksanakan pelayanan gereja­


De

wi setiap aliran dan denominasi. Doktrin


akan semakin berkembang seiring kebu­
tuhan gereja dan perubahan jamannya.
Doktrin dalam Gereja 137

Perkembangan doktrin dari setiap aliran dan deno­


minasi gereja di seluruh dunia telah membuat perubahan
yang sangat signifikan dalam pelaksanaan berbagai

a
kegiatan pelayanan gerejawi. Setiap gereja merumuskan

if
doktrin sesuai dengan cara pandang dan teologianya

ur
masing-masing. Perbedaan-perbedaan doktrin ini telah
banyak menghabiskan energi dan perhatian banyak orang

Ga
untuk mempertahankan keeksistensinya masing-masing.

66 ar AL
Jika kita tidak sikap dengan hati yang berpaut kepada

28 n
Allah, maka doktrin gereja akan terus bertambah dan

50 di
38 Su JU
berkembang pada masa yang akan datang.
13 & DI
Melalui perbedaan doktrin dipastikan terbuka
kesempatan terjadinya perdebatan yang hebat pada
08 wu NI

kalangan orang Kristen itu sendiri. Perdebatan semacam


ini dapat diperkirakan tidak akan pernah selesai sampai
Hp ru I

Tuhan Yesus datang kembali. Perdebatan ini pula semakin


Wa KU

hari semakin tinggi intensitasnya, sehingga perpecahan


dalam gereja pun semakin nyata jelas. Ketika perpecahan
BU

gereja terjadi maka tugas utama orang Kristen untuk


memberitakan Injil tidak dapat terpenuhi dengan baik
sebagaimana yang Tuhan Yesus harapkan.
an

Kendati adanya perkembangan dari perbedaan


aw

aliran dan denominasi gereja, tetapi sebagian pemimpin


gereja tetap mempertahankan doktrin yang dianut sebe­
rm

lumnya. Misalnya Teologi Reformed (Reformed Theology)


De

yang tetap konsisten dan eksis pada setiap jamannya.


Salah satu tokoh penting dalam Teologi Reformed abad
ke-20 adalah Prof. Dr. Louis Berkhof. Beberapa doktrin
138 Gereja Pecah

pokok yang dijabarkannya untuk membantu pelayanan


gereja, yaitu: Doktrin Allah, Doktrin Manusia, Doktrin
Kristus, Doktrin Keselamatan, Doktrin Gereja, dan

a
Doktrin Akhir Zaman. Dari keenam doktrin ini masih

if
dibagi dalam beberapa tema sentral lainnya. Dalam kajian

ur
ini tidak semua topik ini diuraikan, tetapi hanya doktrin
keselamatan dan doktrin baptisan yang akan dijelaskan.

Ga
Kedua doktrin ini menjadi bahan perdebatan yang masih

66 ar AL
hangat diperdebatkan hingga hari ini.

28 n
50 di
38 Su JU
B. Doktrin Keselamatan
Sejarah membuktikan bahwa perpecahan gereja
13 & DI

pada awalnya dimulai dari GKR yang berpusat di Roma,


Italia. Pemicu utamanya yaitu dalam konsili Chalcedon
08 wu NI

pada tahun 451 oleh Gereja Katolik Barat di Roma member-


Hp ru I

lakukan resolusi, sehingga tidak dapat diterima oleh


Gereja Katolik Timur (Gereja Ortodoks Timur) di Konstan-
Wa KU

tinopel. Perpecahan gereja ini pun puncaknya terjadi


BU

pada tahun 1054. Dalam analisa Keene (2006:96) dalam


bukunya yang berjudul Agama-agama Dunia menyatakan
bahwa sedikitnya ada tiga pokok yang menjadi alasan
perpecahan gereja pada saat itu:
an

1. Pernyataan Paus di Roma bahwa ia memiliki


aw

kekuasaan tertinggi atas seluruh gereja.


rm

2. Keinginan Roma untuk menjadi pemimpin yang


diakui Gereja di seluruh dunia.
De

3. Perubahan yang dilakukan Roma atas bunyi


kredo, yang dianggap tak dapat diganggu gugat
oleh umat Kristen Timur.
Doktrin dalam Gereja 139

Dari point di atas kita melihat alasan utama


terjadinya perpecahan antara GKR dengan Gereja Katolik
Ortodoks Timur. Kendati perpecahan awal ini tidak begitu

a
fatal, namun pada saat Marthin Luther seorang imam

if
dari GKR sekaligus sebagai guru besar pada bidang studi

ur
teologi di Universitas Wittenberg Jerman mengadakan
pembaharuan dalam gereja tersebut. Pembaharuan yang

Ga
dilakukannya justru menjadi awal terjadinya perpecahan

66 ar AL
besar dalam gereja sampai saat ini. Pembaharuan ini

28 n
digemakan pada tanggal 31 Oktober 1517 dengan menge-

50 di
38 Su JU
luarkan 95 keluhan (ajaran) sehubungan kebijakan Paus
13 & DI
Leo X yang telah menyimpang dari kebenaran Allah.
Peristiwa pembaharuan inilah diperingati oleh gereja
08 wu NI

Pro­testan sebagai hari reformasi sampai sekarang.


Di antara seluruh keluhan Luther di atas, salah
Hp ru I

satu yang paling disoroti yaitu penjualan surat pengha-


Wa KU

pusan siksa (aflat) atau sering disebut surat indulgensia


(penghapus dosa). Semakin banyak seseorang membeli
BU

surat ini maka keselamatan akan diperolehnya dengan


cuma-cuma. Doktrin keselamatan inilah yang mengusik
hati Luther, sebab di dalam Alkitab secara jelas mene-
an

gaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah bagi


aw

setiap manusia yang berdosa. Tidak ada keselamatan


yang diperoleh manusia melalui usahanya sendiri. Kese-
rm

lamatan bukan hasil kebaikan manusia, melainkan


De

pemberian Allah bagi setiap orang yang berkenan kepa-


da-Nya melalui keyakian pada pengorbanan Yesus Kristus
di atas kayu salib.
140 Gereja Pecah

Pengkhotbah indulgensia yang terkenal pada saat


itu adalah Yohanes Tetzel yang terus meneriakan, “pada
saat uang anda bergemerincing dalam peti, seketika

a
itu juga jiwamu melompat dari api penyucian ke sorga”

if
(Lane, 2005:131). Bentuk uang yang berlaku pada jaman

ur
itu berupa uang logam dan tidak seperti yang kita kenal
saat ini. Praktek money politic dan korupsi sudah terjadi

Ga
dalam gereja, termasuk praktek jual-beli jabatan gerejawi.

66 ar AL
Faktor-faktor inilah yang membuat kemarahan jemaat,

28 n
sehingga memberi peluang besar kepada Luther untuk

50 di
38 Su JU
mencetuskan reformasi ini.
13 & DI
Secara jujur tujuan utama penjualan surat aflat
adalah untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan
08 wu NI

gedung gereja raksasa yang kita kenal saat ini Gereja


Santo Petrus di Roma. Hal ini ditegaskan oleh Aritonang
Hp ru I

(2000:29) bahwa untuk merealisasikan tujuan tersebut


Wa KU

maka Paus menyelewengkan kekuasaan yang dimi-


likinya dengan membungkusnya dengan bahasa rohani
BU

yang berisi janji palsu sekaligus ancaman. Dalam logika


berpikir sederhana bahwa sebanyak apa pun surat aflat
yang didapatkan oleh seseorang pasti tidak akan pernah
an

memperoleh keselamatan dari uang atau surat tersebut.


aw

Perkembangan doktrin keselamatan ini pun terus

Tidak ada keselamatan yang diperoleh


rm

manusia dengan usahanya sendiri. Kese­


De

lamatan hanya wujud belas kasihan Tu­


han bagi manusia yang berdosa.
Doktrin dalam Gereja 141

berlanjut dalam gereja-gereja Protestan di dunia termasuk


Indonesia. Memang konsep dan metodenya berbeda dari
GKR sebelumnya. Bukan lagi konsep penjualan surat

a
aflat melainkan dengan metode lain seperti: “percaya

if
Yesus pasti selamat”, “menjadi orang Kristen pasti

ur
selamat”, “berbuat baik pasti selamat”, “memberi persem-
bahan yang banyak pasti selamat”, “dibaptis dengan

Ga
cara tertentu pasti selamat”, “masuk gereja tertentu

66 ar AL
pasti selamat”, “menerima mujizat pasti selamat”, dan

28 n
sebagainya. Doktrin keselamatan seperti ini akan menjadi

50 di
38 Su JU
sesat dan rapuh jika hanya dipahami pada tataran konsep
13 & DI
dangkal ini.
Doktrin keselamatan yang benar hanya bermuara
08 wu NI

pada anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Anugerah


keselamatan di dalam Yesus Kristus memiliki makna yang
Hp ru I

sangat mendalam yaitu tanpa usaha manusia sedi­k itpun.


Wa KU

Orang yang telah menerima keselamatan dari Allah akan


hidup dalam iman yang benar yang dikerjakan oleh
BU

kuasa Roh Kudus. Setiap orang yang sudah menerima


keselamatan pasti akan selalu mengucap syukur melalui
perbuatan-perbuatan iman pada setiap tingkah lakunya
an

di hadapan Allah dan manusia. Sementara orang yang


aw

hanya mengaku dirinya sudah selamat, tetapi terus


hidup di dalam dosa sesungguhnya dia menjadi pribadi
rm

yang murtad kepada Allah.


De

Dengan adanya berbagai macam kepentingan pada


setiap pemimpin gereja, maka dapat dipastikan perbedaan
doktrin keselamatan pada setiap aliran dan denominasi
142 Gereja Pecah

gereja akan semakin terasa. Dari perbedaan inilah akan


timbul berbagai macam persoalan dalam pelayanan
gerejawi. Akibatnya, perpecahan gereja karena perbedaan

a
doktrin ini pun tidak terelakkan. Pemahaman yang salah

if
tentang doktrin keselamatan bukan hanya terjadi pada

ur
masa Luther saja, tetapi doktrin ini pun telah merasuki
gereja-gereja yang ada di Indonesia saat ini. Pemahaman

Ga
keselamatan yang berbeda menunjukkan gereja sudah

66 ar AL
pecah karena sumber keselamatan hanya satu yaitu

28 n
50 di
Yesus Kristus.38 Su JU
C. Doktrin Baptisan
13 & DI

Doktrin baptisan merupakan objek perdebatan yang


belum berakhir sampai hari ini. Kemungkinan perdebatan
08 wu NI

seputar masalah ini pun masih terus ada sampai Tuhan


Hp ru I

Yesus datang kembali. Beberapa aliran dan denominasi


Wa KU

gereja terus mempertahankan dan mengklaim baptisan


yang paling benar dan alkitabiah seperti yang dilakukan
BU

di gerejanya. Sebagian lagi mengikuti cara Yohanes


Pembaptis pada saat membaptis Tuhan Yesus di sungai
Yordan yaitu secara selam. Lebih kaget lagi adanya gereja
an

yang menekankan pada pelaksanaan baptisan selam


secara berulang-ulang dan baptisan yang dilakukan
aw

secara langsung oleh Roh Kudus.


rm

Kita harus jujur mengakui bahwa salah satu faktor


De

perpecahan dalam agama Kristen yaitu masalah doktrin


baptisan. Fakta yang ditemukan oleh Keene (2006:97)
dalam penelitiaannya menyatakan bahwa gereja yang ada
Doktrin dalam Gereja 143

di Inggris mulai terpecah-pecah dengan tidak menerima


ajaran gereja reformasi yaitu gereja yang berasal dari
Inggris itu sendiri. Salah satu penganut paham ini adalah

a
Gereja Baptis yang mempercayai dan menegaskan bahwa

if
lebih baik membaptis orang setelah dewasa daripada

ur
membaptis seorang anak yang masih kecil.
Kita tidak heran jika perbedaan, perdebatan, dan

Ga
perpecahan gereja yang terjadi di Indonesia selama ini

66 ar AL
disebabkan oleh pembenaran dan pemahaman doktrin

28 n
50 di
38 Su JU
baptisan yang berbeda-beda tersebut. Berikut ini dipa-
parkan tentang metode atau cara baptisan yang biasa
13 & DI

dilakukan oleh beberapa gereja selama ini.

1. Baptisan Percik
08 wu NI

Pemahaman Marthin Luther tentang baptisan pada


Hp ru I

dasarnya setara dengan sunat dalam Perjanjian Lama


Wa KU

yaitu sebagai tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya


yang juga berlaku bagi anak-anak. Gereja Anabaptis tidak
BU

menerima alasan ini sehingga melaksanakan baptisan


dewasa dan baptisan ulang. Melihat gejala ini membuat
Luther menulis surat dengan menyebut mereka sebagai
an

“orang-orang munafik dan pendeta-pendeta gelap”


(Aritonang, 2000:35).
aw

Walupun pandangan Luther ini secara tidak langsung


rm

menyakitkan perasaan Anabaptis, namun mereka tetap


De

memiliki pedoman yang kuat dan terus melaksanakan


baptisan dewasa dan baptisan ulang. Orang yang sudah
dewasalah yang memenuhi syarat serta mampu memper-
144 Gereja Pecah

tanggung jawabkan keyakinan imannya kepada Allah.


Setiap orang yang sudah dibaptis waktu masih anak-anak
dalam Gereja Katolik Roma dan setelah reformasi Luther

a
harus dibaptis ulang, sebab baptisan anak-anak itu tidak

if
sah (Aritonang, 2000:45).

ur
Perbedaan cara pembaptisan di atas menunjukkan
bahwa aliran ini merumuskan doktrin baru. Padahal

Ga
gereja pada awalnya telah melaksanakan pembaptisan

66 ar AL
anak-anak dan orang dewasa yang baru percaya kepada

28 n
Yesus Kristus dengan cara percik. Fakta ini pun kembali

50 di
38 Su JU
ditegaskan oleh Keene (2006:108) dengan menyatakan:
13 & DI

Pelayanan pembaptisan bayi di Gereja Katolik


dan Anglikan memberikan ciri khas yang penting.
08 wu NI

Perayaan itu, yang dipimpin oleh seorang imam,


Hp ru I

diselenggarakan di sekitar wadah air suci di mana


anak dihadirkan oleh orang tua dan wali baptis
Wa KU

untuk dibaptis. Mereka berjanji akan mengajar


BU

anak itu untuk melawan roh jahat, mengikuti ajaran


Yesus, dan mengantarkan anak itu dalam keluarga
Allah, Gereja. Imam memerciki bayi itu dengan air
baptis sebanyak tiga kali dalam nama Bapa, Putra,
an

dan Roh Kudus, sebelum membuat tanda salib di


aw

dahinya.
rm

Dasar pelaksanaan baptisan adalah perintah Tuhan


De

Yesus yang dicatat oleh rasul Matius: “Karena itu pergilah,


jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
Doktrin dalam Gereja 145

mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperin-


tahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:

a
19-20). Perintah ini harus dilakukan oleh setiap orang

if
Kristen di segala tempat dan jamannya.

ur
Dalam prakteknya ternyata masih banyak gereja
yang memiliki perbedaan dalam menafsirkan tugas agung

Ga
tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Rayburn (2005:5)

66 ar AL
dalam bukunya yang berjudul Apa Itu Baptisan? mene-

28 n
gaskan bahwa tidak ada doktrin dalam Alkitab yang

50 di
38 Su JU
sedemikian banyak perbedaannya, atau yang sedemikian
13 & DI
disalah mengerti di dalam gereja Kristen, selain doktrin
baptisan air. Perbedaan doktrin ini semakin jelas terlihat
08 wu NI

dalam penerapannya pada setiap gereja saat ini.


Hp ru I

Baptisan percik yaitu baptisan yang dilak­


sanakan dalam gedung gereja dengan me­
Wa KU

mercikan/menuangkan air di kepala bayi


BU

atau orang dewasa yang baru percaya.

Setiap aliran dan denominasi gereja berusaha


dengan segala daya upaya untuk membenarkan caranya
an

dalam melaksanakan baptisan. Apakah cara yang kita


aw

lakukan selama ini sudah sesuai dengan Alkitab? Untuk


diketahui bahwa munculnya perbedaan ini karena faktor
rm

penerjemahan bahasa Yunani tentang baptisan yang


De

dilakukan oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan


kepada diri Yesus. Oleh sebab itu, peranan bahasa sangat
penting untuk memecahkan persoalan baptisan ini.
146 Gereja Pecah

Dalam karya Derrida, Foucault, dan Lacan (Barker,


2006:91) merepresentasikan pengaruh teori bahasa
dengan mengatakan bahasa bukan kehadiran metafi­sika

a
melainkan suatu alat yang digunakan oleh manusia

if
untuk mengoordinasikan tindakan mereka dalam konteks

ur
hubungan sosial. Bahasa adalah tindakan dan petunjuk
bagi tindakan. Bahasa dalam konteks pemakaian secara

Ga
sosial, secara temporer dapat distabilkan untuk tujuan

66 ar AL
praktis. Jadi, fungsi bahasa dalam menafsirkan Alkitab

28 n
sangat penting untuk memperoleh makna tertentu.

50 di
38 Su JU
Istilah baptisan dalam Perjanjian Lama memakai
13 & DI
kata “baptein” yang berarti mencelupkan kakinya ke
dalam air (Yosua 3:15), mencelupkan jari ke dalam darah
08 wu NI

itu (Imamat 4:6,17), dimasukkan ke dalam air (Imamat


11:32), dan Naaman membenamkan diri ke sungai Yordan
Hp ru I

(2 Raja-raja 5:14). Dalam tradisi ini, adat dan budaya


Wa KU

pembasuhan menunjukkan ritual penyucian atau pengu-


dusan seseorang. Sementara Perjanjian Baru memakai
BU

kata ‘bapto’ yang artinya mencelupkan di dalam atau


mencelupkan bahan-bahan untuk memberi warna baru.
Istilah lainnya ‘baptizo’ yang berarti membenamkan,
an

mandi, atau mencuci. Kata baptisan dalam hal ini memberi


aw

pengertian ganda.
Kebanyakan gereja yang hanya mengakui baptisan
rm

selam mengatakan bahwa baptisan yang diterima oleh


De

Tuhan Yesus di sungai Yordan adalah baptisan selam.


Pernyataan mereka ini didasarkan pada cara Yohanes
Pembaptis pada saat membaptis Tuhan Yesus. Dalam
Doktrin dalam Gereja 147

Matius 3:16 berkata: “Sesudah dibaptis, Yesus segera


keluar dari air”. Kata “keluar dari air” belum tentu menun-
jukkan baptisan selam, tetapi kata ini bisa juga keluar

a
dari “area” air atau keluar dari lokasi sungai Yordan itu.

if
Secara harafiah Tuhan Yesus keluar dari area air tersebut.

ur
Apabila peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus
dikaji dalam tata bahasa Yunani maka “euquσ anebη apο

Ga
toυ udaqoσ “ berarti “keluar dari air”; kata εὐθὺς berarti

66 ar AL
segera, lalu, sedangkan kata ἀνέβη=anabainω yang berarti

28 n
naik, pergi atau keluar. Ketika Yesus selesai dibaptis, Dia

50 di
38 Su JU
segera keluar meninggalkan area sungai Yordan. Adanya
13 & DI

perbedaan penafsiran terhadap kata ini sehingga menim-


bulkan perbedaan juga pada pelaksanaan baptisan baik
08 wu NI

secara percik ataupun baptisan secara selam.


Dalam tulisan Bagiyowinadi (2011:34) seorang
Hp ru I

pengajar di gereja Katolik keuskupan Malang menya-


Wa KU

takan bahwa Tuhan Yesus “keluar dari air” tidak selalu


BU

berarti seluruh tubuh dibenamkan. Pembaptisan dengan


pembenaman seluruh tubuh bukanlah satu-satunya
cara yang sah untuk pembaptisan. Dia memberi contoh
tentang pembaptisan yang dilakukan oleh Filipus terhadap
an

sida-sida dari Etiopia di jalan padang gurun yang tentunya


aw

tidak mudah menemukan air untuk membaptis dengan


cara selam.
rm

Fakta sejarah lain diungkapkan oleh Scheunemann


De

(1986:35) pada kesimpulan bukunya menegaskan:


Kita memiliki sebuah pahatan batu, yang ditemukan
dalam katakombe, yaitu tempat persembunyian
148 Gereja Pecah

orang-orang Kristen di Roma terhadap penganiayaan


negara. Relief tersebut berasal dari permulaan abad
II AD. Dari relief itu terdapat baptisan Tuhan Yesus
oleh Yohanes Pembaptis dengan cara Yohanes

a
menuangkan air ke atas kepala Kristus ... Namun

if
dengan majunya gereja ke bagian utara, ke daerah
dingin, gereja melazimkan baptisan percik, agar

ur
tidak membahayakan kesehatan anak.

Ga
Dari kedua pendapat di atas menegaskan bahwa

66 ar AL
Yohanes Pembaptis menuangkan air di kepala Tuhan

28 n
Yesus. Bisa juga dikatakan baptisan yang dilakukan pada

50 di
38 Su JU
saat itu adalah baptisan percik. Hal senada diungkapkan
13 & DI
oleh Stephen Tong (Rayburn, 2005:1) yang menyatakan
bahwa banyak gereja yang menjalankan baptisan percik
08 wu NI

di sepanjang sejarah gereja. Dasar pemahaman inilah


yang sebagian besar aliran dan denominasi gereja tertentu
Hp ru I

melaksanakan sakramen baptisan kudus secara percik


Wa KU

sampai saat ini.


Elemen pembaptisan bukanlah mengarah pada
BU

banyaknya air, tetapi yang paling penting adalah baptisan


harus didasarkan dalam nama Allah Bapa, Yesus
Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal). Baptisan yang
an

benar harus menggunakan media air sebagai simbol


aw

pembersihan yang menunjuk pada penyucian dan perse-


kutuan di dalam Yesus Kristus.
rm

Dasar pembaptisan bukan karena ­banyak­nya air,


De

melainkan dibaptis dalam nama Allah Tritunggal


yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.
Baptisan sebagai simbol persekutuan di dalam
Yesus Kristus Sang Kepala Gereja.
Doktrin dalam Gereja 149

Istilah baptisan telah dikenal pada masa Perjanjian


Lama. Rasul Paulus menjelaskan dengan berkata: “Aku
mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa

a
nenek moyang kita semua berada di bawah perlindu­

if
ngan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi
­

ur
laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah
dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Korintus 10:1-2).

Ga
Kalimat yang menyatakan “mereka semua telah dibaptis

66 ar AL
dalam awan dan dalam laut”, tidak berarti setiap orang

28 n
50 di
yang mengikuti nabi Musa harus ditenggelamkan dalam
38 Su JU
awan dan air laut. Istilah ini menunjukkan Israel sebagai
13 & DI

umat pilihan yang dipelihara, dilindungi, dan hidup dalam


persekutuan dengan Allah.
08 wu NI

Dalam hal ini Baan (2009:179) mendefenisikan


Hp ru I

makna materai dan tanda baptisan ini dengan mengutip


Pengakuan Iman Gereja Belanda yang menyatakan:
Wa KU

Kristus telah menetapkan baptisan lahiriah ini serta


BU

berjanji bahwa saya sungguh-sungguh dicuci dengan


darah dan Roh-Nya dari kecemaran jiwa, yaitu
segala dosa saya. Hal itu sama pasti bila badan saya
dicuci dengan air yang menghilangkan kecemaran
badan. Sama seperti air membasuh kotoran tubuh
an

waktu kita disiram air itu, yaitu air yang kelihatan


aw

pada tubuh orang yang dibaptis dan yang memercik


dia, begitu juga darah Kristus melakukan hal yang
rm

sama secara batin, di dalam jiwa, oleh Roh Kudus,


dengan memerciki jiwa dan membersihkannya dari
De

dosa dan dengan melahirkan kita kembali, sehingga


dari anak-anak murka menjadi anak-anak Allah
(Pasal 34).
150 Gereja Pecah

Banyak atau sedikitnya air pada saat baptisan


tidak mempengaruhi maknanya. Baptisan bukan cara
untuk memperoleh keselamatan, tetapi menjadi meterai

a
persekutuan di dalam Kristus. Jika anak-anak dari orang

if
percaya meninggal pun sebelum menerima baptisan air,

ur
maka pasti mereka tetap merupakan bagian dari anugerah
dan perjanjian Allah. Oleh sebab itu, Godfrey (2009:433)

Ga
menegaskan bahwa baptisan hanya diperkenankan satu

66 ar AL
kali bagi setiap pribadi orang Kristen.

28 n
Dalam hal ini Calvin (Godfrey, 2009:430)

50 di
38 Su JU
menjelaskan bahwa ada tiga janji yang terkandung dalam
13 & DI
baptisan, yaitu:
1. Baptisan adalah penyucian atau pengampunan
08 wu NI

dosa. Baptisan meyakinkan orang Kristen bahwa


janji pengampunan yang diberikan dalam Injil
Hp ru I

adalah benar dan dapat dipercaya.


Wa KU

2. Baptisan adalah mematikan daging dan pemba-


haruan. Allah yang berjanji untuk membenarkan
BU

umat-Nya juga berjanji dalam baptisan untuk


menguduskan mereka secara progresif baik
dalam mematikan kehidupan daging maupun
an

dalam memperhatikan kehidupan oleh Roh.


aw

3. Baptisan adalah bahwa kita “disatukan dengan


Kristus sendiri sehingga kita menjadi pengambil
rm

bagian dalam semua berkat-Nya”. Baptisan


De

adalah “ikatan persatuan dan persekutuan yang


paling utuh di mana Ia telah berkenan untuk
membentuk kita.
Doktrin dalam Gereja 151

Cara pelaksanaan baptisan percik tentu tidak sela-


manya direspon secara baik oleh aliran dan denominasi
gereja yang hanya mengakui baptisan selam, baptisan

a
selam yang diulang, dan baptisan Roh Kudus. Mereka

if
tetap berkeyakinan bahwa baptisan yang dilakukan

ur
oleh Yohanes Pembaptis pada orang banyak dan kepada
Tuhan Yesus pada waktu itu adalah baptisan selam

Ga
secara dewasa. Dengan demikian, apapun bentuk dan

66 ar AL
cara baptisan yang dilakukan tidak menjadikan dasar

28 n
50 di
38 Su JU
atau jaminan bagi seseorang untuk selamat dari murka
Allah kelak.
13 & DI

2. Baptisan Selam
Beberapa aliran dan denominasi gereja yang
08 wu NI

menganut baptisan selam juga memiliki alasan yang kuat.


Hp ru I

Salah satu alasannya diuraikan oleh Tabor (2007:154-167)


Wa KU

dalam bukunya yang berjudul Dinasti Yesus menyatakan


sebelum membaptis Tuhan Yesus, Yohanes Pembaptis
BU

telah membaptis orang Yahudi pada saat itu yang


hidupnya saleh sehingga ditandai oleh penenggelaman
atau baptisan di dalam air yaitu baptisan selam yang juga
an

diterima oleh keluarga-Nya. Jadi, Yusuf dan Maria telah


menerima baptisan selam.
aw

Argumentasi lainnya dengan mengacu pada


rm

etimologi kata baptisan yang berarti menenggelamkan.


De

Namun Rayburn (2005:22) membantah argumentasi itu


dengan berkata bahwa tidak ada ahli yang menolak bahwa
arti utama dari kata baptiso adalah “menenggelamkan”.
152 Gereja Pecah

Marilah kita hanya melihat kepada Alkitab, karena seperti


yang telah kita katakan sebelumnya, keputusan kita yang
terakhir harus berasal dari Alkitab. Pernyataan Rayburn

a
tersebut menegaskan bahwa patokan hidup orang Kristen

if
serta segala kegiatan gerejawi termasuk pelaksanaan

ur
baptisan harus bersumber pada Alkitab. Segala hal yang
bertentangan dengan Alkitab bukanlah sebuah pelayanan

Ga
gerejawi.

