You are on page 1of 9

Perbandingan Tensile Strength Pasca Repair Dengan Menggunakan Teknik Modifikasi Kessler 2, 4 Dan 6 Strand Yang Dinilai Pada

Minggu Ketiga Penyembuhan Ruptur Tendon Achilles Kelinci Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN

PERBANDINGAN TENSILE STRENGTH PASCA REPAIR DENGAN MENGGUNAKAN


TEKNIK MODIFIKASI KESSLER 2, 4 DAN 6 STRAND YANG DINILAI PADA
MINGGU KETIGA PENYEMBUHAN RUPTUR TENDON ACHILLES KELINCI
Arif A1, Chaidir R1, Ismono D1, Hidajat NN1

1 Department of Orthopaedic and Traumatology, Faculty of Medicine,


Padjajaran University/ Hasan Sadikin General Hospital Bandung, Indonesia.
Corresponding author : Azeta Arif Orthopaedic and Traumatology, Department of Padjadjaran University/ Hasan Sadikin General Hospital Bandung,
Indonesia. Jl. Pasteur No. 38 Bandung 40161 Telp. / Fax +62 22 2035477 E mail: azeta_arif@yahoo.co.id.

ABSTRACT

The current trend toward early active flexion after repair of the flexor tendon necessitates a stronger repair than
that provided by a 2 strand technique. This thesis compared the tensile strength of the multi strand tendon repair using
modified Kessler 2,4 and 6 strand at 3rd weeks Achilles rabbit's tendon healing.
The experimental research use a total of 60 achilles rabbit tendons were randomized to three goups,1st group
repaired using a 2 strand modified Kessler, 2nd group using 4 strand and the 3rd group using 6 strand. The force required
to produce After 3 weeks tendon healing , the tendon harvested and the force required to produce 2mm gap, the tensile
strength for each repair we assessed.
The result of this study showing that the number of core suture increase the tensile strength. The 2 strand
modified Kessler repair was significantly more likely to fail by suture pullout than the multi strand repair technique. The
four-strand, double modified Kessler technique provide the second strongest repair. The multi strand repair improved
from a mean (and standard deviation) of 2 strand 1870(42,77), 4 strand 3542,14(40,79), 6- Strand 5450 (51,70) using
the ANOVA test= 21198,483; p <0,001.
The repair of flexor tendon injury is still one of the most difficult problems in hand surgery. A poor functional
outcome can occur despite perfect operation techniques, promote early motions after tendon repair provided by strong
tensile strength by increased the number of the core suture. This understanding gave impetus to studies of post
operative early motions.

Keywords:
Tensile strength, modified Kessler 2,4 and 6 strand, multi strand core suture.

PENDAHULUAN memperbaiki cedera tendon tersebut, yakni berupa


Cedera pada tendon fleksor merupakan cedera yang pembersihan luka debridemen, dan kemudian
sering terjadi. Data epidemiologi dari Norway dilakukan penyambungan tendon.2
mencatat insidensi terjadinya cedera pada tendon Penyambungan tendon bertujuan untuk
flexor sekitar 1 kasus tiap 7000 penduduk di negara mendekatkan kedua ujung tendon yang terputus
atau melekatkan ujung tendon ke tulang dan
industri. Cedera ini lebih sering terjadi pada laki-laki
mempertahankannya selama masa penyembuhan,
dan terbanyak pada usia antara 15 sampai usia 30
dengan tetap memungkinkan dilakukannya latihan
tahun. 1,2 Akibat cedera ini penderita dapat
gerak dini hari pertama pasca operasi. Latihan gerak
mengalami gangguan fungsi yang berkepanjangan, dini aktif diperlukan untuk meminimalkan terjadinya
yang menyebabkan baik penderitaan fisik maupun adhesi, yang hanya dapat dilakukan bila tensile
emosional, serta penurunan kualitas sosio- strength jahitan tendonnya kuat. Tensile strength
ekonominya. Untuk mengatasi masalah ini adalah kekuatan jahitan untuk menerima gaya
diperlukan penanganan yang baik dalam regang pada arah yang berlawanan yang bekerja

