You are on page 1of 30

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN
Bronkiolitis adalah : Peradangan virus akut pada
sistim pernapasan yang meliputi
bronkioles dan alveoli (Jaffe, Marie)
Bronkiolitis adalah : Suatu keadaan penyakit
pernapasan akut pada bayi, terjadi
dalam bentuk epidemic setiap dua atau
tiga tahun sekali selama musim dingin
dan awal musim semi. (Sacharin M.
Rosa).
Bronkiolitis adalah : Suatu sindrom obstruksi
bronkiolus yang sering diderita
bayi/anak berumur < 2 tahun dan
paling sering pada usia 6 bulan
(Ngastiyah, 1997).
Bronkiolitis adalah : Infeksi virus akut dengan
efek maksimum pada level bronkiolar
(Whaley and Wong, 1991)
Bronkiolitis adalah : Penyakit viral yang
menyebabkan terjadi obstruksi saluran
pernapasan (Andy Smith Greenberg,
1998).
B.ETIOLOGI
- Pada bayi dan anak sebagian besar disebabkan oleh
RSV (Respiratory Syncytial Virus) dan
presentasenya mencapai 90 % dari semua kasus
(Sarkin and Rosen)
- Agen penyebab lainnya adalah virus para influenza
tipe 1 dan 3, Rhinovirus, Adenovirus dan
Mycoplasma (Wohl, 1989).
C.PATOFISIOLOGI
BSV dan agen penyebab lainnya (Virus
Parainfluenza tipe 1 dan 3, Rhinovirus, Adenovirus
dan Mycoplasma) masuk ke saluran pernapasan dan
mukosa bronkiolar. Sel epithelial bronkiolar ini
menyebabkan terjadi peningkatan eksudat dan
produksi mucus yang menyebabkan terjadi
obstruksi/penyumbatan pada jalan napas. Dilatasi
bronchial menyebabkan terjadi penyempitan lumen
pada saluran pernapasan yang menghambat pertukaran
gas di paru-paru. Udara tertumpuk di alveoli yang
bersifat obstruksi sehingga akan terjadi hiperinflamasi
(empisema) dan hipoksia. Penyumbatan mucus dan
pecahnya sel juga menyebabkan terjadi atelektasis dan
kolapsnya alveoli. Penyempitan lumen pada
bronkiolus juga akan menyebabkan terjadi
peningkatan kekuatan pernapasan sehingga terjadi
dyspnea dan tachipnea.
Dada akan menampakan barel yang terbentuk
dari hiperinflasi dan penyimpangan respirasi yang
biasanya sangat padat dengan retraksi subcostal dan
suprasternal. Inilah yang menyebabkan terjadi
peningkatan PaO2. Beberapa penyakit yang ganas
biasanya dikuti dengan peningkatan PaCO 2, sehingga
dalam kurun waktu 4-6 minggu bisa terjadi hypoxemia
yang bisa menyebabkan terjadi asidosis metabolic dan
alkoholisis respiratori ringan.
D.PATHWAY
RSV dan Agen
Penyebab lain (virus parainfluenz, Rhinovirus,
Adenovirus dan Mycoplasma

Masuk saluran pernapasan

Infeksi pada sebagian saluran Kurang pengetahuan


Hypertermi pernapasan dan mukosa bronkiolar

Inflamasi/edema pada mukosa bronkiolar

Ronchi, wheezing,
napas sesak, ada Kerusakan sel Sianosis, akral dingin, nadi
sputum cepat, sesak napas

Terbentuknya Produksi mucus Terbentuknya mucus


sekret pada paru dan eksudat ↑ pada alveoli

Tidak efektif Gangguan pertukaran gas


pembersihan jalan napas Obstruksi pada saluran pernapasan
yang menghambat pertukaran gas