66 ar AL
Perbedaan cara antara baptisan percik dan selam

28 n
telah menimbulkan banyak polemik dalam kehidupan

50 di
38 Su JU
orang Kristen. Gereja yang menolak baptisan percik sering
13 & DI
mengacu pada arti kata “menyelamkan” serta baptisan
Tuhan Yesus di sungai Yordan dianggap secara selam.
08 wu NI

Semua aliran dan denominasi gereja yang tidak melak-


sanakan baptisan selam dianggap tidak mengikuti cara
Hp ru I

Tuhan Yesus dibaptis, sehingga baptisan itu tidak sah


Wa KU

karena tidak sesuai dengan Alkitab.


Gereja yang melaksanakan baptisan selam
BU

merupakan bagian dari gereja yang melaksanakan


baptisan percik. Akibat perbedaan ideologi serta pema-
haman teologis yang berbeda-beda pada akhirnya menjadi
an

sumber perpecahan. Mereka merumuskan doktrin-doktrin


aw

baru dalam gereja sesuai dengan sudut pandang pemim­


pinnya masing-masing. Kehadiran aliran dan denominasi
rm

gereja baru pertanda telah terjadi perpecahan dalam


De

agama Kristen, sebagai akibat tidak menerima gereja yang


sudah ada sebelumnya.
Biasanya baptisan selam dilakukan di kolam,
Doktrin dalam Gereja 153

sungai, danau, dan air laut. Ada gereja yang sengaja


membuat kolam baptisan dengan ukuran besar dan kecil
di lingkungan gedung gerejanya. Ada yang membuat kolam

a
baptisan di bawah mimbar gereja, sehingga terkesan

if
pelayanan baptisan yang dilakukan saat itu ritual yang

ur
alkitabiah. Baptisan selam dapat dilaksanakan pada
setiap hari yang disaksikan oleh seluruh jemaat. Pada

Ga
prinsipnya penulis tidak menyalahkan ataupun membe-

66 ar AL
narkan salah satu cara pembaptisan baik percik atau

28 n
selam, tetapi hanya memberikan beberapa argumentasi

50 di
38 Su JU
logis serta fakta-fakta sejarah sehubungan pelaksanaan
13 & DI
baptisan tersebut.

Baptisan selam adalah baptisan yang


08 wu NI

dilakukan di sungai, danau, laut, dan ko­


Hp ru I

lam. Baptisan selam diharuskan untuk me­


masukan tubuh seseorang seluruhnya ke
Wa KU

dalam air. Baptisan selam yaitu baptisan


yang meniru pembaptisan Tuhan ­Yesus di
BU

sungai Yordan.

Selain itu, ada pula aliran dan denominasi gereja


yang memahami baptisan yang sah apabila dilakukan
an

secara berulang-ulang dengan cara selam. Alasan mereka


aw

melaksanakan baptisan ulang ini, antara lain:


rm

a. Seorang Kristen yang berasal dari aliran atau


denominasi lain dan telah menerima baptisan
De

percik. Ketika dia pindah atau sengaja dipaksa


pindah menjadi anggota dari gereja ini maka
154 Gereja Pecah

harus menerima baptisan selam.


b. Seorang Kristen yang berasal dari aliran atau
denominasi lain dan telah menerima baptisan

a
selam. Ketika dia pindah atau sengaja dipaksa

if
pindah untuk menjadi anggota gereja ini, maka
harus dibaptis lagi secara selam.

ur
c. Seorang Kristen yang telah menerima baptisan

Ga
selam tetapi ketika pergi berjiarah ke Yerusalem
meminta untuk dibaptis kembali secara selam di

66 ar AL
28 n
Sungai Yordan.

50 di
38 Su JU
d. Seorang Kristen yang telah melakukan dosa
dalam aliran atau denominasi gereja tersebut,
13 & DI

maka diwajibkan untuk menjalani baptisan


ulang secara selam. Baptisan ini bertujuan
08 wu NI

untuk membersihkan dosa-dosanya sehingga


dianggap telah memperoleh hidup baru.
Hp ru I

Dalam logika berpikir sederhana menegaskan


Wa KU

baptisan yang sah jika dilakukan secara selam pada


BU

saat seseorang sudah dewasa. Sebagian orang Kristen


berkeinginan dibaptis secara selam di sungai Yordan
tempat Tuhan Yesus dibaptis. Baptisan yang dilakukan
di kolam, sungai, danau, dan laut di Indonesia kurang
an

memuaskan. Apapun argumentasi seputar pelaksanaan


aw

baptisan ini menjadi tanggung jawabnya di hadapan Allah.


rm

3. Baptisan Roh Kudus


De

Ada beberapa aliran dan denominasi gereja yang


menekankan pada pelaksanaan baptisan Roh Kudus
sebagai simbol kelahiran baru. Gereja yang menganut
Doktrin dalam Gereja 155

paham ini beranggapan bahwa baptisan Roh Kudus adalah


baptisan yang dilakukan oleh Allah melalui kuasa Roh
Kudus dan Firman-Nya pada setiap pribadi orang Kristen.

a
Orang yang sudah dibaptis secara selam harus mengalami

if
baptisan Roh Kudus secara pribadi. Bukti seseorang telah

ur
menerima baptisan Roh Kudus dapat dilihat melalui etika
kehidupannya. Baptisan Roh Kudus adalah baptisan yang

Ga
datang dari Allah tanpa diketahui oleh manusia kecuali

66 ar AL
orang yang mengalaminya secara langsung.

28 n
50 di
38 Su JU
Baptisan Roh Kudus adalah baptisan yang
dilakukan secara langsung oleh Roh Ku­
13 & DI

dus pada pribadi seseorang Kristen. Bap­


tisan Roh Kudus merupakan pengalaman
08 wu NI

seseorang kepada Tuhan.


Hp ru I

Pemahaman baptisan Roh Kudus sepertinya terus


Wa KU

menjadi polemik sepanjang sejarah perjalanan gereja.


Perbedaan ini mulai dari penafsiran baptisan Roh Kudus
BU

itu sendiri sampai pada proses penerimaan seseorang


akan baptisan tersebut. Memang sulit dibuktikan kapan
seseorang menerima baptisan Roh Kudus. Apapun
an

bentuk baptisan yang diterima seseorang tidak menjamin


aw

karakter dan pola hidupnya berkenan kepada Allah. Yang


menjadi tugas utama kita adalah bagaimana seseorang
rm

dapat memberi makna baptisannya itu dalam lingkup


De

pelayanan serta melaksanakan pemberitaan Injil kepada


semua orang.
156 Gereja Pecah

D. Ideologi Baptisan
Penyebab utama perpecahan dalam agama Kristen
di seluruh dunia dan Indonesia karena pemimpinnya

a
selalu menonjolkan perbedaan doktrin yang dianut oleh

if
gerejanya masing-masing. Hal ini ditegaskan oleh Halim

ur
(2000:81) dalam bukunya yang berjudul Gereja di Tengah-
tengah Perubahan Dunia yang menyatakan: “Perpecahan

Ga
adalah hasil dari konflik antar jemaat yang masing-

66 ar AL
masing berpegang pada ajaran yang ada, atau pun ajaran

28 n
yang baru yang ditentang oleh jemaat. Teologi baru adalah

50 di
38 Su JU
suatu alat yang paling ampuh untuk menciptakan sepa-
13 & DI
ratisme dalam jemaat.”
Ketika sebuah doktrin tetap dipertahankan, sebe-
08 wu NI

narnya ada ideologi yang sudah lama tertanam di dalam


diri pemimpin ataupun organisasi gereja tersebut. Ideologi
Hp ru I

yang dianut dianggap sebagai suatu kebenaran yang


Wa KU

mutlak, sehingga secara otomatis menganggap bahwa


gerejanyalah yang paling benar dan alkitabiah. Ideologi
BU

inilah yang membuat mereka memiliki keberanian untuk


mengadakan perubahan pada setiap gereja yang dipimp-
innya.
an

Pengaruh ideologi bukan hanya ditemukan pada


aw

ranah politik, tetapi juga dalam organisasi gereja atau


keagamaan secara keseluruhan. Menurut Althusser
rm

(Barker, 2006:60) bahwa ideologi ada dalam suatu


De

aparatus dan praktik yang menyertainya terutama


keluarga, sistem keluarga, gereja, dan media massa. Jadi,
ideologi yang dianut itulah membuat pemimpin mampu
Doktrin dalam Gereja 157

mempengaruhi tata cara pelaksanaan baptisan di dalam


gerejanya. Melalui sarana ideologi jauh lebih efektif
dibandingkan dengan perlawanan secara fisik.

a
Cara kerja suatu ideologi sangat mempengaruhi

if
seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Ideologi tidak

ur
dapat dipisahkan dari aktivitas praktis kehidupan, namun
ia adalah fenomena yang bisa dilihat dan dirasakan pada

Ga
setiap aktivitas sehari-hari (Gramsci, 1971:349). Oleh

66 ar AL
sebab itu, setiap aliran dan denominasi gereja yang besar

28 n
50 di
maupun kecil selalu berusaha untuk mempertahankan
38 Su JU
cara pelaksanaan baptisan di gerejanya masing-masing.
13 & DI

Cara ini pun sudah melekat dalam hati dan pikirannya


selama berabad-abad. Metode ini telah menjadi budaya
08 wu NI

dan tradisi gereja setempat.


Hp ru I

Dengan kuasa yang dimiliki maka pemimpin gereja


mampu mempengaruhi dan bahkan memaksa setiap
Wa KU

anggota jemaat untuk mengikuti cara pembaptisan


BU

yang dikehendakinya. Dalam hal ini penulis meminjam


pendapat Max Weber (Budiardjo, 2008:60) sekalipun
bukan seorang teolog tetapi sikap seperti ini menurutnya
adalah kemampuan dalam suatu hubungan sosial,
an

melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami


aw

perlawanan. Sangat disayangkan adanya pemimpin gereja


dewasa ini yang sudah tidak memperlihatkan kelem-
rm

butan, kerendahan hati, rohaniah, dan keteladanan.


De

Pada kaitan yang sama Harold D. Laswell dan


Abraham Kaplan (Budiardjo, 2008:60) dalam rumusan
klasiknya mengatakan: Power is relationship in which one
158 Gereja Pecah

person or group is able to determine the action of another in


the direction of the former’s own ends. (kekuasaan adalah
suatu hubungan di mana seseorang atau sekelompok
orang dapat menentukan tindakan seseorang atau

a
if
kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama). Sebe-
narnya anggota jemaat merasa keberatan menerima

ur
doktrin atau baptisan tertentu. Apalagi yang bersang-

Ga
kutan sudah pernah dibaptis namun karena pengaruh
kuasa pendeta terpaksa mengikutinya. Terlebih lagi ada

66 ar AL
anggapan yang sudah terpatri dalam pikiran jemaat

28 n
50 di
38 Su JU
bahwa melawan pendeta sama dengan melawan Allah.
13 & DI

Apapun bentuk baptisan yang diterima


oleh seseorang tidak memberikan jaminan
08 wu NI

atas keselamatannya. Baptisan percik


dan selam atau banyak air dan sedikit air
Hp ru I

tidak menjamin seseorang masuk sorga.


Wa KU

Dengan adanya perbedaan berbagai doktrin, seperti


BU

doktrin keselamatan dan baptisan tentu menjadi sumber


terjadinya perpecahan dalam agama Kristen. Ketika
doktrin ini yang selalu ditonjolkan sehingga membuatnya
berbeda, maka keharmonisan antara aliran dan denom-
an

inasi gereja tidak akan pernah tercapai. Perdebatan yang


aw

panjang tentang doktrin gereja dapat membuat kualitas


pelayanan pada setiap gereja mengalami kemerosotan.
rm

Marilah kita berbenah dan intropeksi diri dalam rangka


De

mengevaluasi setiap doktrin di gereja kita masing-masing.


Dengan begitu, kesatuan dan persatuan dapat diwu-
judkan sebelum Tuhan Yesus datang kembali.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 159

a
if
ur
BAB VIII

Ga
ALIRAN-ALIRAN GEREJA

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Berbagai aliran gereja sudah berkembang di
Indonesia. Kehadiran aliran ini sebuah cerminan atas
08 wu NI

gereja-gereja yang ada di seluruh dunia. Bertambahnya


aliran gereja maka denominasi gereja pun ikut mengalami
Hp ru I

peningkatan. Apakah pertambahan aliran dan denomi­


Wa KU

­nasi gereja ini menunjukkan peningkatan jumlah orang


BU

Kristen? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka


terlebih dahulu kita melihat sejumlah aliran gereja yang
sudah ada dan berkembang di Indonesia sampai saat ini.
an

A. Aliran Lutheran
Cikal bakal agama Kristen Protestan tentu tidak
aw

terlepas dari reformasi Marthin Luther yang puncaknya


rm

tanggal 31 Oktober 1517. Kendati dia lahir dari keluarga


De

sederhana tanggal 10 Nopember 1483 di Eisleben, namun


semangatnya dalam memperbaharui sistem pelayanan
gereja tidak pernah pudar. Reformasi ini berawal di Witten-

159
160 Gereja Pecah

berg-Jerman pada saat Yohanes Tetzel menjual surat


pengampunan dosa atas perintah Paus Leo X di Roma.
Reformasi yang dilakukannya tidak bertujuan merusak

a
gereja, melainkan untuk mengingatkan Paus agar kembali

if
menerapkan praktek-praktek pelayanan gerejawi sesuai

ur
dengan Alkitab.
Dalam pergumulan dan perjuangan yang cukup

Ga
lama membuat Luther akhirnya dikeluarkan dari

66 ar AL
jabatannya sebagai imam di GKR. Namun dia terus menyu-

28 n
arakan kebenaran yang diyakininya berdasarkan Alkitab.

50 di
38 Su JU
Akibat reformasinya sebagian jemaat dari GKR memis-
13 & DI
ahkan diri kemudian mengikutnya. Kehadiran Luther di
tengah-tengah mereka menjadi sumber inspirasi untuk
08 wu NI

membangun sebuah paradigma baru. Para pengikut


Luther pada akhirnya disebut aliran Lutheran.
Hp ru I

Setelah peristiwa reformasi dan teristimewa ketika


Wa KU

Luther meninggal dunia tanggal 18 Februari 1546, maka


agama Kristen Protestan terpecah-pecah dalam berbagai
BU

aliran dan denominasi gereja sampai saat ini. Memang


sebuah pekerjaan yang sulit untuk menentukan secara
pasti gereja yang beraliran Lutheran secara murni.
an

Walaupun demikian, setidaknya melalui The Lutheran


World Federation (LWF) yang berdiri tahun 1947 dan
aw

Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) yaitu lembaga


rm

pekabaran Injil yang ditangani oleh aliran Lutheran dan


De

Calvinis dapat memberikan petunjuk ciri khas aliran


ini. Beberapa gereja yang menyebut dirinya beraliran
Lutheran sekaligus Calvinis, antara lain: HKBP, GKPS,
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 161

GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, GKPM, BNKP, ONKP,


AMIN, dan sebagainya.

Reformasi Marthin Luther merupakan

a
if
awal perpecahan gereja di seluruh du­
nia. Aliran Lutheran hasil perpecahan

ur
dari Gereja Katolik Roma.

Ga
Beberapa pokok ajaran gereja yang beraliran

66 ar AL
Lutheran secara umum, yaitu:

28 n
a. Berdasarkan pada sola scriptura (hanya oleh

50 di
38 Su JU
Firman Allah), sola gratia (hanya oleh Anugerah),
13 & DI
dan sola fide (hanya oleh Iman).
b. Sakramen terdiri atas dua bagian yaitu Baptisan
08 wu NI

Kudus dan Perjamuan Kudus. Baptisan kudus


setara dengan sunat. Baptisan dilakukan secara
Hp ru I

percik bagi anak-anak atau orang dewasa yang


Wa KU

baru percaya. Perjamuan kudus disebut konsub-


stansiasi yaitu pada saat makan roti dan minum
BU

anggur maka hakikat tubuh dan darah Kristus


hadir dalam diri kita secara nyata.
c. Jabatan gereja ditetapkan oleh Allah sebagai
an

pelaksana fungsi pelayanan Firman dan


aw

Sakramen. Dalam hal ini pendeta melaksanakan


tugas pengajaran dan penggembalaan yang
rm

dibantu oleh penatua, sedangkan diaken untuk


De

pelayanan sosial.
d. Suasana ibadah biasanya dilengkapi dengan lilin
dan salib di altar. Khotbah menjadi pusat ibadah.
162 Gereja Pecah

Nyanyian dan musik pada umumnya memakai


musik Gregorian dan Kidung Jemaat. Namun
saat ini puji-pujian dalam gereja ini sudah

a
banyak mengalami perubahan dan percam-

if
puran dengan musik kontemporer lainnya.

ur
B. Aliran Calvinis

Ga
Aliran Calvinis dipelopori oleh Johannes Calvin (Jean

66 ar AL
Cauvin) yang lahir di Noyon-Perancis Utara tanggal 10 Juli

28 n
1509. Gerakan reformasi diawali di Perancis tahun 1534

50 di
38 Su JU
kendati dia sendiri sebagai anggota GKR. Pengaruh Calvin
13 & DI
terlihat dalam perdebatan konfesional gerejawi sepanjang
abad ke-17, sehingga tradisi ini kemudian dikenal sebagai
08 wu NI

Calvinisme. Calvinisme adalah sebuah sistem teologis


dengan pendekatan kepada kehidupan orang Kristen yang
Hp ru I

menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala


Wa KU

sesuatu.
BU

Kedaulatan Allah merupakan kunci


penting dalam kehidupan orang Kristen.
Allah yang memanggil dan memilih se­
tiap orang untuk percaya kepada-Nya.
an
aw

Aliran Calvinis mulai berkembang melalui peng­


injilan para misionaris abad ke-19 dan 20 di Jerman,
rm

Belanda, Amerika, Korea, Negeria, dan termasuk Indo-


De

nesia yang sering disebut gereja Reformed. Memang jarang


kita menemukan gereja dengan nama Calvinis, tetapi
beberapa gereja yang bercirikan Calvinisme atau dipe­
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 163

ngaruhi oleh paham Calvin telah berkembang di seluruh


wilayah Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti aliran
ini harus didasarkan pada pengakuan pemimpin gereja

a
tersebut. Umumnya gereja ini tidak menggunakan nama

if
Calvin dan juga tidak menganut paham Calvin secara

ur
murni.
Pokok ajaran Calvin tidak jauh berbeda dengan

Ga
Luther. Kedua tokoh gereja ini saling melengkapi satu sama

66 ar AL
lainnya. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya

28 n
masing-masing. Sebagian besar Calvin melengkapi dan

50 di
38 Su JU
memperbaharui ajaran Luther yang masih dipengaruhi
13 & DI
oleh latar belakang kehidupan biarawan di dalam Gereja
Katolik Roma pada waktu itu. Pokok ajarannya dapat
08 wu NI

ditelusuri dalam buku Institutio, yaitu:


1. Alkitab adalah Firman Allah yang satu-satunya
Hp ru I

sumber ajaran gereja yang benar (sola scriptura).


Wa KU

2. Keselamatan diperoleh hanya karena kasih


karunia Allah (sola gratia) melalui iman kepada
BU

Yesus Kristus (sola fide).


3. Predestinasi adalah karya pemilihan Allah atas
orang-orang berdosa berdasarkan anugerah-Nya
an

yang tak terbatas.


aw

4. Hukum Taurat memiliki 3 fungsi utama, yaitu:


menyatakan kehendak Allah, menyadarkan
rm

manusia atas dosanya, dan pedoman bagi


De

manusia yang sudah dibenarkan untuk me­­­


ngatur kehidupannya agar sesuai kehendak
Allah.
164 Gereja Pecah

5. Gereja adalah persekutuan orang yang sudah


diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam
Yesus Kristus, sehingga pemberitaan Firman

a
Allah dan pelayanan sakramen harus dilakukan

if
dengan benar.

ur
6. Jabatan gereja terdiri atas empat, yaitu: pendeta
(gembala), guru, penatua, dan diaken.

Ga
7. Sakramen baptisan kudus dilayankan dalam

66 ar AL
ibadah jemaat secara percik. Baptisan sebagai

28 n
simbol keikutsertaan seseorang dalam kematian

50 di
38 Su JU
dan kebangkitan Kristus. Baptisan tidak menye-
13 & DI
lamatkan serta bukan syarat untuk memperoleh
keselamatan.
08 wu NI

8. Sakramen perjamuan kudus merupakan tanda


yang ditetapkan oleh Allah untuk mengingat
Hp ru I

karya pengorbanan Kristus di kayu salib. Pada


Wa KU

saat perjamuan kudus roti dan anggur tidak


berubah bentuknya, tetapi sebagai simbol dari
BU

tubuh dan darah Yesus Kristus.


9. Puji-pujian yang dipakai di gereja Calvinis adalah
nyanyian Mazmur. Mazmur dipahami sebagai
an

nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah


aw

karena terdapat dalam Alkitab dan ciptaan Roh


Kudus yang ditulis oleh para hamba-hamba-Nya.
rm

Secara singkat pokok ajaran Calvin yang paling


De

populer yaitu doktrin rahmat sebagaimana diuraikan


Baan (2009) dengan singkatan TULIP: Total depravity
yaitu kerusakan total, Unconditional election yaitu pemi-
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 165

lihan tanpa syarat, Limited atonement yaitu penebusan


terbatas, Irresistible grace yaitu anugerah yang tidak dapat
ditolak, dan Perseverance of the saints yaitu ketekunan

a
orang-orang kudus.

if
Dengan melihat sejumlah pokok ajaran di atas

ur
maka gereja yang beraliran Calvinis yaitu: GKPB,
GPIB, GMIT, GKI, GPM, dan sebagainya. Kendati belum

Ga
sepenuhnya menerapkan paham Calvin dalam setiap

66 ar AL
aspek pelayanannya. Berdasarkan pengamatan menun-

28 n
50 di
38 Su JU
jukkan bahwa sebagian besar gereja Calvinis justru
masih mengadopsi ajaran dari gereja lain, yang sebe­
13 & DI

lumnya sangat bertentangan dengan Calvin itu sendiri.

C. Aliran Anglican
08 wu NI

Aliran Anglican atau Church of England merupakan


Hp ru I

salah satu bukti bahwa orang Inggris pernah menjajah


Wa KU

suatu wilayah tertentu di dunia. Perkembangan aliran


ini terasa pada saat kepemimpinan raja Henry VIII (1509-
BU

1547) di Inggris. Dia memisahkan diri dari Gereja Katolik


Roma sekitar tahun 1533 karena konflik dengan Paus
Clemens di Roma. Raja Henry meminta untuk bercerai
an

dengan istrinya Catharina dari Aragon yaitu putri Spanyol


dengan alasan belum memiliki anak laki-laki dari pernika-
aw

hannya. Kemudian meminta kepada Paus agar diijinkan


rm

untuk menikahi pembantunya yang bernama Anne


De

Boleyn. Tentu permintaan ini tidak dikabulkan oleh Paus


karena bertentangan dengan Alkitab.
166 Gereja Pecah

Dalam pendangan Aritonang (2000:86) menegaskan


ada tiga faktor mendasar yang memicu pemisahan dari
Gereja Katolik Roma ke aliran Anglican, yaitu: pertama,

a
hasrat raja untuk mendapatkan anak laki-laki untuk

if
mewarisi tahta; kedua, tumbuhnya perasaan nasionalisme

ur
dan anti-klerikalisme; ketiga, meluasnya gagasan-gagasan
Luther. Dari penegaskan ini membuktikan bahwa akibat

Ga
pengaruh kekuasaan, kepentingan pribadi, dan tujuan

66 ar AL
popularitas menjadi pemicu perpecahan gereja.

28 n
50 di
38 Su JU
Munculnya aliran ini disebabkan oleh
keinginan raja Henry VIIImendapatkan
13 & DI

anak laki-laki untuk mewarisi tahtanya.


Perceraian merupakan jalan yang ha­
08 wu NI

rus ditempuh untuk mencapai sebuah


Hp ru I

keinginannya.
Wa KU

Aliran Anglican di Indonesia secara resmi berdiri pada


tahun 1829 dengan nama British Protestant Community at
BU

Jakarta di Jalan Arif Rahman Hakim sekitar tugu Pak Tani


Jakarta Pusat. Hal ini terwujud melalui London Missionary
Society (LMS) yang mengutus Pdt. W.H. Medhurst pada
an

Januari 1822 yang berlatar belakang gereja Presbyterian.


aw

Selanjutnya Pdt. J.R. Denyes dari Gereja Methodist Epis-


copal Amerika pada tahun 1905-1907 ikut mengambil
rm

bagian dalam memajukan aliran ini, dan sebagainya.


De

Selain di Jakarta ternyata aliran ini berkembang di


Surabaya yang sebagian besar anggotanya orang Inggris.
Kehadirannya diawali pada sebuah yayasan The Congre­
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 167

gation of British Protestans of East Java pada tahun 1928.


Dengan kegigihan dan perjuangan jemaat maka yayasan
ini berhasil membangun gedung gereja pada bulan Mei

a
1931 yang bernama Christ Church. Pada dasarnya aliran

if
ini sangat kompromi dengan berbagai aliran dan denomi­

ur
­nasi gereja yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Untuk bisa membedakan aliran ini maka perlu kita

Ga
melihat beberapa pokok ajaran yang menjadi ciri khasnya,

66 ar AL
yaitu:

28 n
1. Otoritas di dalam gereja terdiri dari 3 unsur,

50 di
38 Su JU
yakni: Alkitab, tradisi, dan akal budi.
13 & DI
2. Inkarnasi yaitu Allah menjadi manusia di dalam
Yesus Kristus. Inkarnasi ini dipahami dalam
08 wu NI

3 pokok penting, yaitu: pertama, sekalipun


manusia tidak berdosa, namun Allah tetap
Hp ru I

berinkarnasi di dalam Yesus Kristus; kedua,


Wa KU

dosa ada karena pemberontakan manusia


kepada Allah; ketiga, gereja harus terbuka ter­­
BU

hadap seluruh pengalaman karena yang baik


dan jahat menjadi sumber pemahaman diri kita
di hadapan Allah.
an

3. Sakramen terdiri atas perjamuan kudus dan


aw

baptisan kudus. Selain itu upacara gerejawi


yang mengandung nilai sakramental (bukan
rm

sakramen) yakni peneguhan sidi, pengakuan


De

dosa, ucapara penahbisan, upacara pernikahan,


dan perminyakan orang sakit. Anak-anak yang
meninggal sebelum dibaptis tidak mendapat
168 Gereja Pecah

hukuman dari Allah. Baptisan dilakukan


secara percik ataupun selam serta menam-
bahkan nama baptis di belakang namanya yang

a
disaksikan oleh bapa dan ibu seraninya.

if
D. Aliran Mennonit

ur
Aliran Mennonit dimulai oleh seorang Pastor dari

Ga
Gereja Katolik Roma yang bernama Menno Simons. Dia
dilahirkan di kota Witmarsum di Friesland Belanda tahun

66 ar AL
28 n
1496 dan meninggal pada 31 Januari 1561. Aliran ini

50 di
38 Su JU
dapat digolongkan dalam kelompok gereja Anabaptis
13 & DI
yang menolak baptisan anak-anak  dan hanya mengakui
baptisan percik dewasa. Perlu disadari bahwa aliran ini
sebagai perpecahan dari aliran gereja Anabaptis yang ada
08 wu NI

di Swiss dan Jerman.


