You are on page 1of 4

KABINET NATSIR (06 September 1950-20 Maret

1951)

Kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran Negara republik Indonesia serikat adalah
kabinet Natsir yang memerintah dari tanggal 6 september 1950 sampai tanggal 20 maret 1951.
Kabinet kualisi dimana partai nasional Indonesia (PNI) sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen
tidak turut serta karena merasa tidak diberi kedudukan yang sesuai. Pada masa kabinet ini, terjadi
hampir diseluruh wilayah Indonesia, masalah dalam keamanan negeri seperti gerakan DI/TII, Gerakan
Andi Aziz, Gerakan APRA, Gerakan RMS. Perundingan masalah Irian Barat juga mulai dirintis tetapi
mengalami jalan buntu.

1. Pembentukkan Kabinet Natsir

Kabinet Natsir adalah kabinet yangberkoalisi dengan berintikan partai Masyumi. Akan tetapi
PNI tidak mendapat kedudukan dalam kabinet ini, kebanyakan dari kabinet ini adalah orang-orang dari
partai Masyumi, walaupun didalam menterinya terdapat orang-orang non partai. Kabinet ini
merupakan kabinet dimana tokoh-tokoh terkenal duduk didalamnya, seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Ir. Djuanda, dan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, sehingga kabinet ini
merupakan Zaken Kabinet.Impian dari Natsir sendiri adalah kabinet yang dipimpinnya bersifat
nasionalisme dengan koalisi dari berbegai partai. Namun hal
ini tidak dapat terlaksanakan karena adanaya perebutan kursi didalam susunan menteri didalam
kabinet antana PNI dan Masyumi. Sehingga terjadi ketidak senangan dari pihak PNI sehingga adanya
kesulitan untuk mengajak PNI masuk kedalam kabinetnya. Dalam hal ini Natsir berpendapat bahwa
partainya mempunyai lebih banyak hak dibanding partai lainnya. Namun PNI tidak setuju dengan hal
tersebut karena baginya semua partai juga berhak atas kedudukan didalam pemerintah. Tuntutan
dari pihak PNI yaitu agar orang-orang yang menduduki jabatan sebagai menteri dalam Negeri,
menteri luar negeri dan menteri pendidikan. Dalam hasil dari perundingan PNI bersedia melepas
menteri luar Negeri diisi oleh orang Masyumi dan menteri pendidikan untuk partai lain. Namun
keinginan PNI untuk mendapat kursi jabatan dalam Negeri harus pupus setelah ditentukkan menteri
dalam Negeri harus diserahkan kepada partai Masyumi. Hal ini dianggap dari pihak PNI tidak adil,
karna perdana menteri sendiri sudah dipegang oleh partai Masyumi.

Selain mendapat kecaman dari pihak partai lain, kabinet Natsir juga mendapat kencaman dari
partai sendiri yaitu Masyumi. Kencaman itu ditujukan untuk keputusan konggres Desember 1949 yang
melarang ketua umum partai untuk menjadi menteri. Sebenarnya maksud dari isi konggres ini adalah
adanya pengkonsolodasi partai, namun diubah oleh Dewan Partai di Bogor tanggal 3 sampai 6 Juni
1950 bahwa sistem federal tidak dapat dipertahankan lagi. Supaya keputusan konggres ini tidak terlalu
dilanggar, maka Natsir dinonaktifkan dari ketua umum partai Masyumi.dan digantikan oleh Jusuf
Wibisono.
2. Pelaksanaan Kabinet Natsir

Kebijakan luar negeri dari kabinet Natsir ini adalah bebas dan netral, walaupun dalam
kenyataanya masih bisa dibilang condong ke negara-negara Barat. Pada bulan September 1950,
Indonesia diterima sebagai anggota PBB. Pemerintahan Natsir mengalami keuntungan ekonomi yang
terjadi karena perang Korea,yaitu naiknya harga komoditi. Hal ini membuat adanya pendapat tentang
ekspor dan bea ekspor dari para politisi yang berkuasa dipemerintahan. Namun menteri
perekonomian pada saat itu yaitu Syaffrudin Prawinegara menolak menggunakan hal-hal semacam itu
untuk mendapatkan keuntungan. Kabinet Natsir lebih berkonsentrasi pada pemulihan kembali
perekonomian dan pemuliahan keamanan negara.

