You are on page 1of 19

Laporan Penyuluhan

CAMPAK

Oleh :

Felicia Claudia Chendra

17014101287

Masa KKM : 4 Juni 2018 – 24 Juni 2018

Dokter Pembimbing :

dr. Dina V. Rombot, M.Kes

dr. Frelly Kuhon, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dikoreksi dan disetujui laporan penyuluhan :

CAMPAK

Oleh :

Felicia Claudia Chendra

17014101287

Masa KKM : 4 Juni 2018 – 24 Juni 2018

Telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2018 di Puskesmas Bahu

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Dina V. Rombot, M.Kes dr. Frelly Kuhon, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
kelompok kami dapat menyelesaikan laporan penyuluhan ini yang berjudul
“Penyuluhan Campak di Puskesmas Bahu.”

Adapun laporan penyuluhan ini dibuat sebagai tugas penunjang selama masa
kepaniteraan klinik madya di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dan juga saat ditugaskan di Puskesmas
Bahu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penyuluhan ini masih


terdapat beberapa kekurangan, maka diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan penyuluhan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih, semoga laporan penyuluhan


ini bermanfaat pembaca dan bagi kita semua.

Manado, Juni 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………….……………. 1

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..…………. 2

KATA PENGANTAR ………………………………………………..……………. 3

DAFTAR ISI …………………………………………………….………………… 4

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 5

A. Latar Belakang ………………………………………………..……………. 5


B. Tujuan Penyuluhan …………………………………..…………………….. 6
C. Sasaran Penyuluhan …………………………………..……………………. 6
D. Metode Penyuluhan ……………………………………………..…………. 6

BAB II ISI ………………….…………………………………………………...... 7

A. Materi Penyuluhan ………………………………………………………….. 7


B. Perencanaan dan Persiapan …………………………………………………. 15
C. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan ……………………………………………. 15
D. Hasil Evaluasi Program …………………………………………………….. 15

BAB III PENUTUP …………………………………………….………………… 16

A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 16
B. Saran …………………………………………………………….………….. 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 17

LAMPIRAN …………………………………………………………..……………. 18

LEAFLET ………………………………………………………….………………. 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular disebabkan
oleh virus campak. Gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan bintik-
bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Gejala khas merupakan bercak
kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka,
kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4–7 hari, kadang-kadang berakhir dengan
pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.1
Campak merupakan penyakit dengan insidensi yang tinggi pada anak dapat
berakibat serius bahkan fatal, serta ditemukan endemis di sebagian besar dunia. Penyakit
ini menular dengan cepat pada populasi yang belum memiliki imunitas terhadap campak.
Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah terserang penyakit
campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun. Kejadian luar
biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan terutama di daerah yang sulit di
jangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam program imunisasi. Di daerah
transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah
perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat, kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini
tidak berarti bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan
kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular seperti campak.
Daerah semacam ini dapat merupakan sumber kejadian luar biasa penyakit campak.2

5
B. TUJUAN PENYULUHAN
Tujuan dari penyuluhan ini dilakukan adalah :
a) Untuk memberikan informasi mengenai penyebab, gejala, pengobatan serta
pencegahan penyakit campak.
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat daerah Bahu mengenai pentingnya
mengenal dan pencegahan terhadap penyakit campak.
c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat daerah Bahu mengenai penyakit campak.

C. SASARAN PENYULUHAN
Pasien yang datang di Puskesmas Bahu.

D. METODE PENYULUHAN
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan melakukan ceramah
dan tanya jawab.

6
BAB II
ISI

A. MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa
Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam
bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan
saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.3,4
2. Etiologi
Campak disebabkan oleh Morbilivirus, salah satu virus RNA dari famili
Paramyxoviridae.2
a) Bentuk Virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140
nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein.
Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks
nukleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan
pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin. 2
b) Ketahanan Virus
Pada temperatur kamar virus campak kehilangan 60% sifat
infeksifitasnya selama 3-5 hari, pada 37°C waktu paruh umurnya 2 jam,
pada 56°C hanya satu jam. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu
-70°C selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu
4-6°C dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam. Oleh
karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati

7
dalam 20% ether selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Dalam
1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak
kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi
antigenik. 2
c) Struktur Antigenik
Infeksi dengan virus campak merangsang pembetukkan
neutralizing antibody, complement fixing antibody, dan haemagglutinine
inhibition antibody. Imunoglobulin kelas IgM dan IgG muncul bersama-
sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi
sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG
tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan
bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif
dapat terbentuk dengan penyuntikkan antigen hemagglutinin murni.2
3. Patofisiologi
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret
hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung
mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari
sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam. Virus campak
menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi,
replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia
yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul
viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronkial paru. Juga
terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata
merah (3C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin
tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat
dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvelesen,
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah

8
menjadi deskuamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.5,6
4. Gejala Klinis
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu: 6
a) Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala
demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul
bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi
molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal
dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
b) Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya
terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di
palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai
naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di
bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan
akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3
hari.
c) Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi, sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya
suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

9
Tabel 1. Manifestasi campak7

5. Diagnosis
Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan gejala klinis yang sangat
berkaitan, yaitu koriza dan konjungtivitis disertai batuk dan demam tinggi pada
beberapa hari serta diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari
belakang telinga kemudian menyebar ke ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki
bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan deskuamasi. Jadi diagnosis campak dapat ditegakkan secara
klinis. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal.2
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relatif.8
b) Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel darah yang
diambil dari pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah
timbulnya ruam kulit (terutama selama masa demam campak) merupakan
sumber yang memadai untuk isolasi virus. Selama stadium prodromal, dapat
terlihat sel raksasa berinti banyak pada hapusan mukosa hidung. 8

10
c) Serologis: konfirmasi serologi campak berdasarkan pada kenaikan empat kali
titer antibodi antara sera fase akut dan fase penyembuhan atau pada
penampakkan antibodi IgM spesifik campak antara 1-2 minggu setelah onset
ruam kulit. Bagian utama dari respon imun ditujukan langsung pada protein
NP. Hanya pada kasus campak yang tidak khas, yang pasti bereaksi terhadap
protein M yang ada.9
7. Diagnosis Banding
Ruam kulit pada campak harus dibedakan dari eksantema subitum, rubela,
mononukleosis infeksiosa, meningokoksemia, demam skarlatina, penyakit riketsia,
penyakit serum dan ruam kulit akibat obat, dan lain-lain.8
a) Rubella (Campak German)
Tidak diawali suatu masa prodromal yang spesifik. Remaja dan dewasa
dapat menunjukkan gejala demam ringan serta lemas dalam 1-4 hari sebelum
timbulnya kemerahan. Pembesaran kelenjar getah bening khususnya pada
daerah belakang telinga dan oksipital sangat menunjang diagnosis rubella.
b) Eksantema Subitum
Gejala demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi
sebelum timbulnya kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan
demam secara drastis menjadi normal.
c) Demam Skarlatina
Kelainan kulit pada demam skarlatina biasanya timbul dalam 12 jam
pertama sesudah demam, batuk dan muntah. Gejala prodromal ini dapat
berlangsung selama 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa.
d) Steven-Johnson, drug eruption
Tidak memiliki gejala prodromal.
e) Penyakit Kawasaki
Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorokan sering mendahului
kemerahan pada penyakit ini selama 2-5 hari. Sering juga ditemui
konjungtivitis bilateral.
f) Infeksi virus lain

11
Demam biasanya tidak tinggi, menghilang saat timbulnya kemerahan.
Pada infeksi Coxsackie kadang-kadang terjadi bersamaan dengan kemerahan.
g) Meningococcemia
Kemerahan pada kulit 24 jam pertama. Gejala : demam, muntah,
kelemahan umum, gelisah, dan kemungkinan adanya kaku kuduk.
h) Penyakit Rikets
Erupsi papulovesikular secara menyeluruh, biasanya tidak mengenai
wajah, sering didahului oleh adanya gejala seperti influenza. Sakit kepala
lebih menonjol.
i) Staphylococcal toxic shock syn.
Demam tinggi, nyeri kepala, batuk, muntah serta diare, dan renjatan sering
mendahului atau juga bersamaan dengan keluarnya kelainan kulit.
8. Penatalaksanaan
Penderita campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang
secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi
cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki
kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin
A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A
ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Bila terdapat komplikasi, maka dilakukan
pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti : 6
a) Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder,
maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
b) Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk
mengurangi oedema otak, di samping pemberian kortikosteroid, perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.
c) Bronkopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum
obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.