Udara tertumpuk di alveoli

Kurang volume IWL ↑ Hiperinflasi pada paru-paru


cairan

Atelektasis dan kolapsnya Hipoxemia


dinding alveoli

Distres pernapasan Alkalosis Asidosis


respiratory metabolik

Fatique Metabolisme ↓

Nutrisi < kebutuhan tubuh


E.Manifestasi Klinik
 Didahului infeksi, batuk pilek beberapa hari,
subfebril, menderita sesak napas, makin lama makin
hebat.
 Pernapasan dangkal dan cepat disertai serangan
batuk
 Dyspnea, demam
 Gelisah, cepat lelah dan sianotik
 Mudah marah
 Pernapasan cuping hidung disertai retraksi
interkostal dan suprasternal
 Gelisah dan sianotik
 Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor,
ekspirium memanjang disertai wheezing.
 Pada keadaan yang berat sekali, suara napas hampir
tidak terdengar.
 Pada roentgen toraks menunjukan paru-paru dalam
keadaan hipererasi dan diameter anterior posterior
membesar pada foto lateral.
 Pada 1/3 pasien ditemukan bercak-bercak
konsolidasi tersebar.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan Darah
Hb dan Ht meningkat, darah tepi : dalam batas
normal, kimia darah : gambaran asidosis respiratori
maupun metabolik
 Kultur nasal atau nasofaring : terdapat flora bakteri
normal
 Foto roentgen : terdapat hiperinflasi dan atelektasis.
 Gas darah arterial menunjukan : pH menurun, PO 2
di bawah 60 mmHg, PCO2 di atas 45 mmHg
 Jumlah darah lengkap WBC meningkat.
 Uji Elisa (enzyme linked immuno fluorescent assay)
untuk identifikasi virus pada nasopharyngeal.
 Respiratory rate 60-90x/menit
 Cardiac rate 180-200x/menit
G. KOMPLIKASI
- Atelektasis
- Hipoxia
- Gangguan asam basa casidosismetabolik, alkalasis
respiratory, asidosis respiratory)