Hp ru I

Berkembangnya aliran Menonit adalah jawaban atas


Wa KU

kekecewaan para pengikutnya terhadap reformasi yang


telah dilakukan oleh Luther di Jerman, Calvin di Perancis,
BU

dan Zwingli di Swiss yang kurang radikal. Ditambah lagi


sikap Jan Matthijs dan pengikutnya dari aliran Anabaptis
di Belanda yang memaksa masyarakat untuk menjadi
an

pengikutnya dengan cara kekerasan serta ancaman


senjata pada saat itu. Jemaat yang tidak setuju dengan
aw

paham Anabaptis keluar menjadi pengikut Menonit.


rm

Sepintas terlihat aliran ini sebuah gerakan reformasi


De

yang menuju demokrasi radikal. Mereka menganut garis


moderat yang anti terhadap kekerasan seperti perang,
perceraian, poligami, perkelahian, dan sebagainya.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 169

Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu


setiap insan manusia tidak diperkenankan menyakiti,
menghakimi, dan menganggap diri lebih baik dari

a
insan yang lain di dunia. Bisa dikatakan aliran ini lebih

if
menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan.

ur
Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi
pejabat kemiliteran, kepolisian, hakim, atau bidang-

Ga
bidang lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan.

66 ar AL
Anggotanya selalu dianjurkan untuk berbuat baik dengan

28 n
berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu “Khotbah

50 di
38 Su JU
di Bukit”.
13 & DI
Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan
demokrasi radikal. Menurut Mouffe (1984:143) sebagai
08 wu NI

pewaris Althusser serta membandingkannya dengan teori


hegemoni Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal
Hp ru I

bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat di mana


Wa KU

semua orang, apa pun jenis kelaminnya, ras, dan posisi


ekonomis, akan berada pada situasi efektif kesetaraan
BU

dan partisipasi di mana tidak ada basis bagi diskriminasi.


Jadi, persamaan derajat dan hak hidup bagi manusia
menjadi prioritas utama dalam aliran Menonit.
an

Kekerasan dan penindasan ­ bukanlah


aw

ciri khas sebuah gereja. Perbuatan baik


rm

menjadi kunci sukses dan identitas


orang Kristen yang benar. Kehadiran
De

orang Kristen membawa suasana keda­


maian dan ketentraman.
170 Gereja Pecah

Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskrim-


inasi, tetapi di sisi lain mereka konflik dengan Luther,
Calvin, dan Anabaptis. Yang paling menonjol yaitu adanya

a
perubahan konsep dan logika berpikir tentang pelak-

if
sanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan bagi orang

ur
dewasa secara percik. Selain dewasa secara jasmani juga
harus dewasa secara rohani. Seseorang yang dewasa

Ga
secara jasmani belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa

66 ar AL
secara rohani berarti sungguh-sungguh menerima pang-

28 n
gilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku sesuai

50 di
38 Su JU
kehendak Allah.
13 & DI
Walaupun baptisan percik dewasa dilaksanakan
di gereja ini, namun mereka tidak menggunakan istilah
08 wu NI

sakramen baptisan melainkan penetapan baptisan.


Pemakaian istilah ini menunjukkan bukan hanya pendeta
Hp ru I

yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi,


Wa KU

tetapi anggota jemaat pun bisa melaksanakannya. Oleh


sebab itu, sifat sakramental dari setiap upacara gerejawi
BU

ditiadakan. Beberapa ketetapan yang patut dilaksanakan


oleh aliran ini menurut Aritonang (2000:121-122) yaitu:
Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan kaki,
an

kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi


aw

wanita) pada kebaktian, perkawinan, dan penumpangan


tangan pada penahbisan.
rm

Akibat doktrin yang berbeda maka mereka dicap


De

sebagai aliran sesat. Pemerintah maupun masyarakat


yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 171

di wilayah tersebut. Di balik penderitaan yang mereka


alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan
ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain

a
Belanda yaitu Rusia, Amerika, Canada, Mexico, Indo-

if
nesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk

ur
menerimanya.
Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama

Ga
Mennonit. Awalnya mereka disebut sebagai kelompok

66 ar AL
“Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melak-

28 n
50 di
38 Su JU
sanakan pembaptisan dewasa secara percik. Aliran ini di
Belanda memakai nama Doopsgezinden, Ethiopia dikenal
13 & DI

dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang dile-


takkan Kristus, dan di Indonesia memakai nama gereja
08 wu NI

sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran


Hp ru I

tersebut.
Perkembangannya di Indonesia dimulai dari desa
Wa KU

Cumbring Jepara. Pernah ada di Sumatera Barat dan


BU

Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran


karena berada di bawah jajahan kolonial Hindia-Belanda
pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854 dilak-
sanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa
an

Cumbring oleh Zendeling Pieter Jansz. Beberapa tahun


aw

kemudian aliran ini berkembang secara signifikan dengan


rm

membentuk tiga sinode besar, yaitu: Gereja Kristen Muria


Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), dan
De

Jemaat Kristen Indonesia (JKI).


172 Gereja Pecah

E. Aliran Baptis
Aliran Baptis muncul sekitar awal abad ke-16 setelah
reformasi Luther. Kehadiran aliran ini erat hubungannya

a
dengan gerakan Anabaptis yaitu aliran yang membaptis

if
ulang orang Kristen secara selam kendati sudah pernah

ur
dibaptis secara percik pada saat masih bayi ataupun
dewasa. Pada waktu itu Smyth dan rekan-rekannya

Ga
ditindas oleh pemerintah Inggris karena dianggap sebagai

66 ar AL
pembawa aliran sesat dalam gereja dan Negara. Mereka

28 n
mengungsi ke Belanda dan bergabung dengan aliran

50 di
38 Su JU
Mennonit pada tahun 1607. Jadi, aliran ini dipelopori oleh
13 & DI
John Smyth yang berasal dari gereja Anglican di Inggris.
Kemudian pada tahun 1609 Smyth dan rekan-
08 wu NI

rekannya kembali menerima baptisan selam (baptisan


ulang) di Belanda. Peristiwa pembaptisan ulang inilah
Hp ru I

menjadi cikal bakal terbentuknya jemaat Baptis Inggris


Wa KU

yang pertama di Amsterdam. Awalnya mereka berkomitmen


tinggal di Belanda, tetapi beberapa penduduk di sana
BU

menolaknya. Pada akhirnya mereka kembali ke Inggris


mendirikan aliran Baptis pertama pada tahun 1912.
Perkembangan aliran Baptis di luar negeri terjadi
an

tahun 1640 pada masa pemerintahan Oliver Cromwell.


aw

Keberadaannya di Indonesia melalui pelayanan dan


penginjilan Jabez Carey di Maluku pada tahun 1814.
rm

Penginjilan Carey hanya sampai tahun 1818 yang


De

kemudian melanjutkan penginjilan ke India. Kehadi­


rannya di Maluku tidak diterima oleh kalangan orang
yang sudah menjadi Kristen karena berusaha memprak-
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 173

tekan baptisan selam dewasa. Mereka hanya menerima


konsep teologi yang diterapkan oleh Joseph Kam utusan
NZG yang mempraktekkan baptisan anak secara percik

a
sesuai dengan paham Calvinis.

if
Perkembangan aliran Baptis di Indonesia kembali

ur
dimulai melalui penginjil Richard Burton dan secara
khusus Nathaniel Ward yang bertahan di Padang-Su-

Ga
matera Barat sampai meninggal pada tahun 1850. Sejak itu

66 ar AL
beberapa misionaris gereja Baptis dari luar negeri maupun

28 n
orang pribumi tetap melanjutkan misinya untuk member-

50 di
38 Su JU
itakan Injil sampai saat ini. Terbukti sejumlah organisasi
13 & DI
gereja Baptis telah berkembang dalam beberapa denomi­
­nasi, antara lain: Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian
08 wu NI

Jaya (PGBIJ), Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI),


Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI), Kera-
Hp ru I

patan Gereja Baptis Indonesia (KGBI), Gereja Baptis


Wa KU

Independent di Indonesia (GBII), Sinode Gereja Kristen


Baptist Jakarta (SGKBJ), dan masih banyak lagi denom-
BU

inasi gereja-gereja Baptis yang masih terus berkembang.


Beberapa pokok ajaran aliran gereja ini sehingga
memiliki perbedaan dengan aliran atau denominasi lain,
an

yaitu:
aw

1. Alkitab adalah Firman Allah yang dijadikan


sumber hidup orang Kristen, dasar ajaran,
rm

dan pedoman berperilaku. Mereka memiliki


De

kebebasan menafsirkan Alkitab secara funda-


mentalis, liberal, maupun modernis. Perbedaan
dalam penafsiran sering menjadi kontroversial
174 Gereja Pecah

yang berakhir pada pertikaian dan perpecahan


dalam denominasi gereja baptis itu sendiri.
2. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang

a
sudah dibersihkan dosanya melalui baptisan

if
selam dewasa dan diselamatkan oleh pengor-
banan Yesus Kristus.

ur
3. Sakramen terdiri atas Perjamuan Kudus

Ga
dan Baptisan Kudus. Perjamuan kudus
adalah upacara simbolik untuk mengenang

66 ar AL
28 n
pengorbanan dan kematian Yesus Kristus.

50 di
38 Su JU
Menyelenggarakan baptisan ulang terhadap
orang yang sudah dibaptis percik pada usia bayi
13 & DI

atau dewasa.
4. Pemerintahan gereja bersifat otonom dan
08 wu NI

demokratis. Gereja tidak boleh tunduk di bawah


perintah badan atau organisasi mana pun, tetapi
Hp ru I

hanya tunduk kepada Yesus Kristus kepala


Wa KU

Gereja.
5. Gereja harus terpisah dari negara dan negara
BU

juga menjamin kebebasan dalam beragama.


Pada umumnya aliran Baptis kurang bergaul dengan
denominasi gereja lain karena menganggap doktrin,
an

pokok ajaran, serta perbedaan-perbedaan lainnya akan


aw

mengganggu misi pelayanan mereka. Mereka cenderung


membentuk kelompoknya sendiri. Sikap eksklusif gereja
rm

ini terjadi juga di Indonesia. Kondisi inilah yang menun-


De

jukkan keberadaan serta perkembangan gereja yang


beraliran Baptis di luar negeri tidak jauh berbeda dengan
yang ada di Indonesia.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 175

F. Aliran Methodist
Aliran Methodist diprakarsai oleh tokoh utamanya
yaitu John Wesley dan Charles Wesley di Inggris pada

a
abad ke-18. Keduanya putra seorang pendeta yang aktif

if
di gereja Anglican. Pelayanan mereka mengalami pasang

ur
surut. Namun John Wesley tetap bersemangat karena
dipengaruhi oleh gerakan Pietis (kesalehan) yang sedang

Ga
berkembang pada waktu itu. Awalnya aliran ini terbentuk

66 ar AL
lewat persekutuan-persekutuan kecil (Camp Meeting)

28 n
tetapi bukan dalam bentuk aliran Methodist.

50 di
38 Su JU
Menurut Haskins (1992:72) bahwa aliran Metho­dist
13 & DI
sudah mulai terasa keberadaannya sejak tahun 1787.
Kendati demikian, perkembanganya secara terbuka
08 wu NI

baru terjadi setelah John Wesley meninggal dunia pada


tahun 1791. Aliran ini disebut Methodist setelah seluruh
Hp ru I

pengikut Wesley memisahkan diri dari Gereja Anglican


Wa KU

sekitar tahun 1795. Keberadaannya di Inggris menandai


bangkitnya semangat kebangunan rohani (Revival) di
BU

seluruh dunia. Tentunya perkembangan ini bukan saja


terjadi di Amerika tetapi di beberapa negara lainnya
seperti Indonesia.
an

Perkembangannya aliran ini di Indonesia berkat


aw

pelayanan misionaris J.R. Denyes dari Singapura datang


ke Bogor tahun 1905. Strategi pelayanannya dimulai
rm

dengan membuka kursus bahasa Inggris dan sekolah


De

(Anglo-Chinese School) sehingga beberapa orang mulai


bergabung. Kemudian George F. Pykett seorang misionaris
Metodist dari Malaysia yang mengutus Salomon Pakhia­
176 Gereja Pecah

natan ke Sumatera Timur tahun 1908 khususnya daerah


sungai Asahan. Ketika berada di sana sebagian besar
annggota jemaatnya berasal dari Huria Kristen Batak

a
Protestan (HKBP). Selain itu, beberapa orang Tionghoa

if
dari Malaysia dan Singapura pergi ke Kalimantan sekitar

ur
tahun 1906 untuk menyebarkan aliran ini.
Daerah Sumatera merupakan yang paling berhasil

Ga
dalam misi ini. Sementara daerah lain masih mengalami

66 ar AL
kemunduran yang disebabkan oleh faktor keuangan dan

28 n
kurangnya simpati masyarakat karena telah menjadi

50 di
38 Su JU
orang Kristen sudah cukup lama. Kendati demikian,
13 & DI
adapun keberhasilan pelayanan yang boleh diraih yaitu
berdirinya beberapa Gereja Methodis Indonesia (GMI),
08 wu NI

Universitas Methodist Indonesia di Medan, rumah sakit


Methodist, dan Institut Theologia Alkitabiah di Sibolan-
Hp ru I

git-Sumatera Utara.
Wa KU

Beberapa pokok ajarannya yang paling menonjol


dengan berpedoman pada tulisan-tulisan John Wesley,
BU

yaitu:
a. Kelahiran kembali adalah dasar untuk menjadi
orang Kristen. Kelahiran kembali dikerjakan
an

oleh Allah tetapi manusia juga harus memiliki


aw

inisiatif untuk bertobat dari dosa-dosanya serta


bertekad untuk hidup kudus.
rm

b. Kesaksian Roh Kudus memberikan kepastian


De

bahwa setiap pribadi orang Kristen adalah


anak-anak Allah yang telah menerima kesela-
matan kekal melalui Yesus Kristus.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 177

c. Keselamatan dan penebusan dari Yesus Kristus


berlaku bagi semua orang yang mau meneri-
manya.

a
d. Orang yang sudah selamat kemungkinan akan

if
kehilangan kasih karunia Allah sebagai akibat

ur
dari ketidaktaatannya kepada Allah.
e. Kesucian hidup orang Kristen merupakan tujuan

Ga
akhir yang harus dicapai sebelum Kristus datang

66 ar AL
kembali.

28 n
50 di
38 Su JU
f. Penginjilan merupakan tugas utama dalam
mengobarkan kebangunan rohani dan semangat
13 & DI

menginjili semua orang.


g. Orang Kristen dapat bersumpah di depan umum
08 wu NI

asalkan sesuai dengan iman, kasih, dan kebe-


Hp ru I

naran.
Wa KU

G. Aliran Pentakosta
Aliran Pentakosta pertama sekali berkembang di
BU

Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1906. Aliran ini


dipelopori oleh Ch. F. Parham pada tahun 1900 yang
memaksakan diri keluar dari aliran Methodis serta ingin
an

membentuk organisasi gereja baru pada saat itu. Dasar


pemahamannya untuk membentuk aliran gereja baru
aw

yang bertitik tolak pada eskatologi, baptisan Roh Kudus,


rm

dan karunia berbahasa lidah. Berdasarkan pengakuan


De

mereka bahwa gereja Pentakosta adalah gereja yang


penuh Roh Kudus. Kata Pentakosta berasal dari bahasa
Yunani yang artinya “hari ke lima puluh”.
178 Gereja Pecah

Aliran ini masuk ke Indonesia dengan nama Gereja


Pantekosta di Indonesia (GPdI) yang dahulu bernama
Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost

a
Indie. Selain GPdI ada juga Jemaat Pantekosta di Indo-

if
nesia (JPI). Aliran ini diawali oleh dua orang misionaris

ur
dari Amerika keturunan Belanda, yaitu Pdt. Van Klaveren
dan Pdt. Groesbeek pada tahun 1921. Mereka diutus oleh

Ga
Pdt. W.H. Offiler dari Bethel Pentacostal Temple Inc, Wash-

66 ar AL
ington, Amerika Serikat.

28 n
Kedua misionaris di atas pertama sekali tiba di

50 di
38 Su JU
Jakarta pada bulan Maret 1921 dengan menumpang
13 & DI
kapal laut KM Suwa Maru bersama keluarganya. Selan-
jutnya mereka langsung menuju pulau Bali untuk misi
08 wu NI

pemberitaan Injil. Kehadiran mereka di Bali dilarang oleh


pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu, sehingga pada
Hp ru I

bulan Desember 1922 mereka kembali ke pulau Jawa. Di


Wa KU

pulau Jawalah secara khusus Surabaya, Temanggung,


dan Cepu aliran ini berkembang secara luar biasa.
BU

Gereja yang benar adalah gereja yang


taat pada ketetapan Allah dan fir­
an

man-Nya. Kunci utama dalam keberhas­


ilan pelayanan yaitu kerendahan hati
aw

serta ketulusan berdasarkan Alkitab.


rm

Dalam analisis Aritonang dalam bukunya Berbagai


De

Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja telah menguraikan


ajaran gereja ini secara mendalam. Beberapa pokok
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 179

pemahaman yang paling mendasar sebagaimana penulis


diuraikan berikut ini:
1. Alkitab sebagai Firman Allah yang diil-

a
hamkan Allah kepada manusia sehingga tidak

if
mengandung kesalahan dan dapat menjadi tata

ur
tertib bagi perilaku manusia.
2. Allah yang benar dan hidup dinyatakan dalam

Ga
tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

66 ar AL
3. Keselamatan adalah kasih karunia Allah yang

28 n
ditawarkan kepada manusia melalui penyesalan

50 di
38 Su JU
dan pengampunan dosa kepada Allah di dalam
13 & DI
Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui
permandian kelahiran kembali dan pembaruan
08 wu NI

oleh Roh Kudus yang dapat dibuktikan secara


batiniah dan lahiriah.
Hp ru I

1. Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu bapti­


Wa KU

san air dan baptisan Roh. Baptisan air yaitu


­
lambang kematian dan penguburan dosa
BU

ma­­­­­nusia dengan cara diselamkan. Baptisan


Roh yaitu baptisan yang dijanjikan oleh Bapa
sesuai de­
ngan perintah Tuhan Yesus. Setiap
an

orang yang menerimanya beroleh kuasa untuk


aw

hidup dan melayani dengan karunia-karunianya


masing-masing.
rm

2. Berbahasa lidah (glossolalia) yaitu kemampuan


De

yang diberikan Allah kepada para rasul yang


tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul 2:4 dan 1
Korintus 12:4-10, 28.
180 Gereja Pecah

3. Perjamuan Kudus yaitu perjamuan yang terdiri


dari roti dan anggur, sebagai lambang keikut-
sertaan di dalam pengorbanan Yesus Kristus

a
serta mengingat nubuat kedatangan-Nya yang

if
kedua kali.

ur
4. Kesucian hidup, yaitu setiap manusia dituntut
untuk hidup suci dan taat Firman Allah sehingga

Ga
pada akhirnya bisa melihat Allah.

66 ar AL
5. Penyembuhan ilahi, yaitu karunia Roh yang

28 n
diterima oleh seseorang sehingga sembuh

50 di
38 Su JU
atau mampu menyembuhkan orang lain yang
13 & DI
percaya kepada Yesus atas segala penyakit
tanpa bantuan ilmu kedokteran.
08 wu NI

6. Akhir zaman, yaitu sebagai penganut mile-


narisme meyakini bahwa Yesus Kristus akan
Hp ru I

datang kembali dan memerintah dalam kerajaan


Wa KU

seribu tahun di dunia ini dan kembali berdi-


rinya negara Israel di Yerusalem. Adanya langit
BU

dan bumi baru yang dinikmati oleh orang yang


sudah selamat.
7. Gereja, yaitu tubuh Kristus di mana Allah
berdiam melalui Roh-Nya.
an

8. Ibadah dan upacara gerejawi, yaitu tata


aw

ibadahnya tidak baku dan tidak ditetapkan


nats atau tema khotbah karena dianggap meng-
rm

hambat pekerjaan Roh Kudus, sehingga khotbah


De

berlangsung secara spontan. Adanya kesaksian


pribadi di altar, sehingga bersedia untuk menjadi
pelayanan di gereja tersebut.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 181

Berdasarkan pemahaman di atas menunjukkan


bahwa aliran pentakosta memiliki pandangan terhadap
dunia yang transrasional. Meskipun mereka sangat

a
memperhatikan ortodoksi yaitu keyakinan yang benar,

if
tetapi mereka juga menekankan ortopati yaitu perasaan

ur
yang benar, dan ortopraksis yaitu tindakan yang benar.
Untuk menemukan keeksistensi aliran ini sangat mudah

Ga
mengingat setiap denominasi gerejanya memakai nama

66 ar AL
Pentakosta. Gereja ini bersifat otonom di mana pendeta

28 n
50 di
38 Su JU
berhak mengatur dan memegang kekuasaan tertinggi.

H. Aliran Kharismatik
13 & DI

Pada dasarnya aliran Kharismatik memiliki ciri


khas yang hampir sama dengan aliran Pentakosta.
08 wu NI

Secara khusus dalam hal karunia Roh seperti bahasa


Hp ru I

lidah, nubuat, dan lain-lain. Kharismatik adalah sebuah


Wa KU

istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan dirinya


sebagai gereja yang percaya pada manifestasi Roh Kudus.
BU

Kata karismatik berasal dari sebuah kata Yunani charis


yang berarti kasih karunia. Anggotanya sebagian besar
dari denominasi gereja Katolik, gereja ortodoks, dan
an

gereja Protestan yang telah memisahkan diri dari gereja


induknya.
aw

Memang sangat sulit menentukan kapan dan di


rm

mana tepatnya aliran ini mulai muncul. Akan tetapi,


De

Dennis Bennett seorang pendeta dari Gereja Episkopal


St. Markus di kota Van Nuys, Los Angeles Amerika
Serikat disebut sebagai pionir dari gerakan ini. Sekitar
182 Gereja Pecah

tahun 1960 dia mengumumkan kepada jemaatnya telah


menerima pencurahan Roh Kudus. Setelah itu dia dipecat
dan pindah melayani di Vancouver dalam lokakarya serta

a
beberapa seminar mengenai karya Roh Kudus.

if
Dengan semangat yang berkobar-kobar puluhan

ur
ribu anggota gereja Anglikan di seluruh dunia terbius
dan terpengaruh pada ajaran Bennett. Secara langsung

Ga
maupun tidak langsung banyak orang yang menjadi pengi-

66 ar AL
kutnya. Sebagian orang yang tidak setuju atas ajarannya

28 n
keluar dengan membentuk aliran gereja baru lagi atau

50 di
38 Su JU
bergabung kembali ke gerejanya yang lama. Perpecahan
13 & DI
dalam gereja pun tak terhindarkan.

Pergunakanlah talenta-talenta yang


08 wu NI

diberikan Allah untuk memberitakan


Hp ru I

karya keselamatan dari-Nya, tetapi bu­


kan untuk membinasakan aliran atau
Wa KU

denominasi gereja lainnya.


BU

Pelayanan Bennet yang berorientasi pada baptisan


Roh dan bahasa lidah bagaikan sebuah “iklan” yang
mempromosikan doktrin dan ideologi baru dalam gereja
an

pada saat itu. Pada tataran konsep berpikir seperti ini


aw

baptisan Roh dan bahasa roh menjadi magnet untuk


mengikat para pengikutnya. Mereka harus memiliki
rm

karunia-karunia berbahasa roh, bernubuat, dan se­­­


ba­
De

gainya. Orang yang tidak memiliki salah satu karunia


itu dianggap belum mengalami kuasa Tuhan dan bukan
orang Kristen sejati tentunya.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 183

I. Aliran Injili
Gereja yang beraliran Evangelical (Injili) merupakan
produk dari negara Amerika dan Eropa melalui pelayanan

a
dari beberapa misionaris. Sejak tahun 1930-an para

if
pemimpin aliran ini lebih suka menggunakan istilah Injili

ur
daripada Protestan. Penggunaan istilah Injili tentu tidak
terlepas dari pengaruh European Evangelical Alliance yang

Ga
sudah terbentuk di Inggris sejak tahun 1842. Memang

66 ar AL
perkembangannya baru terasa sekitar tahun 1950 ya­­­­ng

28 n
meliputi Amerika, Jerman, Belanda, dan kemudian

50 di
38 Su JU
­Indonesia.
13 & DI

Beritakanlah Injil tanpa mengenal lelah,


maka Tuhan pasti memperhitungkan
08 wu NI

jerih payahmu. Satu jiwa mendengar­


Hp ru I

kan Injil dan diselamatkan maka sorga


pun bersukacita.
Wa KU

Keberadaan aliran ini di Indonesia ditandai dengan


BU

berdirinya Institut Injili Indonesia (I-3) di Malang pada


tahun 1959 yang didukung oleh gerakan Injili dari
Jerman. Kemudian Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
an

di Indonesia (YPPII) yang didirikan pada tahun 1961 dan


aw

Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di kota Malang.


Lembaga penginjilan lain yang termasuk dalam gerakan
rm

Injili seperti Christian and Missionary Alliance (CMA atau


De

CAMA) yang menganut gerakan kesucian.


Salah satu tokoh utama CMA atau CAMA yang
pernah tinggal di Indonesia yaitu R.A. Jaffray (1873-1945).
184 Gereja Pecah

Hasil pelayanannya telah mendirikan sekolah teologi dan


sejumlah gereja yang masuk dalam rumpun Injili seperti
Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII). Selain GKII masih

a
banyak lagi gereja yang beraliran Injili dengan memakai

if
nama lain bahkan memakai istilah Injili Reformed.

ur
Sebagian besar gereja Injili ini sudah banyak berinovasi
sesuai konteks jamannya serta mengadopsi paham dari

Ga
berbagai aliran dan denominasi gereja lain yang ada di

66 ar AL
sekitarnya.

28 n
50 di
38 Su JU
J. Aliran Bala Keselamatan
13 & DI
Bala Keselamatan dalam bahasa Inggris disebut
Salvation Army. Pada awal berdirinya aliran ini bukan
sebuah organisasi gereja melainkan hanya berupa orga­
08 wu NI

nisasi sosial. Pelayanan sosialnya yang terkenal yaitu


Hp ru I

membuka rumah sakit dan panti-panti asuhan. William


Wa KU

Booth seorang pendeta dari aliran Metodist sebagai


pelopor utamanya. Dia lahir di Nottingham-Inggris pada
BU

tahun 1829 dalam sebuah keluarga kontraktor yang


jatuh bangkrut. Melalui pengalaman inilah dia sadar
bahwa kehidupan orang miskin seringkali mengalami
an

penghinaan dari orang-orang kaya karena memiliki nilai


ekonomi mapan.
aw

Dalam mengatasi berbagai keterpurukan nilai sosial


rm

dan kemiskinan inilah, maka pada tahun 1865 dia ber­­


De

khotbah kepada sekumpulan anak jalanan dan beberapa


pub di London. Kemudian tahun 1878 memberi nama
gerakan ini sebagai “Misi Kristen”, yang selanjutnya
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 185

diganti menjadi “Bala Keselamatan”. Seiring bertam-


bahnya penganut paham ini, kemudian misi ini berubah
menjadi Gereja Bala Keselamatan (GBK). Kehadiran GBK

a
menambah daftar panjang pertambahan aliran gereja

if
baru di dunia termasuk di Indonesia.

ur
Aliran ini mulai berkembang di Pulau Jawa
pada tahun 1894 oleh Staf Kapten J.G. Brouwer dan

Ga
Letnan Muda A. van Emmerik berkebangsaan Belanda.

66 ar AL
Pelayanan mereka mulai bergerak di bidang pelayanan

28 n
sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, dan sekolah.