8
Majalah Orthopaedi Indonesia Juni 2010 Volume xxxvIII No. 1, pp 8 - 16

sejajar terhadap serabut kolagen tendon. Faktor- cedera tendon multiple ataupun pada reimplantasi
faktor yang berpengaruh terhadap tensile strength dimana pada kasus tersebut mobilisasi dini sering
adalah jenis benang jahitnya dan teknik jahitan.3,4,5 tidak memungkinkan oleh karena itu dengan
Teknik penjahitan yang sering dipakai adalah karakteristik tensile strength yang paling rendahpun
Kessler, menggunakan dua core suture (jahitan inti) bukan merupakan pertimbangan.11
dan dikombinasikan dengan simple epitendineal Hirpara dalam eksperimennya mendapatkan
circumferential suture (jahitan epitendineal bahwa teknik penjahitan 6 strand memang memiliki
sederhana) yang mengelilingi tendon. Risitano, tensile strength yang paling tinggi, namun
Silverskiold, Singer, dan Kubota menyatakan teknik pengerjaannya tidak praktis dan menimbulkan bulk
jahitan tersebut tidak cukup kuat untuk menahan pada tendon sehingga pemilihan teknik ini terbatas
gaya yang dihasilkan akibat latihan gerak dini aktif pada kasus tendon yang besar dan bukan cedera
pasca penyambungan, sehingga diperlukan teknik tendon multiple. Teknik ini sangat berguna pada
jahitan lain.5 cedera tendon pada jari jempol yang memiliki
Teknik Kessler telah mengalami berbagai tendon lebih besar jika di bandingkan jari lain dan
modifikasi, mulai dari banyaknya simpul, letak memiliki angka kejadian rupture pasca repair yang
simpul, dan yang terakhir adalah ditambahkannya tinggi sehingga dibutuhkan tensile strength yang
jahitan epitendineus running suture. Ismiarto kuat.11
menemukan bahwa, tidak didapatkan perbedaan Teknik jahitan 4 strand cruciate memiliki tensile
yang bermakna secara statistik pada tensile strength strength yang lebih kuat secara signifikan jika
teknik jahitan modifikasi Kessler 2 strand dibandingkan dengan 2 strand Pennington, dengan
dibandingkan dengan teknik Kubota 2 strand. Teknik pengerjaan yang sedikit lebih kompleks. Teknik ini
modifikasi Kessler dapat dikerjakan lebih cepat dan banyak dipilih untuk sebagian besar cedera pada
secara teknis lebih mudah dibandingkan Kubota.5 tendon karena memiliki tensile strength yang kuat
Matthew membandingkan 8-strand pada repair memungkinkannya untuk melakukan gerakan
tendon ke tendon dengan 2-strand atau 4-strand menggenggam aktif .11
pada anjing. Pada minggu ke tiga dan ke empat Di RSHS saat ini dipakai teknik penjahitan
setelah operasi didapatkan bahwa, repair yang modifikasi Kessler 2 strand untuk penjahitan tendon
menggunakan 8-strand memiliki ultimate force dan baik untuk cedera tendon tunggal ataupun multipel.
rigiditas yang lebih besar dibandingkan dengan Penulis ingin menguji perbandingan tensile
teknik yang lain.6 strength dengan menggunakan teknik modifikasi
Eksperimen Hirpara dengan menggunakan Kessler dan jahitan multiple-strand pada ruptur
teknik 2 strand Penington modifikasi Kessler, 4 strand tendon fleksor kelinci dengan sampling rancang acak
modifikasi cruciate core repair, dan 6 strand savage lengkap.
repair menunjukkan bahwa, dengan bertambahnya
core suture akan meningkatkan tensile strength. METODE PENELITIAN
Selain itu eksperimen tersebut menunjukkan bahwa, Desain penelitian ini adalah studi eksperimen
6 strand Savage memiliki tensile strength yang paling terhadap hewan dengan teknik rancang acak
kuat dan 4 strand cruciate secara signifikan lebih kuat lengkap observasional analitik.
jika dibandingkan dengan 2 strand Pennington. Yang menjadi variabel penelitian ini adalah sebagai
Kegagalan pada 2 strand Penington modifikasi Kessler berikut:
setengahnya karena pullout benang. Keuntungan a.Variabel bebas (independen) adalah teknik
prinsip dari penggunaan Penington 2 strand penjahitan dengan menggunakan modifikasi
modifikasi Kessler adalah karena pengerjaannya Kessler berbagai strand yaitu 2, 4, 6 strand.
lebih sederhana dibandingkan dengan yang lainnya. b.Variable tergantung (dependen) adalah tensile
Sehingga dapat dipilih sebagai teknik jahitan pada strength dalam gram.