H. PENATALAKSANAAN
 Medik :
- Bronkodailator : theophylline (bronkodyl elixis,
theolair liquid) Perdarahan post partum untuk
mengontrol edema pada mukosa bronchial
sehingga otot-otot bronchi dan bronchiolabisa
relaks.
- Antipyretik : acetaminophen (tylenol tablet,
pedric dalam bentuk tablet / cair (liquiprin drops)
PO untuk mengurangi demam.
- Antivirals : Ribavirin (vilena, viramid) melalui
inhalasi aerosol, selama tiga hari pertama setelah
sakit untuk mencegah replikasi virus syncytial :
biasanya jarang dilakaukan karena bisa timbul
komplikasi dan memperburuk keadaan.
- O2 perlu diberikan
- Cairan elektrolit per IV untuk mengoreksi
asidosis dan dehidrasi.
- Antibiotik diberikan bila ada infeksi bekterial dan
sebaiknya dipilih yang berspektrum luas.
- Pemberian kloralhidrat bila perlu.
 Keperawatan
Anak harus ditempatkan pada ruangan dengan
kelembaban udara yang tinggi dan sebaiknya
dengan uap dingin untuk mencairkan secret
bronchus. Perawat bisa melakukan inhalasi
sederhana dengan menggunakan ceret yang
corongnya ditambah dengan gulungan koran
sepanjang ± 50cm dan upaya diarahkan ke muka ±
30cm/uap langsung ke tempat tidur anak, tetapi
tempat tidur harus ditutup agar uap panas tidak
dapat hilang. Harus dilakukan dengan hati-hati
karena uapnya bisa menimbulkan bahaya
kepanasan.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
 Riwayat Penyakit
Kaji kapan timbulnya penyakit tersebut, obat yang
digunakan serta kapan menggunakannya, kaji
riwayat alergi
 Pemeriksaan Fisik
- Kaji RR dan usaha dalam bernapas, misalnya
penggunaan obat asesoris
- Kaji bunyi napas (rales, bonchi dan wheezing).
- Kaji tingkat kecemasan, HR, tekanan darah dan
tanda-tanda kegagalan pernapasan (adanya
diaporesis kelelahan, penurunan kesadaran dan
syanosis).
- Monitor apnea selama fase akut
- Kaji tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa
membrane, intake cairan, cekungan ubun-ubun
dan BR).
- Kaji saturasi O2 lewat pulse oxivatry
- Kaji adanya batuk yang efektif.
- Kaji sistim cardiovaskuler : adanya bradikardi,
nadi cepat, hipotensi, nadi cepat dan lemah.
- Kaji status neurologi : tingkat kesadaran, apakah
ada refleks atau tidak.
 Riwayat Psikososial
Meliputi umur, mekanisme koping anak dan
keluarga, tingkat kenyamanan serta kebiasaan
sehari-hari seperti pola tidur, obyek yang disukai.
Kaji apakah sebelumnya pernah masuk rumah sakit
atau tidak.
 Kaji pengetahuan keluarga (orang tua)
Meliputi pemahaman/pengetahuan orang tua tentang
proses penyakit yang diderita anaknya, obat-obatan
yang pernah/biasa digunakan, tingkat pendidikan
serta kecepatan dan kemampuan untuk mendengar
atau memahami.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektif bersihan jalan napas b.d edema
mukosa, obstruksi dan akumulasi mucus yang
ditandai dengan :
DS : Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya
sulit bernapas atau sesak napas, batuk
DO: Ada bunyi ronchi, wheeszing, batuk (sering
tidak efektif), pernapasan dangkal dan cepat,
dyspnea (PaO2<60mmHg, Pa Co2>45mmHg)
pH normal < 7,35. Penggunaan obat asesoris,
napas tidak teratur, adanya mucus/secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d edema dan
meningkatnya produksi secret (mucus) yang
ditandai dengan :
DS : Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya
sesak napas, memerlukan suplemen oksigen.
DO: Rales, dysneu, tachipneu, peningkatan lactic
acid, apsien tampak gelisah, cyanosis, mudah
marah, pernapasan cuping hidung, retraksi
subcostal dan suprasternal, PaO2 < 60mmhG,
PaCo2 > 45 mmHg, pH normal < 7,35
3. Hipertermi b. d proses infkesi/peradangan yang
ditandai dengan :
DS : Keluarga/orang tua mengatakan bahwa
anaknya merasa panas, sering menyusui atau
minta air karena haus.
