You are on page 1of 16

Summary Asesmen dan Evaluasi

D
I
S
U
S
U
N

Oleh

FITRIA SILVIANA NIM. 8156175015

Kelas : S-2 PEND. FISIKA Reg. A 2015


M.Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Fisika

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
Asesmen
Pengertian Asesmen
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik.
Berikut beberapa pengertian assesmen menurut para ahli:
 Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas
untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Richard I.
Arends, 2008: 217).
 Asesmen berarti proses pengumpulan informasi. Untuk guru, asesmen
dilakukan sebagai tujuan memutuskan keterampilan mengajar (James A.
Poteet, 1987, 6).
 Asesmen adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan
alat dan teknik yang sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan
berkenaan dengan penempatan dan program pendidikan bagi siswa
tertentu (Djadja Rahardja).
 Asesmen atau penilaian diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu (S. Eko
Putro Widoyoko, 2012: 3).
Maka disimpulkan bahwa asesmen adalah proses mengumpulkan
informasi tentang objek (murid) dengan menggunakan alat dan teknik yang sesuai
untuk membuat penilaian atau keputusan mengenai objek tersebut. Berdasarkan
kesimpulan definisi asesmen tersebut, maka untuk melakukan asesmen diperlukan
suatu alat atau instrumen dan teknik sebagai pengumpul informasi dan
pertimbangan penilaian mengenai objek.

1
Tujuan Asesmen
Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian (assessment purpose)
adalah “keeping track, checking-up, finding-out, and summing-up”.
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar
peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan
penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai
peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan,
kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga
guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat
digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai
pihak yang berkepentingan.

Karakteristik dan Fungsi Asesmen


Asesmen atau penilaian merupakan bagian penting dalam dari suatu
proses belajar mengajar. Setiap peserta didik mempunyai karakter berbeda sesuai
tingakatan kelas. Karakteristik asesmen antara lain:
a) Belajar tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang
baik..
b) Penilaian Otentik
Proses penilaian mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai
ukuran, metode, teknik dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar.

2
c) Berkesinambungan
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus
menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas.
d) Acuan kriteria/patokan
Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan peserta
kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan
yang ditetapkan.
e) Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
Penilaian kelas menggunakan berbagai cara dan alat penilaian. Agar tujuan
tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang
beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman
belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin
cukup efektif dinilai melelui tes tertulis, sedangkan tujuan dan pengalaman
belajar yang lain (seperti berbicara) akan sangat efektif dinilai dengan unjuk
kerja.
 Karakteristik asesmen konvensional
a) Penilaian Normatif.
b) Terfokus pada isi materi.
c) Hasil penilaian berupa nilai-nilai.
d) Berbasis waktu.
e) Kecepatan belajar kelompok.
f) Penilaian ditekankan pada pengetahuan.
g) Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.
h) Feedback penilaian terlambat/tidak ada.

 Karakteristik autentik assessment:


a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.
c) Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
d) Berkesinambungan.

3
e) Terintrgrasi.
f) Dapat digunakan sebagai feed back

Ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut:


a) Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih
dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa
Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan
kosa kata.
b) Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas),
masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan
eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
c) Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat
manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara
nyata (real).

Fungsi assesmen (penilaian) diantara lain:


1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada
guru
2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil
belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk
memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan
penentuan lulus-tidaknya peserta didik.
3. Penilaian berfungsi sebagai diagnostik
Alat yang digunakan dalam penilaian maka hasilnya dapat mengetahui
kelemahan peserta didik.
4. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan, digunakan suatu penilaian.
5. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

4
Prinsip Asesmen
Dalam merancang suatu penilaian pembelajaran perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Prinsip integral dan komprehensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan
menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran,
2. Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara berencana, terus-
menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dari kegiatan
belajar.
3. Prinsip objektif yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur
yang handal dan dilaksanakan secara objektif
4. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga penguasaan terhadap ke tiga
kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
5. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator-indikator dari
masing- masing kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
6. Penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil
belajar peserta didik.
7. Hasil karya atau hasil kerja peserta didik dapat digunakan sebagai bahan
masukan guru dalam mengambil keputusan.