9
Perbandingan Tensile Strength Pasca Repair Dengan Menggunakan Teknik Modifikasi Kessler 2, 4 Dan 6 Strand Yang Dinilai Pada Minggu Ketiga Penyembuhan Ruptur Tendon Achilles Kelinci Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN

Berdasarkan pengambilan sampel dengan rancang tendon yang terpotong, keluar dari tepi tendon
acak lengkap, maka penghitungan jumlah sample sejauh 0,75-1cm
minimum yang diperlukan adalah 9 setiap 2. Membentuk locking
kelompoknya.
3. Jahitan tranversal ke arah tepi tendon
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
sebelahnya
kriteria sebagai berikut:
1. Kelinci yang sudah memenuhi kriteria inklusi 4. Membentuk locking
dilakukan pengelompokan secara acak ke dalam 5. Keluar dari permukaan tendon yang terpotong
3 kelompok dengan metode rancang acak 6. Menyeberang ke segmen tendon 'lawan'nya
lengkap. sejauh 0,75 - 1 cm
2. Kelompok 1 dilakukan penjahitan dengan teknik 7. Membentuk locking
modifiksi Kessler 2 strand , kelompok 2 dengan 4
8. Jahitan tranversal ke arah tepi tendon
strand, dan kelompok 3 dengan 6 strand.
sebelahnya
Cara Kerja dan Prosedur Pengumpulan Bahan 9. Membentuk locking
Pemeriksaan 10.Keluar dari permukaan tendon yang terpoton
1) Kelinci dibius dengan memberikan ketamin 11. Dilakukan aproksimasi tendon, kemudian
(150mg/kg IM), lalu bulu disekitar tempat dibuat simpul
pemotongan tendon achiles dicukur dan 12.Dilakukan epitenon sutute dengan
dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
menggunakan polypropylene 6-0
2) Pada kelinci tersebut dilakukan insisi kulit dan
fascia longitudinal sepanjang 2.0 cm di daerah
posterior kruris, dimulai kira-kira 1,0 cm dari
pergelangan kaki, kemudian dilakukan
identifikasi tendon. Setelah itu selubung
tendon disayat memanjang sesuai sayatan
kulit. Selanjutnya tendon Achilles dipotong
melintang secara tajam pada jarak 2,0 cm
proksimal dari insersinya di kalkaneus. Setelah
itu tendon dijahit dengan teknik modifikasi
Kessler sesuai dengan kelompok perlakuannya Gambar 1. Teknik modifikasi Kessler 2 Strand
dengan menggunakan benang nylon ukuran 4- Dikutip dari: Clare10
0 untuk core suture dan 6-0 untuk epitenon
suture. Selanjutnya luka ditutup dengan
menjahit kulit, tanpa menjahit selubung Teknik Modifikasi Kessler 4 Strand
t e n d o n . Ke m u d i a n p e r g e l a n g a n k a k i 1. Pertama jarum masuk dari permukaan dalam
diimobilisasi dalam posisi plantar fleksi tendon yang terpotong, keluar dari tepi tendon
menggunakan gips sirkuler, dimulai dari 1 cm sejauh 0,75 – 1 cm
2. Membentuk locking
dibawah lutut sampai kaki. Perlakuan yang
3. Jahitan menyilang melintas di tengah
sama dilakukan pada repair tendon kelinci
permukaan tendon yang terpotong ke arah tepi
menggunakan teknik 4 strand dan 6 strand
tendon seberangnya
dengan suture material polypropylene dengan
4. Membentuk locking
operator yang sama.
5. Keluar dari permukaan tendon yang terpotong
3) Teknik modifikasi Kessler 2 Strand
6. Menyeberang ke segmen tendon 'lawan'nya
1. Pertama jarum masuk dari permukaan dalam

10
Majalah Orthopaedi Indonesia Juni 2010 Volume xxxvIII No. 1, pp 8 - 16

sejauh 0,75 – 1 cm
7. Membentuk locking
8. Jahitan menyilang melintas di tengah
permukaan tendon yang terpotong ke arah tepi
tendon seberangnya
9. Membentuk locking
10.Keluar dari permukaan tendon yang terpotong Gambar 3. Teknik modifikasi Kessler 6 Strand
Teknik yang diajukan oleh Penulis)

4) Pada minggu ketiga dilakukan uji biomekanik.