DO: Demam, teraba panas/hangat, kulit nampak
kering, suhu > 37,5ºC.
4. Kecemasan pada anak/orang tua b.d kesukaran
dalam bernapas dan hospitalisasi yang ditandai
dengan :
DS : Keluarga/orang tua mengatakan merasa
kwatir/cemas dengan kondisi anaknya,
merasa takut anaknya mati, prihatin.
DO: Klien tampak takut, tegang, dyspnea,
tachypnea.
5. Fatique b.d distress pernapasan yang ditandai
dengan :
DS : Keluarga/orang tua mengatakan anaknya
cepat lelah, menangis, mudah marah.
DO: Klien tampak lemah tak berdaya, anemia
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
meningkatnya metabolisme yang ditandai dengan :
DS : Keluarga/orang tua mengatakan napsu makan
anaknya menurun, cepat lelah saat
makan/menyusui; mengeluh sulit makan.
DO: BB menurun, tidak bisa menghabiskan porsi
makan yang diberika, penurunan albumin dan
lymfosit.
7. Kurang volume cairan b.d kehilangan cairan yang
insensible yang berlebihan dari paru (IWL)dan
intake yang kurang yang ditandai dengan :
DS : Keluarga/orang tua mengatakan bahwa
anaknya cepat haus tetapi minumnya sedikit.
DO: Kulit dan mukosa membrane kering, turgor
kulit menurun, mobilitas kulit kurang baik
intakenya kurang.
8. Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi
yang ditandai dengan :
DS : Keluarga/orang tua mengatakan bahwa tidak
mengetahui tentang penyakit yang diderita
anaknya.
DO: Klien bertanya-tanya pada perawat/dokter
tentang penyakit yang diderita anaknya;
prosedur pengobatan serta cara perawatan di
rumah.
3. PERENCANAAN
 Diagnosa I
Goal : Klien akan memperbaiki pembersihan
jalan napas yang efektif selama dalam
perawatan.
Obyektif : Dalam jangka waktu 2-3 jam setelah
perawatan pernapasan anak kembali
normal, suara napas bersih, tidak ada
dyspneu dan tidak ada sianosis,
napasnya teratur.
Intervensi :
- Monitor RR, HR, TD serta kedalaman
pernapasan, irama dan adanya batuk setiap 15
– 30 menit.
R/: Menentukan keefektifan pola napas.
- Auskultasi : bunyi napas setiap 15 – 30 menit.
R/: Mengetahui apakah bunyi napas normal
atau tidak.
- Atur posisi yang nyaman bagi pasien. (Posisi
High Fowler)
R/: Mempermudah dalam bernapas dan
melancarkan ekspansi paru.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi.
R/: Mengurangi kecemasan dan
ketergantungan obat.
- Monitor nadi apakah ada tachikardi.
R/: Sebagai data dasar untuk tindakan
selanjutnya.
- Berikan pasien istirahat dan aktivitas secara
periodic.
R/: Menimbulkan aktivitas pasien tanpa ada
kelelahan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
R/: Memenuhi kebutuhan oksigen dan
mengurangi sesak napas.
- Melakukan fisioterapi dada.
R/: Mempermudah pengeluaran secret dan
menghilangkan nyeri dada.
 Diagnosa II
Goal : Klien akan memperbaiki pertukaran gas
yang normal selama dalam perawatan.
Obyektif : Dalam jangka waktu 1 x 24 jam
pernapasan kembali normal, tidak ada
penumpukan secret dan edema.
Intervensi :
- Kaji pernapasan 15 – 30 menit, kedalamannya,
irama, cuping hidung dan adanya batuk.
R/: Menentukan keefektifan ukuran napas.
- Auskultasi bunyi napas serta usaha untuk
bernapas setiap 2 – 4 jam.
R/: Mengetahui bunyi napas normal atau
tidak.
- Berikan posisi yang nyaman bagi pasien
dengan cara meninggikan kepala saat tidur
dengan sudut 30-40º (kepala sedikit ekstensi).
R/: Melancarkan pernapasan dan membantu
ekspansiparu.
 Diagnosa III
Goal : Klein akan mempertahankan suhu
tubuh yang normal, selama dalam
perawatan.
Obyektif : Dalam jangka waktu 1 x 60 menit
suhu tubuh kembali normal
Intervensi :
- Monitor suhu tubuh setiap 2-4 jam
R/: Mengetahui proses infeksi untuk
membantu tindakan selanjutnya.
- Pantau suhu lingkungan/ruangan
R/: Membantu mempertahankan suhu dalam
batas normal
- Tingkatkan intake secara adekuat
R/: Membantu mengencerkan secret

