You are on page 1of 8

JURNAL P ENYULUHAN

ISSN: 1858-2664 September 2005,Vol. 1, No. 1

PEMBERDAYAAN PELADANG BERPINDAH: KASUS KABUPATEN KUTAI


KARTANEGARA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, DAN KABUPATEN KUTAI BARAT
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng,


Djoko Susanto, dan Sumarjo

Abstract

Shifting cultivations (SC) who rely on their livelihood of forest resources are empowerless
mainly caused by the low quality of human resources an the pressures of the forest resources
utilization which covering the cultivation areas by companies. The study was aimed to formulate
a model of the empowerment of SC through extension program. The respondents involved we
composed of 36 extension agents and 288 shifting cultivators. Data analysis used the descriptive
analysis technique such as Chi Square, Rank Spearman, and Path Analysis. The Study results
showed ah: (1) factors related o empowering SC through extension that consisted of 13 variables
were low; (2) applications of forestry extension in Kutai Katanegara District, East Kutai District,
and West Kutai District were not able to empower the SC to realize sustainable forest; (3) the
activities needed by SC are he activities, aimed to solved the SC problem, such as (a) he qualified
extension about the permanent cultivation, (b) the availability of infrastructure, (c) the insurance
for shifting cultivation activities, (d) the availability of specific local technology, (e) production
apparatus, (f) production increase, (g) income increase, (h) market, (i) cooperation, (j) capital
credit, (k) business development, (l) new business alternative; and (4) the effectively extension
model hat might be able to empower the SC is the extension that became their own program and
applies (a) a digging finding, and developing science and technology model, (b)
interactive/convergent communication, (c) extension substances based on SC need, (d) adult
learning process, and (e) community based forest management.

Keywords: extension autonomous, empowerment shifting cultivator, cultivator needs, indigenous


knowledge.

Pendahuluan dilakukan oleh seorang penyuluh profesional


(isu pertama) dengan tidak profesional akan
Pemberdayaan Peladang Berpindah sama hasilnya, bahkan ada kalangan yang
(PB) memusatkan perhatian pada empat isu beranggapan bahwa penyuluhan
pokok, yaitu: isu profesionalisme penyuluhan, pembangunan tidak perlu dilakukan (Hubies
(2) isu kebutuhan PB, (3) isu pemberdayaan, et al., 1994). Dahama dan Bhatnagar (1981)
dan (4) isu pengelolaan hutan lestari. Salah menyatakan bahwa penyuluhan akan efektif
satu penyebab kurang/tidak efektifnya bila berorientasi pada kebutuhan sasaran (isu
penyuluhan adalah adanya anggapan bahwa kedua). Slamet (1994) menyatakan bahwa
penyuluhan dapat dilakukan oleh siapa saja. sebagian besar penyuluhan yang dilakukan
Adanya anggapan, penyuluhan yang selama ini belum sepenuhnya mampu
34 Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