12
d) Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan
dehidrasi.
9.
Pencegahan4,5
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya
faktor predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari
pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum
memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi
untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu
dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling
nutrisi dan penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dan pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi
berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-fàktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. Antara
pencegahan primer adalah:
 Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan mengenai campak. Disamping kepada penderita
campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan.
 Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak
dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu diberikan
pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah
vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan

13
secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati,
dan penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai
vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-
rubella (MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9
bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15
bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin
harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC serta vaksin
tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah mencegah
atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa
gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan
penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah
kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain
mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan
melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami
kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien
dengan dokter. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Pelayanan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antara disiplin terkait juga sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama
disiplin ilmu.

14
10. Prognosis
Biasanya sembuh dalam 7-10 hari setelah timbul ruam. Bila ada penyulit infeksi
sekunder/malnutrisi berat maka bertambah berat. Kematian disebabkan karena penyulit
(pneumonia dan ensefalitis).11

B. Perencanaan dan Persiapan


Perencanaan
1. Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Bahu
2. Waktu Pelaksanaan : 7 Juni 2018
Persiapan
1. Media: Leaflet dan X-banner
2. Materi penyuluhan yang akan diberikan sudah disiapkan dan akan disebarluaskan
dalam leaflet dan X-banner yang berisi gambar dan tulisan.

C. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan


1. Masyarakat dapat memahami pengertian dan penyebab campak
2. Masyarakat dapat memahami gejala dan tanda campak
3. Masyarakat dapat memahami cara pencegahan campak

D. Hasil Evaluasi Program


1. Derajat Keberhasilan:
a) Berhasil apabila ada penurunan angka kesakitan campak.
b) Belum berhasil jika campak masih banyak terjadi.
2. Faktor Penunjang:
a) Adanya upaya dokter atau petugas kesehatan lain untuk memberikan informasi
melalui penyuluhan.
b) Siswa/i mengaplikasikan cara-cara pencegahan penyakit
3. Faktor Penghambat:
a) Pemahaman yang masih kurang akibat ketidakpedulian terhadap kesehatan.
b) Kesadaran diri terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
c) Kurangnya dorongan dari keluarga dan lingkungan.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. Campak merupakan penyakit dengan
insidensi yang tinggi pada anak dapat berakibat serius bahkan fatal, serta ditemukan
endemis di sebagian besar dunia. Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di
daerah pedesaan terutama di daerah yang sulit di jangkau oleh pelayanan kesehatan,
khususnya dalam program imunisasi. Kematian pada campak sering kali disebabkan oleh
komplikasi-komplikasinya, seperti pneumonia dan ensefalitis. Di Indonesia sampai saat
ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu
diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan karena vaksin campak telah terbukti efektif
menurunkan insidensi penyakit.

B. SARAN
Perlu adanya peran masyarakat dan pemerintah untuk menjalankan program-
program yang telah dibuat dalam pengobatan dan pencegahan penyakit campak.
Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan dalam pencegahan campak di lingkungan
masyarakat dengan melakukan deteksi dini dan peningkatan pengetahuan kesehatan
masyarakat mengenai penyakit campak melalui penyuluhan dan program-program
kesehatan lainnya. Sebagai masyarakat juga kita perlu menjaga perilaku hidup bersih
sehat dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Salim,A., Basuki H.N., Syahrul, F. (2007) 'Indikator Prediksi Kejadian Luar Biasa
(KLB) Campak Di Provinsi Jawa Barat', The Indonesian Journal of Public
Health,Vol.4(3), pp. 112-116.
2. Poowo Soedarmo, Sumarmo S. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi Kedua.
Jakarta: badan Penerbit IDAI
3. Depkes. 2006. Pedoman Pencegahan Kejadian Luar Biasa. Jakarta
4. CDC (2013) Measles in Indonesia, USA: Centers for Disease Control and Prevention.
5. Swart D., Rik L. (2007) 'The Pathogenesis of Measles Revisited', Pediatric Infectious
Disease Journal, Vol.27(10).
6. Sabella, C. (2010) 'Measles: Not just a childhood rash', Cleveland Clinic Journal of
Medicine, Vol.77(3), pp. 207-213.
7. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 – 2298
8. Phillips, Carol.F. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Terjemahan. 1993. EGC : Jakarta. p
198- 203.
9. Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse Stephen A. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I.
Terjemahan. 2005.Salemba Medika : Jakarta
10. Meilani, R., Budiati R.E. (2013) 'Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Campak di
Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus', Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama, Vol.2(1).
11. Garna, Herry dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-
3. Bandung: FK UNPAD

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Saat melakukan penyuluhan di Puskesmas Bahu

Gambar 2. Saat menyebarkan leaflet sebelum melakukan penyuluhan

18
19

You might also like