Hewan tersebut dibunuh dengan menggunakan
suntikan phenobarbital IV 100 mg/kg BB.
Kemudian jaringan tendon achilles diambil mulai
dari insersinya sampai 4 cm ke arah proksimal.
Gambar 2. Teknik modifikasi Kessler 4 Strand
Selanjutnya selubung tendon dilepaskan dari
Dikutip dari: Singer10
jaringan tendon, kemudian tendon disimpan
dalam larutan NaCl fisiologis. Selanjutnya
Teknik Modifikasi Kessler 6 Strand
1. Pertama jarum masuk dari permukaan dalam dilakukan pegukuran tensile strength dengan cara
tendon yang terpotong, keluar dari tepi tendon Conventional Clamping Technique, yaitu sebagai
sejauh 0,75 - 1 cm berikut:
2. Membentuk locking a. Bagian tendon tanpa selubungnya dipakai
3. Jahitan menyilang melintas di tengah sebagai obyek penelitian, sehingga pengaruh
permukaan tendon yang terpotong ke arah tepi
jaringan fibrotik pada daerah luka dengan
tendon seberangnya
4. Membentuk locking selubung tendon dapat diabaikan.
5. Keluar dari permukaan tendon yang terpotong b. Ujung tendon bagian proksimal dan distal
6. Menyeberang ke segmen tendon 'lawan'nya dijepit dan difiksasi dengan klem kertas.
sejauh 0,75 – 1 cm c. Ujung tendon bagian distal diikat dengan
7. Membentuk locking benang dan dilakukan pembebanan awal
8. Jahitan melintas di tengah permukaan tendon mulai 500 gram, kemudian beban ditambah
yang terpotong ke arah tepi tendon
selang 20 detik sampai terjadi tensile strength.
seberangnya
9. Membentuk locking d. Pembebanan dihentikan segera setelah
10.Keluar dari permukaan tendon yang terpotong terdapat celah 2 mm pada daerah jahitan.
11.Menyeberang ke segmen tendon 'lawan'nya e. Data diperoleh dari angka maksimum beban
12.Membentuk locking yang menimbulkan celah 2 mm pada kedua
13.Jahitan melintas di tengah permukaan tendon ujung tendon. Operator dan pembacaan gap
yang terpotong ke arah tepi tendon
pada millimeter blok dilakukan sendiri oleh
seberangnya
penulis. Data-data ini kemudian
14.Membentuk locking
15.Keluar dari permukaan tendon yang terpotong dikelompokkan dan dilakukan tabulasi,
16.D i l a k u k a n e p i t e n o n s u t u r e d e n g a n selanjutnya dianalisis secara komputerisasi
menggunakan polypropylene 6-0 menggunakan program Excell

11
Perbandingan Tensile Strength Pasca Repair Dengan Menggunakan Teknik Modifikasi Kessler 2, 4 Dan 6 Strand Yang Dinilai Pada Minggu Ketiga Penyembuhan Ruptur Tendon Achilles Kelinci Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN

Gambar 5. Cara Kerja Penelitian Operasi


Penjahitan Tendon
Gambar 4. Alat dan Bahan Penelitian
Keterangan Gambar : (a) kelinci di bius; (b) daerah operasi di cukur;
(a). Alat dan Bahan Penelitian; (b). Hewan percobaan kelinci putih (c) dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah operasi; (d)
dilakukan insisi kulit di atas tendon Achiles; (e) identifikasi tendon
ras New Zealand, berat 1.000- 1.500 gr (sampel no 1); (C) alat peguji
Achiles; (f) tendon Achiles dipotong tajam; (g) penjahitan temdon; (h)
tensile strength dengan simpel klem konvensional, kertas millimeter
penutupan kulit; (i) fiksasi dengan plaster cast sirkuler posis kaki
block sebagai latar; (d) Mata beban dengan berbagai variasi besaran
plantar fleksi penuh
beban

HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang penggunaan teknik jahitan
untuk penyembuhan ruptur tendon achilles
kelinci telah dilakukan terhadap 60 tendon fleksor
kelinci, yang masing-masing dibagi ke dalam tiga
kelompok secara acak. Jenis perlakuan yang
diberikan adalah teknik jahitan modifikasi Kessler
2 strand, 4 strand dan 6 strand. Penelitian ini
dilakukan selama periode Mei sampai Juli 2009.
Teknis pengerjaan eksperimen dilakukan
dalam 2 periode di Serang dan Lembang karena
pada perjalanan perawatan kelinci terdapat
beberapa sampel yang mati sehingga tidak
memenuhi jumlah sampel minimal jika dilakukan
pada satu periode saja. Dalam sehari dilakukan
pengerjaan terhadap 5-10 sampel.
Setelah 3 minggu perlakuan, terdapat 5 ekor
kelinci mati pada kelompok I (2 strand), 6 ekor
mati pada kelompok II (4 strand) dan 8 ekor
kelinci pada kelompok III (6 strand). Jumlah
subjek yang diikutsertakan pada penelitian ini
sudah memenuhi ukuran sampel minimal yaitu 9
per kelompok.

12
Majalah Orthopaedi Indonesia Juni 2010 Volume xxxvIII No. 1, pp 8 - 16

Sediaan tendon di uji biomekanis dengan Tampak rata-rata tensile strength antara ketiga
menggunakan simple klem, dan dicatat besar beban kelompok perlakuan berdasarkan uji Duncan
saat terjadi gap sejauh 2 mm. Hasil penelitian berbeda bermakna table 3
selengkapnya disajikan berikut ini.
PEMBAHASAN
Tabel 1. Deskripsi Statistik Tensile Strength dari Repair tendon fleksor sampai saat ini masih
ketiga Kelompok Perlakuan merupakan masalah yang sulit. Bila tidak dilakukan
dengan teknik operasi yang baik maka akan
didapatkan hasil yang buruk pasca cedera tendon
fleksor. Banyak metode telah dilakukan untuk
mencegah adhesi dan dimungkinkannya gerakan
dini pada cedera tendon, namun belum ada teknik
yang sempurna.3,5,18,19,12
Tujuan dari penyambungan cedera tendon
adalah mengembalikan fungsi jari dengan
pergerakan sendi yang kembali seutuhnya. Banyak
metode yang di pakai sebelumnya untuk mencegah
adhesi tendon dengan jaringan sekitarnya sehingga
Berdasarkan tabel.1 di atas tampak bahwa, tensile meminimalkan terjadinya keterbatasan dari ekskursi
strength pada ketiga kelompok perlakuan bersifat tendon yang akan menyebabkan keterbatasan
homogeny dan berdistribusi normal (p>0,05), pergerakan jari. 3,10,11,12,13,14

sehingga untuk membandingan tensile strength Pada saat ini, cara yang paling berhasil untuk
antara kelompok perlakuan digunakan analisis mencegah adhesi tendon dengan jaringan sekitarnya
adalah dengan pergerakan jari dini pasca operasi. Hal
ini dimungkinkan bila pasca penyambungan tendon
Tabel 2. Perbandingan Rata-rata Tensile Strength
memiliki tensile strength yang tinggi. Fungsi tendon
dari ketiga Kelompok Perlakuan
merupakan suatu kabel fleksibel sebagai
penghubung struktur otot yang dinamis dan struktur
tulang yang rigid, sehingga jaringan ini harus
mempunyai kemampuan untuk meredam
goncangan (shock absorbing) dan kemampuan untuk
menahan tarikan (tensile strength).3,5,10,11,12,13,14
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental untuk melihat perbandingan tensile
strength antara 2, 4, dan 6 strand dengan
menggunakan teknik modifikasi Kessler pada tendon
achiles kelinci yang diuji pada minggu ke 3 pasca
Tabel 3. Hasil Uji Duncan perbedaan Rata-rata penyambungan tendon. Penelitian ini menggunakan
tensile strength antar kelompok kelinci sebagai binatang percobaan, dengan
pertimbangan kelinci merupakan hewan mamalia
yang mempunyai tendon achiles yang cukup besar
dan bentuknya menyerupai tendon fleksor tangan
manusia.
Dari kepustakaan dan penelitian-penelitian
terdahulu dapat disimpulkan bahwa, faktor –faktor