50 di
38 Su JU
Pelayanan sosial ini berubah dan berkembang sehingga
13 & DI
mendirikan beberapa gereja di seluruh kota-kota besar
di Indonesia seperti Jawa Tengah, Semarang, Bandung,
08 wu NI

Jakarta, Bali, Sulawesi Tengah, Sumatera, Maluku, NTT,


dan sebagainya.
Hp ru I

Melayani sesama dengan harta milik


Wa KU

adalah kewajiban orang Kristen. Bukti


BU

seseorang kaya apabila dia memberi­


kan bantuan dan menolong sesamanya
yang sedang membutuhkan.
an

Aliran GBK memiliki prinsip hidup sebagai pejuang


aw

kebenaran Allah. Dalam struktur kepangkatannya


dimulai dari Jamaat disebut prajurit; Majelis disebut
rm

sersan; pendeta disebut kapten, mayor, letnan kolonel,


De

dan lain-lain. Pemimpin tertinggi di dunia berpangkat


jenderal yaitu Linda`Bond berkebangsaan Kanada yang
berkedudukan di London, Inggris. Sedangkan pemimpin
186 Gereja Pecah

tertingginya di Indonesia berpangkat komisaris. Untuk


mendapatkan pangkat kapten ke mayor harus melakukan
pelayanan selama 10 tahun. Pangkat mayor sampai

a
jenderal adalah pangkat yang diperoleh berdasarkan

if
prestasi atau anugerah Tuhan bagi orang tersebut.

ur
Di balik simbol kemiliteran yang dikenakan, ada
beberapa pokok penting yang selalu ditekankan dalam

Ga
pelayanannya. Pertama, pertobatan adalah sesuatu yang

66 ar AL
mutlak dalam kehidupan orang Kristen. Kedua, setelah

28 n
pertobatan orang cenderung tetap berdosa, tetapi Allah

50 di
38 Su JU
menawarkan kesempurnaan dan anugerah kepada umat-
13 & DI
Nya, sehingga terjalin kasih antara Allah dengan manusia
dan manusia dengan Allah. Oleh sebab itu, praktek
08 wu NI

pelayanan gereja ini selalu menciptakan suasana Kristen


yang tidak terlalu “menggereja”. Liturginya tidak terlalu
Hp ru I

kaku sehingga terbuka bagi orang-orang miskin dan orang


Wa KU

yang sedang terpuruk dalam berbagai masalahnya.


Mereka tidak menyelenggarakan sakramen per-
BU

jamuan kudus dan baptisan kudus. Sakramen perjamuan


kudus tidak dilakukan dengan alasan un­tuk menghindari
anggota jemaatnya minum alkohol. Sedangkan sakramen
an

baptisan kudus dilambangkan dengan pentahbisan yang


aw

disertai janji iman yang sungguh-sungguh di hadapan


Tuhan dan jemaatnya. Segala aktivitas pelayanan ge-
rm

reja dipandang suci sehingga hanya Allah yang mampu


De

melakukannya. Jadi, GBK hanya mengakui baptisan


kudus yang dilakukan oleh Roh Kudus atau baptisan Roh
Kudus.
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 187

K. Aliran Adventis
Aliran Adventis yang mudah kita kenal yaitu Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Ciri khas ibadah

a
gereja ini sangat mudah kita kenal yaitu melaksanakan

if
kegiatan ibadah raya setiap hari Sabtu. Sistem peribadatan

ur
mereka berbeda dengan gereja Kristen pada umumnya.
Hari Sabtu merupakan hari Sabath (perhentian) yang

Ga
ditetapkan oleh Tuhan sesuai dengan kebenaran Alkitab.

66 ar AL
Aliran gereja ini berkembang pesat di bawah kepe­

28 n
mimpinan Ellen Gould Harmon White (Ellen G. White) di

50 di
38 Su JU
Portland sekitar 22 Oktober 1844. Memang ada beberapa
13 & DI
tokoh Advent sebelumnya seperti William Miller (1782-
1849), Hiram Edson (1806-1882), dan Joseph Bates
08 wu NI

(1792-1872). Kendati mereka sudah ada sebelum Ellen,


tetapi pengaruh mereka sangat kecil terhadap perkem-
Hp ru I

bangan aliran ini. Keempat tokoh ini menegaskan bahwa


Wa KU

akhir zaman merupakan kedatangan Yesus Kristus kedua


kali. Mereka berani menentukan tempat dan waktu
BU

kedatangan Yesus Kristus berdasarkan perhitungan yang


mereka lakukan. Perlu diketahui bahwa semua ramalan
atau penglihatan yang mereka lakukan selama berta-
an

hun-tahun belum pernah terjadi sampai detik ini.


aw

Perkembangan aliran ini di Indonesia mulai terasa


sejak 1 Januari 1900 melalui kehadiran Ralph Waldo
rm

Munson di Padang-Sumatera Barat. Munson merupakan


De

seorang misionaris Metodis dari Singapura. Ketika berobat


ke rumah sakit Adventis di Amerika, dia mengalami
kesembuhan sehingga memilih menjadi anggota Adventis.
188 Gereja Pecah

Pengalaman mujizat kesembuhan itu menjadi sarana


dalam pelayanannya.

Yesus Kristus adalah dokter di atas

a
if
segala dokter dan tabib di atas segala
tabib. Yesus sumber kesembuhan bagi

ur
manusia yang sakit karena dosa dan
segala jenis penyakit lainnya.

Ga
66 ar AL
Kendati mujizat itu sering dijadikan sarana dalam

28 n
pelayananya, tetapi di Padang kurang berhasil karena

50 di
38 Su JU
mengalami hambatan dari aliran gereja yang sudah ada.
13 & DI
Kemudian pindah ke Medan, Sumatera Utara bersama
misionaris dari Australia. Dia pindah lagi ke pulau Jawa
08 wu NI

yang pada akhirnya kembali ke Amerika. Kemudian dilan-


jutkan oleh beberapa misionaris dari Australia, Belanda,
Hp ru I

Amerika, dan Indonesia seperti M.E. Direja Samuel


Wa KU

Rantung, J.J. Merukh, dan sebagainya. Mereka terus


berjuang menyebarluaskan ajaran Adventis ke seluruh
BU

wilayah Indonesia sampai sekarang.


Pokok ajaran yang mudah dikenal pada aliran
ini ditunjukkan melalui etika kehidupan. Pada setiap
an

lingkungan masyarakat yang mereka tempati harus


aw

menunjukkan sikap integritas sebagai warga gereja


yang baik dan mengusahakan kesejahteraan semua
rm

orang. Setiap jemaat dilarang merusak tubuhnya, seperti


De

membuat tato, melubangi daun telinga pada laki-laki, dan


sebagainya. Peraturan ini didasarkan pada ucapan rasul
Paulus terdapat pada 1 Korintus 6:19 yang berkata: “Atau
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 189

tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh


Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu
peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu

a
sendiri?”

if
Kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa aliran

ur
Advent menekankan tentang kekudusan hidup sebagai
orang yang telah menerima kuasa Roh Kudus. Seluruh

Ga
anggota tubuh yang diciptakan oleh Allah harus dijaga.

66 ar AL
Demi menjaga kekudusan tubuhnya maka mewajibkan

28 n
50 di
38 Su JU
anggotanya untuk vegetarianisme. Kepatuhan terhadap
hukum halal-haram berdasarkan pada kitab Imamat.
13 & DI

Setiap warga jemaat tidak diperbolehkan makan daging


babi, kerang, dan makanan lain yang digolongkan sebagai
08 wu NI

“makanan haram”. Gereja mencegah anggotanya dari


Hp ru I

penggunaan alkohol, tembakau, obat terlarang, kopi, teh,


minuman yang mengandung kafein, dan lain sebagainya.
Wa KU

L. Aliran Saksi Jehova


BU

Tokoh utama berdirinya aliran Saksi Jehova yaitu


Charles Taze Russell yang lahir pada tahun 1852. Awalnya
dia merupakan anggota jemaat dari gereja Presbyterian
an

Skotland-Irlandia dan kemudian bergabung dengan aliran


Adventis. Setelah itu, dia menjadi pemimpin ter­
tinggi
aw

(presiden) pertama aliran Saksi Jehova tahun 1879


rm

sampai dia meninggal tahun 1916. Selanjutnya presiden


De

yang lain seperti Joseph F. Rutherford (1917-1942) berasal


dari Gereja Baptis-Morgan, Nathan R. Knorr (1942-1977)
berasal dari Gereja Reformed Belanda, Frederick W. Franz
190 Gereja Pecah

(1977-1992), dan Milton G. Henschel. Semua pemimpinnya


berpendidikan tinggi yang berasal dari berbagai univer-
sitas ternama di negaranya masing-masing.

a
Aliran ini diorganisir secara internasional yang lebih

if
dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah’s Witnesses atau

ur
Jehovas Zeugen. Komunitas mereka juga dikenal dengan
sebutan “Menara Pengawal” atau “Persekutuan Saksi

Ga
Jehova”. Menurut Aritonang (2000:317) bahwa kemu-

66 ar AL
nculan aliran ini bermula dari aliran Adventis di mana

28 n
pokok-pokok ajarannya pun hampir sama dengan ajaran

50 di
38 Su JU
Adventis. Kantor pusat mereka berada di Brooklyn, New
13 & DI
York, Amerika Serikat.
Aliran Saksi Jehova tidak menyebut dirinya sebagai
08 wu NI

gereja tetapi hanya berupa persekutuan, walaupun misinya


sama dengan aliran gereja pada umumnya. Mereka selalu
Hp ru I

mengunjungi rumah masyarakat Kristen dan non-Kristen


Wa KU

sebagai strategi dalam menyebarkan ajarannya. Yang


paling sering dan mudah mereka jangkau adalah orang
BU

yang sudah beragama Kristen. Mereka suka berdiskusi


dan bahkan selalu berdebat seputar kekristenan. Mereka
tidak mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan
an

juru selamat manusia.


aw

Saksi Yehova merupakan aliran yang baru diakui


di Indonesia. Semula keberadaan mereka dilarang oleh
rm

pemerintah melalui Surat Keputusan Jaksa Agung


De

Nomor 129 Tahun 1976, karena paham dan kegiatannya


melanggar hukum seperti menolak menghormati bendera
merah putih, menolak ikut berpolitik, serta menimbulkan
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 191

keresahan di masyarakat karena mengujungi rumah-


rumah orang yang sudah beragama untuk direkrut
menjadi anggotanya.

a
Walaupun sudah dilarang berkali-kali untuk menye-

if
barkan ajarannya, namun mereka tetap semangat untuk

ur
menyebarluaskannya. Bahkan beberapa kali diusir ketika
mereka masuk ke rumah masyarakat, tetapi tetap sabar

Ga
dan terus melanjutkan pelayanannya. Dengan kegigihan

66 ar AL
dan relasi kekuasaan yang dimiliki maka pada tanggal 1

28 n
Juni 2001 SK di atas dicabut dengan alasan bertentangan

50 di
38 Su JU
dengan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998
13 & DI
tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998.
Dengan demikian, saksi Yehova secara resmi diakui
08 wu NI

sebagai aliran dalam agama Kristen yang melaksanakan


baptisan dewasa secara selam.
Hp ru I

Untuk dapat mengetahui perbedaan Saksi Jehova


Wa KU

dengan aliran gereja lain di Indonesia, maka beberapa


pokok ajarannya yang kontroversial, antara lain:
BU

1. Allah (Jehova), yaitu Allah sebagai pencipta,


Yesus Kristus diciptakan oleh Allah dan menjadi
pelayan utama untuk menebus dosa manusia,
an

dan Roh Kudus bukan Allah melainkan kuasa/


aw

pengaruh dari Allah.


2. Alkitab versi terbaru banyak mengalami
rm

kesalahan, sehingga menerbitkan Alkitab versi


De

mereka sendiri bernama New World Translation


of the Scriptures tahun 1961.
3. Sejarah dunia ini terbagi atas: pertama, dunia
192 Gereja Pecah

masa lalu dimulai sebelum kejatuhan Adam


sampai peristiwa air bah; kedua, dunia masa
kini dimulai sejak pemerintahan Nebukadnezar

a
tahun 607 SM sampai perang Harmagedon; dan

if
ketiga, dunia masa depan dimulai sejak berdi-

ur
rinya Kerajaan Seribu Tahun sampai dengan
kehidupan kekal di sorga.

Ga
4. Penebusan dilakukan oleh Yesus Kristus untuk

66 ar AL
menebus dosa manusia. Yesus Kristus bukan

28 n
Allah, tetapi pelayan Allah melalui pengurapan

50 di
38 Su JU
Roh Kudus.
13 & DI
5. Kedatangan Kristus kedua kali akan diawali
oleh satu peristiwa penting yaitu perang Harma-
08 wu NI

gedon di bumi dan terpilihnya penghuni sorga


sebanyak 144.000 orang.
Hp ru I

6. Kebangkitan tidak berlaku bagi manusia yang


Wa KU

jahat melainkan penghakiman untuk sela-


ma-lamanya. Kebangkitan hanya terjadi bagi
BU

orang-orang yang bersikap benar selama


hidupnya.
7. Baptisan dan Perjamuan bukan sakramen.
an

Baptisan selam dilaksanakan di sungai, danau,


aw

laut, atau kolam pada usia dewasa. Perjamuan


bertujuan untuk mengenang kematian Yesus
rm

Kristus dan dilaksanakan sekali setahun setiap


De

hari Jum’at Agung.


8. Peribadatan dilaksanakan di Balai Pertemuan
tetapi tidak disebutkan gereja. Setiap minggu
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 193

diselenggarakan empat pertemuan, yaitu:


bicara di depan umum (Publik Talk), Studi The
Watchtower, Sekolah Pelayanan Kerajaan, dan

a
Pertemuan Ibadah.

if
9. Disiplin organisasi berlaku bagi semua anggota

ur
Saksi Jehova. Setiap orang yang melanggar
disiplin akan diberi sanksi dan dikeluarkan dari

Ga
persekutuan/keanggotaan Saksi Jehova.

66 ar AL
10. Larangan dan pantangan merupakan bentuk

28 n
disiplin yang melarang umatnya berjudi, mer-

50 di
38 Su JU
okok, mabuk-mabukan, dilarang memperingati
13 & DI
hari raya tradisional dan popular seperti Natal
dan Paskah, tidak ikut pemilu, tidak boleh
08 wu NI

menghormati bendera, tidak boleh menjadi ten-


tara, dan sebagainya.
Hp ru I

Tanpa Yesus Kristus maka tidak bisa


Wa KU

disebut sebagai gereja dan orang Kris­


BU

ten. Kekristenan lahir dari pengorbanan


Yesus Kristus di atas kayu salib. Per­
cayalah kepada Yesus karena Dialah
Juru Selamatmu.
an

M. Aliran Mormon
aw

Aliran Mormon atau sering disebut The Church


rm

of Jesus Christ of the Latter-Day Saints didirikan oleh


De

Joseph Smith, Jr di Salt Lake City-Utah, New York pada


tanggal 6 April 1830. Selain Smith, tokoh utama lainnya
yakni Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Martin Harris.
194 Gereja Pecah

Seiring perjalanan waktu perkembangan aliran ini tidak


saja terjadi di Amerika, tetapi juga berkembang di Indo-
nesia. Aliran ini masuk ke Indonesia sejak 5 Januari 1970

a
melalui 6 misionarisnya serta melaksanakan baptisan

if
pertama tanggal 29 Maret 1970 di Jakarta.

ur
Strategi penginjilan mereka di Indonesia dengan cara
memberikan kursus bahasa Inggris dengan biaya murah.

Ga
Ternyata strategi ini cukup ampuh sehingga berhasil

66 ar AL
membaptis para petobat baru mulai sejak berdirinya

28 n
sampai tahun 1977 berjumlah 1200 orang (Aritonang,

50 di
38 Su JU
2000:344). Pada bulan Agustus 1978 pemerintah Republik
13 & DI
Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 70 dan
77 untuk membatasi kegiatan mereka. Kemudian pada
08 wu NI

tanggal 24 Juli 1988 meresmikan kembali markas barunya


dan membangun gedung gereja di Jalan Saharjo, Jakarta
Hp ru I

Selatan. Kegiatan aliran ini sering mengalami hambatan


Wa KU

hingga saat ini.


Beberapa pokok ajarannya yang paling popular
BU

hingga saat ini, yaitu:


1. Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus
terdiri dari tiga pribadi yang berbeda natur dan
an

fungsinya. Mereka tidak mengakui keberadaan


aw

Allah Tritunggal sebagaimana orang Kristen


pada awalnya.
rm

2. Manusia adalah berdosa dan ditebus oleh Yesus


De

Kristus, tetapi manusia bisa menjadi Allah.


3. Keselamatan diperoleh melalui penebusan
Yesus Kristus dengan dua cara: pertama, kesela-
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 195

matan umum berlaku bagi setiap orang melalui


kematian dan kebangkitan Kristus; kedua,
keselamatan pribadi berlaku bagi setiap orang

a
melalui Kristus tetapi harus ada usaha manusia

if
melalui etika, ketaatan pada hukum, baptisan,

ur
ikut serta pada upacara bait suci, dan lain-lain.
4. Kitab Suci terdiri atas dua bagian yaitu: Alkitab

Ga
dan Kitab Suci Mormon.

66 ar AL
5. Gereja dipimpin oleh imam berdasarkan

28 n
kerangka imam Harun dan Melkisedek. Badan

50 di
38 Su JU
organisasinya disebut General Authorities terdiri
13 & DI
atas jabatan presiden, penasehat, dan dewan-
dewan lainnya. Gereja ini juga disebut sebagai
08 wu NI

Gereja Perjanjian Baru.


6. Upacara di Bait Suci antara lain: (a) Baptisan
Hp ru I

orang mati sebagai sarana untuk memperoleh


Wa KU

keselamatan; (b) Penganugerahan (Endowment)


yaitu pria dan wanita dipisahkan dalam suatu
BU

upacara mandi istimewa, sehingga semua


organ-organ tubuh diurapi dan didoakan agar
berfungsi dengan baik, termasuk alat kelamin;
an

dan (c) Perkawinan celestial yaitu seseorang


aw

harus menikah di Bait Suci dalam suatu upacara


khusus agar perkawinannya berlangsung hingga
rm

kekekalan.
De

Berdasarkan pokok ajaran ini menunjukkan perbe-


daannya dengan aliran atau denominasi gereja lain.
Mereka sering menyerang dan mendakwa semua gereja
196 Gereja Pecah

lain sebagai sesat, murtad, munafik, dan sebagainya


sambil mengutip sejumlah ayat Alkitab untuk membe-
narkan argumentasinya (Aritonang, 2000:352). Sikap

a
saling mengklaim aliran atau denominasinya benar sudah

if
berlangsung lama dalam sejarah kekristenan sampai hari

ur
ini. Biarlah Tuhan yang menjadi penilai dan hakim atas
semua sikap yang kita lakukan selama di dunia ini.

Ga
N. Aliran Christian Science

66 ar AL
28 n
Menurut Stephen Gottschalk (1987:442) bahwa

50 di
38 Su JU
Christian Science adalah suatu gerakan keagamaan dalam
13 & DI
komunitas Kristen yang menekankan pada penyembuhan
kristiani sebagai bukti keunggulan atas kekuatan fisik.
Biasanya aliran ini dikenal dengan nama Gereja Kristus
08 wu NI

Ahli Ilmu Pengetahuan (Church of Christ Scientist) yang


Hp ru I

berpusat di Boston, Amerika Serikat. Pendiri awalnya


Wa KU

yaitu Mary Morse Baker tahun 1879 bersama 26 orang


pengikutnya di Boston. Mary lahir tanggal 16 Juli 1821
BU

di New Hampshire dan meninggal dunia pada tanggal 3


Desember 1910. Dia menjadi pendeta pertama di gereja
ini, walaupun dia sebenarnya sebagai anggota gereja
an

Congregasional yang beraliran Calvinis di Tilton.


Selama hidupnya Mary menikah sebanyak tiga
aw

kali dengan alasan suaminya meninggal dunia dan juga


rm

masalah perceraian. Adapun nama suaminya berdasarkan


De

urutan pernikahannya, yaitu: George Washington Glover


(meninggal), Daniel Patterson (cerai), dan terakhir pada
usianya ke-55 menikah lagi dengan muridnya bernama
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 197

Asa Gilbert Eddy yang meninggal pada tahun 1882. Selain


itu masalah krusial yang sering dialami oleh Mary dari
kecil sampai meninggal dunia yaitu sering sakit-sakitan

a
seperti lumpuh, pingsan, histeris, kurang penglihatan,

if
radang gusi kronis, dan kecelakaan karena terpeleset di

ur
jalan berlapis es di kota Lynn.
Dalam penderitaan yang cukup lama itu membuat

Ga
dia menemukan sebuah pemahaman bahwa kesembuhan

66 ar AL
dapat terjadi bagi seseorang karena faktor ilmu penge-

28 n
tahuan. Kendati Alkitab selalu disebut sebagai pedoman

50 di
38 Su JU
utama ajarannya, namun dalam prakteknya selalu
13 & DI
menekankan asas dan peraturan ilmu pengetahuan rohani
dan penyembuhan metafisik (Science and Health). Pada
08 wu NI

akhirnya, dia selalu menafsirkan Alkitab berdasarkan


pemahaman yang berorientasi pada ilmu pengetahuan
Hp ru I

dan penyembuhan metafisik Ilahi yang disebut sebagai


Wa KU

Christian Science sampai saat ini.


BU

Pengetahuan bukanlah sumber kesem­


buhan, melainkan sebagai sarana da­
lam mencapai kesembuhan. Takut akan
Tuhan adalah sumber pengetahuan,
an

tetapi orang yang merasa dirinya ber­


pengetahuan akan dimurkai oleh Allah.
aw
rm

Beberapa pokok ajarannya yang menjadi perhatian


kita semua, antara lain:
De

1. Allah bukan saja sebagai Bapa melainkan


sebagai Ibu. Yesus bukan Allah tetapi manusia,
198 Gereja Pecah

sehingga kematian, kebangkitan, kenaikan,


dan kedatangan-Nya kembali tidak benar. Roh
Kudus digambarkan sebagai ilmu pengetahuan

a
Ilahi.

if
2. Manusia adalah citra Allah, karena Allah adalah

ur
Roh maka manusia adalah roh.
3. Dosa dan penyakit sebenarnya tidak ada karena

Ga
Allah adalah baik. Dosa dan penyakit ada karena

66 ar AL
kekeliruan penglihatan manusia atau menolak

28 n
kemahakuasaan dan kebaikan Allah.

50 di
38 Su JU
4. Keselamatan dan penyembuhan berlaku bagi
13 & DI
manusia sejati dengan cara berbuat baik kepada
Allah. Penyakit, maut, dan neraka hanya tersedia
08 wu NI

bagi orang yang berbuat jahat.


5. Zaman akhir seperti sorga, kedatangan Kristus,
Hp ru I

neraka, kebangkitan tubuh, penghakiman akhir,


Wa KU

langit dan bumi baru semuanya tidak ada.


6. Ibadah dilaksanakan hari Minggu dalam bentuk
BU

liturgi nyanyian, doa, nyanyian tunggal, pemb-


acaan Alkitab, dan khotbah pelajaran hasil
karya Mary.
an

7. Sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus


aw

secara kelihatan (lahiriah) tidak dilaksanakan,


tetapi persekutuan dengan Allah dengan sikap
rm

diam (rohani) dipahami sebagai baptisan dan


De

perjamuan kudus.
Dengan memperhatikan beberapa pokok ajarannya
di atas maka keberadaan aliran ini dapat terdeteksi dengan
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 199

jelas terutama di Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta,


Pematang Siantar, dan beberapa kota lainnya. Memang
perkembangannya di wilayah nusantara ini tidak seperti

a
di Amerika, namun dampak yang ditimbulkan sangat

if
mengganggu tatanan kehidupan orang-orang Kristen di

ur
Indonesia. Sebab, menurut Verkuyl (1966:148) bahwa
Christian Science menyesatkan. Selanjutnya, Hoekema

Ga
(1969:221) menyatakan aliran ini bukan Kristen dan

66 ar AL
bukan pula suatu ilmu pengetahuan. Kemudian Aritonang

28 n
50 di
38 Su JU
(2000:398) menegaskan bahwa aliran ini tidak bisa
disebut gereja Kristen; tetapi suatu kelompok pemujaan
13 & DI

(cult) non-Kristen, bahkan aliran sesat.


Pertentangan atas aliran Christian Science sudah
08 wu NI

lama terdengar, baik bagi kalangan para pemimpin


Hp ru I

dan anggotanya sendiri maupun masyarakat umum


lainnya. Kontroversi atas keberadaan aliran ini pun telah
Wa KU

memasuki era jaman ini, yang secara tidak langsung telah


BU

merusak seluruh sendi kehidupan manusia di dunia ini.


Oleh sebab itu, aliran ini bukan saja sebagai aliran sesat
tetapi sebagai malapetaka terjadinya perpecahan gereja
pada masa yang akan datang.
an

O. Aliran Scientology
aw

Aliran Christian Science dan Scientology sebenarnya


rm

sama-sama menekankan kepercayaannya pada kuasa


De

ilmu pengetahuan serta pikiran (mind). Tokoh utamanya


adalah Lafayette Ronald Hubbard yang lahir tanggal 13
Maret 1911 di Tilden, Amarika Serikat. Kemudian dia
200 Gereja Pecah

meninggal tanggal 24 Januari 1986 di California. Aliran


ini resmi berdiri sebagai Church of Scientology pada
18 Februari 1954 di Amerika (Aritonang, 2000:414).

a
Kemudian berkembang di 75 negara di dunia, antara lain

if
Filipina, Australia, India, Taiwan, Jepang, Indonesia, dan

ur
sebagainya.
Setelah Hubbard meninggal maka aliran ini dilan-

Ga
jutkan oleh David Miscavige. Sementara keberadaannya

66 ar AL
di Indonesia dibawa oleh beberapa orang pribumi dan

28 n
orang asing yang sudah mengenalnya di luar negeri,

50 di
38 Su JU
secara khusus di Los Angeles sebagai kantor pusatnya.
13 & DI
Berbagai strategi dilakukan untuk mencari peminatnya
seperti yayasan pelayanan sosial, membentuk perkum-
08 wu NI

pulan, membuat kursus pengembangan kepribadian,


perawatan mental, menjual buku Hubbard dan pengi-
Hp ru I

kutnya. Kegiatan ini menghasilkan uang dan menjadi


Wa KU

sarana untuk menyebarluaskan ajarannya.


Sesungguhnya aliran ini bukanlah gereja, kendati
BU

anggotanya kebanyakan berasal dari agama Kristen


Katolik dan agama Kristen Protestan. Keberadaannya di
Amerika dikenal karena memakai nama organisasi gereja.
an

Alasan utama pemakaian nama gereja sebenarnya untuk


aw

menghindari pembayaran pajak kepada pemerintah atas


hasil penjualan buku, literatur, dan beberapa kegiatan lain
rm

yang menghasilkan uang. Dengan melihat berbagai kegia-


De

tannya maka dapat dipastikan bahwa pokok ajarannya


hanya seputar ilmu pengetahuan. Ilmu psikologi dan
psikoterapi menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 201

hidup manusia atau pun menyembuhkan seseorang yang


sedang mengalami berbagai jenis penyakit.

Kepandaian dipakai oleh Allah untuk

a
membangun bangsa dan gereja. Apabila

if
kepandaian dipakai untuk menghacur­

ur
kan sesamanya, sesungguhnya dialah
orang yang paling bodoh di dunia.