memenuhi kebutuhan sasaran penyuluhan. (3) tingkat pemenuhan kebutuhan PB?, (4)
Kegiatan penyuluhan sering dimanfaatkan kualitas pengelolaan perladangan?, dan (5)
untuk kepentingan poltik dan ekonomi yang bagaimana model penyuluhan yang tepat dan
berkuasa, sehingga kurang dirasakan efektif bagi upaya pemberdayaan PB?
manfaatnya dari sisi sasaran penyuluhan
Tujuan Peelitian
(Sumarjo, 2000). Penyuluhan belum mampu
meningkatkan keberdayaan (isu ketiga) atau Mengkaji faktor-faktor determinan
kemandirian, malahan justru meningkatkan yang mempengaruhi (1) tingkat keberdayaan
ketergantungan. PB, (2) peningkatan kualitas penyuluhan
memberdayakan PB, (3) tingkat pemenuhan
Pengelolaan hutan lestari (isu kebutuhan PB, (4) kualitas pengelolaan
keempat) selama ini cenderung top down dan perladangan, dan (5) merumuskan model
mengabaikan kepentingan komnitas lokal penyuluhan yang tepat dan efektif
(indigeneous community) yang tinggal di memberdayakan PB.
kawasan hutan (Sunderlin dan Ida, 1997).
Suara mereka tidak terwakili (voicelessness Metode Penelitian
dan powerlessness) dalam proses Penelitian merupakan penelitian
pengambilan keputusan padahal keputusan survei. Alat pengumpulan data yang utama
yang dihasilkan sangat mempengaruhi adalah kuesioner dan didukung oleh
kehidupan/kesejahteraan mereka. wawancara mendalam dan diskusi kelompok
Aksesibilitas komunitas lokal semakin terarah. Penelitian ini dilakukan di tiga
berkungan pada sumberdaya hutan padahal kabupaten, enam kecamatan dan 12 Desa.
meeka mempunyai kearifan lokal dan sistem Responden terdiri atas 36 penyuluh dan 288
kepercayaan yang potensial mengelola hutan PB. Lokasi penelitian dipilih secara acak
secara lestari. sederhana berdasarkan wilayah tuas penyuluh
Permasalahan Penelitian dan persabaran responden PB. Data dianalisis
dengan teknik analisis deskriftif melalui
Faktor-faktor apa saja yang bantuan Chi Square, Rank Spearman, dan
mempengaruhi: (1) tingkat keberdayaan PB?, Analisis Jalur. Penelitian dilakukan sejak
(2) kualitas penyuluhan memberdayakan PB?, Nipember 2002 s/d Maret 2004.

Gambar1. Pola Perladangan Berpindah di Kalimantan Timur


Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto 35,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

Hasil dan Pembahasan


Pola Perladangan Berpindah Kondisi hutan dikawasan perladangan sangat
berpengaruh terhadap pola perladangan. Pada
Pada Gambar 1: mulai-mula peladang
saat hutan primer masih luas, peladang masih
menggunakan Ladang 1 selama 1-2 tahun,
dapat memperluas lahan dan hutan merupakan
kemudian mereka pindah ke Ladang 2, dari
sumber penghasilan yang penting. Sumber
Ladang 3, dan seterusnya sampai ke Ladang
penghasilan dari hasil hutan non-kayu
6. Akan tetapi, peladang kembali lagi ke
(HHNK) adalah rotan, gaharu, damar, dan
Ladang 1 setelah masa bera 4-6 tahun.
madu.
Ladang bisanya ditanami padi.
Faktor-faktor Determinan yang
Disamping tanaman padi, sebagian peladang
Mempengaruhi Tingkat Keberdayaan PB
menanam palawija dan sayur-mayuran.
Apabila dang yang sedang diusahakan tidak Pada Gambar 2 terlihat bahwa kualitas
subur lagi, maka mereka pindah ke ladang penyuluhan memberdayakan PB yang tinggi
lain. Ladang yang ditingkalkan bisanya akan berpengaruh terhadap tingkat
ditanami dengan tanaman keras seperti karet, keberdayaan PB, dibanding pengaruhnya
kemiri, durian, mangga, dan rotan. Tujuan secara langsung, apabila didukung oleh
menanam tanaman keras memiliki tiga fungsi, kualitas sumberdaya PB yang tinggi dan
yaitu: (1) sebagai pertanda bahwa ladang kekuatan motivasi PB yang tinggi. Kontribusi
tersebut ada pemiliknya, (2) sebagai sumber pengaruh langsung kualitas penyuluhan
penghasilan/jaminan hari tua, dan (3) sebagai memberdayakan PB (Y) adalah sebesar 34,6%
sarana memelihara kesuburan lahan. dan kontribusi pengaruh tidak langsung

Gambar 2, Model Hubungan antar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberdayaan PB