13
Perbandingan Tensile Strength Pasca Repair Dengan Menggunakan Teknik Modifikasi Kessler 2, 4 Dan 6 Strand Yang Dinilai Pada Minggu Ketiga Penyembuhan Ruptur Tendon Achilles Kelinci Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN

yang akan mempengaruhi tensile strength antara lain sederhana. Didapatkan hasil, dengan rerata 1870 (±
teknik operasi yang dipilih, jenis, lokasi dan jumlah 42,77) gram untuk teknik modifikasi Kessler 2 strand,
untaian benang dalam tendon , serta jenis dan rerata 3542,14 (± 40,79) gram untuk teknik 4 strand
ukuran benang yang digunakan.3,5,10,11,12,13,14 dan rerata 5450 (± 51,70) gram untuk teknik 6
Penelitian ini membandingkan jumlah untaian strand. Median untuk 2 strand adalah 1860 gram, 4
benang dalam tendon yang dinilai pada minggu strand adalah 3550 gram, dan 6 strand adalah 5455
ketiga. Terdapat peningkatan tensile strength yang gram.
bermakna dengan meningkatnya jumlah untaian Tensile strength rerata yang dihasilkan dengan
benang dalam tendon, semakin banyak untaian teknik modifikasi Kessler 4 strand adalah 3542,14 (±
benang dalam tendon maka tensile strength semakin 40,79) gram, kekuatan ini cukup untuk menahan
besar. gaya yang dihasilkan oleh latihan fleksi aktif dengan
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya tahanan ringan pasca penyambungan tendon, yang
yang mengunakan teknik jahitan Taguchi, Savage menurut Strickland kekuatan genggaman ringan yang
didapatkan: dengan bertambahnya jumlah untaian dibutuhkan adalah 2500 gram.
dalam tendon akan meningkatkan tensile strength. Teknik penjahitan 4 strand lebih disukai karena
Faktor jenis dan ukuran benang tidak berpengaruh tidak menghasilkan bulk yang besar pada tendon
karena digunakan jenis dan ukuran benang yang sehingga tidak menghalangi pergerakan tendon
sama.12 melalui pulley dan beban fleksi pun menjadi tidak
Kegagalan suatu perbaikan tendon biasanya besar, dan mengurangi resiko putusnya benang.
akibat adanya gap pada tempat perbaikan dari 2 Secara teknis, penjahitan 4 strand lebih sederhana
sampai 10 mm, yang kemudian diikuti dengan dibandingkan dengan 6 strand, dan waktu yang
putusnya benang. Strickland's memperkirakan diperlukan lebih singkat.11,12
tegangan perbaikan tendon pada jari yang tidak Teknik penjahitan 6 strand menurut Hirpara
bengkak, mendapatkan kekuatan fleksi dan ekstensi memiliki tensile strength yang besar, tetapi memiliki
jari secara pasif pada perbaikan tendon sekitar 500 kelemahan yaitu terjadinya bulk pada tendon yang
gram, fleksi aktif melawan tahanan ringan sekitar dijahit tersebut, sehingga mengganggu pergerakan
1500 gram, melawan tahanan keras 5000 gram, dan tendon melalui pulley yang akan menyebabkan
tekukan ujung jari FDP 9000 gram. Pada tendon beban fleksi bertambah besar dan menimbulkan
fleksor yang mengalami penyambungan, terdapat kegagalan penyambungan tendon. Teknik ini pun
secara teknis lebih sulit karena harus melewati
perbedaan beban gaya tarik “ tensile force” yang
diameter tendon yang sempit dengan jumlah untaian
lebih berat yaitu gerakan pasif 750 gram, gerakan
benang yang banyak.11,12
ringan 2250 gram, genggaman keras 7500 gram,
Teknik penjahitan 2 strand secara teknis lebih
tekukan ujung jari FDP telunjuk 13500 gram.
sederhana dibandingkan 4 dan 6 strand tetapi
Tegangan ini harus ditahan pada periode segera
memiliki tensile strength yang tidak cukup kuat untuk
setelah operasi untuk berhasilnya gerakan segera
menahan beban fleksi ringan sehingga lebih besar
tanpa terjadi ruptur. Gap pada tempat perbaikan
kejadian gagalnya repair tendon.11,12
menyebabkan tahanan yang lebih lemah sehingga
Kesulitan penelitian yang ditemukan adalah
lebih mudah terjadi ruptur.3 Pada penelitian ini
sulitnya perawatan kelinci untuk dapat
beban diberikan secara bertahap pada salah satu
mempertahankan sampel agar tetap hidup sampai 3
ujung tendon yang telah dilakukan penyambungan,
minggu tiba saatnya pengambilan tendon, sehingga
mula-mula diberikan beban 100 gram, diberikan
jumlah sampel harus ditambah agar memenuhi syarat
penambahan beban bertahap dengan jeda waktu 20 minimum untuk tiap-tiap perlakuan. Adapun secara
detik sampai didapatkan gap 2 mm. Dilakukan teknis, penjahitan tendon 6 strand lebih sulit karena
pencatatan tensile strength untuk masing-masing harus melewati diameter tendon yang sempit dengan
tendon, yang telah ditentukan secara acak