Kabinet Natsir sering disebut dengan Kabinet "dagang sapi" dengan sifat tawar menawar.
Dalam hal ini yang dimaksud politik "dagang sapi" ini mencari yang ideal dalam membentuk kabinet
koalisi. Natsir mendapat kesulitan dari partai-partai yang mempunyai wakil didalam kabinetnya karena
ada pula kencaman dari dalam parlemen terhadap kabinet. Diantara beberapa tuntutan dari partai itu
sendiri seperti diadakannya tindak lanjut terhadap kabinet dan bahkan ada yang meminta untuk
membubahkan kabinet Natsir ini.Sifat tawar-menawar dari pembentukan kabinet Natsir ini hanya
akan memperpanjang waktu dan memperlambat pembentukan kabinet. Sehingga terkadang banyak
parti yang belum siap dengan calon menterinya. Selain itu pemilihan menteri juga didasarkan pada
sifat suka tidak suka yang lebih bersifat keindividualan. Sehinggal hal ini membuat banyak diantara
menteri yang menjadi menteri dulu baru memperdalam bidang yang bersangkutan yang diberikan
kepada menteri ini.

Sukiman berpendapat terhadap kabinet Natsir merupakan zaken kabinet, karena bukan
kabinet yang terdiri dari berbagai partai politik. Sehingga membuat sifat koalisi yang diminta oleh
Presiden dalam kabinet tidak terlaksana dengan baik, dan sistem koalisi juga tidak dapat
dipertahankan. Adanya campur tangan Presiden dan Tentara dalam kabinet Natsir. Walaupun peran
Presiden tidak terlalu menonjol, namun beliau sering melakukan pembicaraan dengan waki-wakil
partai didalam forum. Sedangkan keikut sertaan tentara dalam kabinet ini, seperti tuntutan dari
tentara yang menginginkan adanya pergantian menteri pertahanan yang diganti oleh otrang
nonpartai. Sehingga Natsir tidak mampu untuk menolak masalah itu. Permasalahan yang sangat
penting didalam kabinet Natsir yaitu tentang Irian Barat. Perundingan yang dilakuakan antara
Indonesia dan Belanda pada tanggal 4 Desember 1950 tidak berjalan dengan baik. Dan hal ini
membuat opsi tidak percaya dari pihak lain. Krisis ditambah lagi ketika Hadikusumo dari partai PNI
sekitar pencabutan PP No. 39/1950 tentang pemilihan anggota perwakilan daerah supaya lebih
demokratis.
a. Progam-progam kerja dari Kabinet Natsir ialah :

1. mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante.

2. mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta membentuk


peralatan negara yang kuat dan daulat.

3. menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman

4. menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas-bekas anggota


tentara dan gerilya dalam masyarakat.

5. memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.

6. mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi


pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.

7. membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha-usaha


meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat

8. Penerapan program benteng, yaitu pengusaha nasional golongan ekonomi lemah


diberi bantuan kredit

9. Pelaksanaan program industrialisasi (Rencana Sumitro)

10. Pembentukan DPRD

b. Keberhasilan yang pernah dicapai Kabinet Natsir :

1. Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional

2. Indonesia masuk PBB

3. Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya


mengenai masalah Irian Barat.

c. Kendala/ Masalah yang dihadapi :

1. Pada penerapan Sumitro Plan, pengusaha nasional diberi bantuan kredit, tetapi
bentuan itu diselewengkan penggunaannya sehingga tidak mencapai sasaran.

2. Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan


buntu (kegagalan).
3. Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA,
Gerakan RMS.

4. Seringnya mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat kritikan dari


partai oposisi.

3. Penyebab Runtuhnya Kabinet Natsir

Penyebab jatuhnya kabinet Natsir dikarenakan kegagalan kabinet ini dalam menyelesaikan
masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan peraturan
pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS.Kabinet natsir didimisioner sejak 21 Maret 1951 dan
mengundurkan diri setelah DPR menerima mosi S. Hadikusumo tentang pencabutan PP Nomor
39/1950 tentang pembekuan DPRD. Menteri Asaat ( Menteri Dalam Negeri) tidak menyetujui mosi
tersebut dan kabinet sependapat dengan Asaat, maka kemudian mengundurkan diri. Kabinet Natsir
mengundurkan diri karena tidak mau menerima mosi DPR, walaupun Kabinet belum di jatuhi Mosi
Tidak Percaya dari DPR ini menjadi sifat dari Kabinet-kabinet pada masa UUDS 1950, walaupun sistem
yang dianut oleh UUDS 1950 adalah perlementer, dimana parlemen dapat menggulingkan Kabinet,
tetapi sepanjang 1950-1959 kabinet tidak hanya mosi tidak percaya, tetapi suara-suara luar kabinet
sudah menyebabkan Kabinet mengundurkan diri.

You might also like