Ga
66 ar AL
P. Aliran Gerakan Zaman Baru

28 n
Gerakan Zaman Baru (GZB) atau sering juga

50 di
38 Su JU
disebut New Age Movement (NAM). Aliran ini menekankan
13 & DI
pada gerakan eskatologis tentang tujuan akhir dunia ini
termasuk manusia di dalamnya. Istilah “Zaman Baru”
08 wu NI

berarti menunjukkan zaman yang akan datang yang


disebut zaman emas, Golden Age, atau zaman Aquarius
Hp ru I

yang akan segera terwujud. Gagasan ini didukung oleh


Wa KU

berbagai perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti


paham metafisik, filsafat Timur Kuno, Transendentalisme,
BU

Spiritualisme, Christian Science, dan sebagainya.


Perkembangan awal aliran ini muncul di kawasan
California, Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Tokoh
an

utama paling berpengaruh yaitu Baba Ram Dass atau


aw

nama lahirnya Richard Albert yang berdarah Yahudi.


Tokoh lainnya yang ambil andil sesuai urutan masanya
rm

yaitu Marilyn Ferguson, David Spangler, Judith Skutch,


De

dan Shirley Maclaine. Menurut Winker (1994:184) bahwa


tokoh yang paling berpengaruh saat ini adalah Dr. M.
Scott Peck dan Matthew Fox.
202 Gereja Pecah

Jaman boleh berubah tetapi Firman dan


janji Tuhan tidak akan pernah berubah.
Raihlah janji Tuhan karena tidak per­

a
nah binasa untuk selamanya.

if
Semua tokoh di atas mempunyai penekanan

ur
khusus terhadap setiap pokok ajarannya masing-masing.

Ga
Umumnya mereka selalu menekankan ajarannya seputar
kehidupan yang akan datang. Untuk mencapai hal

66 ar AL
28 n
itu, maka pendekatan pada kemampuan pengetahuan

50 di
38 Su JU
atau otak manusia yang selalu dikedepankan. Dengan
demikian, manusia dapat mengetahui segala gejala yang
13 & DI

terjadi di sekitarnya melalui kemampuan daya pikirnya.


Keberadaan aliran ini di Indonesia tentu tidak
08 wu NI

sesubur aliran gereja lain yang mendapat tempat di hati


Hp ru I

masyarakat Kristen pada khususnya. Salah satu aliran


GZB yang mudah dikenal adalah Gereja Kristus Pengin-
Wa KU

jilan Nusantara (GKPN) di Jakarta. Pergerakan mereka


BU

tidak kelihatan karena lebih menekankan pada penye-


baran tratat, majalah, lokakarya, seminar, persekutuan,
meditasi, dan memakai Alkitab sebagai legalitas ajarannya.
an

Q. Aliran-aliran Lainnya
aw

Selain aliran-aliran yang sudah diuraikan di atas,


tentu masih banyak aliran gereja yang menyebut dirinya
rm

bagian dari kekristenan atau agama Kristen. Beberapa


De

tahun lalu hingga hari ini terdengar selentingan aliran


Children of God dan The Satanic Church sudah masuk
wilayah Indonesia (Makkelo, 2010:153). Desas-desus ini
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 203

awalnya terdengar sanyup namun kian lama gejolaknya


semakin mengkuatirkan seluruh masyarakat Kristen.
Keberadaan mereka pun sulit dilacak karena berbaur

a
if
dengan masyarakat Kristen, Lebih menyedihkan lagi
sebagian anggota jemaat dari beberapa gereja sudah

ur
menjadi anggotanya.

Ga
Asal-usul berbagai aliran gereja ini secara singkat
diuraikan pada tabel di bawah ini.

66 ar AL
28 n
50 di
No 38 Su JU
Aliran Asal Aliran Tokoh Pendiri Tahun
13 & DI
Gereja
1 Lutheran Katolik Marthin Luther 1517
Roma (GKR)
08 wu NI

2 Calvinis GKR Johanes Calvin 1534


Hp ru I

3 Anglican GKR Raja Henri VIII 1547


Wa KU

GKR &
4 Mennonit Menno Simons 1537
BU

Anabaptis

5 Baptis Mennonit John Smyth 1609

John Wesley &


an

7 Methodist Anglican 1787


Charles Wesley
aw

8 Pentakosta Methodist Ch. F. Parham 1900


rm

9 Kharismatik Episcopal Dennis Bennett 1960


De

Berbagai
10 Injili Billy Graham, dll 1930
aliran
204 Gereja Pecah

Bala Kesela-
11 Methodist William Both 1878
matan

a
Methodist
12 Adventis & Berbagai Ellen G. White 1844

if
aliran

ur
Saksi Presbyterian Charles Taze
13 1879

Ga
Jehova & Adventis Russel

66 ar AL
Presbyterian
14 Mormon Joseph Smith 1830

28 n
& Metodis

50 di
38 Su JU
Christian Mary Morse
15 Calvinis 1879
13 & DI
Science Baker

Christian Lafayette Ronald


08 wu NI

16 Scientology 1954
Science Hubbard
Hp ru I

New Age Yahudi &


17 Richard Albert 1960
Movement Scientology
Wa KU

Kewaspadaan terhadap aliran baru atau pun


BU

aliran yang mengatasnamakan denominasi gereja tertentu


seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak.
Setiap pemimpin gereja, pemerintah, dan orang Kristen
an

secara keseluruhan harus semakin arif, bijaksana, dan


aw

aktif dalam menjaga kesatuan gereja Tuhan. Apabila


hal ini dipandang sebelah mata, maka dapat dipastikan
rm

aliran baru yang terdengar sanyup selama ini akan


De

terang-benderang. Kehadiran mereka sangat berpotensi


­
merusak segala lini gereja yang sudah ada. Gejala yang
ditimbulkan pun menjadi sarana bagi agama lain untuk
BAB VIII | Aliran-aliran Gereja 205

menyalahkan agama Kristen secara keseluruhan.

Kewaspadaan merupakan langkah aw­


al mengatasi masalah yang besar. Kete­

a
litian merupakan langkah selanjutnya

if
dalam menyelesaikannya.

ur
Berdasarkan sejarah perjalanan aliran dan denomi­

Ga
­nasi gereja di seluruh dunia pada awalnya dilarang oleh

66 ar AL
pemerintah. Dengan segala upaya akhirnya mendapatkan

28 n
tempat di hati masyarakat serta mendapat ijin dari peme­

50 di
38 Su JU
rintah. Jika fenomena ini tidak diantisipasi maka kesatuan
13 & DI
dan persatuan gereja tidak pernah terwujud. Perpecahan
gereja akan terus bertambah dari setiap masanya.
08 wu NI

Bertambahnya aliran gereja bukan satu-satunya strategi


dalam pemberitaan Injil. Justru berbagai konflik, rasa
Hp ru I

tidak puas terhadap kebijakan para pemimpin gereja,


Wa KU

suasana bergereja tidak nyaman, dan motivasi yang salah


dari setiap anggota jemaat semakin nyata. Munculnya
BU

aliran dan denominasi gereja merupakan akibat dari tidak


pernah merasa puas terhadap gereja sebelumnya.
an
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB IX | Amanat Agung 207

a
if
ur
BAB IX

Ga
AMANAT AGUNG

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Amanat Agung secara jelas dituliskan oleh rasul
Matius sesuai apa yang didengarnya dari Tuhan Yesus
08 wu NI

pada saat itu. Pesan rohani ini disampaikan oleh Tuhan


Yesus sebelum Dia naik ke sorga. Yesus mendekati mereka
Hp ru I

dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di


Wa KU

sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua


bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
BU

dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan


segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
an

kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20; bnd. Markus


aw

16:14-20; Kisah Para Rasul 1:8).


Amanat Agung merupakan kata yang tidak asing
rm

dalam kehidupan kekristenan hingga hari ini. Mandat


De

agung ini adalah perintah Kristus secara langsung kepada


kesebelas murid-Nya pada waktu itu. Tugas ini pun
menjadi bagian penting bagi setiap orang Kristen di segala

207
208 Gereja Pecah

bangsa yang melintasi segala budaya, etnis, suku, bahasa,


dan ras di dunia ini. Menyampaikan berita sukacita
kepada semua manusia merupakan prioritas utama bagi

a
orang Kristen dibandingkan tugas-tugas lainnya.

if
Tugas yang mulia ini seringkali menjadi beban bagi

ur
orang Kristen. Mereka berpikir memberitakan Injil hanya
tanggung jawab segelintir orang saja. Memberitakan Injil

Ga
menjadi tugas pemimpin rohani saja seperti pendeta,

66 ar AL
penginjil, misionaris, dan beberapa orang Kristen yang

28 n
50 di
38 Su JU
memiliki kerinduan untuk terlibat dalam pelayanan ini.
Secara jelas tugas memberitakan Injil bukan hanya ditu-
13 & DI

jukan kepada pemimpin rohani semata, tetapi melampaui


umur, kedudukan, jenis kelamin, miskin atau kaya.
08 wu NI

Amanat Agung menjadi tanggung jawab seluruh orang


Hp ru I

Kristen di seluruh dunia termasuk orang Kristen di Indo-


nesia. Untuk lebih mengerti makna tugas mulia ini maka
Wa KU

beberapa pokok penting diuraikan di bawah ini.


BU

A. Yesus Berkuasa Atas Sorga dan Bumi


Dasar Tuhan Yesus memerintahkan murid-mu-
rid-Nya dan seluruh orang Kristen untuk memberitakan
an

Injil yaitu karena Dia berkuasa atas sorga dan bumi ini.
Tidak ada seorang pun manusia yang berani mengatakan
aw

bahwa sorga dan bumi menjadi kekuasaannya. Hanya


rm

Yesus sendiri yang berhak mengatakannya karena Dialah


De

pemilik sorga dan seluruh yang ada di dunia ini. Dengan


kekuasaan itu pulalah, Dia tidak ingin manusia di dunia
binasa karena dosa mereka. Dia menyelamatkan setiap
BAB IX | Amanat Agung 209

manusia sesuai tugas yang diberikan oleh Allah Bapa


kepada-Nya.

a
Yesus berkuasa atas bumi dan sorga.

if
Kekuasaan Allah berbeda dengan kekua­
saan manusia. Kekuasaan Allah mem­

ur
bawa manusia pada kebenaran, tetapi

Ga
kekuasaan manusia membawa se­ sama­
nya ke jurang malapetaka.

66 ar AL
28 n
Tuhan Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati.

50 di
38 Su JU
Walaupun Yesus adalah manusia sejati, tetapi Dia tidak
13 & DI
pernah berbuat dosa. Manusia seluruhnya dikandung
dari dosa, lahir dari dosa, jatuh dalam dosa, dan bahkan
08 wu NI

hidup dalam dosa sehingga dunia semakin rusak. Oleh


karena itu, Brotosudarmo (2008:60) menyatakan bahwa
Hp ru I

itulah sebabnya orang Kristen memberitakan Injil Yesus


Wa KU

Kristus. Tuhan Allah telah mengutus Firman-Nya ke


dunia yang rusak karena dosa, maka para rasul dan
BU

semua orang Kristen tersebut wajib memberitakan Injil.


Memberi­
takan Injil berarti memberitakan berita kabar
baik, berita sukacita, dan berita keselamatan yang datang
an

dari Yesus sendiri kepada seluruh umat manusia.


aw

Ketika Tuhan Yesus berkata: “KepadaKu telah


diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” menun-
rm

jukkan bahwa Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus


De

(Allah Tritunggal) merupakan satu kesatuan yang utuh


dalam menjalankan tugas penyelamatan umat manusia
yang berdosa dan dunia secara keseluruhan. Apa yang
210 Gereja Pecah

menjadi kehendak Allah Bapa dan Roh Kudus juga


menjadi kehendak Yesus Kristus. Sorga dan bumi adalah
milik Yesus Kristus, sedangkan manusia hanya sebagai

a
pribadi yang menumpang sementara di dunia ini. Hal

if
inilah yang membedakan Yesus Kristus dengan manusia

ur
pada umumnya.
Perkataan Yesus di atas bukan berarti sorga

Ga
dan bumi akan menjadi atau baru menjadi milik-Nya,

66 ar AL
melainkan telah menjadi milik-Nya sebelum manusia

28 n
50 di
38 Su JU
ada di dunia ini. Segala yang ada di sorga dan bumi ini
berada di bawah kuasa, pemerintahan, pemeliharaan,
13 & DI

dan perlindungan-Nya. Gunung, lembah, angin, laut,


dan segala musim berada di dalam pengawasan-Nya.
08 wu NI

Semua manusia harus hidup setia sesuai petunjuk dan


Hp ru I

perintah-Nya. Manusia yang tidak setia dan taat atas


perintah-Nya akan menerima hukuman berdasarkan
Wa KU

keadilan-Nya. Yesus ingin agar semua manusia tidak


BU

ada satu pun tersesat dan binasa oleh karena penghuku-


man-Nya.

B. Semua Bangsa Murid Yesus


an

Perintah untuk menjadikan semua bangsa murid


Yesus merupakan tugas setiap orang yang sudah percaya
aw

dan beriman kepada-Nya. Alangkah ironisnya jika


rm

seseorang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan


De

dan Juruselamat-Nya dapat membawa orang lain untuk


percaya kepada Dia. Bagaimana mungkin seorang Kristen
memberitakan Injil kepada orang lain sementara priba-
BAB IX | Amanat Agung 211

dinya belum merasakan sukacita Injil itu sendiri? Berita


Injil adalah berita sukacita. Setelah merasakan dan
menikmati karya Injil itu sendiri maka tugas selanjutnya

a
adalah membagikan sukacita itu kepada orang lain.

if
Tugas menjadikan semua bangsa murid Yesus

ur
bukanlah pekerjaan yang mudah melainkan sangat
sulit. Kesulitan utama karena akan berhadapan dengan

Ga
berbagai agama, etika, budaya, adat, etnis, suku, pemer-

66 ar AL
intah, dan sebagainya. Hal inipun kembali ditegaskan

28 n
oleh Brotosudarmo (2008:60) bahwa perkembangan

50 di
38 Su JU
penyebaran gereja dan Injil khususnya bukannya tanpa
13 & DI
hambatan. Namun pada prinsipnya, hambatan itu menja-
dikan gereja semakin bertumbuh. Hambatan serta segala
08 wu NI

rintangan menjadi sarana yang dipakai oleh Tuhan dalam


memberitakan Injil sehingga semua bangsa menjadi
Hp ru I

murid-Nya. Gereja semakin ditindas dan dibabat, justru


Wa KU

akan semakin merabat dan berkembang ke seluruh dunia.


BU

Menjadi murid Yesus adalah sebuah ka­


do istimewa dari Allah. Murid yang benar
selalu turut perintah dan larangan Guru
an

Agungnya. Murid yang setia siap berkor­


ban dan menderita.
aw
rm

Ketika diperhadapkan pada tugas yang sangat sulit


dan mulia ini, apakah kita harus mundur lalu mening-
De

galkan Tuhan Yesus? Harapan Yesus bukanlah perkara


mudah dan sulitnya, melainkan Dia menuntut sikap kita
212 Gereja Pecah

sebagai murid-murid-Nya untuk taat melakukannya.


Tuhan Yesus mengetahui bahwa kita mampu melakukan
tugas mulia ini sebagai rekan dan sahabat-Nya. Dia
memerintahkan kita untuk memberitakan Injil-Nya karena

a
if
diberi kuasa. Jangan pernah kita takut memberitakan
Injil kepada semua orang. Injil bukan agama melainkan

ur
berita tentang masa depan kita bersama Tuhan dan masa

Ga
depan dunia ini tentunya.
Setiap orang Kristen yang mampu melakukan tugas

66 ar AL
28 n
ini bukan karena hebat dan kuatnya dalam memberi-

50 di
38 Su JU
takan Injil. Segala hal yang mampu kita lakukan karena
anugerah dan kuasa dari Tuhan. Tanpa kuasa dari
13 & DI

Yesus orang Kristen tidak akan memiliki kemampuan


untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Menjadi
08 wu NI

murid berarti setiap orang yang sudah mendengar Injil,


Hp ru I

menerima Yesus sebagai juruselamatnya, dan hidup


dalam kebenaran Allah. Injil adalah kabar baik yang
Wa KU

harus disampaikan kepada seluruh umat manusia demi


BU

keselamatan kekalnya.
Yesus sebagai juruselamat manusia menunjukkan
bahwa Dialah satu-satunya jalan menuju sorga. Kata
Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan
an

hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,


aw

kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Jalan kese-


rm

lamatan dan tercepat hanya dapat ditemukan di dalam


Yesus Kristus. Tanpa Yesus tidak ada keselamatan kekal
De

dan tidak ada yang bisa masuk sorga.


BAB IX | Amanat Agung 213

Perintah Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil

Tuhan Yesus memiliki kerinduan agar


semua manusia selamat. Manusia yang

a
selamat menjadi penghuni sorga ­selama-

if
lamanya.

ur
kepada semua manusia menunjukkan sebuah bentuk

Ga
keprihatinan serta perwujudan belas kasihan-Nya pada

66 ar AL
manusia yang sudah jatuh dan hidup dalam dosa.

28 n
Belas kasihan-Nya ini mengisyaratkan bahwa Dia tidak

50 di
38 Su JU
ingin seorang pun manusia tersesat, hidup dalam dosa,
13 & DI
kemudian masuk ke dalam neraka kekal. Dia merelakan
diri-Nya disalibkan untuk menggantikan setiap umat-Nya
08 wu NI

yang seharusnya dihukum dan disalib. Akhir dari


perjalanan salib ini Dia menganugerahkan keselamatan
Hp ru I

kekal yang tidak bisa diberikan oleh siapa pun di dunia


Wa KU

ini.
Setiap orang yang menjadi murid Yesus merupakan
BU

pribadi-pribadi yang dikasihi serta menerima anugerah


Allah. Mereka semua adalah pribadi yang berharga di
hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, jangan pernah menolak
an

panggilan Allah melalui Injil yang didengarnya. Allah


aw

memakai sesama kita untuk menyampaikan berita


keselamatan dari Yesus Kristus. Allah mau agar semua
rm

manusia beroleh keselamatan dari-Nya.


De
214 Gereja Pecah

C. Membaptiskan Semua Bangsa


Istilah agama Kristen secara khusus baru muncul
sesudah kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian-Nya.

a
Orang Kristen pertama terwujud melalui pelayanan

if
khotbah para rasul di serambi Salomo sesudah Yesus
naik ke sorga. Lebih tepatnya peristiwa itu pada hari

ur
Pentakosta. Tuhan Yesus sendiri tidak pernah mendi-

Ga
rikan agama Kristen. Akan tetapi, dalam pengajaran-Nya
berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak

66 ar AL
28 n
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui

50 di
38 Su JU
Aku” (Yoh. 14:6). Seseorang tidak dapat menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya kecuali bila
13 & DI

Roh Kudus bekerja dalam pribadinya. Tidak ada seorang


pun yang mampu berkata dan mengaku Yesus adalah
08 wu NI

Tuhan selain oleh karya Roh Kudus (1 Korintus 12:3).


Hp ru I

Dari ayat Firman Tuhan di atas secara tersirat


memberikan petunjuk bahwa dasar pengakuan seseorang
Wa KU

menjadi Kristen yaitu beriman kepada Yesus Kristus


BU

melalui karya Roh Kudus. Beriman berarti mengikuti


cara hidup Kristus serta segala konsekuensi keimannya.
Jadi, orang yang beragama Kristen berarti pribadi-pribadi
yang mengikuti Kristus berdasarkan panggilan dan pemi-
an

lihan Allah atas hidup mereka. Setiap orang Kristen harus


diperbarui oleh Kristus, sehingga ketaatan dan keku-
aw

dusan hidupnya menjadi ukuran sebagai orang Kristen


rm

sejati.
De

Salah satu bentuk ketaatan yang dikehendaki


oleh Kristus adalah menerima bapitisan kudus. Tugas
membaptis adalah perintah Yesus kepada murid-mu-
BAB IX | Amanat Agung 215

rid-Nya dan semua orang Kristen. Semua bangsa berarti


semua orang Kristen yang belum dibaptis. Baptisan hanya
dapat dilakukan sekali seumur hidup yang dimeteraikan

a
dalam nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.

if
Apakah baptisan itu pada saat bayi atau dewasa? Apakah

ur
baptisan itu dilakukan secara percik atau selam? Apakah
baptisan itu dengan air yang banyak atau pun sedikit?

Ga
Yang paling penting adalah baptisan dilakukan hanya

66 ar AL
untuk kemuliaan Allah dan sebagai simbol persekutuan

28 n
di dalam Dia.

50 di
38 Su JU
Perintah untuk menerima baptisan ditujukan
13 & DI
kepada setiap orang yang sudah Kristen maupun yang
belum Kristen. Yang dimaksud orang yang sudah Kristen
08 wu NI

yaitu seseorang yang lahir dan besar dari keluarga Kristen


tetapi belum pernah menerima baptisan. Sementara orang
Hp ru I

yang belum Kristen berarti setiap orang yang berasal dari


Wa KU

agama dan kepercayaan lain yang dengan sukarela serta


penuh sukacita bersedia menjadi orang Kristen. Hal ini
BU

ditandai melalui pengajaran kekristenan serta menerima


sakramen baptisan kudus.
an

Baptisan adalah kewajiban yang harus


dilakukan oleh orang Kristen. Orang yang
aw

menjadi Kristen harus dibaptis dalam


nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh
rm

Kudus dengan menggunakan media air


De

secara percik atau selam.


216 Gereja Pecah

Proses pembaptisan seseorang untuk menjadi


murid Yesus terus menjadi bahan perdebatan sampai
saat ini. Ada yang menekankan pelaksanaan baptisan

a
secara percik, dan ada pula yang hanya mengakui

if
pembaptisan secara selam. Dilihat dari konteks perintah

ur
Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk membaptis
semua orang di dunia ini sesungguhnya tidak dijelaskan

Ga
tentang sebuah cara pelaksanaan baptisan percik atau

66 ar AL
pun baptisan selam. Yang paling penting diingat bahwa

28 n
baptisan itu menggunakan air serta didasari atas nama

50 di
38 Su JU
Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh
13 & DI
Kudus. Untuk lebih teratur baptisan harus dipimpin dan
dilakukan oleh seorang pendeta. Seseorang yang belum
08 wu NI

ditahbiskan menjadi pendeta hendaknya menahan diri


dalam tugas sakral ini.
Hp ru I

Membaptis seseorang menjadi keluarga Kristen


Wa KU

merupakan sebuah tanda persekutuan di dalam Yesus


Kristus. Yesus sendiri menerima baptisan menggunakan
BU

air yang ada di sungai Yordan. Injil Markus menyatakan:


“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah
Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes”
an

(Markus1:9). Jadi, ketika membaptis seseorang yang baru


aw

percaya kepada Yesus tidak diperbolehkan menggunakan


media lain selain air.
rm

Secara implisit air merupakan simbol bagi seseorang


De

untuk membersihkan diri dari dosanya serta disatukan


di dalam Yesus Kristus. Memang air baptisan tidak
membersihan dosa manusia secara nyata. Dikatakan
BAB IX | Amanat Agung 217

tanda atau simbol berarti ada pribadi yang sesungguhnya


yang mampu membersihkan dosa dan menyelamatkan
umat manusia yaitu Yesus Kristus. Perwujudan karya

a
keselamatan ini terjadi melalui karya pengorbanan Tuhan

if
Yesus di atas kayu salib sampai pada kebangkitan-Nya.

ur
Dibaptis oleh darah suci Yesus Kristus.
Peristiwa pembaptisan yang diterima oleh Tuhan

Ga
Yesus tidak menunjukkan bahwa Dia orang berdosa.

66 ar AL
Justru melalui peristiwa itu Dia memberi teladan tentang

28 n
betapa pentingnya makna baptisan tersebut bagi setiap

50 di
38 Su JU
orang yang percaya kepada-Nya. Baptisan yang diterima
13 & DI
oleh orang Kristen hingga saat ini tidak bertujuan
menjamin seseorang selamat atau masuk sorga. Baptisan
08 wu NI

yang sejati dan menyelamatkan adalah baptisan darah


Yesus Kristus (Roma 6:4; Kolose 2:12). Setiap orang
Hp ru I

yang percaya kepada Kristus mulai dari pengajaran-Nya,


Wa KU

penderitaan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan


kedatangan-Nya kedua kali, serta melakukan seluruh
BU

kehendak-Nya maka itulah yang menjadi penghuni sorga.


Hal inilah yang menjadi dasar dan jaminan keselamatan
kekal dari-Nya.
an

Keselamatan seseorang dalam sebuah


aw

keluarga tidak memberi jaminan atas ke­


rm

selamatan seluruh anggota keluarganya.


Karya kesalamatan menjadi tanggung
De

jawab kita masing-masing kepada Allah.


218 Gereja Pecah

Keselamatan seseorang tentu tidak memberi legalitas


atas keselamatan orang lain. Keyakinan seseorang tidak
memberi jaminan atas keselamatan seluruh anggota ke­­­

a
luarganya. Keselamatan itu menjadi hak istimewa Allah

if
sesuai kehendak-Nya. Karya keselamatan dari Yesus

ur
Kristus menjadi tanggung jawab pribadi secara langsung.
Jadi, keselamatan hanya berlaku secara pribadi dan

Ga
bukan kolektif. Anugerah keselamatan dari Allah harus

66 ar AL
dipertanggung jawabkan lewat buah-buah iman.

28 n
50 di
38 Su JU
Setiap orang yang sudah dibaptis dan menerima
keselamatan dari Tuhan dikumpulkan menjadi satu perse-
13 & DI

kutuan yang disebut gereja. Melalui persekutuan inilah


setiap orang dibimbing untuk taat kepada Tuhan. Seluruh
08 wu NI

kehidupannya harus dapat mencerminkan kehidupan


Hp ru I

baru di dalam Kristus. Dalam tahapan proses pembela-


jaran seperti ini maka setiap orang akan terus diubahkan
Wa KU

oleh Allah hari demi hari oleh kuasa Roh Kudus sampai
BU

pada kesempurnaan hidup. Dengan demikian, seiring


perjalanan waktu maka setiap orang Kristen memiliki
keyakinan yang kokoh bahwa pribadinya ada bersama
Kristus serta pasti memperoleh anugerah keselamatan
an

kekal dari-Nya.
aw

D. Pelayanan Misionaris
rm

Agama Kristen pada dasarnya adalah agama


De

sejarah. Landasan utama berdirinya agama Kristen


terletak pada peristiwa sejarah kelahiran Tuhan Yesus,
kematian-Nya, kebangkitan-Nya, bahkan sampai pada
BAB IX | Amanat Agung 219

kedatangan-Nya yang kedua. Dalam perjalanan sejarah


inilah agama Kristen telah tumbuh dalam berbagai bentuk
yang mengagumkan. Melalui Dengan melihat sejarah

a
pertumbuhan inilah maka Smith (2008:355) dengan

if
berani mengatakan bahwa semua agama yang dianut oleh

ur
manusia, agama Kristenlah yang paling luas tersebar di
muka bumi ini, dan yang paling banyak penganutnya.

Ga
Banyaknya penganut agama Kristen karena

66 ar AL
kehendak Tuhan Yesus. Melalui pelayanan para misionaris

28 n
dari berbagai negara di dunia patut diperhitungkan.