35
36 Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

adalah sebesar 65,4% terhadap tingkat kualitas peuluhan memberdayakan, dibading


keberdayaan PB (Y2). Upaya peningkatan pengaruhnya secara langsung, apabila
keberdayaan PB jauh lebih bila didukung oleh didukung oleh kekuatan motivasi penyuluh
kualitas sumberdaya pribadi, kekuatan yang tinggi dan iklim organisasi penyuluhan
motivasi, dan tingkat keberdayaan PB dari yang baik. Kompetensi penyuluh yang tinggi
pada hanya meningkakan kualitas penyuluha akan berpengaruh makin tinggi terhadap
memberdayakan PB. kualitas penyuluh memberdayakan, dibanding
pengaruhnya secara langsung, apabila
Faktor-Faktor Determinan yang
didukung oleh kualitas sikap profesionalisme
Mempengaruhi Kualitas Penyuluhan
penyuluh yang tinggi dan kekuatan motivasi
Memberdayakan PB
penyuluh yang tinggi. Iklim organisasi
Pada Gambar 3 terlihat bahwa kualitas penyuluhan yang baik akan berpengaruh
sumberdaya pribadi yang tinggi akan makin baik terhadap kualitas penyuluhan
berpengaruh makin tinggi terhadap kualitas memberdayakan,dibanding pengaruhnya
penyuluhan memberdayakan, dibanding secara langsung, apaila didukung oleh
pengaruhnya secara langsung, apabila kekuatan motivasi penyuluh yang tinggi.
didukung oleh kualitas sikap profesionalisme

Gambar 3. Model hubungan antar faktor-faktor ang mempengaruhi peningkatan kualtias


penyuluhan memberdayakan PB

Faktor-faktor Determinan yang


penyuluh yang tinggi, kompetensi penyuluh
Mempengaruhi Tingkat Pemenuhan
yang tinggi, kekuatan motivasi penyuluh yang
Kebutuhan PB
tinggi, dan iklim organisasi penyuluhan yang
kondusif bagi pelaksanaan penyuluhan. Pada Gambar 4 terlihat bahwa kualitas
Kualitas sikap profesionalisme penyuluh yang sumberdaya pribadi PB yang tinggi akan
tinggi akan berpengaruh makin tinggi tehadap berpengaruh makin tinggi terhadap tingakt
Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto 37,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

Gambar 4. Model hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi pemeuhan kebutuhan PB

pemenuhan kebutuhan PB, dibanding Faktor-faktor Determinan yang


pengaruhnya secara langsung, apabila Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan
didukung oleh kekuatan motivasi PB yang Perdagangan
tinggi. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa
Kontribusi pengaruh langsung kualitas masing-masing pebah yaitu: (1) kualitas
sumberdaya prbadi PB (X6) adalah sebesar sumberdaya pribadi PB yang tinggi, (2)
77% dan kontribusi pengaruh tidak langsung kekuatan motivasi PB yang tinggi, (3) tinkat
adalah sebesar 23% terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan PB yang tinggi, (4)
pemenuhan kebutuhan PB (X8). Kualitas kualitas pendukung keberdayaan pb yang
pendukung keberdayaan PB yang tinggi akan baik, dan (5) kualitas lingkungan eksternal
berpengaruh makin tinggi terhadap tingkat yang baik, akan berpengaruh makin tinggi
pemenuhan kebutuhan PB dibanding terhadap kualitas pengelolaan perladangan,
pengaruhnya secara langsung, apabila dibanding pengaruhnya secara langsung,
didukung oleh kekuatan motivasi PB yang apabila didukung oleh tingkat keberdayaan
tinggi. Kontribusi penaruh langsung kualitas PB yang tinggi. Hal ini berarti bahwa
pendukung keberdayaan PB (X9) adalah keberdayaan PB merupakan faktor kunci bagi
sebesar 68,6% dan konribusi penaruh tidak peningkatan kualitas pengelolaan
langsung adalah sebesar 31,4% terhadap perladangan.
tingkat pemenuha kebutuhan PB (X8).