Teknik Asesmen
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan
menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes:
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat
ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat
ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya.
b. Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung
ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan
dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan

5
digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan
penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh
pada semua aspek kehidupan anak.

Proses Asesmen
Terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan asesmen. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru melakukan asesmen berdasarkan instrumen asesmen yang telah
disusun melalui teknik pelaksanaan asesmen (misal dengan teknik
observasi, analisis pola kesalahan siswa, wawancara diagnostik atau melacak
jawaban siswa).
2) Menganalisis hasil asesmen (Membuat deskripsi dari hasil jawaban
siswa, kemudian menginterpretasikannya). Dalam hal ini akan ditemukan
kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan siswa.
3) Membuat kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan yang dibuat
berdasarkan hal-hal yang ditemukan dalam analisis hasil asesmen, yang
selanjutnya, dibuatlah rekomendasi. Rekomendasi berisi: Identitas siswa,
deskripsi singkat hasil asesmen, alternatif tindakan intervensi yang
disarankan, yang diitujukan kepada siapa, (misalnya: Orang tua, Guru
Bidang Studi, Kepala Sekolah, atau dokumen bagi guru yang
bersangkutan sebagai dasar pembuatan program intervensi.
4) Menyusun program intervensi, yaitu suatu tindakan untuk mengembangkan
suasana interaksi pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan
pembentukan karakter dengan penerapan pengalaman belajar terstruktur
(structured learning experience).

Jenis-jenis Asesmen
1. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif => Dilaksanakan di akhir pembelajaran dan digunakan
untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.

6
Asesmen formatif => Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Wujudnya berupa pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik dan tidak
dijadikan dasar penentuan kenaikan kelas. Dalam konteks belajar asesmen
sumatif dan normatif disebut dengan asesmen belajar.
2. Asesmen obyektif dan subyektif
Asesmen obyektif => Bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban benar.
Asesmen subyektif => Bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu
jawaban benar.
3. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan => Asesmen yang digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya menggunakan tes acuan patokan.
Asesmen acuan normatif => Asesmen yang menggunakan tes acuan normatif
dan tidak digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen ini dikenal dengan
penentuan rangking berdasarkan kurve normal.
4. Asesmen formal dan informal
Asesmen formal => Diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis dan diberikan
skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan kinerja peserta
didik.
Asesmen informal => Dilakukan dengan cara yang lebih terbuka seperti
observasi, inventori, diskusi yang tidak dimaksudkan untuk menentukan
rangking.
5. Asesmen autentik (Asesmen kineja)
Asesmen berbasis kinerja merupakan bentuk ujian di mana peserta didik
menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk dan mendemonstrasikan
ketrampilan atau menampilkan kemampuan/pengetahuan.
6. Asesmen portofolio
Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer.
Biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya peserta didik.

7
Evaluasi
Pengertian Evaluasi
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,
evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa
(Purwanto, 2002).

Tujuan Evaluasi
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah
untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

Karakteristik Evaluasi
Kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa
karakteristik penting, diantaranya sebagai berikut.
1. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal ini
terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang
tidak tampak dari siswa.
2. Mempunyai sifat kebermaknaan relatif. Ini berarti, hasil penilaian tergantung
pada tolak ukur yang digunakan oleh guru.

Fungsi Evaluasi
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-
tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu
(1) mengukur kemajuan,
(2) menunjang penyusunan rencana, dan
(3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.