50 di
38 Su JU
Misionaris adalah orang-orang yang memberitakan Injil
13 & DI
kepada semua orang di segala bangsa, budaya, bahasa,
etnis, dan agama dengan sukarela atau pun diutus oleh
08 wu NI

organisasi kekristenan tertentu. Keberadaan agama


Kristen yang ada di Indonesia merupakan hasil pelayanan
Hp ru I

para misionaris yang datang dari berbagai aliran, suku,


Wa KU

bahasa, budaya, dan bangsa di seluruh dunia seperti


Jerman, Belanda, Amerika, Cina, Korea Selatan, dan
BU

sebagainya. Hal ini ditegaskan oleh Makkelo (2010:178)


bahwa denominasi dalam Kristen berkembang pesat,
seiring dengan masuknya pekabar Injil dari berbagai
an

aliran.
aw

Para misionaris yang datang ke Indonesia tentunya


tidak terlepas dari pengaruh bangsa yang penduduknya
rm

sebagian besar beragama Kristen. Berdasarkan pene-


De

litian Karel A. Steenbrink (1987:86) dalam bukunya yang


berjudul “Perkembangan Teologi Dalam Dunia Kristen
Modern” menegaskan sekitar tahun 1950-an pengaruh
220 Gereja Pecah

dari organisasi Kristen yang berpusat di Amerika Serikat


makin lama makin menonjol dan terus berkembang di
Indonesia. Jadi, adanya berbagai aliran dan denomi­

a
na­
si gereja baru di Indonesia sangat dipengaruhi oleh

if
pelayanan para misionaris dari Amerika, Eropa, Australia,

ur
dan Asia.
Kedatangan orang Amerika sangat berpengaruh

Ga
besar terhadap pertumbuhan kekristenan di seluruh

66 ar AL
dunia. Memang pada awalnya orang Amerika tidak begitu

28 n
tertarik dengan keagamaan namun dalam beberapa

50 di
38 Su JU
puluh tahun terakhir justru mereka menjadi motor peng-
13 & DI
gerak pertumbuhan kekristenan dari berbagai aliran dan
denominasi gereja. Mereka sering mengadakan kegiatan
08 wu NI

Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Hal ini memung­


kinkan karena secara ekonomi, sosial, dan politik negara
Hp ru I

Amerika mampu mensponsori para misionaris untuk


Wa KU

melakukan pelayanan misi. Ada organisasi yang sifatnya


keagamaan, tetapi ada juga non-keagamaan seperti peru-
BU

sahaan.
Selain faktor di atas, agama Kristen di Indo-
nesia berkembang sebagai hasil dari peninggalan para
an

penjajah. Menurut Agus (2006:283) bahwa ada tiga


aw

tujuan para penjajah datang ke Indonesia (Asia), yaitu


untuk mendapatkan gold (emas), glory (kekayaan untuk
rm

meraih kemenangan), dan gospel (memberitakan Injil),


De

atau sering disebut “3 G”. Salah satu dari ketiga tujuan


tersebut yaitu memberitakan Injil (gospel) di seluruh
daerah jajahannya. Tidak heran jika agama Kristen sering
BAB IX | Amanat Agung 221

diidentikkan oleh sekelompok masyarakat Indonesia


sebagai agama penjajah.
Agama Kristen merupakan “benih” yang berasal dari

a
luar negeri yang kemudian “tumbuh subur” di Indonesia.

if
Agama Kristen juga bisa dikatakan seumpama “barang

ur
impor” dari negara-negera Eropa, Amerika, Australia,
Belanda, Cina, Korea Selatan, dan sebagainya. Demikian

Ga
juga agama lain yang sudah ada di Indonesia saat ini

66 ar AL
seperti Islam, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu

28 n
merupakan “pruduk” yang berasal dari luar negeri.

50 di
38 Su JU
Sebagai “pruduk” dari luar sudah barang tentu
13 & DI
memiliki warna dan ciri khas yang berbeda dengan budaya
Indonesia. Akibatnya, hasilnya pun melahirkan berbagai
08 wu NI

macam aliran dan denominasi gereja yang berbeda


pula. Keanekaragaman aliran dan denominasi gereja ini
Hp ru I

telah menimbulkan pertentangan dan persengketaan


Wa KU

sepanjang sejarah perjalanan gereja. Dampak dari semua


ini membuat gereja mengalami perpecahan yang besar
BU

sehingga saling tidak percaya satu dengan lainnya.

Setiap misionaris yang datang ke Indonesia


pasti membawa budaya, aliran, denomi­
an

nasi, dan kepentingannya m ­ asing-masing.


aw

Misionaris yang benar adalah misionaris


yang dapat berbaur dan menerima ali­­­­ran
rm

dan denominasi sebelumnya.


De
222 Gereja Pecah

Cikal bakal perpecahan dalam gereja telah dimulai


sebelum agama Kristen masuk di Indonesia. Dalam
catatan Smith (2008:392) perpecahan awal ini dimulai:

a
Pada tahun 1054 untuk pertama kalinya tampak

if
perpecahan yang besar, antara Gereja Ortodoks

ur
Timur di Timur dan Gereja Roma Katolik di Barat.
Alasan perpecahan tersebut cukup rumit, baik dari

Ga
segi geografis, budaya, bahasa politik, dan agama
itu sendiri...perpecahan besar yang terjadi dalam

66 ar AL
Gereja Barat dengan Protestan Reformis dalam abad

28 n
ke-16. Agama Protestan, terdiri dari empat aliran

50 di
38 Su JU
yaitu Baptis, Lutheran, Calvinis, dan Anglikan.
13 & DI
Masing-masing aliran ini masih lagi dibagi menjadi
lebih dari 250 sekte di Amerika Serikat saja.
08 wu NI

Terjadinya perpecahan gereja di luar negeri ber­­


dampak negatif perkembangan agama Kristen di Indonesia
Hp ru I

yang dibawa oleh para misionaris tersebut. Perpecahan


Wa KU

ini dapat diibaratkan seperti sebatang pohon yang pada


akarnya terjadi kerusakan maka batang dan daunnya
BU

juga mengalami kerusakan yang sama. Pelayanan para


misionaris yang berbeda paham dan aliran gereja menye-
babkan penambahan daftar panjang perpecahan gereja.
an

Mulai dari reformasi Luther hingga sampai hari ini.


Apabila kita menghitung secara keseluruhan maka
aw

aliran dan denominasi gereja yang sudah terdaftar di


rm

pemerintah sudah mencapai puluhan aliran dan ribuan


De

denominasi gereja. Tentu masih banyak jumlah aliran dan


denominasi gereja yang belum terdaftar. Lebih menghe­
rankan lagi ada beberapa gereja belum termasuk anggota
BAB IX | Amanat Agung 223

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Padahal


lembaga ini sebagai lembaga gereja tertua di Indonesia.
Umumnya para misionaris yang diutus tentu me­­­

a
nerima perintah dari organisasi atau aliran gereja yang

if
mengutusnya. Mereka menjalankan tugas Amanat Agung

ur
dari Tuhan Yesus dengan konsep dan tujuan organisasi
tersebut. Metode dan konsep penginjilan yang diterapkan

Ga
pun kadangkala bertentangan dengan budaya serta norma

66 ar AL
sosial masyarakat setempat. Kehadiran mereka kadang

28 n
ditentang oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk

50 di
38 Su JU
orang Kristen yang sudah menjadi anggota salah satu
13 & DI
denominasi gereja. Mereka datang bukan membawa berita
Injil melainkan budaya, kepentingan pribadi, dan kepent-
ingan aliran mereka masing-masing.
08 wu NI

Biasanya misionaris yang datang ke Indonesia tidak


Hp ru I

memiliki keahlian dalam bidang teologi agama Kristen.


Dalam aliran Baptis misalnya mendorong kaum awam
Wa KU

untuk berkhotbah tanpa menempuh pendidikan secara


BU

formal kemudian diutus menjadi misionaris. Hal ini dite-


gaskan oleh Marsden (1996:41) bahwa penyimpangan
radikal dari sebagian besar tradisi seperti ini membuat
aliran Baptis menyebar dengan cepat, karena misionar-
an

is-misionaris Baptis, yang seringkali pendidikannya tidak


aw

seberapa, sambil mengkhotbahkan pesan mereka yang


lebih egaliter.
rm

Fakta lain juga ditambahkan oleh Steenbrink


De

(1987:86-88) yang menyatakan:


“Orang Amerika memang maju di bidang teknologi
ke tingkat yang paling tinggi, tetapi di bidang keag-
224 Gereja Pecah

amaan pada umumnya agak konservatif, cenderung


menerima naskah kitab suci secara harfiah...
Dari dunia pemikiran seperti itu muncul gereja
atau aliran seperti Gereja Adven (Adventus dalam

a
bahasa Latin berarti: Kedatangan, yaitu kedatangan

if
kedua Yesus Kristus) dan kelompok studi, yang
juga menjual majalah-majalah dan publikasinya,

ur
Saksi Yehova (yang akhirnya dilarang di Indonesia).

Ga
Gerakan-gerakan ini biasanya dipelopori oleh orang
“awam”, bukan dari kalangan sarjana teologi atau

66 ar AL
pimpinan gereja. Demikianlah, antara 1909-1915,

28 n
dua orang bersaudara, Lyman dan Milton Stewart

50 di
38 Su JU
(yang kaya sekali melalui perusahaan minyaknya),
menjadi motor untuk gerakan fundamentalis itu.”
13 & DI

Dengan penuh kerendahan hati kita pun harus


08 wu NI

jujur mengakui bahwa akibat pengaruh pelayanan para


misionarislah adanya aliran dan denominasi gereja baru
Hp ru I

di Indonesia. Pengetahuan ilmu teologi yang kurang


Wa KU

memadai secara otomatis menimbulkan kesalahan dalam


menafsirkan dan mengaplikasikan berita sukacita dari
BU

Yesus Kristus. Lebih para lagi jika setiap misionaris


memiliki paham baru serta kepentingan tersendiri yang
dibungkus dengan tugas pemberitaan Injil tersebut.
an

Suatu realita yang pernah terjadi pada jaman Hindia


Belanda dimana adanya pelarangan para misionaris
aw

datang ke Indonesia. Sikap ini bertujuan mencegah perse-


rm

lisihan antara para misionaris ataupun terhadap aliran


De

dan denominasi gereja yang sudah ada sebelumnya.


Pembatasan ini terjadi sebagai akibat perbedaan teologis.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga
BAB IX | Amanat Agung 225

di seluruh dunia. Misalnya, A.H. Francke (Kuhl, 1998:30)


mengeluh pada tahun 1698 di dalam sepucuk surat
kepada seorang teman bahwa perselisihan-perselisihan

a
teologis di dalam gereja-gereja Protestan sudah menyerap

if
begitu banyak tenaga, usaha, dan mencegah pelaksanaan

ur
misi sedunia gereja-gereja Protestan. Namun usaha
pembatasan dan pencegahan ini tidak berlangsung lama.

Ga
Kehadiran misionaris pada suatu negara

66 ar AL
28 n
atau daerah pasti membuat konflik ba­

50 di
38 Su JU
ru dalam gereja. Misionaris yang memili­
ki sifat bebal maka gereja pasti mengala­
13 & DI

mi perpecahan. Jadilah misionaris yang


menghargai budaya dan gereja yang su­
08 wu NI

dah ada sebelumnya.


Hp ru I

Pengaruh pelayanan para misionaris merupa­


Wa KU

kan salah satu penyebab terjadinya kontroversi dan


­­
perpecahan dalam agama Kristen. Memang perlu di­­­­­akui
BU

juga bahwa tidak semua misionaris memiliki sikap negatif


semacam itu. Justru pertumbuhan gereja khususnya di
Indonesia adalah berkat perjuangan para misionaris yang
an

bermotivasi tulus, ikhlas, rela berkorban, penuh dedikasi,


aw

dan tanpa merubah kekristenan yang sudah ada. Untuk


mewujudkan pelayanan para misionaris yang maksimal
rm

dan bermanfaat bagi masyarakat hendaknya menghargai


De

budaya, adat istiadat, serta aliran dan denominasi gereja


yang sudah ada sebelumnya.
226 Gereja Pecah

E. Amanat Agung Vs Perpecahan Gereja


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama
ini di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa alasan

a
utama banyaknya aliran dan denominasi gereja berkaitan

if
dengan tugas Amanat Agung dari Tuhan Yesus. Amanat

ur
Agung merupakan tugas semua orang Kristen. Oleh
sebab itu, siapa pun dan dengan cara apa pun dibe-

Ga
narkan untuk memenuhi tugas panggilan itu. Terlihat

66 ar AL
sepintas semangat ini perlu mendapatkan apresiasi yang

28 n
positif. Akan tetapi, semangat memberitakan Injil dengan

50 di
38 Su JU
cara dan strategi yang bervariasi juga memungkinkan
13 & DI
timbulnya masalah-masalah baru dalam gereja yang
berakibat negatif seperti saat ini.
08 wu NI

Apa yang terdeteksi selama ini menunjukkan adanya


aliran dan denominasi gereja yang selalu menganggap
Hp ru I

bahwa cara beribadah dengan menggunakan alat musik


Wa KU

piano dan sikap yang tenang lebih bagus daripada gereja


yang memakai full music dan suasana gaduh dalam gereja.
BU

Begitu pun sebaliknya mengatakan bahwa cara bergereja


dengan sikap tenang merupakan gereja tradisional,
sehingga tidak relevan lagi pada era modern yang serba
an

canggih. Mereka saling mengklaim gerejanya lebih baik


aw

dari yang lain. Apalagi telah berhasil memberitakan Injil di


daerah belum pernah ada orang Kristennya, menganggap
rm

aliran dan denominasi gereja lain yang sudah ada sebel-


De

umnya tidak penting lagi.


BAB IX | Amanat Agung 227

Perubahan tata ibadah dan penggunaan


alat musik dalam gereja tentu tidak akan
mempengaruhi keselamatan kita di da­

a
lam Allah. Beribadahlah kepada Allah de­

if
ngan penuh keteraturan dan hormat bagi

ur
kemuliaan nama-Nya.

Ga
Pada konteks yang lain, mereka melihat keberhasilan

66 ar AL
memberitakan Injil dengan adanya jumlah jemaat yang

28 n
banyak, gedung gereja besar, gereja yang berpengaruh di

50 di
38 Su JU
masyarakat, gerejanya sudah lebih awal ada, alat musik
13 & DI
yang lengkap, melakukan baptisan secara berulang-ulang,
baptisan roh, bahasa roh, berbagai mujizat dilakukan,
08 wu NI

aktif dalam pelayanan sosial, dan sebagainya. Lebih


ironisnya lagi, mereka saling mencuri anggota jemaat lain
Hp ru I

dengan berbagai macam alasan pembenaran diri. Apakah


Wa KU

model dan konsep pemberitaan Injil seperti ini dibenarkan


oleh Tuhan Yesus?
BU

Kita harus akui bahwa setiap orang Kristen memiliki


karunia dan talentanya masing-masing. Setiap aliran
dan denominasi gereja memiliki kelebihan dan kekuran-
an

gannya sendiri. Sesungguhnya setiap talenta, karunia,


aw

kekurangan, dan kelebihan dari setiap aliran dan denom-


inasi gereja seharusnya bertujuan untuk membangun dan
rm

menyatukan gereja Tuhan. Semakin banyak perpecahan


De

dalam berbagai aliran dan denominasi telah mengindi-


228 Gereja Pecah

kasikan gereja gagal membawa berita kedamaian di bumi


ini. Mereka lebih menonjolkan perbedaan dan kelebi-
hannya masing-masing.

a
Tanpa mengurasi rasa hormat bahwa kita semua

if
harus jujur dan setuju bahwa gereja di Indonesia telah

ur
mengalami perpecahan. Untuk meminimalkan perpecahan
ini langkah awal yang harus dilakukan yaitu setiap

Ga
aliran dan denominasi gereja mulai bersatu dan saling

66 ar AL
membangun. Kelebihan pribadi pemimpin gereja atau

28 n
kelebihan dari setiap aliran dan denominasi gereja yang

50 di
38 Su JU
satu menjadi kelebihan bagi gereja yang lain. Bagi daerah
13 & DI
yang sudah ada aliran dan denominasi gereja tidak perlu
lagi membawa aliran dan denominasi gereja baru.
08 wu NI

Demi memajukan pelayanan di daerah itu maka


harus bergabung dengan gereja yang sudah ada.
Hp ru I

Kemampuan dan telenta dalam memberitakan Injil kiranya


Wa KU

diterapkan dalam gereja yang sudah ada tanpa membuka


aliran dan denominasi gereja baru. Demikian pula gereja
BU

yang sudah ada harus membuka diri dan mengadopsi


strategi pelayanan gerejawi yang sifatnya positif dalam
satu misi bersama yaitu memberitakan berita sukacita
an

kepada semua orang.


aw

Para pemimpin gereja yang memiliki strategi dalam


memberitakan Injil serta talenta lainnya harus didi-
rm

skusikan untuk diterapkan dalam gereja yang sudah ada.


De

Setiap gereja harus bisa terbuka terhadap perubahan


yang bertujuan positif. Memiliki etika yang baik dalam
menerima paham dari aliran dan denominasi gereja lain.
BAB IX | Amanat Agung 229

Penerimaan ini tidak bertujuan mengubah secara total


model atau strategi pelayanan sebelumnya, tetapi adanya
proses pembelajaran terhadap organisasi gereja baru.

a
Segala bentuk perubahan dapat diterima sepanjang tidak

if
bertentangan dengan Firman Allah.

ur
Dasar utama yang penting untuk diperhatikan
dalam konteks ini yaitu Tuhan Yesus tidak pernah

Ga
bertujuan atau memerintahkan membentuk aliran dan

66 ar AL
denominasi gereja baru dalam rangka mewujudkan tugas

28 n
Amanat Agung-Nya. Tuhan Yesus hanya berdoa agar

50 di
38 Su JU
semua gereja-Nya tidak terus mengalami perpecahan yang
13 & DI
mengerikan. Dia berharap agar kesatuan dan persatuan
dalam gereja-Nya dapat diwujudkan sebelum Dia datang
08 wu NI

kembali. Melalui pelayanan para hamba Tuhan dapat


terus memuliakan nama-Nya.
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 231

a
if
ur
BAB X

Ga
GEREJA MUTLAK BERSATU

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI

A. Doa Tuhan Yesus


Hp ru I

Sepanjang kehidupan Tuhan Yesus adalah doa.


Sejak kelahiran sampai kini Dia tetap berdoa. Dia berdoa
Wa KU

bagi orang Kristen maupun non-Kristen. Pada saat


BU

masih bayi dan belum bisa berbicara sekalipun Dia tetap


berdoa. Dalam usia yang kedelapan hari Dia dibawa oleh
orangtua-Nya ke Bait Allah untuk berdoa (Lukas 2:21-40).
an

Tidak mengherankan jika pada usia yang ke-12 tahun,


Dia pergi sendiri ke Bait Allah untuk belajar dan berdoa
aw

(Lukas 2:41-52). Dia berdoa bukan hanya satu kali, atau


rm

tiga kali (pagi-siang-malam), atau lima kali (lima waktu),


De

melainkan dilakukan-Nya dengan berkali-kali dalam


setiap hari dan waktu yang ada. Doa menjadi salah satu
prioritas utama bagi hidup dan pelayanan Yesus.

231
232 Gereja Pecah

Yesus berdoa tanpa mengenal ruang dan


waktu. Marilah berdoa sepanjang kita
­bernafas dan memiliki kesempatan untuk

a
berdoa. Tanpa doa hidup manusia pasti
­

if
hampa.

ur
Dengan melihat kehidupan Tuhan Yesus yang

Ga
penuh dengan doa, maka setiap kita yang percaya kepa-

66 ar AL
da-Nya diajar untuk berdoa. Doa adalah nafas hidup bagi

28 n
orang Kristen. Karena begitu pentingnya peranan doa

50 di
38 Su JU
bagi hidup orang Kristen maka Joseph Tong (2006:159)
13 & DI

menegaskan bahwa kita berdoa bukan saja karena doa


merupakan respon lahiriah kemanusiaan, melainkan
08 wu NI

karena doa adalah suatu jawaban kita terhadap kasih


Hp ru I

dan kemurahan Allah. Orang Kristen berdoa bukan untuk


mendapatkan sesuatu dari Tuhan, tetapi salah satu cara
Wa KU

mengucap syukur atas pemberian Tuhan.


BU

Orang Kristen patut bersyukur kepada Allah di


dalam Yesus Kristus karena masih diberi kesempatan
untuk datang berdoa kepada-Nya. Doa merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Apapun
an

suku bangsanya, budayanya, etnisnya, bahasanya,


aw

miskin atau kaya, terpelajar atau awam, pendeta atau


rm

jemaat semuanya harus berdoa. Melalui kuasa doa dapat


mengerti rahasia Tuhan atas hidup kita.
De

Dari sejumlah doa Tuhan Yesus sejak kelahiran-Nya


sampai saat ini, salah satu doa yang mengharapkan gere-
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 233

ja-Nya untuk bersatu yaitu doa yang dicatat oleh rasul


Yohanes. Firman Tuhan berkata: “Dan bukan untuk
mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-

a
orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

if
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau,

ur
ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar
mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa

Ga
Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah

66 ar AL
memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau

28 n
50 di
38 Su JU
berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama
seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau
13 & DI

di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu,


agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus
08 wu NI

Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti


Hp ru I

Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:20-23).


Menurut Harrison (2008:375) seorang Profesor
Wa KU

Perjanjian Baru di Fuller Theological Seminary menjelaskan


BU

bahwa doa ini adalah doa agung Tuhan Yesus di mana


memasukan diri-Nya sendiri di dalam doa ini, tetapi
perhatian-Nya yang utama adalah pada para murid-Nya.
Doa ini sarat dengan makna rohaniah, baik bagi Yesus,
an

murid-murid-Nya, maupun semua orang percaya. Di sini


aw

Tuhan Yesus ikut bergumul tentang apa yang dirasakan


rm

oleh murid-Nya dan seluruh orang Kristen yang betapa


sulitnya mewujudkan persatuan dan kesatuan gereja-Nya
De

di seluruh dunia, termasuk gereja-gereja yang ad­


a di
­­­
Indonesia.
234 Gereja Pecah

Doa Tuhan Yesus ini merupakan doa terakhir di


Taman Getsemani sebelum ditangkap oleh prajurit dan
penjaga Bait Allah pada saat itu. Lebih tepatnya lagi, doa

a
ini diucapkan sebelum Yudas Iskariot memeluk serta

if
mencium-Nya dengan sikap yang penuh kemunafikan

ur
serta pengkhianatan kepada-Nya (Markus 14:43-44). Isi
doa Tuhan Yesus yang terakhir ini memang tidak dicatat

Ga
secara detail oleh rasul Matius, Markus, maupun Lukas,

66 ar AL
melainkan hanya rasul Yohanes yang menguraikannya

28 n
lebih mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes

50 di
38 Su JU
sebagai murid yang lebih dekat dengan Yesus mengerti
13 & DI
arti pentingnya makna persatuan dan kesatuan umat
Tuhan di segala waktu dan tempat.
08 wu NI

Tuhan Yesus berdoa agar gereja-Nya ber­


Hp ru I

satu. Yesus masih tetap berdoa di ­sorga


sampai sekarang agar semua umat-Nya
Wa KU

hidup dalam keharmonisan dan keru­


BU

kunan.

Apabila kita merenungkan kembali kisah perjalanan


kehidupan umat Israel pada Perjanjian Lama, kehidupan
an

para rasul pada Perjanjian Baru, dan kehidupan orang


aw

Kristen sampai saat ini menunjukkan bahwa persatuan


dan kesatuan sebagai Tubuh Kristus belum pernah
rm

terwujud. Persekutuan umat Tuhan yaitu Gereja-Nya telah


De

lama mengalami perpecahan. Adanya perbedaan antara


budak dan orang merdeka, hamba dan tuan, Yahudi dan
Yunani, golongan Paulus dan Apolos, golongan Kefas
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 235

dan Kristus, perbedaan aliran dan denominasi gereja,


perbedaan baptisan percik dan selam, Kristen kaya dan
miskin, dan sebagainya. Semua perbedaan-perbedaan ini

a
terus diperdebatkan dan dijadikan sengketa hingga kini.

if
Jika perbedaan yang sering ditonjolkan maka gereja

ur
pasti mengalami perpecahan. Gereja tidak bisa bersatu
pada tataran sikap ini. Yesus adalah manusia sejati dan

Ga
Allah sejati mengetahui apa yang akan terjadi bagi gere-

66 ar AL
ja-Nya ke depan. Bahkan perpecahan sudah mulai terasa

28 n
ketika Dia melayani selama tiga setengah tahun di dunia

50 di
38 Su JU
ini. Misalnya, perpecahan antara kesebelas murid dengan
13 & DI
Yudas Iskariot yang telah memisahkan diri serta pergi
menjual Yesus kepada imam-imam kepala seharga 30
keping perak pada saat Dia berdoa di taman Getsemani
08 wu NI

(Matius 26:14-15; Markus 14:43-44). Setelah kematian


Hp ru I

Yesus kesebelas murid-Nya juga bercerai-berai dan


Wa KU

kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.


Perpecahan gereja juga terasa pada masa pelayanan
BU

rasul Paulus di dalam jemaat Korintus. Paulus mengin-


gatkan mereka dengan kuasa Firman Tuhan: “Tetapi aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan
kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan
an

ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya


aw

kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab pertama-tama


aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai
rm

Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, supaya jangan


De

terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggo-


ta-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1
Korintus 1:10; 11:18; 12:25).
236 Gereja Pecah

Kita yakin sampai saat ini Tuhan Yesus di sorga


terus mendokan gereja-Nya agar cepat bersatu. Namun
perpecahan demi perpecahan terus saja terjadi bukan

a
hanya pada masa pelayanan para rasul Paulus, tetapi

if
perpecahan ini pun terjadi sampai saat ini. Perpecahan

ur
yang terjadi telah menyimpang dari pesan Tuhan Yesus.
Berdasarkan Firman Tuhan dalam Yohanes 17:20-23

Ga
membuktikan Yesus sangat peduli, prihatin, dan meng-

66 ar AL
harapkan kesatuan bagi gereja-Nya. Dalam doa ini Yesus

28 n
menangis serta berseru dengan mengucapkan 3 kali

50 di
38 Su JU
kalimat, yaitu: “supaya mereka semua menjadi satu”;
13 & DI

“supaya mereka menjadi satu”, dan “supaya mereka


sempurna menjadi satu”.
08 wu NI

Predikat “menjadi satu” merupakan kehendak Yesus


Kristus dalam isi doa-Nya. Berdasarkan kesaksian Alkitab
Hp ru I

menegaskan bahwa Doa Agung ini bertujuan supaya


Wa KU

semua orang percaya atau Gereja-Nya bersatu (Kolose


3:15). Demi terwujudnya kebersatuan gereja-Nya maka
BU

semua pemimpin gereja dan orang Kristen harus berdoa.


Menurut Joseph Tong (2006:160) bahwa gereja
yang berdoa damai dan subur, tetapi gereja yang tak
an

berdoa picik dan lemah. Perkataan ini dapat memberi


kita semangat sekaligus sikap intropeksi diri terhadap
aw

kualitas doa kita selama ini. Jadi, gereja harus berdoa


demi tercapainya kesatuan gereja-Nya. Tujuan akhir dari
rm

“menjadi satu” merupakan suatu proses untuk menuju


De

yang “sempurna”. Kesempurnaan yang dimaksud yaitu


sempurna menjadi satu sesuai kehendak Allah Tritunggal
yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 237

B. Berbeda Tetapi Oikumene


Selain Injil Yohanes 17:20-23 yang menjadi tema
sentral kebersatuan gereja, maka surat Paulus kepada

a
jemaat Filipi juga menekankan hal yang sama. Dalam Filipi

if
2:1-11 memaparkan tentang sikap Paulus menasihati

ur
jemaat yang terancam dalam perpecahan. Jemaat
Filipi sudah mulai terbentuk faksi-faksi yang saling

Ga
bermusuhan satu sama lain. Dalam situasi itu Paulus

66 ar AL
menekankan supaya mereka menjadi satu. Nasihat itu

28 n
berdasarkan kehendak Kristus agar gereja-Nya utuh dan

50 di
38 Su JU
bersatu sebelum kedatangan-Nya kembali.
13 & DI
Rasul Paulus menasihati agar jemaat tetap sehati
sepikir, satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan, saling
08 wu NI

merendahkan diri serta saling mengasihi. Di sinilah


Paulus sebagai rasul Kristus minta agar jemaat jangan
Hp ru I

menuruti kemanusiaan mereka, tetapi supaya berpikiran,


Wa KU

berperasaan, dan meneladani Kristus Yesus dalam


seluruh aspek kehidupannya. Melalui kesatuan orang
BU

Kristen menjadikan dunia ini pun dapat bersatu.