14
Majalah Orthopaedi Indonesia Juni 2010 Volume xxxvIII No. 1, pp 8 - 16

jumlah strand yang lebih banyak. Selain itu ketidak tanggal 1 Juli 2009.
tersediaan benang dengan 2 strand pada satu jarum 7. Amadio PC. Tendon injuries in the upper
menyebabkan tidak praktisnya penjahitan tendon 6 extremity. Dalam: Principles of orthopaedic
strand. practice. New York: Mc. Graw-Hill Co; 1998.
p. 699–715.
KESIMPULAN 8. Frenkel SR, Grew JC. Soft tissue repair. In:
Terdapat perbedaan tensile strength pada repair Orthopaedics a study guide. New York: Mc.
Graw-Hill Co; 1999. p. 30.
tendon dengan menggunakan teknik modifikasi
9. Urbaniak JR, Cahill JD, Mortenson RA.
Kessler 2, 4, dan 6 strand. Teknik penjahitan tendon Tendon suturing method analisis of tensile
dengan modifikasi Kessler 4 strand memiliki tensile strength. In: AAOS symposiums on tendon
strength yang dapat menahan gaya gerak fleksi aktif surgery in the hand. St. Louis: Mosby; 1975. p.
dini. 70–80.
10. Al-Qattan MM, Al-Turaiki TM. Flexor tendon
REFERENSI repair in zone 2 using a six-strand “Figure of
1. Hansen U L. Flexor tendon injury and Eight” suture. Journal of hand surgery
management. Norway hand surg. 2003; 23: (European volume). 2009 June 1; 34(3):322-
58-65 328. Tersedia di: http://jhs.sagepub.com/
2. Rahmadian R, Hidajat N, Ismono D, cgi/content/full/34/3/322. Di unduh tanggal 1
Chairulfatah A. Pengaruh Penggunaan Juli 2009.
Membran Amnion Liofilisasi Terhadap 11. Hirpara KM, Sullivan PJ, Raheem O,
Pencegahan Pembentukan Adhesi O'Sullivan ME. A biomechanical analysis of
Peritendinous pada Penyembuhan Ruptur multistrand repairs with the Silverskiő ld
Tendon Achiles Kelinci. Tesis. Bandung: peripheral cross-stitch. Ireland: British
Bagian Orthopaedi dan Traumatologi Editorial Society of Bone and Joint Surgery;
FKUP/RSHS;2008. 2007. Tersedia di: http://www.jbjs.org.uk/
3. Strickland JW. Flexor tendon – acute injuries. cgi/content/full/89-B/10/1396. Di unduh
In: Green DID, Hotchkiss RN, Pederson WC, tanggal 1 Juli 2009.
editors. Green's operative orthopedic hand 12. Singer G, Ebramzadeh E, Jones NF, Meals R.
surgery. 4th ed. Philadelpia: Churchill Use of the Taguchi method for biomechanical
Livingstone; 1999. p. 1851–83. comparison of flexor-tendon-repair
4. Kubota. Effect of A New Repair Tehnique On techniques to allow immediate active flexion.
Biomechanical Propertres Of Canine Flexor A new method of analysis and optimization of
Tendon – In Vitro Study. Hand Surgery. 1998. technique to improve the quality of the repair.
Vol. 3, No. 2. Word Scientific Publishing Co : California: The Journal of Bone and Joint
247 - 255 Surgery; 1998. p. 1498-1506. Tersedia di:
5. Ismiarto YD. Perbandingan tensile strength http://www.ejbjs.org/cgi/content/abstract/80/
antara teknik modifikasi Kessler dan teknik 10/1498. Di unduh tanggal 1 Juli 2009.
Kubota pada ruptur tendon fleksor kelinci. 13. Clare L, Jonathan H. Focus on flexor tendon
Thesis. Bandung: Bagian Orthopaedi dan repair. British Editorial Society of Bone and
Traumatologi FKUP/RSHS; 2007. Joint Surgery; 2009. Tersedia di:
6. Mattthew J.S. The resistance of a four and eight http://journals.jbjs.org.uk/education/FocusO
n_Flexor_tendon_repair.pdf. Diunduh
strand suture technique to gap formation
tanggal 1 Juli 2009.
during tensile testing: an experimental study
14. Wheeless III CR. Flexor tendon repair
of repaired canine flexor tendons after 10 days
techniques: core suture techniques. 2009
of in vivo healing. JHS, Vol 25, Issue3,p 489-
April 26. Tersedia di: http://
98. Tersedia di: http://www.jhandsurg.org/
www.wheelessonline.com/ortho/
article/SO363-5023(00)49853-9 di unduh