37
38 Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

Model Pemberdayaan PB kali/bulan, (ii) pertemuan dengan penyuluh


selama 3 bulan sekali, (iii) pertemuan dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pejabat luar desa sekali 6 bulan, dan (iv)
PB memiliki keberdayaan yang rendah (low
sumber informasi (15% tv/radio, 2% surat
power) terutama disebabkan (1) kualitas
kabar, 1% majalah, dan 80% tidak pernah
sumberdaya manusianya yang rendah, (2)
menggunakan).
kebutuhan yang kurang terpenuhi, (3) kondisi
eksternal yang kurang baik, (4) kemampuan Kebutuhan yang kurang terpenuhi
PB menggunakan kelembagaan sosial, dengan nilai rata-rata sebesar 39,8(pada skala
ekonomi, adat, dan politik yang rendah (5) 0-100) meliputi semua jenis kebutuhan PB,
infrastruktur yang kurang memadai, dan (6) yakni: (a) peningkatan pendapatan, (b)
kualitas penyuluhan memberdayakan PB yang peningkatan produksi, (c) pengembangan
kurang baii. Kualitas sumberdaya pribadi PB usaha, (d) permodalan, (e) alternatif usaha, (d)
yang rendah dilihat dari (a) status sosial pemasaran, (e) hubungan dengan pihak ketiga,
ekonomi, dan (b) kekosmopolitan. Status (f) kebutuhan penyuluhan, dan (g) kebutuhan
sosial ekonomi yag buruk tergambar dari (i) indentitas. Kondisi eksternal tergambar dari
jumlah tahun pendidikan yang rendah (35,6% buruknya (a) penerapan kebijakan
tidak pernah sekolah), (ii) 5% pernah ikut pembangunan pertanian dan kehutanan (b)
pelatihan, (iii) 90% tidak mampu tulis baca desakan penggunaan kawasan perladangan
dan (iv) pendapatan rata-rata Rp 460.000 per dan (c) penerapan kebijakan pembinaan PB.
bulan. Kekosmopolitan yang buruk tergambar Infrastruktur yang kurang memadai
dari (i) intensitas perjalanan ke luar desa saru tergambar dari kondisi sarana jalan dan

Gambar 5. Model Hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas


pengelolaan perladangan
Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto 39,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

transportasi yang memprihatinkan akibatnya dan egaliter. PB sehingga proses


beberapa desa masih relatif terisolasi. pemberdayaan berlangsung secaa demokratis
Pengelolaan perladangan kondisi kurang baik dan egaliter. PB sebagai sumber informasi

Gambar 6. Model Pemberdayaan PB

tergambar dari (a) aspek kognitif tentang ciri dan berkedudukan sebagai subyek banyak
biofisik hutan lestari sebesar 41; (b) aspek terlibat dalam proes menemukan, menggali,
afektif tenang bifisik hutan lestari sebesar dan mengembangkan IPTEK. Pada tahap
63,9; (c) aspek psikomotorik tentang biofisik ketiga akan terjadi peningkatan keberdayaan
hutan lestari sebesar 47,5; (d) aspek kognitif PB meliputi aspek kognitif, afektif, dan
tentang nilai-nilai kepercayaan sebesar 39; (e) psikomotor, secara proporsional.
aspek afektif tentang nilai-nilai kepercayaan Keberdayaan PB akan menghasilkan
sebesar 67,7; dan(f) aspek psikomotor tentang kemampuan pengelolaan perladangan yang
nilai-nilai kepercayaan sebesar 43,3. bai, ditandai (a) pendapatan meningkat, (b)
kualitas hidup meningkat, dan (c) lingkungan
Pada Gambar 6: tahap pertama,
perladangan makin kondusif, dan pengelolaan
identifikasi kebutuhan PB dilakukan bersama
hutan berbasis komunitas. Keberhasilan
oleh penyuluh kompeten dengan PB. Pada
program tergantung pada PB, apabila PB
tahap ini sudah dipetakan kondisi kebutuhan
menilai hasilnya belum memuaskan maka PB
PB, sumberdaya pribadi PB dan motivasi PB.
dapat memberikan umpan balik bagi
Pada tahap kedua, melalui dukungan
penyempurnaan program pemberdayaan.
organisasi penyuluhan yang otonom,
Pada tahap keempat, merupakan tujuan jangka
penyuluh kompeten berfungsi sebagai
panjang, akan tercipta (a) masyarakat
fasilitator mediator dan pemandu proses
sejahtera, (b) kearifan lokal membudaya, dan
pembelajaran PB sehingga proses
(c) biofisik terpelihara.
pemberdayaan berlangsung secaa demokratis