- Berikan kompres hangat


R/: Membantu mengurangi demam.
- Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai
petunjuk
R/: Menurunkan suhu tubuh sehingga tetap
dalam batas normal.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
petunjuk
R/: Mencegah pertumbuhan MO
 Diagnosa IV
Goal : Klien/orang tua akan menunjukan tidak
adanya kecemasan, orang tua tampak
tenang.
Obyektif : Dalam jangka waktu 1 x 24 jam
anak tidak menangis, tidak gelisah,
pernapasan kembali normal, dapat
istirahat, tampak rileks dan orang tua
secara verbal memahami kondisi anak
dengan pengobatan yang diberikan.
Intervensi :
- Kaji sumber serta tingkat kecemasan dan
tanda-tanda kecemasan pada pasien atau orang
tua.
R/: Sebagai data dasar untuk intervensi
selanjutnya.
- Berikan kesempatan pada orang tua untuk
bertanya tentang kondisi serta prosedur
pengobatan pada anak.
R/: Informasi yang diperoleh dari perawat
bisa mengurangi kecemasan pada orang
tua.
- Komunikasi dengan orang tua dan jawab
pertanyaannya dengan tenang dan jujur.
R/: Meningkatkan ketenangan dan dukungan
lingkungan.
- Gunakan komunikasi terapeutik.
R/: Orang tua atau anak dapat menyalurkan
perasaan atau rasa cemas yang dihadapi.
- Anjurkan orang tua untuk tetap menemani anak
R/: Perhatian orang tua dapat menurunkan
kecemasan anak.
- Berikan terapi bermain pada anak sesuai usia
dan kondisi.
R/: Membiarkan proses tumbuh kembang
anak tetap berlangsung dan menyalurkan
bakat anak.
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak
R/: Meningkatkan koordinasi atau kerja sama
yang baik.
 Diagnosa V
Goal : Klien akan menunjukan bebas dari rasa
letih atau lemas selama dalam
perawatan.
Obyektif : Dalam jangka waktu 1 – 2 jam
setelah perawatan kebutuhan istirahat
pasien dapat terpenuhi, pasien tidak
stress.
Intervensi :
- Kaji kelemahan dan kelelahan pada otot serta
kemampuan untuk beraktivitas, lamanya
beristirahat atau tidur.
R/: Memberikan informasi tentang efek dari
dyspneu dan peningkatan kekuatan
pernapasan yang banyak menguras energi
dari anak.
- Berikan periode istirahat dan hindari hal-hal
yang melelahkan, misalnya anak menangis.
R/: Mengurangi serta menghindari kelelahan.
- Atur posisi anak yang nyaman dan sesuai
kebutuhan.
R/: Agar anak bisa berisitirahat dengan
tenang.
- Berikan kesempatan pada anak untuk
berisitirahat serta menjaga ketenangan dan
kenyamanan lingkungan.
R/: Agar anak merasa nyaman dan terhindar
dari stress.
 Diagnosa VI
Goal : Klien akan meningkatkan intake
makanan yang adekuat selama dalam,
perawatan.
Obyektif : Dalam jangka waktu 2 x 24 jam
nutrisi anak terpenuhi yang yang di
tandai dengan makanan 80 % dapat
dihabiskan, tidak ada penurunan BB.
Intervensi :
- Kaji kemampuan makan pasien.
R/: Sebagai data dasar untuk intervensi
selanjutnya.
- Berikan makanan yang lembek atau mudah
dicerna dalam porsi kecil tapi sering.
R/: Mencegah kelelahan yang berlebihan,
meningkatkan pemasukan dan
menurunkan resiko distress gaster.
- Berikan makanan yang disukai pasien
R/: Meningkatkan pemasukan oral.
- Berikan makanan yang tinggi kalori dan
protein
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
- Timbang BB anak sesuai petunjuk
R/: Indikasi kekurangan nutrisi bila BB
berkurang.
 Diagnosa VII
Goal : Klien akan memperbaiki volume cairan
dalam batas normal selama dalam
perawatan.
Obyektif : Dalam jangka waktu 2 – 3hari
setelah perawatan volume cairan,
intake, output kembali normal, mukosa
membrane lembab dan tidak mengalami
dehidrasi.
Intervensi :
- Kaji perubahan tanda vital, peningkatan
suhu/demam memanjang serta adanya
tachycardia.
R/: Peningkatan suhu tubuh/demam
meningkatkan laju metabolic dan
kehilangan cairan melalui evaporasi.
- Kaji turgor kulit, kelembaban nukosa membran