15
Perbandingan Tensile Strength Pasca Repair Dengan Menggunakan Teknik Modifikasi Kessler 2, 4 Dan 6 Strand Yang Dinilai Pada Minggu Ketiga Penyembuhan Ruptur Tendon Achilles Kelinci Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN

flexor_tendon_repair_techniques_core_sutur 24. Ketchum LD. Suture materials and suture


e_techniques. Diunduh tanggal 1 Juli 2009. techniques used in tendon repair. Clin Hand.
15. Flexor tendon injuries. Tersedia di : 1985. p. 43–53.
htpp://www.orthoreg.org. Di unduh Tanggal 25. Manske PR. Principles of tendon repair.
1 Juli 2009. Dalam: Operative orthopaedics.
16. Frenkel SR, Grew JC. Soft Tissue Repair In : Philadelphia: JB Lippincott Co; 1993. p.
Orthopaedics A Study Guide. Mc. Graw-Hill 1177–83.
Co.1999. New York : 30 26. Wright PE. Flexor and extensor tendon
17. O'Brien M. Anatomy of Tendons. In : Maffuli injuries. Dalam: Campbell's operative
N, Renstrom P, editors. Tendon Injuries: orthopaedics. St. Louis: Mosby; 1992. p.
Bassic Science. London: Springer;2006.p.3- 3003–57.
12.
27. Tsuge K. Flexor tendon injury: principles of
18. R i c c i J L . T i s s u e a n a t o m y . D a l a m :
treatment. Comperhensive atlas of hand
Orthopaedics a study guide. New York: Mc
surgery. Hiroshima. 1990. p. 325-99.
Graw Hill; 1999. p. 13–14.
28. Jozsa.Kannus,PA. Human tendons, anatomy,
19. Ricci JL. Tissue mechanical properties. Dalam:
physiology and pathology, Champiagn,IL
Orthopaedics a study guide. New York: Mc
Graw Hill; 1999. p. 39–40. Human Kinetics,1-5 ; 1997.
20. Ochiai. Tendons. In: Schmidt M, Hansn 29. Mafulli N, Sharma P. Tendon injury and
editors. Surgical Anatomy of The Hand tendinopathy : Healing and repair, JBJS Am
Stuttgart: Thieme;2004. p.193-8. 2005;87:187-202
21. Myerson, MS. The Achilles tendon; Curent 30. Wray RC, Weeks PM. Experimental
Concept review, Journal of Joint and bone comparison of technics of tendon repair. J
Surgery; 1989. A;7.1020-21 Hand Surg Am.1980 Mar;5(2): 144-8.
22. Mason ML, Shearon CG. The rate of tendon Tersedia di:http://www.ncbi.nlm.gov/
healing, an experimental study of tensile pubmed/7358955. Di unduh tanggal 1 Juli
strength. Annual of surgery. 2009.
1941;113:424–459. 31. Gelberman. Management of flexor tendon
23. Hagberg L. Flexor tendon repairs in zone 2. injuries following surgical repair. Health care
Dalam: Technique in hand surgery. Industry.1980. Tersedia dari:
Baltimore: Williams & Wilkins; 1996. p. 137- http://findarticles.com/p/articles/mi_6806/is_
45. 1/66/ai_n3118701

16

You might also like