Kita harus mengakui secara jujur bahwa aliran dan
denominasi gereja di Indonesia sampai saat ini sangat
an

banyak. Jumlah yang sangat banyak inilah menunjukkan


aw

gereja yang satu berbeda dengan lainnya. Semakin hari


perbedaan ini semakin ditonjolkan, sehingga tujuan
rm

utama gereja untuk memberitakan kabar sukacita kepada


De

semua orang sering mengalami masalah. Orang Kristen


yang sejatinya menjadi duta Kristus justru menjadi batu
sandungan bagi agama lain.
238 Gereja Pecah

Pertambahan serta perbedaan aliran dan deno­


minasi gereja di Indonesia mengindikasikan kesatuan
gereja belum bisa tercipta sampai sekarang ini. Hanya

a
sebagian kecil pemimpin gereja dan orang Kristen yang

if
memimpikan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan

ur
gereja-Nya. Bersatunya gereja Tuhan merupakan sebuah
harapan baru dan indah yang tidak perlu ditawar lagi.

Ga
Oleh sebab itu, salah satu wadah untuk mewujudkan

66 ar AL
kesatuan tersebut yaitu gerakan oikumenisme.

28 n
50 di
38 Su JU
Perbedaan tidak selamanya dipertentang­
13 & DI
kan, tetapi perbedaan bisa berdampingan.
Tanpa perbedaan tidak mungkin menger­
ti akan kekurangan dan kelemahan kita.
08 wu NI

Perbedaanlah yang membuat kita bersa­


Hp ru I

ma dan berbahagia.
Wa KU

Kata “oikumene” dalam bahasa Yunani terdiri dari


BU

dua kata yaitu: “oikos” artinya rumah, tempat tinggal,


sedangkan kata ‘menein” yang berarti tinggal. Secara
harafiah “oikumene” berarti “rumah yang didiami”. Dalam
arti tempat, “oikumene” berarti dunia yang didiami (Luk.
an

4:5; Rm. 10:18; Ibr. l:6). Dalam arti politik, Injil Lukas
aw

menyebutkan kaisar Agustus mengadakan sensus di


“seluruh dunia” yang berarti seluruh wilayah jajahan
rm

Romawi (Luk. 2:1). Dalam kitab Ibrani kata “dunia”


De

dipakai dalam arti teologis yaitu dunia yang telah dita-


klukkan dan disatukan di bawah pemerintahan Kristus
(Ibr. 2:5). Dalam gerakan oikumene ini terkenal semboyan
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 239

“Ut Omnes Unum Sint”, artinya “Supaya Semua Men­jadi


Satu.”

Kesatuan gereja Tuhan merupakan harga mutlak.

a
Oleh sebab itu, konsep kesatuan inilah harus bisa

if
diaplikasikan oleh beberapa gereja di seluruh dunia yang

ur
kita kenal dengan nama Dewan Gereja-gereja di Dunia
(DGD) sejak tahun 1948. Selanjutnya gerakan oikumenis

Ga
ini pun terbentuk di Indonesia dengan nama Dewan Gere-

66 ar AL
ja-gereja di Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei 1950 di

28 n
Jakarta. Dalam struktur awalnya, DGI diketuai oleh Prof.

50 di
38 Su JU
T.S. Gunung Mulia dan Sekretaris Ds. W.J. Rumambi.
13 & DI
Beberapa tahun kemudian DGI berubah menjadi Perse-
kutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada sidang raya
08 wu NI

di Ambon tahun 1984 dan istilah PGI masih tetap dipakai


sampai sekarang ini.
Hp ru I

Penyebab munculnya berbagai aliran dan denomi­


Wa KU

­nasi gereja, antara lain adanya luas wilayah pelayanan,


adanya pengaruh dari berbagai jenis filsafat duniawi,
BU

kurang tegas dan ketatnya pengajaran tentang Kristen,


dan berbagai jenis motivasi individu muncul dalam
pelayanan gerejawi. Semua yang disebutkan itu membuat
an

masing-masing pemimpin gereja atau orang Kristen


aw

menjadi berbeda pendapat. Selain itu pemahaman atau


cara pandang terhadap suatu doktrin dalam kekristenan
rm

terus menjadi sorotan. Sikap ini pemicu munculnya


De

rasa tidak suka dan tidak puas pada gereja sebelumnya.


Akibatnya, keinginan untuk melepaskan diri dari gereja
induk serta membuat aliran atau denominasi baru yang
240 Gereja Pecah

ideal menurut pemahamannya masing-masing.


Berbagai macam pandangan negatif yang dianggap
sebagai kelompok murtad dan bidat atau sesat. Pemberian

a
nama dan label pada aliran dan denominasi gereja

if
merupakan pemikiran manusia yang berdosa. Tuhan

ur
Yesus tidak pernah merencanakan gereja-Nya untuk
terbagi dalam berbagai aliran dan denominasi. Para rasul

Ga
sendiri tidak pernah menganjurkan adanya perpecahan

66 ar AL
dalam agama Kristen. Sebab Kristus itu adalah satu dan

28 n
tidak pernah dibagi-bagi (1 Korintus 1:10). Dan tidak ada

50 di
38 Su JU
ayat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
13 & DI
yang menganjurkan bahwa terbentuknya sebuah aliran
dan denominasi gereja itu adalah alkitabiah.
08 wu NI

Harapan terwujudnya kesatuan seluruh gereja


di Indonesia merupakan komitmen bersama seluruh
Hp ru I

komponen orang Kristen. Kendati lembaga PGI sudah lama


Wa KU

berada di tengah gereja dan bangsa ini, tetapi belum bisa


menyatukan berbagai perbedaan organisasi gereja sampai
BU

saat ini. Walaupun PGI sudah bekerja keras namun


sejalan dengan usaha mereka dalam menyatukan gereja
justru aliran dan denominasi gereja pun ikut bertambah.
an

Adanya aliran dan denominasi gereja yang menolak dan


aw

membentuk lembaga lain untuk mengakomodir seluruh


bidang pelayanan gerejanya.
rm

Gerakan oikumenis selain PGI ikut juga berkembang


De

pesat di Indonesia. Beberapa di antaranya: Dewan Pante-


kosta Indonesia (DPI), Persekutuan Injili Indonesia (PII),
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 241

Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII),


Persekutuan Gereja-gereja Tionghoa di Indonesia (PGTI),
Persekutuan Baptis Indonesia (PBI), Persekutuan Gereja

a
dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Persekutuan Gere-

if
ja-Gereja Mandiri Indonesia (PGMI), Persekutuan Gereja

ur
Orthodox di Indonesia (PGOI), Persekutuan Gereja Penta-
kosta Indonesia (PGPI), dan sebagainya. Selain itu ada

Ga
juga gerakan oikumenis lokal yang melayani pada setiap

66 ar AL
Propinsi, Kotamadya, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.

28 n
Pada awalnya gerakan paguyuban ini hanya bertujuan

50 di
38 Su JU
untuk belajar memahami serta berusaha menerima
13 & DI
perbedaan yang ada.
Beberapa gerakan oikumenis lokal yang sudah ada
08 wu NI

di Indonesia, yaitu:
a. Sinode Am Gereja-gereja Sulawesi Utara/Tengah
Hp ru I

(SAG SULUTTENG).
Wa KU

b. Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK).


Jumlah POUK saat ini sekitar 79 di seluruh
BU

Indonesia yang melayani orang Kristen di


pemukiman atau perusahaan tertentu.
c. Badan Kerjasama Kegiatan Kristen (BK3).
an

d. Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSAG).


aw

e. Forum Komunikasi Antar Gereja (FKAG).


f. Musyawarah Pelayanan Antar Gereja (MPAG).
rm

g. Bali Partnership yaitu wadah pelayanan bersama


De

di daerah Bali, dan sebagainya.


242 Gereja Pecah

Perbedaan organisasi menunjukkan se­


buah identitas kekuasaan. Orang yang

a
haus kekuasaan adalah orang yang me­

if
misahkan diri dari kelompoknya. Haus
kekuasaan tidak akan membawa seseo­

ur
rang hidup dalam kedamaian.

Ga
Keberadaan gerakan oikumenis nasional, lokal,

66 ar AL
28 n
dan konsep penyatuan gereja yang dikumandangkan

50 di
38 Su JU
oleh beberapa teolog maupun pemimpin gereja belum
bisa menyatukan gereja sebagaimana harapan Tuhan
13 & DI

Yesus. Semakin banyak organisasi oikumenis sesung-


guhnya gereja menunjukkan dirinya telah mengalami
08 wu NI

perpecahan yang semakin besar. Memang perpecahan


Hp ru I

dalam agama Kristen Katolik tidak separah dengan agama


Wa KU

Kristen Pro­testan. Perpecahan gereja selama ini dimulai


dari perbedaan paham, pendapat, gaya kepemimpinan,
BU

doktrin, bentuk gereja, strategi penginjilan, organisasi


gerja, dan lain-lain.
Fenomena perpecahan dalam agama Kristen
an

Pro­testan yang sedang terjadi saat ini jika tidak disikapi


dengan bijaksanana serta terbeban untuk membena-
aw

hinya, maka dipastikan akan menjurus pada perpecahan


rm

gereja secara besar-besaran pada beberapa tahun ke


De

depan. Kemungkinan besar perpecahan semacam inipun


akan dipergunakan oleh golongan dan oknum tertentu
untuk menindas kekristenan di Indonesia. Waspadalah
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 243

akan kemungkinan buruk tersebut!


Tuhan Yesus terus berdoa hingga kini agar gere-
ja-Nya tetap bersatu. Memang banyaknya aliran dan

a
denominasi gereja saat ini tentu sangat sulit mencapai

if
kesatuan. Memang aliran dan denominasi gereja yang

ur
sudah ada, secara manusia tidak mungkin untuk dilebur
menjadi satu aliran atau denominasi gereja saja. Akan

Ga
tetapi, setidaknya ada niat bersama seluruh orang Kristen

66 ar AL
untuk menyatukan gereja-Nya mulai dari diri sendiri serta

28 n
50 di
38 Su JU
tiap organisasi gereja yang sudah ada di bumi pertiwi ini.
Ketika Yesus Kristus datang kembali ada sejuta
13 & DI

harapan bahwa gereja-Nya telah bersatu menjadi “Gereja


Kristus”. Gereja Kristus berarti gereja yang dipimpin
08 wu NI

secara langsung oleh Kristus tanpa menonjolkan aliran


Hp ru I

atau denominasi tertentu. Oleh sebab itu, langkah awal


yang bisa dilakukan dalam rangka mewujudkan Gereja
Wa KU

Kristus, adalah menghindari perpecahan gereja yang baru,


BU

tidak membentuk aliran dan denominasi gereja baru, dan


saling menerima perbedaan yang ada tentunya.

C. Bersatu Dalam Misi Bersama


an

Setiap orang yang dipanggil oleh Allah dari berbagai


bangsa, suku, ras, etnis, bahasa, dan budayanya masing-
aw

masing di dikumpulkan untuk menjadi satu tubuh


rm

dengan-Nya. Relevansi penyatuan ini bisa dilihat dengan


De

memiliki gedung gereja sebagai simbol dan identitas


kebersamaan orang Kristen di seluruh dunia. Ketika
masyarakat melihat gedung gereja maka di sana pasti ada
244 Gereja Pecah

orang Kristen. Gedung gereja berfungsi sebagai tempat


beribadah kepada Allah dan sekaligus menjadi sarana
persekutuan di antara orang Kristen yang berasal dari

a
berbagai tempat, bahasa, aktivitas, dan kebudayaan

if
mereka masing-masing.

ur
Dalam sebuah gedung gereja dilaksanakan berbagai
kegiatan kerohanian seperti menyanyi, bersaksi, berdoa,

Ga
memberi persembahan, mengadakan perjamuan kudus,

66 ar AL
membaptis, sidi, pemberkatan pernikahan, dan yang lebih

28 n
penting lagi membaca serta merenungkan Firman Tuhan.

50 di
38 Su JU
Semua kegiatan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan
13 & DI
untuk memuliakan Allah serta menyampaikan visi-mi-
si-Nya kepada semua masyarakat. Dalam gedung gereja
08 wu NI

juga jemaat merasakan pentingnya belajar menerima


perbedaan yang ada.
Hp ru I

Satu persekutuan dimulai dari pemaha­man ser­­­­­­­­ta


Wa KU

pengakuan tentang adanya satu Gere­ja yang esa. Kemu-


dian pengakuan ini diikatkan dalam kasih dan kuasa
BU

Allah Tritunggal pemilik gereja yang sesungguhnya.


Allah yang memimpin gereja untuk bersatu dalam melak-
sanakan mi­­­si memberitakan Injil kepada semua orang.
Dalam perjalanan sejarah gereja dalam dunia ini, mulai
an

dari Utara, Selatan, Barat, dan Timur menunjukkan


aw

bahwa orang percaya kepada Yesus Kristus dipanggil dan


dituntun oleh Roh Kudus untuk menjadi satu persekutu-
rm

an serta menjadi kesaksian hidup di masyarakat (Lukas


De

13:29; Matius 8:11). Dalam keesaan inilah semua orang


Kristen terpanggil serta bergerak tanpa henti mewujud-
kan misi Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 245

orang berdosa di seluruh dunia.

Perbedaan tidak selamanya menjadi mo­


mok yang menakutkan, sebaliknya bisa

a
menjadi kekuatan untuk memberitakan

if
Injil di seluruh dunia. Tercapainya kerin­

ur
duan ini jika saling menerima perbedaan
yang ada.

Ga
66 ar AL
Misi Tuhan Yesus di dunia ini yaitu menging-

28 n
inkan agar tiada satu pun manusia di dunia ini tersesat,

50 di
38 Su JU
melainkan memperoleh anugerah keselamatan dari-
13 & DI
Nya. Kendati aliran dan denominasi gereja serta strategi
penginjilan memiliki banyak perbedaan, tetapi diharapkan
08 wu NI

tetap bersama dalam memberitakan Injil-Nya. Seiring


menjalankan misi agung ini, Yesus tetap mendoakan
Hp ru I

agar semuanya bersatu baik yang sudah mendengar Injil


Wa KU

maupun yang baru percaya kepada-Nya. Dengan demikian,


kita memiliki harapan yang sama agar semua aliran dan
BU

denominasi gereja di Indonesia dan dunia pada umumnya


kembali pada rencana Allah semula yaitu bersatu. Kita
harus menjalankan visi-misi Kristus di dunia ini sampai
an

Dia datang kembali (Galatia 3:28).


aw

D. Bersatu Itu Mutlak


rm

Persatuan dan kesatuan seperti apakah yang


didoakan oleh Tuhan Yesus? Jawabannya sangat
De

sederhana agar semua gereja-Nya bersatu menjadi


Gereja Kristus! Gereja Kristus adalah gereja yang meng-
246 Gereja Pecah

hadirkan Kristus dalam seluruh pelayanan gereja tanpa


menonjolkan aliran dan denominasi, doktrin, sistem
pemerintahan, pengakuan gereja besar atau kecil, dan

a
pemimpin yang berkharisma atau pun sederhana. Bersa-

if
tunya gereja Tuhan menjadi tanggung jawab semua

ur
orang Kristen. Kesatuan yang dimaksud mulai dari murid
pertama Tuhan Yesus sampai kepada orang Kristen di

Ga
seluruh dunia sampai Dia datang kembali.

66 ar AL
Perlu disadari bahwa kesatuan merupakan alat

28 n
50 di
38 Su JU
kesaksian kita supaya dunia ini percaya akan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan satu-satunya Juruselamat.
13 & DI

Yesus sendiri menghendaki supaya semua gereja-Nya


bersatu. Karena itu panggilan supaya menjadi satu ini
08 wu NI

tidak perlu dianggap sepele. Kita menyikapi panggilan


Hp ru I

untuk bersatu tentu tidak boleh bertolak dari suatu sikap


mau atau pun tidak mau, senang atau pun tidak senang,
Wa KU

dan tidak ada tawar-menawar di dalamnya. Gereja harus


BU

bersatu dan mutlak adanya.


Mengingat pentingnya gereja bersatu adalah mut-
lak, maka pergumulan tentang keesaan gereja menjadi
tanggung jawab semua orang Kristen. Memang upaya
an

mewujudkan keesaan gereja telah memakan wak­­­­tu pan-


aw

jang baik di tingkat internasional maupun nasio­­­­­


nal.
rm

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) misalnya


pernah memperjuangkan keesaan secara nasional pada
De

tahun 1967 di Makassar. Dalam rumusan ini kepelbaga-


ian atau perbedaan itu diakui dan diterima. Gereja satu
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 247

sama lain memang berbeda-beda, tatapi harus bersatu.


Segelintir pemimpin Kristen yang memahami secara be-
nar makna doa Tuhan Yesus pasti menerimanya secara

a
tulus. Akan tetapi, sebagian pemimpin yang memiliki am-

if
bisi pribadi serta kelompoknya justru menolaknya sampai

ur
saat ini.
Dalam mewujudkan kesatuan gereja-Nya tentu kita

Ga
memiliki keterbatasan, tetapi atas kehendak Allah, Yesus

66 ar AL
Kristus, dan kuasa Roh Kudus pasti gereja-Nya bersatu.

28 n
50 di
38 Su JU
Kapan dan dimulai dari gereja yang mana semuanya masih
dalam rahasia-Nya. Oleh sebab itu, perlu kita memiliki
13 & DI

keyakinan iman dan pengharapan akan terwujudnya


gereja Tuhan tetap bersatu. Sebab, Harrison (2008:379)
08 wu NI

mengingatkan kita bahwa iman merupakan syarat yang


Hp ru I

diperlukan untuk menikmati hidup dari Allah dan karena


itu juga untuk memasuki kesatuan yang mula-mula
Wa KU

terdapat di dalam ke-Allahan dan kemudian di dalam


BU

Tubuh Kristus, yaitu Gereja.


Selain prinsip di atas, kesatuan gereja juga dapat
diawali melalui kehidupan spiritual setiap pemimpin gereja
dan orang Kristen secara keseluruhan. Sebagaimana
an

Paulus menuliskan: Tunjukkanlah kasihmu dalam hal


aw

saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan


rm

Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh (Roma 12:5;


I Kor. 12:12, 20), dan satu Roh (I Kor.12:4), sebagaimana
De

kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang


terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan (I Kor.8:6;
248 Gereja Pecah

12:5), satu iman, satu baptisan, satu Allah (I Kor.8:6;


12:6) dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan
oleh semua dan di dalam semua (I Kor. 12:4-6; Filipi 2:2).

a
E. Bertumbuh Tetapi Bersatu

if
Firman Tuhan menegaskan kepada kita bahwa

ur
seluruh umat Kristen adalah satu karena mengimani

Ga
serta memiliki Tuhan yang sama yaitu Allah Bapa, Yesus
Kristus, dan Roh Kudus. Gereja adalah tubuh Kristus

66 ar AL
28 n
yang kelihatan di dunia ini (Kolose 1:18; Efesus 1:23) seka-

50 di
38 Su JU
ligus Kristus adalah Kepala atas seluruh orang Kristen
(Efesus 1:22; 4:15). Pada kenyataannya gereja terpecah
13 & DI

belah dalam berbagai aliran dan denominasinya masing-


masing. Lebih menyedihkan lagi karena satu sama lain
08 wu NI

saling bersaing dalam perebutan anggota jemaat untuk


Hp ru I

melegitimasi gerejanya telah mengalami pertumbuhan


yang hebat.
Wa KU

Pertumbuhan gereja tidak bisa dilihat dari pertam-


BU

bahan jumlah anggota gereja semata, melainkan kualitas


anggota jemaat dalam menjunjung tinggi nilai keesaan
gereja itu sendiri. Apabila kita melihat kembali semua
orang Kristen mula-mula yang menjadi percaya kerena
an

mendengar Injil, memberikan diri mereka dibaptis, mereka


aw

memasuki persekutuan orang percaya yang sehati, sejiwa,


rm

saling membantu, dan saling menyayangi. Kesatuan


mereka adalah sedemikian rupa eratnya sehingga mereka
De

disukai oleh banyak orang termasuk yang belum percaya


sama sekali. Pada akhirnya jumlah mereka semakin
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 249

bertambah karena diberkati oleh Tuhan (Kisah Para Rasul


2:41-47). Belajar dari pertumbuhan gereja mula-mula
itulah kita makin menjadi yakin bahwa tidak ada kuasa

a
duniawi yang mampu menghalangi karya Tuhan dalam

if
memberikan pertumbuhan bagi gereja-Nya.

ur
Keesaan gereja betul-betul terwujud apabila semua
orang Kristen mengatasi segala hal yang memisahkan

Ga
mereka satu sama lain. Semua orang Kristen harus menya-

66 ar AL
takan secara jelas kesatuan mereka dalam Kristus Yesus

28 n
melalui ibadah bersama, kesaksian bersama, pelayanan

50 di
38 Su JU
bersama, dan organisasi bersama. Untuk mencapai
13 & DI
seluruh bentuk kebersamaan ini maka diperlukan sikap
ketulusan, kekudusan, kebenaran, dan keterbukaan.
08 wu NI

Doa Tuhan Yesus tentang kesatuan gereja-Nya bukan


saja ditujukan kepada murid-murid-Nya pada waktu itu,
Hp ru I

tetapi seluruh orang Kristen dari berbagai tempat dan


Wa KU

waktu sampai saat ini.


Prinsip-prinsip keesaan gereja bukanlah hasil
BU

pikiran dan hasil kerja manusia, melainkan Yesus sendiri


yang menginginkannya. Dengan demikian keesaan itu
adalah keesaan di dalam Kristus. Keesaan gereja-Nya
an

merupakan suatu kesaksian kepada dunia, agar dunia


aw

percaya bahwa Yesus Kristus telah diutus oleh Allah Bapa


sebagai Tuhan dan juru selamat bagi semua manusia
rm

yang bersatu dengan-Nya. Persekutuan tubuh Kristus


De

itu bukanlah suatu keseragaman tapi bukan pula keter-


pisahan. Persekutuan tubuh Kristus terdiri atas berbagai
250 Gereja Pecah

anggota, karunia, dan talenta masing-masing, tetapi


diikat menjadi satu kesatuan dalam lembaga rohani yaitu
Gereja Kristus.

a
Dengan keyakinan iman bahwa gereja sempurna

if
menjadi satu adalah harapan dan doa kita semua. Sekali

ur
lagi harus disadari bahwa kesatuan gereja tidak dapat
dicapai dengan usaha manusia semata, tetapi oleh kemu-

Ga
rahan dan anugerah dari Allah Tritunggal yang dapat

66 ar AL
mengubahkan setiap hati pemimpin gereja dan orang

28 n
Kristen di seluruh Indonesia khususnya dan dunia pada

50 di
38 Su JU
umumnya. Kesatuan gereja bukan hanya untuk kepuasan
13 & DI
serta kepentingan aliran dan denominasi gereja tertentu
saja, tetapi kehendak Kristus Yesus atas gereja-Nya.
08 wu NI

Perwujudan kesatuan gereja harus direkatkan dengan


kasih Kristus bagi umat-Nya. Selanjutnya, kasih itu terus
Hp ru I

diaplikasikan antara sesama pemimpin gereja dan seluruh


Wa KU

orang Kristen.
Dengan demikian, keesaan itu merupakan anugerah
BU

dan sekaligus panggilan dari Tuhan atas semua orang


percaya. Dalam mewujudkan panggilan agung dari
Tuhan hasilnya harus menjadi nyata. Penyatuan gereja
an

adalah pekerjaan yang paling berat karena berbagai


aw

aliran, denominasi, dan kepentingan sudah berakar dan


tumbuh subur di Indonesia. Wadah oikumenis dapat dija-
rm

dikan referensi, sarana, dan langkah awal persatuan ini.


De

Gereja harus selalu bersaudara dan berpartisipasi dalam


berbagai kepentingan bersama. Setiap gereja harus ikut
merasakan penderitaan orang lain dan hidup rukun dari
BAB X | Gereja Mutlak Bersatu 251

berbagai aliran serta denominasi gereja mana pun. Gereja


harus terus bertumbuh sampai semua orang di seluruh
dunia mendengar Injil Tuhan.

a
if
Apapun aliran dan denominasinya, ma­
ka gereja mutlak bersatu sebelum Tuhan

ur
Yesus datang kedua kalinya. Gereja yang

Ga
bersatu adalah gereja yang mengakui
kepemimpinan Kristus bagi gereja-Nya.

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
BAB XI | Kesimpulan 253

a
if
ur
BAB XI

Ga
KESIMPULAN

66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Kita patut mengucapkan syukur kepada Allah
Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal)
08 wu NI

atas anugerah dan kesempatan yang diberikan bagi kita,


sehingga ada waktu menerima berita sukacita dari Injil
Hp ru I

sampai hari ini. Dengan pemahaman Injil yang benar maka


Wa KU

dapat membuat kita mengerti jalan keselamatan serta


sekaligus menjadi alat bagi Dia untuk menyelamatkan
BU

orang lain. Hampir semua daerah, suku, bahasa, budaya,


dan golongan masyarakat di Indonesia telah mendengar
Injil. Dapat dikatakan bahwa pemberitaan Injil telah nyata
an

mengalami pertumbuhannya selama ini.


Tidak semua orang atau bangsa yang dapat memiliki
aw

kesempatan untuk menerima Injil. Oleh karena itu, ketika


rm

ada kesempatan untuk mendengar Injil yang disampaikan


De

oleh seseorang atau melalui sarana penginjilan lainnya,


janganlah keraskan hatimu!? Terimalah Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatmu secara pribadi dengan

253
254 Gereja Pecah

tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan di dalam


gereja-Nya.
Seiring pertumbuhan pekabaran Injil tersebut maka

a
berbagai aliran dan denominasi gereja pun mengalami

if
peningkatan. Melihat kondisi ini menunjukkan bahwa

ur
gereja-gereja di Indonesia telah mengalami perpecahan
(skisma). Fenomena yang sama pula terjadi di gereja-gereja

Ga
belahan dunia lainnya. Penyebab utama perpecahan gereja

66 ar AL
ini pada umumnya karena perbedaan doktrin, sistem

28 n
kepemimpinan, strategi penginjilan, dan sebagainya.

50 di
38 Su JU
Perbedaan-perbedaan semacam inilah yang menimbulkan
13 & DI
reaksi dari setiap pemimpin gereja dan beberapa orang
Kristen tidak mau menerima keberadaan gereja yang baru
atau pun gereja yang sudah ada sebelumnya. Mereka
08 wu NI

saling mempertahankan keeksistensi gerejanya masing-


Hp ru I

masing serta merasa dirinya paling benar dan alkitabiah.