R/: Indikator langsung keadekuatan volume
cairan meskipun mukosa membrane mulut
mungkin kering karena napas mulut dan
O2 tambahan.
- Monitor intake dan output
R/: Menentukan kebutuhan cairan pengganti.
- Monitor serum elektrolit
R/: Intake cairan dapat dipertahankan.
- Monitor berat jenis urin dan observasi output
urin.
R/: Mengetahui urin dalam batas normal.
- Kolaborasi pemberian obat sesuai petunjuk
misalnya antipiretik dan antimietik.
R/: Menurunkan kehilangan cairan.
- Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan.
R/: Pada adanya penurunan masukan/banyak
kehilangan cairan, maka pemberian cairan
parenteral dapat memperbaiki serta
mencegah kekurangan volume cairan.
- Anjurkan untuk memberikan minum sesuai
kebutuhan dan kondisi anak.
R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan
menurukan resiko dehidrasi.
 Diagnosa VIII
Goal : Klien/orang tua akan meningkatkan
pengetahuan serta pemahaman selama
dalam perawatan.
Obyektif : Orang tua dapat memahami tentang
proses penyakit pada anak serta cara
penularannya.
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan yang dimiliki
keluarga/orang terdekat pasien.
R/: Sebagai data dasar untuk intervensi
selanjutnya.
- Berikan informasi tentang proses penyakit dan
antisipasi tindakan.
R/: Meningkatkan pengetahuan keluarga
serta menurunkan ansietas.
- Ajarkan orang tua untuk memberikan bantuan
pada anak termasuk pengobatan dan
perawatannya.
R/: Meningkatkan kemandirian orang tua atau
keluarga.
- Jelaskan pentingnya nutrisi dan hidrasi dan diit
tinggi kalori dan protein.
R/: Meningkatkan pengetahuan orang
tua/keluarga.
4. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai intervensi
5. EVALUASI
- Pertukaran gas menjadi lebih baik yang ditandai
dengan pernapasan yang normal, suara/bunyi napas
bersih, tidak ada penumpukan secret/mucus. Anak
memperlihatkan kepatenan pada saluran
pernapasan. Anakdapat bernapas dengan normal
tanpa menggunakan otot Bantu napas.
- Temperature suhu dalam batas normal.
- Rasa cemas menurun, anak tidak menangis, tidak
gelisah, tampak relaks, orang tua tampak tenang dan
secara verbal mamahami kondisi anak dan
pengobatan yang diberikan.
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak ada penurunan
BB.
- Volume cairan dalam batas normal, tidak ada tanda-
tanda untuk dehidrasi, mukosa membrane lembab,
output urin dalam batas normal.
- Kebutuhan istirahat terpenuhi.
- Pengetahuan orang tua meningkat, orang tua dapat
merawat anak dengan baik.
PENDIDIKAN KESEHATAN
- Ajarkan orang tua menggunakan humidifikasi seperti :
mndi dengan air hangat dan penggunaan aerosol di
rumah.
- Jelaskan untuk pengawasan infeksi yaitu mencuci
tangan dengan benar sehingga dapat mencegah
infeksi.
- Jelaskan kemungkinan infeksi sekunder yang harus
segera dilaporkan ke dokter atau perawat.
- Berikan informasi tentang pentingnya intake cairan
yang adekuat.
- Ajarkan pada orang tua tentang cara melakukan
fisioterapi dada.
- Jelaskan tentang obat-obatan, kegunaan serta efek
sampingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, SKp & Rita Yuliani, S.Kp, “Asuhan


Keperawatan Pada Anak” Edisi 1, Jakarta, 2001

Ngastiyah, “ Perawatan Anak Sakit “ Penerbit Buku


Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997

Sachhharin M Rose “Prinsip Keperawatan Pediatrik”


Edisi 2 EGC, Jakarta, 1996.

Jaffe, Marie “Pediatric Nursing Care Plans” Eldaso,


Texas.

Doenges, M “Rencana Asuhan Keperawatan,


Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian” Edisi 3, EGC, Jakarta, 1999.

Matt, R. “Nursing Care and Families”, Addison Wesley


Nursing, 1990.

Wilson, Susan dan Thompson, June “Respiratory


Disoreders “Mosby Year Book, Texas, 1990.

You might also like