39
40 Jawatir Pardosi, Pang S. Asngari, Rudy C. Tarumingkeng, Djoko Susanto,
dan Sumarjo/ Jurnal Penyuluhan September 2005, Vol. 1, No. 1

Kesimpulan menerapkan (a) model menggali,


menemukan, dan mengembangkan
(1) Faktor determinan peningkatan
IPTEK, (d) komunikasi
keberdayaan PB adalah: (a) kualitas
interaktif/konvergen, (c) substansi
sumberdaya pribadi PB, (b) kekuatan
penyuluhan berbasis kebutuhan PB, (d)
motivasi PB, (c) tingkat pemenuhan
proses belajar orang dewasa, dan (e)
kebutuhan PB, (d) kualitas pendukung
pengelolaan hutan berbasis komunitas.
keberdayaan PB, (c) kualtias lingkungan
eksternal PB, dan (f) kualitas penyuluhan (7) Pemberdayaan PB akan mencapai hasil
memberdayakan PB. optimal apabila didukung oleh (a)
penyuluh kehutanan profesional, (b)
(2) Faktor determinan peningkatan kualitas
organisasi pelaksana penyuluhan yang
penyuluhan memberdayakan adalah: (a)
otonom, (c) komitmen pemerintah
kualitas sumberdaya pribadi penyuluh,
terhadap pengembangan kualitas
(b) kualitas sikap profesionalisme
penyuluhan, dan (d) pengembangan
penyuluh, (c) iklim organisasi
teknologi tepat guna.
penyuluhan, (d) kekuatan motivasi
penyuluh, dan (e) kompetensi penyuluh. Rujukan
(3) Faktor determinan peningkatan Dhama, O.P., dan O.P. Bhatnagar. 1980.
pemenuhan kebutuhan PB adalah: (a) Education and Communication for
kualitas sumberdaya pribadi PB, (b) Development. New Delhi: Oxford &
kekuatan motivasi PB, (c) kualitas IBH Publishing Co.
pendukung keberdayaan PB, dan (d) Hubies, Aida V.S., Prabowo Tjitropranoto,
kualias lingkungan eksternal PB. dan Wahyudi Ruwiyanto. 1994.
(4) Faktor determinan peningkatan kualitas Penyuluhan Pembangunan di Indonesia:
pengelolaan perladangan adalah: (a) Menyongsong Abad XXI. Jakarta: Ditjen
kualitas sumberdaya pribadi PB, (b) Peternakan, Deptan.
kekuatan motivasi PB, (c) tingkat
Slamet, Margono, dan P.S. Asngari. 1969.
pemenhan kebutuhan PB, (d) kualitas Penyuluhan Peternakan. Jakarta: Ditjen
pendukung keberdayaan PB, (e) kualitas Peternakan, Deptan.
lingkungan eksernal PB, dan (f) tingkat
keberdayaan PB. Sumarjo. 2000. Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Penyuluhan. Makalah
(5) PB mengalami kekurangberdayaan disampaikan dalam Acara Penyegaran
antara lain terlihat dari (a) pendidikan Peyuluhan Swadaya Tahun 2000. Pusat
dan jumlah penghasilan yang rendah, (b) Bina Penyuluhan Kehutanan dan
dedakan penggunaan lahan perladangan Perkebunan, Jakarta 21 Nopember 2000.
dari perusahaan dan ketiadaan HHNK,
(c) tidak adanya alternatif usaha baru, (d) Sunderlin, William D., dan Ida Aju Pradnya
kebutuhan yang diperlukan berkaitan Resosudarmo. 1997. Laju dan Penyebab
dengan usaha perladangan yang kurang Deforestasi di Indonesia: Penelaahan
terpenuhi, (e) kemampuan PB Kerancuan dan Penyelesaiannya.
menggunakan kelembagaan sosial, (http://www.cifor.cgir.org/publications/p
ekonomi, adat, dan politik yang rendah, df_files/OccPpaers/OP-091.pdf). (18-
(f) infrastruktur yang buruk, dan (g) 03-2002).
penyuluhan yang sudah dilaksanakan
masih buruk.
(6) Model penyuluhan yang efektif
memberdayakan PB adalah penyuluhan
merupakan program PB yang

You might also like