8
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam pendidikan dapat ditilik dari
tiga segi, yaitu:
Secara psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah
dapat disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik. Bagi
peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman
atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya
masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Apakah ia termasuk
siswa kelompok atas (pandai), kelompok tengah (sedang/biasa-biasa saja),
ataukah termasuk dalam kelompok bawah (bodoh). Bagi pendidik, evaluasi
pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik
tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini
telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedomana atau
pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang
dipandang perlu dilakukan selanjutnya.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan akan dapat
memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki,
meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan setidaknya memiliki
lima fungsi, yaitu;
(1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai
oleh peserta didiknya.
(2) Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-
masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
(3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan menetapkan status
peserta didik.
(4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi
peserta didik yang memang memerlukannya.
(5) Memberikan petunju tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang
telah ditentukan telah dicapai.
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya
memiliki tiga macam fungsi, yaitu:

9
(1) Memberikan laporan.
(2) Memberikan bahan-bahan keterangan (Data)
(3) Memberikan gambaran

Prinsip Evaluasi
Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai berikut:
(1) Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di
samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan
instruksioal, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga
kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan.
(2) Keterlibatan siswa
(3) Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan
materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah
kemampuan yang hendak diukur.
(4) Pedagogis
Di samping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu
diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi
pedagogis.
(5) Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban (accountabillity).

Prosedur Pelaksanaan Evaluasi


Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara
sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa
evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan
output.

10
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi,
tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak
dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja
yang hendak digali, dsb)
2. Pengumpulan data (tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai
dengan tujuan)
3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data (memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau
kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistic atau non statistik,
apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual
atau dengan software (misal: SAS, SPSS )
5. Penafsiran data, (ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan
uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima
mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara
berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak
hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul
maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

Teknik Evaluasi
Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes.
1. Teknik tes
dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka dibedakan atas adanya 3
macam tes, yaitu:
a. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut
dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

11
b. Tes formatif
Evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengikut sesuatu program tertentu. Evaluasi formatif
atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan
post-test atau tes akhir proses.
c. Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Dalam pengalaman di sekolah tes formatif dapat dilaksanakan dengan
ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan
umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir
semester.
2. Teknik non tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a. Skala bertingkat (rating scale)
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan
diterangkan pada skala dengan jarak yang sama.
b. Kuesioner (questionare)
Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
c. Daftar cocok (check-list)
dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok
(√) di tempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Waawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
e. Pengamatan (observation)
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

12
sistematis. Ada 3 macam observasi; (1) observasi partisipan, (2)
observasi sistematis, (3) observasi eksperimental.
f. Riwayat hidup
Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat
menarik kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari
objek yang dimulai.

Kaitan Asesmen dengan Evaluasi


Untuk dapat melakukan asesmen dan evaluasi diperlukan informasi-
informasi mengenai objek yang akan di asesmen dan di evaluasi. Informasi-
informasi tersebut didapat dari tes yang diberikan kepada objek. Tes itulah yang
digunakan sebagai alat pengukuran untuk memperoleh informasi.
Asesmen bagian dari evaluasi dikarenakan asesmen adalah proses
mengumpulkan informasi tentang objek untuk membuat penilaian atau keputusan
mengenai objek tersebut. Dan evaluasi adalah keseluruhan proses sistematis yang
di dalamnya ada proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
untuk membuat keputusan berdasarkan sajian informasi yang telah terkumpul.
Peran dari asesmen tersebut adalah untuk mengumpulkan informasi pada
perbagian karakteristik objek yang di nilai. Maka ruang lingkup dan pelaksanaan
asesmen itu terbatas karena asesmen menilai pada perbagian karakteristik objek.
Sedangkan evaluasi, menilai keseluruhan dari informasi-informasi yang didapat
pada tahapan asesmen.

Output belajar kaitannya dengan ranah proses berpikir


1. Output belajar kaitannya dengan ranah proses berpikir adalah penilaian
berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Bloom, segala upaya yang

13
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif/berpikir.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl, taksonomi
kemampuan kognitif kemudian berubah menjadi mengingat (remember),
memahami (understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create).

14
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. 1996. Glossary of educational Assessment Term. Jakarta:


Ministry of Education and Culture.

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Matondang, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Medan: PPS Unimed.

Rajagukguk, W. 2015. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Media Akademi.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

iii

You might also like