Ketika gereja kehilangan jati dirinya sebagai lembaga
Wa KU

agama atau lembaga kerohaniaan, maka pada saat itulah


BU

kekuasaan, hegemoni, penindasan, kebohongan, dan


keserakahan semakin tumbuh subur serta menggerogoti
seluruh sendi-sendi kehidupan iman umat Kristen. Segala
bentuk kebijakan pemimpin gereja menjadi sumber
an

konflik, baik dalam gereja itu sendiri maupun terhadap


aw

aliran dan denominasi gereja lain. Akibatnya situasi ini


dapat dipakai oleh pihak tertentu untuk mengadu domba
rm

umat Kristen.
De

Alasan retorika banyaknya aliran dan denomi­


­nasi gereja sering dijadikan pembenaran dalam konteks
pemberitaan Injil. Strategi ini dianggap mampu dan cepat
BAB XI | Kesimpulan 255

dalam menyampaikan berita sukacita ini. Tentu alasan


ini tidak benar jika melihat pertumbuhan umat Kristen
sampai saat ini. Dalam kenyataannya umat Kristen belum

a
mengalami peningkatan yang signifikan. Justru saling

if
“mencuri” anggota jemaat dari gereja lain. Metode pengin-
jilan yang dilakukan kadang bertentangan dengan Alkitab

ur
serta menyinggung organisasi gereja lain. Konsep berpikir

Ga
seperti ini sangat tidak relevan dengan harapan dan
tujuan Tuhan Yesus dalam melaksanakan tugas Amanat

66 ar AL
28 n
Agung itu sendiri. Dia menghendaki agar pemberitaan

50 di
38 Su JU
Injil dilakukan secara benar tanpa harus ada aliran dan
denominasi gereja yang banyak.
13 & DI

Apabila kita semua setuju bahwa gereja selama ini


baik di Indonesia maupun di luar negeri telah mengalami
08 wu NI

perpecahan yang besar. Padahal kita tahu bahwa agama


Kristen Protestan masih dalam satu agama, Alkitabnya
Hp ru I

secara keseluruhan masih sama, Tuhan yang disembah


Wa KU

adalah Allah Tritunggal. Marilah kita berjuang bersama


untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam gereja
BU

Tuhan. Jangan lagi kita menambah aliran dan denominasi


gereja baru, melainkan berusaha untuk menyatukannya
kembali. Setiap kita harus bisa menerima perbedaan yang
an

ada sebagai langkah menuju kebersamaan. Marilah bersa-


ma-sama mulai mewujudkan kebersamaan dan kesatuan
aw

itu dalam hal yang kecil menuju pada kesempurnaan yang


rm

dikehendaki oleh Kristus.


De

Semua harapan ini tidak akan terwujud apabila


pribadi tiap pemimpin gereja telah tertanam sikap egosen-
tris. Mereka tidak pernah mengindahkan Doa Agung
256 Gereja Pecah

Tuhan Yesus yang menghendaki agar gereja-Nya tetap


bersatu. Yesus terus berdoa sampai kini supaya gere-
ja-Nya bersatu di dalam kepelbagaian yang ada sebelum

a
kedatangan-Nya kembali. Keesaan gereja Tuhan mutlak

if
harus diwujudkan tanpa meninggalkan misi utama yaitu

ur
memberitakan Injil yaitu kabar sukacita kepada semua
orang di seluruh dunia.

Ga
Marilah kita bertobat kepada Allah atas apa yang

66 ar AL
kita lakukan selama ini dalam gereja-Nya. Marilah kita

28 n
memberitakan Injil dengan cara yang benar dan elegan,

50 di
38 Su JU
sehingga hormat dan kemuliaan hanya bagi Allah.
13 & DI
Bukan keegoisan pribadi, apalagi menonjolkan aliran
dan denominasi gereja masing-masing. Dalam mewu-
08 wu NI

judkan persatuan dan kesatuan gereja Kristus di seluruh


Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi,
Hp ru I

sebagai orang percaya harus memiliki kerinduan dan


Wa KU

keyakinan akan kesatuan gereja Tuhan tersebut. Bukan


saja di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Oleh karena
BU

itu, beberapa pokok pikiran yang perlu kira renungkan


secara bersama-sama, yaitu:
1. Setiap pemimpin gereja mulai dari Pendeta,
an

Penginjil, Mejelis Jemaat, dan Majelis Sinode


aw

harus memahami dan mengerti akan tugas


panggilannya di dalam gereja. Setiap unsur ini
rm

harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan


De

fungsinya masing-masing dan bukan karena


memiliki kekuasaan semata. Pemahaman yang
benar akan tugas panggilan itu menjadikan
BAB XI | Kesimpulan 257

gereja sebagai lembaga spiritual yang harmonis


di dunia ini.
2. Setiap pemimpin dari aliran dan denominasi

a
gereja harus menjunjung tinggi nilai kesatuan

if
atas gereja-Nya sebagaimana doa Tuhan Yesus.

ur
Dengan demikian, setiap pemimpin dapat
menerima dan menghargai berbagai perbedaan

Ga
yang terdapat pada gereja lain.

66 ar AL
3. Setiap Pendeta ataupun Penginjil harus me­­­­

28 n
miliki tingkat pendidikan teologi yang diakui

50 di
38 Su JU
oleh pemerintah sebagai standar awal dalam
13 & DI
menggembalakan jemaat menuju keesaan gere-
ja-Nya. Tanpa pengetahuan yang benar maka
08 wu NI

pemaknaan terhadap isi Alkitab pasti meny-


impang. Akibatnya, aliran dan denominasi gereja
Hp ru I

akan semakin bertambah banyak.


Wa KU

4. Setiap Pendeta ataupun Penginjil harus selalu


mengumandangkan persatuan dan kesatuan
BU

gereja Tuhan pada setiap tema pemberitaan


Firman Tuhan. Dengan gema persatuan dan
kesatuan inilah tidak ada celah bagi golongan
an

atau kelompok masyarakat tertentu yang


aw

mempergunakan perpecahan gereja sebagai


arena politik dan kekuasaan.
rm

5. Apabila pemimpin gereja ataupun umat Kristen


De

memiliki talenta khusus dalam pelayanan gereja,


maka sebaiknya bergabung dengan gereja yang
sudah ada. Sebaliknya, gereja yang sudah
258 Gereja Pecah

ada harus bisa mengakomodir dan menerima


kelebihan dari seseorang untuk menunjang
pelayanan gereja tersebut.

a
6. Setiap pemimpin gereja dan orang Kristen, baik

if
yang ada di Indonesia maupun di luar negeri

ur
semakin sadar dan bertanggung jawab untuk
menyatukan aliran dan denominasi gereja yang

Ga
sudah terpecah-pecah. Tuhan Yesus tidak
menghendaki gereja-Nya terpecah-pecah dalam

66 ar AL
28 n
berbagai aliran dan denominasi.

50 di
38 Su JU
7. Pemerintah terkait serta lembaga PGI harus
berperan aktif untuk mencari solusi agar gereja
13 & DI

dapat bersatu di seluruh Indonesia. Salah satu


cara yang harus ditempuh adalah membatasi
08 wu NI

penambahan aliran dan denominasi gereja,


Hp ru I

sehingga meminimalkan perpecahan dalam


agama Kristen pada masa-masa yang akan
Wa KU

datang.
BU

Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat


menjadi sarana yang dipakai oleh Tuhan untuk
memberikan pencerahan serta pengertian tentang betapa
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam gereja-Nya.
an

Sebelum gereja semakin banyak mengalami perpecahan


aw

maka kita harus bertanggung jawab untuk menyatu-


kannya kembali. Terwujudnya keesaan dalam gereja-Nya
rm

hanya ditujukan untuk pujian, hormat, dan kemuliaan


De

bagi Kristus sampai selama-lamanya. Marilah kita semua


bersatu sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua
kalinya. Soli Deo Gloria.
Daftar Istilah 259

a
if
ur
DAFTAR ISTILAH

Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Aflat
Surat penghapusan siksa atau sering disebut juga
08 wu NI

surat indulgensia (penghapus dosa) yang dike-


luarkan oleh Gereja Katolik Roma pada masa
Hp ru I

kepemimpinan Paus Leo X yang sering dikhot-


Wa KU

bahkan oleh Yohanes Tetzel


BU

Allah Tritunggal
Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus

Alkitab
Kitab Suci umat Kristen Protestan dan Kristen
an

Katolik
aw

Aliran
rm

Haluan pendapat atau pandangan hidup seseorang


dalam sebuah golongan
De

259
260 Gereja Pecah

Amanat Agung
Perintah Tuhan Yesus kepada orang Kristen untuk
memberitakan Injil kepada semua orang

a
Baptisan

if
Upacara sakral yang dilakukan terhadap seorang

ur
Kristen dengan menggunakan media air sebagai
simbol persekutuan di dalam Allah Tritunggal

Ga
secara percik atau selam.

66 ar AL
Baptisan Percik

28 n
Baptisan yang dilakukan kepada seseorang dengan

50 di
38 Su JU
memercikkan beberapa tetes air di atas kepalanya
13 & DI
yang dilaksanaka di dalam gedung gereja

Baptisan Selam
08 wu NI

Baptisan yang dilakukan kepada seorang dengan


cara menenggelamkan atau memasukan ke dalam
Hp ru I

air yang ada kolam, sungai, dan laut


Wa KU

Caesaropapal
BU

Sistem pemerintahan gereja yang berada di bawah


kekuasaan seorang raja

Calvinis
Sebuah sistem teologis yang menekankan pada
an

paham Johanes Calvin yang didasarkan pada


aw

pendekatan kedaulatan pemerintahan Allah atas


segala sesuatu
rm

Collegial
De

Sistem pemerintahan gereja yang didasarkan pada


hubungan pertemanan atau persahabatan di mana
segala keputusan ditempuh dengan cara demokrasi
Daftar Istilah 261

dan kekeluargaan

Denominasi
Golongan atau sekte yang lahir dari beberapa aliran

a
gereja yang karena perbedaan paham dan penaf-

if
siran terhadap ajaran Kristen atau isi Alkitab

ur
Dieken
Jabatan gerejawi yang bertugas untuk membantu

Ga
orang-orang miskin serta pelayanan sosial lainnya

66 ar AL
Doktrin

28 n
50 di
38 Su JU
Ajaran tentang asas atau pedoman pengajaran
suatu aliran gereja dalam agama Kristen
13 & DI

Ekklesia
Sidang atau kumpulan jemaat
08 wu NI

Episcopal
Hp ru I

Sistem episkopal adalah sistem pemerintahan


Wa KU

gereja yang dipegang oleh Bishop yang sama dengan


jabatan uskup dan sistem ini dianut oleh sebagian
BU

gereja Kristen Protestan

Gereja
Identitas orang Kristen yang percaya kepada Yesus
an

Kristus. Sebutan tempat ibadah agama Kristen


Protestan dan Kristen Katolik
aw

Hegemoni
rm

Konsep dan teori dominasi kelas terhadap kelas


lain yang dianggap lebih lemah atas dasar kepemi-
De

mpinan sehingga dominasi dianggap sebagai suatu


kebenaran baik dalam bentuk fisik dan non-fisik
262 Gereja Pecah

Invisible Church
Hakekat orang Kristen yang tidak dapat dilihat oleh
manusia yaitu pribadi-pribadi umat pilihan Allah

a
Kekuasaan

if
Kewenangan yang dimiliki oleh seseorang dalam

ur
mengatur suatu lembaga tertentu

Kongregational

Ga
Sistem pemerintahan gereja yang independen di

66 ar AL
dalam gereja lokal

28 n
50 di
Lutheran 38 Su JU
Sebuah sistem teologis yang dianut oleh pengikut
13 & DI

Marthin Luther sebagai tokoh reformasi pertama

Majelis Jemaat
08 wu NI

Pemimpin gereja yang terdiri atas Pendeta, Penatua,


Hp ru I

dan Diaken
Wa KU

Majelis Sinode
Pemimpin gereja secara nasional yang berang-
BU

gotakan Pendeta, Penatua, dan Diaken dari


gereja-gereja lokal yang terpilih dalam Sidang Raya
Sinode
an

Oikumenis
Sebuah konsep penyatuan gereja yang berjalan
aw

bersama, berpikir bersama, dan memutuskan


rm

bersama
De

Papal
Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Agama
Katolik yang sifatnya hierarki. Istilah papal berasal
Daftar Istilah 263

dari kata papas yang artinya bapa. Pemimpin tert-


inggi berada pada jabatan Paus.

Penatua

a
Jabatan gerejawi yang bertugas membantu Pendeta

if
dalam menegakkan disiplin serta pelaksanaan

ur
pelayanan gereja

Pendeta

Ga
Biasa disebut pula “predikan” atau pelaksana

66 ar AL
khotbah dan disiplin gerejawi

28 n
50 di
Penginjil 38 Su JU
Seorang hamba Tuhan yang belum ditahbiskan
13 & DI

menjadi Pendeta, tetapi tugas dan fungsinya sama


dengan Pendeta kecuali pelayanan sakramen
08 wu NI

Presbiterial
Hp ru I

Sistem pemerintahan gereja dimana segala kepu-


tusan ditetapkan oleh pemimpin (majelis jemaat) di
Wa KU

gereja-gereja lokal
BU

Sakramen
Upacara sakramental dalam agama Kristen

Ut Omnes Unum Sint


an

Supaya semua orang Kristen menjadi satu

YHWH
aw

Sebutan bagi Allah yang disembah oleh orang Israel


rm

dan orang Kristen


De

Visible Church
Hakekat orang Kristen yang dapat dilihat secara indrawi
manusia yaitu seluruh anggota jemaat
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
Daftar Singkatan 265

a
if
ur
DAFTAR SINGKATAN

Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
AMIN Angowuloa Masehi Indonesia Nias
BK3 Badan Kerjasama Kegiatan Kristen
08 wu NI

BKSAG Badan Kerjasama Antar Gereja


BNKP Banua Niha Keriso Protestan
Hp ru I

CMA/CAMA Christian and Missionary Alliance


Wa KU

DGI Dewan Gereja-gereja di Indonesia


BU

DGN Dewan Gereja Nasional


DPI Dewan Pantekosta Indonesia
FKAG Forum Komunikasi Antar Gereja
GBII Gereja Baptis Independent di Indonesia
an

GBK Gereja Bala Keselamatan


aw

GGBI Gabungan Gereja Baptis Indonesia


GITJ Gereja Injili di Tanah Jawa
rm

GKII Gereja Kemah Injil Indonesia


De

GKLI Gereja Kristen Luther Indonesia


GKMI Gereja Kristen Muria Indonesia
GKPA Gereja Kristen Protestan Angkola

265
266 Gereja Pecah

GKPB Gereja Kristen Protestan di Bali


GKPI Gereja Kristen Protestan Indonesia
GKPM Gereja Kristen Protestan Mentawai

a
GKPN Gereja Kristus Penginjilan Nusantara

if
GKPS Gereja Kristen Protestan Simalungun
GMAHK Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

ur
GMI Gereja Methodis Indonesia

Ga
GPIBI Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indo-

66 ar AL
nesia

28 n
GPKB Gereja Punguan Kristen Batak

50 di
GPdI
38 Su JUGereja Pantekosta di Indonesia
13 & DI
GZB Gerakan Zaman Baru
HKBP Huria Kristen Batak Protestan
08 wu NI

HKI Huria Kristen Indonesia


JPI Jemaat Pantekosta di Indonesia
Hp ru I

JKI Jemaat Kristen Indonesia


Wa KU

KGBI Kerapatan Gereja Baptis Indonesia


KKR Kebaktian Kebangunan Rohani
BU

LMS London Missionary Society


LWF Lutheran World Federation
MPAG Musyawarah Pelayanan Antar Gereja
an

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat


NTT Nusa Tenggara Timur
aw

NZG Nederlandsch Zendeling-genootschap


rm

ONKP Orahua Niha Keriso Protestan


PBI Persekutuan Baptis Indonesia
De

PGBIJ Persekutuan Gereja-gereja Baptis Irian


Jaya
Daftar Singkatan 267

PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia


PGLII Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili
Indonesia

a
PGMI Persekutuan Gereja-Gereja Mandiri

if
Indonesia
PGOI Persekutuan Gereja Orthodox di Indo-

ur
nesia

Ga
PGPI Persekutuan Gereja Pentakosta Indo-

66 ar AL
nesia

28 n
PGTI Persekutuan Gereja-gereja Tionghoa di

50 di
38 Su JU
Indonesia
13 & DI
PII Persekutuan Injili Indonesia
POUK Persekutuan Oikumene Umat Kristen
08 wu NI

RMG Rheinische Missions Gesellschaft


SAAT Seminari Alkitab Asia Tenggara
Hp ru I

SGKBJ Sinode Gereja Kristen Baptist Jakarta


Wa KU

SKB Surat Keputusan Bersama


YPPII Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
BU

Indonesia
an
aw
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
Daftar Pustaka 269

a
if
ur
DAFTAR PUSTAKA

Ga
66 ar AL
28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
Abineno, J.L. Ch. 2002. Garis-garis Besar Hukum Gereja.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
08 wu NI

Agus, Bustanuddin. 2006. Agama Dalam Kehidupan


Hp ru I

Manusia: Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
Wa KU

Aritonang, Jan S. 2000. Berbagai Aliran di Dalam dan di


BU

Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Baan, G.J. 2009. TULIP: Lima Pokok Calvinisme. Surabaya:


Momentum.
an

Bagiyowinadi, F.X. Didik. 2011. Pembaptisan Bayi dan


aw

Kanak-Kanak. Jakarta: Obor.


rm

Bercot, David W. 1999. Will The Real Heretics Please Stand


De

Up. Scroll Publishing.

269
270 Gereja Pecah

Barker, Chris. 2006. Cultural Studies: Teori dan Praktik.


Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Berkhof, H. 2007. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung

a
if
Mulia.

ur
Berkhof, Louis. 1997. Teologi Sistematika: Doktrin Gereja.
Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.

Ga
66 ar AL
Bolkstein, M.H. 1956. Asas-asas Hukum Gereja. Jakarta:

28 n
Penerbit Kristen.

50 di
38 Su JU
Brotosudarmo, R.M. Drie S. 2008. Pendidikan Agama
13 & DI

Kristen Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: ANDI.


08 wu NI

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hp ru I

Calvin, Yohanes. 2003. Institutio: Pengajaran Agama


Wa KU

Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.


BU

Gintings, E.P. 2009. Apakah Hukum Gereja, Bandung:


Jurnal Info Media.
an

Godfrey, W. Robert. 2009. Penuntun Ke Dalam Institutes


Calvin. Surabaya: Momentum.
aw

Gottschalk, Stephen. 1987. Christian Science, dalam


rm

Mircea Eliade (ed): The Encyclopedia Of Religion. New


De

York: Macmillan.
Daftar Pustaka 271

Gramsci, Antonio. 1971. Selection from the Prison Note­


books. London: Lawrence & Wishart.

Griffiths, Michael. 1995. Gereja dan Panggilannya Dewasa

a
if
Ini. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

ur
Halim, Makmur. 2000. Gereja di Tengah-tengah Peru­
bahan Dunia. Malang: Gandum Mas.

Ga
Hall, Joseph H. 2009. Penuntun Ke Dalam Theologi Insti­

66 ar AL
28 n
tutes Calvin: Esai-esai dan Analisis. Surabaya:

50 di
38 Su JU
Momentum.
13 & DI
Harrison, Everett F. 2008. The Wycliffe Bible Commentary:
Tafsiran Alkitab Wycliffe Perjanjian Baru, Vol. 3.
08 wu NI

Malang: Gandum Mas.


Hp ru I

Haskins, J. 1992. The Methodists. New York: Hippocrene


Books.
Wa KU

Hayes, John H. dan Carl R. Holladay. 1999. Pedoman


BU

Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Hoekema, A.A. 1969. The Four Major Cults. Exeter: The


Paternoster Press.
an

Hoeksema, Herman. 1985. Reformed Dogmatics. Grand


aw

Rapids: Reformed Free Publishing Association.


rm

Indra, Ichwei G. 2011. Jejak Juang Saksi Injil. Surabaya:


De

Mikhael Ministry.
272 Gereja Pecah

Keene, Michael. 2006. Agama-agama Dunia. Yogyakarta:


Kanisius.

Kuhl, Dietrich. 1997. Gereja Katolik-Sejarah Gereja II.

a
if
Batu: YPPII Departemen Literatur.

ur
_______. 1998. Sejarah Gereja I. Batu: YPPII Departemen
Literatur.

Ga
_______. 1998. Sejarah Gereja IV: Pergumulan dan

66 ar AL
28 n
Perjuangan Gereja Antara Iman dan Rasio Pada

50 di
38 Su JU
Zaman Pencerahan dan Pietisme, Surabaya: Yayasan
Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia.
13 & DI

Lane, Tony. 2005 Runtut Pijar. Jakarta: BPK Gunung


08 wu NI

Mulia.
Hp ru I

Lawson, Leroy. 2008. Gereja Perjanjian Baru. Surabaya:


Yakin.
Wa KU

Lay, Agus. 2006. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:


BU

ANDI.

Lie, Paulus. 2010. Mereformasi Gereja. Yogyakarta: ANDI.


an

Lumintang, Ramly B. 2011. Semper Reformanda dan Pergu­


mulan Gereja Masa Kini. Bandung: STT Bandung.
aw
rm

Makkelo, Ilham Daeng. 2010. Kota Seribu Gereja (Dinamika


Keagamaan dan Penggunaan Ruang di Kota Manado),
De

Yogyakarta: Ombak.
Daftar Pustaka 273

Marantika, Chris. 2004. Masa Depan Dunia Ditinjau Dari


Alkitab. Yogyakarta: Iman Press.

Marsden, George M. 1996. Agama dan Budaya Amerika.

a
if
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

ur
Mouffe, Chantal. 1984. Towards a Theoretical Interpretation
of New Social Movement. New York: International

Ga
General/IMMRC.

66 ar AL
28 n
Nurdi, Henri. Kristenisasi Global Datang Mengancam,

50 di
38 Su JU
(Sabili.co.id) dan Badan Pusat Statistik Dept. Agama
13 & DI
RI, Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2005,
(http://www.depag.go.id/indek.php).
08 wu NI

Oktavianus, Petrus. 1991. Managemen dan Kepemimpinan


Hp ru I

Menurut Wahyu Allah. Malang: Gandum Mas.


Wa KU

Packer, J.I. 1991. Kristen Sejati: Pengakuan Iman Rasuli.


Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia.
BU

Prime, Derek. 2001. Tanya Jawab Tentang Iman Kristen.


Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF.
an

Ratna, Nyoman Kuta. 2005. Sastra dan Cultural Studies:


Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka
aw

Pelajar.
rm

_______. 2008. Postkolonialisme Indonesia: Relevansi


De

Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


274 Gereja Pecah

Rayburn, Robert G. 2005. Apa Itu Baptisan ? Surabaya:


Momentum

Riemer, G. 2002. Cermin Injil. Jakarta: Yayasan Komu-

a
if
nikasi Bina Kasih.

ur
Rullmann, J.A.C. 1953. Peraturan Gereja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Ga
Sagala¸ Herlise Y. 2011. Samper Reformanda dan Pergu­

66 ar AL
28 n
mulan Gereja Pada Masa Kini. Bandung: STT

50 di
38 Su JU
Bandung.
13 & DI
Scheunemann, Volkhard. 1986. Apa Kata Alkitab Tentang
Baptisan. Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran
08 wu NI

Injil Indonesia.
Hp ru I

Smith, Huston. 2008. Agama-agama Manusia. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia.
Wa KU

Sproul, R.C. 2002. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman


BU

Kristen. Malang: Departemen Literatur SAAT.

Steenbrink, Karel A. 1987. Perkembangan Teologi Dalam


Dunia Kristen Modern. Yogyakarta: IAIN Sunan
an

Kalijaga Press.
aw

Strauch, Alexander. 2008. Diaken Dalam Gereja: Penguasa


rm

atau Pelayan? Yogyakarta: ANDI.


De

Tabor, James D. 2007. Dinasti Yesus. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.
Daftar Pustaka 275

Thiessen, Henry C. 2003. Teologi Sistematika. Malang:


Gandum Mas.

a
if
Tong, Joseph. 2006. Keunggulan Anugerah Mutlak:

ur
Kumpulan Refleksi Teologis Tentang Iman Kristen.
Bandung: Sekolah Tinggi Teologia Bandung.

Ga
Tong, Stephen. 1999. Reformasi Dan Teologi Reformed.

66 ar AL
28 n
Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.

50 di
38 Su JU
Verkuyl, J. 1966. Geredja dan Bidat-bidat. Jakarta: BPK
13 & DI
Gunung Mulia.

Walvoord, John F. 1984. Gereja dalam Nubuatan.


08 wu NI

Surabaya: Yakin.
Hp ru I

Warren, Rick. 1999. Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja


Wa KU

Yang Mempunyai Visi-Tujuan. Malang: Yayasan


Penerbit Gandum Mas.
BU

Winker, E.K. 1994. The New Age Is Lying to You, St. Louis:
Concordia Publishing House..
an

Wiyanto, Agus. 2010. Rapor Merah Pendeta. Yogyakarta:


aw

Gloria Graffa.
rm
De
De
rm
aw
an BU
Wa KU
Hp ru I
08 wu NI
13 & DI
38 Su JU
66 ar AL
50 di
28 n
Ga
ur
if
a
Riwayat Penulis 277

RIWAYAT PENULIS

Dermawan Waruwu, S.Th.,M.Si lahir pada

a
8 Desember 1979 di Nias, Sumatera Utara.

if
Ia menamatkan pendidikan SDN Daulo
Gido, SMPN 7 Gunung Sitoli, dan SMAN 1

ur
Gunung Sitoli. Selanjutnya menyelesaikan

Ga
studi S1 (Sarjana Teologi) di John Calvin Theological
Seminary Bali tahun 2008 dan lulus S2 (Magister Sains)

66 ar AL
28 n
pada Program Studi Kajian Budaya (Cultural Studies)

50 di
38 Su JU
Universitas Udayana Denpasar-Bali tahun 2012.
Setelah menyelesaikan studi S1 & S2 penulis
13 & DI

melaksanakan berbagai kegiatan non-akademik dan


akademik. Kegiatan non-akademik yaitu membawakan
08 wu NI

seminar, ceramah/berkhotbah di beberapa gereja dan


Hp ru I

lembaga sosial seluruh Indonesia. Kegiatan akademik


yaitu sebagai dosen tetap di Universitas Dhyana Pura Bali
Wa KU

pada program studi psikologi dan dosen tidak tetap di


BU

beberapa perguruan tinggi swasta di Bali. Ada beberapa


mata kuliah yang diajar selama ini antara lain: Filsafat,
Pendidikan Agama Kristen, Sosiologi, Antropologi, Etika,
Metodologi Penelitian, dan lain-lain.
an

Suardin Gaurifa, M.Th lahir pada 11


aw

Agustus 1982 di Bawolowalani, Nias,


Sumatera Utara. Menyelesaikan studi S1
rm

(Sarjana Teologi) di STTII Surabaya 2007


De

dan lulus S2 (Magister Teologi) di STTII


Surabaya tahun 2010.

277
278 Gereja Pecah

Setelah menyelesaikan studi S1 & S2 penulis


melaksanakan berbagai kegiatan non-akademik dan
akademik. Kegiatan non-akademik yaitu membawakan
seminar-seminar Aplogetika, ceramah/berkhotbah di

a
if
beberapa gereja dan lembaga sosial seluruh Indonesia.
Kegiatan akademik yaitu sebagai dosen di STTII Surabaya

ur
(2010-2014) pada mata kuliah Kristologi, Eksposisi

Ga
Wahyu, dan Bahasa Yunani. Saat ini sebagai dosen tetap
di STT Pelita Kebenaran Medan, mengajar mata kuliah

66 ar AL
Bahasa Ibrani dan Eksposisi Perjanjian Baru, dll.

28 n
50 di
38 Su JU
13 & DI
08 wu NI
Hp ru I
Wa KU
an BU
aw
rm
De

The author has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue
View publication stats

You might also like